ABSTRAK
Penerapan arti dari malpraktik medis masih terjadi permasalahan, seperti dalam beberapa kasus tindak pidana malpraktik medis terkait dakwaan Pasal 359 KUHP terutama pada unsur “kesalahan”. Hal ini terlihat seperti dalam kasus dr. Dewa Ayu Cs. yang diperiksa oleh Pengadilan Negeri Manado yang menyatakan bahwa para terdakwa dr. Dewa Ayu Cs. tidak terbukti melanggar Pasal 359 KUHP terkait tindak pidana malpraktik medis, namun dalam putusan kasasi Mahkamah Agung Republik Indonesia, para terdakwa dr. dewa Ayu Cs. Dinyatakan telah terbukti secara sah dan meyakinkan telah melanggar Pasal 359 KUHP karena pada saat sebelum melaksanakan tindakan medis operasi cito secsia sesaria terhadap diri korban, para terdakwa tidak melaksanakan pemeriksaan penunjang dan meminta persetujuan terhadap keluarga korban, serta penyebab kematian adanya emboli pada diri korban Siska Makatey diakibatkan atas tindakan medis operasi cito secsia sesaria dengan didasarkan atas hasil visum. Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah perbuatan para terdakwa dr. Dewa Ayu Cs. Yang tidak tidak melaksanakan prosedur informed consent terhadap keluarga korban Siska Makatey oleh dr.Dewa Ayu Cs. dalam operasi cito secsio sesaria yang menyebabkan hilangnya nyawa korban Siska Makatey disebabkan oleh emboli dapat dikualifikasikan sebagai alasan terpenuhinya unsur kesalahan malpraktik medis dan apakah putusan Mahkamah Agung RI No.365K/PID/2012 yang menjatuhkan pidana kurungan selama 10 bulan masing – masing terhadap para terdakwa telah sesuai dengan Hukum Positif Indonesia dihubungkan dengan profesi dokter.
Metode pendekatan yang digunakan adalah yuridis normatif dan spesifikasi penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitis yang menggambarkan dan menganalisis ketentuan – ketentuan yang berkaitan dengan putusan Pengadilan Negeri Manado No.90/PID.B/2011/PN.MDO dan Putusan Mahkamah Agung No.365K/PID/2012.