• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh warna terhadap kebudayaan bagi masyarakat tionghoa (studi kasus klenteng Avalokitesvara Surakarta) 5885

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh warna terhadap kebudayaan bagi masyarakat tionghoa (studi kasus klenteng Avalokitesvara Surakarta) 5885"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH WARNA TERHADAP KEBUDAYAAN

BAGI MASYARAKAT TIONGHOA

(

STUDI KASUS KLENTENG AVALOKITESVARA SURAKARTA

)

LAPORAN TUGAS AKHIR

Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Mencapai Derajad Ahli Madya pada Diploma III Bahasa China FSSR

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh :

Sigit Satrio Pribadi

C.9606064

PROGRAM DIPLOMA III BAHASA CHINA

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tidak bisa kita bayangkan bagaimana membosankan jika dunia kita hanya

terdiri dari satu atau dua warna saja, dunia hanya terlihat hitam dan putih saja.

Selain berfungsi menghidupkan suasana ternyata warna mempunyai makna

tersendiri serta efek tertentu bagi seseorang. Warna juga digunakan dalam

sebuah Negara yang diimplementasikan kedalam warna bendera, seperti bendera

Negara kita yang terdiri dari warna merah dan putih yang mengandung arti:

merah lambang semangat perjuangan, keberanian, dan juga kasih sayang, sedang

warna putih diartikan sebagai kesucian jiwa, kemurnian, kebersihan, kewajiban,

prasahajaan, putih juga lambang seorang pria, perasaan persahabatan.

Apakah artinya ketika kita mengatakan bahwa mawar itu merah dan langit

itu biru, ketika mata kita mampu memisahkan ratusan gelombang cahaya,

leksikons kita jauh lebih terbatas. Penamaan warna merupakan persepsi kita

terhadap jangkauan gelombang prototype. Persepsi psikologis terhadap warna

adalah pengalaman subyektif. Dasar penglihatan warna yang kita miliki secara

biologis akan dapat pula menimbulkan derajat universalitas yang tinggi antar

budaya dan bahasa dalam memperepsi warna.

(3)

Warna amat penting dalam kehidupan manusia. Warna juga memainkan

peranan yang penting dalam berbagai aspek kehidupan. Warna turut mempunyai

berbagai fungsi dalam kehidupan harian kita. Warna yang disukai seseorang,

sering dipakai untuk mengidentifikasikan kepribadian dan suasana hatinya.

Warna suram menunjukan hati yang sedang berduka. Warna cerah menunjukan

hati yang sedang bahagia atau sukacita. Warna lembut menunjukan kedamaian

dan ketenangan.

Warna sering dipakai untuk mencerminkan sesuatu arti atau makna yang

ingin dikomunikasikan. Berbicara atau kata-kata, gambar, simbol, tulisan, bahasa

isyarat dll, merupakan sarana untuk berkomunikasi antar manusia. Namun,

manusia mempunyai cara lain untuk untuk berkomunikasi sesuai dengan budaya

masing-masing Negara.

Dalam budaya Tionghoa setiap unsur yang ada dialam mengandung arti

serta makna tertentu, begitu juga dengan warna, ilmu fengshui menganggap

warna adalah getaran. Getaran dapat respon sadar ataupun tidak. Warna

mempengaruhi kenyamanan,lingkungan dan mood. Warna berpengaruh terhadap

pandangan seseorang terhadap diri kita. Bagi masyarakat Tionghoa warna merah

merupakan warna yang sangat agung, yang mempunyai makna positif dapat

berarti sebuah lambang sebuah kemakmuran, dan warna ini identik dengan

masyarakat Tionghoa sendiri, merah merupakan simbol tertingi dalam budaya

Tionghoa atau China. Di sisi lain warna merah dapat bermakna negatif sebagai

(4)

Sama halnya warna merah dalam masyarakat Tionghoa, Setiap warna

mempunyai sisi positif dan juga sisi negatif, warna hijau merupakan warna

perempuan, dapat dilambangkan sebagai pertumbuhan, kesuburan, harmoni,

optimisme, kebebasan dan keseimbangan, keagungan, kesejahteraan,

kebijaksanaan. Dipandang dari sisi negatif, warna hijau juga mempunyai makna

iri hati dan sombong, cemburu, licik, gila.

Berbeda dengan warna hijau, warna kuning atau emas memiliki daya

pantul paling tinggi dibandingkan dengan warna lain, warna ini mempunyai

makna sebagai pencerahan dan intelektual, optimisme, akal dan ketegasan,

kejayaan, kebesaran, baju raja-raja dinasti jaman kuno, keemasan. Sering kita

lihat benda berwarna kuning atau emas yang terdapat di sebuah toko yang

dimiliki warga Tionghoa, itu ditujukan sebagai lambang kejayaan dan kebesaran.

Warna kuning juga mempunyai sisi negatif yang dilambangkan sebagai sifat

berlebihan atau kegagalan

Sama halnya dengan warna lain dalam masyarakat Tionghoa, warna biru

mempunyai makna yang dilambangkan sebagai penyejuk dan memberikan kesan

damai, spiritualitas, kontemplasi, misteri, kesabaran, rasa percaya dan stabilitas,

keta’atan, taqwa. Sisi negatif yang diberikan oleh warna biru adalah lebih

bersifat curiga dan melankolis.

Warna putih dilambangkan sebagai simbol awal baru, kemurnian dan

kesucian, bersih dan segar, kemurnian, kebersihan, kesucian, kewajiban. Warna

(5)

adalah dingin dan tanpa kehidupan, kehampaan, karena warna putih

menggambarkan hal yang masih terlihat polos atau kembali ke awal, kosong.

Warna putih bila digabungkan dengan warna merah berarti keberuntungan.

Warna hitam dalam budaya Tionghoa kebanyakan mempunyai arti

misterius kematian, kegelapan dan kejahatan. Tidak hanya dalam budaya

Tionghoa, kebanyakan bangsa-bangsa didunia memakai pakaian hitam pada

waktu upacara kematian.

B. Perumusan Masalah

Warna merupakan salah satu hal yang paling berpengaruh dalam

kebudayaan Tionghoa, untuk itu perumusan masalah dalam uraian adalah :

1. Bagaimanakah pengaruh warna terhadap kebudayaan Tionghoa di klenteng

Avalokitesvara,Surakarta?

2. Bagaimana perbedaan makna dari warna yang menjadi bagian kebudayaan

masyarakat Tionghoa di klenteng Avalokitesvara,Surakarta?

C. Tujuan

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, tujuan penelitian

ini adalah:

1. untuk mengetahui perbedaan makna antara warna yang satu dengan warna

(6)

2. untuk lebih mengetahui sisi positif dan sisi negatif yang ditampilkan oleh

warna tertentu dalam kebudayaan Tionghoa di Klenteng

Avalokitesvara,Surakarta.

D. Manfaat.

Ada beberapa manfaat yang diharapkan dari uraian di atas, diantaranya

adalah:

1. Manfaat Praktis :

a. Bagi penulis dapat menambah wawasan pengetahuan tentang warna dan

kebudayaan, khususnya yang berhubungan dengan kebudayaan Tionghoa.

b. Bagi penulis dan pembaca bisa memilih warna yang tepat yang dapat kita

jadikan sebagai media komunikasi atau penyampaian pesan.

c. Bagi penulis dan pembaca dapat memilih warna yang tepat untuk

mengungkapkan perasaan yang sedang terjadi.

2. Manfaat Teoritis :

a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan dan bahan

pertimbangan bagi peneliti selanjutnya,

b. Memberikan sumbangan tentang konsep dan penerapan pengaruh warna

terhadap kebudayaan bagi masyarakat Tionghoa kepada mahasiswa DIII

(7)

E. Teknik penulisan

Untuk proses pengambilan data”Pengaruh Warna Terhadap

Kebudayaan Bagi Masyarakat Tionghoa”,khususnya di klenteng

Avalokitesvara,Surakarta. penulis melakukan beberapa cara diantaranya :

1. Observasi.

Untuk melakukan penulisan tugas akhir ini penulis melakukan

pengamatan langsung di klenteng yang terletak di Jl. R.E Martadinata,

Surakarta. Sama seperti tempat ibadah yang lain, di sini penulis melihat

berbagai benda yang berada di dalam klenteng yang tentu saja di pakai

sebagai sarana ibadah ,diantaranya terdapat beberapa patung Budha dan juga

dewi Kuan yim. Selain beberapa dewa,di sana juga terdapat sebuah kotak

kecil yang disediakan untuk tempat abu, tempat tersebut diberi nama Youlo.

Selain itu, dalam klenteng terdapat beberapa lilin berwarna merah yang

berukuran cukup besar yang berfungsi sebagai penerangan. Di atas

langit-langit terdapat lampion yang betuliskan nama-nama orang yang masih hidup,

yang mempunyai maksud kalau orang tersebut menggantungkan harapan atau

keinginanannya setinggi mungkin.

Klenteng ini kebanyakan didominasi oleh warna merah yang

merupakan warna yang paling diagungkan atau warna yang paling mulia

dalam kebudayaan Tionghoa yang bermakna kebahagiaan. Selain warna

(8)

seperti warna merah, warna kuning juga mempunyai makna yang berpengaruh

sebagai lambang dari kejayaan dalam kebudayaan Tionghoa.

2. Wawancara

Pada awalmya penulis bermaksud mencari data mengenai semua hal

yang berkaitan dengan klenteng avalokitesvara melalui buku yang dimiliki

klenteng Avalokitesvara. Tetapi buku yang dianggap sebagai pedoman

tersebut tidak ada dan data yang dimiliki tidak valid. Maka dari itu penulis

malakukan teknik wawancara untuk mencari data-data yang berkaitan dengan

klenteng avalokitesvara.

Penulis melakukan wawancara kepada Bp. Henry Susanto. Beliau

merupakan salah satu orang yang dianggap mengetahui semua hal yang

berkaitan dengan klenteng Avalokitesvara. Penulis melakukan wawancara 2

kali kepada Bp. Henry Susanto, karena terbatasnya tempat yang disediakan,

penulis melakukan wawancara di depan klenteng. Dari teknik wawancara ini

lah penulis mendapatkan beberapa data yang berkaitan dengan klenteng

Avalokitesvara.

Di sini Bp.Henry Susanto juga mengatakan kelemahan dari klenteng

Avalokitesvara, tidak adanya data yang valid dan tidak tersedianya buku-buku

yang dijadikan pedoman awal mula berdirinya klenteng Avalokitesvara, hal

tersebut menjadikan kendala bagi pengurus klenteng Avalokitesvara untuk

(9)

3. Dokumentasi

Untuk melengkapi tugas akhir ini, penulis juga menambahkan

beberapa foto-foto dari klenteng avalokitesvara di daftar lampiran, foto

tersebut dimaksudkan sebagai dokumentasi untuk penulisan tugas akhir.

(10)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. WARNA

Menurut J. linchoten dalam bukunya Riwayat Tionghoa Peranakan di

jawa, warna dapat didefinisikan secara obyektif/fisik sebagai sifat cahaya yang

dipancarkan, atau secara subyektif/psikologis sebagai bagian dari pengalaman

indra penglihatan. Secara subyektif atau fisik warna dapat diberikan panjang

gelombang. Dilihat dari panjang gelombang, cahaya yang tampak oleh mata

merupakan salah satu bentuk pancaran energi yang merupakan bagian yang

sempit dari gelombang elektromagnetik.

Cahaya yang ditangkap indra manusia mempunyai panjang gelombang

380-780 nanometer. Cahaya antara dua nanometer tersebut dapat diurai melalui

prisma kaca menjadi warna-warna pelangi yang disebut spektrum atau warna

cahaya, mulai berkas cahaya warna ungu,violet, biru, kuning, hingga warna

merah. Diluar cahaya ungu/violet terdapat gelombang-gelombang ultraviolet,

sinar X, sinar gamma, dan sinar cosmic. Diluar cahaya merah terdapat

gelombang atau sinar inframerah, gelombang hertz, gelombang radio pendek,

dan gelombang radio panjang, yang banyak digunakan sebagai pemancaran radio

atau Tv. Proses terlihatnya warna adalah dikarenakan adanya cahaya yang

(11)

menimpa suatu benda, dan cahaya tersebut memantukan warna ke mata(retina)

kita hingga terlihat warna. Benda berwarna merah karena sifat pigmen benda

tersebut berwarna merah dan menyerap warna lainnya. Benda berwarna hitam

karena sifat pigmen benda tersebut menyerap semua warna pelangi. Sebaliknya,

suatu benda berwarna putih karena sifat pigmen benda tersebut memantulkan

semua warna pelangi.

Sebagai bagian dari elemen tata rupa, warna memegang peranan sebagai

sarana untuk lebih mempertegas dan memperkuat kesan atau tujuan dari sebuah

karya desain. Dalam perencanaan corporate identity, warna mempunyai fungsi

untuk memperkuat aspek identitas. Warna digunakan dalam simbol-simbol grafis

untuk mempertegas maksud dari simbol-simbol tersebut. Sebagai contoh adalah

warna merah pada segitiga pengaman, warna-warna yang digunakan dalam

traffic light merah untuk berhenti, kuning untuk siap-siap dan hijau untuk jalan.

Dari contoh tersebut ternyata pengaruh warna mampu memberi impresi yang

cepat dan kuat.

Kemampuan warna untuk menciptakan impresi mampu menimbulkan

efek-efek tertentu. Secara psikologis diuraikan oleh Drs.mansyur tentang warna

sebagai berikut : “warna-warna itu bukanlah sebagai gejala yang hanya dapat

diamati saja, warna itu mempengaruhi perilaku, memegang peranan penting

dalam penilaian estetis dan turut menentukan suka tidaknya kita akan

(12)

Dari pemahaman tersebut dapat dijelaskan bahwa warna, selain hanya

dapat dilihat dengan mata ternyata mampu mempengaruhi perilaku seseorang,

mempengaruhi penilain estetis dan turut menentukan suka tidaknya seseorang

pada suatu benda. Berikut ini ada bermacam-macam makna dari warna-warna

yang ada.

1. MERAH

Merah sifat umumnya yaitu religius, suci, berani, perlu perhatian

atau perlu mendapatkan perhatian lebih. Warna merah mempunyai sisi positif

yang bermacam-macam. Warna ini melambangkan panas, api, darah, gairah,

cinta, kehangatan, kekuasaan, kesenangan dan agresi. Warna merah dapat

meningkatkan tekanan darah dan rating pernafasan. Warna merah juga dapat

menstimulasi seseorang untuk membuat keputusan secara cepat dan

meningkatkan harapan. Merah adalah penarik perhatian, kata dan obyek

dalam warna merah dapat menarik perhatian seseorang secara seketika. Dalam

dunia desain dan dekorasi, obyek warna merah adalah sesuatu yang sempurna

karena dapat menarik perhatian, jika itu adalah sebuah mobil, maka terdapat

korelasi yang positif antara warna dan resiko kemalingan. Merah adalah

warna yang extrim dan memiliki ketegangan emosional didalamnya. Baju

berwarna merah dapat meningkatkan dan menyalurkan kekuatan secara energi,

tetapi dapat pula menyulut konfrontasi, merah mendominasi secara extrim.

(13)

belakang. Ruangan berwarna merah dapat membuat orang merasa cemas,

tetapi ruangan dengan aksen warna merah dapat membuat orang lupa waktu,

maka dari itu banyak tempat-tempat hiburan yang memakai ornament warna

merah di dalam ruangnya.

Merah merupakan warna yang paling diagungkan atau warna yang

paling tinggi kedudukannya. Dalam budaya Tionghoa merah merupakan

warna yang mempunyai makna sebagai sebuah lambang kemakmuran,

kehangatan, keberanian, dinamika, kasih sayang, dan warna merah identik

dengan masyarakat China sebagai lambang penghargaan tertinggi. Selain itu,

warna merah dalam budaya Tionghoa bisa dikatakan sebagai warna yang

membawa hoki, hal itu terlihat dari warna amplop yang berisi uang yang

dalam budaya Tionghoa dinamakan angpao. Sisi positif warna merah dalam

budaya Tionghoa terlihat dalam upacara pernikahan dan hal-hal yang berbau

kebahagiaan. Warna merah dalam budaya Tionghoa dikombinasikan dengan

warna apa saja dan selalu mengandung makna kebahagiaan.

Warna merah juga mempunyai sisi negatif yang bermacam-macam

yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang, seseorang yang identik

memakai warna merah bisa dikatakan sebagai orang yang mempunyai rasa

amarah yang tinggi dan mudah tersinggung, pemalu dan kebencian.

(14)

Hijau selalu terkait dengan beberapa makna simbolis, dimana

kebanyakan mengarah pada konsep alam. Terkait dengan hal itu, maka warna

hijau mencerminkan kehidupan, muda dan harapan. Hijau merupakan warna

yang paling ringan untuk mata dan dapat meningkatkan penglihatan. Hijau

adalah warna yang kalem dan memiliki efek netral terhadap sistem saraf

manusia. Warna hijau sangat cocok diterapkan dalam ruangan-ruangan santai

atau cocok buat seseorang yang ingin relaks.

Warna hijau diasosiasikan dengan obyek-obyek natural seperti

tumbuhan. Warna hijau tidak hanya cocok diterapkan dalam ruangan atau

dalam kehidupan luar ruangan. warna hijau juga identik dengan warna

modern, hal ini terlihat dalam film matrix, sangat mampu dalam

meningkatkan kesan futuristik dan kecanggihan tekhnologi.

Dalam kebudayaan Tionghoa warna hijau merupakan warna kedua

setelah warna merah, karena warna hijau dalam budaya Tionghoa tidak begitu

diagungkan seperti halnya warna merah. Dalam budaya Tionghoa meskipun

warna hijau dianggap sebagai warna kedua, tetap mempunyai sisi positif,

dalam hal yang berhubungan dengan pangan, warna hijau dianggap sebagai

simbol dari pertumbuhan dan kesuburan. Dalam hal lain, warna hijau

mempunyai makna sebagai harmoni, opotimisme, kebebasan, keseimbangan,

keagungan, kesejahteraan, dan kebijaksanaan. Sedangkan sisi negatif dari

warna hijau dalam budaya Tionghoa adalah iri hati dan kebohongan. Maka

(15)

hijau, karena akan dianggap sebagai orang yang iri hati, tetapi bagi yang

menganggap warna hijau sebagai hal positif, mereka tidak

mempermasalahkan hal itu.

Selain itu warna hijau juga memiliki arti simbolis, diantaranya

sebagai berikut : hijau tua melambangkan maskulinitas, konservatif dan

kemakmuran. Emerald green melambangkan kematian. Olive green

melambangkan ketenangan. Dan yellow green merupakan warna yang paling

jarang digunakan konsumen.

3. KUNING

Warna kuning merupakan warna yang sangat terang dan dapat

menyilaukan mata. Warna yang direfleksikan oleh warna terang ini akan

menghasilkan stimulasi yang dapat melelahkan mata dan dapat menyebabkan

iritasi mata. Warna kuning juga dapat mempercepat metabolisme. Jika warna

kuning digunakan untuk mewarnai suatu ruangan, hal itu dapat membuat

seorang bayi menangis sepanjang waktu dan kehilangan temperamennya

karena warna tersebut akan membuat mata sang bayi sangat lelah dan

membuat sakit.

Warna kuning juga digunakan dalam jumlah yang sedikit dapat

menghasilkan sensasi kehangatan dan ketajaman. Warna kuning

(16)

easygoing terhadap kehidupan. Warna kuning identik dengan hari yang

bersinar dan hangat karena warna kuning mempunyai banyak bayangan.

Karena warnanya yang sangat mencolok, maka dalam kebudayaan

Tionghoa warna kuning sangat identik dengan makna-makna kemulyaan,

kemakmuran, keemasan dan kemahsyuran. Warna kuning juga dianggap

sebagai warna yang paling berpengaruh dalam hal ekonomi dan perdagangan.

Karena pengaruh warna tersebut banyak warga Tionghoa yang menghiasi

rumah ataupun took-toko mereka dengan warna kuning yang dimaksudkan

sebagai lambang kemakmuran dan kejayaan. Masyarakat Tionghoa yang

mempunyai tempat usaha biasanya menggunakan hiasan menyerupai kucing

yang berwarna kuning keemasan, yang dimaksudkan sebagai penarik

perhatian orang yang sedang berjalan didepannya dan berharap orang tersebut

mau untuk membeli barang yang menjadi usaha mereka. Selain itu, sisi

negatif dari warna kuning adalah berlebihan dan kekakuan, sifat nagatif

tersebut dapat terlihat dengan sakitnya mata kita kalau terlalu sering melihat

benda berwarna kuning yang berlebihan dan dapat pula menimbulkan iritasi.

Sifat kekakuan warna kuning terlihat dari matahari yang sangat terang yang

dapat menyinari alam semesta, kalau diterapkan dalam hal negatif warna

kunig dapat membuat orang merasa paling hebat dan mempunyai sifat kaku.

Selain itu, warna kuning juga memiliki makna simbolis seperti pure

yellow adalah spectrum warna yang melambangkan keceriaan. Sedangkan

(17)

kecemburuan. Warna kuning juga banyak digunakan sebagai lambang

rambu-rambu lalu lintas.

4. BIRU

Warna biru sering diaspsiasikan sebagai warna yang melambangkan

kejujuran, kesetiaan, harapan dan hamoni. cinta, spiritualisme, perlindungan

dan kecantikan juga diwakili oleh warna biru. Apabila warna biru diterapkan

dalam sebuah ruangan, maka kesan yang didapat adalah ketenangan,

ketentraman dan kenyamanan. Sehingga efeknya adalah dapat memperlambat

denyut jantung, menurunkan tekanan darah, menghilangkan stress dan

membuat kita bisa bernafas lebih dalam. Warna biru juga mempunyai simbol

sebagai sesuatu yang sangat luas, hal itu dapat terlihat dari warna laut yang

berwarna biru yang memantulkan warna ke langit dan itu mempengaruhi

warna langit juga menjadi biru yang melambangkan sebagai sesuatu yang

sangat luas.

Meskipun warna biru tidak menarik seperti halnya warna merah dan

kuning, dalam budaya Tionghoa warna biru juga mempunyai makna sebagai

simbol kedamaian dan kesejukan, hal itu terpengaruh dari warna langit biru

yang dapat membuat sejuk dan memberi kesan damai/tenang. Selain itu,

dalam hal kepercayaan masyarakat Tionghoa melambangkan warna biru

sebagai ketaatan dan taqwa, ketaatan kepada pemerintahan dan taqwa kepada

(18)

percaya dan stabilitas, misteri. Masyarakat Tionghoa beranggapan kalau

seseorang memakai baju bercorak biru menandakan seseorng tersebut

mempunyi sifat sabar. Dalam budaya Tionghoa Sifat curiga dan melankolis

menjadi bagian negatif dari warna biru.

Selain itu warna biru juga bisa memperluas imajinasi dan

memperlancar komunikasi, sehingga warna ini sangat pas bila diterapkan di

kamar tidur yang dapat membuat penghuni merasa nyaman, tapi kalau terlalu

banyak menggunakan warna biru bisa menimbulkan rasa malas dan terisolasi.

Warna biru kalau digunakan dalam tes wawancara dapat

melambangkan dedikasi dan loyalitas. Biru termasuk dalam warna yang

favorit, tetapi harus hati-hati dalam mengasosiasikan warna biru dalam

makanan, karena warna biru tidak lazim digunakan dalam makanan, sehingga

dapat menyebabkan berkurangnya nafsu makan. Warna biru dapat

merilekskan sistem saraf kita, sebaliknya warna biru yang terlalu gelap dapat

menimbulkan rasa dingin dan depresi.

Biru dalam konsep lingkungan dapat meningkatkan produktifitas.

Sebuah stusi menunjukan kalau seorang siswa akan mendapatkan nilai yang

baik kalau belajar dalam ruangan yang berwarna biru, dan tulisan yang ditulis

dalam alas berwarna biru lebih mudah diingat.

(19)

Warna yang dipilih biasanya digunakan untuk melambangkan suatu

hal, seperti warna suram yang menggambarkan suasana hati yang sedang

berduka. Seperti warna hitam adalah lambang kematian, kebanyakan

bangsa-bangsa di dunia mengenakan pakaian berwarna hitam dalam upacara

kematian. Hitam sendiri mempunyai tafsir yang sangat banyak karena warna

ini merupakan kombinasi dari berbagai warna. Yang paling umum dari makna

warna hitam adalah kesan misterius. Dalam film-film fiksi sosok hantu,

penyihir, mahkluk jadi-jadian sering digambarkan dengan kostum serta atribut

yang berwarna hitam.

Selain itu warna hitam adalah warna yang kontroversial. Di satu sisi

dihubungkan dengan kegelapan (hantu, penyihir, setan). Di sisi lain

dilambangkan sebagai kekokohan dan keandalan. Di satu sisi melambangkan

otoritas dan kekuasaan di sisi lain bisa dikatakan sebagai keputusasaan dan

berkabung. Di satu sisi menandakan kejahatan, karakter jahat, malapetaka., di

sisi lain menandakan kesetiaan dan kebijaksanaan.

Warna hitam mempunyai makna sebagai hal yang misterius dan

independen. Tidak berbeda dengan kebudayaan lain, dalam kebudayaan

Tionghoa hitam juga termasuk sebagai sesuatu yang misterius. Selain itu

warna hitam juga mempunyai makna sebagai hal yang positif, daya tarik dan

kekuatan. Jadi dalam budaya Tionghoa seseorang mempunyai kekutan yang

lebih bila dibandingkan dengan orang lain, bisa dilambangkan dengan warna

(20)

hitam dalam kebudayaan Tionghoa. Sama dengan makna negatif dari warna

hitam di semua kebudayaan, dalam kebudayaan Tionghoa pun makna negatif

dari warna hitam adalah kematian, kegelapan dan kuasa jahat. Semua hal yang

berhubungan dengan warna hitam pasti mempunyai makna negatif seperti itu.

Dalam hal lainnya, hitam menjadi pilihan bagi kebanyakan orang

dengan berbagai alasan. Beberapa mempunyai alasan pemakaian warna hitam

untuk menampilkan kesan kuat dan formal. Alasan yang lain orang memakai

warna hitam untuk menampilkan kesan slim(langsing) pada penampilannya.

Penampilan dengan pakaian hitam minimalis dilihat sebagai hal yang penuh

gaya dan kesempurnaan.

6. PUTIH

Sebuah warna dapat memberi ketenangn dalam diri seseorang,

menentramkan dan memberi kesan damai. Sama dengan warna putih yang

dapat memberi kesan sebagai sesuatu yang bersih dan segar. Warna putih

dilambangkan sebagai kemurnian, kesucian, keadaan tidak bersalah.

Kebanyakan budaya barat menggunakan gaun berwarna putih untuk

menandakan kemurnian atau kesucian. Selain itu putih juga memberi kesan

bersih. Dokter, suster dan teknisi laboratorium menggunakan warna putih

untuk menyatakan kesterilan. Putih mencerminkan keterangan dan ketenangan.

(21)

Dalam budaya Tionghoa warna putih mempunyai makna sebagai

simbol baru, kemurnian dan kesucian, bersih dan segar, kewajiban, kesahajaan,

dan bulan. Hampir sama dengan kebudayaan lain warna putih juga

melambangkan sebagai hal yang suci. Maka dari itu ketika bayi yang baru

lahir hampir setiap hari memakai pakaian yang berwarna putih, malmbangkan

sebagai kesucian, karena bayi yang baru lahir belum memiliki dosa. Sisi

negatif dari warna putih adalah dingin dan tanpa kehidupan.

B. Kebudayaan

Kata kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta buddhayah, yaitu

bentuk jamak dari budhi yang berartii “budi” atau “akal”. Dengan demikian

kebudayaan dapat diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan akal. Ada

ahli lain yang mengupas kata budaya sebagai suatu perkembangan dari majemuk

budi daya, yang berarti “daya dari budi”. Karena itu mereka membedakan

“budaya”dan “kebudayaan”. Sehingga “budaya adalah daya dari budi yang

berupa cipta rasa dan karsa. Sedangkan “kebudayaan” adalah hasil dari cipta,

rasa dan karsa itu (Koentjoroningrat, 1990:181)

Kebudayaan atau budaya dalam bahasa belanda diistilahkan dengan

cultuur. Dalam budaya inggris, budaya berasal dari kata culture. Sedangkan

dalam bahasa latin budaya berasal dari kata colere.

Adapun kata culture, yang merupakan kata asing yang sama artinya

(22)

“mengolah,mengerjakan”, terutama mengolah tanah atau bertani. Dalam arti ini

berkembang arti culture sebagai “segala daya upaya serta tindakan manusia

untuk mengolah tanah dan merubah alam”.

Banyak orang bicara tentang kebudayaan, akan tetapi pengertian yang

dipakai oleh setiap orang belum tentu sama. Sebagian orang menggunakan istilah

kebudayaan untuk menyatakan hasil karya manusia yang indah-indah atau

dengan kata lain terbatas dengan kesenian. Di lain pihak orang menggunakan

istilah kebudayaan untuk menyatakan ciri-ciri yang nampak dari sekelompok

anggota masyarakat tertentu sehingga dapat digunakan untuk membedakan

dengan kelompok masyarakat lain.

Ada pula yang menggunakan istilah kebudayaan untuk menyatakan

tingkat kemajuan teknik yang didukung oleh tradisi tertentu untuk membedakan

kebudayaan yang belum banyak menggunakan peralatan mesin dan teknologinya

masih terbelakang.

Dengan kata lain kebudayaan adalah hasil manusia dalam usahanya

mempertahankan hidup, mengembangkan keturunan, dan meningkatkan taraf

kesejahteraannya dengan segala keterbatasan kelengkapan jasmaninya serta

sumber-sumber alam yang berada disekitarnya. Kebudayaan dapat dikatakan

sebagai perwujudan tanggapan aktif manusia terhadap tantangan-tantangan yang

(23)

Kebudayaan menurut Koentjoroningrat(1990:180), adalah keseluruhan

sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan

masyarakat, yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.

Dari definisi diatas menunjukan pendirian Koentjoroningrat bahwa

kebudayaan mempunyai tiga wujud:

1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks ide-ide, gagasan-gagasan,

nilai-nilai, norma-norma dan sebagainya yang disebut sebagi wujud ideal

kebudayaan.

2. Wujud kedua kebudayaan adalah tindakan manusia yang berpola. Yang

disebut sistem sosial (social sistem)

3. Wujud ketiga kebudayaan adalah hasil fisik dari aktifitas, perbuatan, dan

karya manusia dalam masyarakat, disebut kebudayaan fisik.

Ketiga wujud kebudayaan tersebut dalam kenyataan kehidupan tidak

terpisahkan antara satu dengan yang lain. Kebudayaan ideal mengatur dan

memberi arah kepada tindakan dan karya manusia, serta menghasilkan

benda-benda kebudayaan fisiknya. Sebaliknya kebudayaan fisik membentuk suatu

lingkungan hidup manusia yang semakin lama semakin menjauhkan manusia

dari lingkunag alamiahnya, sehingga mempengaruhi pola-pola perbuatannya dan

bahkan cara berpikirnya.

Para Sarjana Antropologi yang biasa menanggapi kebudayaan sebagai

suatu keseluruhan yang terintregasi, pada waktu analisa membagi keseluruhan

(24)

universal). Istilah universal itu menunjukan bahwa unsur-unsur tadi bersifat

universal, jadi unsur-unsur tadi ada dan bisa didapatkan disemua kebudayaan

dari semua bangsa didunia. Dengan mengambil inti dari berbagai kerangka

tentang unsur-unsur kebudayaan yang disusun oleh beberapa Sarjana

Antropologi, maka Koentjoroningrat dalam bukunya Pengantar Ilmu

Antropologi (1990-203) berpendapat bahwa ada tujuh unsur kebudayaan yang

dapat ditemukan pada semua bangsa yang ada didunia.

Ketujuh unsur yang dapat kita sebut sebagai isi pokok dari tiap

kebudayaan didunia ini adalah:

1. Bahasa.

2. Sistem pengetahuan

3. Organisasi sosial

4. Sistem peralatan hidup dan teknologi

5. Sistem mata pencaharian hidup

6. Sistem religi, dan

7. Kesenian.

Tiap-tiap unsur kebudayaan universal sudah tentu juga menjelma dalam

ketiga wujud kebudayaan yang sudah dijelaskan diatas, yaitu wujudnya yang

berupa sistem budaya, sistem sosial, dan unsur-unsur kebudayaan fisik.

Dengan demikian sistem ekonomi misalnya mempunyai wujud sebagai

konsep-konsep, rencana-rencana, kebijaksanaan, adat-istiadat yang berhubungan

(25)

tindakan-tindakan dan interaksi berpola antara produsen, tengkulak, pedagang, ahli

transportasi, pengecer dengan konsumen, dan diluar itu dalam sistem ekonomi

terdapat juga unsur-unsurnya yang berupa peralatan, komoditi, dan

barang-barang ekonomi.

Ketujuh unsur kebudayaan universal itu masing-masing tentu juga

mempunyai wujud fisik, walaupun tidak ada satu wujud fisik untuk keseluruhan

dari satu unsur kebudayaan universal. Namun semua unsur kebudayaan fisik

sudah tentu secara khusus terdiri dari benda-benda kebudayaan,

Dalam tiap masyarakat, baik yang kompleks maupun yang sederhana,

ada sejumlah nilai budaya yang satu dengan yang lain berkaitan sehingga

merupakan suatu sistem, dan sistem itu sebagai pedoman dari konsep-konsep

ideal dalam kebudayaan memberi pendorong yang kuat terhadap arah kehidupan

warga masyarakatnya.

Menurut seorang ahli antropologi terkenal, C. Kluckhohn, tiap sistem

nilai budaya dalam tiap kebudayaan itu mengenai lima masalah dasar dalam

kehidupan manusia. Atas dasar konsepsi tersebut, ia mengembangkan suatu

kerangka yang dapat dipakai oleh para ahli antropologi untuk menganalisa secara

universal tiap variasi dalam sistem nilai budaya yang terdapat didunia.

Menurut C. Kluckhohn kelima masalah dasar dalam kehidupan manusia

yang menjadi landasan bagi kerangka variasi dalam sistem nilai budaya adalah

sebagai berikut:

(26)

2. Masalah mengenai hakikat dari karya manusia ( MK )

3. Masalah mengenai hakikat dari kedudukan manusia dalam ruang dan waktu

( MW )

4. Masalah mengenai hakikat dari hubungan manusia dengan alam sekitarnya

( MA )

5. Masalah mengenai hakikat dari hubungan manusia dengan sesamanya ( MM )

Menurut Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang

meliputi:

1. Sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para anggota

masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya.

2. Organisasi ekonomi.

3. Alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan

(keluarga adalah lembaga pendidikan utama)

4. Organisasi kekuatan (politik).

C. Masyarakat

Masyarakat merupakan terjemahan dari kata society adalah sekelompok

orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (semi terbuka), dimana

sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam

kelompok tersebut. Kata “masyarakat”sendiri berakar dalam bahasa arab,

musyarak. Lebih abstraknya, masyarakat adalah suatu jaringan-jaringan,

(27)

yang interdependen ( saling tergantung satu sama lain ). Umumnya istilah

masyarakat digunakan untuk mengacu pada sekelompok orang yang hidup

bersama dalam satu komunitas yang teratur.

Kata society berasal dari bahasa latin, societas, yang berarti hubungan

persahabatan dengan yang lain. Societas diturunkan dari kata spacius yang

berarti teman, sehingga arti society berhubungan erat dengan kata sosial. Secara

implicit, kata society mengandung makna bahwa setiap anggotanya mempunyai

perhatian dan kepentingan yang sama dalam mencapai tujuan bersama.

Masyarakat sering diorganisasikan berdasarkan cara utamanya dalam

bermatapencaharian. Pakar ilmu sosial mengidentifikasikan ada: masyarakat

pemburu, masyarakat pastoral nomadis, masyakat bercocoktanam, dan

masyarakat agricultural intensif, yang juga disebut masyarakat peradaban.

Sebagian pakar menganggap masyarakat industri dan pasca industri sebagian

kelompok masyarakat yang terpisah dari masyarakat agricultural tradisional.

Manusia merupakan mahkluk yang ingin menyatu dengan sesamanya,

serta alam lingkungan sekitarnya. Dengan menggunakan pikiran, naluri perasaan,

keinginan dsb, manusia memberi reaksi dan melakukan interaksi dengan

lingkunganya. Pola interaksi sosial dihasilkan oleh hubungan yang

berkesinambungan dalam masyarakat. Berikut ini beberapa pengertian menurut

berbagai sumber:

(28)

Menurut karl marx masyarakat adalah suatu struktur yang menderita

suatu ketegangan organisasi atau perkembangan akibat adanya pertentangan

antara kelompk-kelompok yang terbagi secara ekonomi.

Sebelum revolusi prancis tahun 1848, Karl Marx menulis

buku ,manifesto komunis yang terbit pada bulan januari 1848. Dalam buku itu

dituliskan masyarakat borjuis modern yang muncul dari keruntuhan

masyarakat feodal tidak menyingkirkan antagonisme kelas itu. Malah ia

memunculkan kelas-kelas baru, kondisi baru untuk melakukan tekanan,

bentuk-bentuk baru persaingan untuk menggantikan yang lama.

Borjuis menempatkan negeri ditangan penguasa kota. Ia telah

menciptakan kota-kota besar, telah banyak menambah penduduk kota

dibandingkan penduduk pedesaan dan dengan demikian menyelamatkan

sebagian besar penduduk dari kehidupan desa yang bodoh. Persis seperti yang

berlaku bagi suatu negri dengan ketergantungan kota. Borjuis telah membuat

negri barbar dan negri semi barbar bergantung pada negri beradab, bangsa

petani bergantung pada bangsa borjuis, timur pada barat.

Senjata yang digunakan borjuis untuk merobohkan feodalisme ini

dipergunakan untuk borjuis itu sendiri. Akan tetapi borjuis tidak

menggunakan senjata untuk membunuh dirinya sendiri, tapi juga digunakan

untuk membunuh orang-orang yang mengadakan senjata tersebut yaitu kelas

pekerja modern di kalanan proletar. Dengan perkembangan industri, proletar

(29)

bertambah besar, kekuatannya berkembang dan mereka merasakan

kekuatannya yang bertambah itupun mulai membentuk kombinasi (organisasi

buruh) melawan borjuis. Di sana sini pertentangan berkobar dan berkembang

menjadi kerusuhan.

Sejarah materialisme dan Dialektika. Pandangan materialis sejarah

adalah teori Karl Marx tentang hokum perkembangan masyarakat. Inti dari

pandangan ini adalah bahwa perkembangan masyarakat ditentukan oleh

bidang produksi. Bidang ekonomi adalah basis, sedangkan dua dimensi

lainnya, institusi-intitusi sosial, terutama Negara dan bentuk-bentuk kesadaran

merupakan bangunan atas.

Karena faktor penentu adalah basis, maka harus memperhatikan

bidang ekonomi. Ciri yang paling menentukan bagi semua bentuk ekonomi

adalah pemisahan antara pemilik dan pekerja. Masyarakat terdiri dari

kelas-kelas sosial yang membadakan diri dengan yang lainnya. Berdasarkan

kedudukan dan fungsi masing-masing dalam proses produksi. Pada garis

besarnya (terutama semakin produksi masyarakat mendekati pola kapitalis)

kelas sosial termasuk salah satu dari dua kelompok kelas, yaitu

kelas-kelas pemilik dan kelas-kelas-kelas-kelas pekerja. Yang pertama memiliki sarana-sarana

kerja dan yang kedua hanya memiliki tenaga-tenaga kerja mereka sendiri.

Karena kelas-kelas pemilik begitu berkuasa berarti para pemilik dapat

menghisap tenaga kerja para pekerja. Jadi mereka hidup dari penghisapan

(30)

dan kelas-kelas pekerja merupakan kelas-kelas bawah dalam masyarakat.

Menurut Marx ciri khas semua pola masyarakat sampai sekarang adalah

masyarakat dibagi dalam kelas-kelas bawah dan kelas atas. Struktur ekonomi

tersusun sedemikian rupa hingga yang pertama dapat hidup dari penghisapan

tenaga kerja yang kedua.

Bangunan atas mencerminkan keadaan itu. Negara adalah

kelas-kelas atas untuk menjamin kedudukan mereka, jadi untuk seperlunya untuk

menindas kelas-kelas bawah untuk membebaskan diri dari penghisapan oleh

kelas-kelas atas, sedangkan “bangunan atas idealis” istilah marxis bagi agama,

filsafat, pandangan-pandangan moral, hukum, estetis dan lain sebagainya

berfungsi untuk memberikan legimitasi pada hubungan kekuasaan itu.

Oleh karena itu marx menolak paham bahwa Negara mewakili

kepentingan seluruh masyarakat. Negara dikuasai oleh dan berpihak pada

kelas-kelas atas, meskipun kadang juga menguntungkan kelas bawah.

Walaupun Negara mengataka bahwa negara adalah milik semua golongan dan

bahwa kebijaksanaannya demi kepentingan seluruh masyarakat, namun

sebenarnya Negara melindungi kepentingan kelas atas ekonomis. Menurut

Marx Negara adalah merupakan lawan dari masyarakat kelas bawah, Negara

bukan milik dan kepentingan mereka. “bangunan atas idealis” itu menciptakan

kesan bahwa kesedian masing-masing kelas untuk menerima kedudukannnya

(31)

adalah membuat kelas bawah bersedia untuk menerima kedudukan mereka

sebagai kelas bawah.

Dalam teori Marx tentang masyarakat tidak dapat dipisahkan dengan

bidang ekonomi. Teori ekonomi berupa teori nilai berdasar pada tenaga, teori

lebih, teori akumulasi capital, teori konsentrasi capital, dan teori pemiskinan,

semua pada pokoknya merupakan teori eksploitasi untuk memperlihatkan

bahwa golongan berpunya hidup dari golongan tidak berpunya. Teori seperti

ini muncul ketika melihat masyarakat, sekurang-kurangnya mengingat

masyarakat yang telah berupa Negara. Dalam kehidupan primitif komunal

dimana alat-alat produksi dimiliki bersama, pengisapan manusia oleh manusia

tidak didapati, kelas masyarakat tidak ada, masyarakat tidak mengenal

kekuasaan, oleh karena itu tidak mengenal Negara. Bentuk Negara itu tidak

selamanya ada, maka sejarah manusia sesudah terbentuknya Negara

memperlihatkan empat tingkatan produksi. Produksi berdasar penghambaan,

feodalisme, produksi kapitalis atau borjuis, dan produksi sosialisme.

Teori dialektika dengan tesis, anti tesis, dan sintesis dapat diterapkan

baik dalam hubungan kelas-kelas itu, maupun pada tingkat-tingkat produksi

itu sendiri. Demikianlah tesis bangsawan menimbulkan anti tesis golongan

peminjam tanah, tetapi keduanya ini menumbuhkan sintesis golongan borjuis.

Hal itu merupakan tesis kembali dan anti tesis adalah golongan pekerja.

Sintesisnya adalah manusia komunis yang terdapat dalam golongan

(32)

dengan tingkat feodalisme, maka anti tesisnya adalah tingkat produksi borjuis

atau kapitalisme, sintesisnya adalah tingkat produksi sosialisme. Dengan

demikian Negara merupakan alat dari kelas penguasa (berpunya) untuk

menindas kelas yang dikuasai (tidak berpunya). Negara dan pemerintah

identik dengan kelas penguasa, artinya dengan kelas berpunya, berturut-turut

dalam sejarah manusia dikenal kelas pemilik budak, kelas bangsawan (tuan

tanah), kelas borjuis.

Komunisme dan masyarakat tanpa kelas. Yang dimaksud Marx

dengan komunisme bukanlah sebuah kapitalisme Negara. Marx mengatakan

hanya ada permulaan, sosialisasi berarti nasionalisasi, jadi Negara mengambil

alih hak milik pribadi.

Ciri-ciri masyarakat komunis adalah penghapusan hak mlik pribadi

atas alat-alat produksi penghapus adanya kelas-kelas sosial, menghilangnya

Negara, penghapusan pembagian kerja. Kelas-kelas tidak perlu dihapus secara

khusus sesudah kelas kapitalis ditiadakan, karena kapitalis sendiri sudah

menghapus semua kelas, sehingga hanya tinggal proletariat. Itulah sebabnya

revolusi sosialis tidak akan menghasilkan masyarakat dengan kelas atas dan

kelas bawah.

Marx tidak pernah menguraikan bagaimana ia membayangkan

organisasi masyarakat setelah penghapusan hak milik pribadi. Ia hanya

berbicara secara abstrak dan umum. Satu-satunya tempat dia berbicara banyak

(33)

orang tidak terbatas pada bidang kegiatan eksklusif, melainkan dapat

mencapai kecakapan dalam bidang apapun, masyarakat mengatur produksi

umum, dengan memungkinkan hal ini saya kerjakan hari ini, hal itu besok,

pagi hari berburu, siang hari memancing ikan, sore hari memelihara ternak,

sesudah makan mengkritik…”( MEW 3.33 )

Marx menggunakan istilah sosialisme dan komunisme dalam arti

yang sama, yaitu keadaan masyarakat sesudah penghapusan hak milik pribadi

atas alat-alat produksi. Langkah pertama adalah kediktatoran proletariat dan

sosialisme Negara, lalu sesudah kapitalisme dihancurkan, Negara semakin

kehilangan fungsinya. Sosialisme tercapai apabila tidak ada lagi sedangkan

Negara komunis yang dimaksud Marx adalah bahwa Negara bukan hanya

menghilang bahkan menjadi yang maha kuasa.

Bagi Marx perhatian pada kebebasan manusia menjadi masalah

bagaimana orang menjadi tidak teralienasi secara sosial. Hal ini merupakan

proses yang membutuhkan bentuk ekonomi khusus yakni sosialisme. Suatu

kondisi perkembangan khusus suatu pemahaman bahwa rantai yang

membelenggu rakyat adalah politik dan bahwa hal itu diakibatkan oleh

dominasi kelas.

2. Menurut Emile Durkheim

Masyarakat merupakan suatu kenyataan objektif pribadi-pribadi

yang menjadi anggotanya. Perhatian Durkheim yang utama adalah bagaimana

(34)

modern, ketika hal-hal seperti latar belakang, keagamaan, dan etnik bersama

tidak ada lagi. Untuk memepelajari kehidupan sosial dikalangan masyarakat

modern, Durkheim berusaha menciptakan salah satu pendekatan ilmiah

pertama terhadap fenomena sosial. Bersama Herbert Spencer, Durkheim

merupakan salah satu orang pertama yang menjelaskan berbagai bagian dari

masyarakat dengan mengacu kepada fungsi yang mereka lakukan dalam

mempertahankan kesehatan dan keseimbangan masyarakat. Suatu hal yang

bakal dikenal dengan fungsionalisme.

Durkheim juga menekankan bahwa masyarakat lebih dari sekedar

jumlah dari seluruh bagiannya. Jadi berbeda dengan Max Webber, ia

memusatkan perhatian bukan kepada apa yang memotivasi tindakan-tindakan

dari setiap pribadi (individualisme metodologis), melainkan lebih kepada

penilitian “faktor-faktor sosial”, istilah yang diciptakannya untuk

menggambarkan fenomena yang ada dengan sendirinya dan tidak terikat

dengan tindakan individu. Ia berpendapat bahwa fakta sosial mempunyai

keberadaan yang independen yang lebih besar dan lebih objektif daripada

tindakan-tindakan individu yang membentuk masyarakat dan hanya dapat

dijelaskan melalui fakta-fakta sosial lainnnya, misalnya melalui adaptasi

masyarakat terhadap iklim atau situasi ekologis tertentu.

Dalam bukunya “Pembagian Kerja dalam Masyarakat” (1893),

Durkheim meneliti bagaimana tatanan social dipertahankan dalam berbagai

(35)

meneliti bagaimana hal itu berbeda dalam masyarakat tradisional dan

masyarakat moden. Para penulis sebelum dia, seperti Herbert Spencer dan

Ferdinand Toeenis berpendapat bahwa masyarakat berevolusi dengan

organisme hidup, bergerak dari keadaan yang sederhana kepada yang lebih

komplek yang mirip dengan kerja mesin-mesin yang rumit. Durkheim

membalikkan rumusan ini sambil menambahkan teorinya kepada kumpulan

teori yang harus berkembang mengenai kemajuan sosial, evolusionisme sosial

dan darwinisme sosial. Ia berpendapat bahwa masyarakat-masyarakat

tradisional bersifat “mekanis” dan dipersatukan oleh kenyataan bahwa setiap

oaring lebih kurang sama, dan karenanya mempunyai banyak kesamaan

diantaranya sesamanya. Dalam masyarakat tardisional, kata Durkheim,

kesadaran kolektif sepenuhnya mencakup kesadaran individual. Norma-norma

sosial kuat, dan perilaku sosial diatur dengan rapi.

Dalam masyarakat modern, pembagian kerja yang sangat komplek

menghasilkan solidaritas organik. Spesialisasi yang berbeda-beda dalam

bidang pekerjaan dan peranan sosial mnciptakan ketergantungan yang

mengikat orang kepada sesamanya, karena mereka tidak lagi dapat memenuhi

kebutuhan mereka sendiri. Dalam masyarakat mekanis, misalnya seorang

petani gurem hidup dengan masyarakat swa-sembada dan terjalin bersama

oleh warisan bersama dan pekerjaan yang sama. Dalam masyarakat modern

yang organik, para pekerja memperoleh gaji dan harus mengandalkan orang

(36)

kebutuhan mereka. Akibat dari pembagian kerja yang sangat rumit ini,

kesadaran individual berkembang dalam cara yang berbeda dari kesadaran

kolektif.

Durkheim menghubungkan jenis solidaritas pada suatu masyarakat

tertentu dengan dominasi dari suatu sistem hokum. Ia menemukan bahwa

masyarakat yang memiliki solidaritas mekanis hokum sering kali bersifat

represif, yaitu pelaku suatu kejahatan atau perilaku menyimpang akan terkena

hukuman, dan hal itu akan membalas kesadaran kolektif yang dilanggar oleh

kejahatan itu, hukuman itu bertindak lebih untuk mempertahankan keutuhan

kesadaran. Sebaliknya dalam amsyarakat yang memiliki solidaritas organik,

hokum bersifat restitutif, yaitu bertujuan bukan untuk menghukum melainkan

untuk memulihkan aktifitas normal dari suatu masyarakat yang komplek.

Jadi, perubahan masyarakat yang cepat karena semakin

meningkatnya pembagian kerja menghasilkan suatau kebingungan tentang

norma dan semakin meningkatnya sifat yang tidak pribadi dalam kehidupan

sosial, yang akhirnya mengakibatkan runtuhnya norma-norma sosial yang

mengatur perilaku. Durkheim menyebut keadaan ini sebagai anomie. Dari

keadaan anomie muncullah beberapa perilaku menyimpang, dan yang paling

menonjol adalah bunuh diri.

Dalam bukunya yang berkonsep anomie dalam “bunuh diri” yang

diterbitkan tahun 1897. Dalam bukunya ini, Durkheim meneliti tentang bunuh

(37)

sosial yang lebih tinggi diantara orang khatolik menghasilkan tingkat bunuh

diri yang lebih rendah. Menurut Durkheim, orang yang mempunyai suatu

tingkat keterikatan tertentu kepada kelompok-kelompok mereka, yang

disebutnya integritas social. Tingkat integritas yang secara abnormal tinggi

atau rendah dapat menghasilkan bertanbahnya tingkat bunuh diri. Tingkat

yang rendah menghasilkan hal ini karena rendahnya integritas menghasilkan

masyarakat yang tidak terorganisasi, menyebabkan orang melakukan bunuh

diri sebagai upaya terakhir, sementara tingkat yang tinggi yang menyebabkan

orang bunuh diri agar mereka tidak menjadi beban bagi masyarkat. Menurut

Durkheim, masyarakat khatolik mempunyai tingkat integritas yang normal,

sementara masyarakat protestan mempunyai tingkat integritas yang rendah.

Karya ini telah mempengaruhi para penganjur teori control, dan seringkali

disebut sebagai studi sosiologis yang klasik.

Pengertian masyarakat selain menurut Karl Marx dan Emile

Durkheim, disebutkan juga oleh beberpa orang yang dijelaskan secara singkat,

diantaranya:

a. Menurut Selo Sumardjan masyarakat adalah orang-orang yang hidup

bersama yang menghasilkan kebudayaan.

b. Menurut paul B. Horton & C. Hunt masyarakat merupakan kumpulan

manusia yang relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang

(38)

sama serta melakukan kegiatan di dalam satu kelompok atau organisasi

tersebut.

c. Menurut Syeikh Taqyudin An-Nabhani, sekelompok orang bisa dikatakan

sebagai masyarakat apabila memiliki pemikiran, perasaan, serta sistem

atau aturan yang sama. Dengan kesamaan tersebut, manusia kemudian

berinteraksi sesama mereka berdasarkan kemaslahatan.

Manusia merupakan mahkluk yang memiliki keinginan untuk

menyatu dengan sesamanya serta alam lingkungan sekitar. Dengan

menggunakan pikiran, naluri, pikiran keinginan dan sebagainya manusia

memberi reaksi dan melakukan interaksi dengan alam sekitarnya. Pola

interaksi sosial dihasilkan oleh perilaku yang berkesinambungan dalam suatu

masyarakat.

Menurut Soerjono Soekanto dalam masyarakat setidaknya memuat

unsur-unsur sebagai berikut :

a. Beranggotakan minimal dua orang.

b. Anggotanya sadar sebagai satu kesatuan

c. Berhubungan dalam waktu yang cukup lama yang menghasilkan manusia

baru yang saling berkomunikasi dan membuat aturan-aturan hubungan

antar anggota masyarakat.

d. Menjadi sistem hidup bersama yang menimbulkan kebudayaan serta

(39)

Selain unsur-unsur tersebut, masyarakat juga harus mempunyai

cirri-ciri atau kriteria, menurut Marion Levy masyarakat bisa dikatakan

sebagai masyarakat yang baik apabila mempunyai kriteria sebagai berikut

a. Ada sistem tindakan utama

b. Saling setia pada sistem tindakan utama

c. Mampu bertahan lebih dari masa hidup seorang anggota

d. Sebagian atau seluruh anggota baru didapat dari kelahiran atau proses

reproduksi.

D. Tionghoa

Suku bangsa Tionghoa (biasa disebut juga China) adalah salah satu etnis

di indonesia. Biasanya mereka menyebut dirinya tenglang (hokkien), tengnang

(Thiociu), atau Thongnyin (hakka). Dalam bahasa mandarin mereka disebut

Tangren (orang tang). Hal ini sesuai dengan kenyataan bahwa orang

Tionghoa-indonesia mayoritas berasal dari China selatan yang menyebut diri mereka

sebagai orang tang, sementara orang China utara menyebut diri mereka orang

han (hanren).

Leluhur orang Tionghoa-indonesia berimigrasi secara bergelombang

sejak ribuan tahun yang lalu melalui kegiatan perniagaan. Peran mereka

beberapa kali muncul dalam sejarah indonesia, bahkan sebelum Republik

Indonesia dideklarasikan dan terbentuk. Catatan-catatan dari China menyebutkan

(40)

dinasti-dinasti yang berkuasa di China. Faktor inilah yang kemudian membuat

lalu lintas perdagangan barang dari China ke Indonesia atau sebaliknya menjadi

semakin lancar.

Setelah Negara Indonesia merdeka, orang Tionghoa yang

berkewarganegaraan Indonesia digolongkan dalam salah satu suku dalam

lingkup nasional Indonesia sesuai pasal 2 UU Nomor 12 Tahun 2006 tentang

Kewarganegaraan Republik Indonesia.

Tionghoa atau tionghwa, adalah istilah yang dibuat sendiri oleh orang

keturuan China yang ada di Indonesia, yang berasal dari kata Zhonghua dalam

bahasa mandarin. Zhonghua dalam dialek hokkian dilafalkan sebagai Tionghoa.

Wacana cung hwa setidaknya sudah dimulai sejak tahun 1880, yaitu

adanya keinginan dari orang-orang China untuk terbebas dari kekuasaan dinasti

kerajaan dan membentuk suatu Negara yang lebih demokratis dan kuat. Wacana

ini sampai terdengar oleh orang asal China yang bermukim di Hindia Belanda

yang ketika itu dinamakan orang China.

Sekelompok orang yang anak-anaknya lahir di Hindia Belanda merasa

perlu mempelajari kebudayaan dan bahasanya. Pada tahun 1900 mereka

membuat sekolah di Hindia Belanda, dibawah naungan suatu badan yang diberi

nama “Tjung Hwa Hwei Kwan”, bila dilafalkan Indonesia menjadi “Tiong Hoa

Hwe Kwan”(THHK). THHK dalam perjalanannya bukanhanya memberikan

(41)

orang-orang Tionghoa di Hindia Belanda, seiring dengan perubahan istilah

“China” menjadi “Tionghoa” di Hindia Belanda.

Ramainya interaksi perdagangan di daerah pesisir tenggara China,

menyebabkan banyak sekali orang-orang yang merasa perlu untuk keluar

berlayar untuk berdagang, tujuan utama saat itu adalah asia tenggara. Karena

pelayaran sangat tergantung dengan angin musim, maka setiap tahunnya para

pedagang akan sering bermukim di wilayah asia tenggara yang disinggahinya.

Demikian seterusnya ada pedagang yang memutuskan untuk menetap dan

menikahi wanita setempat, ada juga pedagang yang pulang ke China untuk

kembali berdagang.

Orang-orang Tionghoa yang bermukim di Indonesia, umumnya berasal

dari tenggara China, mereka termasuk suku-suku : Hakka, Hainan, Hokkien,

Kantonis, Hokchia, Tiochiu. Daerah asal yang terkonsentrasi di pesisir tenggara

ini dapat dimengerti, karena sejak jaman Dinasti Tang kota-kota pelabuhan di

pesisir tenggara China memang telah menjadi Bandar perdagangan yang ramai.

Quanzhou pernah tercatat sebagi Bandar perdagangan tersibuk dan terbesar di

dunia pada jaman itu.

Sebagian besar orang-orang China di Indonesia menetap di pulau jawa.

Daerah-daerah lain dimana mereka juga menetap dalam jumlah besar selain

dalam perkotaan adalah di daerah : Sumatra utara, Bangka-belitung, Sumatra

Selatan, Lampung, Lombok, Kalimantan Barat, Banjarmasin, dan beberapa

(42)

a. Hakka : Aceh, Sumatra Utara, Bangka Belitung, Sumatra Selatan, Lampung,

Jawa, Kalimantan Barat, Banjarmasin, Sulawesi Selatan, Manado,

Ambon, Jayapura.

b. Hinan : Riau (pekanbaru & batam) dan Manado.

c. Hokkien : Sumatra Utara, Padang, Pekanbaru, Jambi, Sumatra Selatan,

Bengkulu, Jawa Bali (terutama di Denpasar dan Singaraja),

Banjarmasin, Kutai, Sumbawa, Manggarai, Kupang, Makassar,

Kendari, Sulawesi Tengah, Manado dan Ambon.

d. Kantonis : Jakarta, Makassar dan Manado.

e. Hokchia : Jawa, terutama di Bandung, Cirebon dan Surabaya.

f. Tiochiu : Sumatra Utara, kepulauan Riau, Sumatra Selatan, dan Kalimantan

Barat (khususnya Pontianak dan Ketapang)

Di tangerang, banten, masyrakat Tionghoa telah menyatu dengan

masyarakat sekitar dan telah menyatu lewat perkawinan, sehingga waktu kulit

mereka lebih gelap dari Tionghoa yang lain. Sehingga julukan untuk merka

menjadi “China Benteng”. Keseniannya yang masih ada disebut Cokek, sebuah

tarian lawan jenis secara bersamaan dengan iringan paduan campuran music

jawa, China, Sunda, dan Melayu.

Dengan berkembangnya kerajaan-kerajaan di nusantara, para imigran

Tiongkok mulai berdatangan, terutama untuk kepentingan perdagangan. Pada

prasasti-prasasti jawa orang China disebut sebagai warga asing yang menetap

(43)

anak benua india. Dalam prasasti perunggu di tahun 860 dari jawa timur disebut

suatu istilah Juru China, yang berkait dengan jabatan orang-orang Tionghoa yang

tinggal disana. Beberapa motif relief di Candi Sewu diduga mendapat pengaruh

dari kain-kain sutra tiongkok.

Catatan Ma-Huan ketika ikut dalam expedisi Ceng Ho menyebut secara

jelas bahwa pedagang China muslim menghuni ibu kota dan kota-kota Bandar

majapahit(abad 15) dan membentuk satu dari komponen penduduk kerajaan

tersebut. Expedisi CengHo juga meninggalkan jejak di kota semarang, ketika

orang keduanya, Wang Jinghong, sakit dan terpaksa melepas sauh di Simongan

(sekarang bagian kota semarang). Wang kemudian menetap karena tidak dapat

mengikuti Expedisi selanjutnya. Ia dan pengikutnya menjadi cikal bakal

masyarakat Tionghoa di kota Semarang. Wang mengabadikan Cengho menjadi

sebuah patung (disebut “Mbah Ludakar Juragan Dampo Awang Sam Po Kong”)

serta membangun klenteng klenteng Sam Po Kong atau Gedung Batu. di

komplek ini Wang juga di kuburkan dan mendapat julukan “Mbah Juragan

Dampo Awang”.

Reformasi yang digulirkan pada tahun 1998 telah banyak memberi

perubahan bagi warga Tionghoa di Indonesia, walau belum 100% perubahan

tersebut terjadi, namun hal ini sudah menunjukan tren perubahan pandangan

pemerintah dan warga pribumi kepada masyarakat Tionghoa. Bila pada masa

Orde Baru aksara, budaya, ataupun atraksi Tionghoa dilarang untuk

(44)

tersebut dilakukan. Di Medan, Sumatra Utara, misalnya hal biasa warga

Tionghoa menggunakan bahasa Hokkien atau menggunakan aksara Tionghoa di

depan toko-toko atau rumah mereka. Sekarang warga Tionghoa telah membaur

bersama warga pribumi yang lainnya, baik itu di kota-kota besar dan juga di

(45)

BAB III

PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Klenteng Avalokitesvara

Klenteng Avalokitesvara merupakan Klenteng paling tua yang ada di

Surakarta. Klenteng tersebut terletak di jln R.E Martadinata No 14 Surakarta,

atau yang lebih sering dikatakan dekat dengan pasar gedhe, sebuah pasar yang

dianggap mempunyai sejarah yang berpengaruh di kota Surakarta.

Sama seperti tempat agama-agama yang lain, Klenteng ini juga digunakan

sebagai tempat ibadah bagi warga Tionghoa yang tinggal di Surakarta. Di dalam

Klenteng ini juga terdapat beberapa bagian dan beberapa Dewa, seperti halnya

tepat setelah kita masuk terdapat sebuah kolam kecil yang tujuannya digunakan

sebagai tempat membersihkan kaki dan tangan. Sesudah melewati kolam

tersebut terdapat sebuah meja yang digunakan sebagai tempat sembahyang yang

dinamakan Bilekhud, sebelah kanan dan kiri dari Bilekhud terdapat dua ukiran

naga dan singa. sebuah pembakar uang kertas yang disebut Jin Li terletak di

bagian depan Klenteng. Diruang tengah Klenteng Avalokitesvara tampak banyak

patung Buddhis yang berkualitas baik, tiga patung besar di belakang patung

Kwan Im pada tembok belakang yang melambangkan San-Zun fo-Zu, semacam

Tri Tunggal Buddhis yang disertai sejumlah patung yang lebih kecil.

(46)

Klenteng Avalokitesvara terdapat sebuah lampion yang digunakan sebagai

penerangan dan di bawah lampion dituliskan nama seseorang yang dimaksudkan

sebagai pengharapan bagi apa yang diinginkan orang tersebut, selain memakai

lampion, orang-orang Tionghoa juga memakai lilin untuk media

menggantungkan harapan, seperti di Klenteng Avalokitesvara terdapat dua buah

lilin yang berukuran besar yang digunakan sebagai pengharapan orang tersebut.

B. Sejarah Berdirinya Klenteng

Pada masa dinasti Tang ( 618-907 ) China berhasil mengirim ekspedisi

militernya ke China selatan, sejak itu orang China banyak yang menyebar ke

Asia Tenggara dan menetap di sana. Pada masa dinasti Sung ( 907-1127 ) mulai

banyak pedagang-pedagang China yang berdagang di Asia Tenggara termasuk di

Indonesia dengan membawa barang dagangan teh dan benda porselin dari China

yang indah, kain sutra yang halus dan obat-obatan, sedangkan mereka membeli

dan membawa pulang hasil bumi Indonesia. Orang-orang China mulai merantau

ke Indonesia pada masa akhir pemerintahan dinasti Tang. Daerah pertama yang

di datangi adalah Palembang yang pada masa itu merupakan pusat perdagangan

kerajaan sriwijaya kemudian mereka datang ke pulau jawa untuk mencari

rempah-rempah. Orang China datang ke Indonesia dengan membawa unsur

kebudayaan, termasuk unsur agama, dengan demikian kebudayaan china menjadi

(47)

Keberadaan masyarakat Tionghoa di Indonesia umumnya, khususnya

dipulau jawa telah tercatat dalam sejarah berabad-abad lamanya. Mereka telah

bermukim lama sebelum kadatangan pedagang dari Eropa. Masyarakat Tionghoa

yang berada di pulau jawa kebanyakan berprofesi sebagai pedagang. Dengan

adanya kegiatan perdagangan ini mereka membuat kelompok hunian yang

berdekatan dengan jalur transportasi dan tempat berdagang.

Dalam masyarakat Tionghoa dikenal tiga agama yaitu Khong Hu Cu, Tao

dan Buddha. Tetapi dalam prakteknya tidak ada fanatisme terhadap salah satu

ajaran agama tersebut, dengan kata lain kegiatan agama dilakukan secara

bersamaan, ajaran ketiga agama tersebut dikenal dengan nama Tridharma.

Kepercayaan terhadap ajaran agama diwujudkan dalam suatu upacara suci

dimana upacara tersebut juga melibatkan masyarakat. Oleh karena itu

dibutuhkan tempat atau bangunan suci yang digunakan sebagai tempat

melakukan upacara keagamaan. Semua masyarakat beragama di dunia ini pasti

memiliki tempat yang digunakan sebagai tempat upacara keagamaan, demikian

juga dengan masyarakat Tionghoa, mereka juga mempunyai tempat keagamaan

yang dinamakan Klenteng.

Kota Surakarta terdapat sebuah Klenteng yang dianggap sebagai Klenteng

yang paling tua. Klenteng tersebut dinamakan Klenteng Avalokitesvara atau

Tien kok Sie yang terletak di Jln, R.E Martadinata No 14, tepatnya di sebelah

selatan pasar gedhe, sebuah pasar yang menjadi saksi penting perjalanan

(48)

semua terlibat dalam transaksi jual beli. Klenteng Avalokitesvara yang sudah

berusia 264 tahun tepatnya dibuat tahun 1745, merupakan tempat ibadah Tri

Dharma ( Khong Hu Cu, Tao dan Buddha ) bangunan ini kental dengan

bangunan Tiongkok. Nilai sejarah Klenteng ini membuat banyak pengunjung

untuk singgah dan berdo’a. Klenteng ini dulunya dibuat untuk tempat tinggal

para pedagang Tiongkok yang singgah di Surakarta, tanah tersebut diberikan

oleh pihak kraton Surakarta. Klenteng avalokitesvra mempunyia

bermacam-macam Dewa-Dewi yang diagungkan, diantaranya adalah:

1. Tho Ti Kong ( Fu De Zheng Sen )

Bagi masyarakat Tionghoa Dewa Tho Ti Kong disebut sebagai Dewa

Bumi, Dewa Tho Ti Kong juga disebut sebgai Dewa yang paling tua. Beliau

lahir pada tahun 1134 SM pada zaman dunasti Zhou ( masa kaisar Zhou Wu

Wang ). Sejak kecil sudah menunjukan bakat sebagai orang pandai dan

berhati mulia. Pada masa itu beliau menjabat sebagai Menteri Urusan

pemungutan pajak, beliau selalu bertindak bijaksana dan tidak memberatkan

rakyat, sehingga rakyat sangat mencintainya. Tho Ti Kong ditampilkan

dengan sosok orang tua yang berambut dan berjenggot putih dengan senyum

ramah, biasanya Tho Ti Kong tampak menggenggam sebongkah emas di

(49)

2. Thien Shang Shen Mu ( Mak Co )

Thien Shang Shen Mu dikenal dengan sebutan Mak Zu atau Mak Co.

karena kehidupannya yang sederhana dan suka berbuat baik, orang-orang

menyebut dirinya sebagai Lin San Ren yang berarti orang baik. Nama asli dari

Dewi Thien Shang Shen Mu adalah Lin Mo Niang, dia dilahirkan pada masa

pemerintahan kaisar Tai Zu dari dinasti Song utara. Selama sebulan setelah

dilahirkan Lin Mo Niang tidak pernah menangis. Thien Shang Shen Mu

dianggap sebagi Dewi pelindung pelaut, sosoknya digambarkan sebagai dewi

yang sangat cantik dan berpakain kebesaran seorang permaisuri dan dikawal

oleh dua siluman yang pernah ditaklukkannya, yaitu Qian Li Yan dan Sung Fe

Er. Mak Co juga bisa menyembuhkan orang yang sakit, karena keahliannya

inilah orang-orang pada jaman dulu menyebutnya sebagai Ling Nu ( gadis

mukjizat ), Long Nu ( gadis naga ), dan Shen Gu ( bibi yang sakti ). Oleh

karena itu di dalam Klenteng Avalokitesvara terdapat air berkah dari Mak co,

yang mempunyai tujuan untuk menyembuhkan orang yang sakit.

3. Xuan Tian Shang Ti

Xuan Tian Shang Ti adalah Dewa langit pengusir setan. Nama asli

Xuan Tian Shang Ti adalah Xuan Wu, ibunya mengandung Xuan Wu selama

14 bulan. Setelah melihat banyak orang-orang yang bertindak semaunya,

orang kaya hidup dengan berlebihan dan orang-orang miskin mati kelaparan,

(50)

duniawi. Xuan Tian Shang Ti ditampilkan sebagai seorang Dewa yang

mamakai pakaian perang keemasan tangan kanannya memegang pedang dan

kakinya tanpa alas menginjak kura-kura dan ular. Wajahnya berwibawa

dengan jenggot warna putih dan rambutnya terurai kebelakang.

4. Cai sen Ye

Dalam ajaran agama Buddha, Cai Sen Ye merupakn Dewa harta atau

Dewa kekayaan. Sosok Dewa kekayaan ini digambarkan dengan panglima

perang yang mempunyai wajah seram dengan pakaian perang lengkap, satu

tangan menggenggam ruyung dan tangan yang lain menggenggam sebongkah

emas menaiki seekor harimau hitam.

5. Cao Kun Kong

Di dalam Klenteng Avalokitesvara terdapat seduah dewa yang disebut

dewa dapur atau Cao Kun Kong. Cao Kun Kong dulunya adalah seseorang

yang suka judi yang selalu kalah sampai hartanya habis untuk berjudi. Sampai

pada akhirnya ia pun membujuk istrinya untuk menjual diri kepada seseorang

yang kaya raya, uang hasil penjualan istrinya ia gunakan lagi untuk berjudi.

Kemudian ia pun sadar akan kebaikan istrinya tersebut, ia pun membenturkan

kepala di dinding dapur, istrinya sendiri menguburkan Cao Kun Kong di

dapur rumah tersebut dan tiap hari Uposata ( Cap Go – Ce It ) dan hari

Referensi

Dokumen terkait

Pada aktivitas percepatan melalui penambahan tenaga kerja terjadi perbedaan jumlah tenaga kerja yang dialokasikan dibanding nonnal, sedangkan biaya upah tetap tetapi ada

Pada penelitian ini yang dilakukan dihutan primer Taman Nasional Gunung leuser ditemukan 32 jenis liana dengan nilai H’= 3,037 dengan kategori tinggi sedangkan

Penelitian ini penulis memilih anak laki laki umur 07 sampai 15 tahun yang ada di Unit Pelaksana Teknik Dinas (UPTD) Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan

Dapat disimpulkan bahwa penggelapan pajak (tax evasion) yang dilakukan oleh wajib pajak terkait persepsi etis mengenai tarif pajak, sistem pajak yang berkeadilan dan

Pines (dalam Tawale, 2011) menyatakan bahwa individu kecil kemungkinannya untuk mengalami burnout dalam suatu organisasi yang memberikan kesempatan pada individu untuk

pembayaran karena keadaan diluar dugaan dari pihak pemesan sehingga mengakibatkan penundaan pembayaran paket aqiqah yang tidak sesuai dengan kontrak yang

In your object graph, your Task objects may need help from the Project object. For instance, when a Task status is marked as Done, the

Orangtua yang menggunakan strength-based parenting menyadari kelebihan yang dimiliki oleh remaja dan kemudian mendorong remaja untuk mengaktualisasikan dirinya,