• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENERAPAN MODEL COLLABORATIVE LEARNING TEKNIK JIGSAW TERHADAP KETERAMPILAN KATA SISWA DALAM EKSTRAKURIKULER KARATE DI SMP NEGERI 1 CIBADAK KABUPATEN SUKABUMI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENERAPAN MODEL COLLABORATIVE LEARNING TEKNIK JIGSAW TERHADAP KETERAMPILAN KATA SISWA DALAM EKSTRAKURIKULER KARATE DI SMP NEGERI 1 CIBADAK KABUPATEN SUKABUMI."

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

oleh :

FIRMAN SEPTIADI 1001553

DEPARTEMEN PENDIDIKAN OLAHRAGA

PRODI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

(2)

PENGARUH PENERAPAN MODEL COLLABORATIVE LEARNING

TEKNIK JIGSAW TERHADAP KETERAMPILAN KATA SISWA DALAM

EKSTRAKURIKULER KARATE DI SMP NEGERI 1 CIBADAK

KABUPATEN SUKABUMI

Oleh: Firman Septiadi

Karya Ilmiah Skripsi yang Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

© Firman Septiadi 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Februari 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang

(3)

EKSTRAKURIKULER KARATE DI SMP NEGERI 1 CIBADAK

KABUPATEN SUKABUMI

Skripsi ini telah disahkan dan disetujui oleh: Pembimbing I

Drs. Andi Suntoda S, M.Pd NIP. 195806201986011002

Pembimbing II

Drs. H. Yus Solihin J, M.Ed NIP. 195003111978101001

Mengetahui, Ketua Program Studi

Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi FPOK UPI

(4)

Firman Septiadi, 2015

Pengaruh Penerapan Model Collaborative Learning Teknik Jigsaw Terhadap Keterampilan Kata Siswa Dalam Ekstrakurikuler Karate Di Smp Negeri 1 Cibadak Kabupaten Sukabumi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

PENGARUH PENERAPAN MODEL COLLABORATIVE LEARNING TEKNIK JIGSAW TERHADAP KETERAMPILAN KATA SISWA DALAM

EKSTRAKURIKULER KARATE DI SMP NEGERI 1 CIBADAK KABUPATEN SUKABUMI

Oleh : Firman Septiadi

1001553

ABSTRAK

Model collaborative learning teknik jigsaw merupakan salah satu model yang mengutamakan kerjasama melalui interaksi positif antara siswa. Latar belakang masalah dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti adalah banyaknya model yang belum diterapkan oleh pengajar sehingga berpengaruh pada gerak dasar karate khususnya keterampilan kata yang membutuhkan kerjasama. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Cibadak Kabupaten Sukabumi dengan populasi yang berjumlah sebanyak 50 siswa. Dari populasi tersebut akan dijadikan sampel sebanyak 50 siswa dengan menggunakan teknik sampling jenuh. Kelompok eksperimen terdiri dari 25 siswa dan kelompok kontrol terdiri dari 25 siswa. Analisis statistik yang digunakan adalah analisis uji t dengan uji kesamaan dua rata-rata satu pihak. Hasil perolehan nilai rata-rata pre test kelompok eksperimen memperoleh nilai 65,8 dan kelompok control memperoleh nilai 66. Setelah diterapkan model collaborative learning teknik jigsaw pada kelompok eksperimen nilai rata post test kelompok eksperimen yaitu 85,2 dan nilai rata-rata post test kelompok control melalui model konvensional memperoleh nilai 73,2.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut bahwa hipotesis diterima yaitu model collaborative learning teknik jigsaw berpengaruh secara signifikan terhadap keterampilan kata siswa.

(5)

THE EFFECT OF JIGSAW TECHNIQUES COLLABORATIVE

LEARNING MODEL TO STUDENTS KATA SKILL OF KARATE

EXTRACURICULAR IN JUNIOR HIGH SCHOOL 1 CIBADAK OF

SUKABUMI REGENCY

By :

Firman Septiadi

1001553

ABSRACT

Jigsaw techniques collaborative learning model is one of methods which is leading the cooperation by positive interaction among the students. The research problem from writters observation that was the teacher did not applied the technique so effected to karate basic skill especially kata that need the collaboration. The method that used in the research is experiment methods. This research has been done to 50 students in junior high school 1 cibadak of sukabumi regency. The student would be created 50 samples that used “sampling jenuh” technique. The groups experiment consisting of 25 students and 25 others as control groups. Static analysis that used is t analysis test with two avarage similarity one part test. The results of post test, the experiment groups score are 65,8 and control groups score are 66. After applied jigsaw techniques collaborative learning model to the experiment groups, their post test score are 85,2 and control groups by conventional model only get 73,2.

Based on the research shows that hipotesis was accepted, jigsaw techniques collaborative learning model give an effected to the students kata skill.

(6)

Firman Septiadi, 2015

Pengaruh Penerapan Model Collaborative Learning Teknik Jigsaw Terhadap Keterampilan Kata Siswa Dalam Ekstrakurikuler Karate Di Smp Negeri 1 Cibadak Kabupaten Sukabumi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 6

1.3. Rumusan Masalah... 7

1.4. Tujuan Penelitian ... 8

1.5. Batasan Masalah ... 8

1.6. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITAN ... 10

2.1. Belajar dan Pembelajaran ... 11

2.1.1. Pengertian Belajar ... 11

2.1.2. Pengertian Pembelajaran ... 12

2.2. Pengertian Model Pembelajaran ... 13

2.3.Model Collaborative Learning Teknik Jigsaw ... 15

2.3.1. Pengertian Model Collaborative Learning ... 15

2.3.2. Prinsip Collaborative Learning... 16

2.3.3. Tujuan Collaborative Learning... 17

2.3.4. Pengertian model Collaborative Learning Teknik Jigsaw ... 25

(7)

2.4. Hakikat Olahraga Karate ... 26

2.4.1. Pengertian Karate ... 26

2.4.2. Teknik Dasar Karate ... 28

2.4.3. Pengertian Kata ... 30

2.4.4. Keterampilan Kata ... 33

2.5. Hubungan Model Pembelajaran Kolaboratif Teknik Jigsaw dengan Pembelajaran Karate Nomor Kata ... 36

2.6. Kerangka Pemikiran ... 37

2.7. Hipotesis Penelitian ... 38

BAB III METODE PENELITIAN ... 40

3.1.Lokasi, Populasi Dan Sampel Penelitian ... 40

3.1.1. Lokasi ... 40

3.1.2. Populasi ... 40

3.1.3. Sampel ... 41

3.2. Desain Penelitian ... 42

3.3. Metode Penelitian... 46

3.4. Definisi Operasional... 47

3.4.1. Collaborative learning teknik jigsaw ... 48

3.4.2. Keterampilan Kata ... 48

3.5 Instrumen Penelitian... 48

3.5.1. Kriteria Penilaian ... 48

3.5.2. Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 49

3.6. Uji Instrumen ... 51

3.6.1. Uji Validitas Alat Tes ... 51

3.6.2. Uji Reliabilitas Alat Tes ... 53

3.6.3. Teknik Analisis Data ... 55

3.6.3.1. Menghitung Rata-rata (Mean) ... 55

3.6.3.2. Standar Deviation (Simpangan Baku) ... 55

(8)

Firman Septiadi, 2015

Pengaruh Penerapan Model Collaborative Learning Teknik Jigsaw Terhadap Keterampilan Kata Siswa Dalam Ekstrakurikuler Karate Di Smp Negeri 1 Cibadak Kabupaten Sukabumi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3.6.3.4. Uji Homogenitas ... 57

3.6.3.5. Uji Hipotesis ... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 59

4.1. Deskripsi Hasil Penelitian ... 59

4.2. Pembahasan Hasil Data ... 59

4.3. Hasil Pengolahaan dan Analisis Data ... 60

4.3.1. Hasil Penghitungan Rata-Rata dan Simpangan Baku ... 61

4.3.2. Hasil Penghitungan Uji Normalitas ... 62

4.3.3. Hasil Penghitungan Uji Homogenitas ... 63

4.3.4. Hasil Pengujian Uji Kesamaan Dua Rata-Rata (satu pihak) ... 64

4.4. Diskusi Penemuan ... 64

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 67

5.1. Kesimpulan ... 67

5.2. Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 69

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 71

SURAT KEPUTUSAN (SK) ... 72

PROGRAM PEMBELAJARAN ... 73

INSTRUMEN PENELITIAN ... 74

HASIL UJI INSTRUMEN ... 75

DAFTAR NILAI HASIL PRE TEST DAN POST TEST ... 76

HASIL ANALISIS DATA ... 77

BENTUK GERAKAN KATA ... 78

DOKUMENTASI ... 79

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 ... 23

Tabel 3.1 ... 42

Tabel 3.2 ... 50

Tabel 3.3 ... 54

Tabel 3.4 ... 54

Tabel 4.3.1 ... 61

Tabel 4.3.2 ... 62

Tabel 4.3.3 ... 63

(10)

Firman Septiadi, 2015

Pengaruh Penerapan Model Collaborative Learning Teknik Jigsaw Terhadap Keterampilan Kata Siswa Dalam Ekstrakurikuler Karate Di Smp Negeri 1 Cibadak Kabupaten Sukabumi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar. Pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Definisi sebelumnya menyatakan bahwa seorang manusia dapat melihat perubahan terjadi tetapi tidak pembelajaran itu sendiri. Konsep tersebut adalah teoritis, dan dengan demikian tidak secara langsung dapat diamati.

(12)

2

Firman Septiadi, 2015

Pengaruh Penerapan Model Collaborative Learning Teknik Jigsaw Terhadap Keterampilan Kata Siswa Dalam Ekstrakurikuler Karate Di Smp Negeri 1 Cibadak Kabupaten Sukabumi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Dewasa ini pendidikan jasmani mendapat perhatian yang cukup besar baik untuk meningkatkan kualitas manusia dalam kesegaran jasmani maupun untuk pencapaian prestasi. Salah satu tempat dimana siswa dapat melakukan aktivitas olahraga ialah di sekolah, selain sebagai tempat kegiatan belajar, kegiatan olahragapun dapat dilakukan di luar jam sekolah yaitu dengan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler olahraga berguna untuk meningkatkan kualitas kesegaran jasmani siswa dan dapat memperluas wawasan atau kemampuan olahraga, peningkatan dan penerapan nilai pengetahuan siswa. Ekstrakurikuler olahraga merupakan kegiatan olahraga yang dilakukan di luar jam pelajaran tatap muka dilaksanakanan di sekolah atau di luar sekolah untuk memperluas wawasan atau kemampuan, peningkatan dan penerapan nilai pengetahuan serta kemampuan olahraga”. Salah satu ektrakurikuler yang terdapat di sekolah yaitu ekstrakurikuler karate. Zaman modern sekarang ini olahraga beladiri karate sudah dikenal oleh masyarakat luas. Gichin Funakoshi (dalam Suntoda, 2012, hlm. 8) bahwa “seni beladiri ini pertama kali disebut Tote yang berarti seperti Tangan Cina kemudian Sensei Gichin Funakoshi mengubah kanji Okinawa (Tote : Tangan Cina) dalam kanji Jepang menjadi “Karate” (Tangan Kosong)”.

(13)

penting adalah memahami filosofi olahraga karate itu sendiri. Tapi yang terjadi saat ini adalah titik jenuh dalam pembelajaran karate. Yang pada akhirnya berdampak pada cara berfikir mereka, bahasa, perilaku dan pergaulan mereka yang memandang olahraga karate adalah olahraga yang membosankan. Terkadang mengenal atau sekedar mencari tahu saja tidak mau. Bisa disebut peminatnya sedikit, sehingga siswa malas untuk mempelajarinya. Banyaknya model yang belum diterapkan oleh pengajar sehingga berpengaruh terhadap gerak dasar karate khususnya keterampilan kata yang membutuhkan kerjasama. Dengan banyaknya model-model pembelajaran, inovasi dapat diterapkan pada proses pembelajaran, salah satu model pembelajaran yang dikembangkan adalah model pembelajaran kolaboratif. Sebagaimana dikemukakan oleh Barkley (dalam Barkley 2012, hlm. 4) bahwa “pembelajaran kolaboratif berarti belajar melalui kerja kelompok, bukan belajar dengan bekerja sendirian”. Menurut Matthews (dalam Barkley dkk, 2012, hlm. 8) mengemukakan bahwa:

Pembelajaran kolaboratif bisa berlangsung apabila pelajar dan pengajar bekerja sama menciptakan pengetahuan… Pembelajaran kolaboratif adalah sebuah pedagogi yang pusatnya terletak dalam asumsi bahwa manusia selalu menciptakan makna bersama dan proses tersebut selalu memperkaya dan memperluas wawasan mereka

Dalam collaborative learning terdapat teknik pembelajaran kolaboratif yang dapat diterapkan, salah satunya teknik jigsaw. Hal ini didukung oleh pendapat Barkley (2012, hlm. 236) bahwa:

(14)

4

Firman Septiadi, 2015

Pengaruh Penerapan Model Collaborative Learning Teknik Jigsaw Terhadap Keterampilan Kata Siswa Dalam Ekstrakurikuler Karate Di Smp Negeri 1 Cibadak Kabupaten Sukabumi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Berdasarkan dikemukakannya teori-teori di atas sudah sangat jelas bahwa model pembelajaran kolaboratif teknik jigsaw dapat diterapkan dalam pembelajaran beladiri, salah satunya olahraga beladiri karate. Karena dalam olahraga beladiri karate nomor kata siswa dituntut untuk bekerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran, salah satunya untuk dapat menguasai materi dalam pembelajaran olahraga beladiri karate ini yang diberikan oleh gurunya. Kuranya interaksi pun disebut-sebut sebagai salah satu faktor penyebab sulitnya dalam menghafal dan menguasai kata. Karena kata merupakan rangkaian gerakan dari beberapa teknik dasar dalam olahraga karate. Dengan diterapkannya model pembelajaran kolaboratif teknik jigsaw adalah salah satu cara yang dapat meningkatkan keterampilan kata. Pada pembelajaran kolaboratif teknik jigsaw ini setiap siswa menjadi anggota dari 2 kelompok, yaitu “kelompok jigsaw” dan “kelompok pakar”.

(15)

maka masing-masing perwakilan kembali ke kelompok asalnya (kelompok pakar) dan mulai menjelaskan dan mempraktikkan materi kata kepada teman satu kelompoknya dengan tujuan untuk menyempurnakan dari setiap rangkaian gerakan kata. Jadi, dalam teknik jigsaw ini siswa bekerja kelompok selama dua kali, yaitu dalam kelompok jigsaw dan dalam kelompok pakar. Disini siswa akan menemui permasalahan yang tahap kesukarannya bervariasi. Pengalaman seperti ini sangat penting terhadap perkembangan mental siswa tersebut dan secara tidak langsung rasa tanggung jawab terhadap kelompoknya pun akan ikut berkembang. Piaget 1991 (dalam Isjoni, 2012, hlm. 56) menyatakan bahwa “…bila menginginkan perkembangan mental maka lebih cepat dapat masuk ketahap yang lebih tinggi., supaya anak diperkaya dengan banyak pengalaman”.

(16)

6

Firman Septiadi, 2015

Pengaruh Penerapan Model Collaborative Learning Teknik Jigsaw Terhadap Keterampilan Kata Siswa Dalam Ekstrakurikuler Karate Di Smp Negeri 1 Cibadak Kabupaten Sukabumi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

kelompoknya dikelompok pakar dan diajarkan dikelompok pakar untuk menggabungkan rangkaian gerakan secara utuh. Pembagian kelompok diadakan setelah tes awal, kemudian di ranking agar siswa tidak dapat bebas membuat kelompok sendiri, karena biasanya siswa akan memilih teman-teman yang diharapkannya, misalnya sama dalam kemampuannya. Indikator peserta didik itu saling berinteraksi adalah dengan saling memperbaiki setiap gerakan yang salah dengan komunikasi dan demonstrasi yang dilakukan oleh peserta didik sesuai yang diberikan oleh pengajarnya. Ini menjadi dasar pemikiran penulis untuk meningkatkan keterampilan kata dengan menerapkan model collaborative learning teknik jigsaw kepada siswa yang mengikuti ekstrakurikuler karate di SMP Negeri 1 Cibadak tahun 2014-2015.

Sikap egois yang tinggi dikalangan siswa akan berdampak berdampak pada kurangnya interaksi dalam pembelajaran karate tersebut. Alasan penulis menggunakan model pembelajaran kolaboratif adalah karena pembelajaran kolaboratif menggalakan sikap kerja sama agar siswa dapat saling berinteraksi satu sama lain. Dengan model collaborative learning teknik jigsaw siswa mau tidak mau akan berinteraksi dengan “kelompok pakar” dan “kelompok jigsaw” untuk menyampaikan materi yang telah diberikan oleh pengajar. Pengulangan setiap gerakan dalam kata tanpa tersadari akan terus berulang hingga hafal, karena pada teknik jigsaw ini nilai individu menentukan nilai kelompok.

Dari pemaparan di atas maka penulis mengambil judul “pengaruh penerapan model collaborative learning teknik jigsaw terhadap keterampilan kata siswa dalam ekstrakurikuler karate di SMP Negeri 1 Cibadak Kabpaten Sukabumi“.

1.2. Identifikasi Masalah

(17)

diri yang mulai dikembangkan di sekolah-sekolah pada umumnya. Terbukti dengan adanya mata pelajaran pembelajaran karate dibeberapa sekolah di Sukabmi. Dalam olahraga karate terdapat salah satu materi yang dinamakan “kata” (dalam bahasa Indonesia disebut jurus). Pada pembelajaran kata siswa dituntut untuk dapat menghafal rangkaian gerakan yang sudah baku. Berdasarkan pengamatan yang peneliti lihat di lapangan pada saat proses pembelajaran berlangsung, ada permasalahan yang muncul saat dalam proses pembelajaran. Siswa cenderung sulit menghafal gerakan karena kurangnnya interaksi dalam kelas sehingga siswa belajar secara individu. Siswa lebih sering selalu menyerap informasi tentang pembelajaran kata langsung dari pengajarnnya dibandingkan bekerja sama dengan temannya. Hal tersebut selain akan menghambat menghasilkan proses pembelajaran yang maksimal, dalam kelas tersebut juga akan sangat jarang terjadi interaksi positif dari setiap siswa dalam bekerjasama untuk memaksimalkan kemampuan menampilkan gerakan kata. Maka dari itu peneliti mencoba menerapkan model collaborative learning teknik jigsaw untuk meningkatkan keterampilan kata dalam proses pembelajaran kata pada ekstrakurikuler karate di sekolah.

1.3. Rumusan Masalah

(18)

8

Firman Septiadi, 2015

Pengaruh Penerapan Model Collaborative Learning Teknik Jigsaw Terhadap Keterampilan Kata Siswa Dalam Ekstrakurikuler Karate Di Smp Negeri 1 Cibadak Kabupaten Sukabumi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

individu maupun kelompok oleh setiap siswa “kelompok pakar” kepada “kelompok jigsaw” untuk menyampaikan materi kata yang diberikan oleh pengajar guna meningkatkan keterampilan kata melalui kerja sama dalam pembelajaran karate nomor kata. Karena model pembelajaran ini menggalakkan kerja sama dalam proses pembelajarannya, maka siswa mau tidak mau akan terlibat aktif karena nilai individu menentukan nilai kelompok.

Berdasarkan uraian latar belakang dan masalah penelitian tersebut di atas, maka rumusan masalah penelitian yang diajukan adalah “Apakah penerapan model collaborative learning teknik jigsaw berpengaruh secara signifikan terhadap keterampilan kata siswa dalam ekstrakurikuler karate di SMP Negeri 1 Cibadak Kabupaten Sukabumi”

1.4. Tujuan Penelitian

Dalam setiap penelitian harus memiliki tujuan yang akan dicapai, sehingga dapat menghasilkan informasi dan hasil-hasil penelitian yang benar. Berdasarkan masalah dalam penelitian, maka tujuan yang penulis rumuskan adalah untuk mengetahui “Apakah penerapan model collaborative learning teknik jigsaw berpengaruh secara signifikan terhadap keterampilan kata siswa dalam ekstrakurikuler karate di SMP Negeri 1 Cibadak Kabupaten Sukabumi”

1.5. Batasan Masalah

Agar penelitian ini ruang lingkupnya terarah pada tujuan, maka penulis membatasi penelitian hanya pada masalah. Batasan penelitian ini yakni:

1. Variabel bebas adalah model collaborative learning teknik jigsaw 2. Variabel terikat adalah keterampilan kata

(19)

4. Sampel penelitian adalah siswa/siswi yang aktif mengikuti ekstrakurikuler karate minimal 5 bulan tahun 2014 – 2015

5. Lokasi penelitian dilakukan di SMP Negeri 1 Cibadak Jl. Siliwangi no. 123 Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat

6. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa/siswi yang mengikuti ekstrakurikuler Karate di SMP Negeri 1 Cibadak Kabupaten Sukabumi

7. Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah sampel jenuh, yaitu adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.

8. Instrumen penelitian adalah tes keterampilan kata berdasarkan kriteria penilaian kata (dalam World Karate Federation rule of competition, 2011, hlm. 29)

1.6. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang penulis harapkan dari beberapa hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara teoritis:

1). Sebagai tambahan informasi bagi siswa mengenai pengaruh penerapan model collaborative learning teknik jigsaw terhadap keterampilan kata dalam ekstrakurikuler karate di SMP Negeri 1 Cibadak Kabupaten Sukabumi

2). Sebagai tambahan motivasi siswa agar mengikuti mata ekstrakurikuler karate di sekolah.

(20)

10

Firman Septiadi, 2015

Pengaruh Penerapan Model Collaborative Learning Teknik Jigsaw Terhadap Keterampilan Kata Siswa Dalam Ekstrakurikuler Karate Di Smp Negeri 1 Cibadak Kabupaten Sukabumi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 2. Secara praktis:

1). Diharapkan dapat membangkitkan perhatian pihak-pihak yang terkait dengan perkembangan dunia pendidikan yaitu dosen dan guru khususnya para guru penjas mengenai pentingnya penerapan model pembelajaran. 2). Model collaborative learning teknik jigsaw dapat dijadikan bahan

(21)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi, Populasi Dan Sampel Penelitian

3.1.1 Lokasi

Lokasi merupakan salah satu bagian penting yang harus dirincikan mengenai alamat lengkap tempat penelitian tersebut. Hal ini ditunjang oleh pendapat Nasution (2003, hlm. 43), “lokasi penelitian menunjukan pada pengertian tempat atau lokasi penelitian yang dirincikan oleh adanya unsur yaitu pelaku, tempat kegiatan yang dapat diobservasi.” Lokasi penelitian bertempat di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Cibadak yang terletak di jalan Siliwangi no. 123 kecamatan Cibadak Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat, kode pos 43155 . Subjek populasi/sampel pada penelitian ini adalah siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Cibadak yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler karate.

3.1.2 Populasi

Untuk memperoleh pemecahan masalah tentu diperlukan adanya data. Data termaksud diperoleh dari objek penelitian atau populasi yang diselidiki. Populasi dalam suatu penelitian merupakan kumpulan individu atau objek yang mempunyai sifat-sifat umum. Populasi adalah suatu objek yang digunakan dalam sebuah penelitian. Populasi menurut Sugiyono (dalam sugiono 2007, hlm. 155) dikutip dari Dede (2013) adalah “wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

(22)

41

Firman Septiadi, 2015

Pengaruh Penerapan Model Collaborative Learning Teknik Jigsaw Terhadap Keterampilan Kata Siswa Dalam Ekstrakurikuler Karate Di Smp Negeri 1 Cibadak Kabupaten Sukabumi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Berdasarkan hal di atas dapat diambil kesimpulan bahwa populasi adalah keseluruhan obyek dan subyek dalam suatu penelitian yang digunakan sebagai bahan pengukuran untuk pemecahan suatu masalah yang telah ditetapkan.

Populasi pada penelitian ini adalah siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler karate di SMPN 1 Cibadak kabupaten Sukabumi. Populasi yang berjumlah 50 orang siswa.

3.1.3 Sampel

Untuk mempermudah penelitian maka menggunakan sampel penelitian represntatif, karena penelitian yang dengan jumlah yang tinggi sangat membutuhkan tenanga, waktu, dan biaya yang besar. Sampel merupakan sebagian atau wakil dari populasi sebagai sumber informasi/data. Sampel yang akan diambil sebagai percobaan harus diperhatikan. Sampel adalah perwakilan dari populasi yang menjadi sebagai acuan dari sebuah penelitain. Hal ini ditunjang oleh pendapat Sugiyono (2012, hlm. 80), bahwa:

“Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, maka peneliti dapat

menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut.”

Penelitian sampel boleh dilakukan jika keadaan subjek didalam sebuah populasi benar-benar homogen. Sehubungan dengan maksud peneliti untuk melakukan penelitian sampel maka dari jumlah populasi tersebut penulis menentukan kriteria pengambilan sampel.

Populasi yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah siswa yang sedang mengikuti ekstrakurikuler karate yang berjumlah 50 orang siswa dari populasi tersebut akan dijadikan sampel sebanyak 50 orang siswa. Teknik pengambilan sampel yang digunakan ialah teknik sampling jenuh. Menurut

pendapat Sugiono (dalam sugiono, 2009, hlm. 124) “sampling jenuh adalah teknik

(23)

Tabel 3.1

Presentase Populasi dan Sampel

POPULASI SAMPEL

Siswa yang mengikuti

kegiatan ekstrakurikuler karate minimal 5 bulan (sebanyak 50 orang siswa)

50 orang siswa

Jumlah anggota kelompok yang diberi treatment terdiri dari 25 orang siswa dan 25 orang siswa sisanya sebagai kelompok kontrol. Kemudian terlebih dahulu dilakukan tes awal yaitu tes awal ketermpilan kata heian shodan. Setelah didapatkan hasilnya, kemudian di beri ranking untuk menentukan kelompok eksperimen dan kelompok control.

3.2 Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini dimaksudkan agar proses penelitian terarah dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Sudjana dan Ibrahim (dalam Sudjana 2009, hlm. 196) menjelaskan, “Rencana penelitian atau usulan penelitian atau reseach proposal adalah rancangan yang menggambarkan atau

menjelaskan apa yang hendak diteliti dan sebagaimana penelitian dilaksanakan”.

Pada penelitian ini langkah langkah yang disusun adalah sebagai berikut: a. Menetapkan populasi dan sampel penelitian

b. Mengumpulkan data dan pelaksanaan tes c. Mengolah data

d. Menganalisis data e. Menetapkan kesimpulan

Dalam rangka mencapai tujuan tersebut penulis menggunakan desain penelitian yaitu pretest-postest control group design. Mengenai desain ini Sugiyono (Sugiono, 2009, hlm. 112) menggambarkan sebagai berikut:

(24)

43

Firman Septiadi, 2015

Pengaruh Penerapan Model Collaborative Learning Teknik Jigsaw Terhadap Keterampilan Kata Siswa Dalam Ekstrakurikuler Karate Di Smp Negeri 1 Cibadak Kabupaten Sukabumi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

R O1 X1 R O2

R O3 X2 R O4

Gambar 3.1

Desain Penelitian Pretest-Postest Control Group Design

(dalam Sugiyono, 2009, hlm. 112)

Keterangan:

R : Kelompok eksperimen dan kontrol O1&O3 : Tes Awal (Pre-test)

O2 : Tes Akhir (Post-test) kelompok eksperimen O4 : Tes Akhir (Post-test) kelompok kontrol X1 : Treatment Kelompok Eksperimen X2 : Model Konvensional Kelompok Kontrol

Dengan desain penelitian yang telah dikemukakan diatas, proses penelitian akan terarah dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan penelitian desain, tes dilakukan dua kali O1 dan O3 sebagai tes awal dan sesudah diberikan perlakuan dilakukan O2 dan O4 sebagai tes akhir. Tanda X1 adalah kelompok yang

(25)

Gambar 3.2

Langkah-Langkah Penelitian (dalam Sugiyono 2011, hlm. 70)

Analisis Data

Kesimpulan Pengolahan Data KELOMPOK A

(EKSPERIMEN)

Model Collaborative Learning

teknik jigsaw

SAMPEL

Tes Awal Keterampilan Kata

POPULASI

KELOMPOK B

(KONTROL)

Model Konvensional

(26)

45

Firman Septiadi, 2015

Pengaruh Penerapan Model Collaborative Learning Teknik Jigsaw Terhadap Keterampilan Kata Siswa Dalam Ekstrakurikuler Karate Di Smp Negeri 1 Cibadak Kabupaten Sukabumi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Adapun prosedur dari rancangan penelitian tersebut di atas dari sebelum penelitian sampai akhir penelitian adalah sebagai berikut :

1. Tahapan Pertama

A. Merumuskan masalah dan tujuan penelitian

B. Menentukan tempat yang akan dijadikan tempat pelaksanaan penelitian

C. Menghubungi pihak jurusan dan dosen mata kuliah pembelajaran karate

D. Membuat surat izin penelitian E. Menentukan sampel penelitian. F. Menyiapkan program pembelajaran 2. Tahapan Kedua

A. Memberikan pretest pada sampel penelitian untuk mengetahui keadaan awal.

B. Membagi kelompok dari hasil ranking, dengan membagi dua kelompok gasal dan genap yang dilihat dari ranking.

C. Memberikan perlakuan pada sampel penelitian yaitu dengan menerapkan model collaborative learning teknik jigsaw dan menerapkan model pembelajaran konvesional pada kelompok control. D. Memberikan post test pada sampel penelitian untuk mengetahui

apakah ada pengaruh terhadap keterampilan kata setelah diberikan perlakuan.

3. Tahapan Ketiga

A. Mengolah dan menganalisis data hasil post test B. Menganalisis hasil penelitian

(27)

3.3 Metode Penelitian

Metode Penelitian adalah cara sebagai langkah-langkah yang dipilih untuk membantu menemukan pemecahan suatu masalah yang akan diteliti. Metode penelitian merupakan salah satu langkah penting dalam sebuah penelitian yang diharapkan metode penelitian yang digunakan tepat pada suatu obyek yang diteliti. Metode adalah salah satu langkah yang dilaksana guna mencapai sebuah tujuan yang ditetapkan, sedangkan penelitian bertujuan sebagai cara untuk menjabarkan, mengungkapkan, menjelaskan, menggambarkan, dan menyimpulkan suatu hasil pemecahan dari masalah melalui berbagai cara sesuai

dengan prosedur penelitian yang dipiih. “metode penelitian pada dasarnya

merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan

tertentu” Sugiyono (dalam Sugiono, 2010, hlm. 3). Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa metode penelitian adalah sebuah langkah dasar sebagai pemecahan suatu masalah guna mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaannya. Hal ini diperkuat dengan adanya teori dari para ahli yang mengemukakan metode sebagai suatu cara untuk mengetahui pencapaian tujuan penelitian kita, yang diungkapkan oleh Surakahmad (1990) yang dikutip dari Darsono (t.n. 2011, hlm. 52), sebagai berikut:

Metode adalah suatu cara utama yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan, misalnya untuk menguji hipotesa, dengan mempergunakan teknik serta alat-alat tertentu. Cara ini dipergunakan setelah penyelidikan, perhitungkan kewajarannya, ditinjau dari tujuan penelitian serta dari situasi penelitian.

Dalam hal ini Arikunto (dalam Arikunto, 2006, hlm. 160) menjelaskan

bahwa: “Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya”. Dalam suatu penelitian, untuk dapat mencari

(28)

47

Firman Septiadi, 2015

Pengaruh Penerapan Model Collaborative Learning Teknik Jigsaw Terhadap Keterampilan Kata Siswa Dalam Ekstrakurikuler Karate Di Smp Negeri 1 Cibadak Kabupaten Sukabumi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Metode penelitian harus disesuaikan dengan masalah dan tujuan penelitian, hal ini dilakukan untuk kepentingan pemerolehan dan analisis data. Dalam hal ini penulis memilih menggunakan metode penelitian eksperimen, karena pada dasarnya metode penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk mencari hasil penelitian melalui treatment (perlakuan) tertentu. Maka dari itu diteliti pengaruh penerapan model collaborative learning teknik jigsaw terhadap keterampilan kata siswa. Sugiyono (t.n. 2010, hlm. 56), menjelaskan bahwa ”Penelitian eksperimen adalah penelitian langsung yang dilakukan terhadap suatu objek untuk menentukan pengaruh suatu variabel terhadap variabel tertentu dengan pengontrolan yang ketat”.

Hal tersebut diperkuat oleh oleh Arikunto (dalam Arikunto, 2002, hlm. 4) yang menerangkan bahwa:

Eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab-akibat (hubungan klausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminir atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yg bisa mengganggu.

Berdasarkan pemaparan diatas maka dapat peneliti simpulkan bahwa penelitian eksperimen adalah suatu penelitian secara langsung untuk mendapatkan informasi atau jawaban dari objek dengan perlakuan (treatment) tertentu yang diberikan pada objek tersebut.

3.4 Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan penafsiran terhadap judul dan masalah yang diteliti, sebab itu peneleti akan mendefinisikan secara oprasioanal dari definisi yang terdapat dalam penelitian ini. Lebih lanjut Komarudin (1994, hlm. 29)

menjelaskan defenisi oprasional adalah “pengertian yang lengkap tentang suatu variabel yang mencakup semua unsur yang menjadi ciri utama variabel itu.”

(29)

3.4.1 Collaborative learning teknik jigsaw

Pembelajaran kolaboratif jigsaw merupakan salah satu pembelajaran kolaboratif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi maksimal. Pembelajaran kolaboratif jigsaw menekankan pada interaksi antara setiap individu, karena pada teknik ini siswa dituntut untuk membagi materi yang telah dia pelajari.

3.4.2 Keterampilan Kata

Keterampilan kata adalah suatu kemampuan motorik seseorang yang ditunjukkan melalui penguasaan suatu bentuk rangkaian yang terdiri dari serangan dan tangkisan dalam olahraga karate.

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah sebuah alat ukur yang digunakan untuk mengukur sebuah penelitian yang diamati untuk memperoleh atau mengetahui hasil data-data informasi yang akan diteliti guna mencapai tujuan dalam penelitian tersebut. Hal ini ditunjang dengan pendapat menurut Emory 1985 (dalam Sugiyono, 2011, hlm. 148) “instrumen penelitian adalah alat yang digunakan mengukur fenomena maupun sosial yang diamati”. Instrumen dalam penelitian ini berupa tes rangkaian gerak kata 1 (heian shodan) sebagai alat pengumpulan datanya.

3.5.1 Kriteria Penilaian

a. Bentuk Kuda-Kuda Zenkutsu Dachi

1. Berat badan berada di kaki depan. 2. Kaki belakang lurus

(30)

49

Firman Septiadi, 2015

Pengaruh Penerapan Model Collaborative Learning Teknik Jigsaw Terhadap Keterampilan Kata Siswa Dalam Ekstrakurikuler Karate Di Smp Negeri 1 Cibadak Kabupaten Sukabumi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

4. Berat badan bertumpu di kaki belakang

5. Kaki depan dan belakang berada dalam satu garis b. Bentuk Pukulan

1. Kepalan tangan rapat tidak berongga 2. Bentuk lengan lurus ke arah sasaran 3. Posisi badan tegak menghadap kedepan

4. Posisi tangan yang tidak aktif berada di atas pinggang 5. Pukulan bertenaga (Power pukulan)

c. Bentuk Tangkisan Gedan Barai

1. Tangan lurus satu kepal di atas lutut kaki depan Age Uke

2. Posisi tangan menangkis di atas kepala 3. Lengan ditekuk 90o

Sotouke

4. Bentuk tangan rapat terbuka dengan jempol ditekuk 5. Lengan ditekuk 90o

d. Keseragaman Gerak

1. Tidak mendahului teman satu regunya ketika menampilkan kata 2. Kesamaan ritme gerak

3. Kembali keposisi awal pada saat selesai menampilkan kata 4. Gerakan dilakukan tanpa aba-aba

5. Ekspresi saat menampilkan kata

3.5.2 Kisi-kisi Instrumen Penelitian

(31)

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Kriteria Penilaian Keterampilan Kata

KRITERIA PENILAIAN KATA NILAI

A. Bentuk Kuda-Kuda

Zenkutsu Dachi

1. Berat badan berada di kaki depan. 1

2. Kaki belakang lurus 1

3. Kaki depan dan belakang tidak pada satu garis 1 Kokutsu Dachi

4. Berat badan bertumpu di kaki belakang 1

5. Kaki depan dan belakang berada dalam satu garis 1

Jumlah Skor Ketercapaian Kriteria A 5

B. BENTUK PUKULAN

1. Kepalan tangan rapat tidak berongga 1

2. Bentuk lengan lurus ke arah sasaran 1

3. Posisi badan tegak menghadap kedepan 1

4. Posisi tangan yang tidak aktif berada di atas pinggang 1

5. Pukulan bertenaga (Power pukulan) 1

Jumlah Skor Ketercapaian Kriteria B 5

C. BENTUK TANGKISAN

Gedan Barai

1. Tangan lurus satu kepal di atas lutut kaki depan 1 Age Uke

2. Posisi tangan menangkis di atas kepala 1

3. Lengan ditekuk 90o 1

Sotouke

4. Bentuk tangan rapat terbuka dengan jempol ditekuk 1

(32)

51

Firman Septiadi, 2015

Pengaruh Penerapan Model Collaborative Learning Teknik Jigsaw Terhadap Keterampilan Kata Siswa Dalam Ekstrakurikuler Karate Di Smp Negeri 1 Cibadak Kabupaten Sukabumi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Jumlah Skor Ketercapaian Kriteria C 5

D. KESERAGAMAN GERAK

1. Tidak mendahului teman satu regunya ketika menampilkan kata 1

2. Kesamaan ritme gerak 1

3. Kembali keposisi awal pada saat selesai menampilkan kata 1

4. Gerakan dilakukan tanpa aba-aba 1

5. Ekspresi saat menampilkan kata 1

Jumlah Skor Ketercapaian Kriteria D 5

TOTAL SKOR 20

3.6 Uji Instrumen

Dari hasil tes setelah pembelajaran maka diperoleh data. Selanjutnya data diolah dan dianalisis untuk menguji instrumen penelitian ini. Tujuan yang ingin dicapai dengan analisis data ini adalah untuk menyederhanakan data ke dalam bentuk yang dapat dimengerti dan ditafsirkan, sehingga hubungan-hubungan yang ada dalam masalah penelitian ini dapat dimengerti dan diuji. Adapun langkah-langkah untuk menganalisis data sebagai berikut:

3.6.1 Uji Validitas Alat Tes

(33)

Pengujian alat pengumpul data pada penelitian ini dilakukan dengan cara analisis butir tes. Jika diuraikan, langkah kerja yang dilakukan dalam rangka mengukur validitas instrumen tes adalah sebagai berikut :

a) Mengumpulkan data hasil uji coba

b) Memeriksa kelengkapan data, untuk memastikan lengkap tidaknya lembaran data yang terkumpul. Termasuk di dalamnya memeriksa kelengkapan pengisisan butir tes.

c) Memberikan skor (scoring) terhadap butir-butir yang perlu diberi skor. d) Membuat tabel pembantu untuk mendapat skor-skor pada butir yang

diperoleh untuk setiap sampel. Dilakukan untuk mempermudah perhitungan/pengolahan data selanjutnya.

e) Menghitung jumlah skor butir yang diperoleh oleh masing-masing responden.

f) Menghitung nilai koefisien korelasi product moment untuk setiap butir tes.

Untuk menguji validitas tiap butir tes maka skor-skor yang ada pada butir yang dimaksud (X) dikorelasikan dengan skor total (Y). Sedangkan untuk mengetahui indeks korelasi alat pengumpul data digunakan persamaan korelasi product moment dengan angka kasar yang dikemukakan oleh Pearson, yaitu :

 

X : skor tiap butir angket dari tiap responden Y : skor total

∑X : jumlah skor tiap butir angket dari tiap responden

∑Y : jumlah skor total seluruh butir angket dari tiap responden

(34)

53

Firman Septiadi, 2015

Pengaruh Penerapan Model Collaborative Learning Teknik Jigsaw Terhadap Keterampilan Kata Siswa Dalam Ekstrakurikuler Karate Di Smp Negeri 1 Cibadak Kabupaten Sukabumi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

g) Membandingkan nilai koefisien korelasi product moment hasil perhitungan (r hitung) dengan nilai koefisien korelasi yang terdapat dalan tabel (rtabel).

h) Membuat kesimpulan. Nilai rhitung yang diperoleh akan dikonsultasikan

dengan harga rproduct moment pada tabel pada taraf signifikansi 0,05. Bila rhitung > rtabel maka item tersebut dinyatakan valid

.

3.6.2 Uji Reliabilitas Alat Tes

Uji reliabilitas sama pentingnya dengan uji validitas, karena uji reliabilitas berkenaan dengan derajat konsistensi dan stabilitas data atau temuan. Hal ini ditunjang oleh pendapat Suharsimi Arikunto (2010, hlm. 221) mengemukakan

bahwa “reliabilitas adalah suatu instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument tersebut sudah baik”. Pengujian reliabilitas menggunakan rumus korelasi product moment yaitu dengan mengkorelasikan perolehan skor antara nomor-nomor butir tes gasal dengan genap. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

∑ ∑ ∑

√{ ∑ ∑ }{ ∑ ∑ }

Setelah diperoleh koefisien korelasi berdasarkan butir tes gasal dan genap, untuk menghitung tingkat reliabilitas seluruh tes digunakan rumus Spearman Brown sebagai berikut :

Keterangan :

ri : Reliabilitas internal seluruh instrumen

(35)

Tabel 3.3

Interprestasi derajat reliabilitas

Rentang Nilai Klasifikasi

0,000-0,200 Derajat reliabilitas sangat rendah 0,200-0,400 Derajat reliabilitas rendah

0.400-0,600 Derajat reliabilitas cukup 0,600-0,800 Derajat reliabilitas tinggi 0,800-1,00 Derajat reliabilitas sangat tinggi

Menurut Suharsimi Arikunto (dalam Arikunto, 2006, hlm. 223) langkah-langkah pengujian dengan menggunakan rumus tersebut adalah sebagai berikut:

a. Memberikan skor terhadap instrumen yang diperoleh oleh sampel b. Buat tabel pembantu untuk menempatkan skor-skor item yang diperoleh. c. Menghitung jumlah skor item yang diperoleh oleh masing-masing sampel. d. Menghitung kuadrat jumlah skor item yang diperoleh oleh masing-masing

sampel.

e. Menghitung varians masing-masing item dan varians total. Tabel 3. 4

Contoh Format Tabel Perhitungan Varians dan Varians Total

No. Sampel X X2

f. Menghitung koefisen Alfa

g. Membandingkan nilai koefisien Alfa dengan nilai koefisien korelasi product moment yang terdapat dalam tabel.

h. Membuat kesimpulan, jika nilai hitung ri > r xy, maka instrumen

dinyatakan reliabel

Hasil perhitungan ri dibandingkan dengan r tabel pada taraf nyata α = 5 %.

Kriteria adalah sebagai berikut:

Jika r hitung > r tabel, maka item pertanyaan dikatakan reliabel.

Jika r hitung  r tabel, maka item pertanyaan dikatakan tidak reliabel.

(36)

55

Firman Septiadi, 2015

Pengaruh Penerapan Model Collaborative Learning Teknik Jigsaw Terhadap Keterampilan Kata Siswa Dalam Ekstrakurikuler Karate Di Smp Negeri 1 Cibadak Kabupaten Sukabumi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Secara teknis pengujian reliabilitas di atas dilakukan dengan menggunakan bantuan aplikasi program Microsoft Office Excel 2010.

3.6.3 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data maksudnya adalah mengolah data hasil eksperimen. Selanjutnya diolah dan dianalisis untuk menguji hipotesis penelitian ini. Tujuan analisis data ini adalah untuk menyederhanakan data ke dalam bentuk yang dapat dimengerti dan ditafsirkan.

3.6.3.1Menghitung Rata-rata (Mean)

Menghitung nilai rata-rata dari hasil data mentah setiap variabel. Menurut Nurhasan (2002, hlm. 21) “rata-rata adalah suatu nilai yang mencerminkan

keadaan suatu kelompok secara keseluruhan”. Rumus untuk menghitung rata-rata adalah:

Keterangan:

 : Nilai rata-rata yang dicari

i : Jumlah skor yang didapat

n : Banyak sampel

3.6.3.2Standar Deviation (Simpangan Baku)

Simpangan baku adalah suatu nilai yang menunjukan tingkat (derajat) variasi kelompok atau ukuran standar penyimpangan reratanya, simbol simpangan

baku populasi (σ atau σn ) sedangkan untuk sampel (s, sd atau σn-1). Hal ini di dukung oleh pendapat Nurhasan (dalam Nurhasan, 2002, hlm. 35) bahwa

“simpangan baku adalah rentang penyebaran skor-skor dan besarnya penyimpangan suatu skor dari nilai rata-rata yang distandarnisir”.

(37)

Rumus yang digunakan adalah:

̅

Keterangan :

S : Simpangan baku : Nilai yang didapat

̅ : Nilai rata-rata n : Banyaknya sampel

3.6.3.3Uji Normalitas

Penulis menggunakan uji normalitas ini adalah untuk mengetahui normal tidaknya suatu distribusi data. Hal ini penting diketahui berkaitan dengan ketepatan pemilihan uji statistik yang akan dipergunakan. Penulis menggunakan uji normalitas dengan metode lilifors. Langkah kerja uji normalitas dengan metode lilifors menurut Ating Somantri dan Sambas Ali Muhidin (dalam Somantri, 2006, hlm. 289) sebagai berikut:

1)Susunlah data dari kecil ke besar

2)Periksa data, beberapa kali munculnya bilangan-bilangan itu (frekuensi harus ditulis).

3)Dari frekuensi susun frekuensi kumulatifnya.

4)Berdasarkan frekuensi kumulatif, hitunglah proporsi empirik. 5)Hitung nilai z untuk mengetahui theoritical proportion pada table z 6)Menghitung theoritical proportion.

7)Bandingkan empirical proportion dengan theoritical proportion, kemudian carilah selisih terbesar didalam titik observasi antara kedua proporsi.

8)Carilah selisih terbesar di luar titik observasi.

(38)

57

Firman Septiadi, 2015

Pengaruh Penerapan Model Collaborative Learning Teknik Jigsaw Terhadap Keterampilan Kata Siswa Dalam Ekstrakurikuler Karate Di Smp Negeri 1 Cibadak Kabupaten Sukabumi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3.6.3.4Uji Homogenitas

Peneliti menggunakan uji homogenitas kesamaan dua varians adalah untuk mengasumsikan bahwa skor setiap variabel memiliki varians yang homogen. Uji statistika yang akan digunakan adalah Microsoft Office Excel. Kriteria yang peneliti gunakan adalah Fh > Ft, maka H0 menyatakan varians homogen ditolak

dalam hal lainnya diterima.

Rumus uji statisik yang digunakan adalah :

Langkah-langkah uji homogenitas kesamaan dua varians : 1)Inventarisasi data

2)Membuat hipotesis dalam bentuk kalimat. 3)Membuat hipotesis statistik.

4)Mencari Fhitung.

5)Menentukan kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis. 6)Membandingkan Fhitung dengan Ftabel.

7)Kesimpulan.

3.6.3.5Uji Hipotesis

Adapun langkah-langkah uji hipotesis sebagai berikut:

1) Nyatakan hipotesis statistik (H0 dan H1) yang sesuai dengan penelitian

2) Gunakan statistik uji yang tepat

3) Hitung nilai statistik berdasarkan data yang terkumpul 4) Berikan kesimpulan

5) Menentukan ρ (ρ-value)

(39)

Jika kedua data berdistribusi normal dan homogen, maka dilakukan uji-t Statistik uji yang digunakan adalah

̅ ̅ √

dengan

Keterangan:

̅ : Rata-rata skor pretes kelas eksperimen.

̅ : Rata-rata skor pretes kelas kontrol. : Simpangan baku kelas eksperimen. : Simpangan baku kelas kontrol.

Kriteria pengujian didapat dari daftar distribusi t dengan dan peluang ( ). H0 diterima jika dan H0 ditolak untuk nilai t

lainnya.

Dengan menggunakan taraf signifikansi 5% ( maka kriteria pengujiannya adalah:

a) Jika nilai signifikansi (Sig.) 0,05 maka H1 diterima.

b)Jika nilai signifikansi (Sig.) 0,05 maka H0 ditolak

Pasangan hipotesis nol dan tandingannya yang akan diuji adalah

H0 : Tidak terdapat pengaruh model collaborative learning teknik

jigsaw terhadap keterampilan kata

H1 : Terdapat pengaruh model collaborative learning teknik jigsaw

terhadap keterampilan kata

(40)

67

Firman Septiadi, 2015

Pengaruh Penerapan Model Collaborative Learning Teknik Jigsaw Terhadap Keterampilan Kata Siswa Dalam Ekstrakurikuler Karate Di Smp Negeri 1 Cibadak Kabupaten Sukabumi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisi data, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

Model collaborative learning teknik jigsaw memberikan pengaruh terhadap keterampilan kata siswa dengan ditunjukan pada peningkatan keterampilan gerak dasar kata heian shodan dalam pembelajaran karate. Dalam proses pembelajaran kata dengan menggunakan model collaborative learning teknik jigsaw terjalin interaksi positif di dalam sebuah kelompok, siswa berkesempatan untuk mengajarkan kepada teman dikelompoknya untuk menguasai materi rangkaian gerakan kata secara utuh.

5.2. Saran

Berdasarkan temuan dari hasil penelitian dan kesimpulan yang telah diungkapkan dalam penelitian yang penulis lakukan, maka pada kesempatan ini penulis mengajukan saran-saran sebagai berikut:

A. Bagi para guru pendidikan jasmani sebaiknya menerapkan model collaborative learning teknik jigsaw dalam kelas besar, karena model ini berpengaruh positif bagi pembelajaran penjas khususnya dalam pembelajaran karate dan lebih efektif untuk meningkatkan hasil belajar dan meningkatkan gerak dasar dalam pembelajaran karate . Tidak hanya dalam pembelajaran karate, model pembelajaran ini juga dapat digunakan pada cabang olahraga lainnya dalam pembelajaran penjas

(41)

dalam menghadapi kelas besar pada proses pembelajaran karate nomor kata.

C. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai penerapan model collaborative learning teknik jigsaw terhadap hasil belajar siswa, karena masih banyak faktor lain yang mempengaruhi yang mungkin belun terpecahkan oleh penulis

(42)

69

Firman Septiadi, 2015

Pengaruh Penerapan Model Collaborative Learning Teknik Jigsaw Terhadap Keterampilan Kata Siswa Dalam Ekstrakurikuler Karate Di Smp Negeri 1 Cibadak Kabupaten Sukabumi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (1996), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta :PT Rineka Cipta.

Barkley, Elizabert E. (2012). Collaborative Learning Techniques. Bandung. Penerbit Nusa Media

Huda, Miftahul. (2011). Cooperatif Learning. Jakarta. Pustaka Pelajar

Juliantine, Tite., Subroto, T., dan Yudiana. Y. (2011). Model-model Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Prodi PJKR Jurusan Pendidikan Olahraga Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Indonesia.

Juliantine, Tite. dkk (2007). Teori Latihan. FPOK. Bahan Ajar. Bandung: FPOK UPI Komarudin. (1994). Metode Penulisan Skripsi dan Tesis. Bandung: Angkasa.

Metzler, Michael W. (2000). Instructional Models For Physical Education. Nusa Media

Nurhasan, H., Cholil., Hasanudin.(2007). Tes Dan Pengukuran Keolahragaan. Bandung: FPOK UPI..

Ruhimat, Toto. (2011). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta. PT Rajagrafindo Persada

Sagitarius. (2008). Modul Karate. Bandung. FPOK UPI.

Slavin, Robert E. (2005). Cooperatif Learning Teori, Riset, Dan Praktik. Bandung. Nusa Media.

Sudjana Nana. (1989). Dasar-dasar proses belajar mengajar. Bandung. Sinar Baru Algesindo Offset

Sugiono, (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung. Alfabeta.

Sujoto.J.B, (2002). Teknik Oyama Karate Seri Kihon. Jakarta. Elex Media Komputindo.

(43)

UPI. (2013). PEDOMAN PENULISAAN KARYA ILMIAH. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Sumber Skripsi:

Gambar

Tabel 3.1 Presentase Populasi dan Sampel
Gambar 3.1 Desain Penelitian Pretest-Postest Control Group Design
Gambar 3.2 Langkah-Langkah Penelitian
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menjelaskan pentingnya hak atas air bersih dan aman sebagai bagian dari.. hak asasi manusia, maka dapat dilakukan dengan penjelasan faktual

memberikan asuhan keperawatan professional pada klien lansia yang mengalami1. berbagai perubahan fisiologis dengan atau tanpa gangguan struktur pada

PDH adalah suatu sistem (cara) penggabungan kanal tingkat tinggi yang berawal dari teori PCM, Dimana kanal tersebut mempunyai kecepatan yang sangat tinggi. PDH sendiri berfungsi

Untuk memperoleh kekerasan yang baik (martensit yang keras) maka pada saat pemanasan harus dapat dicapai unsur austenit, karena hanya unsur. austenit yang dapat

BADAN LINGKUNGAN HIDUP, PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KABUPATEN SAMOSIR. PROVINSI

 Buah agregat yaitu buah yang dibentuk oleh banyak bakal buah yang berasak dari satu bunga.. Ex : Anona muricata, Fragaria vesca

Air dalam Kehidupan dan Lingkungan yang Sehat, Bandung: Penerbit PT ALUMNI.. Teknologi Penyediaan

NEWS READER : EXPO SIGNS MEDIA PARA SENIMAN.. PERJALANAN USIA 25 TAHUN