• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jenis-jenis kesalahan penggunaan konjungsi dalam tugas akhir mahasiswa program studi pendidikan sejarah Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jenis-jenis kesalahan penggunaan konjungsi dalam tugas akhir mahasiswa program studi pendidikan sejarah Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun 2013"

Copied!
204
0
0

Teks penuh

(1)PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI JENIS-JENIS KESALAHAN PENGGUNAAN KONJUNGSI DALAM TUGAS AKHIR MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA TAHUN 2013. SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi SalahSatu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia. Oleh: Deny Pradita Tri Handaru 101224035. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015.

(2) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI JENIS-JENIS KESALAHAN PENGGUNAAN KONJUNGSI DALAM TUGAS AKHIR MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA TAHUN 2013. SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi SalahSatu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia. Oleh: Deny Pradita Tri Handaru 101224035. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015 i.

(3) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. ii.

(4) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. iii.

(5) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI HALAMAN PERSEMBAHAN. Karya ini saya persembahkan kepada: (1) Alamamater Universitas Sanata Dharma Yogyakarta (2) Keluarga Ayah dan ibu tercinta, Bapak H. Heri Mulyono, S.Pd., dan Ibu Hj. Asil Mulyani, S.Pd., kedua kakakku Herlina Ana Susanti, S.Pd., dan Yeni Puspandari, S.Pd., serta adikku Johan Pamungkas. (3) Keluarga Besar Humas Universitas Sanata Dharma Bapak Budi Setya Handana, S.T., M.T., Ibu Aquelina Yunaeni Mariati, S.E., Bapak Johanes Tjahjo Hantoro,Bapak Wardoyo, dan rekan-rekan mahasiswa Staff PMB dan Promosi USD. (4) Sahabat-sahabat Karib Wilvridus Yolesa Rosando, Matheus Ananda Merfi Aditya, I Putu Ariyana, Agustinus Adven Yudanto, Yosep Trino Wismanto, Andreas Dwi Yunanto, Dwi Kristanto Saputro, Krissantus Roparman, S.Pd., Sebastianus Seno Kurniawan, S.Pd., Agustinus Datu Linggi, Vanio Praba Pradipa, Fitri Apri Susilo, S.Pd., Devy Lio Erlinda, S.Pd., Anita Sugiyatno, S.Pd., Maulida Reswari, S.Pd., Resty Wulandari, S.Pd., Gusti Dinda Damarsasi, S.Pd., Yuni Lundiarti, S.Pd., Maria Tri Wijayanti, S.Pd., Agustina Marshella, Caecilia Dhani, S.Pd., Caecilia Asri Damayanti, S.Pd., Septi Sulistyorini, S.Pd., Natalia Sulistyanti Harsanti S.Pd., dan teman-teman yang lain yang tidak bisa saya sebut satu per satu.. iv.

(6) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI MOTTO. “Berhentilah kutuki kegelapan, mulailah nyalakan lilin!” -Anies Baswedan-. “Semua bisa mengisi negara ini dengan kapasitasnya masing-masing.” -Tri Rismaharni-. Kalaupun matahari sudah tenggelam,setelahnya masih akan ada kerlip bintang. -catatan penulis kala di kota Larantuka, NTT, Flores-. v.

(7) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI PERNYATAAN KEASLIAN KARYA. Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya penulisan karya ilmiah.. Yogyakarta, 14 Juli 2015 Penulis. Deny Pradita Tri Handaru. vi.

(8) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS. Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:. Demi. Nama. : Deny Pradita Tri Handaru. Nomor Mahasiswa. : 101224035. pengembangan. ilmu. pengetahuan,. saya. memberikan. kepada. PerpustakaanUniversitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: JENIS-JENIS KESALAHAN PENGGUNAAN KONJUNGSI DALAM TUGAS AKHIR MAHASISWA PROGRAM STUDIPENDIDIKAN SEJARAH UNIVERSITAS SANATA DHARMAYOGYAKARTA TAHUN 2013 beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian, saya memberikanhak kepada. Perpustakaan. Universitas. Sanata. Dharma. untuk. menyimpan,. mengalihkandalambentukmedialain,mengelolanyadalambentukpangkalandata,mendist ribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lainuntuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikanroyalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.. Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta, Pada tanggal: 14 Juli 2015 Yang menyatakan. Deny Pradita Tri Handaru. vii.

(9) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI ABSTRAK. Handaru, Deny Pradita Tri. 2015. Jenis-jenis Kesalahan Penggunaan Konjungsi dalam Tugas Akhir Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Tahun 2013. Skripsi. Yogyakarta: Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,Universitas Sanata Dharma. Penelitian deskriptif kualitatif ini membahas kesalahan penggunaan konjungsi yang terdapat dalam tugas akhirmahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma tahun 2013.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan wujud kesalahan tersebut. Sumber data penelitian ini adalah tugas akhir mahasiswa Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma tahun 2013 sebagai sumber tertulis. Data penelitian ini berupa kalimat-kalimat yang di dalamnya mengandung kesalahan penggunaan konjungsi. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik catat. Dalam tugas akhir yang telah dianalisis, peneliti menemukan kesalahan penggunaan konjungsi koordinatif, korelatif, subordinatif, dan antarkalimat. Jenis konjungsi subordinatif memiliki frekuensi kesalahan penggunaan yang paling banyak jika dibandingkan dengan jenis konjungsi yang lain. Sebagian besar kesalahan konjungsi subordinatif tersebut ditandai dengan penggunaan konjungsi ganda yang menyalahi prinsip penyusunan kalimat majemuk bertingkat. Kesalahan-kesalahan penggunaan konjungsi tersebut juga diklasifikasikan berdasarkan jenis-jenis kesalahannya. Jenis-jenis kesalahan yang dimaksud di dalam penelitian ini adalah jenis kesalahan berdasarkan taksonomi siasat permukaan yang disampaikan oleh Tarigan.Hasil analisis data menunjukaan jenis-jenis kesalahan konjungsi meliputi (1) penghilangan, (2) penambahan, (3) salah formasi, dan (4) salah susun. Jenis kesalahan berupa ‘penambahan’ memiliki frekuensi paling banyak jika dibandingkan dengan jenis kesalahan yang lainnya. Jenis kesalahan ‘penambahan’ melibatkan konjungsi subordinatif. Hal tersebut ditandai dengan sering munculnya kondisi ganda. Penelitian ini dapat menambah wawasan dan memperluas kajian tentang pemakaian konjungsi.Hasil penelitian ini juga dapat memberi masukan kepada para dosen pembimbing maupun penguji skripsi agar dapat lebih memperhatikan hal-hal teknis terkait dengan masalah bahasa, khususnya dalam hal penggunaan konjungsi dalam tugas akhir mahasiswa.Penelitian ini sebagai bentuk sumbangan terhadap peneliti lainnya agar dapat mengembangkan penelitian lebih lanjut berkaitan dengan masalah pemakaian konjungsi.. viii.

(10) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI ABSTRACT. Handaru, Deny Pradita Tri. 2015. The Kinds of Conjunction Misuse in The Final Project of Students of Sanata Dharma University Yogyakarta'sHistory Education Study Program Year 2013. Thesis. Yogyakarta: Indonesian Language and Literature Education, Teacher Training and Education Faculty, Sanata Dharma University. This qualitative descriptive research discusses conjunction misuse on the final project of the students of Sanata Dharma University Yogyakarta's History Education Study Program year 2013. The goal of the research is to describe the form of the misuse. The data source of the research is the students' final project in Sanata Dharma University's History Education Study Program year 2013, which is as the written source. The research data is in the form of sentences containing the misuse of conjunction. The data gathering technique of the research is taking note technique. In the final project which were already analyzed, the researcher found that the forms of the conjunction misuse are coordinative, correlative, subordinative, and inter-sentences conjunction misuses. Furthermore, the subordinative conjunction has the highest frequency of being misused among the other forms of conjunction. In addition, most of the subordinatif misuse form is the use of double conjunctions that breaks the principle of the arrangement of a complex sentence. The misuses of the conjunctions are also classified based on the kinds of the misuse. The kinds of the misuse in the research are the ones based on surface strategy taxonomy stated by Tarigan. Finally, the result of the data shows that the kinds of the conjunction misuse are (1)eliminating, (2)adding, (3) wrong formation, and (4) incorectly being arranged. The misuse of adding involves subordinative conjunction. It is showed by double conjunction which frequently appear. This research can broaden insight and expand the study of the use of conjunction.The results of this research also can provide input for the thesis supervisor and examiner in order to pay more attention to technical matters related with the language problem, especially in terms of the use of conjunctions which can be found in the students' final projects.This research is used as the contribution for future researchers who want to develop the study of the use of conjunction.. ix.

(11) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI KATA PENGANTAR. Puji. syukur. atas. kehadirat. Tuhan. Yang. Maha. Esa. yang. telah. memberikanberkat, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Jenis-jenis Kesalahan Penggunaan Konjungsi dalamTugas Akhir Mahasiswa Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma Tahun 2013”.Tugas akhir dalam bentuk skripsi ini merupakan salah satu syarat untukmenyelesaikan studi strata satu dan meraih gelar sarjana pendidikan sesuai kurikulumProgram Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia (PBSI), FakultasKeguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Sanata Dharma (USD)Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan karena bantuan dan dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Rohandi,. Ph.D.,. selaku. Dekan. Fakultas. Keguruan. dan. Ilmu. Pendidikan,Universitas Sanata Dharma. 2. Dr. Yuliana Setiyaningsih,M.Pd., selaku dosen pembimbing I yang denganpengertian dan kesabaran telah memberikan bimbingan, motivasi,serta berbagai masukan yang sangat berharga bagi penulis sejak awal hingga akhir penulisan skripsi ini. 3. Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang juga dengan. pengertian. dan. kesabaran. bersedia. memberikan. bimbingan,. motivasi,serta berbagai masukan yang sangat berharga bagi penulis. 4. Dr. Y. Karmin, M.Pd., sebagai triangulator yang bersedia memberi masukan dan saran kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 5. Segenap dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma yang telah mendidik dan membangun semangat dalam diri penulis untuk selalu belajar, khususnya mendalami ilmu bahasa dan sastra Indonesia, sebagai bekal dalam menghidupi dunia pendidikan. 6. R. Marsidiq, selaku karyawan Sekretariat Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan berbagai layanan administrasi. 7. Kedua orang tua saya, Bapak H. Heri Mulyono, S.Pd.,dan Ibu Hj. Asil Mulyani, S.Pd., yang senantiasa menjadi semangat penulis dalam hal apapun. x.

(12) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Kedua kakak saya, Herlina Ana Susanti, S.Pd., dan Yeni Puspandari, S.Pd., serta adik saya Johan Pamungkas yang selalu mendorong penulis untuk maju. 8. Keluarga Staff Humas dan Promosi Universitas Sanata Dharma, yang telah memberikan pengalaman-pengalaman dunia kerja yang berharga kepada penulis. 9. Sahabat-sahabat saya, Wilvridus Yolesa Rosando, Matheus Ananda Merfi Aditya, Vanio Praba, I Putu Ariyana, Agustinus Adven Yudanto, Yosep Trino Wismanto, Andreas Dwi Yunanto, Dwi Kristanto Saputro, Krissantus Roparman, S.Pd., Sebastianus Seno Kurniawan, S.Pd., Fitri Apri Susilo, S.Pd., Agustinus Datu Linggi, Devy Lio Erlinda, S.Pd., Anita Sugiyatno, S.Pd., Maulida Reswari, S.Pd., Resty Wulandari, S.Pd., Gusti Dinda Damarsasi, S.Pd., Yuni Lundiarti, S.Pd., Maria Tri Wijayanti, S.Pd., Agustina Marshella, Caecilia Dhani, S.Pd., Caecilia Asri Damayanti, S.Pd., Septi Sulistyorini, S.Pd., Natalia Sulistyanti Harsanti S.Pd., dan teman-teman yang lainnya yang selalu menghibur, terima kasih atas pengalaman-pengalaman indah yang selama ini kita bangun bersama. Kebersamaan, kekeluargaan, suka-duka, canda-tawa yang kita bangun tersebut akan menjadi cerita suatu saat nanti. Penulis. menyadari. bahwa. masih. ada. banyak. kekurangan. dalam. penulisanskripsi ini. Dengan segala kerendahan hati, penulis berharap semogaskripsi ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.. Deny Pradita Tri Handaru. xi.

(13) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i. HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................... ii. HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii. HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... iv. MOTTO ............................................................................................................... v. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................. vi. PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .......................................................... vii. ABSTRAK ........................................................................................................... viii. ABSTRACT .......................................................................................................... ix. KATA PENGANTAR ......................................................................................... x. DAFTAR ISI ........................................................................................................ x ii. BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................ 1. 1.1. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1. 1.2. Rumusan Masalah ................................................................................ 5. 1.3. Tujuan Penelitian .................................................................................. 5. 1.4. Manfaat Penelitian ................................................................................ 6. 1.5. Batasan Istilah ...................................................................................... 6. 1.6. Sistematika Penyajian ............................................................................ 7. BAB II. LANDASAN TEORI ........................................................................... 9. 2.1. Penelitian Terdahulu yang Relevan ...................................................... 9. 2.2. Kajian Teori .......................................................................................... 12. 2.2.1. Pengertian Konjungsi ............................................................................ 12. 2.2.2. Jenis-jenis Konjungsi............................................................................. 13. 2.2.2.1. Konjungsi Koordinatif ........................................................................... 14. x ii.

(14) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 2.2.2.2. Konjungsi Korelatif ............................................................................... 15. 2.2.2.3. Konjungsi Subordinatif ......................................................................... 16. 2.2.2.4. Konjungsi Antarkalimat ........................................................................ 18. 2.2.3. Fungsi Konjungsi................................................................................... 19. 2.2.4. Analisis Kesalahan Berbahasa ............................................................... 23. 2.2.5. Jenis-jenis Kesalahan............................................................................. 25. 2.2.5.1. Penghilangan ......................................................................................... 26. 2.2.5.2. Penambahan ........................................................................................... 26. 2.2.5.3. Salah Formasi ........................................................................................ 27. 2.2.5.4. Salah Susun ........................................................................................... 28. 2.2.6. Tugas Akhir ........................................................................................... 28. BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 30. 3.1. Jenis Penelitian ..................................................................................... 30. 3.2. Sumber Data Penelitian ........................................................................ 31. 3.3. Teknik PengumpulanData ..................................................................... 31. 3.4. Instrumen Penelitian ............................................................................. 32. 3.5. Teknik Analisis Data ............................................................................ 33. 3.6. Triangulasi Data .................................................................................... 33. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.................................. 35. 4.1. Deskripsi Data ...................................................................................... 35. 4.2. Hasil Analisis Data dan Pembahasan ................................................... 36. 4.2.1. Pengelompokan Konjungsi Berdasarkan Perilaku Sintaksisnya ........... 36. 4.2.1.1. Konjungsi Koordinatif ........................................................................... 37. 4.2.1.2. Konjungsi Korelatif ............................................................................... 42. 4.2.1.3. Konjungsi Subordinatif ......................................................................... 51. 4.2.1.4. Konjungsi Antarkalimat ........................................................................ 77. 4.2.2. Jenis-jenis Kesalahan Konjungsi ........................................................... 94. 4.2.2.1. Penghilangan ......................................................................................... 94. 4.2.2.2. Penambahan ........................................................................................... 96. xiii.

(15) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 4.2.2.3. Salah Formasi ........................................................................................ 101. 4.2.2.4. Salah Susun ........................................................................................... 104. BAB V. PENUTUP ........................................................................................... 110. 5.1. Simpulan ............................................................................................... 110. 5.2. Saran ...................................................................................................... 112. DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 114. LAMPIRAN.......................................................................................................... 117. BIODATA PENULIS........................................................................................... 189. x iv.

(16) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini, akan dikaji enam hal, yaitu (1) latar belakang masalah, (2) rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4) manfaat penelitian, (5) batasan istilah, dan (6) sistematika penyajian. Keenam hal tersebut akan dibahas satu per satu dalam subbab yang ada di bawah ini.. 1. 1. Latar Belakang Masalah Sejak dicetuskannya Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928, bahasa. Indonesia mempunyai kedudukan sebagai bahasa nasional. Selain itu, bahasa Indonesia juga mempunyai kedudukan sebagai bahasa negara berdasarkan UndangUndang Dasar 1945, Bab XV, Pasal 36. Di dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai (1) lambang kebanggaan nasional, (2) lambang identitas nasional, (3) alat pemersatu seluruh warga negara yang mempunyai ragam bahasa dan kebudayaan, dan (4) alat penghubung antarbudaya dan antardaerah. Di dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai (1) bahasa resmi kenegaraan, (2) bahasa pengantar resmi di lembaga pendidikan, (3) bahasa resmi di dalam perhubungan tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintahan, (4) bahasa resmi di dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan serta teknologi (Zulkarnain, 1990:1). Sejarah terbentuknya bahasa Indonesia di atas menunjukkan bahwa bahasa Indonesia tidak hanya mempunyai makna sebagai alat komunikasi, tetapi juga merupakan bentuk perjuangan para pahlawan yang harus kita maknai. Hal itu. 1.

(17) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 2. ditunjukkan melalui salah satu butir Sumpah Pemuda ‘Menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia’. Butir tersebut menunjukkan adanya komitmen bersama seluruh masyarakat Indonesia. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Oleh karena itu, bahasa Indonesia diposisikan sebagai bahasa persatuan yang mempunyai arti ‘menyeluruh’ bagi seluruh rakyat Indonesia. Tanpa bahasa Indonesia, masyarakat yang berbeda etnis tersebut akan sulit bekomunikasi. Melalui bahasa Indonesia, ratusan etnis yang ada di nusantara dipersatukan. Walaupun demikian, penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan tidak menghilangkan ciri khas dari etnik bahasa yang bersangkutan. Bahasa daerah tetap memiliki hak hidup yang sama dengan bahasa Indonesia. Hal tersebut menunjukkan bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa yang luhur dan mempunyai makna tersendiri bagi bangsa Indonesia. Akan tetapi, hasil perjuangan pahlawan tersebut sepertinya tidak dimaknai sebagai identitas bangsa yang harus dijaga, dilestarikan, dan diposisikan sebagai sesuatu yang bermartabat. Sebagai contoh, perkembangan industri media informasi dan komunikasi telah memanjakan kita untuk menikmati berbagai informasi. Hal tersebut ditandai dengan semakin banyaknya media cetak dan media elektronik. Akan tetapi, perkembangan media massa tersebut tidak didukung oleh perkembangan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Padahal, media massa memiliki peran dan tanggung jawab yang sangat dominan dalam upaya pembinaan bahasa. Hal yang juga perlu mendapat perhatian adalah penggunaan bahasa asing yang mengalahkan popularitas bahasa Indonesia. Seseorang mungkin akan melontarkan pujian setinggi langit kepada orang lain yang memiliki kemampuan berbahasa Inggris, Jerman, Spanyol, dan sebagainya. Akan tetapi, masyarakat kita tidak akan terlalu memberi penghargaan kepada orang-orang yang menguasai betul bahasa Indonesia..

(18) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 3. Persoalan-persoalan berbahasa tersebut menjadi sangat kompleks ketika kesalahan berbahasa terjadi pada situasi atau bidang-bidang tertentu yang memang menuntut akan adanya sebuah keteraturan kaidah berbahasa. Dukungan pihak pendidikan yang seharusnya berperan aktif menjaga kelestarian bahasa Indonesia justru turut tergerus dan cenderung mengikuti arus yang negatif. Sebagai tahap awal dalam penelitian, peneliti melakukan pengamatan awal terhadap beberapa tulisan ilmiah berupa tugas akhir mahasiswa Pendidikan Sejarah di Universitas Sanata Dharma. Dari pengamatan tersebut, peneliti menemukan berbagai kesalahan kebahasaan yang berkaitan dengan penggunaan konjungsi. Berikut ini adalah kalimat-kalimat dalam tugas akhir yang di dalamnya terdapat kesalahan penggunaan konjungsi. (1) Dan Pancasila dianggap memiliki kesakralan (kesaktian) yang tidak boleh diperdebatkan. (A/PS/2013/H18/P1/K9) (2) Tragedi itu tidak hanya mengakibatkan kehidupan jutaan anak bangsa hilang dan berubah melainkan juga telah mendorong terjadinya transisi kekuasaan pemerintahan secara berdarah, di mana ribuan bahkan mungkin jutaan nyawa anak bangsa melayang. (A/PS/2013/H3/P2/K4) Di dalam kalimat nomor (1), konjungsi dan hadir pada posisi antarkalimat. Penggunaan konjungsi dan dalam kalimat tersebut tidak dibenarkan. Konjungsi dan hanya boleh hadir dalam posisi intrakalimat sebagai konjungsi koordinatif (Rahardi, 2009:15). Penggunaan bentuk yang salah seperti itu masih sering ditemui di dalam berbagai karya tulisan. Kesalahan penggunaan konjungsi juga terdapat dalam kalimat nomor (2). Dalam kalimat tersebut, penulis menggunakan konjungsi korelatif tidak hanya…, melainkan juga… Penggunaan konjungsi tersebut tidak benar. Pasangan konjungsi korelatif yang benar adalah tidak hanya…, tetapi juga…. Bentuk kojungsi korelatif.

(19) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 4. tidak hanya…, tetapi juga… adalah bentuk yang sifatnya baku. Oleh karena itu, bentuk tersebut tidak dapat diubah. Dalam tugas akhir yang lain, peneliti masih menjumpai kesalahan kebahasaan dalam hal penggunaan konjungsi. Berikut ini adalah kalimat-kalimat yang di dalamnya mengandung kesalahan penggunaan konjungsi. (1) Jika kita ingin mendirikan negara kesatuan Indonesia yang selaras dengan ciri khas masyarakat Indonesia, maka negara kita harus berdasar negara kesatuan. (D/PS/2013/H148/P2/K1) (2) Meskipun wilayah laut Majapahit sangatlah luas namun Majapahit bukan kerajaan Maritim. (B/PS/2013/H14/P2/K2) Bentuk penggunaan konjungsi pada kalimat (1) dan (2) di atas mengandung kesalahan berupa pemakaian konjungsi ganda. Dalam kalimat nomor (1), konjungsi jika..., maka… hadir sekaligus dalam satu kalimat. Dalam kalimat nomor (2), konjungsi meskipun…, namun… hadir sekaligus dalam satu kalimat. Penggunaan konjungsi ganda seperti yang terdapat dalam dua kalimat di atas menyebabkan induk kalimat dan anak kalimatnya tidak jelas. Anak kalimat harus diawali dengan konjungsi subordinatif, sedangkan induk kalimat tidak boleh didahului dengan konjungsi subordinatif. Berbagai bentuk kesalahan berbahasa dalam hal penggunaan konjungsi tersebut masih ditemukan di dalam berbagai tugas akhir mahasiswa. Siapapun yang berkecimpung dalam dunia akademik harus menyadari bahwa pemakaian konjungsi adalah hal yang sangat penting dalam wacana tulis. Konjungsi dapat menentukan hubungan antarbagian suatu pernyataan atau kalimat. Hadirnya konjungsi yang tepat dapat mendukung koherensi dalam wacana agar menjadi padu dan logis. Selain itu, ide yang disampaikan dalam wacana juga menjadi mudah dipahami. Oleh karena itu, peneliti berusaha mengembangkan sebuah penelitian dengan judul ‘Jenis-jenis.

(20) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 5. Kesalahan Penggunaan Konjungsi dalam Tugas Akhir Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma Tahun 2013’. Ada alasan yang menjadi dasar pemilihan tugas akhir Program Studi Pendidikan Sejarah sebagai sumber data penelitian. Tugas akhir para mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah tersebut sangat identik dengan peristiwa-peristiwa terdahulu yang dinarasikan. Oleh karena itu, penggunaan konjungsi yang tepat menjadi hal yang sangat penting dalam penulisan tugas akhir. Seperti yang telah diutarakan sebelumnya, penggunaan konjungsi dengan tepat dapat mendukung koherensi dalam wacana agar menjadi padu dan logis. Penelitian ini juga dilakukan untuk menunjukkan pentingnya kesadaran setiap warga negara Indonesia, khususnya mahasiswa, dalam hal menumbuhkan dan membina sikap positif terhadap bahasa Indonesia khususnya dalam hal penggunaan konjungsi.. 1. 2. Rumusan Masalah Rumusan masalah dibuat agar penelitian menjadi lebih terarah. Berdasarkan. uraian latar belakang masalah di atas, peneliti merumuskan rumusan masalah “Jenisjenis kesalahan penggunaan konjungsi apa sajakah yang terdapat dalam tugas akhir mahasiswa Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma tahun 2013?”.. 1. 3. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan jenis-jenis. kesalahan penggunaan konjungsi dalam tugas akhir mahasiswa Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma tahun 2013..

(21) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 1. 4. 6. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi mahasiswa, dosen. pembimbing tugas akhir, dan penelitian lain. (1) Bagi Mahasiswa Penelitian ini dapat menambah wawasan dan memperluas kajian tentang pemakaian konjungsi, khususnya di dalam penulisan karya ilmiah berupa tugas akhir. (2) Bagi Dosen Pembimbing Tugas Akhir Hasil penelitian ini dapat memberi masukan kepada para dosen pembimbing maupun penguji skripsi agar dapat lebih memperhatikan hal-hal teknis terkait dengan masalah bahasa dalam tugas akhir mahasiswa. Selain itu, contoh-contoh di dalam penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai referensi dalam pengajaran konjungsi. Pengajaran konjungsi dapat diterapkan melalui mata kuliah sintaksis, analisis kesalahan berbahasa, analisis wacana, dan penyuntingan. (3) Bagi Peneliti Lain Penelitian ini sebagai bentuk sumbangan terhadap peneliti lainnya agar dapat mengembangkan penelitian lebih lanjut berkaitan dengan masalah pemakaian konjungsi.. 1. 5. Batasan Istilah Untuk menyamakan konsep mengenai berbagai istilah yang akan digunakan,. penulis memberikan batasan istilah. Di bawah ini, dijelaskan batasan istilah yang ada di dalam penelitian ini..

(22) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 7. (1) Jenis-jenis Kesalahan Jenis-jenis kesalahan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jenis kesalahan berdasarkan taksonomi siasat permukaan yang diutarakan oleh Tarigan. Taksonomi siasat permukaan menurut Tarigan (1988:149), lebih menyoroti bagaimana cara-cara struktur-struktur permukaan berubah. Kesalahan-kesalahan tersebut meliputi (1) penghilangan, (2) penambahan, (3) salah formasi, dan (4) salah susun. (2) Konjungsi Konjungsi didefinisikan sebagai kata yang memiliki fungsi menghubungkan dua satuan kebahasaan yang memang sejajar atau sederajat. Artinya, kata penghubung itu pasti menghubungkan satuan kata dengan satuan kata, satuan frasa dengan satuan frasa, dan satuan klausa dengan satuan klausa (Rahardi, 2009:14). (3) Tugas Akhir Tugas akhir yang dimaksud dalam penelitian ini adalah skripsi dan makalah. Skripsi dan makalah merupakan karangan ilmiah berupa tugas akhir jenjang S1 pada Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma. Istilah tugas akhir digunakan karena di Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma, mahasiswa diperbolehkan menulis penelitian dalam tugas akhirnya baik dalam bentuk skripsi, maupun dalam bentuk makalah. Oleh karena itu, peneliti menggunakan istilah tugas akhir.. 1. 6. Sistematika Penyajian Penelitian ini terdiri dari lima bab. Bab I adalah bab pendahuluan yang berisi. latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan sistematika penyajian. Bab II adalah bab landasan teori. Bab ini.

(23) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 8. berisi penelitian terdahulu yang relevan dan kajian teori. Bab III adalah bab metoologi penelitian. Hal-hal yang akan dibahas dalam bab III adalah jenis penelitian, sumber data penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik analisis data, dan triangulasi data. Bab IV adalah bab hasil penelitian dan pembahasan. Hal-hal yang akan dibahas dalam bab ini adalah deskripsi data, hasil analisis data dan pembahasan. Bab V adalah bab penutup. Bab ini berisi dua hal, yaitu simpulan dan saran untuk mahasiswa, dosen pembimbing, dan penelitian lanjutan..

(24) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI BAB II LANDASAN TEORI. Dalam bab landasan teori ini akan dikaji dua hal, yaitu (1) penelitian terdahulu yang relevan dan (2) kajian teori. Kedua hal tersebut akan dibahas satu per satu dalam subbab yang ada di bawah ini.. 2.1. Penelitian Terdahulu yang Relevan Penelitian tentang penggunaan konjungsi memang sudah banyak dilakukan.. Kajian terhadap penelitian-penelitian tersebut sangat beragam sesuai dengan permasalahan yang diamati oleh peneliti lain. Hal yang menjadi keberagaman penelitian mengenai konjungsi yang lainnya adalah mengenai sumber data yang dianalisis. Penelitian mengenai konjungsi pernah dilakukan oleh Sofiyani (2011) dalam skripsi berjudul ‘Penggunaan Konjungsi dalam Novel Seindah Fajar di Langit Yogya Karya Maria Cecilia’. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah karya sastra berupa novel. Penelitian tersebut mencoba mendeskripsikan penggunaan-penggunaan konjungsi yang ada di dalamnya. Berikut ini adalah hasil penelitian yang dilakukan oleh Sofiyani. (1) Ada lima konjungsi koordinatif yang digunakan, yaitu dan, atau, padahal, tetapi, dan serta. (2) Ada sebelas macam konjungsi subordinatif yang digunakan, yaitu konjungsi subordinatif yang menyatakan waktu: sejak, begitu, selama, setelah, sementara, ketika, sampai dan semenjak; konjungsi subordinatif yang menyatakan syarat: asal (kan), bila, dan jika; konjungsi koordinatif konsesif: walau (pun);. 9. konjungsi.

(25) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 10. subordinatif sebab: karena, sebab; konjungsi subordinatif menyatakan cara: dengan; konjungsi subordinatif menyatakan alat: dengan; konjungsi subordinatif menyatakan hasil: sehingga, maka(nya); konjungsi subordinatif tujuan: agar; konjungsi subordinatif atributif: yang; konjungsi subordinatif komplementasi: bahwa; dan konjungsi subordinatif perbandingan: seperti. (3) Ada empat macam konjungsi antarkalimat, yaitu konjungsi antarkalimat yang bermakna hubungan urutan waktu: kemudian; konjungsi antarkalimat bermakna penegasan: bahkan; konjungsi antarkalimat bermakna kontras: namun; dan konjungsi antarkalimat bermakna alahan: walaupun demikian. Anggitasari (2013) dalam skripsinya yang berjudul Pemakaian Konjungsi pada Kolom Tajuk Surat Kabar Harian Jogja Bulan Agustus Tahun 2012 menemukan sepuluh konjungsi yang paling sering digunakan di dalam kolom tajuk Harian Jogja. Kesepuluh konjungsi tersebut adalah yang sebanyak 36,22%, dan sebanyak 18,31%, hanya sebanyak 50,3%, adalah sebanyak 4,83%, atau/ataupun sebanyak 4,02%, tapi/tetapi sebanyak 3,82%, jika/kalau sebanyak 3,42%, hingga/sehingga sebanyak 2,92%, bahkan sebanyak 2,51%, dan karena sebanyak 2,31%. Selain itu, peneliti juga menemukan 36 kesalahan penggunaan konjungsi selama 25 kali koran terbit. Kesalahan tersebut yaitu 11 kesalahan pada penggunaan konjungsi tapi/tetapi, 6 kesalahan pada pemakaian konjungsi dan, 5 kesalahan pada penggunaan konjungsi jika/jikalau, 5 kesalahan pada penggunaan konjungsi yang, 4 kesalahan pada pemakaian konjungsi sedangkan, 3 kesalahan pada pemakaian konjungsi namun, dan 2 kesalahan pada pemakaian konjungsi bahkan. Penelitian mengenai konjungsi juga pernah diteliti oleh Astuti (2007) dalam skripsinya yang berjudul Kemampuan Siswa Kelas VIII SMP N 2 Ngaglik, Sleman Yogyakarta dalam Menggunakan Konjungsi Antarkalimat dalam Paragraf Tahun.

(26) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 11. Ajaran 2005/2006. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian tersebut menunjukkan nilai rata-rata (mean) kemampuan siswa sebesar 62,44 dan simpangan baku 13,70. Artinya, hasil itu menunjukkan bahwa kemampuan siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Ngaglik, Sleman, Yogyakarta dalam menggunakan konjungsi antarkalimat termasuk dalam kategori sedang. Hasil ini didasarkan pada interpretasi dari patokan perhitungan persentase skala sepuluh yang berada pada tingkat penguasaan 56%-65%. Objek dan metode yang digunakan dalam ketiga penelitian di atas beraneka ragam. Penelitian Sofiyani (2011) berkonsentrasi pada konjungsi yang digunakan dalam karya sastra berupa novel. Penelitian Anggitasari (2013) menelaah konjungsi yang digunakan dalam media massa. Penelitian Astuti (2007) secara lebih khusus membahas tingkat kemampuan menggunakan konjungsi antarkalimat dalam paragraf pada siswa kelas VIII SMP N 2 Ngaglik dengan metode penelitian deskriptif kuantitatif. Meskipun penelitian mengenai penggunaan konjungsi sudah banyak dilakukan, penelitian tersebut masih layak diteliti lebih lanjut. Bentuk-bentuk kesalahan berbahasa dalam hal penggunaan konjungsi masih ditemukan di dalam tugas akhir mahasiswa. Padahal, penulisan karya ilmiah berupa tugas akhir merupakan salah satu contoh situasi pemakaian bahasa yang mutlak harus memperhatikan kaidah bahasa yang benar. Format bahasa yang digunakan harus memenuhi standar ilmiah serta harus sesuai dengan aturan bahasa Indonesia baku. Oleh karena itu, peneliti akan menghadirkan objek penelitian yang berbeda dari penelitian-penelitian sebelumnya, yaitu penggunaan konjungsi dalam tugas akhir mahasiswa. Pemecahan masalah tidak hanya sebatas pada jenis-jenis kesalahan konjungsi yang digunakan, tetapi juga alternatif perbaikannya..

(27) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 2. 2. 12. Kajian Teori. 2.2.1 Pengertian Konjungsi Ada beberapa definisi konjungsi menurut para ahli bahasa. Menurut Chaer (2011:103), konjungsi adalah kategori kata yang bertugas menghubungkan kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa, kalimat dengan kalimat, bahkan juga paragraf dengan paragraf. Alwi, dkk. (2014:301) menggunakan istilah konjungtor sebagai istilah yang sama dengan konjungsi. Konjungtor adalah kata tugas yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat: kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa. Konjungsi. juga. didefinisikan. sebagai. kata. yang. memiliki. fungsi. menghubungkan dua satuan kebahasaan yang memang sejajar atau sederajat. Artinya, kata penghubung itu pasti menghubungkan satuan kata dengan satuan kata, satuan frasa dengan satuan frasa, dan satuan klausa dengan satuan klausa (Rahardi, 2009:14). Perbedaan dari beberapa pendapat tersebut terletak pada penyebutan istilah konjungsi itu sendiri. Akan tetapi, penelitian ini mengacu pada pengertian konjungsi yang diutarakan oleh Rahardi (2009) sesuai dengan dalam batasan istilah. Kalimatkalimat di bawah ini adalah contoh-contoh kalimat yang di dalamnya menggunakan konjungsi. (1) Soekarno dan Hatta pernah diancam tentara Jepang. (2) Permasalahan dualisme kompetisi serta tunggakan gaji pemain menjadi tugas yang harus segera diselesaikan oleh PSSI. (3) Jokowi terpilih sebagai Presiden RI, sedangkan Jusuf Kalla sebagai wakilnya. (4) Aktivitas Gunung Sinabung sudah kembali normal. Akan tetapi, masyarakat diminta untuk tetap waspada. Konjungsi. dalam. kalimat. (1). di. atas. merupakan. konjungsi. yang. menghubungkan kata dengan kata. Konjungsi dan menghubungkan kata Soekarno dan Hatta. Di dalam kalimat (2), konjungsi serta menghubungkan dua buah frasa. Frasa.

(28) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 13. yang dimaksud adalah permasalahan dualisme kompetisi dan tunggakan gaji pemain. Konjungsi sedangkan dalam kalimat (3) menghubungkan dua klausa. Klausa yang dimaksud adalah Jokowi terpilih sebagai Presiden RI dan Jusuf Kalla sebagai wakilnya. Di dalam kalimat (4), konjungsi akan tetapi menghubungkan kalimat Aktivitas Gunung Sinabung sudah kembali normal dan masyarakat diminta untuk tetap waspada.. 2.2.2 Jenis-jenis Konjungsi Menurut Ramlan (2008:40), berdasarkan sifatnya, konjungsi dibedakan menjadi dua, yaitu (1) konjungsi setara (koordinatif) dan (2) konjungsi tidak setara (subordinatif). Konjungsi setara (koordinatif) adalah konjungsi yang menghubungkan kata, frasa, atau klausa yang sejajar atau setara (sama tingkatannya dan kedudukannya). Konjungsi tidak setara (subordinatif) adalah konjungsi yang menghubungkan klausa atau kalimat yang kedudukannya tidak setara atau konjungsi yang menghubungkan anak kalimat dan induk kalimat. Jika dilihat dari fungsinya, konjungsi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu (1) konjungsi yang menghubungkan kata, klausa, atau kalimat yang kedudukannya sederajat atau setara dan (2) konjungsi yang menghubungkan klausa dengan klausa yang kedudukannya tidak sederajat, melainkan bertingkat (Chaer, 2011:140-141). Konjungsi yang menghubungkan kata, klausa, atau kalimat yang kedudukannya sederajat atau setara berarti konjungsi yang hanya menghubungkan kata, klausa, atau kalimat yang sama tingkatan dan kedudukannya. Konjungsi yang menghubungkan klausa dengan klausa yang kedudukannya tidak sederajat, tetapi bertingkat, berarti konjungsi yang hanya menghubungkan klausa atau kalimat yang kedudukannya tidak setara atau tidak sama tingkatan dan kedudukannya..

(29) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 14. Jika dibedakan menurut posisinya, konjungsi dapat dibagi atas (1) konjungsi intrakalimat dan (2) konjungsi ekstrakalimat (Kridalaksana, 2005:102–103). Konjungsi intrakalimat adalah konjungsi yang ada pada satu kalimat. Konjungsi antarkalimat atau konjungsi ekstrakalimat adalah konjungsi pada kalimat yang berbeda atau antarparagraf. Dilihat dari perilaku sintaksisnya dalam kalimat, Rahardi (2009) membagi konjungsi menjadi empat kelompok. Konjungsi-konjungsi yang dimaksud adalah (1) konjungsi koordinatif, (2) konjungsi korelatif, (3) konjungsi subordinatif, dan (4) konjungsi antarkalimat. Tiga jenis konjungsi yang disebutkan pertama –koordinatif, korelatif, dan subordinatif– lazimnya beroperasi pada tataran kalimat, sedangkan konjungsi yang disebutkan terakhir lazimnya berada pada tataran wacana (discourse).. 2.2.2.1 Konjungsi Koordinatif Konjungsi koordinatif merupakan konjungsi yang bertugas menghubungkan dua unsur kebahasaan atau lebih yang cenderung sama tataran atau tingkat kepentingannya. Konjungsi koordinatif juga bertugas menghubungkan dua unsur kebahasaan atau lebih yang memiliki status sama. Adapun yang dimaksud status sama adalah sama antara kata dan kata, antara frasa dan frasa, antara klausa dan klausa, dan seterusnya. (Rahardi, 2009:14-15). Di bawah ini adalah jenis-jenis konjungsi koordinatif berserta contoh penggunaannya di dalam kalimat. (1) Konjungsi koordinatif dan sebagai penanda hubungan penambahan Contoh : Barcelona dan Juventus adalah finalis Liga Champions. (2) Konjungsi koordinatif serta sebagai penanda hubungan pendampingan Contoh : Ibu serta anaknya menjadi korban tragedi tenggelamnya kapal Titanic. (3) Konjungsi koordinatif atau sebagai penanda hubungan pemilihan Contoh : Masyarakat menunggu keputusan Jokowi untuk tetap menjadi Gubernur DKI atau mencalonkan diri sebagai presiden..

(30) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 15. (4) Konjungsi koordinatif tetapi sebagai penanda hubungan perlawanan Contoh : Suryadharma Ali ditetapkan sebagai tersangka, tetapi ia masih aktif di kegiatan politik. (5) Konjungsi koordinatif melainkan sebagai penanda hubungan perlawanan Contoh : SBY bukan ketua umum Partai Demokrat, melainkan dewan pembina Partai Demokrat. (6) Konjungsi koordinatif padahal sebagai penanda hubungan pertentangan Contoh : Pemerintah tetap menaikkan harga BBM, padahal harga minyak dunia sedang turun. (7) Konjungsi koordinatif sedangkan sebagai penanda hubungan pertentangan Contoh : Presiden RI mengunjungi korban bencana Sinabung, sedangkan Wakil Presiden RI mengadakan lawatan ke Jepang. 2.2.2.2 Konjungsi Korelatif Konjungsi korelatif adalah konjungsi yang hadir berpasangan atau berkorelasi dengan kata yang menjadi pasangannya. Dari sisi fungsinya di dalam kalimat, konjungsi korelatif bertugas menghubungkan dua kata, dua frasa, atau dua klausa yang memiliki status sintaksis atau status kalimat yang sama (Rahardi, 2009:17). Sebagai bentuk yang senyawa atau bentuk idiomatis, konjungsi korelatif terdiri dari dua bagian yang masing-masing dipisahkan oleh satu kata, satu frasa, atau satu klausa yang dihubungkannya itu. Di bawah ini adalah jenis-jenis konjungsi korelatif berserta contoh penggunaannya di dalam kalimat. (1) Konjungsi korelatif baik ... maupun … sebagai penanda hubungan kesetaraan Contoh : Baik Belanda maupun Nippon, keduanya pernah menjajah Indonesia. (2) Konjungsi korelatif tidak hanya ... tetapi juga … sebagai penanda hubungan perlawanan Contoh : PSSI tidak hanya mendapat hukuman dari Menpora, tetapi juga dari FIFA. (3) Konjungsi korelatif bukan hanya ... melainkan juga … sebagai penanda hubungan perlawanan Contoh : Jabatan Gita Wirjawan bukan hanya ketua PBSI, melainkan juga menteri perdagangan RI. (4) Konjungsi korelatif demikian ... sehingga … sebagai penanda hubungan akibat Contoh : Lionel Messi berlari demikian cepatnya, sehingga sangat sukar dikejar..

(31) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 16. (5) Konjungsi korelatif sedemikian rupa ... sehingga … sebagai penanda hubungan akibat Contoh : Kita harus mengerjakannya sedemikian rupa, sehingga hasilnya benarbenar baik. (6) Konjungsi korelatif apa(kah) ... atau … sebagai penanda hubungan pemilihan Contoh : Apa(kah) setuju atau tidak, Sjahrir tetap menghargai keputusan Soekarno. (7) Konjungsi korelatif entah ... entah … sebagai penanda hubungan pemilihan Contoh : Entah disetujui entah tidak, gagasannya tetap diusulkan. (8) Konjungsi korelatif jangankan ... , … pun sebagai penanda hubungan pertentangan Contoh : Jangankan orang lain, orang tuanya sendiri pun tidak dihormati. Rahardi (2010:57) menyatakan bahwa bentuk korelatif cenderung bersifat idiomatis. Bentuk idiomatis lazimnya juga bersifat senyawa, yang sudah barang tentu tidak dapat dimodifikasi begitu saja oleh penulisnya. Oleh karena itu, konjungsi korelatif yang digunakan harus sesuai dengan pasangan yang tepat.. 2.2.2.3 Konjungsi Subordinatif Konjungsi subordinatif adalah konjungsi yang bertugas menghubungkan dua buah klausa atau lebih. Klausa-klausa yang dihubungkannya tersebut tidak memiliki status sintaksis atau status kalimat yang sama (Rahardi, 2009:20). Klausa-klausa pada kalimat tersebut dikatakan memiliki status sintaksis yang tidak sama karena klausa yang satu merupakan induk kalimatnya, sedangkan klausa yang lainnya merupakan anak kalimatnya. Berikut adalah kelompok-kelompok konjungsi subordinatif beserta contoh penggunaannya di dalam kalimat. (1) Konjungsi subordinatif yang menyatakan waktu: sejak, semenjak, sedari, sewaktu, ketika, tatkala, sementara, begitu, seraya, selama, serta, sambil, demi, setelah, sesudah, sebelum, sehabis, selesai, sesuai, hingga, sampai Contoh : Selama pemerintahan SBY, BBM sudah dinaikkan sebanyak tiga kali. (2) Konjungsi subordinatif yang menyatakan syarat: jika, jikalau, kalau, asal(kan), bila, manakala.

(32) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI C ont oh :. 17. Jika tidak segera meproklamasikan kemerdekaan RI, Soekarno dan Hatta akan diancam golongan pemuda.. (3) Konjungsi subordinatif yang menyatakan pengandaian: andaikan, seandainya, umpamanya, sekiranya Contoh : Seandainya bentuk negara Indonesia adalah kerajaan, siapakah yang akan jadi rajanya? (4) Konjungsi subordinatif yang menyatakan tujuan: agar, supaya, biar Contoh : Agar cita-cita kemerdekaan dapat terwujud, nilai-nilai Pancasila harus diamalkan setiap warga negara. (5) Konjungsi subordinatif konsesif: biarpun, meskipun, walau(pun), kendati(pun), sekalipun Contoh : Meskipun wilayah laut Majapahit sangatlah luas, Majapahit bukan kerajaan Maritim. (6) Konjungsi subordinatif yang menyatakan pembandingan: seakan-akan, seolaholah, sebagaimana, seperti Contoh : Pernikahan GKR Bendara dilaksanakan secara sederhana seperti pernikahan kakaknya. (7) Konjungsi subordinatif yang menyatakan sebab: sebab, karena, oleh karena, oleh sebab Contoh : Karena mendapatkan sanksi FIFA, Indonesia tidak dapat berlaga di dalam kompetisi internasional. (8) Konjungsi subordinatif yang menyatakan hasil: sehingga, sampai (-sampai), maka(nya) Contoh : Ridwan Kamil sering mengunggah foto di instagramnya, sehingga pengikutnya banyak. (9) Konjungsi subordinatif yang menyatakan alat: dengan, tanpa Contoh : Saya membuat blog dengan laptop milik kakak saya. (10) Konjungsi subordinatif yang menyatakan cara: dengan, tanpa Contoh : Warung makan menjadi mudah terkenal dengan memperbanyak iklan di media massa. (11) Konjungsi subordinatif komplementasi: bahwa Contoh : Pedagang beras tidak menyadari bahwa beras yang dijualnya adalah beras plastik. (12) Konjungsi subordinatif atributif: yang Contoh : Makanan berbungkus plastik yang saya beli kemarin sore, sudah kadaluarsa. (13) Konjungsi subordinatif yang menyatakan perbandingan: sama … dengan, lebih ... dari(pada) Contoh : Stadion GBK lebih besar daripada Stadion Gelora Sriwijaya..

(33) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 18. 2.2.2.4 Konjungsi Antarkalimat Konjungsi antarkalimat merupakan konjungsi yang menghubungkan ide atau gagasan pada kalimat yang satu dengan ide atau gagasan pada kalimat yang lainnya. Baik dalam konteks lisan maupun konteks tulis, konjungsi antarkalimat itu harus selalu berada di awal kalimat karena memang tugas pokoknya adalah mengawali kalimat yang baru tersebut. Selain bertugas mengawali kalimat, konjungsi antarkalimat juga bertugas menghubungkan ide atau gagasan yang terdapat pada kalimat yang diawalinya tersebut. Oleh karena sifatnya yang demikian itu, cara penulisannya pun harus selalu diawali dengan huruf kapital. Selain itu, penulisannya juga harus diikuti dengan tanda koma. Konjungsi antarkalimat demikian itu lazimnya juga cenderung bersifat idiomatis. Oleh karena itu, bentuk senyawa demikian itu tidak dapat diubah atau dimodifikasi begitu saja sekehendak penulisnya. Bentuk kebahasaan tersebut harus digunakan apa adanya karena cenderung merupakan ungkapan yang sudah baku (Rahardi, 2009:25). Di bawah ini adalah jenis-jenis konjungsi antarkalimat berserta contoh penggunaannya di dalam kalimat. (1) Konjungsi antarkalimat yang menyatakan pertentangan dengan dinyatakan pada kalimat sebelumnya: biarpun demikian/begitu, sekalipun demikian/begitu, walaupun demikian/begitu, meskipun demikian/begitu, sungguhpun demikian/begitu. Contoh : Ribuan mahasiswa melakukan unjuk rasa di depan istana negara. Biarpun begitu, lalu lintas di depan istana negara tidak mengalami kemacetan. (2) Konjungsi antarkalimat yang menyatakan kelanjutan dari peristiwa atau keadaan pada kalimat sebelumnya: kemudian, sesudah itu, setelah itu, selanjutnya. Contoh: Soekarno pernah diasingkan di Ende, Nusa Tenggara Timur. Setelah itu, ia dipindahkan ke Bengkulu karena sakit. (3) Konjungsi antarkalimat yang menyatakan adanya hal, peristiwa, atau keadaan lain di luar dari yang sudah dinyatakan sebelumnya: tambahan pula, lagipula, selain i t u. Contoh : Kota Larantuka dikenal sebagai kota yang sangat religius. Selain itu, kota ini juga dikenal sebagai penghasil ikan laut..

(34) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 19. (4) Konjungsi antarkalimat yang menyatakan kebalikan dari yang dinyatakan sebelumnya: sebaliknya. Contoh : Laksamana Maeda tidak ingin menghalang-halangi kemerdekaan Indonesia. Sebaliknya, dia menjamin keselamatan Soekarno dalam menyusun naskah proklamasi di rumahnya. (5) Konjungsi antarkalimat yang menyatakan keadaan yang sebenarnya: sesungguhnya, bahwasanya. Contoh : Sabda Raja yang disampaikan Sri Sultan HB X menimbulkan pro dan kontra. Sesungguhnya, hal ini sudah diprediksi sebelumnya. (6) Konjungsi antarkalimat yang mempunyai fungsi menguatkan keadaan yang dinyatakan sebelumnya: malah(an), bahkan. Contoh : Ketua KPK, Abraham Samad dikenal gigih dalam memberantas korupsi di Indonesia. Bahkan, orang sekelas presiden pun tidak ditakutinya. (7) Konjungsi antarkalimat yang menyatakan pertentangan dengan keadaan sebelumnya: akan (tetapi), namun. Contoh : Status gunung Merapi sudah turun menjadi normal. Akan tetapi, masyarakat harus tetap waspada. (8) Konjungsi antarkalimat yang menyatakan keeksklusifan dan keinklusifan: kecuali i t u. Contoh : Sanksi FIFA kepada PSSI tidak menutup peluang Indonesia untuk berlaga di Sea Games. Kecuali itu, kompetisi-kompetisi internasional yang lainnya sudah tidak dapat diikuti. (9) Konjungsi antarkalimat yang menyatakan konsekuensi: dengan demikian. Contoh : SBY sudah menduduki jabatan presiden RI selama dua periode. Dengan demikian, SBY sudah tidak dapat mencalonkan diri sebagai presiden di ajang pemilu berikutnya. (10) Konjungsi antarkalimat yang menyatakan konsekuensi: oleh karena itu, oleh sebab itu. Contoh : Kasus kekerasan yang mengatasnamakan perbedaan agama meningkat. Oleh karena itu, pemerintah wajib ikut ambil bagian dalam menanganinya. (11) Konjungsi antarkalimat yang menyatakan kejadian yang mendahului hal yang dinyatakan sebelumnya: sebelum itu. Contoh : Ronaldo dinobatkan sebagai pemain terbaik dunia tahun 2014. Sebelum itu, ia juga dinobatkan sebagai top score La Liga. 2.2.3 Fungsi Konjungi Selain adanya perbedaan jenis, pemakaian konjungsi juga mempunyai fungsi masing-masing. Sesuai dengan makna satuan-satuan yang dihubungkan oleh.

(35) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 20. konjungsi, fungsi atau tugas konjungsi dapat dibedakan menjadi delapan belas fungsi (Kridalaksana, 2005:104). Adapun kedelapan belas fungsi dan tugas tersebut yaitu: (1) penambahan, (2) urutan, (3) pilihan, (4) gabungan, (5) perlawanan, (6) temporal, (7) perbandingan, (8) sebab, (9) akibat, (10) syarat, (11) tak bersyarat, (12) pengandaian, (13) harapan, (14) perluasan, (15) pengantar obyek, (16) cara, (17) perkecualian, dan (18) pengantar wacana. Kedelapanbelas fungsi konjungsi tersebut akan dijelaskan di dalam subbab di bawah ini. (1) Penambahan Konjungsi yang berfungsi sebagai penambahan ini merupakan jumlah atau banyaknya hal juga benda yang dimaksud. Contoh konjungsinya adalah dan, selain, tambahan lagi, dan bahkan. (2) Urutan Konjungsi yang berfungsi sebagai urutan ini memperjelas urutan atau sistematikanya suatu hal yang dijelaskan, misalkan urutan kejadian atau urutan membuat sesuatu. Contoh konjungsinya adalah lalu, lantas, dan kemudian. (3) Pilihan Konjungsi yang berfungsi sebagai pilihan ini memperjelas hal atau sesuatu yang mana yang akan dipilih. Contoh konjungsinya adalah atau dan entah. (4) Gabungan Konjungsi yang berfungsi sebagai gabungan ini memperjelas adanya gabungan antara dua hal yang mempunyai sifat yang sama. Contoh konjungsinya adalah baik....maupun. (5) Perlawanan Konjungsi yang berfungsi sebagai perlawanan ini memperjelas suatu yang berlawanan. Contoh konjungsinya adalah tetapi, hanya, dan sebaliknya..

(36) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 21. (6) Temporal Konjungsi yang berfungsi sebagai tempiral ini hampir sama seperti konjungsi yang berfungsi sebagai urutan, yaitu untuk memperjelas waktu kejadian. Contoh konjungsinya adalah ketika dan setelah itu. (7) Perbandingan Konjungsi yang berfungsi sebagai perbandingan ini memperjelas bagaimana perbandingan antara dua hal atau lebih. Contoh konjungsinya adalah sebagaimana dan seolah-olah. (8) Sebab Konjungsi yang berfungsi sebagai sebab ini memperjelas apa penyebab dari akibat yang ada. Contoh konjungsinya adalah karena dan lantaran. (9) Akibat Konjungsi yang berfungsi sebagai akibat ini memperjelas akibat apa yang ditimbulkan dari suatu perbuatan. Contoh konjungsinya adalah sehingga dan sampai-sampai. (10) Syarat Konjungsi yang berfungsi sebagai syarat ini memperjelas syarat untuk melakuakn suatu hal. Contoh konjungsinya adalah jikalau dan asalkan. (11) Tak Bersyarat Konjungsi yang berfungsi sebagai tak bersyarat ini memperjelas bahwa hal yang terjadi tidak mempunyai syarat. Contoh konjungsinya adalah meskipun dan biarpun..

(37) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 22. (12) Pengandaian Konjungsi yang berfungsi sebagai pengandaian ini memperjelas suatu yang diandaikan, dipikirkan, atau diinginkan. Contoh konjungsinya adalah andai kata, sekiranya, dan seumpama. (13) Harapan Konjungsi yang berfungsi sebagai harapan ini memperjelas bagaimana keinginan dari subjek yang bersangkutan. Contoh konjungsinya adalah agar, supaya, dan biar. (14) Perluasan Konjungsi yang berfungsi sebagai perluasan ini memperjelas keterangan tempat yang diinginkan. Contoh konjungsinya adalah yang dan di mana. (15) Pengantar Obyek Konjungsi yang berfungsi sebagai pengantar obyek ini menegaskan apa peranan obyek yang bersangkutan. Contoh konjungsinya adalah bahwa dan yang. (16) Cara Konjungsi yang berfungsi sebagai cara ini menegaskan bagaimana cara melakukan atau membuat sesuatu. Contoh konjungsinya adalah sambil dan seraya. (17) Perkecualian Konjungsi yang berfungsi sebagai perkecualian ini menegaskan mengenai perkecualian suatu hal. Contoh konjungsinya adalah kecuali dan selain. (18) Pengantar Wacana Konjungsi yang berfungsi sebagai pengantar wacana ini memperjelas wacana baru dari wacana sebelumnya. Contoh konjungsinya adalah sebermula, adapun, dan maka..

(38) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 23. Dari kedelapan belas macam fungsi konjungsi di atas, ada beberapa fungsi konjungsi yang tidak lazim digunakan dalam wacana. Fungsi-fungsi yang sering atau lazim dipakai adalah konjungsi yang berfungsi sebagai urutan, perlawanan, tak bersyarat, perluasan, pengantar obyek, perkecualian, dan pengantar wacana. Konjungsi-konjungsi yang lain juga dipakai, tetapi pemakaiannya jarang atau tidak lazim. Hal tersebut karena ada kata-kata yang berfungsi sebagai konjungsi yang belum begitu dikenal oleh banyak orang, seperti konjungsi sebermula dan seraya.. 2.2.4 Analisis Kesalahan Berbahasa Menurut Tarigan (1997), ada dua istilah yang bersinonim, yaitu kesalahan (error) dan kekeliruan (mistake) dalam pengajaran bahasa kedua. Kesalahan berbahasa adalah penggunaan bahasa yang menyimpang dari kaidah bahasa yang berlaku dalam bahasa itu. Sementara itu, kekeliruan adalah penggunaan bahasa yang menyimpang dari kaidah bahasa yang berlaku dalam bahasa itu namun tidak dipandang sebagai suatu pelanggaran berbahasa. Kekeliruan terjadi pada anak (siswa) yang sedang belajar bahasa. Kekeliruan berbahasa cenderung diabaikan dalam analisis kesalahan berbahasa karena sifatnya tidak acak, individual, tidak sistematis, dan tidak permanen (bersifat sementara). Jadi, analisis kesalahan berbahasa difokuskan pada kesalahan berbahasa berdasarkan penyimpangan kaidah bahasa yang berlaku dalam bahasa itu. Untuk membedakan antara kesalahan (error) dan kekeliruan (mistake), Tarigan (1997) menyajikan tabel perbandingan antara kesalahan dan kekeliruan. Perbandingan antara Kesalahan dan Kekeliruan Berbahasa No. 1 2. Sudut Pandang Sumber Sifat. Kesalahan Berbahasa. Kekeliruan Berbahasa. Kompetensi Sistematis, berlaku secara. Performasi Acak, tidak sistematis,.

(39) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 3 4. Durasi Sistem Linguistik. 5. Produk. 6. Solusi. umum Permanen Sudah dikuasai Penyimpangan kaidah bahasa Dibantu guru melalui latihan pengajar remedial. 24. secara individual Temporer/sementara Belum dikuasai Penyimpangan kaidah bahasa Diri sendiri (siswa): mawas diri, pemusatan Perhatian. Ada dua ukuran yang dapat digunakan untuk menjawab apa yang dimaksud dengan kesalahan berbahasa. Faktor yang pertama adalah penentu dalam berkomunikasi. Faktor-faktor penentu dalam berkomunikasi itu meliputi siapa yang berbahasa, dengan siapa, untuk tujuan apa, dalam situasi apa (tempat dan waktu), dalam konteks apa (peserta lain, kebudayaan, dan suasana), dengan jalur apa (lisan atau tulisan), dengan media apa (tatap muka, telepon, surat, kawat, buku, koran, dan sebagainya), dan dalam peristiwa apa (bercakap-cakap, ceramah, upacara, laporan, lamaran kerja, dan sebagainya). Faktor yang kedua adalah faktor-faktor yang berkaitan dengan aturan atau kaidah kebahasaan. Kaidah kebahasaan tersebut dikenal juga dengan istilah tata bahasa (Depdikbud, 1995). Penggunaan bahasa yang tidak sesuai dengan faktor-faktor penentu berkomunikasi atau penggunaan bahasa yang tidak sesuai dengan norma kemasyarakatan bukanlah berbahasa Indonesia dengan baik. Berbahasa Indonesia yang menyimpang dari kaidah atau aturan tata bahasa Indonesia, jelas pula bukan berbahasa dengan benar. Kesimpulannya, kesalahan berbahasa adalah penggunaan bahasa baik secara lisan maupun tertulis yang menyimpang dari faktor-faktor penentu berkomunikasi atau menyimpang dari norma kemasyarakatan dan menyimpang dari kaidah tata bahasa Indonesia (Setyawati, 2010). Tarigan (1996/1997:48-49) juga mengklasifikasikan kesalahan berbahasa dalam bahasa Indonesia menjadi lima macam, yaitu (1) berdasarkan tataran linguistik,.

(40) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 25. (2) berdasarkan keterampilan berbahasa, (3) berdasarkan jenis bahasa yang digunakan, (4) berdasarkan penyebab kesalahan, dan (5) berdasarkan frekuensi terjadinya kesalahan. Klasifikasi tersebut akan dijelaskan dalam poin-poin di bawah i ni . (1) Berdasarkan tataran linguistik, kesalahan berbahasa dapat diklasifikasikan menjadi kesalahan bahasa di bidang fonologi, morfologi, sintaksis (frasa, klausa, dan kalimat), semantik, dan wacana. (2) Berdasarkan. kegiatan. berbahasa. atau. keterampilan. berbahasa. dapat. diklasifikasikan menjadi kesalahan berbahasa dalam menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. (3) Berdasarkan sarana atau jenis bahasa yang digunakan dapat berwujud kesalahan berbahasa secara lisan dan secara tertulis (4) Berdasarkan penyebab kesalahan tersebut terjadi dapat diklasifikasikan menjadi kesalahan berbahasa karena pengajaran dan kesalahan berbahasa karena interferensi. (5) Kesalahan berbahasa berdasarkan frekuensi terjadinya dapat diklasifikasikan atas kesalahan berbahasa yang paling sering, sering, sedang, kurang, dan jarang terjadi.. 2.2.5 Jenis-jenis Kesalahan Tarigan (1988:145) mengatakan bahwa ada empat taksonomi yang penting dan perlu kita ketahui mengenai kesalahan berbahasa, yaitu (1) taksonomi kategori linguistik, (2) taksonomi siasat permukaan, (3) taksonomi komparatif, dan (4) taksonomi efek komunikatif. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis yang kedua, yaitu taksonomi siasat permukaan. Taksonomi siasat permukaan lebih menyoroti bagaimana cara-cara struktur-struktur permukaan berubah, yang meliputi.

(41) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 26. kesalahan (1) penghilangan, (2) penambahan, (3) salah formasi, dan (4) salah susun, Tarigan (1988: 149).. 2.2.5.1 Penghilangan Penghilangan merupakan tindakan menghilangkan atau yang menyebabkan ketidakhadiran suatu butir yang seharusnya ada dalam tulisan yang baik dan benar. Kalimat di bawah ini adalah contoh kesalahan ‘penghilangan’ berkaitan dengan penggunaan konjungsi. Bentuk yang salah: Jepang datang, Belanda pergi. Bentuk yang benar: Jepang datang sesudah Belanda pergi atau Jepang datang sebelum Belanda pergi. Kalimat tersebut mengalami keracunan makna karena penghilangan butir kata (konjungsi) yang seharusnya tidak terjadi. Ketidakhadiran konjungsi membuat makna dalam kalimat tersebut tidak jelas.. 2.2.5.2 Penambahan Kebalikan dari penghilangan, penambahan diartikan sebagai tindakan menambahkan atau menyebabkan hadirnya suatu unsur yang seharusnya tidak muncul dalam tulisan yang baik dan benar. Kalimat di bawah ini adalah contoh kesalahan ‘penambahan’ berkaitan dengan penggunaan konjungsi. Bentuk yang salah: Meski bangsa Indonesia masih terpecah dalam dua pendapat antara percaya atau tidak kepada anggapan bahwa PKI lah yang paling bertanggung jawab atas Tragedi kemanusiaan tersebut namun munculnya film-film diatas (dan beberapa film lain) berjasa memberikan narasi-narasi lain dengan sudut pandang lain mengenai tragedi kemanusiaan yang selama masa Orde Baru ditabukan oleh negara..

(42) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 27. Bentuk yang benar: Meski bangsa Indonesia masih terpecah dalam dua pendapat, antara percaya dan tidak kepada anggapan bahwa PKI lah yang paling bertanggung jawab atas Tragedi kemanusiaan tersebut, munculnya film-film di atas (dan beberapa film lain) berjasa memberikan narasi-narasi lain dengan sudut pandang lain mengenai tragedi kemanusiaan yang selama masa Orde Baru ditabukan oleh negara. Bentuk meski dan namun yang hadir dalam satu kalimat sekaligus seperti yang ada dalam kalimat di atas, merupakan fakta kemubadziran atau kelewahan di dalam linguistik atau ilmu bahasa (Rahardi, 2010:1). Kedua bentuk bahasa yang berpasangan tersebut sesungguhnya memiliki makna dan maksud yang sama, sekalipun bentuknya tidak persis sama. Jika bentuk kebahasaan yang sesungguhnya sama demikian itu digunakan secara bersamaan dan simultan, bentuk kebahasaan demikian itu disebut sebagai bentuk mubadzir atau bentuk lewah.. 2.2.5.3 Salah Formasi Salah formasi merupakan perpaduan beberapa unsur bahasa yang tidak seharusnya atau tidak sepadan. Kalimat di bawah ini adalah contoh ‘salah formasi’ berkaitan dengan penggunaan konjungsi. Bentuk yang salah: Untuk itu perlu dilakukan studi terus-menerus tidak hanya tentang peristiwanya, melainkan juga tentang bagaimana peristiwa itu dinarasikan oleh berbagai kelompok dalam berbagai periode dalam masyarakat Indonesia. Bentuk yang benar: Untuk itu, perlu dilakukan studi terus-menerus, tidak hanya tentang peristiwanya, tetapi juga tentang bagaimana peristiwa itu dinarasikan oleh berbagai kelompok dalam berbagai periode masyarakat Indonesia. Pemakai bahasa tidak menyadari bahwa kalimat tersebut menggunakan padanan yang tidak serasi. Rahardi (2010:57) mengatakan bahwa bentuk-bentuk konjungsi korelatif cenderung bersiat idiomatis. Bentuk idiomatis lazimnya juga bersifat senyawa, yang sudah barang tentu tidak dapat dimodifikasi begitu saja. Tipe konjungsi korelatif yang seharusnya digunakan adalah tidak hanya…, tetapi juga…..

(43) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 28. 2.2.5.4 Salah Susun Salah susun dapat diartikan sebagai peletakan suatu unsur tidak pada tempatnya. Kalimat di bawah ini adalah contoh kesalahan ‘salah susun’ berkaitan dengan penggunaan konjungsi. Bentuk yang salah: Dan mempelajari sejarah pun menjadi sebuah hal yang signifikan untuk dilakukan agar kita dapat memahami konteks masa kini. Bentuk yang benar: Belajar sejarah menjadi sebuah hal yang signifikan untuk dilakukan agar kita dapat memahami konteks masa kini. Konjungsi dan adalah konjungsi intrakalimat yang berfungsi koordinatif. Rahardi (2010:15) mengatakan bahwa konjungsi dan sama sekali tidak dapat berfungsi sebagai konjungsi antarkalimat.. 2.2.6 Tugas Akhir Di dalam Program Studi Pendidikan Sejarah USD, tugas akhir yang dapat dibuat oleh mahasiswa sebagai syarat kelulusan terdapat dua macam, yaitu skripsi dan makalah. Keduanya merupakan karangan ilmiah berupa tugas akhir pada pendidikan strata satu/S1. Masalah yang diajukan berkenaan dengan salah satu aspek yang menjadi substansi bidang keilmuan yang ditekuni. Oleh karena itu, ada hal-hal yang harus dipenuhi dalam penulisan tugas akhir, baik skripsi maupun makalah. Karena merupakan jenis karya ilmiah, tugas akhir harus disajikan dalam ragam bahasa ilmiah. Chaer (2011:4) menjelaskan ciri-ciri bahasa Indonesia ragam ilmiah. (1) Bahasa ilmiah bersifat lugas. Artinya, apa yang akan diutarakan, dikatakan saja secara langsung, apa adanya, tidak berbelit-belit atau bertele-tele, atau tanpa kalimat yang berbunga-bunga..

(44) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 29. (2) Bahasa ilmiah mematuhi kaidah-kaidah gramatika. Artinya, kalimat-kalimat dan paragraf-paragraf sesuai dengan kaidah-kaidah tata bahasa. (3) Efektivitas. kalimat-kalimatnya. terpenuhi.. Maksudnya,. pesan-pesan. yang. dikandung kalimat-kalimat itu dapat diterima pembaca persis seperti yang diinginkan penulis. (4) Kosakata yang digunakan, selain kosakata baku, juga sesuai dengan kaidah pemilihan kata (diksi) dan istilah-istilah yang digunakan sesuai dengan bidang ilmu yang ditekuni. (5) Kalimat-kalimatnya bebas dari ketaksaan (ambiguiti). Maksudnya, kalimatkalimatnya, atau paragraf-paragrafnya tidak menimbulkan tafsiran ganda. (6) Bebas dari makna kias dan figura bahasa. Artinya, kata-kata atau kalimat-kalimat yang digunakan harus bermakna lugas. (7) Mematuhi persyaratan penalaran. Maksudnya, secara semantik kalimat-kalimat bersifat lugas dan dapat diterima oleh akal sehat. (8) Mematuhi atau menerapkan kaidah-kaidah ejaan yang berlaku. (Saat ini adalah Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan, disingkat EYD) Semua ciri itu harus tampak terjalin pada setiap kalimat, setiap paragraf, atau pada karangan ilmiah itu seutuhnya. Oleh karena itu, penulis karya ilmiah harus memperhatikan hal-hal tersebut..

(45) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam bab metodologi penelitian ini akan dikaji enam hal, yaitu (1) jenis penelitian, (2) data dan sumber data, (3) teknik pengumpulan data, (4) instrumen penelitian, (5) teknik analisis data, dan (6) triangulasi data. Keenam hal tersebut akan dibahas satu per satu dalam subbab yang ada di bawah ini.. 3. 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif.. Penelitian deskriptif yakni suatu penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau hal lain-lain yang sudah disebutkan. Hasilnya akan dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian (Arikunto, 2010:3). Penelitian yang peneliti lakukan ini relevan dengan definisi tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data-data kesalahan berupa kesalahan penggunaan konjungsi yang terdapat dalam tugas akhir mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma lulusan tahun 2013. Data-data tersebut kemudian dideskripsikan secara apa adanya atau sesuai dengan fenomena yang tampak. Arikunto (2010:310) juga menegaskan bahwa penelitian deskriptif tidak ditujukan untuk menguji hipotesis. Oleh karena itu, dalam penelitian ini, kesalahan penggunaan konjungsi sebagai fenomena yang terdapat pada subjek penelitian, semata-mata dideskripsikan dengan menggunakan. kata-kata.. Berdasarkan. penjelasan. tersebut,. peneliti. dapat. menyimpulkan bahwa penelitian deskriptif kualitatif adalah penelitian yang dilakukan untuk menyelidiki keadaan, kondisi, atau hal-hal lain dengan memaparkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang atau perilaku yang dapat. 30.

(46) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 31. diamati. Kemudian, hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian. Metode deskriptif kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data yang akurat sehingga mempermudah proses analisis.. 3. 2. Sumber Data Penelitian Data adalah hasil pencatatan peneliti tentang objek penelitian (Soewandi,. 2007:16). Hasil pencatatan itu dapat berupa kata maupun angka. Data dalam penelitian ini adalah kalimat-kalimat dalam tugas akhir mahasiswa Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma 2013 yang di dalamnya terdapat penggunaan konjungsi yang tidak tepat. Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh (Arikunto, 2010:172). Sumber data dari penelitian ini adalah tugas akhir mahasiswa Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma tahun 2013 sebagai sumber tertulis.. 3. 3. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data suatu penelitian sangat diperlukan. Pengumpulan data. dalam penelitian ini menggunakan teknik catat. Teknik catat yaitu pencatatan yang dilakukan tabel analisis data yang dilanjutkan dengan klasifikasi (Sudaryanto, 1993:133-135). Berikuti ini adalah langkah-langkah pengumpulan data dilakukan oleh peneliti. (1) Mengunduh tugas akhir mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma lulusan tahun 2013 (http://www.library.usd.ac.id/). (2) Membaca dan menandai data-data kesalahan penggunaan konjungsi..

(47) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 32. (3) Mencatat data-data kesalahan penggunaan penggunaan konjungsi ke dalam tabel analisis data. (4) Memberi kode pada setiap data kesalahan tersebut. C ont oh : (A/PS/2013/H18/P1/K9) Keterangan : A = Tugas Akhir A PS = Pendidikan Sejarah 2013 = Tahun 2013 H18 = Halaman 18 P1 = Paragraf 1 K9 = Kalimat 9 3. 4. Instrumen Penelitian Menurut Moleong (2008:168), instrumen penelitian adalah alat pengumpul. data. Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri. Moleong (2008:168), menegaskan bahwa kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif adalah sebagai perencana, pelaksana, pengumpul, penganalisis, penafsir data, dan pada akhirnya menjadi pelapor hasil penelitian. Hal mengenai instrumen penelitian juga dijelaskan oleh Suharsimi Arikunto. Arikunto (2010:203) menjelaskan bahwa instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya menjadi lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga mudah diolah. Dalam penelitian ini, peneliti juga menggunakan tabel analisis data guna memudahkan dalam proses menganalisis data. Data-data yang telah diperoleh akan dimasukkan ke dalam tabel analisis data yang telah dipersiapkan oleh peneliti..

(48) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 3. 5. 33. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah analisis. deskriptif. Nurastuti (2007:103) menjelaskan bahwa analisis deskriptif yang dimaksud adalah dengan memperinci dan menjelaskan secara panjang lebar keterkaitan data penelitian dalam bentuk kalimat. Berikut ini adalah langkah-langkah analisis data yang dilakukan oleh peneliti. (1) Membaca data kesalahan penggunaan konjungsi dalam tabel analisis data. (2) Mengidentifikasi kesalahan penggunaan konjungsi. (3) Menemukan kesesuaian data dengan teori-teori konjungsi yang digunakan. (4) Melakukan analisis kesalahan penggunaan konjungsi. (5) Melakukan perbaikan terhadap data kesalahan berdasarkan teori konjungsi yang digunakan. (6) Menyerahkan analisis dan perbaikan data kesalahan kepada triangulator untuk diuji keabsahannya. (7) Melakukan perbaikan sesuai dengan saran triangulator.. 3.6. Triangulasi Data Triangulasi. data. adalah. teknik. pemeriksaan. keabsahan. data. yang. memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 2008:330). Penelitian ini membutuhkan. triangulasi. agar. memiliki. keabsahan. data. dan. dapat. dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi teori dan triangulasi logis. Dengan triangulasi teori, peneliti membandingkan teori-teori tentang konjungsi menganalisis berbagai bentuk penggunaan konjungsi dalam tugas akhir..

(49) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 34. Dengan triangulasi logis, peneliti melakukan bimbingan kepada dosen pembimbing, yaitu Ibu Dr. Yuliana Setiyaningsih, M.Pd., sebagai dosen pembimbing I dan Bapak Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum. sebagai dosen pembimbing II. Selain itu, peneliti meminta kesediaan Bapak Dr. Y. Karmin, M.Pd., dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, untuk melakukan pengecekan terhadap data penelitian ini. Peneliti mempercayai beliau untuk menjadi triangulator dengan alasan pengalaman dan kompetensi beliau dalam pengajaran bahasa Indonesia, khususnya linguistik. Ada beberapa tahap yang dilakukan dalam proses triangulasi data penelitian. Pertama, peneliti menyerahkan hasil analisis data kepada triangulator. Kedua, triangulator memeriksa hasil analisis tersebut. Jika ada analisis data yang perlu diperbaiki, peneliti bertugas memperbaikinya dan menyerahkan kembali kepada triangulator. Ketiga, triangulator mengisi kolom ‘setuju/tidak setuju’ yang tertera pada tabel analisis data. Keempat, setelah triangulator melakukan triangulasi data, hasilnya digunakan sebagai acuan dalam menyusun pembahasan pada bab IV..

Referensi

Dokumen terkait

Kami menyadari bahan ini dimungkinkan masih terdapat kekurangan baik isi maupun bentuk sajiannya. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran untuk kesempurnaan

Model konsep dan teori keperawatan yang dijelaskan oleh Peplau ini menjelaskan tentang kemampuan dalam memahami diri sendiri dan orang lain yang menggunakan dasar

Seekor lalat buah jantan bermata merah-sayap normal (PPVV) disilangkan dengan lalat buah betina bermata ungu-sayap keriput (ppvv).. Selanjutnya dilakukan uji silang (test

Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan apabila dikaitkan dengan teori, dalam penerapan petunjuk teknis kegiatan di Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Dinas

Dilihat dari hasil perhitungan efisiensi lintasan, smoothing index dan balance delay yang dihasilkan dari perhitungan menggunakan metode heuristik dimana metode RPW menjadi

Hambatan dalam pengelolaan perpustakaan sebagai sumber belajar adalah fasilitas gedung atau ruangan yang kurang layak, koleksi buku yang masih terbatas,

Unit penampil berbasis PC ( Personal Computer ) pada sistem penganalisis komponen frekuensi harmonisa arus beban peralatan listrik mampu menampilkan grafik frekuensi harmonisa dan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) tidak ada hubungan prestasi belajar mata pelajaran kewirausahaan dengan jiwa kewirausahaan siswa SMK; (2) tidak ada