• Tidak ada hasil yang ditemukan

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PELAYANAN SOSIAL BAGI LANJUT USIA DI DUSUN BULAK, DESA TUKSONO, KECAMATAN SENTOLO, KABUPATEN KULON PROGO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PELAYANAN SOSIAL BAGI LANJUT USIA DI DUSUN BULAK, DESA TUKSONO, KECAMATAN SENTOLO, KABUPATEN KULON PROGO."

Copied!
271
0
0

Teks penuh

(1)

i

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PELAYANAN SOSIAL BAGI LANJUT USIA DI DUSUN BULAK, DESA TUKSONO, KECAMATAN

SENTOLO, KABUPATEN KULON PROGO

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan

Oleh:

Zumrotus Sholichati NIM 13102240151

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)

ii

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PELAYANAN SOSIAL BAGI LANJUT USIA DI DUSUN BULAK, DESA TUKSONO, KECAMATAN

SENTOLO, KABUPATEN KULON PROGO Oleh:

Zumrotus Sholichati NIM 13102241051

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) Partisipasi masyarakat dalam pelayanan sosial bagi lanjut usia. (2) Faktor pendukung dan penghambat partisipasi masyarakat dalam pelayanan sosial bagi lanjut usia.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subyek dalam penelitian ini yaitu pengurus BKL Tunas Mekar, tokoh masyarakat, masyarakat, dan lansia di Dusun Bulak. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan yaitu reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan. Keabsahan data dengan triangulasi sumber dan teknik.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Partisipasi masyarakat didasari alasan karena masyarakat ingin meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan lansia. Bentuk partisipasi masyarakat terbagi dalam dua bentuk yaitu fisik dan nonfisik. Pelayanan sosial lansia di Dusun Bulak terdiri dari pelayanan bidang sosial, kesehatan, ekonomi, dan spiritual. Manfaat partisipasi masyarakat memicu adanya kegiatan bermakna bagi lansia, hubungan harmonis lansia dengan lingkungan, meningkatnya pelaksanaan ibadah, dan kemudahan akses pelayanan kesehatan bagi lansia. (2) Faktor pendukung partisipasi masyarakat meliputi adanya kesadaran masyarakat, bantuan dana dari pemerintah, pembinaan dan bagi kader, pandangan positif masyarakat terhadap lansia, antusiasme lansia, dan kinerja lansia. Faktor penghambat partisipasi meliputi masih kurangnya kesadaran lansia akan pentingnya kesehatan, faktor ekonomi keluarga, dan lunturnya unggah-ungguh anak muda. Kesimpulan dari penelitian ini adalah adanya partisipasi fisik dan nonfisik masyarakat dalam pelayanan sosial, kesehatan, ekonomi, dan spiritual bagi lansia di Dusun Bulak. Adanya motivasi dan dukungan dari masyarakat membuat lansia semangat dalam mengikuti kegiatan. Dengan adanya partisipasi masyarakat dalam pelayanan sosial bagi lansia di Dusun Bulak, taraf hidup dan kesejahteraan lansia meningkat.

(3)

iii

COMMUNITY PARTICIPATION IN SOCIAL SERVICES FOR ELDERLY AGE IN BULAK, TUKSONO VILLAGE, SENTOLO DISTRICT, KULON

PROGO REGENCY

By:

Zumrotus Sholichati NIM 13102241051

ABSTRACT

This study aims to describe: (1) Community participation in social services for the elderly, (2) Supporting and inhibiting factors to community participation in social services for elderly.

This research is descriptive research with qualitative approach. The subjects in this study are BKL Tunas Mekar organizer, community leaders, community, and elderly in Dusun Bulak. Techniques of collecting data use interviews, observation, and documentation techniques. Data analysis techniques use data reduction, data display, and drawing conclusion. Data validity use source and technique triangulation.

The results of study are: (1) Community participation is based on the reason community wants to improve the standard of living and welfare of elderly. The form of community participation is divided into two forms: physical and nonphysical. The elderly social services in Dusun Bulak consist of social, health, economic, and spiritual services. The benefit of community participation creates meaningful activities for the elderly, the elderly harmonious relationship with the environment, the increase in the implementation of worship, and accessibility of health services for the elderyl. (2) Supporting factors include community awareness, government funding, training for cadres, a positive view of community towards elderly, elderly enthusiasm, and the elderly‟s performance. Inhibiting factors of participation include lack of elderly‟s awareness about the importance of health, family‟s economic factors, and the erosion of youth manners. The conclusion of this research is the physical and non-physical participation of the community in social, health, economic, and spiritual services for the elderly in Dusun Bulak. The existence of motivation and support from community make elderly spirit in join various activities. The existence of community participation in giving social services for the elderly in Dusun Bulak cause the standard of living and welfare of the elderly increases.

(4)

iv

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Zumrotus Sholichati

NIM : 13102241051

Program Studi : Pendidikan Luar Sekolah

Judul Skripsi : Partisipasi Masyarakat dalam Pelayanan Sosial bagi Lanjut Usia di Dusun Bulak, Desa Tuksono, Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulon Progo

(5)

v

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi dengan Judul

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PELAYANAN SOSIAL BAGI LANJUT USIA DI DUSUN BULAK, DESA TUKSONO, KECAMATAN

SENTOLO, KABUPATEN KULON PROGO

Disusun oleh: Zumrotus Sholichati

NIM 13102241051

telah memenuhi syarat dan disetujui oleh Dosen Pembimbing untuk dilaksanakan Ujian Tugas Akhir Skripsi bagi yang

bersangkutan.

(6)

vi

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PELAYANAN SOSIAL BAGI LANJUT USIA DI DUSUN BULAK, DESA TUKSONO, KECAMATAN

SENTOLO, KABUPATEN KULON PROGO Disusun oleh:

Zumrotus Sholichati NIM 13102240151

(7)

vii MOTTO

“Orang lanjut usia yang berorientasi pada kesempatan adalah orang muda yang

tidak pernah menua. Tetapi, pemuda yang berorientasi pada keamanan, telah menua sejak muda.”

(Anonim)

“Hidup untuk mencari jalan pulang”

(8)

viii

PERSEMBAHAN

Atas karunia Allah SWT

Karya ini akan saya persembahkan untuk:

1. Bapak dan Ibu tercinta yang telah mencurahkan segenap kasih sayangnya dan memanjatkan doa yang mulia, sehingga penulis dapat berhasil menyusun karya ini. Terimakasih atas semua pengorbanan yang telah diberikan.

2. Almamaterku Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan yang begitu besar.

3. Jurusan Pendidikan Luar Sekolah yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan pengalaman yang luar biasa.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Partisipasi Masyarakat dalam Pelayanan Sosial bagi Lanjut Usia di Dusun Bulak, Desa Tuksono, Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulon Progo”, disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta.

Penulis menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari adanya bantuan berbagai pihak. Dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah memberikan fasilitas dan sarana sehingga studi saya berjalan dengan lancar.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah yang telah berkenan memberikan bantuan dan fasilitas selama proses penyusunan par proposal sampai dengan selesainya skripsi ini.

3. Bapak Lutfi Wibawa, M.Pd selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan mengarahkan dan membimbing penulis hingga menyelesaikan skripsi. 4. Ibu Sri Iswanti, M.Pd. dan Widyaningsih, M.Si. selaku Penguji Utama dan

Sekretaris Penguji yang telah memberikan koreksi perbaikan secara komprehensif terhadap skripsi ini.

5. Bapak Hiryanto, M.Si selaku dosen Penasehat Akademik yang selalu memberikan motivasi dalam proses belajar dan penyusunan skripsi.

6. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan sebagai bekal proses penelitian ini.

7. Bapak Camat Sentolo, Bapak Lurah Tuksono, dan Kepala Dukuh Bulak yang telah memberikan ijin dan bantuan untuk penelitian.

(10)

x

9. Almarhumah Ibu yang senantiasa memberikan dukungan kepada saya hingga akhir masa hidupnya.

10. Bapak dan Kakak-kakak atas doa, perhatian, kasih sayang, dan segala dukungannya.

11. Sahabat-sahabatku (Ulfah Ifta Khoiriyah, Miftachul Afifah, Inayati Makrifah, Lia Desi Parwati, Rina Munawaroh, Lisa Hendhika Utami, Mbak Tri Astuti, Mbak Emi Nurkholif, dan Mbak Iin Sawitri) yang telah memberikan semangat, masukan, dan motivasi untuk penulisan penelitian serta dukungan yang selalu diberikan.

12. Teman-teman kos 6A (Elis, Tika, Anjar, Ria, dan Riski) dan semua teman-teman PLS B 2013 yang memberikan bantuan, motivasi, pengalaman, dan kenangan yang akan menjadi cerita di masa depan.

13. HIMA PLS 2014-2015, BEM FIP UNY 2015-2016, BEM REMA UNY 2015, dan Tim KKN 221D yang telah memberikan banyak pembelajaran dan pengalaman berharga bagi saya.

14. Semua pihak yang tidak dapat penulis tuliskan satu per satu, yang telah membantu dan mendukung dalam penyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang peduli terhadap pendidikan, terutama pendidikan luar sekolah dan bagi para pembaca umumnya. Aamiin.

Yogyakarta, 8 Juni 2017

(11)

xi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

SURAT PERNYATAAN... iv

LEMBAR PERSETUJUAN... v

HALAMAN PENGESAHAN ... vi

HALAMAN MOTTO ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR BAGAN ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 10

C. Batasan Masalah ... 11

D. Rumusan Masalah ... 12

E. Tujuan Penelitian ... 12

F. Manfaat Penelitian... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Partisipasi Masyarakat ... 14

1. Pengertian Partisipasi Masyarakat ... 14

2. Bentuk-bentuk Partisipasi Masyarakat ... 15

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat ... 18

B. Tinjauan tentang Pelayanan Sosial Lanjut Usia ... 20

1. Kajian tentang Lanjut Usia (Lansia)... 20

a. Pengertian Lanjut Usia ... 20

b. Proses Menjadi Tua (Menua) ... 22

c. Masalah yang Dihadapi Lanjut Usia ... 23

d. Kebutuhan Lanjut Usia ... 27

2. Kajian tentang Pelayanan Sosial bagi Lanjut Usia ... 31

a. Pengertian Pelayanan Sosial ... 31

b. Pengertian Pelayanan Sosial Lanjut Usia ... 33

c. Jenis-jenis Pelayanan Sosial Lanjut Usia ... 35

d. Indikator Keberhasilan Pelayanan Sosial Lanjut Usia ... 39

C. Kajian Penelitian yang Relevan... 40

D. Pertanyaan Penelitian ... 43

(12)

xii

B. Setting Penelitian ... 45

C. Penentuan Subyek dan Obyek Penelitian ... 45

D. Teknik Pengumpulan Data ... 49

E. Instrumen Penelitian ... 52

F. Teknik Analisis Data... 53

G. Keabsahan Data ... 55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 57

1. Keadaan Masyarakat ... 58

a. Keadaan Penduduk ... 58

b. Keadaan Ekonomi ... 59

c. Keadaan Sosial Keagamaan ... 60

d. Keadaan Pendidikan ... 63

e. Struktur Kepengurusan Dusun Bulak ... 64

f. Kegiatan-kegiatan Dusun Bulak ... 65

2. Profil Lansia Dusun Bulak ... 70

B. Hasil Penelitian ... 73

1. Partisipasi Masyarakat dalam Pelayanan Sosial bagi Lanjut Usia ... 73

a. Alasan Partisipasi Masyarakat Dusun Bulak ... 73

b. Bentuk Partisipasi Masyarakat Dusun Bulak ... 76

c. Pelayanan Sosial bagi Lansia Dusun Bulak ... 98

d. Manfaat Partisipasi Masyarakat Dusun Bulak ... 109

2. Faktor Pendukung dan Penghambat Partisipasi Masyarakat ... 112

a. Faktor Pendukung ... 112

b. Faktor Penghambat ... 116

C. Pembahasan ... 119

1. Partisipasi Masyarakat dalam Pelayanan Sosial bagi Lanjut Usia ... 119

a. Alasan Partisipasi Masyarakat Dusun Bulak ... 119

b. Bentuk-bentuk Partisipasi Masyarakat Dusun Bulak ... 122

c. Pelayanan Sosial bagi Lanjut Usia di Dusun Bulak ... 128

d. Manfaat Partisipasi Masyarakat Dusun Bulak ... 133

2. Faktor Pendukung dan Penghambat Partisipasi Masyarakat ... 136

a. Faktor Pendukung ... 136

b. Faktor Penghambat ... 137

D. Keterbatasan Penelitian ... 139

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 140

B. Saran ... 145

DAFTAR PUSTAKA ... 147

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Jumlah Penduduk Kabupaten Kulon Progo Menurut Kelompok Umur . 4

Tabel 2. Jumlah Penduduk Kecamatan Sentolo Menurut Kelompok Umur ... 7

Tabel 3. Pemikiran tentang Bentuk Partisipasi ... 17

Tabel 4. Data Key Informan ... 46

Tabel 5. Data Informan Masyarakat Dusun Bulak ... 47

Tabel 6. Data Informan Lansia Dusun Bulak ... 48

Tabel 7. Teknik Pengumpulan Data Metode Wawancara ... 51

Tabel 8. Teknik Pengumpulan Data Metode Observasi... 51

Tabel 9. Teknik Pengumpulan Data Metode Dokumentasi ... 52

Tabel 10. Jumlah Penduduk Dusun Bulak ... 59

Tabel 11. Keadaan Penduduk Berdasarkan Matapencaharian ... 60

Tabel 12. Keadaan Penduduk Menurut Agama ... 61

Tabel 13. Tingkat Pendidikan Masyarakat Dusun Bulak ... 64

Tabel 14. Struktur Kepengurusan Dusun Bulak ... 65

Tabel 15. Jenis Pekerjaan Lansia ... 71

Tabel 16. Tempat Tinggal Lansia ... 72

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Sebaran dan Proporsi Lansia di Indonesia ... 2

Gambar 2. Hierarki Kebutuhan Maslow ... 27

Gambar 3. Peta Desa Tuksono ... 57

Gambar 4. Kerajinan Tas Agel ... 67

Gambar 5. PMT Posyandu Lansia ... 78

Gambar 6. Kunjungan Home Care Service ... 83

Gambar 7. Kegiatan Konseling Lansia ... 87

Gambar 8. Kegiatan Posyandu Lansia ... 102

Gambar 9. Kegiatan Mepes Tas Agel ... 106

(15)

xv

DAFTAR BAGAN

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Pedoman Wawancara ... 151

Lampiran 2. Pedoman Observasi ... 161

Lampiran 3. Pedoman Dokumentasi ... 162

Lampiran 4. Catatan Lapangan ... 163

Lampiran 5. Reduksi, Display, Kesimpulan ... 183

Lampiran 6. Hasil Observasi ... 198

Lampiran 7. Hasil Dokumentasi ... 208

Lampiran 8. Triangulasi Sumber... 218

Lampiran 9. Triangulasi Teknik ... 239

Lampiran 10. Notulensi Kegiatan Evaluasi BKL Tunas Mekar ... 250

Lampiran 11. SK BKL Tunas Mekar ... 252

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Menjadi tua merupakan suatu kepastian yang akan dialami setiap orang yang memiliki kesempatan hidup lebih lama, yang membedakan hanyalah bagaimana masa tua tersebut dihabiskan. Menjadi tua atau penuaan adalah suatu proses yang alamiah dalam hidup ini, bukanlah sebuah pilihan. Penuaan juga akan diikuti dengan penurunan fungsi-fungsi tubuh, sehingga produktivitas penduduk usia tua harus mengalami penurunan. Karena hal itulah muncul pandangan bahwa lansia selalu bergantung bagi orang lain dan menjadi beban di masyarakat. Padahal, mereka juga adalah bagian dari masyarakat yang dahulu di masa mudanya juga aktif bekerja dan melakukan beragam aktivitas yang sama dengan kelompok usia muda atau produktif saat ini.

Menurut Undang-undang Republik Indonesia no 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang dimaksud dengan lanjut usia (selanjutnya disebut lansia) adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Selanjutnya, kondisi lansia di Indonesia dapat dibedakan menjadi dua, yaitu lanjut usia produktif dan lanjut usia tidak produktif. Lanjut Usia Produktif adalah lanjut usia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang dan/atau jasa. Sedangkan Lanjut Usia Tidak Produktif adalah lanjut usia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.

(18)

2

serta berpengaruh pada peningkatan Usia Harapan Hidup (UHH). Seiring dengan meningkatnya UHH tersebut, diperkirakan Indonesia akan mengalami ledakan jumlah penduduk lanjut usia. Jika saat ini jumlah lansia 18 juta jiwa maka pada 2020 mendatang diperkirakan akan mencapai 27 juta jiwa (BKKBN, 2014).

Berdasarkan data persebaran dan proporsi penduduk lansia (umur 60 tahun ke atas) oleh Direktur Perlindungan Sosial dan Kesejahteraan Masyarakat (Bappenas, 2015), provinsi dengan presentase jumlah penduduk lansia tertinggi di negara Indonesia adalah provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terdiri dari empat kabupaten dan satu kota, yakni Kota Yogyakarta, Kabupaten Gunungkidul, Kabupaten Bantul, Kabupaten Sleman, dan Kabupaten Kulonprogo.

Sumber: Bappenas (2015)

(19)

3

Berdasarkan hasil Pendataan Keluarga Tahun 2008, dapat diketahui bahwa jumlah anggota keluarga usia 60 tahun ke atas di Kabupaten Kulon Progo mencapai 14,71% dari total jumlah jiwa dalam keluarga sebanyak 387.272 jiwa. Dibandingkan dengan kabupaten/kota lain di Daerah Istimewa Yogyakarta, proporsi lansia di Kulon Progo merupakan yang tertinggi, karena rata-rata proporsi kabupaten/kota lain masih dalam kisaran 11%. Proporsi lansia tertinggi ini juga terbaca dari hasil Pendataan Keluarga Tahun 2007 di mana saat itu proporsi Kabupaten Kulon Progo mencapai 14,43% dari total anggota keluarga. Lebih tinggi dari proporsi lansia Kabupaten Gunungkidul sebanyak 13,89 %, Kabupaten Bantul sebanyak 11,35%, Kabupaten Sleman sebanyak 11,25%, dan Kota Yogyakarta sebanyak 10,84 %. (kulonprogokab.go.id, 2009)

(20)

4

Tabel 1. Jumlah Penduduk Kulonprogo Menurut Kelompok Umur (> 64 tahun)

No Kecamatan Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 (semester I)

1. Temon 3.012 3.199 3.633

2. Wates 4.609 4.722 5.197

3. Panjatan 4.349 4.625 5.004

4. Galur 3.815 3.818 4.192

5. Lendah 4.850 4.845 5.307

6. Sentolo 5.714 5.989 6.318

7. Pengasih 5.652 5.526 6.144

8. Kokap 4.387 4.607 4.972

9. Girimulyo 3.589 3.590 3.949

10. Nanggulan 3.942 3.864 4.363

11. Samigaluh 4.225 4.130 4.600

12. Kalibawang 4.486 4.570 4.870

Total 52.630 53.485 58.549

Sumber: http://www.kependudukan.jogjaprov.go.id diakses pada 08/11/2016

(21)

5

Secara ekonomi, penduduk lansia lebih banyak dipandang sebagai beban daripada sebagai sumber daya. Kebanyakan masyarakat beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak lagi dapat memberikan manfaat bagi orang-orang di sekitarnya, bahkan yang lebih buruk lagi muncul anggapan bahwa kehidupan masa tua lansia seringkali dipersepsikan secara negatif sebagai beban keluarga dan masyarakat. Dari aspek sosial, penduduk lanjut usia merupakan satu kelompok sosial sendiri. Hal ini dilihat dari keterlibatan mereka terhadap sumber daya ekonomi, pengaruh terhadap pengambilan keputusan, serta luasnya hubungan sosial yang semakin menurun. Namun sayangnya tak banyak orang yang menyadari akan hal ini. Padahal, penduduk lansia di Indonesia terus meningkat tiap tahunnya.

Permasalahan yang umum dialami oleh lansia berkaitan dengan kondisi jasmaniah, rohaniah, psikologi, sosial, dan ekonomi para lansia. Keadaan tersebut mendorong semakin pentingnya kebutuhan pelayanan sosial bagi lansia. Pelayanan Sosial (social services) merupakan suatu program atau kegiatan yang didesain secara konkret untuk menjawab permasalahan dan kebutuhan suatu individu, kelompok, masyarakat, maupun komunitas yang menjadi sasarannya (Adi, 2013: 107). Namun di sisi lain, pelayanan dan perlindungan sosial yang diberikan pemerintah masih sangat terbatas, sedangkan jumlah lansia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan.

(22)

6

tersebut antara lain berupa pemberian bantuan makan untuk 40 orang, pemberian bantuan UEP LUT 20 orang, dan fasilitasi lanjut usia melalui home care services untuk 40 orang (Dinsos DIY, 2016).

Selain program pelayanan dan perlindungan sosial pemerintah yang masih sangat terbatas, lingkungan yang ramah bagi lansia juga masih sangat jarang keberadaannya. Pedoman WHO terkait kawasan ramah lansia mencakup 8 dimensi yaitu, (1) gedung dan ruang terbuka, (2) transportasi, (3) perumahan, (4) partisipasi sosial, (5) penghormatan dan keterlibatan sosial, (6) partisipasi sipil dan pekerjaan, (7) komunikasi dan informasi, dan (8) dukungan masyarakat dan kesehatan (Istiana Hermawati, 2015:5). Namun pada kenyataannya, tidak hanya pemerintah, kesadaran masyarakat sendiri juga masih kurang akan hal tersebut. Padahal lingkungan yang ramah lansia sudah jelas akan ramah bagi siapapun.

(23)

7

Kecamatan Sentolo merupakan salah satu kecamatan yang dilalui Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS). Sehingga, adanya aktivitas ekonomi disepanjang jalur tersebut, berpengaruh pada peningkatan permintaan kawasan hunian atau perumahan. Selain itu Kecamatan Sentolo juga merupakan kawasan industri, dimana pengembangan di bidang industri lebih dioptimalkan di kawasan tersebut. Pembangunan industri yang sudah mulai berjalan salah satunya di Dusun Bulak, Desa Tuksono, Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulon Progo. Tentu hal ini akan berpengaruh pada kehidupan masyarakatnya, terutama bagi kesejahteraan hidup penduduk dengan usia lanjut. Sedangkan di lain sisi, jumlah penduduk lansia terbanyak di Kecamatan Sentolo juga berada di Desa Tuksono tersebut, yakni 1.077 jiwa atau 17,04% dari 6.318 jiwa penduduk lansia yang ada di Kecamatan Sentolo (Setda DIY, Semester I 2016).

Tabel 2. Jumlah Penduduk Kecamatan Sentolo Menurut Kelompok Umur

No Desa Usia

>64 tahun 1. Demangrejo 485

2. Srikayangan 756

3. Tuksono 1.077

4. Salamrejo 695

5. Sukoreno 1.050

6. Kali Agung 765

7. Sentolo 961

8. Banguncipto 529

Total 6.318

(24)

8

Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa ada bantuan dari orang lain. Terlebih lagi bagi seorang lansia yang sangat membutuhkan dukungan sosial dari orang-orang di sekitarnya, sehingga akan lebih merasa dihargai, diperhatikan, dan dicintai. Dukungan sosial dapat bersumber dari keluarga, teman dekat, dan masyarakat. Dukungan sosial dapat berupa dukungan moral, dukungan spiritual, dan dukungan material. Dukungan sosial dapat menjadi dorongan bagi seseorang untuk mengobarkan semangat hidupnya.

Masyarakat menyadari bahwa pelayanan dan perlindungan sosial yang diselenggarakan oleh pemerintah tidak dapat meng-cover seluruh penduduk lansia. Sehingga dalam masyarakat tidak jarang kita jumpai bahwa masyarakat membentuk suatu komunitas tersendiri untuk dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan prinsip dari, untuk, dan oleh masyarakat dalam rangka membantu menangani permasalahan sosial yang terjadi di tengah lingkungan masyarakatnya.

(25)

9

diharapkan dapat berdampak pada kondisi kehidupan yang lebih baik. Secara umum, masyarakat yang dapat mengelola dan mengatasi masalah sosial, memiliki tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi dibandingkan dengan masyarakat lain.

Upaya pelayanan sosial bagi lansia yang melibatkan peran aktif masyarakat telah dilaksanakan di Dusun Bulak, Desa Tuksono, Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulon Progo. Kegiatan tersebut salah satunya melalui program Bina Keluarga Lansia (BKL) Tunas Mekar. Dra. Tjondrorini, M.Kes selaku Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi DIY menjelaskan bahwa, BKL merupakan suatu wadah atau kegiatan yang bertujuan untuk memberdayakan lansia supaya menjadi insan yang produktif, sehat, dan bermanfaat sehingga tidak menjadi beban keluarga, masyarakat, dan pemerintah (kulonprogokab.go.id, 2014). Kegiatan BKL Tunas Mekar memiliki keterpaduan kegiatan Posyandu Lansia yang bekerjasama dengan Puskesmas Sentolo guna memberikan pelayanan kesehatan bagi lansia, dimana dalam kegiatan ini secara swadaya kelompok mengadakan penambahan PMT lansia.

(26)

10

memberikan pelayanan sosial bagi lanjut usia di Dusun Bulak, Desa Tuksono, Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulon Progo.

Berdasarkan uraian permasalahan di atas, maka peneliti ingin melakukan penelitian tentang partisipasi masyarakat dalam memberikan pelayanan sosial bagi para lansia untuk menciptakan lingkungan yang ramah sehingga masa tuanya menjadi masa yang menyenangkan dan bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain. Penelitian ini berjudul “Partisipasi Masyarakat dalam Pelayanan

Sosial bagi Lanjut Usia di Dusun Bulak, Desa Tuksono, Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulon Progo.”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut:

1. Meningkatnya Usia Harapan Hidup (UHH) mengakibatkan jumlah penduduk lansia di Kabupaten Kulon Progo mengalami peningkatan selama 3 tahun terakhir. Pada tahun 2014 jumlah penduduk lansia di Kabupaten Kulon Progo mencapai 52.630 jiwa. Di tahun 2015 jumlahnya meningkat 1,62% hingga mencapai 53.485 jiwa, dan di semester I tahun 2016 jumlah penduduk lansia kembali meningkat sebanyak 9,46% dari tahun sebelumnya, menjadi 58.549 jiwa.

(27)

11

3. Saat ini muncul anggapan bahwa kehidupan masa tua lansia seringkali dipersepsikan secara negatif sebagai beban keluarga dan masyarakat, baik dianggap sebagai beban ekonomi maupun sebagai kelompok tersendiri dalam lingkungan sosial.

4. Program Pelayanan dan Perlindungan Lanjut Usia Terlantar di Kecamatan Sentolo yang berupa kegiatan pemberian bantuan bahan makanan, pemberian bantuan UEP LUT, dan fasilitasi lanjut usia melalui home care services belum dapat meng-cover seluruh penduduk lansia.

5. Dusun Bulak, Desa Tuksono, Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulon Progo sebagai kawasan pengembangan di bidang industri mengurangi ketersediaan lingkungan yang ramah bagi lansia.

6. Di Dusun Bulak, Desa Tuksono, Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulon Progo belum dilakukan penelitian mengenai partisipasi masyarakat dalam memberikan pelayanan sosial bagi lansia, sementara upaya pelayanan sosial bagi lansia yang melibatkan peran serta masyarakat sudah berjalan dengan baik di sana.

C. Batasan Masalah

(28)

12 D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam pelayanan sosial bagi lanjut usia di Dusun Bulak, Desa Tuksono, Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulon Progo? 2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat partisipasi masyarakat dalam

pelayanan sosial bagi lanjut usia di Dusun Bulak, Desa Tuksono, Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulon Progo?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada permasalahan yang telah diungkap di atas, tujuan dari penelitian ini yaitu:

1. Mendeksripsikan bagaimana partisipasi masyarakat dalam pelayanan sosial bagi lanjut usia di Dusun Bulak, Desa Tuksono, Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulon Progo.

2. Mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambat partisipasi masyarakat dalam pelayanan sosial bagi lanjut usia di Dusun Bulak, Desa Tuksono, Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulon Progo.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

(29)

13

Pendidikan Lanjut Usia, yang terdiri dari memahami prinsip belajar lanjut usia, mengidentifikasi kebutuhan lanjut usia, merancang desain pembelajaran bagi lanjut usia, dan kemudian mengaplikasikannya dalam seni membelajarkan lanjut usia. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi pedoman bagi masyarakat dalam memberikan pelayanan sosial bagi lansia di tempat lainnya, khususnya di daerah yang mempunyai jumlah penduduk lansia yang tinggi. 2. Manfaat Praktis

a. Bagi Masyarakat

Dengan penelitian ini, masyarakat diharapkan dapat menjadi lebih aktif berpartisipasi dalam pelayanan sosial bagi lansia di Dusun Bulak, Desa Tuksono, Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulon Progo. Selain itu dengan adanya penelitian ini, masyarakat dapat memperoleh informasi tentang pentingnya partisipasi masyarakat.

b. Bagi Peneliti

(30)

14 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Partisipasi Masyarakat 1. Pengertian Partisipasi Masyarakat

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, partisipasi adalah perihal turut berperan serta suatu kegiatan atau keikutsertaan atau peran serta. Partisipasi menurut Huneryear dan Hecman (Siti Irene AD, 2015: 51) adalah sebagai suatu keterlibatan mental dan emosional individu dalam situasi kelompok yang mendorongnya memberi sumbangan terhadap suatu kelompok serta membagi tanggung jawab bersama mereka.

Konsep partisipasi dalam ilmu sosial memiliki keragaman definisi, seperti yang diungkapkan Theodorson (Aprillia Theresia dkk, 2014: 196) bahwa, partisipasi merupakan keikutsertaan seseorang di dalam kelompok sosial untuk mengambil bagian dari kegiatan masyarakatnya, di luar pekerjaan atau profesinya sendiri. Sebagai suatu kegiatan, Verhangen (Aprillia Theresia dkk, 2014: 197) menyatakan bahwa partisipasi merupakan suatu bentuk khusus dari interaksi dan komunikasi yang berkaitan dengan pembagian; kewenangan, tanggung jawab, dan manfaat.

(31)

15

mempengaruhi kehidupan warga masyarakat. Partisipasi masyarakat merupakan keterlibatan masyarakat dalam pembangunan dan pelaksanaan program pembangunan yang ada di masyarakat.

Berdasarkan beberapa pengertian dan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa konsep partisipasi tidak hanya keikutsertaan atau peran serta masyarakat yang berkaitan dengan lahiriyah saja, namun juga keterlibatan mental, peran serta, dan pikiran atau usaha bersama dalam suatu program yang ada di masyarakat untuk mencapai tujuan yang telah disepakati bersama.

Partisipasi yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah peran serta atau keterlibatan seluruh warga masyarakat dalam berbagai program yang berkaitan dengan pelayanan sosial bagi lanjut usia yang ada di Dusun Bulak, Desa Tuksono, Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulon Progo.

2. Bentuk-bentuk Partisipasi Masyarakat

(32)

16

Dusseldorp (dalam Aprillia Theresia dkk, 2014: 200) mengidentifikasi beragam bentuk-bentuk kegiatan partisipasi yang dilakukan oleh setiap warga masyarakat dapat berupa:

a. Menjadi anggota kelompok-kelompok masyarakat. b. Melibatkan diri pada kegiatan diskusi kelompok.

c. Melibatkan diri pada kegiatan-kegiatan organisasi untuk menggerakkan partisipasi masyarakat yang lain.

d. Menggerakkan sumberdaya masyarakat.

e. Mengambil bagian dalam proses pengambilan keputusan.

f. Memanfaatkan hasil-hasil yang dicapai dari kegiatan masyarakatnya. Bentuk partisipasi yang disumbangkan masyarakat sangat beragam, seperti: (a) partisipasi material bagi masyarakat yang memiliki kemampuan ekonomi; (b) partisipasi pemikiran bagi masyarakat yang memiliki tingkat dan wawasan kependidikan; (c) partisipasi tenaga bagi masyarakat awam yang tidak memiliki kemampuan ekonomi dan pemikiran tetapi memiliki kepedulian; dan (d) partisipasi moral dalam bentuk dukungan penuh oleh berbagai lapisan masyarakat (Wiratno, 2016: 28).

(33)
[image:33.595.151.513.120.709.2]

17

Tabel 3. Pemikiran tentang Bentuk Partisipasi Nama Pakar Pemikiran Tentang Bentuk Partisipasi Hamijoyo,

Chapin, dan Holil

Partisipasi uang adalah bentuk partisipasi untuk partisipasi untuk memperlancar usaha-usaha bagi pencapaian kebutuhan masyarakat yang memerlukan bantuan.

Hamijoyo, Holil, dan Pasaribu & Simanjuntak

Partisipasi harta benda adalah partisipasi dalam bentuk menyumbang harta benda, biasanya berupa alat-alat kerja atau perkakas.

Hamijoyo dan Pasaribu & Simanjuntak

Partisipasi tenaga adalah partisipasi yang diberikan dalam bentuk tenaga untuk pelaksanaan usaha-usaha yang dapat menunjang keberhasilan suatu program. Hamijoyo dan

Pasaribu & Simanjuntak

Partisipasi keterampilan, yaitu memberikan dorongan melalui keterampilan atau keahlian yang dimilikinya kepada anggota masyarakat lain yang membutuhkannya. Dengan maksud agar orang tersebut dapat melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan sosialnya.

Hamijoyo dan Pasaribu & Simanjuntak

Partisipasi buah pikiran adalah partisipasi berupa sumbangan berupa ide, pendapat, atau buah pikiran konstruktif, baik untuk menyusun program dan juga untuk mewujudkannya dengan memberikan pengalaman dan pengetahuan guna mengembangkan kegiatan yang diikutinya.

Hamijoyo dan Pasaribu & Simanjuntak

Partisipasi sosial, partisipasi jenis ini diberikan oleh partisipan sebagai tanda paguyuban. Misalnya arisan, menghadiri kematian, dan lainnya, serta dapat juga sumbangan perhatian atau tanda kedekatan dalam rangka memotivasi orang lain untuk berpartisipasi. Chapin dan Holil Partisipasi dalam proses pengambilan keputusan.

Masyarakat terlibat dalam diskusi/forum dalam rangka untuk mengambil keputusan yang terkait dengan kepentingan bersama.

Chapin dan Holil Partisipasi representatif. Partisipasi yang dilakukan dengan cara memberikan mandat/kepercayaan kepada wakilnya yang duduk dalam organisasi atau panitia.

(34)

18

Menurut Hiryanto (2005:68), bentuk partisipasi masyarakat dalam perencanaan antara lain; a) terlibat aktif dalam proses sosialisasi kepada masyarakat dengan melibatkan anggota masyarakat, b) identifikasi kebutuhan masyarakat, c) rekrutmen, d) penyusunan program kegiatan, e) membantu mempersiapkan sebagian sarana dan prasarana yang diperlukan. Sedangkan bentuk partisipasi dalam pengembangan program antara lain; a) memberikan sumbangan dana, b) menyumbangkan tenaga, c) ikut mensosialisasikan program-program kegiatan kepada anggota masyarakat, d) mendukung kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan secara menyeluruh.

Dari berbagai kutipan di atas, jika diaplikasikan di masyarakat, maka dapat disimpulkan bahwa bentuk partisipasi dapat dikelompokkan menjadi 2 bentuk, yaitu bentuk partisipasi yang diberikan dalam bentuk nyata (fisik) dan juga bentuk partisipasi yang diberikan dalam bentuk tidak nyata (nonfisik).

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat

Pada dasarnya banyak faktor yang dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat atau seseorang yang tercermin dalam perilaku dan aktivitasnya dalam suatu kegiatan. Untuk bisa berpartisipasi dalam suatu kegiatan atau program, seseorang harus memiliki pengetahuan dan kemampuan mengenai bidang partisipasi tersebut. Secara konseptual, faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap tumbuh dan berkembangnya partisipasi dapat didekati dengan berbagai pendekatan disiplin keilmuan.

(35)

19

rangsangan yang diberikan, yang dalam hal ini, tanggapan merupakan fungsi dari manfaat yang dapat diharapkan. Di samping itu, dengan melihat kesempatan, yang bersangkutan juga akan termotivasi untuk meningkatkan kemampuan-kemampuan yang diperlukan untuk dapat berpartisipasi.

Seseorang akan berpartisipasi terhadap sesuatu yang mana dalam hal ini dikonotasikan sebagai suatu perwujudan perilaku seseorang terhadap suatu objek kegiatan. George Homans (dalam Siti Irene AD, 2015: 57) berpendapat bahwa suatu tindakan sosial masyarakat dalam berpartisipasi didasarkan pada empat proporsi, yaitu:

a. Proporsi keberhasilan: makin positif respon yang diterima, maka makin sering tindakan tersebut dilakukan.

b. Proporsi stimulus: jika ada kesamaan stimulus yang menguntungkan, maka semakin besar pengulangan tindakan.

c. Proporsi nilai: semakin bermakna hasil yang diterima, maka semakin besar pengulangan tindakan.

d. Proporsi berjenuh-kerugian: semakin sering menerima respon yang istimewa, maka respon tersebut maka berkurang nilainya.

Slamet (dalam Aprillia Theresia dkk, 2014: 207) menyatakan bahwa tumbuh dan berkembangnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan, sangat ditentukan oleh tiga unsur pokok, yaitu: 1) adanya kesempatan yang diberikan kepada masyarakat untuk berpartisipasi, 2) adanya kemauan masyarakat untuk berpartisipasi, dan 3) adanya kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi. Tentang hal ini, adanya kesempatan yang diberikan dapat menjadi faktor pendorong tumbuhnya kemauan, dan kemudian kemauan akan sangat menentukan kemampuan yang dimilikinya.

(36)

20

a. Sifat dan rasa malas, apatis, perilaku masa bodoh, dan tidak mau melakukan perubahan di tingkat anggota masyarakat.

b. Aspek-aspek tipologis (pembuktian dan jurang). c. Faktor geografis berkaitan dengan letak dan jarak. d. Demografis (jumlah penduduk).

e. Faktor ekonomi masyarakat.

Yudan Hermawan dan Yoyon Suryono (2016:106) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat terbagi menjadi dua, yaitu faktor pendukung dan faktor penghambat. Pertama, faktor pendukung partisipasi adalah budaya menjunjung tinggi rasa kebersamaan, kebermanfaatan program, dan antusiasme masyarakat mengikuti program berpengaruh pada tingkat partisipasi. Kedua, faktor penghambat yaitu tingkat pendidikan, yang masih tergolong rendah mereka lebih cenderung susah untuk ikut berpartisipasi khususnya dalam proses penjaringan ide atau perencanaan karena keterbatasan pemahaman dan kemampuan.

Pelaksanaan partisipasi tidak mungkin sama pada berbagai masyarakat, karena adanya keanekaragaman pengetahuan, jenis kebutuhan, serta urgensi masalah sosial yang berbeda pula pada masing-masing masyaraka. Sehingga dalam pelaksanaannya, banyak faktor yang mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya partisipasi di suatu masyarakat, baik itu berupa faktor pendukung, maupun faktor penghambat.

B. Tinjauan tentang Pelayanan Sosial Lanjut Usia 1. Kajian tentang Lanjut Usia (Lansia)

a. Pengertian Lanjut Usia

(37)

21

Usia. Dalam pasal 1 ayat 2 Undang-undang No. 13 Tahun 1998 tersebut dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan lanjut usia adalah seseorang yang berusia 60 tahun ke atas.

Penuaan atau aging adalah suatu proses alami pada semua makhluk hidup. Laslett (dalam Siti Partini S, 2011: 1) menyatakan bahwa menjadi tua (aging) merupakan proses perubahan biologis secara terus-menerus yang dialami manusia pada semua tingkatan umur dan waktu, sedangkan usia lanjut (old age) merupakan isitilah untuk tahap akhir dari proses aging tersebut. Menurut Kusumoputro dalam Siti Partini S (2011: 3) menyebutkan bahwa proses menua adalah proses alami yang disertai adanya penurunan fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Artinya, penurunan fisik mempengaruhi psikis maupun sosial, sementara penurunan psikis mempengaruhi fisik dan sosial serta sebaliknya.

(38)

22

Menurut Rita Eka Izzaty, dkk dalam bukunya yang berjudul Perkembangan Peserta Didik (2013: 165) mengungkapkan bahwa seorang manusia yang sudah lanjut usia bukan berarti bebas dari tugas-tugas perkembangan. Tugas perkembangan yang harus diselesaikan adalah tugas yang sesuai dengan tahapan usianya. Tugas-tugas perkembangan itu adalah:

1) Menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan fisik dan kesehatan. 2) Menyesuaikan diri dengan kemunduran dan berkurangnya pendapatan. 3) Menyesuaikan diri atas kematian pasangannya.

4) Menjadi anggota kelompok sebaya.

5) Mengikuti pertemuan-pertemuan sosial dan kewajiban-kewajiban sebagai warga negara.

6) Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan. 7) Menyesuaikan diri dengan peran sosial secara fleksibel.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa, lansia adalah seseorang yang sudah berusia 60 tahun ke atas yang mempunyai tugas untuk mengembangkan dirinya dengan menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan yang terjadi seiring dengan bertambahnya usia mereka.

b. Proses Menjadi Tua (Menua)

Dari awal kelahiran, manusia kemudian tumbuh menjadi dewasa dan berkembang biak. Perubahan tersebut selalu terjadi menuju ke arah kedewasaan atau menua, dan hingga akhirnya akan mengalami kematian. Proses tersebut harus diterima dan tidak bisa dielakkan oleh siapapun juga.

(39)

23

dimulai sejak usia 30 tahun, namun gejalanya belum nampak, 40 tahun gejala tersebut mulai nampak, dan 65 tahun penyakit-penyakit muncul karena melemahnya kondisi badan. Proses penurunan berjalan perlahan namun pasti.

Rita Eka Izzaty, dkk (2008: 167) menyatakan bahwa, proses menjadi tua itu disebabkan oleh faktor biologis yang terdiri atas 3 fase, yaitu:

1) Fase progresif adalah fase atau masa dimana seseorang mengalami perkembangan yang menyolok.

2) Fase stabil/ statis adalah masa di mana seseorang setelah mengalami kematangan segi fisik, psikis, dan sosial akan mempertahankan apa yang telah didapatkan dan akan meningkatkan serta memantapkannya.

3) Fase regresif yaitu masa di mana seseorang mengalami penurunan sedikit demi sedikit sampai tidak dapat lagi melakukan tugasnya.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa, proses menua merupakan proses alami dan normal yang dialami oleh seseorang yang ditandai dengan perubahan-perubahan yang berjalan seiring dengan bertambahnya usia.

c. Masalah yang Dihadapi Lanjut Usia

Masalah yang pada umumnya dihadapi oleh lanjut usia dapat dikelompokkan menjadi masalah fisik, kesehatan, psikologis, ekonomi, dan sosial.

1) Masalah Fisik

(40)

24

dengan pendapat tersebut, Padila (2013: 49) menyebutkan bahwa menjadi tua ditandai oleh kemunduran biologis yang terlihat sebagai gejala-gejala kemunduran fisik antara lain wajah keriput, beruban, gigi mulai lepas, penglihatan dan pendengaran berkurang,mudah lelah, mudah terserang penyakit, nafsu makan menurun, penciuman mulai berkurang, gerakan kurang lincah, dan pola tidur berubah.

Akibat kemunduran fisik pada diri lansia berpengaruh pula pada perhatiannya terhadap seksualitas, lambat laun hilang kepercayaan diri, menjadi merasa kurang mampu, serta hilang aktivitas dan vitalitas diri. Kondisi ini dalam keadaan lanjut berpengaruh pada perubahan jaringan badan, fungsi, dan kemampuan badan secara keseluruhan.

2) Masalah Kesehatan

(41)

25 3) Masalah Psikologis

Akibat penurunan fungsi kognitif dan psikomotor, berpengaruh pada perubahan aspek psikososial, khususnya berkaitan dengan perubahan kepribadian lansia. Menurut Siti Partini S (2011: 15), masalah psikologis yang dihadapi lansia pada umumnya meliputi kesepian, terasing dari lingkungan, ketidakberdayaan, perasaan tidak berguna, kurang percaya diri, ketergantungan, keterlantaran terutama bagi lansia miskin, dan post power syndrome.

4) Masalah Ekonomi

Masa lanjut usia ditandai dengan menurunnya produktivitas kerja, memasuki masa pensiun atau berhentinya pekerjaan utama. Hal ini berakibat pada menurunnya pendapatan yang kemudian berkaitan pada pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari, seperti sandang, pangan, papan, layanan kesehatan, rekreasi, kebutuhan sosial. Kondisi lanjut usia yang tidak memungkinkan menyebabkan sebagian besar masyarakat lanjut usia tidak produktif lagi dan berkurang atau bahkan tidak memiliki penghasilan sama sekali. Sementara di sisi lain, lanjut usia dihadapkan pada berbagai kebutuhan yang semakin meningkat, seperti kebutuhan akan asupan makanan yang bergizi dan seimbang, pemeriksaan kesehatan secara rutin, serta perawatan dari sakit yang disebabkan oleh penuaan.

(42)

26

(1) Kelompok lanjut usia yang sudah uzur, pikun, yakni mereka yang sudah tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan dasar mereka;

(2) Kelompok lanjut usia yang produktif, yakni mereka yang mampu memenuhi kebutuhan mereka sendiri dan tidak bergantung pada pihak lain. (3) Kelompok lanjut usia yang miskin, yakni termasuk mereka yang secara relatif tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri, seperti pekerjaan atau pendapatan yang tidak dapat menunjang kelangsungan hidupnya.

5) Masalah Sosial

Pada umumnya, setelah memasuki masa tua atau lanjut usia, seseorang akan mengalami berkurangnya kontak sosial, baik dengan anggota keluarga, masyarakat di lingkungan tempat tinggal, rekan-rekan di kantornya yang terputus hubungan kerja karena pensiun, dan apabila dia tidak aktif dalam kegiatan masyarakat, maka akan muncul ketergantungan hanya beraktivitas di dalam rumah. Di samping itu, perubahan nilai sosial masyarakat yang mengarah kepada tatanan masyarakat individualistik, berpengaruh bagi para lansia yang kurang mendapat perhatian, sehingga sering tersisih dari kehidupan masyarakat yang terlantar. Kurangnya kontak sosial ini menimbulkan perasaan kesepian, murung, dan hal ini tentu saja tidak sesuai dengan hakikat manusia sebagai makhluk sosial yang dalam hidupnya selalu membutuhkan kehadiran orang lain (Siti Partini S, 2011: 12).

(43)

27

bagi lansia untuk membantu mengatasi permasalahan yang dihadapinya, sehingga lansia dapat menikmati masa tua yang menyenangkan tanpa memikirkan beban permasalahan yang dialaminya.

d. Kebutuhan Lanjut Usia

[image:43.595.190.440.334.492.2]

Secara umum, Maslow (dalam Rita Eka Izzati dkk, 2013:32) menyusun kebutuhan manusia menjadi lima kategori: kebutuhan fisiologis, kebutuhan keamanan, kebutuhan akan cinta dan kepemilikan (belongingness), kebutuhan penghargaan dan aktualisasi diri.

Gambar 2. Hierarki Kebutuhan Maslow

(44)

28

orang yang mengaktualisasikan diri yang telah memenuhi potensi individu. Menurut pendapat Maslow tersebut, aktualisasi diri adalah kebutuhan tertinggi yang merupakan puncak dari hidup.

Dengan menurunnya berbagai kondisi fisik, sehingga sebagai manusia, seorang lansia mempunyai kebutuhan yang khas dan tentunya berbeda dari manusia bukan lansia. Menurut Depsos RI yang termuat dalam Standar Pelayanan Sosial Lanjut Usia Luar Panti (2009: 9-10), kebutuhan lansia meliputi:

1) Kebutuhan fisik, meliputi rumah/tempat tinggal, kesehatan dan makanan, pakaian,alat-alat bantu, dan pemakaman.

2) Kebutuhan psikis dan kejiwaan, hal ini berkaitan dengan masalah-masalah emosional, di antaranya meliputi kebutuhan rasa aman dan damai, kebutuhan berinteraksi dan mendapat dukungan dari orang lain, berprestasi dan berekspresi, serta memperoleh penerimaan dan pengakuan.

3) Kebutuhan mental dan spiritual, berkaitan dengan aspek keagamaan dan kepercayaan dalam kehidupan termasuk persiapan menghadapi kematian. 4) Kebutuhan ekonomi, terutama dialami oleh lansia yang tidak mampu baik

(45)

29

5) Kebutuhan bantuan hukum, khususnya bagi lansia yang berhadapan dengan hukum, misalnya bagi lansia korban pemerasan, penipuan, penganiayaan, dan tindak kekerasan.

Lansia memiliki kebutuhan hidup yang harus dipenuhi agar dapat hidup layak, aman, tenteram, dan sejahtera. Kebutuhan orang lanjut usia menurut Argyo Demartoto (2007: 33) dapat dibagi menjadi 4 bagian, yakni:

1) Standar kehidupan dan tempat tinggal yang layak.

2) Hubungan sosial dan kegiatan di setiap waktu untuk mengatasi kesunyian.

3) Pemeliharaan kesehatan.

4) Pencegahan terhadap kerusakan yang menimpa

Direktorat Pelayanan Sosial Lanjut Usia dalam buku Pendampingan Pelayanan Sosial Lanjut Usia Berbasis Masyarakat (2009: 9-26) paling tidak ada empat aspek kebutuhan yang saling terkait tentang lanjut usia, yaitu antara lain:

1) Aspek fisik, meliputi:

a) Terjaminnya pelayanan kesehatan dengan berobat secara murah. b) Terpenuhinya kebutuhan pangan, sandang, dan papan.

c) Terjaminnya rasa aman, tenteram, dan damai. 2) Aspek psikologis, meliputi

a) Terpenuhinya rasa kasih sayang.

b) Adanya penghargaan sebagai warga negara senior (pini sepuh). c) Dapat berinteraksi dengan lingkungan sosialnya.

(46)

30

a) Kondisi mental spiritual yang sehat, yaitu kondisi mental spiritual yang terbebas dari spiritual illness seperti batin yang mudah goyah dan mengalami krisis ketika mengahadapi hari tua yang serba berbeda dengan masa-masa sebelumnya.

b) Kondisi mental spiritual yang penuh kedamaian, adalah benar-benar merasakan dan mengalami keamanan dalam jiwanya (tidak merasa takut menghadapi hari tuanya dan kondisi yang menyertainya, yakin bahwa Tuhan selalu menolongnya).

c) Kondisi mental spiritual yang diliputi kebahagiaan, adalah kondisi batin atau spiritual yang merasa puas dalam hidup, merasakan hidup menjadi lebih bermakna, dan meraih kebahagiaan sejati.

d) Kondisi mental spiritual yang semakin mencapai kearifan, adalah pada usianya yang semakin tua, lanjut usia semakin mempunyai sikap jujur, adil, toleransi, terbuka, mengayomi, sabar, dan penuh pengertian terhadap sesamanya.

4) Aspek sosial-budaya, meliputi:

a) Lanjut usia perlu mendapat penerimaan dan didengar aspirasinya oleh masyarakat dan lingkungan sosialnya.

b) Lanjut usia hendaknya dihormati secara proporsional dan ditempatkan bukan sebagai anggota masyarakat/obyek yang tidak berdaya dan perlu dikasihani.

(47)

31

d) Lanjut usia dianggap sebagai aset berharga dalam keluarga dan bukan beban keluarga yang tersisih dan terisolir dalam pergaulan sosial di masyarakat.

Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kebutuhan lansia terdiri dari berbagai aspek, yaitu aspek fisik, psikis, mental/spiritual, sosial/budaya, dan ekonomi. Apabila kebutuhan lansia tidak dapat terpenuhi dapat menimbulkan permasalahan yang lebih kompleks bagi lansia. Oleh karena itu, dibutuhkan berbagai pelayanan sosial untuk membantu lansia dalam memenuhi kebutuhannya, baik dalam bentuk pelayanan kesehatan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan psikisnya, pelayanan sosial untuk memenuhi kebutuhan sosial budayanya, pelayanan ekonomi, serta pelayanan spiritual untuk kebutuhan mental spiritualnya.

2. Kajian tentang Pelayanan Sosial bagi Lanjut Usia a. Pengertian Pelayanan Sosial

(48)

32

masyarakat (Isbandi Rukminto A, 2013: 107). Pelayanan Sosial tersebut dapat ditujukan pada individu, kelompok, komunitas, dan masyarakat luas.

Pendapat lain dikemukakan oleh Kahn (dalam Fahrudin, 2012: 51) berikut mengacu pada pelayanan sosial dalam arti luas, Kahn menyatakan:

Social services may be interpreted in an institutional context as consisting of programs made available by other than market criteria to assure a basic level of health-education-welfare provision, to enhance communal living and individual functioning, to facilitate access to services and institutions generally, and to assist those in difficulty and need.

Definisi menurut Kahn menjelaskan bahwa pelayanan sosial dapat ditafsirkan dalam konteks kelembagaan, terdiri atas program-program yang disediakan berdasarkan kriteria selain kriteria pasar untuk menjamin tingkatan dasar dari penyediaan kesehatan-pendidikan-kesejahteraan, untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan kebermanfaatan individu, untuk memudahkan akses pada pelayanan-pelayanan dan lembaga-lembaga pada umumnya, dan untuk membantu mereka yang berada dalam kesulitan dan kebutuhan.

(49)

33

Budhi Wibhawa, Santoso T. Rahardjo, dan Meilany Budiarti dalam bukunya berjudul Dasar-dasar Pekerjaan Sosial (2010: 76) berpendapat bahwa pelayanan sosial merupakan wujud aktivitas pekerja sosial dalam praktik profesionalnya. Selain itu, pelayaan sosial juga merupakan jawaban terhadap tuntutan kebutuhan dan masalah yang dihadapi dan dialami oleh masyarakat sebagai akibat dari perubahan masyarakat itu sendiri.

Dengan demikian, pelayanan sosial diselenggarakan untuk menjawab tantangan kebutuhan dan masalah sosial yang terjadi di dalam masyarakat. Pelayanan sosial tidak mungkin sama pada berbagai masyarakat, karena adanya keanekaragaman jenis kebutuhan, serta urgensi masalah sosial yang berbeda pula pada masing-masing masyarakat.

b. Pengertian Pelayanan Sosial Lanjut Usia

Menurut Permensos Nomor 19 Tahun 2012 tentang Pedoman Pelayanan Sosial Lanjut Usia, pasal 1 ayat 3 menjelaskan bahwa, “Pelayanan Sosial Lanjut Usia adalah upaya yang ditujukan untuk membantu lanjut usia dalam memulihkan dan mengembangkan fungsi sosialnya”. Selanjutnya dalam pasal 6 dijelaskan bahwa:

(1) Pelayanan Sosial Lanjut Usia dapat dilakukan baik di dalam panti maupun di luar panti.

(2) Pelayanan Sosial Lanjut Usia sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat dilakukan baik oleh Pemerintah, pemerintahan daerah provinsi, dan pemerintahan daerah kabupaten/kota maupun masyarakat.

(3) Pelayanan yang dilakukan oleh Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dilakukan oleh Kementerian Sosial.

(50)

34

(5) Pelayanan yang dilakukan oleh masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dilakukan oleh LKS.

Dalam buku Pendampingan Pelayanan Sosial Lanjut Usia Berbasis Masyarakat (Depsos RI, 2009: 5), pelayanan sosial sebagai suatu proses interaksi dalam bentuk ikatan sosial antara yang memberikan pelayanan dengan yang menerima pelayanan sosial dalam upaya memberikan kemudahan untuk mengidentifikasi kebutuhan serta memecahkan masalah yang dihadapi dan juga mendorong tumbuhnya keberanian untuk mengungkap realitas hidup dan melakukan aktivitas guna meningkatkan kualitas hidup penerima pelayanan. Dalam hal ini penerima pelayanan yang dimaksud adalah masyarakat lanjut usia. Dalam artikel yang berjudul Lansia dan Pelayanan pada Lansia karangan Fuad Bahsin, pelayanan sosial lansia mempunyai tujuan, yaitu:

1) Terpenuhinya kebutuhan jasmani, rohani, sosial, dan psikologi lansia secara memadai serta teratasinya masalah-masalah akibat usia lanjut. 2) Terlindunginya lansia dari perlakuan yang salah.

3) Terlaksananya kegiatan-kegiatan yang bermakna bagi lansia.

4) Terpeliharanya hubungan yang harmonis antara lansia dengan keluarga dan lingkungan.

5) Terbentuknya keluarga dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab pelayanan terhadap lansia.

6) Melembaganya nilai-nilai penghormatan terhadap lansia.

7) Tersedianya pelayanan alternatif di luar pelayanan panti sosial bagi lansia. (www.fuadbahsin.wordpress.com)

(51)

35 c. Jenis-jenis Pelayanan Sosial Lanjut Usia

Dalam Pendampingan Pelayanan Sosial Lanjut Usia Berbasis Masyarakat (Depsos RI, 2009: 42-43), jenis pelayanan sosial lanjut usia terbagi menjadi: 1) Pelayanan Sosial melalui Panti Sosial Tresna Werdha, baik naungan

pemerintah pusat, pemerintah daerah, maupun swasta dan masyarakat. 2) Pelayanan Sosial Lanjut Usia Luar Panti yang dilaksanakan oleh

pemerintah dan masyarakat.

Menurut Permensos No. 19 Tahun 2012 tentang pedoman Pelayanan Sosial Lanjut Usia, pasal 6 ayat 1 menyebutkan bahwa, “Pelayanan Sosial Lanjut

Usia dapat dilakukan baik di dalam panti maupun luar panti”. Pelayanan sosial lanjut usia dalam panti, maksudnya adalah pelayanan sosial yang dilaksanakan melalui institusi ataupun Lembaga Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia dengan menggunakan sistem pengasramaan. Sedangkan, pelayanan sosial lanjut usia di luar panti merupakan pelayanan sosial yang dilaksanakan dengan berbasiskan keluarga atau masyarakat dan tidak menggunakan sistem pengasramaan.

1) Pelayanan Sosial Lansia Dalam Panti

Permensos No.19 Tahun 2012 tentang Pedoman Pelayanan Sosial Lanjut Usia, pada pasal 7 menjelaskan bahwa pelayanan dalam panti memiliki tujuan:

a. meningkatkan kualitas hidup dan kessejahteraan lanjut usia; b. terpenuhinya kebutuhan dasar lanjut usia; dan

c. Meningkatkan peran serta masyarakat, Pemerintah, pemerintahan daerah provinsi, dan pemerintahan daerah kabupaten/kota dalam melaksanakan maupun menyediakan berbagai bentuk pelayanan sosial lanjut usia.

(52)

36 a. pemberian tempat tinggal yang layak;

b. jaminan hidup berupa makan, pakaian, pemeliharaan kesehatan; c. pengisian waktu luang termasuk rekreasi;

d. bimbingan mental, sosial, keterampilan, agama; dan e. pengurusan pemakaman atau sebutan lain.

2) Pelayanan Sosial Lansia Luar Panti

Permensos No.19 Tahun 2012 tentang Pedoman Pelayanan Sosial Lanjut Usia, pada pasal 10 menjelaskan bahwa pelayanan luar panti memiliki tujuan:

a. meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan lanjut usia; b. terpenuhinya kebutuhan dasar lanjut usia; dan

c. meningkatkan peran serta masyarakat, pemerintah, pemerintahan daerah provinsi, dan pemerintahan daerah kabupaten/kota dalam melaksanakan maupun menyediakan berbagai bentuk pelayanan sosial lanjut usia.

Selanjutnya, pada pasal 12 Permensos No.19 Tahun 2012, jenis-jenis pelayanan yang dilakukan di luar panti, meliputi:

a. pelayanan pendampingan dan perawatan sosial lanjut usia di lingkungan keluarga;

b. pelayanan harian lanjut usia; dan

c. penguatan usaha ekonomis produktif melalui pendekatan kelembagaan sebagai investasi sosial.

(53)

37

menginap berupa pengisian waktu luang, olah raga, bimbingan mental, dan kesenian.

Jenis pelayanan sosial yang diberikan bagi lanjut usia bisa juga diklasifikasikan berdasarkan model pelayanan yang diberikan. Dalam buku Standarisasi Pelayanan Sosial Lanjut Usia Luar Panti (Depsos RI, 2009: 17), pelayanan sosial lanjut usia luar panti terdiri atas beberapa model, antara lain: 1) Pelayanan Sosial di Keluarga Sendiri (Home Care Service), merupakan

bentuk pelayanan pendampingan dan perawatan sosial lanjut usia di rumah sebagai wujud perhatian terhadap lanjut usia dengan mengutamakan peran masyarakat berbasis keluarga. Jenis pelayanan sosial yang diberikan berupa bantuan pemberian bahan makanan, bantuan kebersihan dan perawatan kesehatan, pendampingan rekreasi, konseling dan rujukan. 2) Pelayanan Sosial Lanjut Usia melalui Keluarga Pengganti (Foster Care

Service), adalah pelayanan sosial kepada lanjut usia dengan ia tinggal bersama keluarga lain/pengganti yang bersedia untuk memberikan pelayanan karena keluarganya tidak dapat memberikan pelayanan yang dibutuhkannya atau ia berada dalam kondisi terlantar. Jenis pelayanan yang diberikan berupa bantuan Pemberian Makanan Tambahan (PMT), peningkatan gizi, bantuan kebersihan dan perawatan kesehatan, pendampingan rekreasi dan konseling, olah raga, pelayanan mental spiritual, rujukan dan memberikan informasi.

(54)

38

bersifat individual. Jenis pelayanan dalam UEP yakni memberikan bimbingan dan pelatihan kemudian mendapatkan bantuan modal dan pendampingan.

4) Pelayanan Sosial Lanjut Usia Melalui Kelompok Usaha Bersama (KUBE), merupakan pelayanan untuk meningkatkan kondisi ekonomi lanjut usia melalui kelompok. Jenis pelayanan yang diberikan diantaranya adalah bimbingan dan pelatihan, kemudian mendapatkan bantuan modal usaha serta pendampingan.

5) Pelayanan Sosial Lanjut Usia Lainnya

a) Pelayanan peningkatan gizi lanjut usia, dilaksanakan di lingkungan RT/RW dalam kelurahan berupa pemberian makanan peningkatan gizi lanjut usia.

b) Pelayanan peningkatan interaksi antar lanjut usia, memberikan kesempatan dan meningkatkan hubungan antar lanjut usia melalui kelompok atau paguyuban lanjut usia.

c) Pelayanan peningkatan kesehatan lanjut usia, merupakan pelayanan di lingkungan RT/RW dan kelurahan yang dikoordinir oleh Posyandu Lansia dan Puskesmas. Kegiatan tersebut berupa pemeriksaan kesehatan dan pemberian obat, penyuluhan gizi, serta pemberian makanan tambahan.

(55)

39

bidang sosial guna memenuhi kebutuhan lansia pada aspek sosial dan budaya, 2) pelayanan kesehatan guna memenuhi kesehatan lansia baik aspek fisik maupun psikis, 3) pelayanan ekonomi untuk membantu lansia dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi sehari-hari lansia, dan 4) pelayanan spiritual untuk membantu lansia dalam pemenuhan kebutuhan mental dan spiritualnya.

d. Indikator Keberhasilan Pelayanan Sosial Lanjut Usia

Dalam Standarisasi Pelayanan Sosial Lanjut Usia Luar Panti (Depsos RI, 2009: 33) indikator hasil dari pelayanan sosial luar panti adalah sebagai berikut:

1) Terpenuhinya Kebutuhan Fisik:

a) Terpenuhinya kebutuhan makan dan minum.

b) Terpenuhinya kebutuhan pakaian dan tempat tinggal. c) Terpeliharanya kesehatan fisik.

2) Terpenuhinya Kebutuhan Psikis: a) Terpenuhinya rasa kasih sayang. b) Merasa dihargai dan dibutuhkan. c) Bisa mencurahkan perasaan. d) Merasa aman.

3) Terpenuhinya kebutuhan mental spiritual:

a) Meningkatnya kesadaran dalam melaksanakan tugas dan kewajiban kehidupan.

b) Meningkatnya pelaksanaan ritual ibadah sesuai dengan agama dan keyakinan.

c) Memiliki wawasan dan pengetahuan. 4) Terpenuhinya kebutuhan sosial budaya:

a) Dapat diterima oleh lingkungan keluarga.

b) Dapat diterima oleh lingkungan masyarakat sekitar. c) Dapat bersosialisasi dengan lingkungan sosialnya.

d) Terciptanya pandangan yang positif tentang keberadaan lanjut usia.

5) Terpenuhinya kebutuhan ekonomi:

a) Dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.

b) Dapat menjalankan usaha untuk menghidupi diri dan keluarganya. c) Dapat memanfaatkan sumber ekonomi yang ada.

d) Terpeliharanya pendapatan

(56)

40

lansia dapat dikatakan berhasil apabila dapat mencapai indikator nomor (1) dan (2), yakni terpenuhinya kebutuhan fisik dan kebutuhan psikis lansia. Pelayanan spiritual dianggap berhasil apabila dapat mencapai indikator nomor (3), yaitu terpenuhinya kebutuhan mental dan spiritual bagi lansia. Pelayanan bidang sosial bagi lansia dapat disebut berhasil jika dapat mencapai indikator nomor (4) yakni terpenuhinya kebutuhan sosial budaya, dan pelayanan ekonomi bagi lansia berhasil jika dapat mencapai indikator nomor (5) yaitu terpenuhinya kebutuhan ekonomi bagi lansia. Sehingga jika semua indikator tercapai, pelayanan sosial benar-benar dapat memenuhi kebutuhan para lanjut usia guna mewujudkan masa tua lansia yang menyenangkan dan dapat bermanfaat bagi dirinya maupun orang-orang di sekitarnya.

C. Kajian Penelitian yang Relevan

1. Penelitian yang dilakukan oleh Gilang Febri Susanto yang berjudul “Partisipasi Masyarakat Dalam Pemenuhan Hak Pendidikan Anak Studi

(57)

41

partisipasi meliputi faktor ekonomi masyarakat, rendahnya pendidikan masyarakat, kurangnya sosialisasi Kampung Ramah Anak, sedikitnya warga yang menjadi tim pemantau Jam Belajar Masyarakat (JBM).

Penelitian dinilai relevan dengan penelitian ini, karena sama-sama mengkaji tentang fenomena partisipasi masyarakat, namun dengan fokus penelitian berbeda, baik dari segi setting lokasi maupun pokok permasalahannya.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Rela Sulistiowati yang berjudul “Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Lansia Melalui Pos Pelayanan Sosial Lanjut Usia (PPS LU) di Desa Srimartani, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul”. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: 1) upaya

peningkatan kesejahteraan sosial lansia melalui PPS LU, 2) faktor pendukung dan penghambat dalam upaya peningkatan kesejahteraan sosial lansia melalui PPS LU di Desa Srimartani. Hasil penelitian ini antara lain: 1) upaya peningkatan kesejahteraan sosial lansia melalui PPS LU dilaksanakan dalam bentuk pelayanan sosial, ekonomi, spiritual, dan kesehatan. 2) faktor pendukung pelaksanaan pelayanan adalah antusias dan semangat lansia dalam setiap kegiatan, dukungan dan bantuan yang diberikan keluarga lansia untuk menikmati hari tuanya. Faktor penghambatnya adalah kurangnya dana PPS LU, fasilitas, sarana prasarana yang belum memadai.

(58)

42

penelitian saya yang mengungkap pelayanan sosial berbasis masyarakat, penelitian ini mengungkap pelayanan sosial yang dilakukan oleh PPS LU.

3) Penelitian yang dilakukan oleh Nuraeni Setyaningrum yang berjudul “Upaya

Peningkatan Pelayanan Sosial Bagi Lansia melalui Home Care Service di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Yogyakarta Unit Budhi Luhur”. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: 1) upaya peningkatan pelayanan sosial bagi lansia melalui home care service, 2) faktor pendukung dan penghambat upaya pelayanan sosial bagi lansia melalui home care service di PSTW Yogyakarta unit Budhi Luhur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) upaya peningkatan pelayanan sosial bagi lansia melalui program home care service yaitu dengan menyediakan sarana kebutuhan pokok, sarana kesehatan, sarana spiritual/rohani, bimbingan psikologi, memberikan motivasi bagi keluarga lansia. 2) faktor pendukung upaya peningkatan pelayanan sosial bagi lansia, yaitu adanya SDM yang berkemampuan, dana dari pemerintah, dukungan keluarga/masyarakat. Faktor penghambatnya adalah keterbatasan waktu dari instruktur bimbingan, sarana dan prasarana kurang memadai, keterbatasan tenaga pelayanan home care service oleh PSTW Yogyakarta Unit Budhi Luhur.

(59)

43

membahas tentang pelayanan sosial melalui program home care service dari PSTW Yogyakarta Unit Budhi Luhur.

D. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam memberikan pelayanan sosial bagi lansia di Dusun Bulak, Desa Tuksono, Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulonprogo?

a. Apa alasan masyarakat ikut berpartisipasi dalam memberikan pelayanan sosial bagi lansia?

b. Bagaimana bentuk partisipasi masyarakat dalam memberikan pelayanan sosial bagi lansia?

c. Bagaimana pelaksanaan pelayanan sosial yang ditujukan bagi lansia di Dusun Bulak?

d. Apa manfaat partisipasi masyarakat bagi masyarakat lanjut usia di Dusun Bulak, Desa Tuksono, Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulonprogo? 2. Apa yang menjadi faktor pendukung dan penghambat partisipasi masyarakat

dalam memberikan pelayanan sosial bagi lansia di Dusun Bulak, Desa Tuksono, Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulonprogo?

a. Apa yang menjadi faktor pendukung partisipasi masyarakat dalam memberikan pelayanan sosial bagi lansia di Dusun Bulak?

(60)

44 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Menurut Sugiyono (2012: 15), metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti kondisi obyek yang alamiah, dimana seorang peneliti adalah sebagai instrumen kunci. Seperti yang diungkapkan oleh Lexy J. Moleong (2012: 6) bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan baik secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

(61)

45

dilihat sebagai satuan yang terdiri dari unsur yang saling terkait dan mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada.

Maka dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif merupakan penelitian yang memahami dan mendalami suatu fenomena atau kondisi di masyarakat yang terjadi secara alami pada subyek penelitian yang selanjutnya dideskripsikan dalam bentuk kata-kata dan bahasa. Penggunaan pendekatan kualitatif deskriptif karena dalam penelitian ini menyajikan,

Gambar

Gambar 1. Sebaran dan Proporsi Lansia di Indonesia
Tabel 1. Jumlah Penduduk Kulonprogo Menurut Kelompok Umur (> 64 tahun)
Tabel 2. Jumlah Penduduk Kecamatan
Tabel 3. Pemikiran tentang Bentuk Partisipasi
+7

Referensi

Dokumen terkait