• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS LEAN PRODUCTION DENGAN PENDEKATAN COST TIME PROFILE DAN SIMULASI DI PT SAKA AGUNG KARYA ABADI SIDOARJO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS LEAN PRODUCTION DENGAN PENDEKATAN COST TIME PROFILE DAN SIMULASI DI PT SAKA AGUNG KARYA ABADI SIDOARJO."

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS LEAN PRODUCTION

DENGAN PENDEKATAN COST TIME PROFILE DAN SIMULASI

DI PT SAKA AGUNG KARYA ABADI SIDOARJO

SKRIPSI

Oleh :

0732210178

RAMZY ARDY WARDANA

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkat, rahmat, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul ”Analisis Lean Production Dengan Pendekatan Cost Time Profile Dan Simulasi Di PT Saka Agung Karya Abadi Sidoarjo”. Laporan Tugas Akhir ini disusun sebagai syarat untuk lulus atau menerima gelar sarjana teknik pada Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Selama melakukan Tugas Akhir ini, penulis banyak sekali menerima bantuan yang berarti dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Ir. Sutiyono, MT selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

3. Bapak Ir. H. M. Tutuk Safirin, MT selaku Ketua Jurusan Teknik Industri UPN “Veteran” Jawa Timur, serta selaku Dosen Wali dan Dosen Pembimbing I atas perhatian, motivasi dan kesabarannya dalam membimbing penulis.

4. Bapak Drs. Sartin, M.Pd sebagai Dosen Pembimbing II atas kebaikannya dalam membimbing penulis.

(3)

6. Ibu Ir. Sumiati, MT sebagai Penguji Seminar I dan II.

7. Bapak Ir. Tri Susilo, MM sebagai Penguji Seminar II dan Ujian Lesan. 8. Ibu Ir. Endang Pudji Widjajati, MMT selaku Penguji Ujian Lesan. 9. Bapak Dwi Sukma Donoriyanto, ST selaku Dosen Pembimbing PKL. 10.Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Teknik Industri UPN “Veteran”

Jawa Timur.

11.Bapak Andreas Novianto, Bapak Ivan Christian dan Bapak Nurcholis selaku Direktur, General Manager dan Kepala Produksi PT Saka Agung Karya Abadi Sidoarjo atas atas waktu, pemikiran, dan kerjasama yang telah diberikan selama penyusunan Tugas Akhir.

12.Bapak, Mama, Ajeng atas dukungan, semangat dan masukannya.

13.Bu Dewi, Puyo, Nashirul, Emon, Ricky, Ibad, Wahyu, Bima atas bantuannya dalam pengerjaan Tugas Akhir ini.

14.Keluarga Besar Lab. OTISTA (Restu, Donny, Ilma, Reksi, Citra, Niar, Siti, Ruly, Mba Kadek) dan teman – teman angkatan 2005, 2006, 2007, dan 2008 UPN “Veteran” Jawa Timur.

Pada akhirnya semoga laporan yang penulis susun ini dapat berguna bagi rekan-rekan civitas akademika UPN “Veteran” Jawa Timur pada umumnya dan rekan-rekan Teknik Industri pada khususnya.

Surabaya, Juni 2010

(4)
(5)

ii

3.2 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel ... 43

3.2.1 Variabel Bebas ... 43

(6)

iii

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Produksi ... 56

4.4 Identifikasi Penyebab Waste Dengan Root Cause Analysis... 81

4.5 Model Simulasi ARENA Kondisi Existing dan Alternatif Perbaikan ... 82

4.6 Kondisi Setelah Perbaikan ... 86

(7)

iv

4.10 Analisa dan Perbandingan Skenario Perbaikan ... 107

4.11 Analisa Kondisi Perbaikan ... 108

4.11.1 Analisa Future State Value Mapping ... 108

4.11.2 Analisa Cost TimeProfile Setelah Perbaikan ... 109

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 112

5.2 Saran ... 113

(8)

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur Utama Lean Improvement ... 9

Gambar 2.2 Pengembangan Struktur Lean ... 9

Gambar 2.3 Simbol yang Digunakan Dalam VSM ... 14

Gambar 2.4 Simbol – Simbol Big Picture Mapping ... 18

Gambar 2.5 Matrik VALSAT ... 22

Gambar 2.6 Cost Time Profile ... 26

Gambar 2.7 Simple Project Network ... 29

Gambar 2.8 Gantt Chart ... 30

Gambar 2.9 Project’s Cost Time Profile ... 31

Gambar 2.10 Klasifikasi Model Simulasi ... 34

Gambar 3.1 Diagram Langkah – Langkah Pemecahan Masalah ... 50

Gambar 4.1 Cost Time Profile Existing PC – 4 ... 72

Gambar 4.2 Cost Time Profile Existing PC – 6 ... 74

Gambar 4.3 Prosentase Jumlah Aktivitas ... 79

Gambar 4.4 Prosentase Kebutuhan Waktu ... 80

Gambar 4.5 Cost Time Profile Future PC – 4 ... 88

Gambar 4.6 Prosentase Jumlah Aktivitas ... 99

Gambar 4.7 Prosentase Kebutuhan Waktu ... 100

(9)

vi

(10)
(11)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Lintasan Produksi

Lampiran B Current State Value Stream Mapping

Lampiran C Rekap Data Waktu

Lampiran D Grafik Uji Keseragaman Data

Lampiran E Grafik Uji Normalitas

Lampiran F Rekap Uji Kecukupan Data PC – 6

Lampiran G Waktu Normal dan Standar PC – 6

Lampiran H Rekap Aktivitas Waiting PC – 6 (Sekarang)

Lampiran I Performance Rating PC – 6

Lampiran J Struktur Organisasi

Lampiran K Rekap Data Akumulasi Waktu

Lampiran L Rekap Data Akumulasi Biaya (Sekarang)

Lampiran M Kuesioner Pembobotan Waste

Lampiran N Process Activity Mapping

Lampiran O Akumulasi Biaya & Waktu PC – 6 (Sekarang)

Lampiran P Flowchart Simulasi

Lampiran Q Perhitungan Manual

Lampiran R Rekap Data Akumulasi Waktu PC – 6 (Perbaikan)

Lampiran S Perhitungan VALSAT

Lampiran T Future State Value Stream Mapping

Lampiran U Rekap Data Akumulasi Biaya PC – 4 & PC – 6 (Perbaikan)

Lampiran V Rekap Aktivitas Waiting (Perbaikan)

(12)

ix Lampiran X Tabel Perbandingan Hasil Simulasi

(13)

ABSTRAKSI

Perpaduan antara penerapan lean yang berkelanjutan dengan evaluasi cost-time profile yang selalu dilakukan secara beriringan akan memperkuat keberhasilan proses continous improvement dalam sebuah perusahaan. Sebagai perusahaan yang sangat memperhatikan kualitas dan kepuasan konsumen, penerapan konsep lean di PT Saka Agung Karya Abadi Sidoarjo akan mendukung kelangsungan perusahaan di tengah persaingan global. Penelitian ini diawali dengan penggambaran kondisi awal perusahaan melalui value stream mapping,

kemudian identifikasi waste menggunakan VALSAT, kemudian dilakukan analisis dengan cost-time profile.

Simulasi merupakan suatu tools yang digunakan sebagai alat evaluasi atas berhasil atau tidaknya penerapan lean dalam suatu perusahaan. Perpaduan antara penerapan lean yang berkelanjutan dengan simulasi yang selalu dilakukan akan memperkuat keberhasilan proses continous improvement tersebut.

Pada penelitian ini akan dibahas tentang analisis lean production di area produksi dengan identifikasi waste menggunakan VALSAT, kemudian dilakukan analisis dengan tools berupa simulasi dengan menggunakan software ARENA. Dari hasil identifikasi tersebut diketahui bahwa non-value added time banyak disebabkan oleh transportation, defects, dan inventories. Beberapa alternatif perbaikan direkomendasikan untuk mengatasi waste yang terjadi di area produksi. Dengan membuktikan analisis hasil simulasi dengan menggunakan value stream mapping dan cost-time profile kondisi perbaikan. Dari hasil perhitungan diketahui bahwa dengan penerapan metode kerja baru dan pengurangan jumlah operator terjadi penurunan direct cist sebesar 1,7% per hari.

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Di dalam persaingan yang demikian ketat, setiap unit usaha dituntut untuk

dapat menerapkan prinsip-prinsip efisiensi dan efektivitas hampir di segala bidang

untuk dapat menghasilkan produk dengan mutu yang baik disertai dengan biaya

yang murah. Dengan kondisi dan tuntutan fungsi seperti yang telah digambarkan

di atas, maka suatu perusahaan seharusnya tidak hanya melakukan sekali

perbaikan atas kekurangan yang terjadi pada unit usahanya saja tetapi juga

melakukan continous improvement agar dapat tetap survive dalam persaingan

bebas yang terjadi.

Salah satu pendekatan yang dilakukan adalah dengan menerapkan konsep

lean production pada perusahaan, tidak hanya di area produksi saja tetapi juga

terintegrasi dengan departemen atau bidang kerja yang lainnya. Lean yang berarti

suatu usaha oleh seluruh elemen perusahaan untuk bersama-sama mengeliminasi

waste merupakan salah satu tools yang dapat digunakan untuk mencapai

competitive advantage perusahaan seoptimal mungkin.

Beberapa tahun terakhir ini, konsep lean sudah mulai mendapatkan respon

yang positif dari berbagai jenis usaha, dimana tidak hanya usaha yang bergerak

dibidang manufaktur saja tetapi jasa juga dan lain - lain. Hal ini membuktikan

bahwa lean masih relevan untuk diterapkan saat ini. Dari beberapa penelitian

menunjukkan bahwa lean production dapat meningkatkan produktivitas dan

(15)

konsep lean production pada perusahaan masih belum diimbangi dengan

perhitungan pembiayaan (investasi usaha) yang sesuai.

PT. Saka Agung Karya Abadi Sidoarjo merupakan perusahaan yang

memproduksi box berbagai ukuran. Permasalahan perusahaan ini adalah banyak

waste yang terjadi di area pemotongan material produk. Dengan adanya waste,

kegiatan produksi belum dikatakan maksimal, maka diharapkan waste - waste

tersebut dapat dihilangkan dan mereduksi biaya produksi.

Dengan kata lain, horizon waktu yang selama ini memiliki pengaruh besar

terhadap biaya (investasi) tidak dipertimbangkan dalam perhitungan continous

improvement yang dilakukan. Sedangkan dengan menggunakan value stream

mapping hanya akan menggambarkan konsumsi waktu dan proses operasi yang

terjadi dalam proses manufaktur pembuatan sebuah produk, tanpa melibatkan

biaya. Oleh karena itu, dilakukan penelitian dengan menggunakan cost-time

profile (CTP) dengan harapan dapat mengurangi waste pada lintasan produksi

sehingga menghasilkan direct cost yang minimum.

Dengan pendekatan lean, aliran informasi dan material dari perusahaan

tersebut dapat digambarkan dengan value stream mapping. Sehingga dengan

gambaran tersebut dapat diketahui waste yang ada. Dengan gambaran tersebut

dapat diupayakan suatu rencana perbaikan. Rencana perbaikan ini digambarkan

dalam future state mapping yang kemudian disimulasikan untuk mendapatkan

alternatif rekomendasi yang optimal. Penggunaan pendekatan simulasi tersebut

kemungkinan trial dan error untuk analisa rekomendasi perbaikan dapat

(16)

1.2. Perumusan Masalah

Permasalahan yang menjadi pokok bahasan dalam penelitian ini adalah

”Bagaimana melakukan identifikasi waste sehingga menghasilkan direct cost

yang minimum serta membuat model simulasi dalam usaha menunjang analisis rekomendasi perbaikan?”

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian tugas akhir ini adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi dan mengeliminasi waste yang paling potensial terjadi pada

lantai produksi.

2. Mengurangi kegiatan waiting sehingga menghasilkan direct cost yang

minimum.

3. Menentukan skenario terbaik agar dapat menghasilkan waktu produksi yang

minimal dengan menggunakan simulasi.

1.4. Batasan Masalah

Batasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Waste yang diteliti adalah 9 tipe waste (Environmental, Health, and Safety,

Defect, Overproduction, Waiting, Not Utilizing Employees Knowledge Abilities

and skills, Transportation, Inventories, Motion, Excess Processing) yang

didefinisikan oleh Gazpers (2007).

2. Penelitian hanya dilakukan untuk produk Box Panel yang paling banyak

diminta oleh konsumen dengan tipe PC – 04 dan PC – 06.

(17)

1.5. Asumsi – asumsi

Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Biaya produksi yang digunakan diwakili oleh biaya tenaga kerja.

2. Indeks suku bunga yang digunakan sebesar 7,5 % / tahun.

1.6. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian tugas akhir ini

baik bagi peneliti maupun bagi perusahaan antara lain meliputi :

1. Pihak perusahaan dapat mengetahui tentang waste dan penyebabnya yang

terjadi di area produksi, sehingga diketahui pula kerugian yang ditimbulkan.

2. Bagi peneliti dapat memberikan rekomendasi perbaikan untuk pengurangan

waste tersebut dan memberikan informasi mengenai reduksi biaya

manufaktur akibat dilakukannya perbaikan tersebut melalui Cost Time

Profile.

3. Bagi universitas dapat memberikan informasi mengenai metode lean

production, Cost Time Profile, dan menambah koleksi perpustakaan

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

1.7. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi penjelasan mengenal latar belakang serta

permasalahan yang akan diteliti dan dibahas. Juga diuraikan tentang

(18)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi teori-teori dasar yang berkaitan dengan Lean Phylosophy,

VALSAT( Value Stream Analysis Tools), dan Cost Time Profile yang

dijadikan acuan dalam melakukan langkah-langkah penelitian sehingga

permasalahan yang ada dapat dipecahkan serta pembuatan model

simulasi dengan mengguanakan ARENA untuk menunjang analisa

perbaikan.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini berisi urutan langkah-langkah pemecahan masalah secara

sistematis mulai dari perumusan masalah dan tujuan yang ingin

dicapai, studi pustaka, pengumpulan data, dan metode analisis data.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan beberapa hal yang berkaitan dengan

tahapan identifikasi permasalahan yang ada di perusahaan dengan

diawali penjelasan tentang proses produksi di PT Saka Agung Karya

Abadi Sidoarjo secara umum, pembuatan current state value stream

mapping dan cost-time profile kondisi existing, identifikasi waste

dengan VALSAT, identifikasi penyebab permasalahan dengan Root

Cause Analysis (RCA), dan perancangan solusi perbaikan. Selain itu,

juga akan dilakukan identifikasi hasil perbaikan dengan pembuatan

future state value stream mapping, cost-time profile dan membuat

simulasinya dengan menggunakan ARENA untuk menunjang kondisi

(19)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan ditarik kesimpulan atas analisa dari hasil

pengolahan data yang telah dilakukan. Kesimpulan ini akan menjawab

tujuan penelitian. Selain itu juga berisi saran penelitian sehingga

diharapkan dapat dilanjutkan untuk penelitian yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lean Phylosophy

Pada dasarnya konsep lean adalah konsep perampingan atau efisiensi.

Konsep ini dapat diterapkan pada perusahaan manufaktur maupun jasa, karena

pada dasarnya konsep efisiensi akan selalu menjadi suatu target yang ingin dicapai

oleh perusahaan. Lean pada awalnya merupakan terminologi yang digunakan

untuk mendeskripsikan pendekatan yang dilakukan di industri otomotif Jepang,

yaitu Toyota, untuk membedakannya dengan pendekatan produksi massal yang

ada di barat. Variasi dan ketergantungan merupakan hal yang kadang terabaikan

dalam upaya penerapan lean production.Konsep lean yang dikenalkan oleh

Womack et all adalah sebuah usaha pembentukan suatu sistem yang

menggunakan input sesedikit mungkin untuk menciptakan output yang sama,

sesuai dengan konsep ynag diusung oleh Traditional Mass Production System

tetapi memberikan pilihan yang paling banyak kepada pelanggan (Hines et all,

2005). Konsep tersebut juga sering disebut sebagai lean production.

Lean production sangat efektif dan terbukti berhasil untuk menciptakan

suatu proses produksi menjadi lebih lancar, efektif, dan efisien dengan model one

piece flow, continuous improvement, dan pull production. Sedangkan kamus

APICS edisi 10 mendefinisikan lean production sebagai sebuah filosofi dalam

sistem produksi yang menitikberatkan pada usaha untuk meminimasi jumlah

sumber daya (termasuk waktu) yang digunakan pada aktivitas produksi di sebuah

(21)

Menurut Womack dan Jones (2003) penerapan dari filsofi lean didasarkan

pada 5 prinsip utama yaitu:

1. Define value from the prespective the customer, value didefinisikan oleh end

customer, artinya identifikasi terhadap kebutuhan customer dan kemampuan

menciptakan nilai dari sudut pandang customer. Hal tersebut merupakan salah

satu competitive advantage yang harus dimiliki oleh perusahaan.

2. Identify value stream, setelah kebutuhan customer sudah didapatkan, maka

proses identifikasi terhadap value stream menjadi hal yang sangat penting.

Dengan valuestream seluruh aktivitas produksi dipahami dan diukur.

3. Continuous flow process, merupakan usaha untuk menghilangkan waste

dengan membuat proses berjalan atau continuous flow process. Konsep dari

Continuous flow process adalah membuat produk pada waktu dibutuhkan

mengalir satu – satu dari sati stasiun kerja ke stasiun kerja yang lainnya tanpa

adanya waktu tunggu.

4. Pull system, merupakan system yang berfokus pada kebutuhan customer

dimana hanya membuat produk sesuai yang dibutuhkan customer dan pada

waktu yang tepat.

5. Strive to perfection, selalu berusaha mencapai kesempurnaan dengan

menghilangkan waste secara bertahap dan berkelanjutan.

Sebagian besar lean tools dan tekniknya merupakan suatu konsep teknik

industri yang baik yang dapat diterapkan pada perusahaan dengan berbagai

kondisi tanpa banyak kesulitan. Bagaimanapun dampak aplikasinya akan terasa,

(22)

framework yang ditunjukkan pada Gambar 2.1 akan menunjukkan sebuah aliran

logis dari penerapan lean improvement.

Gambar 2.1 Struktur utama lean improvement

(http:

Dari struktur utama tersebut, bagian teknik tertentu akan dikembangkan,

sehingga tools tersebut akan memiliki dampak terhadap investasi. Dengan

pengembangan ini, akan mengurangi waktu tunggu, waktu proses, biaya, dana

pengiriman material hanya pada waktu dan tempat yang dibutuhkan.

Pengembangan tersebut ditunjukkan pada Gambar 2.2. Pendekatan yang

digunakan akan dikelompokkan dalam sebuah “gelombang”, berdasarkan tipe

penghematan yang dilakukan.

Gambar 2.2 Pengembangan struktur utama lean

(23)

2.1.1 Macam – Macam Aktivitas

Di dalam proses produksi terdapat tiga tipe operasi yang didefinisikan

menurut Monden (Hines&Rich, 2005). Ketiga tipe operasi atau aktivitas yaitu:

1. Non-Value Adding (NVA)

2. Necessary but Non-Value Adding (NNVA)

3. Value Adding (VA)

o Non-Value Adding merupakan aktivitas yang tidak menambah nilai dari

sudut pandang customer. Aktivitas ini merupakan waste dan harus

dikurangi atau dihilangkan. Contoh dari aktivitas ini adalah waiting time,

menumpuk work in process, dan double handling.

o Necessary but Non-Value Adding adalah aktivitas yang tidak menambah

nilai akan tetapi penting bagi proses yang ada. Contohnya adalah aktivitas

berjalan untuk mengambil parts, unpacking deliveries, dan memindahkan

tool dari satu tangan ke tangan yang lain. Untuk mengurangi atau

menghilangkan aktivitas ini adalah dengan membuat perubahan pada

prosedur operasi menjadi lebih sederhana dan mudah, seperti membuat

layout baru, koordinasi dengan supplier dan membuat standar aktivitas.

o Value Adding merupakan aktivitas yang mampu memberikan nilai tambah

di mata customer pada suatu material atau produk yang diproses. Aktivitas

untuk memproses raw material atau semi-finished product melalui

penggunaan manual labor. Contohnya adalah proses sub-assembly,

(24)

2.1.2 Jenis – Jenis Wastes

Untuk menciptakan proses produksi yang efektif dan efisien pemahaman

terhadap ketiga operasi tersebut sangat penting. Hal utama yang menjadi perhatian

adalah Non-Value Adding dan Necessary but Non-Value Adding, artinya sedapat

mungkin aktivitas tersebut dikurangi atau dihilangkan. Dalam aktivitas tersebut

seringkali menimbulkan waste. Menurut Gazpers (2007) terdapat Sembilan waste

dalam proses produksi yang didefinisikan dengan istilah E-DOWNTIME©

1. E Environmental, Health, and Safety

5. N Not Utilizing Employees Knowledge, Skills, and Abilities

6. T Transportation

7. I Inventories

8. MMotion

9. EExcess Processing

o Environmental, Health, and Safety, pemborosan yang terjadi akibat

kelalaian pihak – pihak tertenti dalam perusahaan untuk memahami

prosedur EHS yang ada. Dengan sikap seperti ini akan menimbulkan

dampak seringnya terjadi kecelakaan kerja. Jika permasalahan kecelakaan

tersebut terjadi, maka akan tidak sedikit biaya, waktu, dan tenaga yang

harus dikeluarkan perusahaan untuk mengatasinya. Oleh karena itu,

(25)

tindakan preventif sedini mungkin agar dapat mencegah terjadinya

kecelakaan kerja.

o Defect, berarti adalah produk yang rusak atau tidak sesuai dengan

spesifikasi, hal ini akan menyebabkan proses rework yang kurang efektif.

Tingginya complain dari konsumen, serta inspeksi level yang sangat

tinggi.

o Overproduction, pemborosan yang disebabkan produksi yang berlebihan,

maksudnya adalah memproduksi produk yang melebihi yang dibutuhakan

atau memproduksi lebih awal dari jadwal yang sudah dibuat. Bentuk dari

overproduction ini antara lain adalah aliran produksi yang tidak lancar,

tumpukan WIP yang terlalu banyak, target dan pencapaian hasil produksi

dari setiap bagian produksi kurang jelas.

o Waiting, pemborosan karena menunggu untuk proses berikutnya. Waiting

merupakan selang waktu ketika operator tidak menggunakan waktu untuk

melakukan value adding activity dikarenakan menunggu aliran produk dari

proses sebelumnya (upstream). Waiting ini juga mencakup operator dan

mesin seperti kecepatan produksi mesin dalam stasiun kerja lebih cepat

atau lambat daripada stasiun yang lainnya.

o Not Utilizing Employees Knowledge, Skills, and Abilities merupakan

suatu kondisi dimana sumber daya yang ada (operator) tidak digunakan

secara maksimal, sehingga terjadi pemborosan. Kinerja operator yang

tidak maksimal ditujukkan dengan tidak adanya aktivitas yang dilakukan

operator (menganggur) atau produktivitas rendah. Selain itu juga bisa

(26)

tertentu. Misalnya pada penempatan karyawan pada posisi tertentu dimana

skill atau riwayat pendidikan yang tidak sesuai dengan bidang kerjanya

sehingga di lapangan operator sering melakukan kesalahan kerja.

o Transportation, merupakan kegiatan yang penting akan tetapi tidak

menambah nilai dari suatu produk. Transport merupakan proses

memindahkan material atau Work In Process dari satu stasiun kerja ke

satsiun kerja yang lainnya. Baik menggunakan forklift maupun conveyor.

o Inventories, berarti persediaan yang kurang perlu. Maksudnya adalah

persediaan material yang terlalu banyak, Work In Process yang terlalu

banyak antara proses satu dengan proses yang lainnya sehingga

membutuhkan ruang yang banyak untuk menyimpannya, kemungkinan

pemborosan ini adalah buffer yang sangat tinggi.

o Motion, berarti adalah aktivitas atau pergerakan yang kurang perlu yang

dilakukan operator yang tidak menambah nilai dan memperlambat proses

sehingga lead time menjadi lama. Proses mencari komponen karena tidak

terdeteksi tempat penyimpanannya, gerakan tambahan untuk

mengoperasikan suatu mesin. Hal ini juga dapat terjadi dikarenakan layout

produksi yang tidak tepat sehingga sering terjadi pergerakan yang kurang

perlu dilakukan oleh operator.

o Excees Process, terjadi ketika metode kerja atau urutan kerja (proses)

yang digunakan dirasa kurang baik dan fleksibel. Hal ini juga dapat terjadi

ketika proses yang ada belum standar sehingga kemungkinan produk yang

rusak akan tinggi. Selain itu juga ditunjukkan dengan adanya variasi

(27)

2.1.3 Value Stream Mapping

Menurut Womack dan Jones, value stream adalah semua kegiatan (value

added atau non-value added) yang dibutuhkan untuk membuat produk melalui

aliran proses produksi utama. Value stream dapat mendeskripsikan kegiatan –

kegiatan seperti product design, flow of product, dan flow of information yang

mendukung kegiatan – kegiatan tersebut. Value Stream Mapping atau juga sering

dikenal sebagai Big Picture Mapping merupakan alat yang digunakan untuk

menggambarkan system secara keseluruhan dan value stream yang ada di

dalamnya. Alat ini menggambarkan aliran material dan informasi dalam suatu

value stream. Untuk membuat Value Stream Mapping harus diperhatikan simbol

– simbol yang digunakan, seperti pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3 Simbol yang digunakan dalam VSM

(28)

Untuk membuat Value Stream Mapping terdapat empat tahapan yaitu:

1. Mengidentifikasi famili produk dan menentukan famili produk yang akan

diamati.

2. Membuat current state map untuk famili produk yang diamati.

3. Mengembangkan future state map, yaitu kondisi yang diinginkan berdasar

kondisi existing dalam usaha pengurangan waste.

4. Mengembangkan rencana langkah kerja untuk menciptakan “value” yang

direncanakan guna mencapai future state map.

2.1.3.1 Current State Value Stream Mapping

Pembuatan current state value stream mapping merupakan dasar yang

paling utama dalam lean production karena dengan map ini waste – waste yang

terjadi dapat diketahui yang mana akan dijadikan dasar dalam analisa dan recana

perbaikannya. Untuk menggambarkan current state value stream mapping perlu

dipahami beberapa hal yaitu:

1. Identifikasi dan pemahaman kebutuhan customer.

2. Pemahaman terhadap aliran fisik produksi beserta detil – detilnya, meliputi

detil proses, setil data – data yang berkaitan dengan proses, data box, dan

inventory.

3. Gambarkan aliran material dengan memulai dari end customer (backward).

(29)

2.1.3.2 Future State Value Stream Mapping

Untuk menggambarkan future state value stream mapping yang harus

dilakukan adalah dengan melakukan analisa terhadap current state value stream

mapping, berkaitan dengan itu Rother dan Shook memberikan langkah –

langkahnya yaitu:

1. Perhitungan TAKT time berdasarkan demand dan waktu kerja yang tersedia.

2. Kembangkan continuous flow jika memungkinkan.

3. Menggunakan supermartket jika continuous flow tidak dapat diterapkan.

4. Mencoba menerapkan penjadwalan hanya untuk satu proses produksi.

5. Menciptakan “initial pull”.

6. Mencoba mengembangkan kemampuan untuk memproduksi “every part

every day” di dalam proses sebelum proses pacemaker.

2.1.3.3 Big Picture Mapping

Big Picture Mapping adalah suatu tool yang digunakan untuk

menggambarkan suatu sistem secara keseluruhan beserta aliran nilai (Value

Stream) yang terdapat dalam perusahaan. Sehingga nantinya diperoleh gambaran

mengenai aliran informasi dan aliran fisik dari sistem yang ada, mengidentifikasi

dimana terjadinya waste, serta mnggambarkan lead time yang dibutuhkan

berdasar dari masing-masing karakteristik proses yang terjadi. Peta ini tentunya

dibuat untuk suatu produk atau pelanggan tertentu yang sudah diidentifikasikan

(30)

Untuk melakukan pemetaan terhadap aliran informasi dan material

atau produk secara fisik, kita dapat menerapkan big picture mapping dengan 5

fase:

1. Phase 1 : Customer requirements

Menggambarkan kebutuhan konsumen. Mengidentifikasi jenis dan jumlah

produk yang diinginkan customer, timing, munculnya kebutuhan akan produk

tersebut, kapasitas dan frekuensi pengirimannya, packaging serta jumlah

persediaan yang disimpan untuk keperluan customer.

2. Phase 2 : Information flows

Menggambarkan aliran informasi dari konsumen ke supplier yang berisi

antara lain: peramalan dan informasi pembatalan supply oleh customer, orang

atau departemen yang memberi informasi ke perusahaan, berapa lama

informasi muncul sampai diproses, informasi apa yang disampaikan kepada

supplier serta pesanan yang disyaratkan.

3. Phase 3 : Physical flows

Menggambarkan aliran fisik yang dapat berupa : langkah-langkah utama

aliran material dan aliran produk dalam perusahaan, waktu yang dibutuhkan,

waktu penyelesaian tiap-tiap operasi, berapa banyak orang yang bekerja

disetiap workplace, berapa lama waktu berpindah yang dibutuhkan untuk

berpindah dari satu workplace ke workplace yang lain, berapa jam per hari

tiap workplace beroperasi, titik bottleneck yang terjadi dan lain-lain.

4. Phase 4 : Linking physical and information flows

Menghubungkan aliran informasi dan aliran fisik dengan anak panah yang

(31)

dihasilkan, dari dan untuk siapa informasi dan instruksi dikirim, kapan dan

dimana biasanya terjadi masalah dalam aliran fisik.

5. Phase 5 : Complete map

Melengkapi peta atau gambar aliran informasi dan aliran fisik dilakukan

dengan menambahkan lead time dan value adding time dari keseluruhan

proses dibawah gambar aliran yang dibuat.

Simbol-simbol yang digunakan dalam Big Picture Mapping adalah sebagai

berikut:

Gambar 2.4 Simbol-simbol Big Picture Mapping

(http:/lean.org)

2.1.4 Value Stream Analysis Tools (VALSAT)

VALSAT merupakan tool yang dikembangkan oleh Hines&Rich (2005)

untuk mempermudah pemahaman terhadap value stream mapping yang ada dan

untuk mempermudah membuat perbaikan berkenaan dengan waste yang terdapat

dalam value stream. VALSAT merupakan sebuah pendekatan yang digunakan

dengan melakukan pembobotan waste, kemudian dari pembobotan tersebut

dilakukan pemilihan terhadap tool dengan menggunakan matrik. Untuk lebih

Jadwal mingguan customer I

Q

Supplier / Customer Titik Persediaan Kotak Informasi Aliran Informasi Aliran Fisik

Aliran fisik antar

Perusahaan Kotak Waktu Titik Inspeksi Stasiun Kerja DenganWaktu

Aliran Informasi

Total production Lead Time = 22.75 jam Value Adding Time (lower line) = 2.25 jam

(32)

jelasnya berikut detil dari ketujuh tool yang dikemukakan oleh Hines&Rich

(2005) dalam VALSAT:

1. Proses Activity Mapping

Pada dasarnya tool ini digunakan untuk me-record seluruh aktivitas dari suatu

proses dan berusaha untuk mengurangi aktivitas yang kurang penting,

menyederhanakannya, sehingga dapat mengurangi waste. Dalam tool ini

aktivitas dikategorikan dalam beberapa kategori seperti: operation, transport,

inspection, dan storage. Selain aktivitas, tool ini juga me-record mesin dan

area yang digunakan dalam operasi, serta jarak perpindahan, waktu yang

dibutuhkan , dan jumlah operator. Dalam proses penggunaan tool tersebut

peneliti harus memahami dan melakukan studi berkaitan dengan aliran proses,

selalu berpikir untuk mengidentifikasi waste, berpikir untuk tentang aliran

proses yang sederhana, efektif dan smooth dimana hal tersebut dapat dilakukan

dengan mengubah urutan proses atau process rearrangement (Hines&Rich,

2005).

2. Supply Chain Response Matrix

Tool ini meruoaka sebuah diagram sederhana yang berusaha menggambarkan

the critical lead time constraint untuk setiap bagian proses dalam supply

chain, yaitu cumulative lead time di dalam distribusi sebuah perusahaan baik

supplier-nya dan downstream retailer-nya. Diagram ini terdapat dua axis

dimana untuk vertical axis menggambarkan rata – rata jumlah inventory (hari)

dalam setiap bagian supply chain. Sedangkan untuk horizontal axis

(33)

3. Production Variety Funnel

Teknik pemetaan secara visual dengan cara melakukan plot pada sejumlah

produk yang dihasilkan dalam setiap tahap proses manufaktur. Teknik ini dapat

digunakan untuk mengidentifikasi titik mana sebuah produk generic diproses

menjadi beberapa produk yang spesifik, dapat menunjukkan area bottleneck

pada desain proses.

4. Quality Filter Mapping

Quality filter mapping merupakan tool untuk mengidentifikasidimana terdapat

problem kualitas. Hasil dari pendekatan ini menunjukkan dimana tiga tipe

defect terjadi. Ketiga tipe defect tersebut adalah product defect (cacat fisik

produk yang lolos ke customer), service defect (permasalahan yang dirasakan

customer berkaitan dengan cacat kualitas pelayanan), dan internal defect (cacat

masih berada dalam internal perusahaan, sehinggaberhasil diseleksi dalam

tahap inspeksi). Ketiga tipe defect tersebut digambarkan secara latotudinaly

sepanjang supply chain.

5. Demand Amplification Mapping

Merupakan diagram yang menggambarkan bagaimana demad berubah – ubah

sepanjang jalur supply chain dalam interval waktu tertentu. Informasi yang

dihasilkan oleh diagram ini merupakan dasar untuk mengatur fluktuasi dan

menguranginya., membuat keputusan berkaitan dengan value stream

configuration. Dalam diagram ini vertival axis menggambarkan jumlah

demand dan horizontal axis menggambarkan interval waktu, grafik didapatkan

(34)

6. Decision Point Analysis

Merupakan tool yang digunakan untuk menentukan titik dimana actual demand

dilakukan dengan system pull sebagai dasar untuk membuat peramalan pada

sistem push pada supply chain atau dengan kata lain titik batas dimana produk

dibuat berdasarkan actual demand dan setelah titik ini selanjutnya produk harus

dibuat dengan melakukan peramalan. Dengan tool ini dapat diukur kemampuan

dari porses upstream dan downstream berdasarkan titik tersebut, sehingga

dapat ditentukan filosofi pull atau push yang sesuai. Selain itu juga dapat

digunakan sebagai scenario apabila titiktersebut digeser dalam sebuah value

stream mapping.

7. Physical Structure Mapping

Tool ini digunakan untuk memahami kondisi dan fungsi – fungsi bagian –

bagian dari supply chain untuk berbagai level industri. Dengan pemahaman

tersebut dapat dimengerti kondisi industri tersebut, bagaimana beroperasi dan

dapat memberikan perhatian pada level area yang kurang diperhatikan. Untuk

level yang lebih kecil tool ini dapat menggambarkan inbound supply chain di

lantai produksi. Pemahaman terdapat fungsi – fungsi di dalam inbound supply

chain tersebut dan memberikan pemahaman berkaitan dengan inefisiensi

bagian produksi.

2.1.4.1 Penggunaan VALSAT

Dari ketujuh tool tersebut akan digunakan dalam usaha untuk memahami

kondisiyang terjadi di lantai produksi. Penggunaan tool tersebut dilakukan dengan

(35)

penting dalam pemilihan tool yang sesuai denga kondisi yang bersangkutan

adalah melakukan pembobotan waste. Pembobotan ini merupakan hal yang sangat

penting sekali menurut Hines&Rich (2005) karena dengan pembobotan waste

yang sempurna maka tool yang digunakan juga tepat sehingga mudah dalam

melakukan usulan perbaikan. Kemudian dilakukan pemilihan dengan

menggunakan matrik. Matrik ini dikemukakan oleh Hines&Rich (2005) dalam

program LEAP.

Gambar 2.5 Matriks VALSAT

(http:/lean.org)

Dimana:

Kolom A : Berisi 9 waste dalam perusahaan.

Kolom B : Berisi 7 tool pada value stream mapping (Process activity mapping,

Supply chain response matrix, Production variety funnel, Quality

filter mapping, Demand amplification mapping, Decision point

analysis dan Physical structure mapping).

(36)

Kolom D : Bobot dari 9 waste.

Kolom E : Berisi pembobotan dari masing-masing waste yang didapat dari

kuesioner yang diisi oleh manajer dan supervisor terkait.

Sedangkan untuk bagian F diisi dengan melakukan perkalian antar bobot

waste dengan nilai korelasi antar waste dengan masing – masing tools. Dimana

korelasi setiap waste terdapat korelasi high dengan nilai Sembilan (9), medium

dengan nilai tiga (3), dan low dengan nilai satu (1). Nilai korelasi yang dibuat oleh

Hines&Rich (2005) dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Tabel korelasi waste terhadap tools

(http:/lean.org)

2.2 Stopwatch Time Study

Stopwatch time study merupakan metode pengukuran waktu kerja dengan

menggunakan jarum henti dan dilakukan secara pengamatan langsung di

lapangan. Metode ini sangat cocok sekali untuk kegiatan yang repetitif. Hasil dari

pengukuran ini berupa waktu baku untuk menyelesaikan suatu siklus pekerjaan,

(37)

bagi semua pekerja yang akan melaksanakan pekerjaan yang sama dan output

standar (Sritomo Wignjoesoebroto, 2000). Pelaksanaan pengukuran kerja secara

sistematis adalah sebagai berikut:

1. Persiapan berkaitan dengan maksud dan tujuan pengukuran.

2. Pembagian siklus kerja menjadi elemen kerja, dengan memperhatikan

kemungkinan pengukurannya.

3. Pengamatan dan pengukuran di lapangan.

4. Uji kenormalan, keseragaman, dan kecukupan.

5. Perhitungan waktu normal, waktu standard.

o Waktu Normal

Waktu Normal (Wn) = waktu rata–rata performance rating

o Waktu Baku

2.2.1 Skill dan Effort Rating

Charles E. Bedaux memperkenalkan suatu sistem untuk pembayaran upah

atau pengendalian tenaga kerja. Sistem ini berdasarkan pengukuran kerja dan

waktu baku yang dinyatakan dengan angka ”Bs”. Prosedur pengukuran kerja yang

dibuat meliputi kecakapan (skill) dan usaha yang ditunjukkan operator pada saat

bekerja, disamping juga mempertimbangkan kelonggaran (allowances) waktu

lainnya. Di sini angka 60 Bs ditetapkan sebagai performance standard yang harus

dicapai oleh operator dengan kecepatan normal untuk per jamnya dan pemberian

(38)

2.2.2 Westing House System’s Rating

Westing House Company (1927) juga ikut memperkenalkan sistem yang

dianggap lebih lengkap dibandingkan dengan sistem yang ada sebelumnya. Di

sini selain kecakapan (skill) dan usaha (effort) yang dinyatakan oleh Charles E.

Bedaux sebagai factor yang mempengaruhi performance manusia, maka Westing

House menambahkan lagi dengan kondisi kerja (working condition) dan

consistency dari operator di dalam melakukan kerja. Tabel dari performance

rating tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Performance Rating dengan Sistem Westing House

(39)

Untuk ini Westing House telah berhasil membuat tabel performancerating

yang berisikan nilai – nilai angka yang berdasarkan tingkatan yang ada untuk

masing – masing faktor. Untuk menormalkan waktu yang ada maka hal ini

dilakukan dengan jalan mengalikan waktu yang diperoleh dari pengukuran kerja

dengan jumlah ke empat rating faktor yang dipilih sesuai dengan performance

yang ditunjukkan oleh operator (Sritomo Wignjoesoebroto, 2000).

2.3 Cost Time Profile

CTP merupakan sebuah grafik yang menggambarkan akumulasi biaya

yang telah dikeluarkan selama proses manufaktur sebuah produk pada setiap unit

waktu selama proses tersebut. Cara penggambaran ini mengikutsertakan

penggunaan sumber daya (resources) sepanjang waktu, diawali dari proses

produksi dijalankan sampai dengan perusahaan memperoleh ganti dari sumber

daya yang telah diinvestasikan tersebut melalui penjualan produk. Gambar

cost-time profile seperti pada Gambar 2.6.

Gambar 2.6 Cost-time profile

(40)

Wilayah (area) di bawah CTP disebut dengan CTI (cost time investment)

karena daerah tersebut menggambarkan berapa banyak uang yang telah dilibatkan

dalam proses manufaktur dan untuk berapa lama uang tersebut akan kembali dari

penjualan. Kemudian akan dikenal hubungan antara investasi tersebut karena CTI

melibatkan dua komponen utama dalam keuangan (financial) yaitu uang dan

waktu.

Menurut Rivera&Chen (2007) grafik CTP memiliki beberapa elemen

berbeda sebagai berikut:

1. Aktivitas. Ada dua asumsi berkenaan dengan aktivitas, yang pertama adalah bahwa biaya yang diakibatkan oleh aktivitas (kecuali untuk material)

dikeluarkan secara kontinu, mulai daari awal aktivitas sampai dengan berakhir.

Asumsi kedua adalah berkaitan dengan penggunaan material (bahan baku),

bahan baku harus siap untuk digunakan sebelum proses tersebut dimulai,

selanjutnya diasumsikan juga bahwa bahan baku dikeluarkan sebelum aktivitas

tersebut dimulai (lebih jelasnya pada poin selanjutnya). Aktivitas digambarkan

digambarkan dengan garis miring.

2. Material (bahan baku). Bahan baku digambarkan pada CTP dengan garis vertikal. Alasannya adalah karena bahan baku diterima pada saat itu juga dan

biayanya ditambahkan pada harga produk. Bahan baku harus sudah siap

sebelum aktivitas dimulai, tapi bahan baku hanya bisa dikeluarkan pada proses

(dan menambah biaya) hanya pada saat dibutuhkan (just in time) atau pada saat

awal proses (semua bahan baku yang dibutuhkan untuk produk dikeluarkan

bersamaan dengan sebelum dimulainya aktivitas pertama). Sekali bahan baku

(41)

bagian dari akumulasi biaya karena biaya tersebut tidak dapat digantikan

sampai dengan produk terjual.

3. Menunggu. Ini adalah suatu keadaan pada proses dimana tidak ada aktivitas yang terjadi. Asumsi dasar yang digunakan adalah ketika sebuah produk

menunggu, maka tidak ada akumulasi biaya yang terjadi. Meskipun asumsi ini

mungkin dapat dengan mudah diganti, harus diingat bahwa CTP hanya

berfokus pada biaya langsung, bukan biaya overhead. Menunggu akan

digambarkan pada grafik dengan garis horizontal (slope 0). Bagaimanapun

menunggu sangat penting untuk digambarkan karena berpengaruh sebagai

non-value-adding time pada proses manufaktur. Menunggu akan mempengaruhi

elemen waktu, yaitu akan memperpanjang waktu dari investasi produk sebelum

biaya digantikan dari hasil penjualan.

4. Total cost. Biaya total merupakan penambahan dari semua biaya langsung yang terlibat dalam proses manufaktur produk, tanpa mempertimbangkan efek

CTI dan nilai mata uang. Total cost merupakan tinggi grafik pada saat siklus

berakhir dan biaya akan digantikan melalui penjualan.

5. CTI. Merupakan daerah di bawah CTP profile yang menggambarkan berapa banyak dan berapa lama biaya akan terakumulasi selama proses manufaktur.

Ini merupakan komposisi yang terdiri dari faktor waktu dan biaya. CTI

memiliki implikasi pada biaya langsung dari produk dan anggaran modal kerja

(42)

6. Biaya langsung. Karena CTI merupakan investasi aktual, biaya ini dapat ditetapkan dengan mengalikan dengan bunga yang tepat (IRR). Biaya langsung

merupakan biaya total ditambahkan dengan biaya investasi dengan rumusan

sebagai berikut :

Direct cost = total cost + (cost-time investment * cost of money rate)

2.3.1 Membangun CTP

Untuk membentuk sebuah CTP, harus diketahui beberapa hal. Yang

pertama adalah bahwa harus diketahui kapan setiap elemen dari CTP terjadi

(aktivitas, menunggu, dan pengeluaran bahan baku). Juga dibutuhkan untuk

mengetahui berapa banyak biaya yang dikeluarkan untuk setiap proses (elemen).

Dengan dua poin tersebut kita dapat menentukan berapa banyak uang yang harus

dikeluarkan sebagai biaya dalam setiap unit waktu pada proses. Akhirnya, akan

didapatkan biaya dan membentuk CTP dengan akumulasi biaya untuk setiap

satuan waktu, dan menyajikan informasi tersebut dalam bentuk grafik. Area di

bawah kurva menggambarkan CTI.

1. Kapan elemen-elemen CTP terjadi?

Perusahaan harus memiliki sebuah peta yang berisi proses produksi, secara

spesifik aktivitas apa saja, pelepasan bahan baku, dan menunggu terjadi. Jika tidak

tersedia, maka menjadi sangat penting untuk mendokumentasikan proses tersebut,

atau dilakukan dengan menyusun sebuah VSM. Pada poin ini, perusahaan tidak

perlu menjamin CTI terbaik yang bisa tercapai. Setelah tahap ini selesai, kita

harus memiliki jadwal terencana yang menunjukkan kapan elemen pada CTP

(43)

Dalam aplikasinya, perusahaan bisa menyusun sebuah aliran proses produksi yang

sebelumnya disusun dalam project network information seperti pada Tabel 2.3

dan digambarkan pada project network seperti pada Gambar 2.7 sebagai berikut.

Tabel 2.3 Project Network Information

Gambar 2.7 Simple Project Network

(Journal of ICIEOM;Duque, Cadavid, Chen; 2007)

2. Berapa banyak biaya yang dibutuhkan untuk setiap elemen CTP?

o Pelepasan bahan baku: biaya untuk pelepasan material merupakan

keseluruhan dari perusahaan.

o Aktivitas: biaya aktivitas termasuk biaya operator dan sumber daya yang

digunakan untuk menjalankan aktivitas tersebut. Biaya per unit waktu

untuk operator dan sumber daya harus diketahui dari perusahaan dan

ditentukan berdasarkan metode yang dipilih perusahaan. Sekali lagi, biaya

(44)

o Menunggu: menunggu tidak menambah biaya dalam akumulasi biaya.

Akan tetapi, memiliki efek pada CTI karena memperluas area di bawah

kurva CTP, menunda pengembalian biaya melalui penjualan, kemudian

membuat CTI menjadi lebih besar. Selain itu,aktivitas ini akan

meningkatkan biaya langsung dari produk.

o Biaya-biaya dari setiap aktivitas pada tiga poin sebelumnya akan

digambarkan dalam Gantt Chart beserta detail waktu prosesnya seperti

pada Gambar 2.8.

Gambar 2.8 Gantt Chart

(Journal of ICIEOM;Duque, Cadavid, Chen; 2007)

3. Berapa banyak akumulasi biaya pada setiap unit waktu?

Pada tahap 1 kita akan menentukan kapan elemen CTP terjadi, dan pada

tahap 2 akan ditemukan berapa besar biaya elemen tersebut. Mengkombinasikan

dua macam data tersebut dapat dihitung berapa banyak biaya yang ditambahkan

pada setiap unit waktu. Untuk tujuan ini, akan ditentukan unit waktu sebagai

elemen langsung. Kemudian akumulasi biaya untuk setiap unit waktu

digambarkan dalam bentuk grafik, kemudian terbentuklah CTP. CTI ditentukan

dengan menambah akumulasi biaya pada setiap unit waktu dari semua durasi

(45)

Dari Gantt Chart yang telah disusun dihitung akumulasi biaya yang terjadi

dan dibentuk cost-time profile dari project tersebut seperti pada Tabel 2.4 dan

Gambar 2.9.

Tabel 2.4 Akumulasi Biaya dari Setiap Unit Waktu

(Journal of ICIEOM;Duque, Cadavid, Chen; 2007)

Gambar 2.9 Project’s Cost Time Profile

(Journal of ICIEOM;Duque, Cadavid, Chen; 2007)

2.4. Dasar - Dasar Simulasi 2.4.1. Konsep Dasar Simulasi

Menurut Oxford American Dictionary , simulasi adalah sebuah cara yang

digunakan untuk reproduce atau meniru dari kondisi sebuah situasi sistem sebagai

sebuah model yang digunakan sebagai pembelanjaran, tes, maupun training. Atau

menurut Harell et al (2003), simulasi sebagai suatu cara untuk menghasilkan

(46)

Pengertian umum tentang simulasi adalah suatu metodologi untuk

melaksanakan suatu percobaan dengan menggunakan model dari suatu sistem

nyata. Sedangkan ide dasarnya adalah menggunakan beberapa perangkat untuk

meniru sistem nyata guna mempelajari serta memahami sifat-sifat, tingkah laku

(perangai) dari sistem nyata untuk maksud perancangan sistem atau perubahan

tingkah laku (perangai) sistem.

Telah lama metode simulasi digunakan dalam membantu memecahkan

persoalan-persoalan dalam berbagai bidang kehidupan. Pada ilmu murni, simulasi

sering digunakan dalam mengestimasikan luas area suatu kurva, studi perpindahan

partikel, invers matriks dan lain sebagainya. Selain itu simulasi juga digunakan

secara luas pada permasalahan-permasalahan dunia industri, pengembangan

pedesaan, sistem informasi pelabuhan udara, strategi militer, strategi pasar dan

masih banyak lagi yang lainnya

Simulasi adalah proses merancang model dari suatu sistem yang

sebenarnya, mengadakan percobaan – percobaan terhadap model tersebut dan

mengevaluasi hasil percobaan tersebut. Jadi simulasi merupakan metode

penelitian yang eksperimental.

Tujuan dalam pembuatan simulasi antara lain:

 Memahami perilaku system

 Membuat teori-teori atau hipotesa tentang sistem amatan

 Menggunakan teori-teori atau hipotesa tersebut untuk memperkirakan perilaku

(47)

2.4.2 Sistem

Menurut Harell et al (2003), sistem didefinisikan sebagai kumpulan dari

berbagai elemen yang saling berhubungan untuk mencapai tujuan yang

diinginkan. Dari definisi tersebut terdapat tiga point utama yaitu: sistem terdiri

dari banyak elemen, elemen tersebut saling berhubungan dan bekerja sama, sistem

mempunyai tujuan yang akan dicapai. Dalam sistem, simulasi dapat

diklasifikasikan sebagai berikut :

Gambar 2.10 Klasifikasi Model Simulasi

(“Sistem Simulasi Industri”, Sumiati, 2008.)

2.4.3 Langkah – Langkah Dalam Proses Simulasi

Semua simulasi yang baik memerlukan perencanaan dan organisasi yang

baik. Pada umumnya terdapat 5 langkah pokok yang diperlukan dalam

menggunakan simulasi (P. Siagian, 1987 ) yaitu :

1. Tentukan sistem atau persoalan yang hendak disimulasi .

SISTEM

Eksperimen Dengan Sistem Sebenarnya

Eksperimen dengan menggunakan model sistem

Model Fisik Model Matematik

(48)

Ini mencakup penentuan : - lingkungan

- tujuan

- karakteristik

2. Kembangkan model simulasi yang hendak digunakan.

3. Ujilah model dan bandingkan tingkah lakunya dengan tingkah laku dari sistem

nyata, kemudian berlakukanlah model simulasi ini.

4. Rancang percobaan – percobaan simulasi.

5. Jalankan simulasi dan analisis data.

2.4.4 Model

Menurut Harell et al (2003), terdapat beberapa pengertian dan tujuan dari

pembuatan model, yaitu:

o Model adalah representasi dari kenyataan yang disederhanakan. Model

simulasi merupakan hasil dari pengubahan dari konsep model kondisi real.

o Eksperimen yang dilakukan pada sistem secara langsung akan membutuhkan

biaya dan usaha yang cukup besar.

o Waktu yang digunakan untuk percobaan pada model jauh lebih singkat

dibandingkan dengan pecobaan pada sistem scara langsung.

o Dalam uji coba mengunakan model, resiko yang dihadapi akan lebih aman

daripada uji coba langsung pada sistem sebenarnya.

o Model dari sistem dapat digunakan untuk menjelaskan, memahami dan

memperbaiki sistem tersebut.

(49)

Model – model simulasi dapat dikelompokkan ke dalam beberapa

penggolongan, antara lain :

1. Model Simulasi Stokhastik

Model ini kadang – kadang juga disebut sebagai model simulasi Monte Carlo.

Istilah Monte Carlo dalam simulasi mulai diperkenalkan oleh Compte de

Buffon pada tahun 1977 dan pemakaiannya pada sistem nyata dimulai selama

perang dunia II, dipakai untuk merancang pelindung nuklir yang ditembus

oleh neutron pada berbagai material. Masalah ini sulit dipecahkan dengan

analitik dan rumus pula untuk eksperimen langsung, sehingga dipakailah

bilangan random untuk memecahkannya. Teknik ini dinamakan Monte Carlo

karena dasarnya sama seperti permainan judi. Sedangkan Monte carlo adalah

kota judi terbesar di dunia. Di dalam proses stokhastik sifat – sifat keluaran (

output ) dari proses ditentukan berdasarkan dan merupakan hasil dari konsep

random ( acak ).

2. Model Simulasi Deterministik

Pada model ini tidak diperhatikan unsur random, sehingga pemecahan

masalahnya menjadi lebih sederhana. Contoh aplikasi dari model ini adalah

dalam dispatching, line balancing, sequence dan plant layaout.

3. Model Simulasi Dinamik dan Statik

Model simulasi yang dinamik adalah model yang memperhatikan perubahan –

perubahan nilai dari variabel – variabel yang ada kalau terjadi pada waktu

yang berbeda. Tetapi model statik tidak memperhatikan perubahan. Perubahan

ini, contoh dari model simulasi yang statik adalah line balancing dan plant

(50)

4. Model Simulasi Heuristik

Model yang heuristik adalah model yang dilakukan dengan cara coba – coba,

kalau dilandasi suatu teori masih bersifat ringan, langkah perubahannya

dilakukan berulang – ulang dan pemilihan langkahnya bebas, sampai

diperoleh hasil yang lebih baik, tetapi belum tentu optimal.Model stokhastik

adalah kebalikan dari model deterministik, dan model statik kebalikan dari

model dinamik.

2.4.5 Antrian

Antrian terjadi apabila terjadi suatu event dimana kedatangan entities

pada suatu sistem, dimana sistem tersebut sedang masihmemproses entity

sebelumnya. Dalam konsep antrian terdapat beberapa istilah yang harus dipahami,

yaitu waktu tunggu dan waktu antar kedatangan.

Antrian adalah suatu kejadian yang biasa dalam kehidupan sehari–hari.

Studi tentang antrian bukan merupakan hal yang baru. Antrian timbul disebabkan

oleh kebutuhan akan layanan melebihi kemampuan (kapasitas) pelayanan atau

fasilitas layanan, sehingga pengguna fasilitas yang tiba tidak bisa segera mendapat

layanan disebabkan kesibukan layanan.

Pada banyak hal, tambahan fasilitas pelayanan dapat diberikan untuk

mengurangi antrian atau untuk mencegah timbulnya antrian. Akan tetapi biaya

karena memberikan pelayanan tambahan, akan menimbulkan pengurangan

keuntungan mungkin sampai di bawah tingkat yang dapat diterima. Sebaliknya,

sering timbulnya antrian yang panjang akan mengakibatkan hilangnya pelanggan /

(51)

Salah satu model yang sangat berkembang sekarang ini ialah model

matematika. Umumnya, solusi untuk model matematika dapat dijabarkan

berdasarkan dua macam prosedur, yaitu : analitis dan simulasi. Pada model

simulasi, solusi tidak dijabarkan secara deduktif.

Sebaliknya, model dicoba terhadap harga – harga khusus variabel jawab

berdasarkan syarat– syarat tertentu (sudah diperhitungkan terlebih dahulu),

kemudian diselidiki pengaruhnya terhadap variabel kriteria. Karena itu, model

simulasi pada hakikatnya mempunyai sifat induktif. Misalnya dalam persoalan

antrian, dapat dicoba pengaruh bermacam – macam bentuk sistem pembayaran

sehingga diperoleh solusi untuk situasi atau syarat pertibaan yang mana pun.

2.4.6 Matrik Performansi Sistem

Matrik adalah ukuran yang digunakan untuk mengetahui performansi dari

suatu sistem Harell et al (2003). Metrik ini akan dijadikan dasar evaluasi terhadap

sistem yang dipelajari. Matrik yang digunakan dalam simulasi biasanya adalah

flow time, yaitu waktu rata-rata yang digunakan sistem untuk memproses satu item

atau customer. Utilisasi, merupakan nilai yang menunjukan nilai yang

menunjukan presentasi dari operator, peralatan dan resource lainnya dalam

keadaan produktif.

Value added time adalah waktu yang digunakan untuk sebuah item

mendapatkan nilai tambah, nilai yang harus dibayar customer. Waiting time

adalah waktu tunggu dari suatu item, dari item tersebut datang sampai saat akan

diproses. Inventory level adalah jumlah item yang melalui sistem dalam setiap

(52)

2.4.7 Simulasi ARENA

Merupakan proses mendesain dan membuat model terkomputerisasi untuk

real system atau pebaikan real system untuk memberikan pemahaman terhadap

perilaku sistem. Adapun dasar – dasar dari software ARENA antara lain:

Entity

Merupakan item yang diproses dalam suatu system.

• Variabel

Dalah karakteristik dari suatu system. Dalam ARENA terdapat dua variable

yaitu build in dan user defined.Build in variable contohnya adalah waktu antri,

jumlah resource yang sibuk dll. User defined merupakan variabel tambahan

yang dibuat oleh user seperti waktu kerja.

• Atribut

Merupakan karakteristik yang melekat pada suatu entities yang membedakan

dengan entities yang lainnya.

Resource

Resource merupakan sesuatu dimana aktivitas untuk entity dilakukan. Resource

dapat berupa operator, mesin dan peralatan yang lainnya.

Queue

Ketika entity tidak dapat dipindahkan, karena resource sedang memproses

entity yang lainnya sehingga membutuhkan tempat, ini merupakan tujuan dari

antrian.

Statistical accumulators

(53)

Events

Sesuatu yang terjadi ketika simulasi dijalankan yang mengakibatkan terjadi

perubahan atribut, variabel dan statistical accumulators. Events ada tiga yaitu:

Arrival, Departure and The End.

2.5 Verifikasi dan Validasi

Verifikasi merupakan proses untuk meyakinkan bahwa implementasi

komputer dari sebuah model adalah bebas error. Verifikasi model merupakan

proses untuk menentukan bahwa model konseptual telah menggambarkan real

system. Sedangkan validasi merupakan proses untuk meyakinkan bahwa model

dan data benar-benar mampu mewakili aspek-aspek penting dari sistem secara

tepat dan akurat. Jadi validasi merupakan proses membandingkan model dengan

real system, langkah ini sangat perlu dilakukan mengingat program komputer

yang bebas error tidak selalu mampu memberikan model yang valid. Menurut

Harell et al (2003), model dikatakan valid apabila model merepresentasikan

kondisi real system. Salah satu metode yang digunakan dalam proses validasi

adalah dengan menggunakan hipotesa guna membandingkan hasil simulasi

dengan kondisi aktualnya.

Berikut hpotesa yang digunakan dalam proses validasi:

:

µ

1 =

µ

2

:

µ

1 =

µ

2

Artinya dengan nilai α tertentu adalah kondisi dimana µ

1 dan µ2 berbeda secara

signifikan, sedangkan kondisi dimana

µ

1 dan

µ

2 tidak berbeda secara

(54)

2.6 Lean dan Simulasi

Lean dan simulasi merupakan hal yang sangat terkait. Untuk penerapan

lean, simulasi adalah tool tambahan yang sangat penting. Menurut Standrige et al

(2006), simulasi merupakan tool yang sangat penting untuk mengetahui

implementasi lean. Dari berbagai penelitian yang dilakukan menunjukan bahwa

terdapat hubungan antara analisis lean, simulasi dan six sigma. Beberapa alasan

lean menggunakan simulasi antara lain adalah

o Adanya variasi dalam proses baik secara random maupun struktural. o Data harus dianalisa untuk mengetahui perilaku sistem.

o Hubungan antara komponen sistem

o Future state mapping harus divalidasi sebelum diimplementasikan untuk

mengurangi waktu trial dan error.

o Alternatif untuk future state mapping harus diidentifikasikan dan dipikirkan

secara sistematis.

o Secara umum simulasi dibutuhkan sebagai perluasan penerapan lean untuk

mengakomodasi adanya kelemahan lean.

Secara umum menurut Marvel dan Standrige simulasi dibutuhkan sebagai

perluasan penerapan lean untuk mengakomodasi adanya kelemahan lean.

2.7 Penelitian Terdahulu

Untuk mengetahui perkembangan penelitian dengan tema lean production,

peneliti akan memberikan review dari beberapa penelitian terdahulu sehingga

dapat diketahui posisi dan perbedaan penelitian yang dilakukan saat ini dengan

(55)

o Penelitian oleh Dina Amamiyah (2006) melakukan identifikasi terhadap

pemborosan dengan menggunakan VALSAT guna mengurangi lead time

pada proses produksi dan inventory. Beberapa hal yang direkomendasikan

oleh peneliti belum mempertimbangkan konstrain dari perusahaan dan biaya.

o Penelitian oleh Suhartono (2007) melakukan identifikasi waste dengan

VALSAT, menggunakan work 29 sampling untuk mengetahui performansi

operator, waktu standar, dan output standar. Implementasi dari alternatif

perbaikan disimulasikan dengan software Arena 5. Dari hasil penelitian,

didapatkan bahwa waste yang sering terjadi adalah unnecessary inventory

dan excessive transportation. Usulan perbaikan untuk mengurangi adanya

unnecessary inventory dengan melakukan perancangan layout, yaitu

penggabungan departemen cutting dengan pengeleman menghasilkan

penurunan tingkat work in process sebesar 1413 box per hari.

o Penelitian oleh Hawien Nishfi L. (2008) melakukan identifikasi waste pada

industri sepatu dengan VALSAT, melakukan perbaikan dengan standar kerja,

memberikan rekomendasi perbaikan yang disimulasikan dengan software

Arena 5. Dari hasil penelitian, didapatkan bahwa waste mulai dari yang sering

terjadi sampai yang jarang terjadi adalah waiting, Defect & Inappropriate

processing, Unnecessary Motion, Transportasi. Usulan perbaikan untuk

mengurangi waste tersebut adalah penggunaan operator yang optimum,

Pengurangan standby stock, Penggunaan sistem kanban. Hasil running

simulasi menunjukkan bahwa usulan perbaikan terbaik adalah penggunaan

standby stock sebanyak 2 trolley dengan 3 operator pada proses stitching

(56)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di PT. Saka Agung Karya Abadi Sidoarjo,

yang berlokasi di Jl. Raya HRM Mangundiprojo No. 266 Sidoarjo. Pengambilan

data dilaksanakan dibagian produksi pada proses pembuatan box panel pada bulan

Maret 2010 sampai data itu tercukupi.

3.2 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel

Dalam identifikasi variable terdapat variabel – variabel yang didapatkan

berdasarkan dari data perusahaan yang digunakan dalam metode Lean Production

dan Cost Time Profile. Variabel – variabel tersebut adalah sebagai berikut:

3.2.1 Variabel Bebas

Variabel bebas adalah suatu variabel yang mempunyai nilai berubah –

ubah dan mempengaruhi variasi perubahan nilai variabel terikat, variabel tersebut

meliputi:

Jenis – jenis Waste (Pemborosan):

1. Environmental, Health, and Safety, pemborosan yang terjadi akibat kelalaian pihak – pihak tertenti dalam perusahaan untuk memahami prosedur EHS yang

ada. Dengan sikap seperti ini akan menimbulkan dampak seringnya terjadi

(57)

tidak sedikit biaya, waktu, dan tenaga yang harus dikeluarkan perusahaan

untuk mengatasinya.

2. Defect, tidak sesuai dengan spesifikasi, hal ini akan menyebabkan proses

rework yang kurang efektif. Tingginya complain dari konsumen, serta inspeksi

level yang sangat tinggi.

3. Overproduction, pemborosan yang disebabkan produksi yang berlebihan, maksudnya adalah memproduksi produk yang melebihi yang dibutuhakan atau

memproduksi lebih awal dari jadwal yang sudah dibuat. Bentuk dari

overproduction ini antara lain adalah aliran produksi yang tidak lancar,

tumpukan WIP yang terlalu banyak, target dan pencapaian hasil produksi dari

setiap bagian produksi kurang jelas.

4. Waiting, pemborosan karena menunggu untuk proses berikutnya. Waiting

merupakan selang waktu ketika operator tidak menggunakan waktu untuk

melakukan value adding activity dikarenakan menunggu aliran produk dari

proses sebelumnya (upstream). Waiting ini juga mencakup operator dan mesin

seperti kecepatan produksi mesin dalam stasiun kerja lebih cepat atau lambat

daripada stasiun yang lainnya.

5. Not Utilizing Employees Knowledge, Skills, and Abilities merupakansuatu kondisi dimana sumber daya yang ada (operator) tidak digunakan secara

maksimal, sehingga terjadi pemborosan. Kinerja operator yang tidak maksimal

ditujukkan dengan tidak adanya aktivitas yang dilakukan operator

(menganggur) atau produktivitas rendah. Selain itu juga bisa diakibatkan

Gambar

Gambar 2.2 Pengembangan struktur utama lean
Gambar 2.3 Simbol yang digunakan dalam VSM
Gambar 2.4 Simbol-simbol Big Picture Mapping
Gambar 2.5 Matriks VALSAT
+7

Referensi

Dokumen terkait