• Tidak ada hasil yang ditemukan

TAUFIQ D.S I 8609032

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TAUFIQ D.S I 8609032"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

PERBAIKAN SISTEM PENGKONDISIAN UDARA DAN

SISTEM PENDINGIN MESIN TOYOTA KIJANG 5K

(KOMPRESOR DAN KONDENSOR)

PROYEK AKHIR

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Ahli Madya

Oleh :

TAUFIQ DWI SETIAWAN NIM. I 8609032

PROGRAM DIPLOMA III TEKNIK MESIN OTOMOTIF

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)
(3)
(4)

iv

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan terhadap Allah SWT, yang

telah mencurahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga laporan proyek akhir dengan

judul PERBAIKAN SISTEM PENGKONDISIAN UDARA DAN SISTEM

PENDINGIN MESIN TOYOTA KIJANG 5K (KOMPRESOR DAN KONDENSOR)

dapat terselesaikan dengan baik tanpa suatu halangan apapun. Laporan proyek akhir

ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam mata kuliah proyek akhir

dan merupakan syarat kelulusan bagi mahasiswa D III Teknik Mesin Otomotif

Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta dalam memperoleh gelar Ahli

Madya (A.Md)

Dalam penulisan laporan Proyek Akhir ini penulis menyampaikan banyak terima

kasih atas bantuan semua pihak, sehingga laporan ini dapat disusun, dengan ini

penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Didik Djoko Susilo, ST. MT. selaku Kepala Jurusan Teknik Mesin

Universitas Sebelas Maret Surakarta

2. Bapak Heru Sukanto, ST. MT. selaku Ketua Program D III Teknik Mesin

Universitas Sebelas Maret Surakarta

3. Bapak Eko Prasetya Budiana, ST. MT. selaku pembimbing Proyek Akhir I

4. Bapak Zainal Arifin, ST. MT. selaku pembimbing Proyek Akhir II

5. Bapak Ir. Wijang Wisnu Raharjo, MT. selaku Pembimbing Akademik

6. Bapak Rohmat dan Bapak Solikin selaku laboran di Laboratorium Motor Bakar

7. Bapak Saryanto selaku mekanik ahli yang mendampingi saat perbaikan

berlangsung

8. Rekan-rekan D III Otomotif yang angkatan 2009 semuanya, terima kasih atas

kerjasama, dukungan, dan motivasinya selama ini.

Penulis menyadari dalam penulisan Laporan Proyek Akhir ini masih banyak

kesalahan dan jauh dari sempurna, dikarenakan oleh keterbatasan penulis sebagai

manusia. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.

(5)

v

Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca

pada umumnya, aamiin.

Surakarta, 5 Juni 2012

Penulis

(6)

vi ABSTRAKSI

Taufiq Dwi Setiawan, 2012, PERBAIKAN SISTEM PENGKONDISIAN UDARA DAN SISTEM PENDINGIN MESIN TOYOTA KIJANG 5K (KOMPRESOR DAN KONDENSOR)

Program Studi Diploma III Teknik Mesin Otomotif, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Seiring dengan berkembangnya teknologi yang semakin maju seperti saat ini, Air Conditioner (AC) pada mobil bukanlah sesuatu yang baru. Seperti halnya pada mobil Toyota Kijang 5K ini, pada awalnya mobil ini telah dilengkapi dengan sistem AC, akan tetapi tidak dapat bekerja dengan baik, sehingga sistem AC hanya bisa menghembuskan udara saja namun suhunya tidak dingin. Sehingga memerlukan adanya perbaikan pada komponen-komponennya, dan penambahan refrigerant ke dalam sistem AC.

Setelah diamati unjuk kerja sistem AC, ditemukan beberapa kerusakan. Yang pertama kompresor tidak bekerja karena magnetic clutch tidak aktif. Yang kedua yaitu tidak adanya refrigerant dalam sistem AC tersebut, yang dikarenakan terdapat kebocoran pada sistem AC tersebut. Juga diketahui bahwa jenis dari kompresornya adalah tipe swash plate, dan kondensornya adalah tipe parallel flow. Perbaikan dilakukan pada setiap komponen AC meliputi pembongkaran komponen, pemeriksaan part setiap komponen, dan perakitan kembali komponen.

Dari perancanaan kerja yang dibuat berdasarkan dasar-dasar dari literature yang ada, maka sistem AC dapat diperbaiki dengan lancar. Sehingga sistem AC kembali bekerja dengan baik, dan semua komponen dapat bekerja dengan maksimal. Diperoleh suhu ruangan yang cukup dingin pada kabin mobil Toyota Kijang 5K ini.

Kata kunci : Kompresor dan kondensor

(7)

DAFTAR ISI

1.7 Sistematika Penulisan ... 3

BAB II DASAR TEORI ... 5

2.1 Sistem Pengkondisian Udara ... 5

2.2 Komponen Sistem AC Mobil ... 6

2.2.1 Komponen utama sistem AC mobil ... 6

2.2.2 Bahan tambahan sistem AC mobil ... 19

2.2.3 Komponen elektrik sistem AC mobil ... 21

2.2.4 Prinsip kerja sistem AC ... 25

2.2.5 Langkah penvakuman mesin pendingin ... 27

2.2.6 Langkah pengisian refrigeran ... 27

2.2.7 Throuble shooting ... 28

2.3 Sistem Pendingin Mesin ... 29

2.3.1 Macam sistem pendinginan ... 31

2.3.2 Proses pendinginan pada mesin ... 34

2.3.3 Komponen-komponen sistem pendingin air ... 34

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR ... 42

3.1 Perencanaan Perbaikan Sistem AC ... 42

3.1.1 Tahap pemeriksaan sistem ... 42

3.1.2 Tahap pemeriksaan komponen ... 43

3.1.3 Tahap perbaikan komponen ... 44

3.2 Gambar Komponen Sistem AC ... 46

BAB IV PERBAIKAN DAN PEMBAHASAN ... 49

4.1 Pemeriksaan Sistem AC ... 49

4.1.1 Pemeriksaan secara visual ... 49

(8)

4.1.3 Analisa penyebab kerusakan ... 50

4.2 Rencana Perbaikan Sistem AC ... 50

4.3 Data Hasil Pengukuran Awal ... 51

4.4 Daftar Harga Barang Yang Dibutuhkan ... 52

4.5 Perbaikan Komponen AC ... 52

4.5.1 Perbaikan kompresor ... 53

4.5.2 Perbaikan kondensor ... 60

4.5.3 Perbaikan sambungan pipa alumunium ... 63

4.5.4 Pemasangan kembali komponen AC ... 63

4.6 Data Hasil Pengukuran Akhir ... 64

4.7 Pembahasan ... 64

4.7.1 Tekanan kompresor ... 64

4.7.2 Kondensor ... 65

BAB V PENUTUP ... 67

5.1 Kesimpulan ... 67

5.2 Saran ... 67 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kompresor torak tipe crankshaft ... 7

Gambar 2.2 Mekanisme kompresi kompresor tipe crankshaft ... 8

Gambar 2.3 Kompresor tipe swash plate ... 9

Gambar 2.4 Mekanisme kompresi kompresor swash plate ... 9

Gambar 2.5 Kompresor tipe Wobble plate... 10

Gambar 2.6 Kompresor tipe through vane... 11

Gambar 2.7 Mekanisme kerja kompresor Through vane ... 12

Gambar 2.8 Kondensor ... 12

Gambar 2.9 Kondensor laluan tunggal ... 13

Gambar 2.10 Gambar pipa kapiler ... 14

Gambar 2.11 Katup ekspansi otomatis ... 15

Gambar 2.12 Katup ekspansi thermostatik ... 15

Gambar 2.13 Evaporator ... 16

Gambar 2.14 Konstruksi evaporator tipe plate fin ... 16

Gambar 2.15 Konstruksi evaporator tipe serpentine fin ... 17

Gambar 2.16 Konstruksi evaporator tipe drawn cup ... 17

Gambar 2.17 Receiver dryer ... 18

Gambar 2.18 Extrafan ... 21

Gambar 2.19 Gambar komponen kopling magnetic ... 22

Gambar 2.20 Kopling magneticswitch menutup ... 22

Gambar 2.21 Pressureswitch ... 23

Gambar 2.22 Tipe aliran fan blower ... 23

Gambar 2.23 Sirocco fan ... 24

Gambar 2.24 Rangkaian saat suhu evaporator dingin... 24

Gambar 2.25 Rangkaiaan saat suhu evaporator hangat ... 25

Gambar 2.26 Prinsip Kerja AC Mobil ... 26

Gambar 2.27 Proses pengosongan refrigerant ... 27

Gambar 2.28 Proses pengisian Refrigerant ... 28

Gambar 2.29 Neraca panas pada mesin ... 30

Gambar 2.30 Pendinginan Udara Secara Alamiah ... 31

Gambar 2.31 Kipas pada roda gila dengan pengarah aliran ... 32

Gambar 2.32 Sirkulasi alamiah di mesin dengan radiator ... 33

Gambar 2.33 Sirkulasi dengan tekanan pompa ... 33

Gambar 2.34 Konstruksi radiator ... 35

Gambar 2.35 Konstruksi tutup radiator ... 35

Gambar 2.36 Kerja katup pengatur tekanan dan katup vakum ... 36

Gambar 2.37 Radiator dengan tangki reservoir ... 36

Gambar 2.38 Konstruksi pompa air ... 37

Gambar 2.39 Penggerak kipas dengan motor listrik ... 38

Gambar 2.40 Cara kerja kipas pendingin listrik ... 39

Gambar 2.41 Thermostat tipe wax ... 39

Gambar 2.42 Katup thermostat pada saat suhu 80-90 ºC ... 40

Gambar 2.43 Thermostat dengan katup bypass ... 40

Gambar 2.44 Thermostat dengan katup bypass pada saat dingin ... 41

(10)

Gambar 3.2 Diagram alir pemeriksaan komponen ... 43

Gambar 3.3 Diagram alir perbaikan kompresor ... 44

Gambar 3.4 Diagram alir perbaikan fan kondensor ... 45

Gambar 3.5 Diagram alir perbaikan kondensor ... 46

Gambar 3.6 Kompresor swash plate ... 47

Gambar 3.7 Piston kompresor ... 47

Gambar 3.8 Poros Kompresor ... 47

Gambar 3.9 Kondensor parallel flow ... 48

Gambar 3.10 Katup ekspansi thermal type ... 48

Gambar 4.1 Sirip-sirip kondensor ... 49

Gambar 4.2 Kompresor pada engine Toyota Kijang 5K ... 53

Gambar 4.3 Kompresor yang akan dibongkar ... 53

Gambar 4.4 Melepas mur pengikat magnetic clutch ... 54

Gambar 4.5 Melepas plat penekan ... 54

Gambar 4.6 Melepas snap ring pulley kompresor ... 54

Gambar 4.7 Melepas pulley dengan tracker kaki tige ... 55

Gambar 4.8 Melepas snap ring ... 55

Gambar 4.9 Melepas kumparan magnetic clutch ... 55

Gambar 4.10 Melepas lubang dischard dan suction ... 55

Gambar 4.11 Melepas baut pengikat cover atas ... 56

Gambar 4.12 Melepas cover atas ... 56

Gambar 4.13 Melepas plat katup hisap dan seal cover ... 56

Gambar 4.14 Melepas silinder atas dan silinder bawah ... 57

Gambar 4.15 Poros ... 57

Gambar 4.16 Piston dan silinder ... 57

Gambar 4.17 Mencuci poros dengan bensin ... 58

Gambar 4.18 Pemeriksaan silinder kompresor ... 58

Gambar 4.19 Pemeriksaan piston kompresor ... 59

Gambar 4.20 Kompresor di kompresi udara ... 60

Gambar 4.21 Kompresor dimasukan dalam air ... 60

Gambar 4.22 Komponen unit kondensor ... 61

Gambar 4.23 Kondensor disikat... 62

Gambar 4.24 Kondensor disemprot udara ... 62

Gambar 4.25 Meluruskan sirip-sirip kondensor ... 63

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Beberapa gangguan, penyebab, dan perbaikan pada sistem AC ... 29 Tabel 4.1 Daftar harga barang yang dibutuhkan ... 52

(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem pengkondisian udara merupakan sistem yang penting di dalam suatu

kendaraan. Karena hal ini menyangkut dengan kenyamanan dalam berkendara. Pada

mobil Toyota Kijang 5K ini sudah terdapat sistem AC, namun sistem ini tidak bekerja

atau rusak. Sehingga mengakibatkan rasa kurang nyaman saat mobil dikendarai

terutama pada siang hari, karena udara dalam kabin yang panas.

Agar kondisi dalam kabin dapat nyaman saat dikendarai maka sistem AC

perlu diperbaiki. Sehingga sistem AC dapat kembali bekerja dengan baik, dan dapat

mengkondisikan udara di dalam kabin mobil Toyota Kijang 5K. Apabila sistem AC

dapat bekerja dengan baik, maka ruang dalam kabin mobil Toyota Kijang 5K akan

terasa nyaman saat dikendarai meskipun pada siang hari yang panas.

1.2 PerumusanMasalah

Sebagai alat pengkondisian udara, AC sangat mudah kita temukan di rumah,

gedung, perkantoran, hotel, bahkan di kendaraan. Bisa dikatakan dimana terdapat

aktivitas manusia maka disitu ada AC sebagai penyejuk udara yang bertujuan untuk

kenyamanan manusia.

Dalam kendaraan, sistem AC sudah cukup dikenal. Terlebih sekarang dengan

populasi kendaraan yang terus bertambah, maka keberadaan AC sudah tidak asing

lagi sebagai bagian dari kendaraan atau mobil. Bahkan sudah menjadi fitur utama

pada sebagian besar mobil zaman sekarang. Dengan adanya pemakaian AC dalam

mobil, maka akan membutuhkan suatu perawatan pada sistem maupun

komponen-komponennya.

Proyek akhir ini dimaksudkan untuk memperbaiki sistem AC yang sudah ada

dalam mobil Toyota Kijang 5K yang sedang mengalami kerusakan yang

mengakibatkan sistem AC tidak dapat bekerja dengan baik, sehingga menimbulkan

suasana yang kurang nyaman saat mobil dikendarai pada cuaca yang panas.

(13)

Agar sistem AC pada mobil Toyota Kijang 5K dapat bekerja dengan baik lagi,

diperlukan perbaikan pada sistem AC meliputi beberapa komponen AC terutama

pada kompresor dan kondensor yang mungkin sedang terjadi kerusakan. Perlu

dilakukan pengamatan secara teliti pada sistem kerja AC pada mobil ini, untuk

mencari letak kerusakan dan penyebab kerusakan tersebut agar dapat diperbaiki

dengan tuntas dan agar dapat berfungsi dengan baik kembali.

1.3 Tujuan Proyek Akhir

Tujuan dari pelaksanaan proyek akhir ini adalah :

1. Dapat mengetahui dan memahami sistem AC pada mobil Toyota Kijang 5K.

2. Dapat mencari letak kerusakan yang terjadi pada sistem AC Toyota Kijang 5K

3. Dapat memperbaiki kerusakan pada komponen sistem AC Toyota Kijang 5K

terutama kompresor dan kondensor

1.4 Batasan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah diatas agar permasalahan yang dibahas tidak

melebar, maka batasan-batasan masalah proyek akhir ini adalah :

1. Perhitungan performance sistem AC Toyota Kijang 5K diabaikan

2. Perhitungan mekanika dudukan kompresor dan kondensor Toyota Kijang 5K

diabaikan

3. Pembahasan komponen AC Toyota Kijang 5K lebih ditekankan pada kompresor

dan kondensor

1.5 Manfaat Proyek Akhir

Manfaat yang diperoleh dari penyusunan laporan tugas akhir ini adalah

sebagai berikut:

1. Bagi Penulis

Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman tentang sistem pendingin

udara khususnya proses perbaikan kompresor dan kondensor pada sistem pendingin

udara mobil Toyota Kijang 5K.

(14)

2. Bagi Universitas

Sebagai referensi untuk perbaikan sistem pendingin udara yang lebih baik

dan efektif terutama pada mobil Toyota Kijang 5K.

1.6 Metode Pengambilan Data

Data-data yang didapatkan penulis sebagai bahan-bahan dalam penyusunan

Laporan Tugas Akhir ini dilakukan dengan:

1. Eksperimen

Dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan langsung dan mencatat

secara langsung pada objek yang diperbaiki. Juga dilakukan dengan mengajukan

pertanyaan secara langsung kepada narasumber atau kepada pihak-pihak lain yang

dapat memberikan informasi sehingga membantu dalam penulisan laporan ini.

2. Literatur

Dilakukan dengan mengumpulkan data-data yang berasal dari buku-buku

yang ada kaitannya dengan judul tugas akhir.

1.7 Sistematika Penulisan

Laporan penulisan Proyek Akhir ini disusun dengan sistematika sebagai

berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan proyek akhir,

batasan masalah, manfaat proyek akhir, metode pengambilan data, dan sistematika

penulisan.

BAB II DASAR TEORI

Bab ini berisi tentang teori-teori yang mendasari dari beberapa sistem yang

dikerjakan dalam proyek ini.

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

Bab ini berisi dari beberapa rencana kerja dan gambar yang dapat menjelaskan

dari langkah-langkah kerja yang akan dilaksanakan.

(15)

BAB IV PERBAIKAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi dari proses perbaikan yang telah menjadi perencanaan kerja di

awal, dan berisi mengenai pembahasan masalah yang ada pada saat perbaikan

berlangsung.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(16)

BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Pengkondisian Udara

Air Conditioner (AC ) adalah suatu alat yang digunakan untuk mengatur atau mengkondisikan kualitas udara yang meliputi sirkulasi udara, mengatur

kelembaban udara, mengatur kebersihan udara dan untuk memurnikan udara.

Dalam kebanyakan bangunan berukuran sedang dan besar, panas dipindahkan

dengan menggunakan udara, air dan kadang – kadang refrigerant. Perpindahan panas ini seringkali dengan membawa energi tersebut dari suatu ruangan ke suatu

penyerap kalor sentral ( unit refrigerasi ) atau membawa kalor dari sumber kalor

(pemanas atau ketel ) ke ruangan.

Keberadaan AC mobil sudah tidak asing lagi bagi pemakai kendaraan

pribadi di Indonesia. Pada kondisi iklim tropis yang umumnya bertemperatur

tinggi ( rata-rata 30ºC ) serta kelembaban tinggi ( rata-rata 75%) sehingga

keberadaan AC mobil sangat dibutuhkan. Kondisi udara tropis ini memberikan

rasa tidak nyaman saat berkendara di dalam mobil, terlebih di daerah perkotaan

dengan tingkat hunian serta polusi yang tinggi.

Tuntutan kehadiran AC mobil hampir menjadi suatu keharusan. Di sisi lain,

saat musim penghujan tiba, ketiadaan AC mobil dalam kendaraan sangat

merepotkan pengemudi. Kelembaban yang sangat tinggi di dalam kabin

kendaraan serta temperatur permukaan kaca depan yang sering berada di bawah

titik embun akan memudahkan terbentuknya lapisan embun pada kaca depan

bagian dalam. Akibatnya pandangan pengemudi menjadi kabur sehingga sangat

membahayakan keselamatan pengguna kendaraan tersebut.

Dengan demikian keberadaan AC mobil memberikan dua fungsi penting bagi

pengemudi mobil. Pertama di saat hari yang panas, AC mobil dapat

mempertahankan temperatur serta kelembaban dalam kabin pada kondisi nyaman

( sekitar 23ºC, kelembaban 50% ) sepanjang perjalanan. Kedua, saat kondisi jalan

dalam keadaan hujan, AC mobil dapat menjaga temperature permukaan kaca

depan dibawah titik embun sehingga mencegah terbentuknya embun pada kaca

depan bagian dalam.

(17)

Air Conditioning System atau sistem pengkondisian udara dialirkan ke dalam ruang penumpang. Bila suhu udara di dalam kendaraan cukup tinggi akan

menimbulkan gerah. Suhu udara yang nyaman secara umum bagi setiap orang

berkisar 20º-28ºC dengan kelembaban udara antara 30%-70%. Dengan kata lain,

kondisi ruang akan nyaman bila udaranya dingin dan relatif kering.

Pada dasarnya sistem AC mobil bekerja berdasarkan siklus refrigerasi

kompresi uap. Dalam hal ini AC mobil berfungsi mengatur kondisi udara di dalam

kabin kendaraan dengan cara mengambil panas serta mengkondensasikan uap air

melalui evaporator. Panas yang diserap dari kabin dialirkan keluar melalui

kondensor. Proses perpindahan panas ini dapat terjadi karena adanya refrigerant yang mengalir dalam saluran tertutup dengan bantuan kompresor. Pada proses ini

perlu adanya perbedaan tekanan untuk mengimbangi perbedaan temperatur di

dalam serta di luar kabin. Perbedaan tekanan ini dipertahankan oleh kompresor

dan katup ekspansi.

Udara panas di dalam ruangan kabin dialirkan oleh blower melewati evaporator. Refrigerant di dalam evaporator yang bersuhu dingin menyerap panas dari udara yang dialirkan sehingga udara yang berhembus keluar evaporator

menjadi dingin dan nyaman bagi pengemudi mobil. Refrigeran yang menyerap

panas akan berubah wujud dari cair menjadi uap bersuhu panas lalu dialirkan

menuju konensor.

Di dalam kondensor panas refrigerant dilepas, diserap oleh udara luar yang lebih dingin. Sehingga uap refrigerant yang ada kembali berubah wujud menjadi

cair. Refrigeran cair ini dialirkan kembali ke evaporator

sehingga diperoleh siklus yang terus menerus.

2.2. Komponen Sistem AC Mobil

2.2.1. Komponen Utama Sistem AC mobil

Sistem AC mobil terdiri dari komponen utama sebagai berikut :

1. Kompresor

Kompresor merupakan unit tenaga dalam sistem AC. Kompresor akan

(18)

Gas refrigerant dalam evaporator yang bertekanan rendah dihisap oleh kompresor melalui sisi suction, kemudian akan dikompresi sehingga tekanannya akan naik dan keluar melalui sisi discharge. Selanjutnya gas refrigerant bertekanan tinggi akan mengalir ke kondensor untuk didinginkan. Tekanan gas

refrigerant yang tinggi mengakibatkan gas refrigerant dapat terkondensasi pada suhu yang tinggi (suhu udara lingkungan).

Kompresor dalam sistem AC memiliki 2 fungsi berikut :

a) Mensirkulasikan refrigerant di dalam sistem AC.

b) Menciptakan perbedaan tekanan antara daerah sisi tekanan tinggi dan daerah

sisi tekanan rendah.

Jenis kompresor ini dapat dibedakan menjadi :

1) Tipe Reciprocating

Terdapat 3 macam kompresor tipe reciprocating, yaitu : a. Tipe Crank

Pada tipe ini putaran crankshaft diubah menjadi gerak naik turun piston. Sisi piston yang berfungsi hanya satu sisi saja, yaitu bagian atas. Untuk

mengurangi kebocoran refrigerant dari ruang kompresi, pada torak dipasang cincin (ring). Pada kepala silinder ( valve plate ) terdapat dua katup yaitu katup isap (suction) dan katup penyalur (discharge). Gambar dari kompresor tipe Crank dapat dilihat pada gambar 2.1

Gambar 2.1. Kompresor torak tipe crankshaft (www.batavia2008.blogspot.com, 2011)

(19)

Saat torak bergerak bergerak turun, discharge valve pada posisi tertutup karena tekanan refrigerant pada sisi discharge lebih besar dibandingkan tekanan di dalam silinder. Pada saat yang sama suction valve terbuka akibat kevakuman dalam silinder sehingga refrigerant dapat masuk ke dalam silinder. Saat piston bergerak naik, refrigerant dalam silinder ditekan keluar melalui discharge valve dan dialirkan ke kondensor dengan tekanan yang tinggi. Pada saat yang sama

suction valve tertutup akibat tekanan dalam silinder lebih tinggi daripada tekanan di sisi isap. Gambar siklus dapat dilihat pada gambar 2.2

Gambar 2.2 Mekanisme kompresi kompresor tipe crankshaft (www.batavia2008.blogspot.com, 2011)

a. Tipe Swash Plate

Sejumlah piston diatur pada swash plate dengan jarak tertentu dengan jumlah silinder 5 atau 10. Ketika salah satu sisi pada piston melakukan langkah

tekan, sisi lain melakukan langkah isap. Pada dasarnya, prinsip proses kompresi

sama dengan proses kompresi pada kompresor tipe torak. Piston akan bergerak ke

kanan dan kiri sesuai dengan putaran piringan pengatur (swash plate) untuk menghisap dan menekan refrigerant. Gambar dari kompresor tipe swash plate dapat dilihat pada gambar 2.3

(20)

Gambar 2.3 Kompresor tipe swash plate (www.batavia2008.blogspot.com, 2011)

Saat piston bergerak ke arah dalam dalam, katup pemasukan terbuka dan

menghisap refrigerant ke dalam silinder. Sebaliknya ketika piston bergerak keluar katup pemasukan menutup dan katup pengeluaran membuka untuk menekan

refrigerant keluar. Katup pemasukan dan pengeluaran yang bekerja satu arah mencegah terjadinya pemasukan balik. Karena perpindahan gaya dari poros

penggerak dilakukan oleh swash plate, getaran yang dihasilkan saat kompresor bekerja lebih kecil daipada kompresor tipe torak dimana perpindahan gaya

dilakukan oleh con rod. Gambar dari mekanisme kerja kompresor tipe Crank dapat dilihat pada gambar 2.4

Gambar 2.4 Mekanisme kompresi kompresor swash plate (www.batavia2008.blogspot.com, 2011)

(21)

b. Tipe Wobble plate

Sistem kerja kompresor tipe ini sama dengan kompresor tipe swash plate. Namun, dibandingkan dengan kompresor tipe swash plate, penggunaan kompresor tipe wobble plate lebih menguntungkan diantaranya adalah kapasitas kompresor dapat diatur secara otomatis sesuai dengan kebutuhan beban

pendinginan. Selain tiu, pengaturan kapaitas yang bervariasi akan mengurangi

kejutan yang disebabkan oleh operasi kopling magnetic (magnetic clutch). Gambar dari kompresor tipe wobble plate dapat dilihat pada gambar 2.5

Gambar 2.5. Kompresor tipe Wobble plate (www.batavia2008.blogspot.com, 2011)

Cara kerjanya, gerakan putar dari poros kompresor diubah menjadi

gerakan bolak-balik oleh plate penggerak (drive plate) dan wobble plate dengan bantuan guide ball. Gerakkan bolak-balik ini selanjutnya diteruskan ke piston melalui batang penghubung. Berbeda dengan tipe swash plate, satu piston bekerja untuk satu silinder.

b. Kompresor Rotary

Pada rotary action compressor, efek kompresi diperoleh dengan menekan gas yang berasal dari ruang chamber menuju ke saluran tekan yang berdiameter kecil untuk menurunkan volume gas.

Berikut beberapa jenis kompresor dengan sistem rotary : a. Tipe Through vane

Kompresor tipe ini memiliki dua buah bilah (vane) yang terpasang saling tegak lurus pada bagian dalam silinder. Jika rotor berputar maka bilah akan

(22)

bergeser pada arah radial dan menyentuh bagian dalam silinder (stator). Ruang yang dibentuk oleh bilah, dinding silinder dan rotor membentuk ruang pemasukan dan pengeluaran refrigerant. Gambar dari kompresor tipe through vane dapat dilihat pada gambar 2.6

Gambar 2.6. Kompresor tipe through vane (www.batavia2008.blogspot.com, 2011)

Pada saat bilah berputar bersama rotor, gaya sentrifugal bekerja pada bilah sehingga bergerak menyentuh dinding stator. Ketika saluran pemasukan terbuka, refrigerant terhisap masuk. Seiring berputarnya bilah, refrigerant yang sudah masuk kemudian dikompresikan dengan cara mempersempit ruang dan

selanjutnya menekan refrigerant pada saluran pengeluaran. Terlihat pada gambar bahwa pada saat terjadi langkah pengeluaran refrigerant, pada sisi lain dari rotor dan bilah melakukan langkah pemasukan refrigerant. Gambar dari mekanisme kerja kompresor through vane dapat dilihat pada gambar 2.7

(23)

Gambar 2.7. Mekanisme kerja kompresor Through vane (www.batavia2008.blogspot.com, 2011)

2. Kondensor

Kondensor berfungsi untuk mendinginkan gas refrigerant pada tekanan dan suhu yang tinggi. Pendinginan refrigerant menggunakan udara lingkungan yang dialirkan melewati kisi-kisi kondensor. Gas refrigerant akan terkondensasi sehingga berubah wujud menjadi refrigerant cair bertekanan. Selajutnya refrigerant dialirkan ke katup ekspansi untuk diturunkan tekanannya.

Kondensor di pasang di depan kendaraan. Hal ini bertujuan agar kondensor

mendapatkan pendinginan dari fan kondensor dan udara yang berhembus saat kendaraan berjalan. Gambar dari kondensor dapat dilihat pada gambar 2.8

Gambar 2.8. Kondensor

(24)

Kondensor terdiri dari coil dan fin.Coil atau tube adalah pipa sebagai jalan mengalirnya refrigerant. Untuk mempercepat pelepasan panas ke udara, diantara coil tersebut diberikan fin untuk memperluas permukaan kontak dengan udara. Beberapa tipe kondensor :

a) Tipe Single Pass atau disebut Laluan Tunggal.

Di sini uap refrigerant mengalir melewati satu laluan. Kelemahan tipe ini adalah penurunan tekanan yang besar karena kecepatan refrigerant didalam pipa

kondensor tinggi. Gambar dari kondensor tipe sigle pass dapat dilihat pada gambar 2.9

Gambar 2.9. Kondensor laluan tunggal

(www.batavia2008.blogspot.com, 2011)

b) Tipe Double pass

Pada tipe ini terdapat dua arah laluan refrigerant yang berfungsi untuk menaikan tingkat pendinginan. Karena aliran dibagi dua, kecepatan aliran menjadi

setengah dari kecepatan aliran pada laluan tunggal. Penurunan kecepatan ini akan

diikuti oleh berkurangnya penurunan tekanan di dalam kondensor sehingga

kinerja AC menjadi lebih baik.

c) Tipe Three Passage yang memiliki 3 laluan. d) Tipe Multi passage.

Tipe ini dikembangkan untuk mengurangi berat dan ukurannya khusus

untuk sistem AC R-134a.

3. Pipa kapiler atau katup ekspansi.

(25)

Katup ekspansi digunakan untuk menurunkan tekanan dan suhu serta

menginjeksikan refrigerant melalui orifice, sehingga refrigerant yang keluar menjadi bertemperatur dan bertekanan rendah.

Katup ekspansi terdiri dari beberapa jenis, di antaranya adalah:

a. Pipa Kapiler (Capillary Tube)

Katup ekspansi yang umum digunakan untuk sistem refrigerasi rumah

tangga adalah pipa kapiler. Pipa kapiler adalah pipa tembaga dengan diameter

lubang kecil dan panjang tertentu. Besarnya tekanan pipa kapiler bergantung pada

ukuran diameter lubang dan panjang pipa kapiler. Gambar dari pipa kapilerdapat

dilihat pada gambar 2.10

Gambar 2.10. Gambar pipa kapiler

(www.batavia2008.blogspot.com, 2011)

b. Katup Ekspansi Otomatis

Katup ekspansi otomatis menjaga agar tekanan hisap atau tekanan

evaporator besarnya tetap konstan. Bila beban evaporator bertambah maka temperatur evaporator menjadi naik karena banyak cairan refrigerant yang menguap sehingga tekanan di dalam saluran hisap (di evaporator) akanmenjadi

naik pula. Akibatnya “bellow” akan bertekan ke atas hingga lubang aliran refrigerant akan menyempit dan cairan refrigerant yang masuk ke evaporator menjadi berkurang.Keadaan ini menyebabkan tekanan evaporator akan berkurang dan “bellow” akan tertekanan ke bawah sehingga katup membuka lebar dan cairan refrigerant akan masuk ke evaporator lebih banyak. Demikian seterusnya. Gambar dari katup ekspansi otomatisdapat dilihat pada gambar 2.11

(26)

Gambar 2.11. Katup ekspansi otomatis

(www.batavia2008.blogspot.com, 2011)

c. Katup ekspansi thermostatik

Katup ekspansi thermostatik adalah katup ekspansi yang memper tahankan besarnya panas lanjut pada uap refrigerant di akhir evaporator tetap konstan, apapun kondisi beban di evaporator. Gambar dari katup ekspansi tipe thermostatik dapat dilihat pada gambar 2.12

Gambar 2.12. Katup ekspansi thermostatic (www.batavia2008.blogspot.com, 2011)

Tipe Thermostatik lebih banyak dipergunakan pada AC mobil. Katup

ekspansi ini akan mengatur jumlah aliran refrigerant yang diuapkan di evaporator sesuai dengan keadaan temperatur pada evaporator. Akibat dari pengaturan aliran refrigerant ini, maka suhu ruangan dapat diturunkan berdasarkan panas yang ada pada evaporator.

4. Evaporator

(27)

Refrigerant cair yang dikabutkan dan diturunkan tekanannya oleh katup ekspansi, masuk ke dalam evaporator. Di dalam evaporator, refrigerant akan menyerap panas dari udara ruangan. Panas udara ruangan yang diserap

mengakibatkan refrigerant berubah wujud menjadi gas/uap (terjadi penguapan refrigerant akibat dari panas udara ruangan). Gambar dari evaporatordapat dilihat pada gambar 2.13

Gambar 2.13. Evaporator (www.batavia2008.blogspot.com, 2011)

Prinsip terjadinya suatu pendinginan di dalam sistem refrigerasi adalah

penyerapan kalor oleh suatu zat pendingin yang dinamakan refrigerant. Karena kalor dalam udara yang berada di sekeliling refrigeran diserap sehingga

temperatur udara akan bertambah dingin. Pada saat bersamaan, refrigeran akan

mengalami penguapan. Hal ini dapat terjadi mengingat proses penguapan

refrigerant memerlukan panas yang diambil dari udara luar. Ada tiga tipe Evaporator yang terbuat dari aluminium yaitu :

a. Tipe Plate Fin

Gambar dari evaporator tipe plate fin dapat dilihat pada gambar 2.14

Gambar 2.14. Konstruksi evaporator tipe plate fin (www.batavia2008.blogspot.com, 2011)

b. Tipe Serpentine fin

(28)

Gambar 2.15. Konstruksi evaporator tipe serpentine fin (www.batavia2008.blogspot.com, 2011)

c. Tipe Drawn Cup

Gambar dari evaporator tipe drawn cup dapat dilihat pada gambar 2.16

Gambar 2.16. Konstruksi evaporator tipe drawn cup (www.batavia2008.blogspot.com, 2011)

Di dalam suatu alat pendingin, kalor diserap di evaporator dan dibuang di kondensor. Uap refrigerant yang berasal dari evaporator yang bertekanan dan bertemperatur rendah masuk ke kompresor melalui saluran hisap. Di kompresor,

uap refrigerant tersebut dimampatkan, sehingga ketika keluar dari kompresor, uap refrigeran akan bertekanan dan bersuhu tinggi, jauh lebih tinggi dibanding

temperatur udara sekitar. Kemudian uap refrigerant menuju ke kondensor. Di kondensor, uap refrigerant tersebut akan melepaskan kalor, sehingga akan berubah fasa dari uap menjadi cair (terkondensasi) dan selanjutnya refrigeran cair

tersebut terkumpul di penampungan cairan refrigeran. Cairan refrigerant yang bertekanan tinggi mengalir dari penampung refrigerant ke katup ekspansi. Keluar dari katup ekspansi, tekanan menjadi sangat berkurang dan akibatnya cairan

refrigerant bersuhu sangat rendah. Pada saat itulah refrigeran mulai menguap yaitu di evaporator, dengan menyerap kalor dari udara luar. Kemudian uap

(29)

refrigerant akan dihisap oleh kompresor dan demikian seterusnya proses-proses tersebut berulang kembali. (Suyitno, 2010)

5. Receiver Dryer

Komponen receiver dryer terdiri dari beberapa komponen yang tergabung menjadi satu komponen, komponen-komponen tersebut antara lain :

· Receiver tank

· Dryer

· Filter

· Sight glass

Receiver adalah komponen yang digunakan untuk menyimpan cairan refrigerant dan juga berfungsi memisahkan refrigerant dalam bentuk gas dan cairan. Dryer dan filter pada receiver berfungsi menyerap air dan kotoran yang ada dalam Refrigerant. Gambar dari receiver dryer dapat dilihat pada gambar 2.17

Gambar 2.17. Receiver dryer (www.batavia2008.blogspot.com, 2011)

(30)

2.2.2. Bahan Tambahan Sistem AC

1. Pelumas Kompresor

Pelumas kompresor dibutuhkan untuk memberi pelumasan pada bantalan

kompresor dan komponen yang bergerak dan bergesekan di dalam kompresor.

Pelumas kompresor bersirkulasi bersama sama refrigerant sehingga harus digunakan pelumas khusus yang dapat bercampur dengan refrigerant dan tidak

membeku pada temperature evaporator.

Jenis pelumas yang biasa digunakan adalah PAG (polyaliyleneglycol) untuk refrigerant R134a dan minyak pelumas mineral untuk 12. Minyak pelumas R-12 tidak dapat digunakan untuk R134a karena tidak akan bercampur dengan

refrigerant ini. Saat sistem AC beroperasi, sebagian pelumas tercampur dengan

refrigerant dan akan terbawa keluar kompresor sehingga sejumlah pelumas akan ditemukan di kondensor, evaporator, receiver dryer, dan komponen lainnya. Namun, sejumlah tertentu pelumas harus bersirkulasi bersama-sama refrigerant untuk melumasi bagian lain yang memerlukan dalam sistem AC.

Jumlah pelumas di dalam kompresor tidak boleh terlalu banyak atau terlalu

sedikit. Jika pelumas terlalu banyak, maka pelumas akan menempel pada dinding

pipa kondensor dan evaporator sehingga menghalangi perpindahan panas dari lingkungan ke sistem atau sebaliknya. Akibatnya kapasitas pendinginan akan

menurun. Kandungan pelumas dalam refrigerant yang mencapai 10% dapat menurunkan kapasitas pendinginan sebesar 8%. Jika pelumas dalam kompresor

terlalu sedikit maka akan menyebabkan temperatur kompresor meningkat,

komponen cepat aus dan rusak akibat temperatur tinggi.

Dalam menangani pelumas untuk R134a perlu diperhatikan agar pelumas

ini tidak terkena udara terlalu lama karena sifatnya yang sangat higroscopic. 2. Refrigerant

Suatu proses pendinginan diperlukan suatu bahan yang mudah di ubah

wujudnya dari gas menjadi cair atau sebaliknya. Bahan pendingin disebut dengan

refrigerant adalah suatu zat yang mudah diubah wujudnya serta dapat mengambil panas di evaporator dan membuangnya di konsendor.

(31)

Bahan pendiingin ( refrigerant ) banyak sekali macamnya, tetapi tidak satupun yang dapat dipakai untuk semua keperluan pendinginan. Sangat diperlukan

refrigerant dengan karakteristik thermodinamika yang tepat.

Adapun syarat thermodinamika yang umum untuk refrigerant adalah :

a. Tidak beracun dan tidak berbau dalam semua keadaan.

b. Tidak dapat terbakar atau meledak bila bercampur dengan udara, minyak

pelumas, dan sebagainya.

c. Tidak menyebabkan korosi terhadap bahan logam yang dipakai pada sistem

pendingin.

d. Bila terjadi kebocoran mudah diketahui dengan alat-alat yang sederhana

maupun dengan alat detektor kebocoran.

e. Mempunyai titik didih dan tekanan kondensasi yang rendah.

f. Mempunyai susunan struktur kimia yang stabil, tidak terurai setiap kali

dimanfaatkan, diembunkan dan diuapkan.

g. Mempunyai kalor laten penguapan yang besar agar panas yang diserap evaporator dapat sebesar-besarnya.

h. Tidak merusak tubuh manusia.

i. Viskositas dalam fase cair maupun fase gas rendah agar tahanan aliran refrigerant dalam pipa sekecil mungkin.

j. Konstanta dielektrika dari refrigerant yang kecil, tahanan listrik yang besar serta tidak menyebabkan korosi pada material isolator listrik.

k. Harga relatif murah dan mudah didapat.

Dewasa ini banyak digunakan bahan refrigerant yang mengandung CFC (Clorofluoro carbon), yang dewasa ini sangat gencar dibicarakan oleh pakar-pakar lingkungan hidup mengenai penipisan lapisan ozon atsmosfir yang dirusakan oleh gas-gas klorine yang dilepaskan manusia melalui proses ilmiah. Indonesia sudah meratifikasi pemberhentian pemakaian refrigerant CFC sejak 1997.

Bahan refrigerant yang tidak baik mengandung CFC terdiri dari : a. CFC-11 atau R-11

b. CFC-12 atau R-12, R-502

(32)

Bahan refrigerant yang baik yang boleh digunakan antara lain : a. HFC-134a, HFC-125

b. HCFC-123, 124, HCFC-22

c. R-401 B, R-407 C, R-409 A

Refrigerant yang biasa dipkai untuk sistem AC mobil adalah R-12 atau HFC-134a, mengingat R-12 tidak lagi diproduksi maka digunakan HFC-134a atau

biaa disebut R-134a yang lebih ramah lingkungan. (Suyitno, 2010)

2.2.3. Komponen elektrik pada AC mobil

1. Ekstra Fan

Ekstra Fan berfungsi untuk memberikan pendinginan tambahan kepada refrigerant di dalam kondenser, dengan jalan menghembuskan udara dari luar atau menghisap udara yang ada disekeliling kondensor. Gambar dari exstra fan dapat dilihat pada gambar 2.18

Gambar 2.18. Extrafan (Sutjipto, 2000)

2. MagneticClutch

Kopling magnetic adalah perlengkapan kompressor yaitu suatu alat yang

digunakan untuk melepas dan menghubungkan kompressor dengan putaran mesin.

Peralatan intinya adalah : Stator, rotor dan pressureplate. Sistem kerja dari alat ini adalah elektromagnetic.

Puli kompressor selalu berputar oleh perputaran mesin melalui tali kipas pada saat

mesin hidup. Dalam posisi switch AC off, kompressor tidak akan berputar, dan kompressor hanya akan berputar apabila switch AC dalam posisi hidup (on) hal ini disebabkan oleh arus listrik yang mengalir ke statorcoil akan mengubah stator coil menjadi magnet listrik yang akan menarik pressure plate dan bidang singgungnya akan bergesekan dan saling melekat dalam satu unit ( Clutch

(33)

assembly ) memutar kompresor. Gambar dari komponen kopling magneticdapat dilihat pada gambar 2.19

Gambar 2.19. Gambar komponen kopling magnetic (Sutjipto, 2000)

Puli terpasang pada poros kompressor dengan bantalan diantaranya

menyebabkan puli dapat bergerak dengan bebas. Sedang stator terikat dengan compressorhousing, pressureplate terpasang mati pada poros kompressor.

Ketika arus listrik mengalir ke coil, gaya magnet mengakibatkan besi seolah-olah seperti ditarik ( besi 2 menarik besi 1). Gambar dari kopling magnetic switch menutupdapat dilihat pada gambar 2.20

Gambar 2.20. Kopling magneticswitch menutup (Sutjipto, 2000)

3. PressureSwitch

Pressure Switch dipasangkan pada pipa liquid tube diantara receiver dan expansion valve. Pressure switch mendeteksi ketidaknormalan tekanan didalam sirkulasi dan kalau hal tersebut terjadi, maka magnetic clutch akan dimatikan, sehingga kompresor akan berhenti bekerja. Gambar dari pressure switch dapat dilihat pada gambar 2.21

(34)

Gambar 2.21. Pressureswitch (Sutjipto, 2000)

4. Blower

Blower berfungsi untuk menghembuskan udara dingin disekeliling evaporator ke dalam ruangan, sehingga udara diruangan menjadi sejuk. Blower terdiri dari Motor dan Fan. Umumnya yang digunakan adalah motor tipe Ferrit dan Fan tipe sirocco.

Tipe Fan :

a) AxialFlow : Udara ditarik dan dihembuskan sejajar dengan sumbu putar. Gambar dari beberapa tipe aliran fan blower dapat dilihat pada gambar 2.22

Gambar 2.22. Tipe aliran fan blower (Sutjipto, 2000)

b) Centrifugal : Udara ditarik sejajar sumbu putar dan dihembuskan tegak lurus sumbu putar searah dengan gaya sentrifugal ( Sirocco fan termasuk tipe centrifugal ). Gambar dari sirocco dapat dilihat pada gambar 2.23

(35)

Gambar 2.23. Sirocco fan (Sutjipto, 2000)

5. ThermostatRelay

Thermostat berfungsi untuk mendeteksi temperatur evaporator. Bila temperatur ditentukan oleh thermostat (dingin), maka thermostat akan memutuskan aliran listrik yang menuju kopling magnetic, dan kompresor akan

berhenti bekerja. Sebaliknya bila temperature evaporator diatas batas yang ditentukan oleh thermostat (hangat) maka thermostat akan kembali memberikan aliran listrik kepada kopling magnetic dan kompresor akan bekerja kembali.

Gambar dari rangkaian saat suhu evaporator dingin dapat dilihat pada gambar

2.24.

Gambar 2.24. Rangkaian saat suhu evaporator dingin

(Sutjipto, 2000)

(36)

Gambar dari rangkaian saat suhu evaporator hangatdapat dilihat pada gambar

2.25

Gambar 2.25. Rangkaiaan saat suhu evaporator hangat

(Sutjipto, 2000)

(Sutjipto, 2000)

2.2.4. Prinsip Kerja Sistem AC

Siklus Pendinginan Sistem AC merupakan suatu rangkaian yang tertutup.

Prinsip kerja AC memanfaatkan teori dasar pendinginan, yaitu penyerapan panas

dan penguapan. Salah satu contoh teori ini adalah alkohol yang dioleskan pada

tubuh akan terasa dingin karena alkohol menyerap panas dan menguap. Namun

masalahnya cairan yang dipakai untuk proses perubahan tersebut bisa habis.

Karena itu, pada teknologi AC ditambahkan mekanisme kerja yang mampu

mengubah gas menjadi cairan. Selanjutnya cairan tersebut kembali menguap dan

berubah menjadi gas.

Siklus pendinginan yang terjadi dapat digambarkan sebagai berikut pada

gambar 2.26 :

(37)

Gambar 2.26. Prinsip Kerja AC Mobil

(E. Karyanto. 2004)

1) Kompresor berputar karena putaran mesin yang dihubungkan oleh belt ke puli kompresor, menekan gas refrigerant dari evaporator yang bertemparatur tinggi. Dengan bertambahnya tekanan maka temperaturnya juga semakin

meningkat, hal ini diperlukan untuk mempermudah pelepasan panas

refrigerant.

2) Gas refrigerant yang bertekanan dan bertemperatur tinggi masuk kedalam kondenser. Di dalam kondenser ini panas refrigerant dilepaskan dan terjadilah

pengembunan sehingga refrigerant berubah menjadi zat cair.

3) Cairan refrigerant masuk ke receiverdryer untuk disaring dari kotoran-kotoran yang ikut bersirkulasi bersama refrigerant. Di dalam receiver dryer, refrigerant juga di keringkan dari uap air yang bercampur. Refrigerant kemudian mengalir menuju evaporator melewati expansionvalve.

4) Expansion valve menurunkan tekanan refrigerant dan menyemburkan refrigerant cair ini sehingga berbentuk butiran cairan. Karena tekanan refrigerant diturunkan, maka temperatur refrigerant menjadi rendah (dingin). 5) Gas refrigerant yang dingin dan berembun ini mengalir kedalam evaporator

(38)

evaporator, sehingga udara tersebut menjadi dingin seperti yang dibutuhkan oleh para penumpang mobil.

6) Gas refrigerant kembali ke kompresor untuk dinaikkan tekanannya yang selanjutnya akan dicairkan kembali di kondenser. Siklus kerja AC ini akan bekerja terus menerus selama AC dihidupkan.

(Karyanto, 2004)

2.2.5. Langkah pemvakuman mesin pendingin

Berikut adalah langkah-langkah proses pemvakuman mesin pendingin:

1) Memasang selang tengah gaugemanifoldinlet pompa vakum.

2) Membuka kedua keran tekanan tinggi (HI) dan tekanan rendah (LO) lalu jalankan pompa vakum. Jika gauge tekanan rendah dan tekanan tinggi

menunjukkan angka yang berada dalam daerah pemvakuman, berarti tidak ada

sumbatan pada siklus refrigerasi.

3) Melakukan pemvakuman hingga gauge tekanan rendah menunjukkan angka -0,1 Mpa (750 mmHg) atau lebih kecil, kemudian tutup kedua keran dan

matikan pompa vakum.

4) Biarkan sistem pada kondisi ini selama lebih dari 5 menit. Setelah itu amati

penunjukkan gauge manifold, jika tidak ada perubahan pada penunjukkannya, lanjutkan ke langkah pengisian refrigerant.

5) Jika penunjukkan gauge manifold berubah, lakukan pemeriksaan kebocoran dan lakukan perbaikan jika perlu. Setelah itu kembali ke langkah pengosongan.

Gambar dari proses pengosongan refrigerant dapat dilihat pada gambar 2.27

(39)

2.2.6. Langkah Pengisian Refrigerant

Berikut langkah pengisian refrigeran pada mesin pendingin:

1) Setelah selesai melakukan pemeriksaan kebocoran, buka keran tekanan tinggi

dan tutup keran tekanan rendah. Lakukan pengisian dengan cara ini hingga

pengisian menjadi sukar.

2) Jika pengisian menjadi sukar, tutup kedua kran, hidupkan mesin kendaraan dan

lakukan pengisian sebagai berikut:

- Menjalankan mesin pada kecepatan idle dan hidupkan sistem AC.

- Membuka keran tekanan rendah dan pastikan keran tekanan tinggi dalam

keadaan tertutup.

3) Mengisikan sistem dengan gas refrigerant melalui sisi tekanan rendah. Jangan pernah mengisikan refrigerant cair melalui sisi tekanan tinggi karena dapat

merusak bagian dalam kompresor

4) Setelah selesai melakukan pengisian, pastikan gauge manifold menunjukkan nilai yang sesuai standar.

5) Melepaskan selang-selang pengisian dari kompresor dan tutup kembali kedua

service valve kompresor. Gambar dari proses pengisian refrigerant dapat dilihat pada gambar 2.28

Gambar 2.28. Proses pengisian Refrigerant

(Suyitno, 2010)

2.2.7. Trouble Shooting

Beberapa permasalahan yang sering terlihat dan cara perbaikannya pada

mesin pendingin adalah sebagai berikut:

(40)

Beberapa gangguan pada sistem AC dan solusinya dapat dilihat pada table 2.1

Tabel 2.1. Beberapa gangguan, penyebab dan perbaikan pada mesin AC.

Modul Praktikum Mesin Pendingin

(Suyitno, 2010)

2.3. Sistem Pendinginan Mesin

Pada motor bakar hasil pembakaran yang dirubah menjadi tenaga mekanis

hanya sekitar 25%. Sebagian besar panas akan keluar melalui gas buang (kira-kira

34 persen), melalui sistem pendinginan (kira-kira 32 persen) dan sisanya akan

melalui kerugian pemompaan dan gesekan. Gambar dari neraca panas pada mesin

dapat dilihat pada gambar 2.29

(41)

Gambar 2.29. Neraca panas pada mesin

(Pedoman Reparasi Mesin 5K, 7K, 7KE, 2000)

Berdasarkan neraca panas di atas maka fungsi pendinginan pada motor

menjadi penting, karena panas yang akan terserap oleh sistem pendinginan dapat

mencapai 32%. Bila mesin tidak didinginkan akan terjadi pemanasan yang lebih

(overheating) dan akan mengakibatkan gangguan- gangguan sebagai berikut: 1. Bahan akan lunak pada suhu tinggi, contoh: torak yang terbuat dari logam

paduan aluminium akan kehilangan kekuatannya (kira-kira sepertiganya) pada

suhu tinggi (300ºC), bagian atas torak akan berubah bentuk atau bahkan

mencair.

2. Ruang bebas (clearance) antara komponen yang saling bergerak menjadi terhalang bila terjadi pemuaian karena panas berlebihan. Misalnya torak akan

memuai lebih besar (karena terbuat dari paduan aluminium) daripada blok

silinder (yang terbuat dari besi tuang) sehingga gerakan torak menjadi macet.

3. Terjadi tegangan thermal, yaitu tegangan yang dihasilkan oleh perubahan suhu. Misalnya torak yang macet karena tegangan tersebut.

4. Pelumas lebih mudah rusak oleh karena panas yang berlebihan. Jika suhu naik

sampai 250 ºC pada alur cincin, pelumas berubah menjadi karbon dan cincin torak akan macet sehingga tidak berfungsi dengan baik, atau cincin macet (ring stick). Pada suhu 500 ºC pelumas berubah menjadi hitam, sifat pelumasannya turun, torak akan macet sekalipun masih mempunyai ruang bebas.

5. Pembakaran tidak normal. Motor bensin lebih cenderung mengalami ketukan

(knocking).

(42)

1. Pada motor bensin bahan bakar akan sukar menguap dan campuran udara

bahan bakar menjadi gemuk. Hal ini menyebabkan pembakaran menjadi tidak

sempurna.

2. Pada motor diesel bila udara yang dikompresi dingin akan mengeluarkan asap

putih dan menimbulkan ketukan dan motor tidak mudah dihidupkan.

3. Kalau pelumas terlalu kental, akan mengakibatkan motor mendapat tambahan

tekanan

4. Uap yang terkandung dalam gas pembakaran akan terkondensasi pada suhu

kira-kira 50 ºC

2.3.1. Macam Sistem Pendinginan

1. Sistem Pendinginan Udara

a) Pendinginan oleh aliran udara secara alamiah.

Pada sistem ini panas yang dihasilkan oleh pembakaran gas dalam ruang bakar

sebagian dirambatkan keluar dengan menggunakan sirip-sirip pendingin (cooling fins) yang dipasangkan di bagian Luar silinder (Gambar 2.30). Pada tempat yang suhunya lebih tinggi yaitu pada ruang bakar diberi sirip pendingin yang lebih

panjang daripada sirip pendingin yang terdapat di sekitar silinder yang suhunya

lebih rendah.

Gambar 2.30. Pendinginan Udara Secara Alamiah

(Pedoman Reparasi Mesin 5K, 7K, 7KE, 2000)

b) Pendinginan oleh tekanan udara

Udara yang menyerap panas dari sirip-sirip pendingin harus berbentuk aliran

atau udaranya harus mengalir agar suhu udara di sekitar sirip tetap rendah

(43)

dengan jalan menggerakkan sirip pendingin atau udaranya. Bila sirip pendingin

yang digerakkan atau mesinnya bergerak seperti pada sepedamotor. Pada mesin

stasioner aliran udaranya diciptakan dengan cara menghembuskannya melalui blower yang dihubungkan langsung dengan poros engkol. Agar aliran udara

pendingin lebih dapat mendinginkan sirip-sirip digunakan pengarah. Gambar

dapat dilihat pada gambar 2.31

Gambar 2.31. Kipas pada roda gila dengan pengarah aliran

(Pedoman Reparasi Mesin 5K, 7K, 7KE, 2000)

2. Sistem Pendinginan Air

Pada sistem ini sebagian panas dari hasil pembakaran dalam ruang bakar

diserap oleh air pendingin setelah melalui dinding silinder. Oleh karena itu di luar

silinder dibuat mantel air (waterjacket). Pada sistem pendinginan air ini air harus bersirkulasi. Adapun sirkulasi air dapat berupa 2 (dua) macam, yaitu:

a) Sirkulasi alamiah/Thermo-syphon

Pada sistem pendinginan air dengan sirkulasi alamiah, air pendingin akan

mengalir dengan sendirinya yang diakibatkan oleh perbedaan massa jenis air yang

telah panas dan air yang masih dingin. Agar air yang panas dapat dingin, maka

sebagai pembuang panas dipasangkan radiator. Air yang berada dalam mantel air dipanaskan oleh hasil pembakaran sehingga suhunya naik, sehingga massa

jenisnya akan turun dan air ini didesak ke atas oleh air yang masih dingin dari

radiator. Agar pembuangan panas dari radiator terjadi sebesar mungkin maka pada sistem pendingin dilengkapi juga dengan kipas yang berfungsi untuk

(44)

Gambar 2.32. Sirkulasi alamiah di mesin dengan radiator (Pedoman Reparasi Mesin 5K, 7K, 7KE, 2000)

b) Sirkulasi dengan tekanan

Pada sirkulasi dengan tekanan pada prinsipnya sama dengan sirkulasi

alami, tetapi untuk mempercepat terjadinya sirkulasi maka pada sistem dipasang

pompa air. Pompa air ini ada yang ditempatkan pada saluran antara radiator dengan mesin dimana air yang mengalir ke mesin ditekan oleh pompa, ada juga

yang ditempatkan pada saluran antara mesin dengan radiator dimana air diisap dari mesin dan ditekan ke radiator. Gambar dari proses ini dapat dilihat pada gambar 2.33

Gambar 2.33. Sirkulasi dengan tekanan pompa

(Pedoman Reparasi Mesin 5K, 7K, 7KE, 2000)

Kapasitas air pendingin pada sistem sirkulasi air dengan tekanan ini lebih

sedikit dari pada sistem sirkulasi alam karena pergantian air dari panas ke dingin

berlangsung dengan cepat dan sebanding dengan kecepatan pompa serta dimensi

pompa yang disesuaikan dengan kebutuhan mesin.

(45)

2.3.2. Proses Pendinginan Pada Mesin

Pada mesin bensin ataupun pada mesin diesel proses pendinginan tergantung

pada sistem pendinginan yang digunakan. Pada pendinginan udara, panas akan

berpindah dari dalam ruang bakar melalui kepala silinder, dinding silinder dan

piston secara konduksi. Selanjutnya yang melalui dinding dan kepala slinder,

panas akan berpindah melalui sirip-sirip (fins) dengan cara konveksi ataupun radiasi di luar silinder. Pada pendinginan air secara alamiah, proses perpindahan

panas/pendinginan melalui perubahan massa jenis air yang menurun karena panas

selanjutnya air akan berpindah secara alamiah berdasarkan rapat massa sehingga

terjadi sirkulasi alamiah untuk pendinginannya.

2.3.3. Komponen - Komponen Sistem Pendingin Air

1. Radiator

Radiator pada sistem pendinginan berfungsi untuk mendinginkan air atau membuang panas air ke udara melalui sirip-sirip pendinginnya.

Konstruksi radiator terdiri dari: a) Tangki atas

Tangki atas berfungsi untuk menampung air yang telah panas dari mesin.

Tangki atas dilengkapi dengan lubang pengisian, pipa pembuangan dan saluran

masuk dari mesin. Lubang pengisian harus ditutup dengan tutup radiator. Pipa pembuangan untuk mengalirkan kelebihan air dalam sistem pendinginan yang

disebabkan oleh ekspansi panas dari air keluar atau ke tangki reservoir. Saluran masuk ditempatkan agak ke ujung tangki atas.

b) Inti radiator (radiatorcore)

Inti radiator berfungsi untuk membuang panas dari air ke udara agar suhu

air lebih rendah dari sebelumnya. Inti radiator terdiri dari pipa-pipa air untuk

mengalirka air dari tangki atas ke tangki bawah dan sirip-sirip pendingin untuk

membuang panas air dalam pipa-pipa air. Udara juga dialirkandiantara sirip-sirip

pendingin agar pembuangan panas secepat mungkin. Warna inti radiator dibuat hitam agar pepindahan panas radiasi dapat terjadi sebesar mungkin. Besar

kecilnya inti radiator tergantung pada kapasitas mesin dan jumlah pipa-pipa air dan sisrip-siripnya.

(46)

c) Tangki bawah

Tangki bawah berfungsi untuk menampung air yang telah didinginkan

oleh inti radiator dan selanjutnya disalurkan ke mesin melalui pompa. Pada tangki bawah juga dipasangkan saluran air yang berhubungan dengan pompa air dan

saluran pembuangan untuk membuang air radiator pada saat membersihkan radiator dan melepas radiator. Gambar dari konstruksi radiator dapat dilihat pada gambar 2.34

Gambar 2.34. Konstruksi radiator (New Step 1 Training Manual, 1995) 2. Tutup Radiator

Tutup radiator berfungsi untuk menaikkan titik didih air pendingin dengan jalan menahan ekspansi air pada saat air menjadi panas sehingga tekanan air

menjadi lebih tinggi daripada tekanan udara luar. Di samping itu pada sistem

pendinginan tertutup, tutup radiator berfungsi untuk mempertahankan air pendingin dalam sistem meskipun dalam keadaan dingin atau panas. Untuk

maksud tersebut tutup radiator dilengkapi dengan katup pengatur tekanan (relief valve) dan katup vakum. Gambar dari tutup radiator dapat dilihat pada gambar 2.35

Gambar 2.35. Konstruksi tutup radiator (New Step 1 Training Manual, 1995)

(47)

Cara kerja katup-katup pada tutup radiator

Pada saat mesin dihidupkan suhu air pendingin segera naik dan akan

menyebabkan kenaikan volume air sehingga cenderung keluar saluran pengisian

radiator. Keluarnya air tersebut ditahan oleh katup pengatur tekanan sehingga tekanan naik. Kenaikan tekanan akan menaikkan titik didih air yang berarti

mempertahankan air pendingin dalam sistem. Bila kenaikan suhu sedemikian rupa

sehingga menyebabkan kenaikan volume air yang berlebihan, tekanan air akan

melebihi tekanan yang diperlukan dalam sistem. Karenanya air akan mendesak

katup pengatur tekanan untuk membuka dan air akan keluar melalui katup ini ke

pipa pembuangan (Gambar 2.36.a). Pada saat suhu air pendingin turun akan

terjadi penurunan volume, yang akan menyebabkan terjadinya kevakuman dalam

sistem yang selanjutnya akan membuka katup vakum sehingga dalam sistem tidak

terjadi kevakuman lagi (Gambar 2.36.b). Sistem yang menggunakan tangki

reservoir, kevakuman akan diisi oleh air sehingga air dalam sistem akan tetap

(Gambar 2.37.). Bila sistem tidak menggunakan tangki reservoir maka yang

masuk adalah udara.

(a) (b)

Gambar 2.36. Kerja katup pengatur tekanan dan katup vakum

(New Step 1 Training Manual, 1995)

Gambar 2.37. Radiator dengan tangki reservoir (New Step 1 Training Manual, 1995)

(48)

3. Pompa Air

Pompa air berfungsi untuk mensirkulasikan air pendingin dengan jalan

membuat perbedaan tekanan antara saluran isap dengan saluran tekan pada

pompa. Pompa air yang biasa digunakan adalah pompa sentrifugal. Pompa air ini

digerakkan oleh mesin dengan bantuan tali kipas (“V” belt) dan puli dengan perbandingan putaran antara pompa air dengan mesin sekitar 0,9 sampai 1,3. Hal

ini dimaksudkan agar dapat mengalirkan air pendingin sesuai dengan operasi

mesin. Gambar dari pompa airdapat dilihat pada gambar 2.38

Gambar 2.38. Konstruksi pompa air

(New Step 1 Training Manual, 1995) Komponen-komponen pompa air adalah sebagai berikut:

a) Poros (shaft)

Poros merupakan komponen utama pada pompa dimana pada bagian

depannya dihubungkan dengan puli dan bagian belakangnya dihubungkan dengan

impeller pompa. Poros ini biasanya ditumpu oleh 2 bantalan peluru yang dibuat menjadi satu dengan porosnya. Di dalam rumah bantalan juga terdapat pelumas

gemuk yang special sehingga tidak perlu lagi dilumasi dari luar. Apabila

bantalannya sudah rusak, maka porosnya harus diganti secara keseluruhan.

b) Impeller

Impeller berfungsi untuk membuat perbedaan tekanan pada pompa apabila diputar. Bentuk sudu yang biasa digunakan adalah bentuk sudu dengan arah

berlawanan dengan arah putarnya. Bentuk sudu seperti ini dapat menciptakan

(49)

c) Water pump seal

Water pump seal berfungsi untuk mencegah bocornya air dari sistem pendinginan ke luar pada poros pompa air. Pencegahan bocornya air dilakukan

oleh cincin arang yang dipasang pada perapat dimana cincin-cincin ini saling

menekan satu dengan yang lainnya. Apabila perapat ini telah bocor, maka untuk

menggantinya harus melepas impeller terlebih dahulu. 4. Kipas Pendingin

Kipas berfungsi untuk mengalirkan udara pada inti radiator agar panas yang terdapat pada inti radiator dapat dipancarkan ke udara dengan mudah. Kipas pendingin dapat berupa kipas pendingin biasa (yang diputarkan oleh mesin) atau

kipas pendingin listrik. Gambar dari kipas pendingin dengan motor listrik dapat

dilihat pada gambar 2.39

Gambar 2.39. Penggerak kipas dengan motor listrik

(New Step 1 Training Manual, 1995)

Kipas pendingin biasa digerakkan oleh putaran puli poros engkol. Poros

kipas biasa sama dengan poros pompa air sehingga putaran kipas sama dengan

putaran pompa. Pada kipas pendingin listrik digerakkan oleh motor listrik akan

menghasilkan efisiensi pendinginan yang lebih baik (terutama pada kecepatan

rendah dan beban berat) dan membantu pemanasan awalair pendingin yang lebih

cepat, penggunaan bahan bakar yang lebih hemat, dan mengurangi suara berisik

Cara kerja kipas pendingin listrik adalah sebagai berikut gambar 2.40 :

(50)

Gambar 2.40. Cara kerja kipas pendingin listrik

(New Step 1 Training Manual, 1995)

Bila suhu air pendingin dibawah 83 ºC temperature switch ON dan relay berhubungan dengan masa. Fan relay coil terbuka dan motor tidak bekerja. Bila suhu air pendingin di atas 83 ºC, temperature switch akan OFF dan sirkuit relay ke masa terputus. Fan relay tidak bekerja, maka kontak poin merapat dan kipas mulai bekerja.

5. Katup Thermostat

Katup thermostat berfungsi untuk menahan air pendingin bersirkulasi pada saat suhu mesin yang rendah dan membuka saluran air dari mesin ke radiator pada saat suhu mesin mencapai suhu idealnya. Katup thermostat biasanya dipasang pada saluran air keluar dari mesin ke radiator yang dimaksudkan agar lebih mudah untuk menutup saluran bila mesin dalan keadaan dingin dan mebuka

saluran bila mesin sudah panas. Ada 2 tipe thermostat, yaitu tipe bellow dan tipe wax. Kebanyakan termostat yang digunakan adalah tipe wax. Di samping itu thermostat tipe wax ada yang menggunakan katup by pass dan tidak menggunakan katup bypass. Gambar dari thermostat tipe wax dapat dilihat pada gambar 2.41

(51)

Cara kerja katup thermostat adalah sebagai berikut:

Pada saat suhu air pendingin rendah katup tertutup atau saluran dari mesin

ke radiator terhalang oleh wax (lilin) yang belum memuai. Bila suhu air pendingin naik sekitar 80 sampai dengan 90 derajat Celcius maka lilin akan

memuai dan menekan karet. Karet akan berubah bentuk dan menekan poros katup.

Oleh karena posisi poros tidak berubah maka maka karet yang sudah berubah

tersebut akan membawa katup untuk membuka seperti pada gambar 2.42.

Gambar 2.42. Katup thermostat pada saat suhu 80-90 ºC (New Step 1 Training Manual, 1995)

Untuk menghindari terjadinya tekanan air yang tinggi pada saat katup

thermostat tertutup, pada saluran di bawah katup dibuatkan saluran ke pompa air yang dikenal dengan saluran pintas (bypass) seperti pada gambar 2.43.

Gambar 2.43. Thermostat dengan katup bypass (New Step 1 Training Manual, 1995)

Cara kerja katup by pass pada thermostat dapat dilihat pada sistem pendingin mesin pada saat dingin dan panas. Gambar dari sistem pendingin mesin

(52)

Gambar 2.44. Thermostat dengan katup bypass pada saat dingin (New Step 1 Training Manual, 1995)

Gambar dari sistem pendingin mesin pada saat panas dapat dilihat pada gambar

2.45

Gambar 2.45. Thermostat dengan katup bypass pada saat panas (New Step 1 Training Manual, 1995)

(New Step 1 Training Manual, 1995)

(53)

42 BAB III

PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Perencanaan Perbaikan Sistem AC

Perencanaan kerja disusun untuk mempermudah proses pengerjaan

perbaikan sistem pendingin udara di mobil Toyota Kijang 5K. Terdapat beberapa

tahap dalam perencanaan ini. Yaitu tahap pemeriksaan awal sistem, tahap

pemeriksaan awal komponen, tahap perbaikan komponen, tahap pemeriksaan

akhir komponen, dan tahap pemeriksaan akhir sistem.

3.1.1 Tahap pemeriksaan sistem

Pada tahap pemeriksaan awal sistem ini akan dilakukan beberapa

pemeriksaan, diagram alir dari tahap pemeriksaan awal sistem dapat dilihat pada

Gambar 3.1 :

(54)

3.1.2 Tahap pemeriksaan komponen

Gambar 3.2 Diagram alir pemeriksaan komponen Menyalakan mesin mobil

Mematikan mesin mobil Selesai

(55)

Tahap pemeriksaan awal tiap komponen dapat dilihat pada diagram ailir di

atas. Setiap komponen dapat diperiksa satu-persatu unjuk kerjanya, jadi dapat

diketahui kerusakan dari setiap komponen. sistem AC pada mobil Toyota Kijang

5K.

3.1.3 Tahap perbaikan komponen

Perbaikan komponen dilakukan dengan cara berikut :

1. Perbaikan kompresor :

(56)

Perbaikan kompresor dapat dilakukan dengan baik sesuai dengan gambar 3.3

2. Perbaikan fan kondensor

Gambar 3.4 Diagram alir perbaikan fan kondensor

Perbaikan fan kondensor dapat dilakukan dengan baik sesuai dengan gambar 3.4

3. Perbaikan kondensor

Perbaikan kondensor dilakukan apabila terjadi kebocoran dalam saluran

kondensor. Maka diperlukan uji kebocoran terlebih dahulu untuk mengetahui ada

kebocoran atau tidaknya. Pada Gambar 3.5 dapat dilihat cara alur perbaikan

kondensor yang baik. Ya Ya

Melepas fan kondensor

Diperbaiki/Ganti baru

Memasang kembali fan Mulai

Selesai Fan bekerja baik

Tidak

Performa Fan baik Tidak Dibersihkan

(57)

Gambar 3.5 Diagram alir perbaikan kondensor

Perbaikan kondensor dapat dilakukan dengan baik sesuai dengan gambar 3.5

3.2 Gambar Komponen Sistem AC

Dalam sistem pendingin udara terdapat beberapa komponen utama yang

mempunyai jenis-jenis tertentu. Jenis komponen – komponen yang ada adalah

sebagai berikut :

Tidak

Ya

Tidak

Melepas kondensor

Dibersihkan

Diperbaiki dan dibersihkan/Ganti baru

Memasang kondensor Mulai

Selesai Kondensor bocor

Kondensor masih bocor Ya

Gambar

Gambar 2.18. Extra fan
Gambar 2.19. Gambar komponen kopling magnetic
Gambar 2.21. Pressure switch
Gambar 2.23. Sirocco fan
+7

Referensi

Dokumen terkait

ekonomi cukup berkembang, bahkan banyak rumah-rumah berubah menjadi tempat usaha, sehingga sudah seperti diperkotaan. Harmoni sosial juga cukup baik, keamanan relatif

Kebutuhan pengembangan ketrampilan para pekerja harus sesuai dengan ketrampilan yang

Proses pengumpulan kebutuhan dilakukan secara intensif untuk mespesifikasikan kebutuhan perangkat lunak agar dapat dipahami perangkat lunak seperti apa yang dibutuhkan

Keterkaitan kesehatan lingkungan nelayan dengan penurunan kualitas udara di tiga kecamatan

Data dibutuhkan adalah presepsi terhadap pemanfaan tangga penyeberangan sebagai sarana aksesibilitas alternatif untuk mencapai titik diseberang dan sebaliknya dengan

Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah: (a) Kawasan permukiman mana saja yang masuk daerah operasinal bandar udara Sultan Hasanuddin, yang selanjutnya akan

: RFQ_CivilWorks_2018-11-61 Standard Form Title : REQUEST FOR QUOTATION Date : November 27, 2018 End-User Unit : ALUMNI AFFAIRS OFFICE Implementing Unit : Infrastructure Unit Name of

Cooling Tower atau menara pendingin adalah sebagai alat untuk mendinginkan air panas dari kondensor dengan cara dikontakkan langsung dengan udara secara konveksi paksa menggunakan fan/kipas. Konstruksi cooling tower terdiri dari system pemipaan dengan banyak nozzle, fan/blower, bak penampung, casing, dsb. Air dingin diperlukan untuk penyejuk udara/AC, proses-proses manufakturing atau pembangkitan daya. Menara pendingin merupakan suatu peralatan yang digunakan untuk menurunkan suhu aliran air dengan cara mengekstraksi panas dari air dan mengemisikannya ke atmosfir. Cooling Tower/Menara pendingin menggunakan penguapan dimana sebagian air diuapkan ke aliran udara yang bergerak dan kemudian dibuang ke atmosfir. Sebagai akibatnya, air yang tersisa didinginkan secara signifikan (Gambar 1). Menara pendingin mampu menurunkan suhu air lebih dari peralatan-peralatan yang hanya menggunakan udara untuk membuang panas, seperti radiator dalam mobil, dan oleh karena itu biayanya lebih efektif dan efisien