DAFTAR ISI
Hal
LEMBAR
PENGESAHAN
………..
i
LEMBAR
PERNYATAAN
……….
ii
ABSTRAK
………
iii
UCAPAN
TERIMAKASIH
………...
iv
KATA
PENGANTAR
………
v
DAFTAR
ISI
………...
vi
DAFTAR
TABEL
………
vii
DAFTAR
GAMBAR
………..
viii
DAFTAR
LAMPIRAN
………...
ix
A.
Latar Belakang ………
1
B.
Rumusan
Masalah………...
4
C.
Definisi Operasional Variabel……… .
4
D.
Tujuan dan Manfaat Penelitian……….
6
BAB II
MODELING MELALUI MEDIA VIDEO TOILET TRAINING
UNTUK SISWA DOWN SYNDROME
A.
Konsep Dasar Modeling………...
7
B. Konsep Dasar Media………....
14
C. Toilet Training ………
15
D. Hambatan Yang Dialami Siswa
Down Syndrome……
16
E. Meningkatkan Keterampilan Toilet Training Siswa
Down Syndrome Dengan Modeling Melalui Media
Video ………
18
A.
Desain Penelitian………
21
B.
Prosedur Penelitian ………
22
C.
Instrumen Penelitian………..
23
D.
Setting dan Subjek Penelitian ………
24
E.
Teknik Pengumpulan Data………
24
F.
Pengolahan Analisis Data………..
26
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian………
28
B. Pembahasan……….
32
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan………
35
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
[image:4.595.116.511.248.636.2]DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1.
Data Keterampilan Toilet Training
pada Baseline dan Intervensi………
38
2.
Data
Skor Baseline………...
39
3.
Data
Panjang
Kondisi……….
40
4.
Data Estimasi Kecenderungan Arah pada Keterampilan Toilet Training
42
5.
Data Kecenderungan Stabilitas Keterampilan Toilet Training………
45
6.
Data Jejak pada Keterampilan Toilet Training……….
46
8.
Level Perubahan pada Keterampilan Toilet Training………..
47
9.
Hasil AnalisisVisual dalam Kondisi Keterampilan Toilet Training…
47
10.
Data Jumlah Variabel yang Diubah………
48
11.
Data Kecenderungan Arah dan Efeknya pada Keterampilan Toilet
Training………
49
12.
Data Perubahan Kecenderungan Stabilitas pada Keterampilan Toilet
Training………
49
13.
Data Perubahan Level pada KeterampilanToilet Training………
50
14.
Data Persentase Overlap Keterampilan Toilet Training……….
52
15.
Hasil Analisis Visual Kondisi pada Keterampilan Toilet Training….
53
16.
Jadual Pengamatan………
55
DAFTAR GAMBAR
1.
Dokumentasi Penelitian……… 68
2.
Instrumen Penelitian………..
70
[image:6.595.120.509.243.650.2]DAFTAR GRAFIK
Grafik Halaman
4.1 Keterampilan Toilet Training pada Baseline dan Intervensi…………
4.2 Rata-rata Keterampilan Toilet Training………
30
4.3 Estimasi Kecenderungan Arah pada Keterampilan Toilet Training…..
41
4.4 Trend Stabilitas Baseline………..
43
4.5 Trend Stabilitas Intervensi………
43
4.6 Overlap Baseline dan Intervensi pada Keterampilan Toilet Training…
1
BAB I
PANDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Down syndrome
adalah bagian dari tunagrahita dan dapat diartikan
sebagai suatu kondisi yang ditandai oleh adanya abnormalitas perkembangan
kromosom, kemampuan mental jauh di bawah rata-rata, memiliki hambatan
dalam penyesuaian diri secara sosial (perilaku adaptif), berkaitan dengan
adanya kerusakan organik pada susunan syaraf pusat dan tidak dapat
disembuhkan.
Menurut catatan
Indonesia Center for Biodiversity dan Biotechnology
(ICBB)
Bogor, di Indonesia terdapat lebih dari 300 ribu anak penyandang
down syndrome.
Sedangkan angka kejadian penyandang
down syndrome
di
seluruh dunia diperkirakan mencapai 8 juta jiwa (Aryanto, 2008). Angka
kejadian kelainan
down syndrome
mencapai 1 dalam 1000 kelahiran. Di
Amerika Serikat, setiap tahun lahir 3000 sampai 5000 anak dengan kelainan
ini. Sedangkan di Indonesia prevalensinya lebih dari 300.000 jiwa (Sobbrie,
2008). Melihat data tersebut diperkirakan angka kemungkinan munculnya
down syndrome
semakin bertambah di masa yang akan datang.
Hasil studi pendahuluan di lapangan ditemukan siswa
down syndrome
dengan ciri-ciri fisik bertubuh agak pendek, bagian wajah tampak sela hidung
2
menebal, anak tidak berbicara walaupun bisa mendengar, suka menggerakkan
bibir sampai mengeluarkan bunyi menggumam yang tidak dapat dimengerti.
Kondisi siswa tersebut. mengalami keterlambatan dalam semua aspek
perkembangan yang meliputi kognitif, bahasa, motorik, dan sosial. Dalam
melakukan komunikasi, siswa menggunakan bahasa sederhana dan
isyarat/gesture, siswa kesulitan dalam mengekspresikan keinginan dan
kebutuhannya. Dalam kesehariannya, aktivitas siswa seperti bangun tidur,
makan, minum, mandi, berpakaian hingga pergi ke sekolah semuanya
tergantung pada pengasuhnya. Di sekolah anak hanya mampu makan dan
minum ketika pengasuhnya memberinya.
Karena siswa tidak bisa menyampaikan keinginan/kebutuhannya,
maka untuk buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK) juga siswa
seringkali tidak mampu untuk mengungkapkan keinginannya, oleh karena itu
di sekolah siswa seringkali ngompol dan BAB di celana. Akibatnya kegiatan
belajar mengajar sering terganggu, karena bila siswa tiba tiba ngompol/BAB
akhirnya siswa pulang dan tidak menyelesaikan kegiatan belajar, terlebih bila
kegiatan dilakukan di luar sekolah misalnya di kolam renang, museum atau
tempat-tempat umum lainnya yang sering dikunjungi oleh siswa-siswa SLB
Nike Ardilla.
Dari hasil pengamatan di sekolah, ditemukan fakta bahwa siswa
sering kali ngompol dan buang air besar di celana, hal ini diakibatkan karena
3
masuk ke WC, dan jongkok di atas kloset. Padahal keterampilan membuka
celana, masuk ke WC hingga siswa bisa jongkok di atas kloset merupakan
keterampilan yang harus dikuasai terlebih dahulu dalam melatih keterampilan
toilet training pada tempatnya.
Keterampilan toilet training pada siswa
down syndrome
biasanya
dipengaruhi oleh pola asuh orang tua. Ketika anak berusia balita biasanya
keterampilan toilet training sudah bisa dilatih /dibiasakan. Pola asuh orang tua
yang “tidak tegaan” untuk melatih kedisiplinan dalam toilet training turut
berpengaruh dalam perkembangan kemampuan toilet training. Kebiasaan
untuk selalu menolong dan memanjakan menjadikan anak sangat tergantung
pada pengasuhnya.
Selain itu keberhasilan toilet training tergantung pula pada kesiapan
yang ada pada diri anak dan keluarga seperti kesiapan fisik, dimana
kemampuan anak secara fisik sudah kuat dan mampu duduk atau berdiri
sehingga memudahkan anak untuk dilatih buang air, demikian pula kesiapan
psikologis dimana anak membutuhkan suasana yang nyaman agar mampu
mengontrol dan konsentrasi dalam merangsang untuk buang air besar atau
kecil (Hidayat, 2008).
Penelitian kualitatif yang dilakukan oleh Khamidah (2006) yaitu
strategi yang paling efektif dalam melakukan toilet training adalah dengan
4
kepada anak atas keberhasilan yang ditunjukkan dan melalui
role models
dari
orang-orang terdekat.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Nety Siti Hayati (2006) dengan
judul Penerapan Metode
Teacch
dalam Meningkatkan Keterampilan Toilet
Training pada Anak Tunarungu yang Memiliki Perilaku Autis diperoleh
kesimpulan bahwa metode
teacch
berpengaruh dalam meningkatkan
keterampilan toilet training anak tunarungu yang memiliki perilaku autis.
Melihat fakta di lapangan dan pentingnya keterampilan toilet
training bagi seorang anak, maka penulis tertarik untuk meneliti pengaruh
modeling melalui tayangan video terhadap keterampilan toilet training siswa
down syndrome
. Tayangan video dipilih berdasarkan asesmen yang dilakukan
terhadap ketertarikan pada gambar dirinya yang ditayangkan lewat media
video dan belum pernah dilakukan sebelumnya. Siswa sangat tertarik pada
video yang menayangkan rekaman kegiatan belajar di sekolah.
B.
Rumusan Masalah
Masalah utama dari penelitian ini difokuskan pada :
“Apakah modeling melalui media video berpengaruh untuk meningkatkan
keterampilan toilet training siswa
down syndrome?
”.
C. Definisi Operasional Variabel
1.
Variabel Bebas
5
Variabel bebas dapat diartikan sebagai variabel penyebab munculnya
variabel lain, yang dalam penelitian ini adalah modeling melalui media
video. Modeling dalam penelitian ini diartikan sebagai peniruan perilaku
melalui media video tentang kegiatan toilet training dalam pembelajaran
yang dilakukan oleh seorang siswa. Dalam penelitian ini dipilih teman
sebaya sebagai model untuk memperagakan keterampilan toilet training.
2.
Variabel Terikat
Keterampilan toilet training
Variabel terikat dapat diartikan sebagai variabel yang dipengaruhi oleh
variabel lain. Dalam penelitian ini variabel terikat atau target behavior
adalah keterampilan toilet training yang meliputi kegiatan.
1.
Membuka kancing kait
2.
Menurunkan resleting celana
3.
Menurunkan celana sampai kaki
4.
Melepas celana
5.
Menurunkan celana dalam
6.
Melepas celana dalam
7.
Masuk ke wc
8.
Berdiri di atas kloset
9.
Jongkok di atas kloset.
Pada penelitin ini keterampilan toilet training dinilai dalam bentuk skor
6
dengan bantuan, skor 3 jika melakukan tanpa bantuan. Semakin tinggi
skor yang diperoleh dapat diartikan semakin baik keterampilan toilet
trainingnya.
D.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.
Tujuan
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan
rumusan masalah, penulis menetapkan bahwa tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah:
a.
Mengetahui kemampuan awal toilet training siswa
down syndrome.
b.
Mengetahui keterampilan toilet training siswa
down syndrome
setelah
diberi intervensi modeling melalui media video.
2.
Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat:
a.
Meningkatkan keterampilan toilet training siswa
down syndrome.
b.
Menjadi bahan pertimbangan dalam pemilihan media yang digunakan
21
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Desain Penelitian
Penelitian ini dilakukan terhadap kasus tunggal sehingga rancangan
yang digunakan adalah desain
Single Subject Research
(Rancangan Penelitian
Subjek Tunggal) yaitu eksperimen yang dilaksanakan pada satu subjek
dengan tujuan untuk mengetahui berapa besarnya pengaruh dari perlakuan
yang diberikan secara berulang-ulang terhadap kasus tunggal. Sunanto
(2005;135) menyatakan bahwa: “Desain subjek tunggal biasanya digunakan
pada penyelidikan perubahan tingkah laku dari seseorang yang timbul sebagai
akibat beberapa perlakuan (intervensi) dan dapat dipakai apabila ukuran
sampel adalah satu”.
[image:14.595.115.515.244.687.2]Dalam penelitian ini desain yang digunakan adalah desain A-B.
Gambar tampilan desain dapat dilihat pada gambar sebagai berikut:
3.1 Rancangan Eksperimen A-B
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 301 2 3 4 5 6 7 8 9 101112131415
22
Keterangan:
Baseline = Kondisi awal atau dasar kemampuan subjek dalam
keterampilan toilet training
Intervensi = Subjek diberi perlakuan/intervensi , dalam penelitian ini
intervensi yang diberikan berupa modeling melalui video
B.
Prosedur Penelitian
1.
Menentukan baseline (A)
Fase baseline mengukur keterampilan toilet training subjek dengan
memberikan perintah-perintah lisan dan isyarat untuk membuka kancing
kait, menurunkan resleting celana, menurunkan celana sampai kaki,
melepas celana, menurunkan celana dalam, melepas celana dalam, masuk
ke wc, berdiri di atas kloset dan jongkok di atas kloset.
Pada penelitian ini baseline diambil selama lima sesi pengamatan, setiap
sesi dilakukan dalam 30 menit per hari sepanjang jam belajar di sekolah
yaitu dimulai dari jam 08.00 sampai dengan 12.00 setiap hari senin,
selasa, rabu, dan kamis di bulan Mei sampai dengan Juni 2011.
2.
Prosedur Intervensi (B)
Pada fase ini prosedur yang dilakukan pertama adalah memperlihatkan
video berdurasi 5 menit berisi adegan membuka kancing kait,
menurunkan resleting celana, menurunkan celana sampai kaki, melepas
celana, menurunkan celana dalam, melepas celana dalam, masuk ke wc,
23
Prosedur yang dilakukan pada saat intervansi yaitu pada saat penayangan
video, penayangan tersebut dapat diberhentikan sementara atau
pause
pada setiap adegan yang tidak dapat ditiru/dilakukan subjek. Penilaian
dilakukan berdasarkan kriteria sebagai berikut:
-
Melakukan tanpa bantuan skor = 3
-
Melakukan dengan bantuan skor = 2
-
Tidak melakukan skor = 1
Setelah prosedur tersebut dilaksanakan maka skor yang diperoleh dapat
dihitung dan dimasukkan ke dalam tabel dan grafik.
C.
Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah video toilet training
yang berisi 9 adegan yaitu:
1.
Membuka kancing kait
2.
Menurunkan resleting celana
3.
Menurunkan celana sampai kaki
4.
Melepas celana
5.
Menurunkan celana dalam
6.
Melepas celana dalam
7.
Masuk wc
8.
Berdiri di atas kloset
24
Perintah untuk meniru gerakan diberikan setelah video ditayangkan,
kemudian subjek melakukan peniruan gerakan toilet training sesuai perintah
lisan dan isyarat yang diberikan.
D.
Setting dan Subjek Penelitian
1.
Setting
Penelitian ini dilaksanakan di SLB B-C Nike Ardilla dengan mengambil
tempat belajar di depan wc/ toilet sekolah selama 30 menit setiap sesinya.
2.
Subjek Penelian
Subjek penelitian ini adalah 1 (satu) orang siswa
down syndrome
berinisial IFN, berusia 16 tahun yang mengalami hambatan dalam
perkembangan kognitif, bahasa, motorik, sosial dan mempunyai masalah
dalam keterampilan buang air besar dan buang air kecil yaitu ngompol dan
BAB di celana selama di sekolah.
E.
Teknik Pengumpulan Data
Observasi
Dilakukan dengan mengisi lembar pengamatan seperti di bawah ini
Lembar Observasi
Nama Subjek : IFN
Nama Observer : ……….……….
Target Behavior : Keterampilan Toilet Training
25
Waktu setiap sesi : 30 menit
Hari/Tgl/
Jam
Kegiatan yang dinilai
Penilaian
MTB (3) MDB (2)
TM (1)
1. Membuka kancing kait
2. Menurunkan resleting celana
3. Menurunkan celana sampai kaki
4. Melepas celana
5. Menurunkan celana dalam
6. Melepas celana dalam
7. Masuk ke WC
8. Berdiri di atas kloset
9. Jongkok di atas kloset
Keterangan :
MTB = Melakukan Tanpa Bantuan
(Skore = 3)
MDB = Melakukan Dengan Bantuan
(Skore = 2)
TM
= Tidak Melakukan
(Skore = 1)
26
F.
Pengolahan Analisis Data
Tahap terakhir sebelum menarik kesimpulan adalah analisis data, pada
penelitian desain kasus tunggal akan terfokus pada data individu, setelah
semua data terkumpul kemudian dianalisis menggunakan statistik deskriptif.
Pada penelitian dengan kasus tunggal penggunaan statistik yang kompleks
tidak dilakukan tetapi lebih banyak menggunakan statistik deskriptif yang
sederhana (Sunanto 2005: 65). Adapun tujuan analisis data dalam modifikasi
perilaku adalah untuk dapat melihat sejauh mana pengaruh intervensi terhadap
perilaku yang ingin dirubah atau target behavior, pada penelitian ini untuk
melihat bagaimana pengaruh modeling melalui media video pada
keterampilan toilet training siswa
down syndrome.
Metode analisis visual
yang digunakan adalah dengan menggunakan pengamatan langsung terhadap
data yang ditampilkan dalam grafik, dalam proses analisis data pada penelitian
subjek tunggal banyak menampilkan data ke dalam grafik khususnya grafik
garis, tujuan penggunaan grafik dalam penelitian ini adalah supaya peneliti
lebih mudah menjelaskan perilaku subjek secara efisien dan detail. Menurut
Sunanto (2005: 36) terdapat beberapa komponen-komponen dasar yang harus
dipenuhi dalam pembuatan grafik diantaranya sebagai berikut:
1.
Absis adalah sumbu X merupakan sumbu mendatar yang
menunjukkan satuan variabel bebas (misalnya sesi, hari, tanggal).
Dalam penelitian ini absis digunakan untuk menunjukkan banyaknya
27
2.
Ordinat adalah sumbu Y merupakan sumbu vertikal yang
menunjukkan satuan untuk variabel terikat (misalnya persen, frekuensi
dan durasi). Penelitian ini menggunakan ordinat untuk menunjukkan
skor kemampuan keterampilan toilet training.
3.
Titik awal merupakan pertemuan antara sumbu X dengan sumbu Y
sebagai titik awal satuan bebas dan terikat.
4.
Skala garis-garis pendek pada sumbu X dan sumbu Y yang
menunjukkan ukuran.
5.
Label kondisi yaitu keterangan yang menggambarkan kondisi
eksperimen misalnya baseline atau intervensi
6.
Garis perubahan kondisi yaitu garis vertikal yang menunjukkan
adanya perubahan kondisi ke kondisi lainnya.
7.
Judul grafik, judul yang mengarahkan perhatian pembaca agar segera
35
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
1.
Berdasarkan hasil analisis data dapat ditarik kesimpulan bahwa subjek
memiliki hambatan dalam keterampilan toilet training, hal ini dapat dilihat
dari grafik sebelum diberikan intervensi, data menunjukkan bahwa
sembilan indikator yang diukur untuk melihat keterampilan toilet training
dapat dilakukan dengan bantuan, terutama pada indikator membuka
kancing kait
2.
Setelah diberikan intervensi modeling melalui media video hasilnya
keterampilan toilet training subjek meningkat, hal ini dapat dilihat dari
adanya perbedaan antara sebelum dan sesudah diberikan intervensi.
Perbedaan yang terlihat setelah diberikan intervensi adalah peniruan yang
dilakukan subjek terhadap sembilan indikator keterampilan toilet training
yang meningkat terutama pada keterampilan menurunkan resleting celana
tanpa bantuan, menurunkan celana sampai kaki tanpa bantuan, membuka
celana tanpa bantuan, menurunkan celana dalam tanpa bantuan, membuka
celana dalam tanpa bentuan, masuk wc tanpa bantuan, berdiri diatas kloset
tanpa bantuan serta jongkok di atas kloset juga tanpa bantuan. Hanya satu
36
Dengan demikian dapat disimpulkan terdapat pengaruh modeling melalui
media video terhadap keterampilan toilet training siswa
down syndrome
dengan karakteristik seperti diuraikan diatas
.
B.
Saran
Atas dasar hasil penelitian ini, maka penulis memberikan saran-saran sebagai
berikut:
1.
Bagi Orang Tua
a.
Mempertimbangkan hambatan dan kondisi fisik subjek yang dialami
selama penelitian, disarankan untuk menyediakan seragam sekolah
yang disesuaikan dengan kondisi anak, pemakaian celana berkancing
kait diganti dengan celana yang berperekat.
b.
Membatasi pemakaian pempers/diapers karena membuat iritasi pada
kulit.
c.
Menanamkan disiplin yang konsisten dalam melatih toilet training.
2.
Peneliti selanjutnya
Modeling melalui media video dapat dijadikan bahan penelitian
selanjutnya dengan mempertimbangkan indikator yang lebih lengkap
untuk meningkatkan proses kegiatan belajar mengajar di sekolah. Selain
itu juga perlu dipertimbangkan pemilihan sampel yang lebih banyak, atau
37
I. Daftar Pustaka
Gunarhadi. (2005)
Penanganan Anak Syndroma Down dalam Lingkungan Keluarga
dan Sekolah
, Jakarta Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Hayati, N.S. (2006).
Penerapan Metode Teach Dalam Meningkatkan Keterampilan
Toilet Training Pada Anak Tuna Rungu Yang Memiliki Perilaku Autis
,
Skripsi, Jurusan PLB, UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Lewis, V. (2003).
Development and Disability, Second Edition
, United Kingdom.
Blackwell Publishers
Sunanto, J., Takeucchi, K. dan Nakata, H. (2005).
Pengantar penelitian dengan
Subyek Tunggal
, Japan: CRICED, University of Tsukuba.
Spink, H. (2005).
Applying Structured Teching Principles to Toilet Training
[Online], Tersedia:
http://www
. Toilet Training.com [11 November 2010]
Tarsidi, D. (2008).
Memahami Perkembangan Kepribadian Tunanetra Melalui Teori
Kepribadian
Sosial
Learning
Dari
Bandura.
[Online],
Tersedia:
http://www.d-tarsidi.bloggspot.com
. [5 Desember 2010]
Teori
Belajar
Sosial.
[Online].
Tersedia:
http;//edukasi.kompasiana.com/2011/03/12/teori-belajar-sosial-albert-bandura/
[5 Desember 2010]
Toilet Training. [Online]. Tersedia:
http://www.Medicastore.com/cybermed.
[22
Desember 2010]
Toilet Training, [Online] Tersedia : http/www.foxitsoftware.com [10 Desember 2010]
Wasson, J.B. (2005).
Single Subject Research Design
(on line) Tersedia:
http://www.iit.edu/departements/esep/emerging/bme/single.html
. [o4 April
2010]