ABSTRAK
Francisca. (2015). Mengidentifikasi Dinamika Pembelajaran Seni Tari di Sekolah Dasar. Skripsi, Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Pelaksanaan pembelajaran seni tari merupakan pendidikan nilai seni ekspresi kreatif yang bertujuan untuk menumbuhkembangkan kepekaan apresiasi estetik, membentuk kepribadian lahir dan batin, budi luhur sesuai dengan lingkungan budaya Indonesia. Sebagai sarana pendidikan nilai pembelajaran seni tari mempunyai banyak manfaat terutama bagi siswa sekolah dasar yang sifatnya masih suka bermain.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif dengan menggunakan pendekatan fenomenologi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi. Informasi yang dikumpulkan berasal dari beberapa informan yang terkait dengan pembelajaran seni tari di sekolah dasar yaitu guru seni tari, staf sekolah dasar dan orang tua siswa. Objek penelitian ini adalah pembelajaran seni tari. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah reduksi data, display data dan kesimpulan.
Berdasarkan hasil observasi dari kegiatan pembelajaran seni tari di enam sekolah dasar yang terbagi menjadi tiga sekolah dasar swasta dan tiga sekolah dasar negeri, wawancara dan studi dokumentasi tentang dinamika pembelajaran seni tari di sekolah dasar, terdapat sepuluh hasil temuan penelitian yang muncul. Sepuluh hasil temuan penelitian tersebut adalah (1) siswa sekolah dasar mempunyai semangat dan antusiasme yang tinggi dalam mengikuti pembelajaran seni tari, (2) cara guru melaksanakan seni tari adalah membuat siswa menjadi nyaman terlebih dahulu barulah memberikan gerak dasar dalam menari, (3) guru melakukan penilaian kepada siswa dengan menggunakan teknik observasi dan pentas seni bersama, (4) guru seni tari disetiap sekolah ini merupakan guru lepas, (5) gaji yang diterima oleh setiap guru tari di keenam sekolah dasar tersebut berbeda-beda, (6) pembelajaran seni tari membentuk siswa menjadi pribadi yang lebih percaya diri dan secara tidak langsung membentuk karakter yang unggul bagi siswa sekolah dasar, (7) setiap sekolah memberikan pembelajaran seni tari ini karena sesuai dengan visi dan misi, (8) fasilitas pendukung yang diberikan oleh sekolah terhadap pembelajaran seni tari ini adalah berupa ruangan atau pendopo,
tape recorder, dan lima dari enam sekolah dasar tersebut mempunyai satu set
gamelan sebagai, (9) sekolah mendukung dengan diadakannya pembelajaran seni tari karena pembelajaran seni tari merupakan pembelajaran untuk mengenal budaya bangsa supaya siswa dapat mulai belajar mencintai budaya bangsa, (10) orang tua siswa sangat mendukung dan bangga dengan diadakannya pembelajaran seni tari di sekolah dasar ini, membentuk sebuah paguyuban orang tua siswa dan mengikutsertakan anak-anaknya dalam sebuah sanggar tari.
ABSTRACT
Francisca. (2015). Identify the Dynamics of The Art of Dance Learning in Primary School. Essay, Yogyakarta: Education Study Program of Primary School Teachers, Sanata Dharma University, Yogyakarta.
The art of dance learning is an educational art value creative expression which is aimed at developing appreciation estetik sensibility, forming spiritiually and physically personality and growth character in accordance with the Indonesian culture. As a means of education learning , dance has many benefits or advantages, especially for primary school students who still like to play.
The kind of research is the qualitative description study by adopting phenomenology. Technique data collection used are observation, in-depth interviews and documentation. Information gathered derived from several informant related to the art of dance learning in primary school that are dance teacher, the primary school and the parents. The research is learning studying dance. Analysis techniques the data used of the research are reduction data, display data and conclusions.
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh :
Francisca Ayudha Laksitapuri
111134012
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
MENGIDENTIFIKASI DINAMIKA
PEMBELAJARAN SENI TARI DI SEKOLAH DASAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh :
Francisca Ayudha Laksitapuri
111134012
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk:
Allah Tritunggal Mahakudus
Ayah, Ibu dan Adik tercinta
serta kekasihku yang selalu dengan sabar mendampingiku,
MOTTO
Jangan pernah sekalipun mendengar harapan orang lain. Lalui jalan hidupmu sendiri dan hiduplah dengan harapan-harapanmu
(Tiger Woods)
Tidak ada yang mufah, tapi tidak ada yang tidak mungkin
ABSTRAK
Francisca. (2015). Mengidentifikasi Dinamika Pembelajaran Seni Tari di Sekolah Dasar. Skripsi, Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Pelaksanaan pembelajaran seni tari merupakan pendidikan nilai seni ekspresi kreatif yang bertujuan untuk menumbuhkembangkan kepekaan apresiasi estetik, membentuk kepribadian lahir dan batin, budi luhur sesuai dengan lingkungan budaya Indonesia. Sebagai sarana pendidikan nilai pembelajaran seni tari mempunyai banyak manfaat terutama bagi siswa sekolah dasar yang sifatnya masih suka bermain.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif dengan menggunakan pendekatan fenomenologi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi. Informasi yang dikumpulkan berasal dari beberapa informan yang terkait dengan pembelajaran seni tari di sekolah dasar yaitu guru seni tari, staf sekolah dasar dan orang tua siswa. Objek penelitian ini adalah pembelajaran seni tari. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah reduksi data, display data dan kesimpulan.
Berdasarkan hasil observasi dari kegiatan pembelajaran seni tari di enam sekolah dasar yang terbagi menjadi tiga sekolah dasar swasta dan tiga sekolah dasar negeri, wawancara dan studi dokumentasi tentang dinamika pembelajaran seni tari di sekolah dasar, terdapat sepuluh hasil temuan penelitian yang muncul. Sepuluh hasil temuan penelitian tersebut adalah (1) siswa sekolah dasar mempunyai semangat dan antusiasme yang tinggi dalam mengikuti pembelajaran seni tari, (2) cara guru melaksanakan seni tari adalah membuat siswa menjadi nyaman terlebih dahulu barulah memberikan gerak dasar dalam menari, (3) guru melakukan penilaian kepada siswa dengan menggunakan teknik observasi dan pentas seni bersama, (4) guru seni tari disetiap sekolah merupakan guru lepas, (5) gaji yang diterima oleh setiap guru tari di keenam sekolah dasar tersebut berbeda-beda, (6) pembelajaran seni tari membentuk siswa menjadi pribadi yang lebih percaya diri dan secara tidak langsung membentuk karakter yang unggul bagi siswa sekolah dasar, (7) setiap sekolah memberikan pembelajaran seni tari karena sesuai dengan visi dan misi, (8) fasilitas pendukung yang diberikan oleh sekolah terhadap pembelajaran seni tari adalah berupa ruangan atau pendopo, tape
recorder, dan lima dari enam sekolah dasar tersebut mempunyai satu set gamelan
sebagai, (9) sekolah mendukung diadakannya pembelajaran seni tari karena pembelajaran seni tari merupakan pembelajaran untuk mengenal budaya bangsa supaya siswa dapat mulai belajar mencintai budaya, (10) orang tua siswa sangat mendukung dan bangga dengan diadakannya pembelajaran seni tari di sekolah dasar, dan dibentuknya sebuah paguyuban orang tua siswa yang mengikutsertakan anak-anaknya dalam sebuah sanggar tari.
ABSTRACT
Francisca. (2015). Identify the Dynamics of The Art of Dance Learning in Primary School. Essay, Yogyakarta: Education Study Program of Primary School Teachers, Sanata Dharma University, Yogyakarta.
The art of dance learning is an educational art value creative expression which is aimed at developing appreciation estetik sensibility, forming spiritiually and physically personality and growth character in accordance with the Indonesian culture. As a means of education learning , dance has many benefits or advantages, especially for primary school students who still like to play.
The kind of research is the qualitative description study by adopting phenomenology. Technique data collection used are observation, in-depth interviews and documentation. Information gathered derived from several informant related to the art of dance learning in primary school that are dance teacher, the primary school and the parents. The research is learning studying dance. Analysis techniques the data used of the research are reduction data, display data and conclusions.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat dan
karunia yang diberikan, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Mengidentifikasi Dinamika Pembelajaran Seni Tari di Sekolah Dasar”
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
sarjana pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD).
Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini banyak pihak yang
terlibat. Oleh karena itu peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Rohandi, Ph.D. dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sanata Dharma.
2. G. Ari Nugrahanta, SJ., S.S., BST., M.A. Ketua Program Studi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar.
3. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. wakil Ketua Program Studi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar.
4. Drs. YB. Adimassana, M.A. dosen pembimbing I yang telah membimbing dan
memberi saran kepada peneliti.
5. Eny Winarti, S.Pd., M.Hum., Ph.D. dosen pembimbing II yang telah
membimbing dan memberi saran kepada peneliti.
6. Seluruh dosen dan karyawan Universitas Sanata Dharma.
7. Orang tuaku Bapak Gregorius Wisnugraha dan Ibu Prabandari Dyah Murwani
yang selalu sabar mendampingi, memberi semangat, dan mendoakan.
8. Kekasihku Rosarius I Made Jevry Dwi Suryantha kasihmu yang selalu
memberiku dukungan agar terus berjuang dalam menyusun skripsi.
9. Adikku Dinda Adventina Laksitapuri yang selalu mendukung dan mendoakan.
10.Seluruh teman-teman seperjuangan khususnya Kelas C PGSD 2011.
11.Keluarga besar Bapak Warsudi dan Bapak Sismadi.
12.Sekolah Dasar yang peneliti jadikan sebagai tempat penelitian.
14.Seluruh dosen di PGSD Sanata Dharma Yogyakarta
15.Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
16.Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.
Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini banyak
kekurangan, untuk itu peneliti menerima kritik dan saran yang bersifat
membangun. Semoga skripsi ini memberi manfaat kepada pihak-pihak yang
membutuhkan.
Yogyakarta, 12 November 2015
Yang Menyatakan,
Francisca Ayudha Laksitapuri
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
3.Seni Tari ... 13
4.Dinamika Pembelajaran Seni Tari di Sekolah Dasar ... 16
5.Guru Seni Tari di Sekolah Dasar ... 17
6.Kedudukan Pembelajaran Seni Tari di Sekolah Dasar ... 20
7.Komponen-komponen Sekolah ... 23
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian ... 59
B.Pembahasan ... 143
C.Temuan Lain dalam Penelitian ... 170
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 174
B.Keterbatasan Penelitian ... 177
C.Saran ... 178
DAFTAR REFERENSI ... 179
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian... 39
Tabel 3.2 Instrumen Penelitian... 48
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan Konsep dan Fungsi Pendidikan Seni Tari... 22
Gambar 2.2 Bagan Literatur Map Penelitian-Penelitian yang Relevan... 33
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Pedoman Wawancara ... 183
Lampiran 2. Pedoman Observasi ... 186
Lampiran 3. ... 188
3.1Triangulasi Data ... 189
3.2Bahan Referensi ... 191
3.3Analisis Data... 199
Lampiran 4. Proses Analisis Data dengan Analisis Tematik... 201
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini, peneliti akan menguraikan enam sub bab, yaitu latar belakang
masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan
definisi operasional. Latar belakang akan membahas tentang alasan peneliti
mengadakan penelitian ini. Batasan masalah adalah pembatasan masalah yang akan
peneliti gunakan sebagai acuan dalam menyusun rumusan masalah. Rumusan masalah
menjelaskan permasalahan yang akan ditemukan dalam penelitian ini. Tujuan
penelitian menjelaskan tentang keinginan yang akan dicapai. Manfaat penelitian
menjelaskan tentang kegunaan hasil penelitian. Definisi operasional menjelaskan
tentang istilah yang digunakan pada penelitian ini. Keenam sub bab ini akan dibahas di
bawah ini secara berurutan.
A. Latar Belakang Masalah
Lingkungan sekolah merupakan lingkungan pendidikan formal yang juga
berperan dalam menentukan perkembangan dan pembinaan karakter siswa.
Sekolah dapat disebut sebagai lingkungan pendidikan kedua setelah keluarga yang
berperan dalam pendidikan karakter siswa (Salim & Kurniawan, 2012). Di dalam
lingkungan sekolah siswa akan diajarkan berbagai kegiatan kesiswaan untuk
pertumbuhan dan perkembangan siswa.
Menurut Purwatiningsih & Harini (2008), salah satu kegiatan kesiswaan
yang dapat dijadikan sebagai media pendidikan untuk pertumbuhan dan
perkembangan siswa di sekolah dasar adalah dengan pembelajaran seni tari. Seni
bentuk gerak seluruh anggota tubuh yang teratur dan berima sesuai dengan musik
pengiringnya (Sulistyo, 2005).
Seni tari merupakan bagian dari kebudayaan (Kussudiardja, 2008). Dengan
memberikan pembelajaran seni tari dalam pendidikan sekolah dasar, siswa akan
lebih mengenal dan mencintai kebudayaan negeri kita sendiri. Namun,
berdasarkan observasi peneliti yang dilakukan sebelum penelitian ini dilaksanakan
di beberapa sekolah dasar yang peneliti jadikan sebagai tempat penelitian,
pembelajaran seni tari di sekolah dasar ini dapat dikatakan sempat mengalami
pasang surut dalam pembelajaran yang diselenggarakan di tingkat sekolah dasar.
Beberapa tahun lalu pemerintah mengganti kurikulum KTSP menjadi
Kurikulum 2013. Pemerintah ingin menyempurnakan kurikulum yang lama
dengan kurikulum yang baru ini. Menurut Mulyasa (2013) Kurikulum 2013 ini
mempunyai tiga keunggulan dibandingkan dengan kurikulum KTSP. Tiga
keunggulan itu diantaranya: (1) Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan yang
bersifat alamiah atau kontekstual, (2) Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan
kompetensi boleh jadi mendasari pengembangan kemampuan-kemampuan lain
dan (3) terdapat bidang-bidang studi atau mata pelajaran tertentu yang dalam
pengembangannya lebih tepat menggunakan pendekatan kompetensi, terutama
yang berkaitan dengan keterampilan.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau KTSP, pendidikan seni
budaya dan keterampilan diberikan di sekolah karena keunikan, kebermaknaan
dan kebermanfaatan terhadap kebutuhan perkembangan peserta didik, yang
bereskpresi/berkreasi dan berapresiasi melalui pendekatan: “belajar dengan seni”
dan “belajar tentang seni”. Peran ini tidak dapat diberikan oleh mata pelajaran lain
(Kurikulum KTSP, 2007).
Terjadinya perubahan kurikulum yang dilakukan oleh pemerintah ini
berdampak juga terdapat pembelajaran seni tari. Berdasarkan observasi awal yang
dilakukan oleh peneliti sebelum peneliti melaksanakan penelitian tentang
Mengidentifikasi Dinamika Pembelajaran Seni Tari di Sekolah Dasar, terdapat
beberapa sekolah dasar yang merubah pembelajaran seni tari ini dari sebuah
kegiatan intrakurikuler menjadi ekstrakurikuler. Menurut Kunandar (2007) yang
dimaksud dengan kegiatan intrakurikuler adalah kegiatan pengembangan diri yang
dilaksanakan yang sebagaian besar berada di dalam kelas dan hal ini tidak terlepas
dari proses inti yang terjadi di sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan formal.
Sedangkan kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan pengembangan diri di
sekolah. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006
menyatakan bahwa pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang
harus diasuh oleh guru.
Berdasarkan observasi awal pada bulan Juni di beberapa sekolah dasar dan
kegiatan peneliti dalam seni tari, ternyata terdapat juga sekolah dasar yang
awalnya mengadakan pembelajaran seni tari tetapi kemudian meniadakan
pembelajaran seni tari. Beberapa guru seni tari mengungkapkan kepada peneliti
bahwa siswa-siswa di sekolah-sekolah dasar tersebut masih enggan atau belum
berminat terhadap pembelajaran seni tari. Hal ini terlihat pada sikap siswa,
pembelajaran seni tari karena mereka menganggap bahwa kegiatan pembelajaran
seni tari identik kegiatan perempuan. Selain itu, kurangnya dukungan dari pihak
orang tua siswa juga mempengaruhi kegiatan pembelajaran seni tari ini. Bahkan,
tak sedikit orang tua yang melarang anak-anaknya untuk mengikuti kegiatan
pembelajaran seni tari ini, yang terpenting adalah pembelajaran di kelas yang
berhubungan dengan ilmu pengetahuan. Tidak hanya dari faktor orang tua siswa
dan siswa sekolah dasar itu sendiri, namun juga dari faktor guru seni tari di
sekolah dasar tersebut. Terdapat beberapa guru seni tari yang merasa kurang
nyaman dan akhirnya mengundurkan diri dari sekolah dasar yang diampunya.
Padahal di sekolah dasar tersebut siswa dan orang tua siswa sangat senang dan
mendukung dengan diadakannya pembelajaran seni tari.
Menurut Purwatiningsih dan Harini (2008), sebagai sarana pendidikan,
pembelajaran seni tari mempunyai banyak manfaat terutama bagi siswa sekolah
dasar yang sifatnya masih suka bermain. Dalam kegiatan bermain, siswa sekolah
dasar akan bebas mengeluarkan emosinya, sehingga segala bentuk ekspresi dan
kreativitasnya akan berkembang, termasuk di dalamnya kreativitas dalam gerak.
Di sini siswa sekolah dasar dilatih untuk menghayati sendiri, mengerjakan sendiri
atau berbuat atas inisiatif sendiri dan bertanggung jawab sendiri terhadap seluruh
kegiatan seni tari yang dilakukan dan tentunya dibawah bimbingan guru seni tari.
Selain sebagai sarana pendidikan yang mempunyai banyak manfaat,
pembelajaran seni tari juga sekaligus melestarikan dan mengembangkan budaya
daerah yang positif dan bermanfaat bagi masyarakat, meningkatkan kemampuan
biasa disebut dengan life skill yang menunjang pemberdayaan individu dalam
melakukan pembelajaran lebih lanjut (Jazuli, 2015).
Pelaksanaan pembelajaran seni tari merupakan pendidikan ekspresi kreatif
yang bertujuan untuk menumbuhkembangkan kepekaan apresiasi estetik,
membentuk kepribadian lahir dan batin, budi luhur sesuai dengan lingkungan
budaya Indonesia.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis ingin melakukan penelitian yang
berjudul Mengidentifikasi Dinamika Pembelajaran Seni Tari di Sekolah Dasar.
Peneliti menyamarkan semua nama sebenarnya dari informan yang terdapat dalam
penelitian ini.
B. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini peneliti membatasi masalah mengidentifikasi dinamika
pembelajaran seni tari di sekolah dasar pada bagaimana siswa mengikuti
pembelajaran seni tari, bagaimana guru sebagai pendidik dalam melaksanakan
pembelajaran seni tari, bagaimana cara guru melakukan penilaian pembelajaran
seni tari kepada siswa, apa posisi guru tari di sekolah tersebut dan bagaimana
gambaran tentang gaji yang diterima oleh guru seni tari tersebut; kemudian
apakah pembelajaran seni tari dapat dijadikan sarana pendidikan karakter pada
siswa, apa tujuan sekolah tersebut memberikan pembelajaran seni tari dan
bagaimana tanggapan orang tua siswa dan staf sekolah dasar terhadap
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas dapat di rinci sebagai berikut :
1. Bagaimana dinamika pembelajaran seni tari di sekolah dasar?
a. Apakah siswa mempunyai semangat dan antusiasme dalam
mengikuti pembelajaran seni tari?
b. Bagaimana cara guru melaksanakan pembelajaran seni tari pada
siswa?
c. Bagaimana cara guru melakukan penilaian terhadap siswa pada
pembelajaran seni tari?
d. Apa posisi guru seni tari di sekolah tersebut?
e. Bagaimana gambaran tentang gaji yang diterima oleh guru seni tari
di sekolah dasar?
f. Apakah pembelajaran seni tari dapat dijadikan sebagai sarana
pendidikan karakter pada siswa sekolah dasar?
g. Apa yang menjadi tujuan sekolah dasar memberikan pembelajaran
seni tari?
h. Bagaimana fasilitas pendukung yang ada terhadap pembelajaran
seni tari di sekolah dasar?
i. Bagaimana tanggapan staf sekolah dasar terhadap pembelajaran
seni tari di sekolah dasar?
j. Bagaimana tanggapan orang tua terhadap pembelajaran seni tari di
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk
mengidentifikasi dinamika pembelajaran seni tari di sekolah dasar yang meliputi:
a. Siswa mempunyai semangat dan antusiasme dalam mengikuti
pembelajaran seni tari.
b. Cara guru melaksanakan pembelajaran seni tari pada siswa.
c. Cara guru melakukan penilaian terhadap siswa pada pembelajaran
seni tari.
d. Posisi guru seni tari di sekolah tersebut.
e. Gambaran tentang gaji yang diterima oleh guru seni tari di sekolah
dasar.
f. Pembelajaran seni tari dapat dijadikan sebagai sarana pendidikan
karakter pada siswa sekolah dasar.
g. Tujuan sekolah dasar memberikan pembelajaran seni tari.
h. Fasilitas pendukung yang ada terhadap pembelajaran seni tari di
sekolah dasar.
i. Tanggapan staf sekolah dasar terhadap pembelajaran seni tari di
sekolah dasar.
j. Tanggapan orang tua terhadap pembelajaran seni tari di sekolah
E. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian yang dapat diambil tentang dinamika pembelajaran
seni tari di sekolah dasar dibagi menjadi dua manfaat yaitu manfaat teoritis dan
manfaat praktis.
1. Manfaat teoritis yang dapat diambil dari peneltian ini yaitu: sebagai
pengetahuan tentang pembelajaran seni tari dalam dunia pendidikan dan
sebagai pengetahuan tentang dinamika pembelajaran seni tari di sekolah
dasar.
2. Manfaat praktis yang dapat diambil dari penelitian ini yaitu: peneliti dapat
mengetahui dinamika pembelajaran seni tari di sekolah dasar, peneliti
dapat mengetahui siswa dalam mengikuti pembelajaran seni tari, guru
sebagai pendidik dalam pembelajaran seni tari yang meliputi bagaimana
cara guru mengajarkan pembelajaran seni tari, begaimana cara guru
melakukan penilaian pembelajaran seni tari kepada siswa, dan bagaimana
posisi guru tari di sekolah tersebut; kemudian apakah pembelajaran seni
tari dapat dijadikan sarana pendidikan karakter pada siswa dan apa tujuan
sekolah tersebut memberikan pembelajaran seni tari. Penelitian ini
diharapkan menjadi masukan untuk guru, pihak instansi sekolah, maupun
orang tua siswa untuk dapat melihat bahwa seni tari adalah suatu karya
budaya yang harus tetap dilestarikan dan ditanamkan sedari pendidikan
F. Definisi Operasional
Pada sub bab ini akan menjelaskan batasan pengertian yang digunakan
dalam penelitian. Tiga batasan pengertian tersebut adalah dinamika, pembelajaran,
dan seni tari disekolah dasar.
1. Dinamika adalah sebuah gerak suatu lingkup kehidupan oleh semangat
untuk dapat menunjukkan suatu kemajuan dalam kehidupan
berkelompok.
2. Pembelajaran adalah sebuah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
3. Seni tari di sekolah dasar adalah bentuk gerak tubuh siswa sekolah
dasar sesuai dengan ekspresi jiwa atau karya yang diciptakan dengan
keahlian luar biasa yang disertai dengan bunyian atau dengan musik
BAB II
LANDASAN TEORI
Pada bab II ini, peneliti akan membahas mengenai tiga topik. Ketiga topik
tersebut mencakup kajian pustaka, kerangka berpikir dan pertanyaan penelitian.
Pertama, pada bagian satu yaitu kajian pustaka akan membahas mengenai dinamika
pembelajaran seni tari di sekolah dasar, komponen sekolah, pendidikan karakter dan
kedudukan pembelajaran seni tari di sekolah dasar serta bagian dua yaitu mengenai
penelitian yang relevan. Kajian pustaka yang mendukung akan membahas tentang
deskripsi dinamika pembelajaran seni tari di sekolah dasar dan kajian pustaka lainnya
yang mendukung dalam penelitian ini serta mengenai penelitian yang relevan adalah
menjelaskan tentang penelitian orang lain yang sesuai dengan permasalahan tentang
dinamika pembelajaran seni tari di sekolah dasar. Selanjutnya, yang kedua adalah
kerangka berpikir. Kerangka berpikir pada landasan teori ini akan menggiring
pembaca untuk memahami penelitian yang akan dilakukan. Kemudian yang terakhir
adalah yang ketiga yaitu pertanyaan penelitian yang membahas tentang pertanyaan
yang bersangkutan dengan rumusan masaalah yang akan diteliti oleh peneliti. Ketiga
sub topik tersebut akan peneliti bahas secara urut dibawah ini.
A. Kajian Pustaka 1. Dinamika
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2015), dinamika adalah sebuah
gerak (dari dalam) yang digerakkan oleh tenaga atau dapat juga dikatakan sebagai
diantaranya yaitu: dinamika adalah suatu lingkup pengetahuan sosial yang lebih
berkonsentrasi pada pengetahuan tentang hakikat kehidupan berkelompok yang
menunjukkan kemajuan (Johnson dan Johnson, 2012).
Menurut Wolman (dalam Johnson, 2012) dinamika adalah studi tentang
hubungan sebab-akibat tentang perkembangan hubungan sebab-akibat yang
terjadi. Santosa (2005) menyatakan bahwa dinamika adalah suatu kelompok yang
teratur dari dua individu atau lebih yang mempunyai hubungan psikologis secara
jelas antara anggota yang satu dengan yang lain dan berlangsung dalam situasi
yang dialami secara bersama-sama.
Jadi, berdasarkan uraian singkat di atas tentang definisi dinamika tersebut
secara umum memiliki pengertian yang sama, yaitu sebuah gerak suatu lingkup
kehidupan oleh semangat untuk dapat menunjukkan suatu kemajuan dalam
kehidupan berkelompok. Interaksi yang mempunyai hubungan dan berlangsung
dalam situasi yang sama.
2. Pembelajaran
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pembelajaran dimaknai sebagai
proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar (Depdiknas,
2008). Artinya, dengan kegiatan pembelajaran seseorang dapat memperoleh ilmu
pengetahuan tentang materi yang dipelajari. Menurut Kimble dan Garmezy
(dalam Thabrani dan Mustafa, 2011) pembelajaran adalah suatu perubahan
perilaku yang relatif tetap dan merupakan hasil praktik yang diulang-ulang.
Sejalan dengan itu, Surya (2011) menjelaskan bahwa pembelajaran merupakan
baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya.
Pendapat lain menyebutkan bahwa pembelajaran adalah suatu kegiatan yang
berupaya membelajarkan siswa secara terintegrasi dengan memperhitungkan
faktor lingkungan belajar, karakter siswa, karakteristik bidang studi serta berbagai
strategi pembelajaran, baik penyampaian, pengelolaan, maupun pengorganisasian
pembelajaran (Hamzah, 2009). Kemudian, dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa pembelajaran ialah proses
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar.
Dari berbagai uraian tentang definisi pembelajaran tersebut secara umum
memiliki pengertian yang sama, yaitu proses interaksi antara pendidik dengan
peserta didik maupun antar peserta didik pada suatu lingkungan belajar. Proses
interaksi ini bisa dilakukan dengan berbagai media dan sumber belajar yang
menunjang keberhasilan belajar peserta didik. Oleh karenanya, pembelajaran
dalam hal ini dapat didefinisikan sebagai proses interaksi antara pendidik dengan
peserta didik dan peserta didik dengan peserta didik dalam rangka memperoleh
pengatahuan yang baru dikehendaki dengan menggunakan berbagai media,
metode dan sumber belajar yang sesuai dengan kebutuhan. Melalui proses
tersebut, diharapkan peserta didik mampu mendapatkan bermacam-macam
informasi baru yang akan menunjang kehidupannya di masa yang akan datang.
Dalam konteks yang lebih sempit tujuan pembelajaran yang ditetapkan dapat
3. Seni Tari
a. Definisi Seni Tari
Tari adalah gerakan-gerakan yang diberi bentuk dan ritme dari badan
di dalam ruang. Definisi tari tersebut telah dikemukakan oleh Hartong
(dalam Soedarsono, 2008). Pengertian tari yang dikemukakan oleh
Hartong tersebut menjelaskan bahwa tari sebagai bentuk seni yang selalu
menggunakan media badan atau tubuh manusia untuk mengungkapkan
ekspresinya dalam bentuk gerak yang ritmis yang dapat dilakukan dalam
ruang. Pengertian ruang di sini adalah semua tempat yang dapat digunakan
untuk melakukan gerak-gerak tari, misalnya di dalam ruang kelas, di
halaman sekolah, di panggung atau tempat lain yang memungkinkan untuk
bergerak.
Seni tari adalah gerak-gerik yang indah dan dapat menggetarkan
perasaan manusia (Langer, 2011). Menurut Soedarsono (2010), seni tari
adalah ekspresi jiwa manusia yang diwujudkan dalam bentuk gerak ritmis
dan indah. Seni tari juga dapat diartikan sebagai gerak seluruh tubuh
disertai bunyian (gamelan diatur menurut irama lagunya (gendang)),
ekspresi muka dan geraknya diserasikan dengan isi dan makna tarinya
(Soeryodingrat, 2009).
Dari beberapa definisi seni tari di atas secara umum memiliki
pengertian yang sama yaitu, seni tari adalah perwujudan suatu macam
yang teratur dan berima sesuai dengan musik pengiringnya (Sulistyo,
2005).
Jadi, seni tari adalah bentuk gerak tubuh manusia sesuai dengan
ekspresi jiwa atau karya yang diciptakan dengan keahlian luar biasa yang
disertai dengan bunyian atau dengan musik yang mengiringinya.
b. Unsur-unsur dalam seni tari
Menurut Purwatiningsih & Harini (2008), unsur tari terdiri dari
unsur utama dan unsur penunjang. Yang dimaksud unsur utama adalah
unsur yang menjadi eleman dasar, yang tidak dapat ditinggalkan dalam
suatu karya tari dan unsur penunjang tari adalah unsur yang
keberadaannya menunjang elemen dasar tari. Masing-masing unsur
tersebut akan dijelaskan berikut ini.
1). Unsur Utama Seni Tari
Unsur utama tari adalah gerak. Gerak tari selalu melibatkan
unsur anggota badan manusia. Unsur-unsur anggota badan tersebut
di dalam membentuk gerak tari, dapat berdiri sendiri, bergabung
ataupun bersambungan.
Bagian-bagian badan yang dapat digunakan dalam gerak tari
adalah jari tangan - pergelangan tangan - siku-siku - muka dan
kepala -leher – bahu – leher – lutut - pergelangan kaki - jari kaki –
dada – perut – lambung – mata – alis – mulut dan hidung.
2). Unsur Penunjang Tari
Untuk mencapai suatu bentuk pementasan tari yang utuh selain
unsur utama diperlukan unsur penunjang. Unsur penunjang terdiri
atas make up atau tata rias, tata busana, tata iringan, tata lampu,
panggung dan tema.
c. Pembelajaran Seni Tari Di Sekolah Dasar
Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang berupaya membelajarkan
siswa secara terintegrasi dengan memperhitungkan faktor lingkungan
belajar, karakter siswa, karakteristik bidang studi serta berbagai strategi
pembelajaran, baik penyampaian, pengelolaan, maupun pengorganisasian
pembelajaran (Hamzah, 2009). Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa pembelajaran ialah proses
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar.
Seni tari adalah perwujudan suatu macam tekanan emosi yang
dituangkan dalam bentuk gerak seluruh anggota tubuh yang teratur dan
berima sesuai dengan musik pengiringnya (Sulistyo, 2005). Seni tari
adalah gerak-gerik yang indah dan dapat menggetarkan perasaan manusia
(Langer, 2011).
Berdasarkan uraian kajian pustaka di atas, pembelajaran seni tari di
sekolah dasar adalah proses interaksi siswa sekolah dasar dengan guru seni
tari yang bergerak teratur sesuai dengan irama musik pengiringnya (Jazuli,
4. Dinamika Pembelajaran Seni Tari di Sekolah Dasar
Berdasarkan uraian kajian pustaka di atas mengenai pengertian dinamika,
pembelajaran dan seni tari di sekolah dasar maka diperoleh pengertian yang baru
mengenai pengertian dinamika pembelajaran seni tari di sekolah dasar.
Dinamika pembelajaran seni tari di sekolah dasar adalah sebuah bentuk
proses belajar siswa sekolah dasar dengan menggerakan tubuh sesuai dengan
ekspresi jiwa yang diiringi dengan musik berirama (Purwatiningsih & Harini,
2008). Dalam dinamika pembelajaran seni tari di sekolah dasar, siswa-siswa
berproses dan saling berinteraksi satu sama lain dengan menggerakkan tubuhnya
dengan semangat serta diiringi musik yang berirama. Siswa-siswa bergerak
dengan gerakan yang teratur dan berirama yang membentuk sebuah gerakan tari
atau membentuk sebuah pola gerakan yang beraturan berirama, selaras dengan
musik yang mengiringi gerakan tersebut. Selain hal tersebut seorang guru seni tari
harus pembimbing siswa dalam melakukan dinamika pembelajaran seni tari di
sekolah dasar.
Guru seni tari harus membimbing siswa dalam proses belajar pembelajaran
seni tari, seperti memberikan pelajaran sikap badan dalam menari, bagaimana
gerakan tangan dan kemudian, dan memberikan contoh gerakan menari pada
siswa sekolah dasar (Kussudiardja, 2006).
Dalam dinamika pembelajaran seni tari di sekolah dasar guru seni tari
memberikan contoh-contoh supaya siswa mempunyai gambaran terhadap seni tari
atau gerak tari yang sedang dipelajarinya (Kussudiardja, 2006). Berproses dan
belum bisa menari menjadi perlahan-lahan dapat menari sesuai dengan bimbingan
guru seni tari.
5. Guru Seni Tari di Sekolah Dasar a. Pengertian Guru Tari
Guru tari adalah pendidik dan pengajar seni tari. Oleh karenanya
guru tari harus mengenal metode mendidik dan mengajar seni tari. Guru
seni tari harus kreatif dalam mendidik dan mengajar seni tari kepada anak
didiknya, sebab guru seni tari harus mengetahui kekuatan daya tangkap
siswa, maka harus dapat pula mencarikan jalan keluar agar siswa tidak
mengalami kesukaran dalam belajar seni tari (Kussudiardja, 2008).
Sebelum mendidik dan mengajar seni tari, guru seni tari harus
menguasai seni tari, terutama seni tari yang akan diajarkan. Penguasaan ini
meliputi dua segi pokok, terutama penguasaan teknik dan pengetahuan
tentang seni tari. Supaya anak menjadi senang belajar seni tari, guru seni
tari harus mengajarkan tari-tarian kepada anak yang bertema gembira,
sederhana bentuk, gerak, iramanya dan lain-lain (Kussudiardja, 2006).
Dalam praktik mengajarkan seni tari, guru seni tari harus ingat
langkah-langkah yang akan dibelajarkan kepada anak. Pertama diberikan pelajaran
sikap badannya, disambung tangan dan kaki, kemudian diberikan contoh
bentuknya, baik bentuk kaki, tangan, leher, dan seterusnya yang semuanya
itu masih merupakan bentuk-bentuk yang terputus-putus. Setelah guru seni
persambungan bentuk dan gerak satu dengan yang lain, seterusnya diberi
hitungan supaya menjadi berirama (Purwatiningsih & Harini, 2008).
Dalam tahap ini, komposisi dan penguasaan ruang belum perlu
diberikan kepada anak, cukup dengan menggunakan gerak ke depan, ke
belakang, ke kiri dan ke kanan serta berputar. Sesudah anak menguasai
dan hafal dengan gerak tari yang diajarkan, barulah anak diberikan
komposisi dan susunan ruang yang sebenarnya (Kussudiardja, 2008).
b. Profil Guru Seni Tari yang Dibutuhkan untuk Membimbing Pengalaman Seni Tari di Sekolah Dasar
Guru SD perlu tahu bagaimana seharusnya profil guru, yang
diharapkan dapat dengan baik memberikan bimbingan dalam proses
pembelajaran seni tari di sekolah dasar. Profil yang dimaksud adalah sikap
maupun penampilan yang ideal dari seorang guru (Kurniawan, 2013).
Sikap guru seni tari yang diharapkan adalah guru yang bersikap
sebagai seorang teman. Teman, yang dalam perlakuannya lebih banyak
membimbing dari pada menunjukkan atau memberi perintah. Hubungan
yang dibentuk antara guru dan anak mendorong anak untuk selalu percaya
kepada guru. Guru seni tari dengan sikap demikian kepada siswanya akan
mengembangkan kondisi memberi dan menerima yang sehat dan
mendorong sikap membagi-bagi pengalaman. Sikap ini akan lebih
berkembang ketika pembelajaran berlangsung dengan isi yang terpadu
global akan sangat dibutuhkan karena siswa akan selalu mempunyai akan
rasa pengetahuan. Jika ia percaya pada gurunya, maka gurulah tempat
bertanya mereka dan akan selalu diingat (Kurniawan, 2013).
Jika guru mempunyai antusias yang tinggi dalam proses
pembelajaran, maka ia tidak akan kekurangan inspirasi termasuk
bagaimana menghadapi siswanya. Guru seni tari yang kreatif, yang sensitif
atau peka, akan menunjukkan banyak hal dalam pengalaman mengajarnya,
dan menjadikan setiap saat pembelajaran itu menarik, merangsang
keinginan anak untuk belajar dan tidak membosankan bagi anak-anak. Hal
tersebut akan tercermin ketika guru memberikan bimbingan kepada
siswanya. Jadi untuk menjadi guru yang dinamis diperlukan imajinasi
kreatif. Jika perlu guru harus menghayalkan sesuatu yang lebih baik, lebih
menarik, atau lebih memuaskan. Guru seni tari yang matang sesuai
emosional dan intelektualnya, akan dapat mengembangkan semua
kecakapannya dalam belajar berekspresi melalui berbagai cara.
Menurut Purwatiningsih & Harini (2008), penampilan guru seni tari
yang kreatif dapat dilihat jelas pada minatnya pada kualitas seni. Guru seni
tari perlu menyenangi benda-benda yang baik, berpenampilan yang rapi,
dan penuh perhatian terhadap pengalaman seni yang dilakukan oleh
orang-orang sekitarnya maupun anak didiknya. Guru seni tari yang peka adalah
guru yang senang melihat, mendengarkan, dan banyak mengerti kehidupan
orang lain. Kepekaan yang diperoleh oleh guru seni tari tersebut
6. Kedudukan Pembelajaran Seni Tari dalam Pembelajaran di Sekolah Dasar
Seni terkhususnya seni tari atau menari merupakan kegiatan yang bukan
hanya sebatas bergerak mengikuti irama atau menghafal gerakan, namum juga
mempunyai banyak manfaat bagi perkembangan siswa sekolah dasar. Kegiatan
seni tari ini dapat menjadikan anak dapat bergerak aktif dan merasa lebih bebas
dalam mengekpersikan dirinya. Pengalaman ini juga dapat membentuk pribadi
siswa menjadi lebih positif. Dalam jurnalnya Komalasari (2007), mengemukakan
bahwa pendidikan dengan model seni tari dapat dijadikan menjadi suatu alternatif
untuk meningkatan pendidikan mutu sekolah dasar dengan membangun pribadi
yang efektif dan kreatif pada diri siswa sekolah dasar. Salah satu contoh
membangun pribadi yang efektif dan kreatif pada diri siswa sekolah dasar adalah
perkembangan yang positif dari siswa sekolah dasar.
Tujuan utama pembelajaran seni tari ini bukan pada keterampilan gerak,
namun lebih menekankan pada bagaimana perkembangan siswa sekolah dasar
melalui pembelajaran seni tari (Jazuli, 2015). Dalam hal ini, seni tari dijadikan
sebagai media pembelajaran terhadap perkembangan siswa sekolah dasar.
Pembelajaran seni tari di sekolah dasar lebih menekankan pada bagaimana anak
memiliki pengalaman terhadap gerak ritmis, gerak – gerak peniruan terhadap
tumbuhan, manusia, binatang dan benda – benda lainnya.
Menurut Jazuli (2015), pembelajaran seni tari pada dasarnya merupakan
upaya untuk membelajarakan peserta didik dengan menggunakan seni tari sebagai
elemen-elemen musikal dan elemen-elemen-elemen-elemen tari melalui kegiatan yang diawali dengan
kegiatan meniru (imitation) dan kemudian dikembangkan pada kegiatan yang
mengarah pada kebebasan bereksrpesi dan berapresiasi dan sebaliknya yang
penting sesuai dengan taraf peserta didik. Pembelajaran seni tari mencakup
keterampilan pementasan dengan memadukan seni musik, seni tari dan peran
(Kurikulum KTSP, 2007).
Standar Isi (SI) Kurikulum KTSP (2007) menyatakan bahwa Pendidikan
Seni Budaya dan Keterampilan, termasuk di dalamnya adalah pembelajaran seni
tari, memiliki peranan dalam pembentukan pribadi peserta didik yang harmonis
dengan memperhatikan kebutuhan perkembangan anak dalam mencapai
multikecerdasan yang terdiri atas kecerdasan intrapersonal, interpersonal, visual
spasial, musikal, linguistik, logik matematik, naturalis serta kecerdasan adversitas,
kecerdasan kreativitas, kecerdasan spiritual dan moral, dan kecerdasan emosional.
Berbeda dengan kurikulum KTSP, dalam Kurikulum 2013, pembelajaran
seni tari masuk di Seni Budaya dan Prakarya atau biasa disebut dengan SBdP.
Kurikulum 2013 ini terdiri dari Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar
(KD). Menurut Mulyasa (2013), tujuan Kurikulum 2013 ini adalah menghasilkan
siswa yang produktif, kreatif, inovatif, afektif; melalui penguatan sikap,
keterampilan dan pengetahuan yang terintegrasi. Dapat dikatakan lebih lanjut
bahwa dalam Kurikulum 2013 ini, siswa dibentuk menjadi pribadi yang
berkarakter.
Jadi, pembelajaran seni tari di sekolah dasar ini dapat dijadikan sebagai
siswa sekolah dasar, dan membangun multikecerdasdan siswa. Pembelajaran seni
tari terdapat pengenalan elemen-elemen musikal dan elemen-elemen tari melalui
kegiatan yang diawali dengan kegiatan meniru (imitation) dan kemudian
dikembangkan pada kegiatan yang mengarah pada kebebasan bereksrpesi dan
berapresiasi dan sebaliknya yang penting sesuai dengan taraf siswa sekolah dasar.
Di bawah ini terdapat bagan tentang konsep dan fungsi pendidikan seni tari
di sekolah dasar menurut Purwatiningsih & Harini (2008).
Bagan 2.1
Tentang Konsep dan Fungsi Pendidikan Seni Tari di Sekolah Dasar
Ruang Lingkup Seni Tari
Karakteristik Seni Tari Siswa Sekolah Dasar
Apresiasi Seni
7. Komponen-komponen Sekolah a. Tenaga Kependidikan
Keberhasilan menajemen sekolah sangat ditentukan oleh
keberhasilan pimpinan (kepala sekolah) dalam mengelola tenga
kependidikan yang tersedia di sekolah. Dalam hal ini, peningkatan
produktivitas dan representasi kerja dapat dilakukan dengan meningkatlan
perilaku manusia di tempat kerja melalu aplikasi konsep dan teknik
manajemen personalia modern.
Menurut Fadlillah (2014), Manajemen tenaga kependidikan atau
manajemen personalia pendidikan bertujuan untuk mendayagunakan
tentang kependidikan secara efektif dan efisien untuk mencapai hasil yang
optimal, namun tetap dalam kondisi yang menyenangkan. Sehubungan
dengan itu, fungsi personalia yang harus dilaksanakan pimpinan atau
kepala sekolah adalah menarik, mengembangkan, menggaji dan
memotivasi personil guna mencapai posisi dan standar perilaku,
memaksimalkan perkembangan karier tenaga kependidikan serta
menyelaraskan tujuan individu dan organisasi.
Manajemen tenaga kependidikan (guru dan personil) mencakup (1)
perencanaan pegawai, (2) pengadaan pegawai, (3) pembinaan dan
pengembangan pegawai, (4) promosi dan mutasi, (5) pemberhentian
pegawai, (6) kompensasi dan (7) penilaian pegawai. Semua itu dilakukan
dengan baik dan benar agar apa yang diharapkan tercapai, yakni
kemampuan yang sesuai serta dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik
dan berkualitas (Mulyasa, 2005).
Menurut Hamalik (2007), yang merupakan tenaga kependidikan
adalah guru yang merupakan suatu pekerjaan profesional, sehingga jabatan
ini memerlukan suatu keahlian khusus yang menuntut seorang guru itu
harus menguasai betul seluk-beluk pendidikan dan pengajaran serta
ilmu-ilmu lainnya, dengan harapan akan dapat melaksanakan tugasnya dengan
baik dan secara otomatis akan mampu menghasilkan output yang baik
pula.
b. Guru Tetap dan Guru Tidak Tetap (Guru Honorer)
Menurut Chotimah (2008) guru adalah orang yang memfasilitasi
proses peralihan ilmu pengetahuan dari sumber belajar ke peserta didik.
Guru adalah seorang pengajar di sekolah negeri maupun swasta yang
memiliki kemampuan berdasarkan latar belakang pendidikan formal dan
telah memiliki ketetapan hukum yang sah sebagai guru berdasarkan
undang-undang guru dan dosen yang berlaku di Indonesia (Sadulloh dan
Muharram, 2011).
Guru tetap adalah guru yang telah memiliki minimal status calon
pegawai negeri sipil (CPNS) dan telah ditugsakan di sekolah tertentu
sebagai instansi induknya. Selaku guru di sekolah swasta guru tersebut
dinyatakan guru tetap jika telah memiliki kewenangan khusus yang tetap
untuk mengajar di suatu yayasan tertentu yang telah diakreditasi oleh
Guru honorer atau guru tidak tetap yang belum berstatus minimal
sebagai calon pegawai negeri sipil (CPNS) dan digaji per jam pelajaran.
Seringkali mereka digaji secara suka rela dan bahkan di bawah gaji
minimum yang telah ditetapkan secara resmi (Depdiknas, 2011).
Bukan hanya status menjadi guru tetap saja yang mempunyai
prosedur pengangkatan menjadi guru, status menjadi guru honorer juga
mempunyai beberapa langkah yang perlu dilakukan. Menurut Budi
(dalam Suyanto, 2006) cara mengangkat guru honorer yaitu, (1) diangkat
berdasarkan kebutuhan pada satuan pendidikan dengan disetujui kepala
sekolah, (2) kewenangan bertumpu kepada kepala sekolah, baik
pengangkatan dan juga pemberhentian, (3) menandatangani kontrak kerja
selama jangka waktu tertentu, setahun atau lebih sesuai dengan
kebutuhan sekolah.
c. Keuangan dan Pembiayaan
Keuangan dan pembiayaan merupakan salah satu sumber daya yang
secara langsung menunjang efektivitas dan efisiensi pengelolaan
pendidikan. Hal tersebut lebih terasa dalam manajemen sekolah, yang
menuntut kemampuan sekolah untuk merencanakan, melaksanakan dan
mengevaluasi serta mempertanggungjawabkan pengelolaan dana secara
transparan kepada masyarakat dan pemerintah.
Dalam penyelenggaraan pendidikan, keuangan dan pembiayaan
merupakan potensi yang sangat menentukan dan merupakan bagian yang
dan pembiyaan pada suatu sekolah merupakan komponen produksi yang
menentukan terlaksananya kegiatan proses belajar-mengajar di sekolah
bersama komponen-komponen lain. Dengan kata lain setiap kegiatan yang
dilakukan sekolah memerlukan biaya, baik itu disadari maupun tidak
disadari (Fadlillah, 2014).
Komponen keuangan dan pembiayaan ini perlu dikelola
sebaik-baiknya agar dana-dana yang ada dapat dimanfaatkan secara optimal untuk
menunjang tercapainya tujuan pendidikan.
Biaya dalam pendidikan meliputi biaya langsung (direct cost) dan
biaya tidak langsung (inderect cost). Biaya langsung terdiri dari
biaya-biaya yang dikeluarkan untuk keperluan pelaksanaan pengajaran, sarana
belajar, biaya transportasi, gaji guru baik yang dikeluarkan oleh
pemerintah, sekolah maupun orang tua. Sedang biaya tidak langsung
berupa keuntungan yang hilang (earning forgone) dalam bentuk biaya
kesempatan yang hilang (opportunity cost) yang dikorbankan siswa dalam
belajar (Chon dalam Fattah, 2009).
Mulyasa (2005), sumber keuangan dan pembiayaan pada suatu
sekolah secara garis besar dapat dikelompokkan atas tiga sumber, yaitu (1)
pemerintah, beik pemerintah pusat, daerah maupun kedua-duanya, yang
bersifat umum atau khusus dan diperuntukkan bagi kepentingan
pendidikan; (2) orang tua atau peserta didik; (3) masyarakat, baik yang
Berkaitan dengan penerimaan keuangan dari orang tua dan
masyarakat ditegaskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional No. 20 Tahun 2003 Bab XIII Bagian Kesatu Pasal 46 ayat 1
disebutkan bahwa Pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab
bersama anara pemerintah, Pemerintah Daerah dan masyarakat. Adapun
limensi pengeluaran meliputi biaya rutin dan biaya pembangunan.
Biaya rutin adalah biaya yang harus dikeluarkan dari tahun ke tahun,
seperti gaji pegawai (guru dan nonguru), serta biaya biaya operasional,
biaya pemeliharaan gedung, perbaikan gedung, penambahan furnitur, serta
biaya atau pengeluaran lain untuk barang-barang yang tidak habis pakai.
Sementara dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 56
tahun 2012 tentang Pengangkatan Tenaga Honorer Menjadi Calon
Pegawai Negeri Sipil bahwa pengangkatan tenaga honorer menjadi Calon
Pegawai Negeri Sipil dilakukan secara bertahap mulai Tahun Anggaran
2005 dan paling lambat selesai Tahun Anggaran 2009 dengan prioritas
tenaga honorer yang penghasilannya dibiayai oleh Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Dalam
Peraturan Pemerintah ini juga mengatur tentang perlakuan bagi tenaga
honorer yang bekerja pada instansi pemerintah dan penghasilannya tidak
dibiayai oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah.
Berdasarkan uraian di atas terlihat bahwa penghasilan atau gaji dari
guru tetap, gaji guru tidak tetap atau guru honorer ada yang masuk ke
dalam APBN dan APBD, namun terdapat juga gaji guru honorer yang
tidak masuk ke dalam APBN dan APBD. Hal ini tergantung dari kebijakan
pemerintah daerah setempat. Oleh karena itulah, penghasilan atau gaji
yang diterima setiap guru honorer berbeda-beda jumlahnya. Terdapat juga
guru honorer yang dibiayai atau digaji berdasarkan sumbangan dari
masyarakat (Budi dalam Suyanto, 2006).
Seperti guru tetap, guru honorer juga mendapatkan tunjangan
fungsional. Tunjangan fungsional guru honorer sebesar Rp.200.000,00 per
bulan, khusus yang memenuhi jam mengajar sebanyak 24 jam dengan
berbagai pertimbangan, baik itu jam mengajar dari beberapa sekolah,
sebagai wali kelas, pembina ekstrakurikuler sekolah, tim IT sekolah,
karyawan sekolah dan jabatan lainnya dalam koridor pendidikan (Budi
dalam Suyanto, 2006).
d. Sarana dan Prasarana Pendidikan
Sarana dan prasana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan
yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan,
khususnya proses belajar mengajar, seperti gedung, ruang kelas, meja
kursi, serta alat-alat dan media pengajaran. Adapun yang dimaksud dengan
prasarana pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak langsung
menunjang jalannya proses pendidikan atau pengajaran, seperti halaman,
taman sekolah untuk pengajaran mata pelajaran IPA, halaman sekolah
sekaligus lapangan olahraga, komponen tersebut merupakan sarana
pendidikan (Hafizd, 2005).
Manajemen sarana dan prasarana pendidikan bertugas mengatur dan
menjaga sarana dan prasarana pendidikan agar dapat memberikan
kontribusi secara optimal dan berarti pada jalannya proses pendidikan.
Kegiatan pengelolaan ini meliputi kegiatan perencanaan, pengadaan,
pengawasan, penyimpanan investasi dan penghapusan serta penataan.
Manajemen sarana dan prasarana yang baik diharapkan dapat
menciptakan sekolah yang bersih, rapi, indah sehingga menciptakan
kondisi yang menyenangkan baik bagi guru maupun murid untuk berada di
sekolah. Di samping itu juga diharapkan tersedianya alat-alat atau fasilitas
belajar yang memadai secara kuantitatif, kualitatif dan relevan dengan
kebutuhan serta dapat dimanfaatkan secara optimal untuk kepentingan
proses pemdidikan dan pengajaran, baik guru sebagai pengajar maupun
murid-murid sebagai pelajar (Mulyasa, 2005).
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Dalam menuliskan penelitian ini, peneliti juga memasukan beberapa contoh
jurnal penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti
dan peneliti sedikit mengutip teori serta konsep yang ada pada jurnal penelitian
tersebut. Peneliti belum menemukan jurnal penelitian yang sama, namun peneliti
mencoba untuk mengkaitkan judul penelitian yang satu dengan yang lain dengan
Penelitian yang pertama dilakukan oleh Komalasari (2007) tentang Aplikasi
Model Pembelajaran Tari Pendidikan di SDN Nilem Bandung. Pada penelitian ini,
Komalasari menggunakan metode kombinasi, yaitu kualitatif dan kuantitaif.
Pengolahan data penelititian dilakukan secara kuantitatif disertai dengan
pendeskripsian data secara kualitatif untuk memperjelas data kuantitatif.
Penelitian ini menggunakan rancangan survey. Subjek penelitian adalah seluruh
siswa dikelas rendah yaitu kelas 1, 2 dan 3 dan guru kelas SDN Nilem Bandung
yang berjumlah sepuluh orang guru kelas. Objek penelitian adalah aplikasi model
pembelajaran tari pendidikan di SDN Nilem Bandung. Pengumpulan data
dilakukan dengan tahapan survey awal. Setelah melakukan tahap survey awal,
peneliti melakukan tahap selanjutnya yaitu dengan memberikan sosialisasi kepada
sepuluh orang guru kelas berupa workshop bersama dan yang terakhir adalah
tahap uji coba model pembelajaran tari pendidikan setelah guru diberikan
sosialisasi. Analisis data dilakukan dengan sistem SPSS. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwat terdapat peningkatan dalam aspek pengembangan
kreativitas siswa setelah dilakukan uji model tari pendidikan dengan tingkat
keberhasilan ujicoba model pembelajaran tari pendidikan di SDN Nilem Bandung
sangat signifikan atau tingkat keberhasilan yang berarti.
Peningkatan Mutu Pembelajaran Seni Tari di Sekolah Dasar adalah judul
penelitian yang dilakukan oleh Iriana (2008). Penelitian ini menggunakan metode
kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara semi terstuktur kepada
guru-guru disekolah dasar, guru tari di sekolah dan orang tua siswa. Sedangkan
reduksi data, klasifikasi data dan memberikan penafsiran serta interpretasi dan
mengambil kesimpulan. Dalam penelitian ini menemukan empat hal salah satu
diantaranya adalah bahwa pembelajaran seni tari di SD mempunyai fungsi
membantu pertumbuhan dan perkembangan siswa, memberikan perkembangan
estetik dan membantu penyempurnaan kehidupan.
Pembelajaran seni tari di sekolah dasar dapat dilakukan dengan cara
berkelompok atau biasa yang disebut metode berkelompok. Dengan menggunakan
metode berkelompok ini mampu meningkatkan kemampuan menari siswa sekolah
dasar. Selain dengan meningkatkan kemampuan menari siswa, siswa juga terlatih
untuk saling membantu satu sama lain. Penelitian ini dilakukan oleh Dewi, dkk
(2013), di SD Plus Margamah Padang dengan metode penelitian tindakan kelas.
Objek penelitian dilakukan pada siswa di SD Plus Marhamah Padang pada semua
siswa kelas VA yang berjumlah 24 siswa. Pengumpulan data dilakukan melalui
metode kelompok dalam dua siklus. Siklus pertama dilakukan tiga kali pertemuan
dan siklus kedua dilakukan dua kali pertemuan. Analisis data menggunakan
rumus persentasi yaitu, p = x 100% menurut Sudjono (dalam Dewi, 2013).
Kemampuan menari siswa dalam menggunakan metode kelompok yang disusun
dua siklus rata-rata nilai kelas yang diperoleh siswa kelas VA pada siklus pertama
adalah 61,87 dan pada siklus kedua sialah 73,75 dengan Kriteria Ketuntasan
Minimum (KKM) ialah 65.
Dalam jurnal penelitian selanjutnya yang berjudul Pelajaran Tari: Image dan
Kontribusinya Terhadap Pembentukan Karakter Anak yang dilakukan oleh
seni tari memiliki fungsi dan tujuan sebagai media untuk mengembangkan sikap
dan kemampuan agar siswa mampu berkreasi dan peka dalam berkesenian.
Membentuk budi pekerti pada anak itu mulai dapat disisipkan, termasuk cara
penyampaian yang sesuai dengan karakteristik pembelajaran seni tari yang akan
disampaikan oleh guru. Misalnya, proses berjalan menuju ke tempat pertunjukan,
tata cara naik ke atas pentas, dan bagaimana bersikap terhadap guru yang sedang
mengajar. Hal tersebut merupakan bagian dari proses pembentukan karakter
sebelum memasuki materi pembelajaran seni tari yang akan diajarkan. Dari
pembelajaran tari yang diajarkanpun dapat dijadikan media untuk membentuk
perilaku siswa.
Semua aspek tersebut dapat diuraikan sebagai media untuk membentuk
karakter anak, karena makna dibalik sebuah tarian itu sendiri merupakan
pendidikan batin yang tertuju pada kehalusan jiwa. Pendidikan batin yang
dimaksud adalah kehalusan budi pekerti yang meliputi cara berpikir, pandangan
hidup dalam kaitannya dengan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Berbeda dengan penelitian terdahulu, dalam penelitian yang berjudul
Mengidentifikasi Dinamika Pembelajaran Seni Tari di Sekolah Dasar, peneliti
mencari lebih banyak temuan tentang bagaimana pembelajaran seni tari
dilaksanakan di sekolah dasar. Peneliti melaksanakan penelitian ini di enam
sekolah dasar, yang terbagai menjadi tiga sekolah dasar swasta dan tiga sekolah
dasar negeri. Jenis penelitian yang peneliti gunakan adalah kualitatif deskriptif
dengan menggunakan pendekatan fenomenologi. Pendekatan fenomenologi
yang terkandung dalam penelitian ini, yaitu dinamika pembelajaran seni tari di
sekolah dasar.
Gambar 2.2 Bagan Literatur Map dari penelitian-penelitian yang relevan
C. Kerangka Berpikir
Pembelajaran seni tari merupakan bagian dari kebudayaan. Dengan
memberikan pembelajaran seni tari dalam pendidikan sekolah, siswa diharapkan
untuk lebih mengenal dan mencintai kebudayaan bangsa. Di sekolah dasar
pembelajaran seni tari menjadi warna yang berbeda dengan pembelajaran lainnya
karena dalam pembelajaran seni tari ini siswa dapat mengekspresikan dirinya
dalam sebuah gerak tubuh berirama yang indah.
Pembelajaran yang mempunyai nilai budaya dan mampu membentuk
karakter dan pribadi siswa secara perlahan. Banyak hal yang dimunculkan oleh
dinamika pembelajaran seni tari, rasa antusias siswa, bagaimana tanggapan orang
tua, tanggapan pihak sekolah. Pekerjaan atau profesi menjadi guru tari ini ternyata
mulai menarik ketika peneliti melihat kegiatan lain yang mereka lakukan.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan fenomenologi.
Tujuan peneliti menggunakan pendekatan fenomenologi karena peneliti ingin
menggali esensi makna yang terkandung dalam penelitian ini, yaitu dinamika
pembelajaran seni tari di sekolah dasar. Pendekatan fenomenologi memahami
pengalaman manusia secara komprehensif dan menyeluruh serta menggalinya
secara mendalam dan rinci. Selain itu, pendekatan fenomenologi ini digunakan
untuk mempelajari pengalaman manusia yang tidak dapat didekati secara
kuantitatif. Pengalaman manusia memiliki makna yang mendalam. Jadi, hal inilah
yang menjadi kelebihan pendekatan fenomenologi dalam penelitian
Peneliti menggunakan enam sekolah dasar sebagai tempat penelitian.
Keenam sekolah dasar tersebut terdiri dari tiga sekolah dasar swasta dan tiga
sekolah negeri. Tiga sekolah dasar swasta yang peneliti jadikan sebagai tempat
penelitian merupakan satu lingkup yayasan yang sama. Hal ini peneliti lakukan
supaya lebih mudah dalam melaksanakan penelitian tentang dinamika
D. Pertanyaan Penelitian
Supaya peneliti dapat menjawab rumusan masalah dari bagaimana dinamika
pembelajaran seni tari di sekolah dasar, peneliti membuat pertanyaan penelitian
sebagai berikut:
1.Apakah siswa mempunyai semangat dan antusiasme dalam mengikuti
pembelajaran seni tari?
2.Bagaimana cara guru melaksanakan pembelajaran seni tari pada siswa?
3.Bagaimana cara guru melakukan penilaian terhadap siswa pada
pembelajaran seni tari?
4.Apa posisi guru seni tari di sekolah tersebut?
5.Bagaimana gambaran tentang gaji yang diterima oleh guru seni tari di
sekolah dasar?
6.Apakah pembelajaran seni tari dapat dijadikan sebagai sarana pendidikan
karakter pada siswa sekolah dasar?
7.Apa yang menjadi tujuan sekolah dasar memberikan pembelajaran seni
tari?
8.Bagaimana fasilitas pendukung yang ada terhadap pembelajaran seni tari
di sekolah dasar?
9.Bagaimana tanggapan staf sekolah dasar terhadap pembelajaran seni tari di
sekolah dasar?
10.Bagaimana tanggapan orang tua terhadap pembelajaran seni tari di
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam bab III ini yaitu tentang metode penelitian, terdapat tujuh subtopik yang
dibahas oleh peneliti. Ketujuh subtopik tersebut mencakup deskripsi penelitian, lokasi
penelitian, desain penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik
keabsahan data, teknik analisis data dan tahap-tahap penelitian.
A. Deskripsi Penelitian
Metode penelitian yang digunakan peneliti adalah metode penelitian
kualitatif dengan menggunakan pendekatan fenomenologi. Pendekatan
fenomenologi pada dinamika pembelajaran seni tari di sekolah dasar adalah
adanya sebuah hubungan antara pendekatan fenomenologi dan penelitian yang
peneliti lakukan saat ini dengan judul penelitian mengidentifikasi dinamika
pembelajaran seni tari di sekolah dasar. Seperti yang telah diuraikan di bagian
sebelumnya bahwa dinamika pembelajaran seni tari di sekolah dasar adalah
sebuah bentuk proses belajar siswa sekolah dasar dengan menggerakan tubuh
sesuai dengan ekspresi jiwa yang diiringi dengan musik berirama (Purwatiningsih
& Harini, 2008). Pendekatan fenomenologi adalah perhatian pada hal sikap sosial,
persepsi dan pemahaman dalam metodenya. Pada pendekatan fenomenologi apa
yang terjadi dalam kenyataan merupakan hasil konstruksi (Mulyasa, 2006).
Dalam dinamika pembelajaran seni tari terdapat sebuah peristiwa belajar
siswa sekolah dasar atau suatu proses interaksi antar siswa berupa gerakan tubuh
yang sesuai iringan musik. Gerakan tubuh siswa dan proses interaksi antar siswa