• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kemampuan Keuangan dalam Dinamika Desentralisasi dan Otonomi Daerah (Studi Kasus terhadap APBD Kabupaten Tabanan Tahun 2012-2014.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Kemampuan Keuangan dalam Dinamika Desentralisasi dan Otonomi Daerah (Studi Kasus terhadap APBD Kabupaten Tabanan Tahun 2012-2014."

Copied!
1
0
0

Teks penuh

(1)

Seminar Nasional Sains dan Teknologi (SENASTEK-2015), Kuta, Bali, INDONESIA, 29

30 Oktober 2015

Analisis Kemampuan Keuangan dalam Dinamika Desentralisasi dan

Otonomi Daerah

(Studi Kasus terhadap APBD Kabupaten Tabanan Tahun 2012-2014

I.P. D Yudartha, I.K. Winaya dan W.B.Nugroho FISIP Universitas Udayana-Bali

Corresponding author: p.dharmanu@gmail.com

P-PNL 171

Metode Penelitian

Dalam ini merupakan penelitian deskriptif, penelitian deskriptif dimaksudkan untuk pengukuran yang cermat terhadap fenomena sosial tertentu (Singarimbun dan Effendi 1989:4). Dalam hal ini, peneliti mengembangkan konsep dan menghimpun fakta tetapi tidak melakukan hipotesis. Sedangkan metode yang dipakai adalah metode campuran sekuensial (sequential mixed methods), metode ini menggabungkan atau memperluas penemuan yang diperoleh dari satu metode dengan penemuan metode yang lain (Creswell, 2013:22). Peneliti memulai dengan metode kuantitatif, yaitu dengan menganalisa Anggaran Pendapatan Belanja Daerah melalui instrument yang telah ditentukan. Selanjutnya dengan metode kualitatif untuk meneliti pada kondisi subyek dan obyek penelitian.

.

Kesimpulan

Berdasarkan analisis yang dilakukan, bahwa kemampuan keuangan kabupaten Tabanan dalam tiga (3) tahun terakhir masih tergantung terhadap pemerintah pusat dengan nilai ketergantungan yang cukup tinggi sehingga rasio kemandirian daerah cukup rendah. Kondisi ini tidak sesuai dengan alokasi anggaran dengan potensi daerah yang dimiliki kabupaten Tabanan yaitu pertanian. Maka untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan pembangunan berbasis potensi unggulan di Kabupaten Tabanan serta pengalokasian anggaran sesuai dengan potensi yang dimiliki.

Daftar Pustaka

Arsyad, lincolin, 1997, ekonomi pembangunan, ed III, Bagian Penerbitan STIE YKPN, Yogyakarta

Bratakusumah, D.S, Solihin, D. 2004, “Otonomi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, Gramedia, Jakarta.

Brodjonegoro, B dan Pakpahan, A.T, 2003 “evaluasi atas DAU 2001 dan permasalahnnya”, Kompas, Jakarta.

Chemma, G.S., Rondinelli, D.A. 2007, “Decentralizing Governance – Emerging Concepts and

Practices”. Brookings Institution Press, 1775 Massachusetts Avenue, N.W.

Davey, K.J, 1998. Pembiayaan Pemerintah Daerah Praktek-Praktek Internasional dan Relevansinya bagi Dunia Ketiga, Penerjemah Amanulah dkk, Jakarta: UI Press.

Halim, A., Mujib I. 2009, “Problem Desentralisasi dan Perimbangan Keuangan Pemerintahan Pusat-Daerah” . Sekolah Pascasarjana UGM, Yogyakarta

Haris, S. 2007, “Desentralisasi dan Otonomi Daerah”. LIPI Press, Jakarta

Ucapan Terima Kasih

Ucapan terimakasih kepada Rektor Universitas Udayana Prof.Dr.dr. Ketut Suastika,Sp.PD.KEMD, Ketua LPPM, Dekan FISIP dan pihak-pihak yang mendukung penulisan makalah ini

Pendahuluan

Berbicara tentang keuangan dalam konteks otonomi daerah menjadi hal penting untuk mengurus rumah tangganya sendiri dari segi pembiayaan. Sehingga menurut laksana (75:2009) bahwa dapat ditafsirkan bahwa bagi daerah yang mempunyai kemampuan keuangan lebih atau surplus, akan lebih siap dan mapan dalam penyelenggaraan otonomi daerah. Ketika berbicara manajemen pengelolaan keuangan terkait dengan anggaran di daerah yang cenderung menimbulkan over financing atau under financing. Sehingga artinya desentralisasi sebagai ladang kekayaan baru bagi elit-elit lokal. Kedua, daerah lebih pintar dalam menghabiskan anggaran yang ada tanpa sejalan dengan kebutuhan, masalah dan tuntutan yang menjadi prioritas di daerah. Kondisi lemahnya kontribusi keuangan daerah juga dialami oleh kabupaten Tabanan. Sebagai daerah basis lumbung pertanian dan pariwisata di provinsi Bali, penerimaan dari pendapatan asli daerah (PAD) belum mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD). Hal ini terlihat pada APBD 2014, kontribusi PAD hanya 16.89 % terhadap pendapatan daerah (BPS,2014). Pendapatan daerah kabupaten Tabanan lebih banyak mendapat kotribusi dari dana perimbangan yaitu Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus. Seharusnya jika melihat potensi yang ada, sektor-sektor unggulan mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pendapatan asli daerah. Kabupaten Tabanan juga mengalami permasalah terkait dengan kemampuan keuangan daerah dalam menghadapi problematika di daerah. Pada tahun 2014, salah satu permasalahan yaitu tingkat kemisikinan di Kabupaten Tabanan mencapai 5.21% sedangkan kemiskinan dari angka provinsi yang hanya 4.49% (Sanjaya, 2014). Hal ini menjadi salah satu indikasi bahwa kemampuan keuangan daerah belum mampu mengatasi kemiskinan. Permasalah tersebut dijelaskan oleh kumorotomo (2004) mengungkapkan bahwa desentralisasi fiskal sampai sejauh ini masih menitikberatkan pada aspek pembelanjaan (expenditure assignment) dan bukan aspek penerimaan (revenue assigment). Desentralisasi memang memberikan keleluasaan yang lebih besar kepada daerah untuk membelanjakan dana, tetapi ia belum terlalu signifikan dalam meningkatkan kemampuan keuangan daerah untuk menggali potensi sumber dana secara mandiri. Berkaitan dengan problematika yang ada perlu menganalisis kemampuan keuangan dan potensi ideal yang dapat meningkatkan penerimaan daerah di Kabupaten Tabanan.

1.2 Rumusan masalah :

• Bagaimana kemampuan keuangan kabupaten Tabanan dalam pelaksanaan otonomi daerah ?

• Potensi daerah apakah yang mampu meningkatkan kemampuan keuangan kebupaten Tabanan?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian :

• Untuk mengetahui dan menganalisa kemampuan keuangan kabupaten Tabanan dalam pelaksanaan otonomi daerah.

• Untuk potensi daerah kabupaten tabanan dalam meningkatkan kemampuan keuangan kabupaten Tabanan

1.3.2 Manfaat Penelitian :

Sebagai kajian bagi pemerintah Kabupaten Tabanan dalam menjalani otonomi daerah terutama dari sektor keuangan.

Sebagai bahan pertimbangan pengambil kebijakan terutama dalam meningkatkan kemampuan keuangan daerah

Hasil dan Pembahasan

Pendapatan asli daerah menjadi salah satu indikator atau indikasi berkaitan dengan kemampuan suatu daerah untuk mengelola potensi daerah menjadi pendukung dalam pembangunan. Komponen yang terdapat dalam pendapatan asli daerah yaitu : pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Kondisi yang terjadi di kabupaten Tabanan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Ketergantungan terhadap pendapatan transfer dari pemerintah pusat dan sumber pendapatan lain yang sah termasuk dana dari pemerintah provinsi memang hampir terjadi di beberapa daerah sebagai bentuk hambatan dalam pelaksanaan otonomi daerah. Permasalahan ini saling berkaitan dengan rendahnya kontribusi pendapatan asli daerah. Sedangkan dalam sisi kemandirian keuangan daerah pada kabupaten Tabanan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Mengenai anggaran daerah terutama dalam perumusannya terjadi problematika di beberapa daerah seperti diungkapkan sebelumnya. Bahwa dalam implementasinya mengalami perubahan atau tidak sesuai dengan perencanaan akibatnya realisasi tidak tercapai. Maka dalam pelaksanaan penganggaran di daerah ada kecenderungan daerah menetapkan target tidak sesuai dengan potensi penerimaannya agar terealisasi sehingga daerah mendapat kinerja positif. Kondisi ini dilakukan dengan memakai anggaran tahun sebelum sebagai acuan, hal inilah yang kajian new public management disebut dengan anggaran tradisional. Anggaran tradisonal terdiri dari dua ciri utama. Pertama, incrementalism yaitu anggaran ini hanya menambah atau mengurangi jumlah rupiah pada item-item anggaran yang telah ada sebelumnya. Kedua, Line item yaitu Metode ini tidak memungkinkan untuk menghilangkan item-item penerimaan dan pengeluaran yang telah ada dalam struktur anggaran, walaupun ada beberapa item yang sudah tidak relevan untuk digunakan pada periode sekarang.

Derajat desentralisasi digunakan untuk melihat kemampuan pemerintah daerah, semakin tinggi kontribusi pendapatan asli daerah maka semakin tinggi kemampuan pemerintah daerah dalam melaksankan desentralisasi dan otonomi daerah (Mahmudi, 2010:142). Dari tabel diatas dapat dianalisis bahwa secara mendalam terkait penyebab rendahnya derajat desentralisasi dalam tiga tahun terakhir berada pada rata-rata 18.73%. Salah satu penyebab yaitu dalam anggaran yang telah ditetapkan belum terealisasi seluruhnya, hal ini disebabkan ketika anggaran yang telah direncanakan atau ditetapkan terjadi perubahan harga atau biaya digunakan.

Referensi

Dokumen terkait

Komoditi Andalan dalam Rangka Peningkatan Pendapatan Petani di Desa sambueja, Kecamatan Simbang, Kabupaten Maros. Tasman, Aulia dan

Keyakinan; manajer (decision maker) dalam pengambilan keputusan (decision making)- nya didasarkan atas keyakinan bahwa “keputusan” (decision) inilah yang terbaik

Pengujian pemadatan tanah dilakukan dengan metode Proctor standar atau pengujian kepadatan ringan (SNI No. 1742-1989-F) dan dilakukan di laboratorium untuk mendapatkan

Model struktur DNA yang tepat ditunjukkan oleh. Enzim yang berperan dalam menyambungkan fragmen-fragmen DNA saat replikasi DNA adalah. Senyawa yang terdiri atas satu gula pentosa

The observation procedure obtains values for properties that are not characteristic of the type of the ultimate feature (e.g. measuring electrical conductivity as a proxy for

Jumlah akumulasi kompleks Hg dan Cd; kompleks Hg, Cd dan Pb yang tersebar acak di dalam jaringan sel organ hati, ginjal, insang, jaringan ikat dan disekitar pembuluh darah

Tujuan laporan akhir ini yaitu untuk mengetahui bagaimana penilaian konsumen terhadap kualitas pelayanan (studi kasus restoran bumbu desa palembang) dan untuk mengetahui

(Michael Bauer, dalam “Green Building: Guidebook for Sustainable Architecture.” ) Berdasarkan ungkapan Bauer diatas, maka yang dimaksud dengan Green Building