• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Pengajaran Agama Islam Melalui Pendekatan Cooperative Learning Teknik Jigsaw (Di SMP Negeri 3 Pamulang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas Pengajaran Agama Islam Melalui Pendekatan Cooperative Learning Teknik Jigsaw (Di SMP Negeri 3 Pamulang)"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PENGAJARAN AGAMA ISLAM MELALUI

PENDEKATAN

COOPERATIVE LEARNING

TEKNIK

JIGSAW

(Di SMP Negeri 3 Pamulang)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

1111111 111111 111111 11111111111111111111.

Ulll

Universitas Islam Negeri

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Oleh:

ERA INDRIATI

104011000092

'Diterin •.... , ,,.,, .. -... .. __

d?ri : ... _.u ... '\'''''''""-••·'

1' ...

セャNᄋNᄋᄋ@

··.. :

•O•i ..

Z. ... ';" .

NLLYLNLアLLGNLLセLLLLLHIGB@

No.

Thd11k :

.0.U;} ..

セ@

.. Q.7:.l.,..2J ..

7..o ...

ォャセGウャヲャォ。ウゥ@ : .. .. .... .... .. .... .. ... . .

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSIT AS ISLAM NEGERI SY ARIF HIDA YATULLAH

(2)

Ski psi

Diajukan Kepada Fakultas llmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Untuk Memcnuhi Syarat Mencapai Gclar Sarjana Tarbiyah (S. Pd. I)

Oleh:

ERA INDRIATI

104011000092

Di Bawah Bimbingan:

YudhiL.Ag.

NIP.150289434

'

JURUSAN PENDIDII(AN AGAMA ISLAM

FAl(ULTAS ILlVIU TARBIYAH DAN I<EGURUAN

UIN SY ARIF HIDAYATULLAH

JAI<ARTA

(3)

Nama : ERA INDRIATI

NIM : 104011000092

Fak I Jur : FITK/PAI

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan basil karya asli saya sendiri yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (SI) di UIN SyarifHidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalampenulisan skripsi ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti karya ini bukan karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya berscdia menerima sanksi yang berlaku di UIN SyarifHidayatullah Jakarta.

(4)

Teknik Jigsaw (Di SMP Negeri 3 Pamulang)

Penelitian ini bertujuan ingin mendapatkan data empms tentang efektivitas

cooperative learning melalui teknik jigsaw dalam pembelajaran agama Islam.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

Pendekatan cooperative learning adalah pendekatan mengajar yang didasarkan

kepada falsafah homo homini socius yaitu yang berprinsip yaitu berprinsip manusia adalah mahluk sosial. Pendckatan mcngajar ini mcncrapkan prinsip saling menguntungkan melalui gotong royang.

Pcmbelajaran model jigsaw adalah sebuah bentuk kerja kelompok dalam proses

pcmbelajaran. Pembelajaran model jigsaw merupakan model pembelajaran

dimana siswa belajar dengan kelompok kecil yang memiliki kemampuan yang berbeda.

Adapun pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan wawancara langsung (faceto face), dan observasi.

Dari data-data yang ditemukan dilapangan, setelah melakukan tes individual

terhadap kelas yang menggunakan pendekatan coopeative learning teknikjigsaw

(kelas eksperimen)dengan kelas yang menggunakan metode ceramah (kelas

kontrol), hasilnya pada kelas yang menggunakan pendekatan cooperative learning

teknikjigsaw nilai-rata siswanya pada materi fiqh 8,2 dan materi sejarah rata-rata siswanya 7,2, sedangkan pada kelas kontrol rata-rata-rata-rata siswanya pada materi fiqh 7,4 dan rata-rata siswa pada materi sejarah kebudayaan Islam 5,1.

Akbirnya penelitian ini menemukan efektivitas nyata (signifikan) antar kelas yang

menggunakan pendckatan cooperative learning teknikjigsaw dengan kelas yang

(5)

atas karuniaNya yang tak terhingga yang telah diberikan kepada penulis tanpa putus

sedikitpun. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan keharibaan suri tauladan

setiap insan yakni baginda Nabi Muhammad SAW.

Salam dan hormat kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta, dengan ke1ja

kerasnya dalam membesarkan dan mendidik penulis dengan curahan keringat dan

kasih sayang tidak mungkin akan terbalas dan terlupakan sampai kapanpun jua.

Alhamdulillah telah selesai penulisan skripsi ini, sebagai syarat untuk

mencapai gelar sarjana. Penulis sadar bahwa tanpa bantuan semua pihak tidak

mungkin dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN SyarifHidayatullah Jakarta.

2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam, UIN Syarif Hidayatullah

Jakaita.

3. Yudhi Munadi, M.Ag., Dosen Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan

waktunya untuk mengarahkan, membimbing dengan sabar, dan ilmu yang tidak

terhingga kepada penulis.

4. Para Dosen Jurusan Pencliclikan Agama Islam yang telah memberikan motivasi

clan tak bosan-bosan memberikan ihnu dan pengalamanya.

5. Pimpinan dan Para Petugas Perpustakaan, baik Perpustakaan Utama maupun

Perpustakaan Fakultas yang telah memberikan fasilitas dan pelayanan kepada

penulis untuk mendapatkan bahan-bahan yang cliperlukan sampai terselesaikannya

skripsi ini.

6. Kepada Sekolah, Guru Bidang Studi pendidikan Agama Islam, Staf Tata Usaha,

Satpam serta Dewan Guru SMP Negeri 3 Pamulang.

7. Ayahancla Smnin dan Ibunda Saodah, kakanda tercinta Eka dan Eko yang telah

memberikan dorongan, doa, dan bantuan baik materil maupun immateril.

8. Untuk temanku Ismail, yang selalu memberikan motivasi clan doanya.

9. Sahabat-sahabat Darqoku, Nisa, Dewi, I-Iasunah, Leli, Ria, Intan, Noni, Rena,

(6)

DAFT AR ISi ... iv

DAFTAR TABEL... vi

BABI BAB II PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... ... ... .. ... ... .. ... ... ... .. .. .. ... ... .. 1

B. Identifikasi Masalah... 4

C. Perumusan dan Pembatasan Masalah ... 5

D. Metode Pembahasan ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 8

LANDASA TEORI A. Efektifitas.. ... ... ... ... . .. . .. . .. . .. ... . .... .. . .. . . . .. . .. .. . .. .. . .. ... ... . . 9

B. Cooperative Learning ... 11

1. Pendekatan, Metode, Teknik ... 11

2. Cooperative Learning Sebagai Pendekatan Pembelajaran... 13

3. Jigsaw Sebagai Telmik Cooperative Learning... 28

C. Cooperative Learnin.g Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam... 32

1. Pengertian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.... 32

2. Tujuan dan Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam 34 3. Fungsi Pendidikan Agan1a Islam... 36

4. Karakteristik Pendidika Agama Islam... 37

(7)

Kelompok Belajar Tradisional... 14

2. Tabel 4.1 Kelompok Asal Telmik Jigsaw pada materi Hewan Yang

Halal dan Haram.Dimakan ... 51

3. Tabel 4.2 Kelompok Ahli Teknik Jigsaw Pada materi Hewan yang

Halal dan Haran1 Dimakan .. ... ... ... .. ... .. . .. .. ... .. ... .. ... ... ... .. . 52

4. Tabel 4.3 Kelompok asal teknik jigsaw pada materi Perkembangan

Ilmu Pengetahuan Islam Pada Masa Daulah Abbasiyah ... 54

5. Tabel 4.4 Kelompok ahli teknikjigsaw pada materi Perkembangan

Ilmu Pengetahuan Islam Pada Masa Daulah Abbasiyah ... 55

[image:7.595.30.435.111.719.2]
(8)

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memegang peranan penting dan menentukan eksistensi serta

perkembangan masyarakat, karena pendidikan merupakan usaha melestarikan

nilai-nilai kebudayaan dengan segala aspek dan jenisnya kepada generasi penerus.

Pada dasamya pendidikan merupakan proses pemberian bantuan dari guru kepada

anak didik untuk menumbuh kembangkan sikap kedewasaan.

Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan guru untuk mengubah

tingkahlaku mereka sesuai dengan tugas-tugas perkembangan yang terjadi pada

diri setiap anak didik.

Proses belajar mengajar merupakan bagian dari proses pendidikan formal

dengan guru sebagai pemegang peran utama Dalan1 proses ini sebagian besar

hasil belajar mereka ditentukan oleh peran guru, guru yang berkompeten mampu

menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan mampu mengelola proses

belajar mengajar, sehingga hasil belajar dapat optimalkan. 1

Atas dasar konsep pendidikan dan proses pembelajaran di atas maka

kemampuan guru merupakan faktor yang sangat menentukan keberhasilan proses

belajar mengajar. Sekiranya kemampuan guru baik, maka tenh1 hasil dari proses

belajar mengajar akan baik pula, sebaliknya jika guru tidak mampu melaksanakan

1

(9)

tugas-tugasnya maka pencapaian tujuan yang harus dicapai oleh anak didik tidak

dapat terwujud dengan maksimal.

Di dalam proses belajar mengaJar, guru dituntut memiliki strategi

pembelajan yang efektif dan efisien dan menguasai berbagai metode penyampaian

materi dan menggunakannya dengan secara tepat. Penggunaan metode ini

disesuaikan dengan materi yang diajarkan dan kemarnpuan anak didik yang

belajar.

Tanpa metode yang tepat guna mate1i pembelajaran tidak dapat berproses

secara efektif dan efisien dalam kegiatan belajar mengajar untuk mewujudkan

tujuan pendidikan. Tidaklah berlebihan apabila dikatakan bahwa guru yang telah

siap untuk mengajar dianggap sanggup dan memilih metode mengajar yang

dipakai pada waktu mengajar, sebaliknya pendidikan yang belum siap tidak

mampu memilih suatu metode mengajar yang tepat guna berarti belum sanggup

melaksanakan proses belajar mengajar yang dilakukannya.

Metode yang tidak tepat guna dapat menjadi penghalang kelancaran

jalmmya proses belajar mengajar, sehingga banyak tenaga dan waktu yang

terbuang sia-sia. Setiap guru dituntut menerapkan metode yang efektif sehingga

dapat membangkitkan minat belajar anak didik dan tujuan yang hendak dicapai

dapat terwujud. 2

Pemilihan metode mengajar merupakan suatu keharusan bagi setiap guru

yang mengajar dm1 melaksanakannya secara tepat, salah satu metode yang

kerapkali digunakan guru dalam mengajar adalah metode ceramah dan tanya

jav!ab. Penggunaan metode ceramah secara tepat dan sesuai dengan prosedur

pelaksanammya tentu memberi hasil yang baik kepada anak didik.

Metode ceramah adalah metode yang paling banyak digunakan oleh para

guru dalam menyampaikan materi yang akan diajarkannya kepada siswa.

Terkadang guru dalam menyampaikan materi ajar kepada siswa tidak atau kurang

memperhatikan apakah materi tersebut cocok jika menggunakan metode ceramah,

(10)

dalam me to de ceramah seringkali terj adi komunikasi satu arah, komunikasi model

ini seringkali tidak mengaktifkan siswa, karena peranan siswa dalam proses

kegiatan belajar mengajar sangat rendah. Dampak dari model komunikasi ini

kerap kali terjadi verbalisme karena pemahaman yang berbeda antara guru dan

siswa.

Sebagai salah satu alternatif dari metode pembelajaran yang dapat

mengaktifkan siswa adalah pendekatan cooperative learning yang mernpakan

salah satu pendekatan yang digunakan dalam metode pembelajaran

konstruktivisme. Pembelajaran konstruktivisme menurut anggapan Paul Suparno

adalah metode pengetahuan yang merupakan konstruksi (bentuk) dari orang yang

mengetahui sesuatu itu sendiri, terutama menekankan peran aktif dan bukan

sekedar diterima secera pasif dari guru.3

Kata cooperative diambil dari kata bahasa Inggris yaitu cooperate yang

artinya ke1ja sama dan cooperative learning berarti berke1jasama dalam belajar.

Siswa saling membantu dalam memahami materi pelajaran.

Menurut Slavin, cooperative learning lebih dari sekedar belaj ar kelompok

atau kelompok kerja, karena dalam cooperative learning harus ada "struktur

dorongan dan tugas yang bersifat kooperatif' sehingga memungkinkan te1jadinya

unteraksi secara terbuka dab hubungan-hubunagn yang bersifat interdependensi

yang efektif di antara anggota kelompok .. 4 Pembelajaran cooperative menekankan

pada kehadiran teman sebaya yang berinteraksi antara sesamanya sebagai sebuah

tim dalam menyelesaikan atau membahas suatu masalah atau tugas.

Pembelajaran Cooperative (Cooperative Learning) memiliki banyak teknik,

diantaranya STAD (Student Teams Achievement Division), TGT (Teams Games

Tournament), TAI (Teams Accelerated Instruction), CIRC (Cooperative

Integrated Reading and Composition), Jigsaw, Learning Together, dan Group

Investigation. 5

3 Paul Suparno, Filsafat Konstruklivisme Dalam Pendidikan, (Yogyakarta:

Kanisius, 1997), h.5

(11)

Pemilihan pendekatan, metode dan teknik pembelajaran, tentunya

disesuaikan dengan tujuan, materi, dan karakteristik siswa. Berdasarkan

pengamatan peneliti terhadap tujuan dan materi pembelajaran PAI (pendidikan

agama Islam) terdapat sebuah peluang besar untuk penggunaan teknikjigsaw pada

beberapa materi ajar PAI. Telmik jigsaw dalam cooperative learning memiliki

pemikiran dasar yakni memberi kesempatan siswa untuk berbagai dengan yang

terjadinya proses belajar·dimana siswa mengajar serta diajar oleh sesama siswa.

Jigsaw adalah suatu struktur multifongsi struktur kerjasama belajar.

Jigsaw clapat cligunakan dalam beberapa ha! untuk mencapai berbagai tujuan

terutama cligunakan untuk persentasi dan mendapatkan materi baru, struktur ini

menciptakan saling ketergantungan. 6

Bila dilihat dari sistem komunikasi, maka komunikasi pembelajaran yang

memakani telmik jigsaw termasuk kepada komunikasi multi arah, menurut teori

ilmu komunikasi, komunikasi multi arah termasuk jenis komunikasi efektif,

karena proses penyandian yang dilakukan komunikator bertautan dengan proses

penafsiran pesan yang dilalrnkan komunikan. Semakin tumpang tindih bidang

pengalaman komunikato,r dengan bidang pengalaman komunikan, akan semakin

efektif pesan yang dikomunikasikan.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelaj aran cooperative

teknik jigsaw aclalah metocle pembelajaran yang didasarkan pada bentuk struktur

multifungsi kelompok belajar yang dapat digunakan pada semua pokok bahasan

clan semua tingkatan untuk mengembangkan keahlian clan keterampilan setiap

anggota kelompok, teknik jigsaw terdiri dari dua bentuk diskusi kelompok asal

sehingga dalam metode pembelajaran ini tergantung pada dan belajar dari orang

lain dan menciptakan saling ketergantungan bagi setiap anggota kelompok.

B. ldentifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, beberapa masalah

(12)

a. Bagaimana basil belajar PAI siswa yang diajar menggunakan cooperative

learning?

b. Apakah siswa paham dan mengerti dengan materi yang disampaikan

dengan pendekatan cooperative learning telmikjigsaw?

c. Apakah ada perbedaan antara basil belajar PAI siswa yang diajar dengan

menggunakan pembelajaran cooperative learning telmik jigsaw dengan

basil belajar PAI siswa yang diajar menggunakan pembel!\jaran

konvensional dengan metode ceramah ?

d. Apakah pendekatan cooperatve learning teknikjigsaw dapat mengaktfkan

siswa dalam proses belajar mengajar?

e. Efektifkah dengan penerapan cooperative learning dengan teknik jigsaw

terhadap has ii belaj ar PAI siswa ?

C. Perurnusan dan Pcrnbatasan Masalah

1. Perumusan Masalah

Proses penyandian yang dilakukan komunikator be1iautan dengan proses

penafsiran pesan yang dilakukan komunikan. Semakin tumpang tindih bidang

pengalaman komunikator dengan bidang pengalaman komunikan, akan semakin

efektif pesan yang dikomunikasikan.

Bertolak dari uraian teoritis pada latar belakang di muka, fenomena di

kelas-kelas pada SMP Negeri 3 Pamulang memberikan gambaran yang berbeda.

F enomena di kelas terse but tampak para siswa tidak atau kurang memperhatikan

materi yang disampaikan oleh guru. Ada beberapa siswa yang asik berbicara

dengan teman sebangkunya dan ada beberapa siswa yang asik menggambar. Salah

satu faktor yang menyebabkan terjadinya bal ini berdasarkan pada pengamatan

penelitian adalah cara komunikasi kedna belah pihak (guru : siswa, siswa : siswa).

Tidak efektif komunikasi tersebut terlihat dari hasil wawancara peneliti dengan

beberapa siswa kelas 8 berkenaan dengan materi yang telah disampaikan gunmya.

Empat orang siswa kelas 8 ditanya tentang materi yang telah disampaikan guru

(13)

dijawab,dan dari empat. orang siswa yang ditanya hanya satu orang yang bisa

menjawab.

Banyak variable yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, salah

satunya adalah turum1ya motivasi siswa dalam belajar di kelas. Salah satu

penyebabnya adalah cara (metode) guru dalam menyampaikan pesan ajar (materi

pelajaran).

Sebenarnya femonena ini tidak perh.i terjadi atau dapat diminimalisir

apabila guru memperhatikan metode yang akan dipakai atau metode yang sesuai

dengan materi ajar. Berdasarkan hasil observasi terhadap hasil belajar siswa di

atas, bisa dimaklumi, karena berdasarkan pengamatan peneliti selama PBM

berlangsung guru hanya menggunakan metode ceramah monoton tanpa

memperhatikan kondisi mental siswanya. Dalam metode ceramah jika guru tidak

pandai memadukan beberapa metode, atau guru tidak mengembangkannya pada

berbagai macam teknik pembelajaran, maka proses PBM terasa membosankan

dan akan tercipta kondisi seperti kasus di atas, karena kegiatan siswa hanya

mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru dan tidak dapat turut aktif dalam

proses PBM. Agar dalam PBM siswa dapat turut aktit: malrn perlu diterapkan

pendekatan pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa.

Sebagaimana telah diuraikan di muka, salah satu alternatif yang dapat

mengaktifkan siswa adalah pendekatan cooperative learning, ada banyak metode

pembelajaran yang memakai pendekatan cooperative learning, salah satunya

adalah diskusi. Metode diskusi, merupakan m.etode yang sudah lama diterapkan

dalam pembelajaran, namun untuk PBM di kelas 8 SMP Negeri 3 Pamulang,

metode ini tidak populer. Padahal saat ini metode diskusi sudah berkembang; dan

telah memunculkan beberapa teknik diskusi dalam pembelajaran di kelas, salah

satu teknik tersebut adalah jigsaw. Cooperative learning teknik jigsaw adalah

cooperative learning yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok

yang bertanggimg jawab alas penguasaan bagian materi belajar dan mampu

mengajarkan bagian tersebut kepada anggota lain dalam kekompoknya.

(14)

Dengan demikian penulis tertarik untuk mengetahui lebih jauh

pennasalahan di atas, dan akan ditelusuri melalui penelitian ilmiah dalam bentuk

skripsi. Untuk memudahlan fokus penelitian terhadap permasalahan di atas, malca

penulis membuat rumusan penelitian dalam bentuk pe1iayaan, adapun masalah

yang diteliti pada penelitian ini adalah :

a. Apakah teknikjigsaw dapat mengaktifkan siswa dalam proses belajar

mengajar pendidikan agama Islan1?

b. Apakah telmik jigsaw dapat memberi penguatan pemahaman siswa

terhadap materi pendidikan agama Islam?

c. Bagaimana efektifitas pendekatan cooperative learning telmik jigsaw

pada pembelajaran pendidikan agama Islam?

Berdasarkan perumusan masalah di atas dapat kiranya dibuat judul penelitian

sebagai berikut EFEKTIFITAS PENGAJARAN AGAMA ISLAM

MELALUI PENDEKATAN COOPERATIVE LEARNING TEKNIK JIGSAW (DI SMP NEGERI 3 PAMULANG)

D. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian kepustakaan (Library Reseach) yaitu penelitian yang

dilakukan dengan cara menelaa!;i, mengumpulkan, menghimpun,

mengolah dan menganalisis data memalui literaturbuku-buku ilmiah,

majalah, jurnal, dan rujukan lain yang berkaitan dengan tema yang

akan dibahas.

2. Penelitian lapangan (Field Reseach), penelitian lapangan ini dilakukan

dengan cara mengumpulkan data-data dari lapangan melalui ttji

eksperimen, obervasi, wawancara, da post test.

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan problematika yang telah dirumuskan maka kegiatan

penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektif atau tidaknya pendekatan

(15)

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini bermanfaat untuk memberikan alternatif kepada guru

dalan1 mengajarkan pelajaran PAI melalui pendekatan cooperative learning.

Selain itu penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk sekolah yang diteliti agar

dapat memberikan キ。セョ。@ barn tentang pembelajaran PAI yang diinginkan

siswanya, selain itu juga diharapkan dapat merp.berikan kajian untuk pembaca dan

(16)

Terminologi efektivitas yang terdapat dalam ensiklopedia Indonesia berarti

menunjukkan taraf tercapainya suatu tujuan. Suatu usaha dapat dikatakan efektif

ketika usaha itu mencapai tujuannya.

Menurut pengertian bahasa, efektivitas berati dapat membawa hasil,

sehingga sesuatu dapat dikatakan efektif apabila berhasil dan dapat mencapai

tujuan sebagaimana yang telah dirumuskan atau direncanakan sebelum melakukan

ha! tersebut.

Sedangkan efektivitas dalam kegiatan pembelajaran mengajar merupakan

sesuatu yang membawa hasil dalam waktu yang memadai dapat memadai dapat

memungkinkan tercapainya tujuan instruksional sesuai standar yang telah

ditentukan dengan jumlah siswa.1

Maka salah satu prinsip efektivitas p.engajaran yang baik adalah yang

apabila di dalam proses belajar menggunakan waktu yang culrnp sekaligus dapat

membuahkan hasil ( pencapaian tujuan instruksional) yang lebih tepat dan cermat

serta optimal dengan waktu yang telah ditentukan dengan bobot materi pelajaran

maupun tujuan instruksionalnya diharapkan dapat memberikan sesuatu yang

berharga bagi pese1ia didik. Nana Sudjana mengemukakan dalam bukunya

"Dasar-Dasar Proses Bdajar Mengajar" adalah ssalah satu yang menentukan

keberhasilan kcgiatan belajar mengajar dilihat セャ。イゥ@ proses atau pelaksanaannyti.2

1 G.B. Yuwono, et.all,

(17)

Menurnt Sudjana, unjtuk menetapkan suatu pengajaran efektif, perlu

ditetapkan dua criteria, yaitu ditinjau dari sudut proses dan dari sudut hasilnya.

Dari sudut prosesnya (by process) suatu pengajaran itu berlangsung secara

interaktif yamh dimanis sehingga memungkiq.kan siswa dapat mengembangkan

potensinya melalui kegiatan belajar berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan.

Sedangkan dari sudut hasil ( by product), suatu pengajaran dikatakan efektif jika

siswa dapat menguasai tujuan pembelajaran baik dari segi kualitas maupun

kuantitasnya. 3

Ketercapaian tujuan pembelajaran ini dapat dikategorikan menjadi

beberapa kategori, yaitu: istimewa/maksimal, baik sekali/optimal, dan baik/

minimal. Kriterianya adalah sebagai berikut: 4 ·

a. Istimewa/Maksimal : Apabila seluruh (100%) bahan pelajaran

yang diajarkan itu dapat dikuasai

b. Baik sekali/Optimal

c. Baik/Minimal

oleh siswa.

: Apabila sebagian besar (70% - 99%)

bahan pelajaran yang diajarkan itu

dapat dikuasai oleh siswa.

: Apabila hanya (60% - 75%) bahan

pelajaran yang diajarkan itu

clapat clikuasai oleh siswa.

Berdasarkan tujuan pembelajaran tersebut, maka suatu kegiatan

pembelaj aran dikatakan memiliki tingkat efektivitas yang baik apabila clapat

mencapai minimal 60% dari tuj uan pembelaj aran yang telah 」ャゥエ・エ。ーォ。ョNセ@ ·

Demikian, efektivitas mernpakan suatu konsep yang sangat penting,

karena mampu memerikan gambaran mengenai keberhasilan seseorang dalam

mencapai tujuarn1ya atau suatu tingkatan terhaclap tujuan-tujuan yang tela11 dicapai,

yaitu peningkatan pengetahuan dan keterampilan serta pengembangan sikap

(18)

melalui proses pembelajaran. Hasil dari efektivitas pembelajarnn dapat diukur

oleh tes.

Sedangkan dalam kegiatan pembe!ajaran, pengertian efektivitas adalah

da;am waktu yang memadai dapat memungkinkan tercapainya tujuan

instruksional sesuai dengan standar yang telah ditentukan dengan jumlah siswa. 5 Dalam bidang pendidikan efektivitas dapat ditinjau dari dua segi, yaitli

segi efektivitas guru dan segi efektivitas belajar murid. Efektivitas mengajar guru

terutama menyangkut sejauh mana jenis-jenis kegiatan belajar mengajar clapat

dilaksanakan dengan baik. Efektivitas belajar murid terutama menyangkut sejauh

mana tujuan-tujuan pembelajaran yang diinginkan telah tercapai melalui kegiatan

belajar mengajar yang ditempuh.6

Kegiatan pembelajaran clapat tercapai sesuai clengan tujuan yang telah

dirumuskan clengan baik bila proses pembelajaran berlangsung dengan baik.

B. Cooperative Learning

I. Pendekatan, Metode, dan Teknik

Istilah pendekatan, metode dan teknik bukanlah ha! yang asing dalam

pembelajaran agama Islam. Pendekatan dapat diartikan sebagai seperangkat

asumsi yang berkenaan dengan hakikat dan belajar mengajar agama Islam.

Menurut Sanjaya mengutip pendapat Roy Killen ada dua istilah

pendekatan (approach) yang dapat digunakan oleh guru clalam proses

pembelajaran yaitu, pendekatan yang berorientasi kepada guru (teacher - centered

approaches) clan pendekatan yang berorientasi kepada siswa (studen - centered

approaches). 7

Selain itu Djamarah clan Zain mengungkapkan beberapa pendekatan dalam

kegiatan pembelajaran, yaitu pendekatan individual, pendekatan kelompok,

pendekatan bervariasi, pendekatan edukatif, pendekatan pengalaman, penclekatan

5 G.B. Yuwono, et. at, Pedoman Umum Ejaan Yang Te/ah Disempurnakan, (Surabaya:

Indah, 1987), Cet ke- I, h. 39

6 Madyo Susilo _dan R.B. Kashadi, Dasar-Dasar Pendidikan, (Semarang: Efflrnr ofset,

(19)

pembiasaan, pendekatan emosional, pendekatan rasional, pendekatan keagamaan,

pendekatan fungsional dan pendekatan kebermaknaan. 8

Sedangkan Tolkhah dalam Abdul Madjid mengungkapkan beberapa

pendekatan yang perlu mendapatkan kajian lebih lanjut berkaitan dengan

pembelaj aran agama Islam di antaranya, pendekatan psikologis, dan pendekatan

ウッセゥッ@ kultural. 9

Pendekatan psikologis perlu dipei·timbanngkan mengingat aspek

psikologis masyarakat yang meliputi aspek-aspek rasional, aspek emosional, dan

aspek ingatan.

Sedangkan pendekatan sosio kultural, melihat dimensi manusia tidak saj a

sebagai individu melainkan juga sebagai mahluk sosial budaya yang memiliki

berbagai potensi bagi pengembangan masyarakat dan budaya.

Metode berasal dari bahasa Greek atau Yunani yakni me/ha berarti melalui,

dan hodos artinya cara, jalan, alat atau gaya, jadi metodos berarti jalan yang telah

lalu dan metode berarti jalan yang telah dilalui. 10 Metode adalah rencana

menyeluruh tentang penyajian materi ajar secara sistematis dan berdasarkan

pendekatan yang ditentukan.

Secara istilah menurut H. Muzayyin Arifin, metode yaitu suatu alat atau

cara untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.11

Menurut Muhibbin Syah, metode secara harfiah berarti "cara". Dalam

pemakaian yang umum metode diartikan sebagai cara melakukan sesuatu kegiatan

atau cara melakukan pekerjaan dengan menggunakan fakta dan konsep-konsep

secara sistematis. 12 Sedangkan teknik adalah kegiatan spesifik yang

8 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Be/ajar Mengajar, (Jakarta: PT

Rineka Cipta), cet ke·2, h, 61

9 Abdul Madjid, Perencanaan Pembe/ajara Mengembangkan Standar Kompetensi Guru,

(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), eel ke-1,h. 134, h. 134

10 M.Arifin,

Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bina Aksara, 1987),h. 97

11 H.Muzayyin Arifin,

(20)

diimplementasikan dalam kelas sesuai dengan metode dan pendekatan yang

dipilih.

Dari definisi di atas dapat dipahami bahwa pendekatan bersifat aksiomatis,

metode bersifat prosedural dan teknik bersifat operasional (implementasi).

Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita

terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan lebih merujuk kepada

pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum.

Sedangkan metode bersifat procedural, maksudnya adalah cara yang tepat dan

cepat dalam melakukan sesuatu, dan teknik adalah cara yang dilakukan seseorang

dalam rangka mengimplementasikan metode. Misalnya earn yang bagaimana yang

harus dilakukan berj alan efeltif dan efesien? Dengan demikian, sebelum seseorang

melakukan proses ceramah sebaiknya memperhatikan kondisi dan situasi.

Misalnya berceramah pada siang hari denganjumlah siswa yang banyak tentu saja

akan berbeda jika ceramah itu dilakukan pada pagi hari dengan jumlah siswa yang

terbatas.13

2. Cooperative Learning Sebagai Pendekatan Pembelajaran

a. Pengertian Pembelajaran Cooperative

Menurut Hamid Hasan, Cooperative mengandung penge1iian beke1ja

bersama dalam mencapai tujuan bersama.

Cooperative Learning adalah satu pendekatan yang digunakan dalam

model pembelajaran konstruktivisme. Pembelajaran konstruktivisme menurut

anggapan Paul Suparno adalah pengetahuan merupakan kostruksi (bentuk) dari

orang yang mengetahui sesuatu itu sendiri, konstruksivisme menekankan peran

aktif siswa karena pengetahuan dibentuk oleh siswa secara aktif dan bukan hanya

sekedar diterima secara pasif dari guru.14 Cooperative learning merupakan salah

satu pendekatan yang digunakan dalam model pembelajaran konstruktivistik.

13 Dr. Wina Sanjaya, M.Pd, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

(21)

Pembelajaran konstruktivistik merupakan proses aktif dari pelajar untuk

membangun pengetahuan, bukan hanya bersifat mental tetapi juga keaktifan fisik,

artinya melalui aktivitas secara fisik pengetahuan siswa secara aktif dibangun

berdasarkan proses asimilasi pengalaman a tau bahan yang dipelaj ari dengan

pengetahuan yang telah dimiliki pelajaran dan ini berlangsung secara mental.

Dengan demikian hakikat dari pembelajaran ini adalah membangun pendekatan.

Cara belajar mengajar di sekolah yang berdasarkan pada teori

konstruktivisme adalah cara belajar yang menekankan murid dalam membentuk

pengetahuarmya, sedangkan guru lebih berperan sebagai fasilitator yang

membantu keaktifan murid tersebut dalam pembentukan pengetahuannya.15

Cooperative learning mencakup suatu kelompok kecil siswa yang bekerja

sebagai sebuah tim unttik menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan tugas,

atau mengerjakan untuk mencapai tujuan bersama lainnya. Dari uraian di atas

dapat diartikan bahwa cooperative learning adalah suatu model pengajaran

dimana siswa belajar dan bekerja dalam suatu kelompok kecil, mereka pun saling

membantu, saling berdiskusi dan berargumentasi dalam memahami suatu materi

pelajaran dan bekerjasama dalam mengerjakan tugas atau lembar kerja, baik

dalam bentuk tutorial sebaya, latihan dan koreksi sebaya. Sehingga pembelajaran

dapat membantu dalam meminimalisir perbedaan pemahaman dan penguasaan

terhadap materi pelajaran dari setiap individu siswa.

Walaupun pada dasarnya cooperative learning diterapkan dalam bentuk

kelompok belajar, tetapi'berbeda dengan kelompok tradisional. Kelompok belajar

tradisional maksudnya adalah yang sering diterapkan di sek9lah seperti kelompok

diskusi, kelompok tugas dan kelompok belajar lainnya16. Perbedaan kelompok

belajar bersebut dapat dilihat pada table berikut:

(22)
[image:22.595.31.441.68.578.2]

Tabel 2.1

Perbedaan kelompok belajar kooperatif dengan kelompok belajar tradisional.

Kelompok belajar kooperatif Kelompok belajar tradisional

I. Adanya saling ketergantungan positif I. Tidak ada saling

2. Adanya akuntabilitas individu

3. Kelompok heterogen

4. Terjadi saling transfer sikap

kepemimpinan

5. Sama-sama bertanggung jawab

terhadap tiap anggota kelompok yang lain

6. Menekankan pada penyelesaian tugas dan mempertahankan hubungan 7. Keterampilan sosial diajarkan secara

langsung

8. Guru melakukan observasi dan

intervensi

9. Guru memperhatikan proses

kelompok belajar sehingga efektif

ketergantungan positif

2. Tidak ada akuntabilitas

individu

3. Kelompok homogen

4. Hanya bergantung pada satu orang pemimpin

5. Tanggung jawab hanya untuk diri sendiri

6. Hanya menekankan pada

penyelesaikan tugas

7. Keterampilan sosial hanya diasumsikan clan diabaikan

8. Guru mengabaikan fungsi

kelompok belajar

9. Guru tidak memperhatikan proses kelompok belajar

Pandangan konstrnktivisme menyatakan bahwa pengetahuan dibangun

dalam pikiran pembelaj aran yang berlangsU11g melalui proses assimilasi atau

akomodasi yang dilandasi oleh struktur kognitif pada diri pelajar yang telah ada sebelumnya, sehingga dalam proses pembelajaran konstruktivisme siswa. aktif

secara mental dalam membangun pengetahuannya sementara guru berperan

sebagai fasilitator yang kreatif.17

Menurut Jacobson : "cooperative learning adalah sebuah bentuk dari

strategi mengajar yang didisain untuk menclnkung kerjasama clidalam kelompok

dan interaksi di antara siswa. Strategi ini dibuat untuk mengurangi kompetisi yang

ditemukan dibanyak ruang kelas, yang clapat menimbulkan siapa menang clan

siapa kalah dan menurunkan motivasi siswa untuk saling membantu dengan

. 18

tuJuan yang sama.

17 Siswoyo, Konstruktivisme Dalam Pembelajaran IPA, (Jakarta: FMIPA UNJ, 2000),

(23)

Cooperative learning mencakup suatu kelompok kecil siswa yang beke1ja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya. Tidaklah

cukup menunjukan cooperative learning jika para siswa duduk bersama dalam

kelompok-kelompok kecil tetapi menyelesaikan masalah sendiri-sendiri.

Bukanlah cooperative learning jika para siswa duduk bersama dalam

kelompok-kelompok kecil dan mempersilakan salah seorang diantaranya untuk

menyelesaikan selurnh pekerj aan kelompok. Cooperative learning menekankan

pada kehadiran teman sebaya yang berinteraksi antar sesamanya sebagai sebuah tim dalam menye!esaikan atau membahas suatu masalah atau tugas.

Cooperative learning Jebih dari sekedar belajar kelompok atau kelompok

kerja, karena dalam medel cooperative learning harus ada" struktur dorongan dan

tugas yang bersifat cooperative" sehingga memungkinkan terjadinya interaksi

secara terbuka dan hubungan-hubungan yang bersifat interdependensi yang efektif

di antara anggota kelompok. Keberhasilan belajar bukan semata ditentukan oleh

kemampuan individu secara utuh, melainkan perolehan belajar itu akan semakin

baik apabila dilakukan secara bersanrn-sama dalam kelompok-kelompok belajar kecil yang terstruktur dengan baik.14 Di samping itu, pola hubungan kerja seperti

itu memungkinkan timbulnya persepsi yang positif tentang apa yang dapat mereka

lakukan 1mtuk berhasil berdasarkan kemampuan dirinya secra individual dan

sumbangsih dari anggota lainnya selama mereka belajar secara bersama-sama

dalam kelompok.20

Ada beberapa hal yang perlu dipenuhi cooperative learning agar lebih

menjamin para siswa bekerja secara kooperatif, hal-hal tersebut meliputi :

Pertama, para siswa yang tergabung dalam suatu kelompok harus merasa

ba:1wa mereka adalah bagian dari sebuah tim dan mempunyai tujuan bersama

yang hams dicapai.

Kedua, para siswa yang tergabung dalam sebuah kelompok hams

menyadari bahwa masalah yang mereka hadapi adalah masalah kelompok dan bahwa berhasil atau tidaknya kelompok itu akan menjadi tanggungjawab bersama

oleh seluruh anggota kelompok itu.

14

(24)

Ketiga, untuk mencapai hasil yang maksimum, para siswa yang tergabung

dalam kelompok itu harus berbicara satu sama fain dalam mendiskusikan masalah

yang dihadapinya. Akhirnya, para siswa yang tergabung dalam suatu kelompok

harus menyadari bahwa 'setiap pekerjaan siswa mempnnyai akibat langsnng pada

keberhasilan kelompoknya. 21

Beberapa manfaat proses cooperative learning, menurut Anita Lie yaitu :

siswa dapat meningkatkan kemampuannya untuk bekerja sama dengan siswa lain,

mempunyai lebih banyak kesempatan untuk ni.enghargai perbedaan, mengurangi

kecemasan siswa, meningkatkan partisipasi dalam proses pembelaj aran, motivasi,

harga diri, sikap positif, dan prestasi belajar siswa. 22

Ironisnya, model cooperative learning belum banyak diterapkan dalam

pendidikan, walaupun orang Indonesia sangat membanggakan sifat gotong royong

dalam kehidupan bermasyarakat. Kebanyakan pengajar enggan menerapkan

sistem kerja sama di dalam kelas karena beberapa alasan. Alasan yang utama

adalah kekhawatiran bahwa akan terjadi kekacauan di kelas dan siswa tidak

belajar jika mereka ditempatkan dalam group. Selain itu, banyak orang yang

mempunyai kesan negatif mengenai kegiatan kerja sama atau belajar dalam

kelompok. Banyak siswa juga tidak senang disuruh kerjasama dengan yang lain.

Siswa yang tekun harus bekerja melebihi siswa yang lain dalam group mereka.

Sedangkan siswa yang kurang mampu merasa minder ditempatkan dalam satu

group dengan siswa yang lebih pandai. Siswa yang tekun juga merasa temannya

yang kurang mampu hanya nunut saja basil jerih payah mereka.

Sebenarnya, pembagian kerja yang kurang adil tidak perlu te1jadi dalam

ke1ja kelompok, jika pengajar benar-benar menerapkan prosedur model

cooperative learning. Banyak pengajar hanya membagi siswa dalam kelompok

lalu memberi tugas untuk menyelesaikan sesuatu tanpa pedoman mengenai

pembagian tugas. Akibatnya, siswa merasa ditinggal sendiri karena mereka belum

be1pengalaman, merasa bingung dan tidak· tahu bagaimana harus beke1ja

menyelesaikan tug as terse but kekacauan dan kegaduhan yang te1j adi.

21 Eman Suherman, Strategi Pembelajaran Matematika Komtemporer, (Bandung: UPI),

h. 260.

(25)

Model cooperative learning tidak sama dengan sekedar belajar dalam

kelompok. Ada unsur-unsur dasar cooperative learning yang membedakannya

dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur

model cooperative learning dengan benar akan memungkinkan pendidik

mengelola kelas dengan lebih efektif.23

Slavin dan Stahl mengatakan bahwa, cooperative learning lebih dari

sekedar belajar kelompok atau kelompok kerja, karena belajar model cooperative

learning harus ada "struktur dorongan dan tugas yang bersifat kooperatif',

sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan

hubungan-hubungan yang bersifat interdependensi yang efektif diantara anggota kelompok.

Di samping itu, pola hubungan kerja seperti itu memungkinkan timbulnya

persepsi yang positif tentang apa yang dapat mereka lakukan untuk berhasil

berdasarkan kemampuan dirinya secara individual dan sumbangsih dari anggota

lainnya selama mereka belajar secara bersama-sama dalam kelompok. Stahl,

mengatakan bahwa model pembelajaran cooperative learning menempatkan siswa

sebagai bagian dari suatu sistem kerja sama dalam mencapai suatu hasil yang

optimal dalam belajar.

Slavin, sebagaimana dikutip oleh Etin Solihatin mengatakan bahwa, model

pembelajaran ini berangkat dari asumsi mendasar dalam kehidupan masyarakat

yaitu : "getting better together'', atau raihlah yang lebih baik secara bersama-sama.

Aplikasinya dalam pembelajaran di kelas, model pembelajaran ini

mengetengahkan realita .kehidupan masyarakat yang dirasakan dan dialami oleh

siswa dalam kesehariannya dalam bentuk yang disederhanakan dalam kehidupan

di kelas. Model pembelajaran ini memandang bahwa keberhasilan dalam belajar bukan semata-mata harus diperoleh dari guru, melainkan bisa juga dari pihak lain

yang terlibat dalam pembelajaran itu, yaitu teman sebayanya.

Michael mengatakan bahwa, cooperative learning is more effective in

increasing motive and performance student Model pembelajaran cooperative

lea;·ning mendorong peningkatan kemampuan siswa dalam memecahkan berbagai

(26)

sarna dengan siswa lain clalam menemukan clan merumuskan alternatif pemecahan

terhaclap rnasalah materi yang dihadapi.

Berdasarkan pengertian tersebut, mereka dalam pembelajaran dengan

menggunakan model cooperative learning, pengembangan kualitas diri siswa

terutama aspek efektif siswa clilakukan bersan1a-sama. Belajar dalam kelompok

kecil dengan prinsip kooperatif sangat baik digunakan untuk mencapai tujuan

belajar, baik yang bersifat kognitif, afektif, maupun konatif. Suasana belajar yang

berlangsung dalam inte;aksi yang saling percaya, terbuka dan rileks diantara

anggota kelompok memberikan kesempatan bagi siswa untuk memperoleh dan

memberi rnasukan diantara mereka untuk mengembangkan pengetahuan, sikap,

nilai, dan moral, serta keterampilan yang ingin dikembangkan dalam

pembelajaran.24

Dalam pembelajaran cooperative learning semua anggota dituntut

memberikan urunan pendapat, icle, dan pemecahan masalah sehingga dapat

tercapai tujuan belajar. Anggota kelompok belajar cooperative learning harus

saling membantu, ke1ja sama clan bertanggung jawab dalam memahami suatu

pokok bahasan. 25

Pembelajaran cooperative telah diteliti dan dikembangkan oleh beberapa

universitas, diantaranya Universitas John Hoopkins. Mereka menemukan

teknik-teknik belajar cooperative, pada praktiknya 111enggunakan metode Student teams

learning (STL). Pacla STL menekankan bahwa pencapaian tujuan dan kesuksesan

kelompok dilakukan dengan cara kerja sarna antar anggota kelompok yang efektif.

Kerja sarna kelompok tersebut ticlak hanya pacla penyelesaian tugas, tetapi juga

pacla saat memahami suatu pokok bahasan, seperti yang dilmgkapkan Slavin

bahwa STL siswa tidak hanya bekerja clalam mengerjakan sesuatu secara

kelompok, tetapi juga dalam memahami clan mempelaj ari sesuatu secara

kelompok.

24 Etin Solihatin, pセョァ・ュ「。ョァ。ョ@ Model Cooperative Learning, (Jurnal llmiah Mimbar

(27)

CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition). Sejenis

dengan TAI, hanya Jebih ditekankan pada pengajaran membaca, menulis dan tata

bahasa.

Jigsaw, Seperti STAD dan TGT siswa dikelompokkan tiap anggota

kelompok diberi tugas berbeda satu dengan Jainnya dari sebuah tema yang akan

dibahas. Selanjutnya mereka memahami materi secara keseluruhan. Pemberi tes

diberikan dengan materi menyeluruh.

Selain itu ada beberapa pembelajaran cooperative yaitu, Group

Investigation, Learning Together, Co-op Co-op sebagainya. Teknik Jigsaw,

Group investigation, dan Co-op Co-op adalah teknik cooperative learning yang

mengutamakan tentang spesialisasi anggota kelompok di dalam kelompok.

Penghargaan kelompok (Teams Reward) diberikan kepada kelompok yang

telah mencapai !criteria' yang telah mencapai !criteria yang telah ditentukan.

Penghargaan kelompok diharapkan sebagai penguatan yang dapat memotivasi

anggota kelompok untuk belajar dan beke1ja sebaik mungkin dalam memberikan

konstribusi untuk kelompoknya agar menjadi kelompok yang terbaik. Dengan

demikian tiap kelompok memiliki tujuan kelompok (group goal) yang merupakan

sasaran yang harus dicapai semua anggota.

Akuntabilitas individu (Individual Accountability). Sebagai individu setiap

siswa harus bertanggung jawab untuk belajar, mengerjakan tugas dan memahami

materi yang diberikan. Tujuan dan kesuksesan kelompok ditentukan oleh

kesungguhan semua anggota kelompok tersebut siap menghadapi tes perorangan.

Kesempatan yang sama meraih keberhasilan (Equal Opportunities For

Success). Dalam suatu kelompok belajar cooperative semua anggota mempunyai

kesempatan yang sama untuk meraih keberhasilan dan mengkontribusi nilai untuk

pencapaian skor kelompok.

Roger dan David Johnson mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok

bisa dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal lima

unsur model pembelajaran gotong royong hams diterapkan.

(28)

3. Tatap muka

4. Komunikasi antar anggota

5. Evaluasi proses kelompok

Elemen-elemen dasar tersebut mernpakan ha! yang sangat penting dalam

proses perkembangan siswa menuju pendewasaan diri, diantaranya pendewasaan

diri dalam proses belajar di sekolah. Dengan demikian dapat mempertinggi

pencapaian basil belajar siswa.

b. Landasan Teori Belajar Cooperative

Landasan teori yang melandasi dan mendukung pembelajaran cooperative

ada dua kategori, yaitu teori motivasi dan teori kognitif.27

Pembabasan kedua teori tersebut adalah sebagai berikut:

I) Teori Motivasi

Motovasi belajar merupakan motor penggerak yang mengaktifkan

siswa-siswa untuk melibatkan diri dalam belajar. Sebagai motor penggerak,

motivasi memegang peranan penting dalam memberikan gairah dan

semangat dalam belajar. Siswa yang bermotivasi kuat memiliki energi

yang banyak untuk melakukan kegiatan belajar. Ini sesuai dengan apa

yang dikemukakan oleh Ngalim Purwanto mengenai definisi motivasi,

yaitu "pendorong" suatu usaha yang disadari tmtuk mempengarubi

tingkah laku ,seseorang agar ia tergerak batinya untuk be1iindak

melakukan sesuatu sebingga mencapa,i basil atau tujuan tertentu.28

Dalam cooperative learning, ilrntan kerjasama dalam suatu kelompok

mengandung daya motivasional yang kuat, masing-masing anggota kelompok

saling melibatkan diri untuk mencapai sasaran, karena mereka yakin babwa tujuan

belajar hanya dapat dicapai berkat kerjasama. Keyakinan ini berbeda dengan

keyakinan bahwa tujuan yang dikejar banya dapat dicapai bila orang lain tidak

dapat mencapainya atau keyakinan bahwa sasaran yang dituju sendiri tidak ada

bubungannya dengan sasaran orang lain. Bekerjasama bermii bahwa seorang

27 Robert E. Slavin,

(29)

siswa memperoleh atau meningkatkan motivasinya karena interaksi cooperative

dengan teman sekelasnya sekaligus kebutuhan untuk menerima dan dapat diterima

orang lain. Pada gilirannya, kadar motivasi yang lebih tinggi menghasilkan taraf

prestasi yang lebih tinggi pula.

Motivasi belajar di sekolah dibedakan atas dua bentuk, yaitu:

a) Motivasi Instrinsik, yaitu motivasi yang timbul dari dalam diri sendiri yang

tidak perlu diransang dari luar.

b) Motivasi Ekstrinsik, yaitu motivasi yang timbul karena ada peransang dari

luar.

Menurut teori motivasi siwa pada cooperative learning terletak pada

bagaimana bentuk struktur pencapaian tujuan saat siswa melaksanakan kegiatan.

Pada cooperative learning siswa yakin bahwa tujuan mereka tercapai jika dan

hanya siswa lain juga akan mencapai tujuan tersebut.

Selanjutnya guru dapat membangkitkan motivasi tersebut dalam kegiatan

pembelajaran dengan menyesuaikan tingkat perkembangan siswa. Tentunya bagi

siswa sekolah dasar dan sekolah menengah pertama, bentuk motivasi ekstrinsik

masih dominan. Sedangkan bagi siswa menengah atas, bentuk motivasi instrinsik

hams lebih domonan. Di dalam belajar mengajar peranan motivasi baik instrinsik

maupun ekstrinsik sangat diperlukan. Dengan motivasi s1swa dapat

mengembangkan aktivitas dan inisiatif.

2) Teori Kognitif

Teori kognitif lebih menekankan pada efek dari kerjasama tersebut pada

diri masing-masing siswa. Ada dua kategori utama yang merupakan

bagian dari teori kognitif, yaitu:

a) Teori Perkembangan

Damon dan Murray berpendapat mengenm asums1 dasar teori

perkembangan, yaitu bahwa "interaksi antar siswa terhadap tugas-tugas yang tepat

atau sesuai dengan tingkat pengetahuan siswa dapat meningkatkan penguasaan

(30)

memberikan pandangan bahwa "aktivitas" kolaborasi dapat meningkatkan suatu

pertumbuhan. 30 Maksudnya, apabila siswa dalam tingkat usia yang sama

melakukan kolaborasi yaitu menyelesaikan permasalahan yang taraf kesulitannya

masih berada dalam ZPD mereka, hasilnya akan lebih baik dan menguntungkan

dibandingkan dengan mereka yang bekerja sendiri-sendiri.

b) Teori Elaborasi Kognitif

Wittrock mengungkapkan bahwa "di dalam psikologi kognitif telah

ditemukan bahwa jika informasi yang telah tersimpan dalam ingatan dan

selanjutnya dihubungkan dengan informasi yang baru, maka siswa harus

melakukan penstrukturan kembali kognitifuya". Ketika siswa melakukan kembali

pengetahuannya tersebut dengan pengetahuan yang telah ada sehingga siswa

tersebut akan memperoleh pemahaman yang lebih baik.

Pada cooperative learning cli kelas biasanya akan terj adi tutorial diantara

s1swa, dimana siswa yang lebih memahan1i konsep atau materi pembelajaran

(tutor) akan memberikan penjelasan kepada siswa lain dalam kelompoknya (tute).

Struktur kognitif seorang tutor akan berbeda ketika memperoleh pemahamannya

sendiri dibandingkan setelah memberikan tutorial. Peningkatan pemahaman juga

te1jadi pada siswa yang diberikan penjelasan. Dengan demikian baik tutor maupun

tute alcan memperoleh keuntungan dari proses tutorial.

Melalui cooperative learning ini siswa diberi kesempatan bukan hanya

sekedar belajar tetapi juga saling mengajarkan satu sama lain. Sehingga siswa

tidak berpikir sendiri dan mempertanggung jawabkannya, namun juga saling

berbagi dalam proses pembelajaran. Dari dua landasan teori yang mendukung

pelaksanaan cooperative learning tersebut, pada akhirnya akan mempertinggi

pencapaian prestasi belajar siswa.31 Hubungan kedua teori dapat dilihat pada

(31)

1) Pencapaian hasil akademik.

2) Penghargaan dan kepercayaan dari pembelajaran.

3) Hubungan antar kelompok, mencakup lintas ras dan linlas budaya.

4) Penerimaan siswa secara sosial dalam linglo.mgaimya.

5) Kemampuan menggunakan kemampuan keahlian sosial (bila

diajarkan).32

Berikut ini diberikan beberapa hasil penelitian yang menunjukan manfaat

cooperative learning bagi siswa dengan hasil belajar rendah, antai·a lain seperti

berikut ini:

1) Meningkatkan pencurahan walctu pada tugas 2) Rasa harga diri menjadi lebih tinggi

3) Memperbaiki kehadiran

4) Angka putus sekolah menjadi rendal1

5) Penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar

6) Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil

7) Konflik antar pribadi berkurang

8) Sikap apatis berkurang

9) Pemalmman yang lebih mendalam

10) Motivasi lebih besar

11) Basil belajar lebih tinggi

12) Retensi lebih lama

13) Meningkatkan kebaikan budi, dai1 kepekaan dan toleransi

Pembelajaran yang menerapkan model cooperative learning juga mampu

membantu siswa dalam menumbuhkan sikap-sikap positif tertentu, tidak hanya

menekankan berpikir dan tertunduk demokratif, pembelajaran aktif, perilaku

cooperative dan menghormati perbedaan dalam masyarakat multi budaya.

Tujuan cooperative learning adalah ri:J.enciptakan keberhasilan individu

yang ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompok. Beberapa

keuntungan dalam cooperative learning antara lain:

1) Siswa beke1ja sama mencapai tujuan dengan menjunjung norma-norma

(32)

2) Siswa aktif membantu dan mendorong semangat untuk sama-sama

berhasil

3) Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan

keberhasilan kelompok

4) Interaksi antar siswa juga membantu meningkatkan perkembangan

kognitif

Cooperative learning dapat digunak!ln pada hampir seluruh bagian

kurikulum. Berbagai model dapat cocok bagi mata pelajaran dan tingkat kelas

yang berbeda. Penggunaan dan adaptasi dari cooperative learning tanpa batas

tergantung dari imajinasi dan gaya gum kelas. Cooperative learning dapat

diterapkan pada tingkat pra sekolah, sekolah dasar, dari kelas I sampai dengan

kelas VI, SMP dan SMU.

d. Kelemahan Cooperative Learning

Tidak ada pelajaran atau metode yang sempurna, pasti ada kelemahan dan

kekurangannya, begitu juga dengan cooperative learning. Ada ha! yang hams

diperhatikan dalam cooperative learning dalam cooperative learning dapat

menimbulkan efek ".free rider' yaitu dimana ada beberapa anggota kelompok

yang mengerjakan semua atau sebagian pekerjaan dalam pembelajaran sedang

yang lainnya j alan terns, tidak melakukan aktivitas33. Maksudnya aktivitas

kadangkala hanya dilakukan oleh sekelompok siswa saja, sedangkan yang lainnya

hanya ikut-ikutan.

Efek ".free rider" terjadi ketika kelompok mempunyai tugas sendiri seperti :

menge1jakan laporan pribadi, melengkapi lembar kerja pribadi atau membuat

suatu proyek. Penguasaaan yang demikian dapat juga menciptakaan situasi di

mana siswa-siswa yang dianggap berketerampilan rendah (less skillful) diabaikan

oleh anggota-anggota kelompok yang lainnya.

Masalah ini dapat dieliminasi dengan meyakinkan siswa untuk

bertanggung jawab sendiri selama pembelajaran berlangsung. Misalnya, dalan1

cooperative learning dengan metode STL (Student Teams Learning), kelompok

akan memperoleh penghargaan (rewards) berdasarkan pada kontribusi skor kuis

(33)

kelompok yang belajar keras dan memberikan kontribusi yang besar bagi

kelompoknya berupa skor kuis yang baik, maka kelompok tersebut akan menjadi

kelompok terbaik dan memperoleh penghargaan. Dengan demikian cliharapkan

dalam kelompok tersebut tercipta suasana saling kerja sama, yang pandai clapat

membantu yang kurang pandai berupa tutorial dan yang kurang pandai clapat

be1ianya kepada yang panclai. Sedang yang pandai akan semakin lebih memahami

dan menguasai materi pelajaran.

3. Jigsaw Sebagai Telmik Cooperative Learning

a. PengertianTeknik Jigsaw

Pembelajaran metode Jigsaw ini clikembangkan oleh Aroson et al.,sebagai

teknik cooperative learning, telmik ini bisa digunakan dalam pengajaran

membaca, menulis, mendengarkan dan berbicara. Penclekatan ini bisa pula

cligunakan clalam mata pelajaran, seperti ilnrn pengetahuan alan1, ilnrn

pengetahuan sosial, matematika, agama, clan bahasa, model ini cocok untuk semua

kelas clan tingkatan.

Telmikjigsaw clalam cooperative learning memiliki pemikiran dasar yakni

memberi kesempatan siswa untuk berbagi dengan yang lain, mewujudkan

sosialisasi yang berkesinambungan dan yang terpenting terjaclinya proses belajar

mengajar climana siswa mengajar dan diajar oleh sesama siswa.

Dalam cooperative learning teknik jigsaw ini, guru memperhatikan latar

belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skema agar bahan

pelajaran lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja dengan sesama siswa dalam

suasana gotong rayong dan mempunyai bartyak kesempatan untuk mengolah

informasi clan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.34

Menurut Jolmson cooperative learning teknikjigsaw adalah suatu metode

belajar kelompok yang memiliki gambaran umum sebagai berikut :

1) Setiap anggota kelompok mempelajari salah satu bagian informasi yang

(34)

Menurut Melvin L. Silberman yang diterjemahkan oleh Raisul Muttaqien,

metode belajar jigsaw serupa dengan pertukaran kelompok dengan kelompok

(yaitu metode belajar dimana tugas-tugas yang berbeda diberikan kepada

kelompok siswa yang berbeda, dan hasilnya setiap kelompok akan "mengajarkan"

kepada siswa lain apa yang dipelajari), namun yang berbeda pada metode jigsaw

ini siswa akan mengajarkan kepada teman kelompoknya sehingga dapat

terbentuknya kumpulan pengetahuan pada kelompok tersebut. Kumpulan

pengetahuan tersebut dapat terbentuk karena setiap siswa memiliki tanggung

jawab yang sama untuk membantu teman sekelompoknya menguasai materi yang

telah siswa tersebut kuasai sebelumnya.37

Penggunaan teknik jigsaw dapat digunakan dalam mata pelajaran ilmu

pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, matematika, agama, dan bahasa dan

teknik ini juga dapat digunakan untuk semua kelas atau tingkatan.

Teknik jigsaw digunakan untuk . mengembangkan keahlian dan

keterampilan yang diperlukan untuk menggolongkan aktivitas yaitu

mendengarkan, menyampaikan, kerjasama, refleksi, dan keterampilan

memecahkan masalah. Teknik jigsaw adalah suatu teknik ke1ja kelompok tmtuk

belajar dan partisipasi dalam kelompok, dengan kegiatan sebagai berikut :

a. Listening (mendengarkan), siswa aktifmendengarkan dalam materi yang

dipelajari dan mampu memberi pengajaran pada kelompok aslinya.

b. Speaking-student (berkata), akan menjadikan siswa bertanggung jawab

menerima pengetahuan dari kelompok baru dan menyampaikannya kepada

pendengar barn dari kelompok aslinya.

c. Kerjasama setiap anggota dari tiap kelompok bertanggung jawab untuk

sukses dari yang lain dalam kelompok.

d. Refleksi pemikiran dengan berhasil melengkapi, menyelesaikan kegiatan

dalam kelompok yang asli, harus ada pemikiran reflektif yang

menerangkan tentang yang dipelajari dalam kelompok ahli.

e. Berpikir kreatif, . setiap kelompok harus memikirkan penyelesaian yang

bani dalam mengajarkan dan mempresentasikan materi.38

(35)

Tujuan teknikjigsaw :

I. Menyajikan metode alternatif di samping ceramah dam membaca.

2. Mengkaji kebergantungan positif dalam menyampaikan dan menerima

informasi diantara anggota kelompo!c untuk mendorong kedewasaan

berpikir.

3. Menyediakan kesempatan berlatih bicara dan mendengarkan untuk melatih

kognisi siswa dalam menyampaikan materi. 39

Langkah-langkah teorijigsaw dalam cooperative learning

a) Tahap Cooperative

Siswa ditempatkan dalam suatu kelompok kecil (kelompok dibentuk

berdasarkan ranking) yang disebut kelompok kooperatif dan siswa

menerima sebagian informasi yang harus dibahas atau dipecahkan

dalam kelompok kooperatif terse but.

b) Tahap Ahli

Setelah mendapat sebagian informasi beserta tugas tertentu siswa harus

menjadi pakar atau mengenai bidang yang menjadi tugasnya

masing-masing. Untuk itu siswa harus mencari dari kelompok lain yang

mendapat tugas yang sama, kemudian bekerja sama melakukan hal-hal

berikut: bekerja sama dan menjadi pakar dibidang bacaan atau

informasi yang telah siswa kuasai kepada anggota kelompok

kooperatif.

c) Tahap Lima Serangkai

Siswa kembali kepada anggota kelompolmya, dengan demikian pada

saat yang sama siswa akan menerima pelajaran dari anggota lain.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa cooperative learning teknik

jigsaw adalah suatu teknik pembelajaran yang didasarkan pada bentuk struktur

multifungsi kelompok belajar yang dapat digunakan pada semua pokok bahasan

dan semua tingkatan untuk mengembangkan keahlian dan keterampilan setiap

anggota kelompok, teknik jigsaw terdiri dari dua bentuk diskusi, yaitu diskusi

kelompok ahli dan diskusi kelompok asal sehingga dalam metode pembelajaran

(36)

ketergantungan bagi setiap anggota kelompok. Tekuik jigsaw sangat

memungkinkan untuk diterapkan teknik jigsaw dalam pembelajaran pendidikan

agama Islam.

C. Cooperative Learning Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

I. Pengertian pembelajaran Pendidikan agama Islam

Pembelajaran adalah istilah yang dipakai untuk menyebutkan segala

aktivitas yang dilakukan dengan sengaja oleh peserta diclik untuk mencapai tujuan

belajar. Tujuan belajar berkaitan dengan pernbahan tingkah laku peserta didik

yang meliputi aspek-aspek pengetahuan, k:eterampilan, sikap, nilai-nilai, dan

aspirasi. Aspek-aspek tersebut dimiliki oleh .Peserta didik melalui pengalaman

belajar. Di dalam kegiatan belajar kelompok; pengalaman belajar itu tidak saja

diperoleh melalui interaksi antar peserta didik dan antara peserta didik dengan

lingkungan sosial. Dalam ha! yang disebut terakhir, pengalaman tersebut

diperoleh melalui kegiatan saling belajar.40

Hakikat pembelajaran adalah usaha-usaha yang ditempuh oleh guru agar

dengan usaha-usaha tersebut ia dapat membelajarkan siswa. Hal tersebut dapat

diwujudkan guru dengan cara membuat progran1 pembelajaran berdasarkan

kurikulum yang berlaku atau dengan membuat suatu desain instruksional. Atas

dasar desain terse but seorang guru membuat agar siswa menyusun jadwal belajar

atau program pembelajaran di rumah mereka sendiri. Guru sebagai pendidik

melakukan rekayasa pembelajaran. Rekayasa pembelajarnn tersebut dilakuikan

berdasarkan kurikulum ya11g ber!aku.41

Munculnya anggapan-anggapan yang kurang menyenangkan tentang

pendidikan agama seperti; Islam diajarkan lebih pada hafalan (padahal Islam

penuh dengan nilai-nilai) yang hams dipraktikan. Pendidikan agama lebih

ditekankan pada hubungan formalitas antara hamba dengan Tuhannya,

penghayatan nilai-nilai agama kurang dapat penekanan dan masih terdapat

40 Sudjana S. Strategi Pembelajaran, (Bandung: Falah Production, Juli 2000), Cet ke-3,

Edisi Revisi, h. 96.

(37)

sederetan respon kritis terhadap pendidikan agama. Hal ini disebabkan penilaian

kelnlnsan siswa dalam pelajaran agama dinkur dengan berapa banyak hafalan dan

mengerjakan ujian tertulis di kelas yang dapat didemonstrasikan oleh siswa.

Memang pola pembelajaran tersebut bukanlah khas pola pendidikan

agama. Pendidikan secara umum pun diakui oleh para ahli dan pelaku pendidikan

negara kita yang juga mengidap masalah yang sama. Masalah besar dalam

pendiclikan selama ini a,dalah kuatnya dominasi pusat dalam menyelenggarakan

pendidikan sehingga yang muncul uniform se11tralistik kurikulum, model hafalan

dan monolog, materi ajar yang ban yak, serta kurang menekankan pembentukan

karakter bangsa. 42

Peran guru dalam pembelajaran yaitu membuat desain instruksional,

menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar. Bertindak mengajar atau

membelajarkan, mengevaluasi basil belajar yang berupa dampak pengajaran.

Peran siswa adalah bertindak belajar, yaitu mengalami proses belajar, mencapai

basil belajar dan menggunakan basil belajar yang digolongkan sebagai dampak

penggiring.dengan belajar, maka kemampuan mental semakin meningkat. Hal itu

sesuai dengan perkembangan siswa yang beremansipasi diri sehingga ia menjadi

utuh dan mandiri.

Kegiatan pembelajaran terjadi melalui interaksi antara peserta didik disatu

pihak dengan pendidik dipihak lain. Interaksi antara peserta diclik dengan pencliclik

berada clalam situasi kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran clilakukan

oleh peserta didik dan kegiatan membelajarkan dilakukan oleh pendidik.

Kegiatan belajar merupakan akibat berlangsungnya fungsi pembelajaran.

Funggsi pembelajaran merupakan upaya mendorong, mengajak, membimbing,

clan melatih yang dilakukan oleh pendidik supaya peserta cliclik melakukan

kegiatan belaj ar untuk memenuhi kebutuhan belajar clan kebutuhan pendidikan

dalam upaya memuaskan pemenuhan kebutuhan hidupnya.43

(38)

Apabila memakai istilah pembelajaran agama di sekolah SMP maka ha! itu

berarti segala aktivitas dan usaha gum dalam membelajarkan siswa di sekolah

menengah pertan1a sehingga dengan usaha tersebut siswa SMP dapat mencapai

hasil belajar meliputi keimanan (tauhid), fiqh, sejarah Islam, akhlak dengan baik.

Proses belajar mengajar pada materi .pendidikan agama Islam di SMP

kebanyakan pada saat ini sudah menggunakan kurikulum berbasis kompetensi.

Dengan kurikulum tersebut siswa dituntut lebih aktif dalam belajar dibandingkan

dengan aktivitas mengajar guru, siswa dituntut untuk dapat menyelesaikan,

masalah sendiri, mengoptimalkan ranah affektif, kognitif,dan psikomotorik

dengan latihan-latihan dan tugas yang dibebankannya oleh gum kepada mereka.

Tugas-tugas tersebut tidak hanya LKS dan PR saja, melainkan

program-prograrn guru yang telah disiapkannya untuk siswa dalarn usahanya

membelajarkan siswa.

2. Tujuan dan Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam

Secara umum, pendidikan agama Islam bertujuan: " untuk meningkatkan

keimanan, pemahaman penghayatan, keyakinan dan pengamalan peserta didik

tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan

bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi,

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. "44

Di dalan1 GBPP PAI mata pelajaran pendidikan agama Islam kurikulum

1999, tujuan PAI tersebut lebih dipersingkat lagi, yaitu: "agar siswa memahami,

menghayati dan mengamalkan ajaran Islam sehingga menjadi manusia muslim

yang beriman, bertaqwa kepada Allah SWT dan berakhlak mulia". Rumusan

tujuan PAI ini mengandung pengertian bahwa proses pendidikan agama Islam

yang dilalui dan dialami ·oleh siswa di sekolah dimulai dari tahapan kognisi, yakni

pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap ajaran dan nilai-nilai yang

terkandung dalam ajaran Islam, untuk selanjutnya menuju ke tahapan afeksi,

yakni terjadinya proses internalisasi ajaran dan nilai agama ke dalam diri siswa,

(39)

dalam aiti penghayatan ·dan keyakinan siswa menjadi kokoh jika dilandasi oleh

pengetahuan dai1 pemahamannya terhadap ajaran dan nilai againa islam. Melalui

tahapan afeksi tersebut diharapkan dapat tumbuh motivasi dalam diri siswa dan

bergerak untuk mengama

Gambar

Tabel I. I Perbedaaan
Tabel 2.1 Perbedaan kelompok belajar kooperatif dengan kelompok belajar
Kelompok Asal Teknik Jigsaw Table 4.1 Pada Materi Hewan Yang Halal dan Haram
Table 4.2 Kelompok Ahli Pada Jigsaw Pada Materi Hewan Yang Halal dan Haram
+3

Referensi

Dokumen terkait

Current Ratio Rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih

Tulisan singkat ini hanya memfokuskan terkait dengan bagaimana kita sebagai orang tua untuk terus tidak berhenti mengendalikan anak-anak kita dari berbagai macam

Nilik pameredih aubna opat aspek kamampuh kaparigelan basa (ngaregepkeun, nyarita, maca, nulis) dina materi pangajaran sastra, dina kanyataanana mah henteu bisa kacumponan

Manfaat dari penelitian yang dilakukan adalah memperkenalkan kembali cerita rakyat Putri Mandalika kepada remaja sehingga anak dapat mengenal sosok Putri Mandalika

Pengaruh Partisipasi Anggota Terhadap Keberhasilan Koperasi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 2 Keberhasilan Koperasi (Y) Keberhasilan Koperasi Member

Berdasarkan kondisi tersebut, maka penulis mencoba untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Efektivitas Penggunaan Teknologi Sistem Informasi Akuntansi,

Perpustakaan sekolah merupakan sarana penting dalam menunjang program pendidikan di sekolah baik itu sekolah negeri maupun sekolah swasta, pertimbangannya adalah perkembangan

- Dengan menggunakan HP/Laptop peserta didik membuka google classroom yang telah dibuat guru pada mata pelajaran Produk Kreatif dan Kewirausahaan pada bagian materi