• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMEN (TGT) DENGAN MEDIA PAPAN NILAI TEMPAT UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATERI PERKALIAN (Penelitian Eksperimen di Kelas IV SD Negeri 4 Megu Gede dan SD Negeri 3 Tegalwangi Kecamatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMEN (TGT) DENGAN MEDIA PAPAN NILAI TEMPAT UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATERI PERKALIAN (Penelitian Eksperimen di Kelas IV SD Negeri 4 Megu Gede dan SD Negeri 3 Tegalwangi Kecamatan "

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

(Penelitian Eksperimen di Kelas IV SD Negeri 4 Megu Gede dan SD Negeri 3 Tegalwangi Kecamatan Weru Kabupaten Cirebon)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

ASEP SARIFUDIN 0903200

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR KAMPUS SUMEDANG

(2)

i

E.

Definisi Operasional ... 7

BAB II STUDI LITERATUR ... 9

A. Hakikat Matematika ... 9

1. Pengertian Matematika ... 9

2. Pembelajaran Matematika ... 10

3. Ciri-ciri pembelajaran matematika di Sekolah Dasar ... 11

4. Tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar ... 12

B. Teori-teori Belajar Matematika ... 13

1. Teori Jean Piaget ... 13

2. Teori Bruner ... 14

3. Teori Dienes ... 15

C. Pembelajaran Kooperatif ... 16

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif ... 16

2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif ... 17

3. Prinsip Pembelajaran Kooperatif ... 18

4. Unsur Pembelajaran Kooperatif ... 19

5. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif ... 19

D. Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT... 21

1. Pengertian Teams Games Tournament (TGT) ... 21

2. Tahapan-Tahapan Pembelajaran Kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) ... 21

3. Kelebihan dan Kekurangan Teams Games Tournament (TGT) ... 27

E. Media ... 28

1. Pengertian Media ... 28

2. Manfaat dan Tujuan Media ... 29

3. Fungsi Media ... 30

4. Penggunaan Media Papan Nilai Tempat ... 31

(3)

ii

BAB III METODE PENELITIAN ... 39

A. Metode dan Desain Penelitian ... 39

B. Subjek Penelitian ... 41

1. Populasi ... 41

2. Sampel ... 43

C. Prosedur Penelitian ... 43

1. Tahap Perencanaan ... 44

2. Tahap Pelaksanaan ... 44

3. Tahap Analisis Data ... 44

D. Instrumen Penelitian ... 46

1. Instrumen Tes ... 46

a. Validitas Instrumen ... 46

b. Reliabilitas Instrumen ... 48

c. Daya Pembeda ... 49

b. Pengujian Hipotesis ... 66

1) Uji Hipotesis Rumusan Masalah 1 ... 67

2) Uji Hipotesis Rumusan Masalah 2 ... 68

3) Uji Hipotesis Rumusan Masalah 3 ... 69

B. Analisis Data Nontes ... 70

1. Analisis Data Angket ... 70

2. Analisis Data Observasi ... 75

a. Analisis Hasil Observasi Kinerja Guru ... 75

(4)

iii

3. Hasil Wawancara ... 81

a. Hasil Wawancara dengan Siswa ... 81

b. Hasil Wawancara dengan Guru ... 82

C. Temuan dan Pembahasan ... 83

1. Proses Pembelajaran di Kelas Kontrol ... 83

2. Proses Pembelajaran di Kelas Eksperimen ... 88

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 100

A. Kesimpulan ... 100

B. Saran ... 102

DAFTAR PUSTAKA ... 103

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 105

(5)

iv

2.2 Kriteria Penghargaan Kelompok ... 27

3.1 Daftar Populasi Penelitian dan Nilai Matematika ... 41

3.2 Populasi Penelitian ... 43

3.3 Kriteria Validitas Butir Soal ... 47

3.4 Validitas Tiap Butir Soal ... 48

3.5 Kriteria Reliabilitas ... 49

3.6 Daya Pembeda Butir Soal ... 50

3.7 Daya Pembeda Tes Hasil Ujicoba ... 50

3.8 Tingkat Kesukaran Butir Soal ... 51

3.9 Tingkat Kesukaran Tes Hasil Ujicoba ... 52

3.10 Kriteria Persentase Angket ... 57

4.1 Hasil Uji Normalitas Data Pretes ... 61

4.2 Hasil Uji U Data Pretes ... 64

4.3 Uji Normalitas Postes ... 65

4.4 Hasil Uji U Rumusan Masalah 1 ... 68

4.5 Hasil Uji U Rumusan Masalah 2 ... 69

4.6 Hasil Uji U Rumusan Masalah 3 ... 70

4.7 Rekapitulasi Persentase Observasi Kinerja Guru dalam Merencanakan Pembelajaran di Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 75

4.8 Rekapitulasi Persentase Observasi Kinerja Guru dalam Melaksanakan Pembelajaran di Kelas Kontrol dan Eksperimen Pertemuan 1 ... 76

4.9 Rekapitulasi Persentase Observasi Kinerja Guru dalam Melaksanakan Pembelajaran di Kelas Kontrol dan Eksperimen Pertemuan 2 ... 77

4.10 Rekapitulasi Persentase Observasi Kinerja Guru dalam Melaksanakan Pembelajaran di Kelas Kontrol dan Eksperimen Pertemuan 3 ... 78

(6)

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(7)

vi

(8)

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) ... 105

1.1 RPP Kelas Eksperimen ... 106

1.2 RPP Kelas Kontrol ... 123

Lampiran B (Instrumen Tes) ... 133

2.1 Kisi-kisi Tes Ujicoba ... 134

2.2 Soal Tes Ujicoba ... 135

2.3 Pedoman Penskoran Soal Ujicoba ... 136

2.4 Kisi-kisi Soal Pretes dan Soal Postes ... 153

2.5 Soal Pretes dan Soal Postes ... 154

2.6 Kunci Jawaban dan Pedoman Penskoran Soal Pretes dan Soal Postes .... 155

2.7 Lembar Kerja Siswa Kelas Kontrol ... 163

2.8 Lembar Kerja Siswa Kelas Eksperimen ... 173

Lampiran C (Instrumen Nontes) ... 190

3.1 Angket Respon Siswa ... 191

3.2 Kisi-kisi Wawancara untuk Siswa ... 193

3.3 Daftar Pertanyaan Wawawncara untuk Siswa ... 194

3.4 kisi-kisi Wawancara Observer ... 195

3.5 Daftar Pertanyaan Wawancara terhadap Observer ... 196

3.6 Kisi-kisi Lembar Perencanaan Kinerja Guru untuk Pembelajaran di Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 196

3.7 Lembar Penilaian Perencanaan Kinerja Guru untuk Pembelajaran di Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 198

3.8 Kisi-kisi Lembar Observasi Kinerja Guru untuk Pembelajaran di Kelas Eksperimen ... 198

3.9 Lembar Observasi Kinerja Guru untuk kelas Eksperimen ... 201

3.10 Kisi-kisi Lembar observasi Kinerja Guru untuk Pembelajaran di Kelas Kontrol ... 202

3.11 Lembar Observasi Kinerja Guru untuk Kelas Kontrol ... 203

3.12 Kisi-kisi Lembar Observasi Aktivitas Siswa Kelas Kontrol ... 204

3.13 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Kelas Kontrol ... 204

3.14 Kisi-kisi Lembar Observasi Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen ... 205

3.15 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen ... 205

Lampiran D (Hasil Ujicoba Instrumen) ... 206

4.1 Hasil Ujicoba Perkalian ... 207

4.2 Validitas Butir Soal Ujicoba ... 209

4.3 Reliabilitas Soal Ujicoba ... 212

4.4 Daya Pembeda Tiap Butir Soal Ujicoba ... 214

4.5 Tingkat Kesukaran Tiap Butir Soal Ujicoba ... 216

4.6 Rekapitulasi Hasil Ujicoba ... 219

Lampiran E (Analisis Data Hasil Penelitian) ... 220

5.1 Hasil Pretes Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 221

5.2 Uji Normalitas Data pretes Kelas kontrol dan Kelas Eksperimen ... 223

(9)

viii

5.8 Hasil Uji Hipotesis Rumusan Masalah 3 ... 233

5.9 Data Observasi Kinerja Guru Kelas Kontrol ... 234

5.10 Data Observasi Kinerja Guru Kelas Eksperimen ... 237

5.11 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Kelas Kontrol ... 240

5.12 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen ... 247

5.13 Persentase Jawaban Angket Respon Siswa ... 255

Lampiran F (Surat-Surat) ... 256

(10)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemajuan suatu bangsa sebagian besar ditentukan oleh mutu pendidikan

yang ada di negara tersebut. Saat ini pendidikan di Indonesia sedang mendapatkan

perhatian serius dari pemerintah. Usaha pemerintah dalam meningkatkan mutu

pendidikan sedang dilakukan dengan berbagai cara melalui proses pembangunan

di bidang pendidikan. Pembelajaran matematika yang diberikan di sekolah,

memberikan sumbangan penting bagi siswa dalam mengembangkan kemampuan

dan juga memiliki peranan strategis dalam upaya peningkatan mutu sumber daya

manusia (SDM).

Matematika merupakan bagian dari kehidupan manusia yang tidak dapat

dipisahkan dalam kehidupan. Setiap kegiatan yang dilakukan oleh manusia selalu

berhubungan dengan matematika. Pentingnya matematika membuat siswa harus

mempelajarinya, karena setiap kegiatan siswa tidak terlepas dari peran

matematika itu sendiri. Pada kenyataannya anggapan siswa tentang matematika

adalah sebagai mata pelajaran yang susah, karena kebanyakan siswa tidak

menyukai mata pelajaran matematika. Ketika siswa menganggap matematika sulit

untuk dipahami, maka pembelajaran harus dibuat semenarik mungkin sehingga

materi yang akan di ajarkan dapat diterima siswa dengan baik.

Menurut Sagala (2003: 61), “Pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori-teori belajar merupakan penentu

utama keberhasilan pendidikan”. Pembelajaran itu terjadi karena adanya kegiatan

interaksi antara siswa dan guru yang menggunakan asas pendidikan. Kegiatan

belajar mengajar harus didasarkan oleh teori-teori belajar demi tercapainya suatu

tujuan pembelajaran. Menurut Dienes (Pitajeng, 2006: 32) berpendapat bahwa

“Perkembangan konsep matematika dapat dicapai melalui pola berkelanjutan,

yang setiap seri dalam rangkaian kegiatan belajarnya berjalan dari yang konkret

ke simbolik”. Oleh karena itu, tahap belajar merupakan interaksi yang

(11)

dilakukan melalui media matematika yang didesain secara khusus. Adanya

interaksi antara guru dan siswa, maka siswa diharapkan lebih mengerti bahwa

mata pelajaran matematika itu tidak menakutkan.

Ketika proses pembelajaran itu berlangsung, siswa tidak berperan aktif

pada proses pembelajaran dan tidak ada interaksi siswa dengan siswa yang

lainnya. Guru menggunakan pembelajaran konvensional, sehingga membuat

siswa merasa bosan pada proses pembelajaran berlangsung. Seharusnya guru lebih

kreatif pada proses pembelajaran sehingga dapat mengkondisikan siswa untuk

aktif, dengan menggunakan media pembelajaran dan menentukan model

pembelajaran yang sesuai, sehingga dapat membuat siswa lebih paham dengan

materi yang diajarkan.

Pembelajaran matematika di SD dilakukan untuk mengembangkan

kemampuan dasar siswa tentang matematika, sebagimana apa yang di harapkan

kurikulum terwujud. Untuk memecahkan suatu masalah yang berkaitan dengan

matematika siswa harus mempunyai empat kemampuan dasar yaitu

penjumalahan, pengurangan, pembagian dan perkalian. Berdasarkan observasi,

tidak semua siswa kelas IV SD menguasai perkalian yang diharapkan oleh

kurikulum. Sebagian besar dari mereka hafal fakta dasar perkalian (bilangan 1

sampai dengan 10), tetapi belum menguasai materi lanjutan dari perkalian dasar

yang juga harus mereka kuasai. Kesalahan yang ditemukan yaitu pada

penempatan angka antara satuan, puluhan, dan ratusan, atau dapat disebut nilai

tempat. Jadi, dari keempat kemampuan dasar yang dimiliki siswa hanya satu

kemampuan dasar yang menjadi masalah bagi siswa SD yaitu kemampuan dasar

perkalian. Salah satu permasalahan yang muncul dalam pembelajaran diantaranya

adalah kurangnya pemahaman siswa tentang operasi hitung perkalian dengan cara

bersusun. Konsep dasar perkalian berkaitan dengan penjumlah yang berulang.

Dalam pembelajaran matematika mengenai operasi hitung perkalian

dengan cara bersusun, masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam

memahaminya nilai tempat. Kesulitan yang dialami siswa dalam proses

pembelajaran guru hanya menjelaskan, memberi contoh bentuk operasi hitung

(12)

3

bersusun. Guru kurang memberikan keleluasaan untuk menyelesaikan operasi

hitung perkalian bersusun menggunakan sifat-sifat operasi hitung perkalian,

sehingga siswa kesulitan dalam perkalian bersusun ke bawah.

Berdasarkan permasalahan di atas, salah satu solusinya dengan

menerapkan suatu model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament

(TGT). Menurut Christz (2011) model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games

Tournament (TGT) memiliki kelebihan sebagai berikut.

a. Dapat mendorong dan mengkondisikan berkembangnya sikap dan keterampilan sosial siswa, meningkatkan hasil belajar, serta aktivitas siswa.

b. Lebih meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas. c. Mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan individu.

d. Dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara mendalam. e. Proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari siswa. f. Mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain. g. Motivasi belajar lebih tinggi.

h. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran

kooperatif tipe TGT dapat mendorong dan mengkondisikan berkembangnya sikap

dan keterampilan sosial siswa, meningkatkan hasil belajar tentang materi

perkalian, serta aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Selain itu juga guru

bertindak sebagai fasilitator kemajuan kemampuan siswa mengenai materi

perkalian.

Fokus kegiatan pembelajaran di sekolah, pola interaksi antara guru dan

siswa dalam mempelajari suatu materi pelajaran yang tersusun dalam KTSP

kurikulum pembelajaran matematika memiliki beberapa tujuan (Depdiknas, 2006:

30) yaitu:

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

(13)

4. Mengkomunikasakan gagasan dengan simbol-simbol, tabel, diagram atau media lain untuk menjelaskan keadaan atau masalah.

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Berdasarkan tujuan kurikulum pembelajaran matematika, maka

pelaksanaan pembelajaran matematika di SD harus bersifat aktif, menarik, dan

guru hendaknya memberikan kebermaknaan bagi siswa tentang hal yang

dipelajarinya bukan memunculkan sumber kesulitan belajar. Sebagian besar siswa

menyatakan bahwa mereka tidak suka belajar matematika, karena matematika itu

sukar dipelajari dan dalam pengerjaannya pun dibutuhkan ketelitian yang ekstra.

Dengan Demikian, seorang guru harus lebih memahami karakter siswa sekolah

dasar. Dengan begitu, pada siswa lebih cepat menangkap materi tentang perkalian,

adapun salah satu model pembelajaran yang berkaitan dengan permainan yaitu

menggunakan model pembelajatan Teams Games Tournament (TGT).

Model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT)

karena dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT supaya terbiasa belajar bergotong

royong dan melatih berkompetisi dalam turnamen. Dalam turnamen, diharapkan

mendorong siswa menjadi yang paling unggul tidak takut membuat kesalahan.

Dengan demikian siswa akan termotivasi untuk belajar menjadi baik dan menjadi

lebih aktif pada proses pembelajaran. Pada pembelajaran kooperatif tipe Teams

Games Tournament (TGT) dengan media papan nilai tempat untuk mempermudah

siswa untuk lebih memahami operasi hitung perkalian.

Melalui penerapan model pembelajaran cooperative tipe TGT (Teams

Games Tournament) ini diharapkan siswa bisa memiliki setiap aspek

perkembangan, karena model pembelajaran ini selain dapat meningkatkan

motivasi siswa dalam belajar juga dapat merangsang siswa untuk belajar

bekerjasama, lebih kreatif, aktif dalam pembelajaran. Pada model pembelajaran

ini siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit karena

mereka saling berdikusi dengan temannya, secara rutin mereka bekerja dalam

(14)

5

Penelitian ini dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe Teams Games Tournament (TGT) dengan Papan Nilai Tempat untuk

Meningkatkan Pemahaman Siswa pada Materi Perkalian (Penelitian Eksperimen

di Kelas IV SD Negeri 4 Megu Gede dan SD Negeri 3 Tegalwangi Kecamatan

Weru Kabupaten Cirebon).

B. Rumusan Masalah dan Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu

permasalahan pada penelitian ini, dengan uraian sebagai berikut.

1. Apakah pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

Teams Games Tournament (TGT) dengan papan nilai tempat dapat

meningkatkan pemahaman siswa kelas IV pada materi perkalian secara

signifikan?

2. Apakah pembelajaran konvensional dengan papan nilai tempat dapat

meningkatkan pemahaman siswa kelas IV pada materi perkalian secara

signifikan?

3. Apakah terdapat perbedaan pemahaman yang signifikan antara siswa yang

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games

Tournament (TGT) dengan papan nilai tempat dan siswa yang

menggunakan pembelajaran konvensional dengan papan nilai tempat?

4. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran perkalian yang

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games

Tournament (TGT) dengan papan nilai tempat?

5. Faktor-faktor apa saja yang mendukung atau menghambat pembelajaran

perkalian dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams

Games Tournament (TGT) dengan papan nilai tempat?

Pada penelitian ini penggunaan media hanya sebagai pelengkap. Penelitian

ini dibatasi hanya pada siswa kelas IV di SD Negeri 4 Megu Gede dan SD Negeri

3 Tegalwangi pada Semester Ganjil tahun ajaran 2012/2013 pada pokok bahasan

(15)

masalah dengan subpokok bahasan melakukan operasi perkalian. Ada beberapa

hal yang berdasarkan pemilihan materi tersebut sebagai berikut ini.

1. Operasi perkalian merupakan salah satu materi yang berkaitan dengan

kehidupan sehari-harinya.

2. Membantu siswa untuk lebih teliti dalam memecahkan permasalahan.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian mengenai pengaruh model pembelajaran kooperatif

tipe Teams Groups Tournament (TGT) dengan media papan nilai tempat terhadap

pemahaman siswa pada materi perkalian sebagai berikut ini.

1. Mengetahui peningkatan pemahaman siswa kelas IV pada materi perkalian

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games

Tournament (TGT) dengan papan nilai tempat secara signifikan.

2. Mengetahui peningkatan pemahaman siswa kelas IV pada materi perkalian

menggunakan pembelajaran konvensional dengan papan nilai tempat

secara signifikan.

3. Mengetahui perbedaan pemahaman antara siswa yang menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT)

dengan papan nilai tempat dan siswa yang menggunakan pembelajaran

konvensional dengan papan nilai tempat.

4. Mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran perkalian yang

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games

Tournament (TGT) dengan papan nilai tempat.

5. Mengetahui faktor-faktor yang mendukung atau menghambat

pembelajaran perkalian dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dengan papan nilai

tempat.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut.

(16)

7

Peneliti dapat mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe

Teams Games Tournament (TGT) dengan media papan nilai tempat dalam

upaya meningkatkan pemahaman siswa pada materi perkalian.

2. Manfaat Bagi Siswa

Pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Teams

Games Tournament (TGT) dengan media papan nilai tempat diharapkan

dapat membuat siswa antusias terhadap pelajaran matematika, senang akan

proses pembelajaran, sehingga akan muncul siswa dapat memahami materi

perkalian dan lebih teliti dalam memecahkan masalah.

3. Manfaat Bagi Guru

Guru matematika dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

Teams Games Tournament (TGT) dengan media papan nilai tempat sebagai

alternatif inovasi pada pembelajaran matematika.

4. Manfaat Bagi Pihak Sekolah.

Sekolah yang dijadikan penelitian lebih bisa meningkat mutu

pembelajarannya dibandingkan sekolah yang lain.

E. Definisi Operasional

Penjelasan istilah-istilah pada judul penelitian yang dibuat sebagai berikut

ini.

1. Pembelajaran Kooperatif adalah suatu model pembelajaran di mana siswa

belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang

anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen (Isjoni, 2007: 13).

2. Teams Games Tournament (TGT) adalah model pembelajaran yang didahului

dengan penyajian materi pembelajaran oleh guru dan diakhiri dengan

memberikan sejumlah pertanyaan kepada siswa (Asma, 2006: 54).

3. Media yang dimasksudkan dalam penelitian ini adalah suatu alat untuk

penunjang penelitian pada proses pembelajaran.

4. Papan Nilai Tempat yang di maksudkan dalam penelitian ini adalah suatu

papan yang memuat kotak-kotak untuk menyelesaikan operasi hitung

(17)

5. Operasi Perkalian adalah penjumlahan berulang (Subarinah, 2006: 31).

6. Pemahaman yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah suatu keadaan

siswa lebih mengerti cara untuk melakukan operasi hitung perkalian maupun

menyelesaikan masalah, selain itu juga siswa lebih paham tentang nilai

tempat. Pada pemhaman terdapat beberapa indikator, menurut Polattsek

(Maulana, 2008: 57), membedakan dua jenis pemahaman:

a. Pemahaman komputasional, yaitu dapat menerapkan sesuatu pada perhitungan rutin/sederhana, atau mengerjakan sesuatu secara algoritmik saja.

b. Pemahaman fungsional, yaitu dapat mengkaitkan sesuatu dengan hal lainnya secara benar dan menyadari proses yang dilakukan.

7. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang biasa digunakan

disekolah. Pembelajaran yang biasa digunakan adalah dengan ceramah dan

penugasan. Penelitian ini di SDN 4 Megu Gede. Pembelajaran yang

digunakan untuk menyelesaikan operasi hitung perkalian di SDN Megu Gede

(18)

39 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Banyak sekali beberapa pengertian penelitian. Menurut Maulana (2009: 3), “Penelitian adalah suatu cara mencari kebenaran melalui metode ilmiah”.

Menurut Sukardi (2003), “Penelitian eksperimen merupakan metode sistematis guna membangun hubungan yang mengandung fenomena sebab akibat

(causal-effect relationship)”.

Menurut Zuriah, (2009 : 65) tujuan penelitian eksperimen adalah untuk “Uji hipotesis yang diajukan dalam penelitian, memprediksi kejadian atau peristiwa di dalam latar eksperimen, dan menarik generalisasi hubungan antarvariabel”.

Menurut John W. Best dalam Yatim Riyanto (Zuriah, 2009) desain

penelitian eksperimen terdiri dari tiga kategori, yaitu pra eksperimen, eksperimen

semu dan eksperimen murni.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

murni. Alasan memilih metode eksperimen murni ini adalah untuk menyelidiki

ada tidaknya hubungan sebab-akibat dan berapa besar hubungan sebab-akibat

tersebut dengan cara memberikan perlakuan-perlakuan tertentu pada kelompok

eksperimen dan menyediakan kontrol sebagai perbandingan.

Penelitian ini menggunakan sepasang perlakuan yaitu satu kelompok

eksperimen dan satu kelompok kontrol. Kelompok eksperimen mendapatkan

pembelajaran matematika dengan menggunakan model TGT dengan media papan

nilai tempat dan kelompok kontrol mendapatkan pembelajaran konvensional

dengan media papan nilai tempat. Untuk mengetahui pemahaman siswa tentang

materi perkalian, kedua kelompok diberikan pretes dan postes. Supaya acuan

penilaiannya tetap, soal pretes dan postes pada penelitia ini dibuat sama.

Menurut Maulana (2009), eksperimen murni pengelompokan subjek

dilakukan secara acak, desainnya pada eksperimen ada tiga jenis, yaitu desain

(19)

kontrol hanya postes (posttest only control group desain), dan desain empat

kelompok Solomon (Solomon four-group desain). Metode dalam penelitian ini

menggunakan metode korelasi atau komperatif, dengan desain penelitian

eksperimen murni yaitu pretest-posttest control group. Pada desain ini langkah

pertama pemilihan secara acak untuk menentukan kelas yang menjadi kelas

eksperimen dan kontrol. Setelah mendapatkan kelasnya yaitu melakukan pretes

kelas eksperimen dan kelas kontrol. Setelah melakukan pretes untuk kelas

eksperimen maupun kelas kontrol yaitu melakukan perlakuan di kelas eksperimen

dan kelas kontrol. Setelah perlakuan selesai maka melakukan posttes.

Keterangan :

A = Pemilihan secara acak.

O = Pretes (tes awal) dan Posttest (tes akhir).

X1 = Perlakuan (treatment) dengan model cooperative learning tipe TGT

dengan media papan nilai tempat.

X2 = Perlakuan (treatment) dengan model konvensional dengan media papan

nilai tempat.

Pada desain penelitian yang tecantum di atas akan membandingkan

pemahaman belajar siswa pada pembelajaran matematika yang menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan media papan nilai tempat.

sebagai kelas eksperimen dengan pembelajaran model konvensioal dengan media

papan nilai tempat sebagai kelas kontrol. Apabila melalui uji rerata nilai postes

menunjukkan perbedaan pemahaman siswa secara signifikan pada kelompok

eksperimen dibandingkan kelompok kontrol maka dapat disimpulkan bahwa ada

perbedaan keberhasilan belajar siswa dalam pembelajaran matematika yang

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan pembelajaran

(20)

41

B. Subjek Penelitian 1. Populasi

Banyak sekali pengertian populasi, menurut Zuriah (2009), “Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian peneliti dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang ditentukan”.

Berdasarkan pengertian tersebut, populasi dalam penelitian ini adalah SD

unggul yang ada di Kecamatan Weru Kabupaten Cirebon. Berikut daftar

nama-nama SD se-Kecamatan Weru beserta rata-rata nilai UN matematika dari

masing-masing SD, yang dapat dilihat pada Tabel 3.1

Tabel 3.1

Daftar Populasi Penelitian dan Nilai Matematika

Sumber: UPT Pendidikan Kecamatan Weru Kabupaten Cirebon November 2012

No. Nama Sekolah Jumlah Siswa Kelas IV Rata-Rata Nilai

(21)

Kelompok rendah. Kelompok unggul

Kelompok sedang. Tidak termasuk

Nilai rata-rata matematika di atas telah diurutkan dari nilai rata-rata

matematika terbesar sampai nilai rata-rata matematika terkecil. Hal ini

dimaksudkan agar memudahkan peneliti untuk mengambil sampel penelitian.

Sampel penelitian yang diambil diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu

kelompok unggul, kelompok sedang, dan kelompok rendah dengan perbandingan

sebagai berikut.

Unggul : Sedang : Rendah = 30 : 40 : 30

Pemilihan populasi yang akan dijadikan sampel kelompok unggul, sedang

dan rendah dilakukan dengan cara dirandom (acak). Berdasarkan proses random

yang dilakukan didapatkan kelompok unggul yaitu sebanyak tujuh SD Negeri. Hal

ini berdasarkan perhitungan sebagai berikut.

Kelompok unggul = 30% ×Banyaknya SD ∑ siswa ≥ 30

= 30% × 22 SD

= 7 SD

Kelompok sedang = 40% ×Banyaknya SD ∑ siswa ≥ 30

= 40% × 22 SD

= 8 SD

Kelompok rendah = 30% ×Banyaknya SD ∑ siswa ≥ 30

= 30% × 22 SD

= 7 SD

Adapun tabel populasi SD yang akan dijadikan sampel penelitian ini

(22)

43

Tabel 3.2 Populasi Penelitian

No Nama Sekolah Jumlah Siswa Kelas 4

1. SDN 4 Tegalwangi 60

2. SDN 1 Weru Kidul 74

3. SDN 2 Setu Kulon 64

4. SDN 3 Tegalwangi 49

5. SDN 4 Megu Gede 76

6. SDN 2 Megu Gede 32

7. SDN 3 Setu Wetan 37

2. Sampel

Secara sederhana sampel dapat dikatakan perwakilan dari populasi. Menurut Maulana (2009: 26), “Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang

diteliti”. Dalam penelitian ini, cara untuk mencari sempel nya, sebagai berikut.

a. Seleksi SD yang memiliki jumlah siswa ≥ 30.

b. Mengurutkan hasil nilai Matematika dari yang terbesar ke terkecil.

c. Membagi 3 kelompok berdasarkan urutan, kelompok 1 (kelompok unggul),

kelompok 2 (kelompok papak), dan kelompok 3 (kelompok asor).

d. Random dari ke tiga kelompok tersebut dan muncul kelompok 1.

e. Random anggota dari kelompok 1 yang terdiri dari 7 anggota, dan muncul

nomor 4 dan nomor 5.

f. Nomor 5 adalah SDN 4 Megu Gede dan nomor 4 adalah SDN 3 Tegalwangi

Jadi, sampel yang akan diambil adalah sampel siswa kelas IV SDN 4

Megu Gede untuk kelas kontrol dan kelas IV SDN 3 Tegalwangi untuk kelas

eksperimen .

Pada SDN 4 Megu Gede terdapat 2 kelas yaitu kelas A dan B, tetapi untuk

kebutuhan penelitian hanya di perlukan 1 kelas, maka untuk menentukan kelas

untuk penelitian dilakukan secara random dan yang muncul adalah kelas IV A.

C. Prosedur Penelitian

Secara umum penelitian ini terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu tahap

(23)

1. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini adalah melakukan perijinan penelitian ke UPT Pendidikan

Kecamatan Weru Kabupaten Cirebon. Kemudian, merancang instrumen yang

akan digunakan. Selanjutnya mengkonsultasikan instrumen yang sudah dibuat

kepada pihak ahli untuk mengetahui apakah instrumen tersebut layak digunakan

atau tidak. Setelah itu, Melakukan ujicoba instrumen untuk mengetahui validitas,

reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran instrumen. Kemudian,

Melakukan pengolahan terhadap instrumen. Jika perlu direvisi, maka diuji coba

ulang sampai valid. Jika instrumen sudah valid, maka peneliti memilih sampel

untuk kelompok eksperimen dan kontrol. Setelah itu, mengurus perizinan

penelitian ke sekolah dasar yang dituju.

2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini, kegiatan awal yang dilakukan adalah memberikan pretes

kemampuan pemahaman siswa di kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

yang bertujuan untuk mengukur kemampuan awal. Setelah melakukan pretes di

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yaitu memberikan perlakuan yang

berbeda kepada kedua kelompok, kelompok kontrol diberikan pembelajaran

kovensional dengan media papan nilai tempat dan kelompok eksperimen model

pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan papan nilai tempat.

Pada saat pembelajaran berlangsung, aktivitas pembelajaran akan

diobservasi oleh observer. Untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran

yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan papan nilai

tempat dan respon siswa terhadap pembelajaran yang menggunakan model

konvensional dengan media papan nilai tempat. Setelah selesai perlakuan di kelas

eksperimen dan kelas kontrol, siswa diminta untuk mengisi angket. Setelah itu

kedua kelompok diberikan postes untuk mengetahui peningkatan pemahamannya.

3. Tahap Analisis Data

Pada tahap ini, analisis data yang akan dilakukan yaitu pengumpulan data

(24)

45

kemampuan pemahaman siswa perkalian dua angka dengan dua angka dan

perkalian dua angka dengan tiga angka di kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Data yang diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisis dengan menggunakan uji

normalitas data, uji homogenitas, dan uji perbedaan rata-rata menggunakan

bantuan program Microsoft Office Excel dan Statistical Product and Service

Solutions (SPSS) 16.0 for Windows. Kemudian pengolahan data nontes berupa

lembar observasi, angket siswa, dan hasil wawancara. Setelah selesai datanya

diolah maka dilakukan tafsiran dan kesimpulan. Alur prosedur penelitian bisa

dilihat pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Prosedur Penelitian

Instrumentasi

Uji coba

Validasi fix

Pilih sampel

Eksperimen Kontrol

Pretes Pretes

TGT dengan media papan nilai tempat Konvensional dengan media papan nilai

Postes Postes

Analisis Data

(25)

D. Instrumen Penelitian

Di dalam melakukan pengumpulan data, akan digunakan

instrumen-instrumen sebagai berikut ini.

1. Instrumen Tes

Instrument tes ini dibuat dimaksudkan untuk mengetahui sampai sejauh

mana kemampuan pemahaman siswa sebelum dan sesudah mengalami proses

pembelajaran, selain itu juga untuk menjawab rumusan masalah mengenai

peningkatan pemahaman antara pembelajaran konvensional dengan media papan

nilai tempat dan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan media papan

nilai tempat. Menurut Maulana (2009: 32) “Suatu tes dapat dibagi menjadi tiga bagian umum yaitu tertulis, lisan dan kinerja”. Pada penelitian ini menggunakan tes tertulis. Indikator yang digunakan adalah melakukan perkalian bilangan dua

angka dengan dua angka dan melakukan perkalian bilangan dua angka dengan

bilangan tiga angka. Instrumen tes yang akan digunakan sebagai alat pengumpul

data terlebih dahulu diujicobakan kemudian dihitung validitas, reliabilitas, daya

pembeda, dan tingkat kesukarannya untuk mengetahui apakah soal tersebut sudah

termasuk kriteria soal yang baik atau belum.

a. Validitas Instrumen

Validitas instrumen menunjukkan tingkat keabsahan atau ketepatan suatu

instrumen tes terhadap tujuan yang diukur. Hasil analisis validitas instrumen

setidaknya dapat menentukan sejauh mana instrumen dapat layak dipakai atau

dibuang.

Menurut Wahyudin, dkk. (2006: 140), “Tes yang baik dapat digunakan

berulang-ulang dengan sedikit perubahan. Sebaliknya, tes yang buruk hendaknya

dibuang, bahkan kalau terlalu buruk sebaiknya tidak digunakan untuk memberi

nilai kepada siswa (dibatalkan)”. Untuk menentukan tingkat validitas instrumen

ini, maka digunakan koefisien korelasi dengan menggunakan rumus product

(26)

47

Selanjutnya, nilai koefisien validitas yang diperoleh di interpretasikan

dengan menggukana klasifikasi koefisien korelasi menurut Guilford (Suherman

dan Sukjaya, 1990: 147).

Tabel 3.3

Kriteria Validitas Butir Soal

Berdasarkan rumus di atas, dari hasil ujicoba yang telah dilaksanakan

diperoleh koefisien validitas sebesar 0, 77. Jadi, dapat diinterpretasikan bahwa

soal yang telah diujicobakan memiliki validitas tinggi dan instrumen layak untuk

digunakan. Validitas untuk tiap butir soal diperoleh dari perhitungan dengan

menggunakan bantuan program Microsoft Excel 2007 dan dapat diperoleh 1 butir

soal termasuk kriteria tidak valid, 2 butir soal termasuk kriteria validitas sedang, 6

butir soal termasuk kriteria validitas tinggi dan 11 butir soal termasuk kriteria

validitas sangat tinggi. Dapat dilihat pada Tabel 3.4.

(27)

Tabel 3.4

Validitas Tiap Butir Soal

No. Soal Korelasi (rxy) Interpretasi

1. 0,166637 Tidak valid

10. 0,889199 Sangat tinggi

11. 0,851632 Sangat tinggi

12. 0,809707 Sangat tinggi

13. 0,913836 Sangat tinggi

14. 0,752223 Tinggi

15. 0,90705 Sangat tinggi

16. 0,908218 Sangat tinggi

17. 0,870769 Sangat tinggi

18. 0,853064 Sangat tinggi

19. 0,920883 Sangat tinggi

20. 0,793113 Tinggi

b. Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas instrumen menggambarkan tingkat keajegan atau sejauhmana

suatu instrumen dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg/konsisten. Menurut Wahyudin (2006: 147), “Tes yang reliabel atau dapat dipercaya adalah tes yang menghasilkan skor yang secara ajeg, relatif tidak berubah walaupun

diteskan pada situasi dan waktu yang berbeda-beda”. Untuk mengukur reliabilitas

suatu instrumen adalah dengan menggunakan rumus nilai koefisien reliabilitas

yang dihitung dengan menggunakan formula alpha cronbach sebagai berikut.

(28)

49

Selanjutnya, nilai koefisien reliabilitas yang diperoleh di interpretasikan

dengan menggunakan klasifikasi koefisien reliabilitas Guilford (Suherman dan

Sukjaya, 1990: 177).

diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0, 94. Jadi, dapat diinterpretasikan bahwa

soal yang telah diujicobakan memiliki reliabilitas sangat tinggi dan instrumen

layak untuk digunakan.

c. Daya Pembeda

Daya pembeda berkaitan dengan mampu atau tidaknya instrumen yang

digunakan membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dan rendah.

Menurut Wahyudin (2006: 96),

Tujuan daya pembeda adalah untuk mengetahui kesanggupan soal dalam membedakan siswa yang tergolong mampu/tinggi prestasinya dengan siswa yang tergolong kurang/rendah presastinya, artinya soal yang besangkutan diberikan pada anak/siswa yang mampu, hasilnya menunjukkan prestasi yang tinggi dan bila diberikan kepada siswa yang kurang, hasilnya rendah.

Untuk mengetahui daya pembeda setiap butir soal menggunakan rumus

(29)

= Rata-rata skor kelompok bawah SMI= Skor maksimum ideal

Selanjutnya, nilai daya pembeda yang diperoleh di interpretasikan

Guilford (Suherman dan Sukjaya, 1990: 202).

Tabel 3.6

Dari 20 soal yang diujicobakan sebanyak 11 soal yang termasuk kedalam

kategori soal cukup, dan 9 soal yang termasuk kedalam kategori soal baik. Untuk

lebih jelas daya pembeda hasil tes ujicoba dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel. 3.7 Daya Pembeda Tes Hasil Ujicoba

No. Skor Ideal Daya Pembeda Kriteria

(30)

51

d. Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran menyatakan derajat kesukaran sebuah soal. Soal

yang disusun dalam penelitian ini haruslah berkategori sulit. Apabila soal tidak

memenuhi kriteria sulit maka soal tersebut harus diganti.

IK =

Keterangan:

IK = Indeks/Tingkat kesukaran

= Rata-rata skor tiap butir soal.

SMI = Skor maksimum ideal.

Selanjutnya, nilai tingkat kesukaran yang diperoleh di interpretasikan

Guilford (Suherman dan Sukjaya, 1990: 213).

Tabel 3.8

Tingkat Kesukaran Butir Soal

Koefisien korelasi Interpretasi

IK = 0,00

0,00 < IK ≤ 0,30 0,30 < IK ≤ 0,70 0,70 < IK ≤ 1, 00 IK = 1,00

Terlalu sukar Sukar Sedang Mudah Terlalu mudah

Dari 20 soal yang diujicobakan sebanyak 1 soal yang termasuk kedalam

kategori soal mudah, 12 soal yang termasuk kedalam kategori soal mudah, dan 7

soal yang termasuk kedalam kategori soal sukar. Untuk lebih jelas tingkat

(31)

Tabel. 3.9 Tingkat Kesukaran

Tes Hasil Ujicoba

No. Skor Ideal Tingkat Kesukaran Interpretasi

1. 13 0,9 Mudah

terdapat sepuluh buah butir soal yang tidak digunakan yaitu soal 1, 3, 5, 7, 9, 11,

12, 14, 17, dan 20. Untuk soal pretes dan posttes yang diujikan sepuluh buah

butir soal yaitu 2, 4, 6, 8, 10, 13, 15, 16, 18, dan 19. Adapun format

perhitunganya dapat di lihat pada lampiran.

2. Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan untuk mengobservasi atau menilai

pembelajaran yang sedang berlangsung, baik itu kegiatan siswa ataupun kegiatan

guru. Melalui kegiatan observasi ini, diharapkan bisa mengetahui semua aktifitas

(32)

53

3. Pedoman Wawancara

Wawancara berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan. Menurut

Zuriah (2009: 179), “Wawancara ialah alat pengumpul informasi dengan cara

mengajukan sejumlah pertanyaan untuk dijawab secara lisan pula”. Alat yang digunakan adalah pedoman wawancara untuk observer dan pedoman wawancara

untuk siswa. Pedoman wawancara untuk observer ini untuk mengetahui pendapat

tentang pembelajaran yang telah dilaksanakan dan pedoman wawancara untuk

siswa untuk mengetahui respon siswa baik itu hambatan maupun kemudahan

dalam pembelajaran.

4. Angket

Angket merupakan instrumen non-tes yang digunakan untuk mengetahui

respon siswa. Menurut Ruseffendi (Maulana, 2009: 35), “Angket adalah

sekumpulan pernyataan atau pertanyaan yang harus dilengkapi oleh responden

dengan memilih jawaban atau menjawab pertanyaan melalui jawaban yang sudah

disediakan atau melengkapi kalimat dengan jalan mengisinya”.

Angket dalam penelitian ini berguna untuk melihat respon siswa terhadap

pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan media papan niali tempat . Angket ini

diberikan kepada kelas eksperimen di akhir penelitian.

E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data merupakan langkah yang digunakan untuk meringkas data

yang telah dikumpulkan secara akurat. Data yang diperoleh dalam penelitian ini

adalah data tes dan data nontes.

1. Data Tes

Data yang diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisis dengan

menggunakan uji normalitas data, uji homogenitas, dan uji perbedaan rata-rata.

Nilai pretes digunakan utuk mengetahui kemampuan awal siswa, sedangkan nilai

posstes digunakan untuk mengetahui kemampuan akhir siswa. Sementara untuk

mengetahui peningkatan kemampuan pemahaman sebelum dan sesudah tes dapat

(33)

Dalam penelitian ini, teknik pengolahan dan analisis data akan dilakukan

dengan menggunakan bantuan program Microsoft Office Excel dan Statistical

Product and Service Solutions (SPSS) 16.0 for Windows, karena dengan manual

tidak efektif. Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam mengolah dan

menganalisis data tes adalah sebagai berikut.

a. Menghitung statistik deskriptif nilai pretes, postes dan skor Gain Normal

yang meliputi skor tertinggi, skor terendah, rata-rata, dan varians.

Menurut Hake (Meltzer, 2002) untuk skor Gain Normal dapat diperoleh

dengan rumus:

Gain Normal (g) = � − � �

− � �

b. Menguji normalitas dari nilai pretes, postes dan skor Gain Normal

Normalitas berhubungan dengan sebaran data dalam sebuah kelompok

yang menyerupai kurva normal. Menurut Arikunto (2007), normalitas menjadi

asumsi syarat untuk menentukan jenis statistik apa yang akan dipakai dalam

penganalisaan selanjutnya. Jika data yang dianalisis berdistribusi normal, maka

peneliti dapat menggunakan statistik parametrik. Sedangkan jika datanya tidak

berdistribusi normal, maka jenis statistik yang harus digunakan adalah statistik

non parametrik.

Selain menggunakan X2, uji normalitas data juga dapat dicari dengan

melakukan uji liliefors (Kolmogorov-Smirnov). Adapun langkah-langkahnya yaitu

sebagai berikut.

1) Aktifkan program SPSS, masukkan data ke dalam SPSS data editor. Pada lembar

Variable View, ketik “kelas” di kolom Name no. 1, pada kolom Name no. 2 ketik

nama data yang ingin diolah, misalnya ketik nilai_pretes. Untuk mengolah data

yang berupa angka, pada kolom Type, pilih Numeric. Untuk menentukan lebar

data dapat dipilih pada kolom Width. Pada kolom Decimal, pilih sesuai yang

dibutuhkan. Pada kolom Label, ketik nama yang sama seperti pada kolom Name,

contohnya Nilai Pretes. Pada kolom Values, ketik nama dan banyaknya kelas

(34)

55

untuk mengolah data pretes, kolom Missing dikosongkan saja (pilih None).

Untuk menentukan lebar kolom pilih angkanya pada kolom Columns. Untuk

menentukan alignment kolom, dapat dipilih pada kolom Align. Kolom Measure

secara otomatis menampilkan skala data yang diinginkan, misalnya jika pada

kolom Type dipilih tipe data numeric, secara otomatis kolom Measure

menampilkan skala datanya, yaitu scale.

2) Setelah memasukkan identitas pada lembar Variable View, langkah selanjutnya

yaitu memasukkan data pada lembar Data View. Kemudian olah data tersebut

sesuai dengan kebutuhan.

c. Menguji homogenitas variansi dari kelompok eksperimen dan kontrol

Uji homogenitas varians digunakan untuk mengetahui apakah dua sampel

yang diambil mempunyai varians yang homogen atau tidak. Untuk menguji

homogenitas varians digunakan uji-F (Sugiyono, 2008: 275), sebagai berikut.

F = � � � �

� � � � �

Jika Fhitung < Ftabel, maka kedua varians homogen. Karena syarat normalitas

dan homogenitas varians terpenuhi, maka uji statistik selanjutnya dapat dilakukan

dengan Uji-t.

d. Menguji hipotesis, yaitu mengitung perbedaan dua rata-rata dengan

menggunakan uji-t.

Uji perbedaan rata-rata bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat

perbedaan rata-rata (mean) secara signifikan antara dua populasi dengan melihat

rata-rata dua sempelnya. Untuk mengetahui perbedaan rata-rata, maka pasangan

hipotesis yang akan dibuktikan yaitu dengan uji-t dengan rumus sebagai berikut

(Maulana, 2009: 93).

(35)

2

= Rata-rata kelompok kontrol

1 = Jumlah siswa ujicoba di kelas eksperimen

2 = Jumlah siswa ujicoba di kelas kontrol

1² = Variansi kelas eksperimen

2²=Variansi kelas kontrol

1 = Bilangan tetap

Jika uji normalitas dan uji homogenitas telah dilakukan, maka selanjutnya

dilakukan uji perbedaan dua rata-rata atau uji-t. Menurut Maulana (2009), untuk

Jika datanya tidak berdistribusi normal, maka langkah berikutnya adalah

melakukan uji U dengan bantuan program SPSS 16.0 for windows. Uji U

merupakan alternatif dari uji-t dua sampel independen (Uyanto, 2006: 282).

Dalam pengujian hipotesis, kriteria untuk menolak atau tidak menolak H0

berdasarkan P-value adalah sebagai berikut.

1) Jika P-value < �, maka H0 ditolak.

2) Jika P-value ≥ �, maka H0 tidak dapat ditolak.

2. Data Nontes a. Wawancara

Hasil wawancara akan dijadikan sebagai data pendukung dalam penelitian

ini, khususnya dalam faktor-faktor yang mendukung dan menghambat

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT

dengan media papan nilai tempat.

Teknik pengolahan data dengan merangkum hasil wawancara dengan lebih

sistematis, pemilahan data yang dianggap penting dan membuang data yang

dianggap tidak penting dan mengelompokkan data yang sama.

Mengkonstruksikan hubungan data yang satu dengan data yang lain sehingga

menghasilkan pola dan makna tertentu, sehingga peneliti dapat menyimpulkan

(36)

57

b. Angket

Pada penelitian ini tidak menggunakan lima pola jawaban karena untuk

menghindari kecenderungan siswa memilih jawaban ragu-ragu. Jadi, ada empat

pola jawaban yang digunakan yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju

(TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS).

Angket disajikan dalam bentuk pernyatan yang bersifat positif dan

pernyatan yang bersifat negatif. Hasil angket ini diolah menggunakan skala likert,

yaitu skor untuk pernyatan yang bersifat positif adalah SS (Sangat Setuju) diberi

skor 5, S (Setuju) diberi skor 4, TS (Tidak Setuju) diberi skor 2, dan STS (Sangat

Tidak Setuju) diberi skor 1. Sementara skor untuk pernyatan yang bersifat negatif

adalah SS (Sangat Setuju) diberi skor 1, S (Setuju) diberi skor 2, TS (Tidak

Setuju) diberi skor 4, dan STS (Sangat Tidak Setuju) diberi skor 5. Pilihan

jawaban ragu-ragu dalam penelitian ini dihilangkan karena untuk menghindari

siswa tidak menjawab. Pengisian angket dilakukan setelah pembelajaran selesai.

Untuk menginterpretasi skor respon siswa, dapat diklasifikasi berdasarkan

tujuh kriteria, yaitu sebagai berikut (Maulana, 2009: 51).

Tabel 3.10

Kriteria Persentase Angket Persentase jawaban (P) Kriteria

p = 0 Tak seorangpun

0 < p < 25 Sebagian kecil

25 ≤ p < 50 Hampir setengahnya

p = 50 Setengahnya

50 < p < 75 Sebagian besar

75 ≤ p < 100 Hampir seluruhnya

p = 100 Seluruhnya

c. Lembar Observasi

Lembar observasi ini juga akan dijadikan sebagai data pendukung dalam

penelitian model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan media papan nilai

tempat. Observasi yang dilakukan adalah observasi terhadap aktivitas siswa

(37)

ini diukur melalui format observasi yang dibuat dalam bentuk daftar cek

(checklist). Ada tiga aspek yang diukur dalam aktivitas siswa ini, yaitu,Ketepatan

konsep, partisipasi, dan kerjasama. Setiap aspek diukur dengan skor pada rentang

0 – 3 dengan indikator yang telah disusun (format observasi aktivitas siswa

beserta indikatornya terlampir). Skor yang telah diberikan untuk masing-masing

aspek dijumlahkan dan hasilnya ditafsirkan ke dalam bentuk perilaku baik (B),

cukup (C), atau kurang (K). Lebih jelasnya tafsiran jumlah perolehan skor

observasi aktivitas siswa adalah sebagai berikut ini.

Kurang (K) = jika perolehan jumlah skor siswa 0 sampai 3

Cukup (C) = jika perolehan jumlah skor siswa 3 sampai 6

Baik (B) = jika perolehan jumlah skor siswa 6 sampai 9

Selain aktivitas siswa, observasi juga dilakukan terhadap kinerja guru

mulai dari tahapan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, hingga

evaluasi yang dilakukan untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran. Sama

seperti observasi aktivitas siswa, pada observasi kinerja guru juga diukur melalui

format observasi yang dibuat dalam bentuk daftar cek (checklist).

Skor yang telah diberikan untuk masing-masing kegiatan dijumlahkan dan

hasilnya ditafsirkan ke dalam bentuk nilai dengan ukuran sangat baik (A), baik

(B), cukup (C), atau kurang (D). Lebih jelasnya tafsiran jumlah perolehan skor

observasi kinerja guru adalah sebagai berikut ini.

Sangat Baik (SB) = indikator yang muncul 81 - 100%

Baik (B) = indikator yang muncul 61 - 80%

Cukup (C) = indikator yang muncul 41 - 60%

Kurang (K) = indikator yang muncul 21 - 40%

(38)

100 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dan pengolahan data hasil penelitian pada BAB

IV, dapat disimpulkan mengenai pembelajaran matematika menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dengan media

papan nilai tempat, sebagai berikut.

1. Pembelajaran perkalian menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

Teams Games Tournament (TGT) dengan media papan nilai tempat dapat

meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV pada materi perkalian. Dari hasil

perhitungan perbedaan rata-rata data pretes dan data postes kelas eksperimen

dengan menggunakan uji U dan menggunakan �= 5% two tailed didapatkan

nilai P-value (Sig.2-tailed) = 0,000. Karena yang diuji satu arah, maka 0,000

dibagi dua, sehingga hasilnya 0,000. Hasil yang diperoleh P-value < �, maka

�0 ditolak atau �1 diterima. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pemahaman

siswa kelas IV pada materi perkalian menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dengan papan nilai tempat

meningkat secara signifikan.

2. Pembelajaran perkalian menggunakan konvensional dengan papan nilai

tempat dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV pada materi

perkalian. Dari hasil perhitungan perbedaan rata-rata data pretes dan postes

kelas kontrol dengan menggunakan uji U dan menggunakan �= 5% two tailed

didapatkan nilai P-value (Sig.2-tailed) = 0,000, karena yang diuji satu arah,

sehingga 0,000 dibagi dua hasilnya 0,000. Hasil yang diperoleh P-value > �,

maka �0 ditolak atau �1 diterima. Jadi, dapat disimpulkan bahwa

pemahaman siswa kelas IV pada materi perkalian menggunakan

pembelajaran konvensional dengan papan nilai tempat meningkat secara

signifikan.

3. Tidak terdapat perbedaan pemahaman yang signifikan antara siswa yang

(39)

(TGT) dengan papan nilai tempat dan siswa yang menggunakan pembelajaran

konvensional dengan papan nilai tempat. Dari hasil perhitungan, didapatkan

nilai P-value (Sig.2-tailed) = 0,125. Karena P-value (Sig.2-tailed) nilainya

lebih besar dari nilai �, maka �1 ditolak dan �0 diterima. Ini berarti tidak

terdapat perbedaan yang signifikan pemahaman antara siswa yang

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament

(TGT) dengan papan nilai tempat dan siswa yang menggunakan pembelajaran

konvensional dengan papan nilai tempat. Jadi, dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams

Games Tournament (TGT) dengan papan nilai tempat dan siswa yang

menggunakan pembelajaran konvensional dengan papan nilai tempat tidak

terdapat perbedaan secara signifikan.

4. Setelah melakukan pembelajaran perkalian dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dengan papan

nilai tempat, siswa memberi respon positif terhadap pembelajaran perkalian

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament

(TGT) dengan papan nilai tempat yaitu siswa senang dengan adanya diskusi

bersama teman, memberikan pendapat kepada teman kelompok lain, dan

mendapat penghargaan dari guru. Setelah diberikannya angket, rata-rata skor

siswa yang diperoleh siswa sebesar 4,09 atau sebesar 81,6% siswa memberi

sikap positif terhadap pembelajaran perkalian dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dengan papan

nilai tempat.

5. Faktor yang mendukung dalam pembelajaran perkalian menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dengan papan

nilai tempat yaitu guru cukup mendukung dalam proses pembelajaran, papan

nilai tempat memudahkan siswa dalam pembelajaran dan keadaan kelas yang

kondusif memudahkan guru dalam ketercapaian tujuan pembelajaran. Selain

itu, terdapat faktor yang menghambat dalam pembelajaran perkalian

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament

(40)

102

siswa yang mengikuti turnamen, siswa yang lainnya kurang bisa

terkondisikan.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, ada beberapa saran yang

diajukan yaitu sebagai berikut.

1. Bagi Guru

Diharapkan guru dapat lebih berinovasi dan kreatif dalam menciptakan

suasana pembelajaran di dalam kelas agar membuat siswa termotivasi belajar

sehingga kemampuan siswa dapat berkembang. Pada proses pembelajaran

sebaiknya guru harus lebih diperhatikan terhadap pengelolaan kelasnya, selain itu

juga guru harus tegas terhadap siswa ketika siswa itu ribut sehingga mengganggu

proses pembelajaran.

2. Bagi Siswa

Melalui pembelajaran matematika diharapkan siswa mampu

mengaplikasikan pembelajaran yang telah dilakukan untuk memecahkan masalah

dalam kehidupan sehari-hari, selain itu juga siswa harus lebih fokus pada saat

pembelajaran berlangsung.

3. Bagi Peneliti Lain

Bagi peneliti lain, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bandingan

sekaligus landasan penelitian lanjutan yang berhubungan dengan pengembangan

pembelajaran perkalian.

4. Bagi Sekolah

Dijadikan bahan untuk memotivasi guru dalam mengembangkan

(41)

103

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2007). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Asma. (2006). Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Depdiknas.

Christz. (2011). Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT. [Online]. Tersedia: http://heny-christz.blogspot.com/2011/11/model-pembelajaran-kooperatif-tipe-tgt.html. [22 Desember 2012]

Depdiknas. (2006). Panduan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan untuk SD/MI. Jakarta : Dharma Bakti.

Djamarah, S.B., Zain, A. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: RINEKA CIPTA.

Indriana, D. (2011). Ragam Alat Bantu media Pengajaran. Jogjakarta: DIVA PRESS.

Isjoni.(2007). Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta.

Maulana (2008). Pendidikan Matematika 1. Bandung: Tidak Dipublikasikan.

Maulana (2009). Memahami Hakikat, Variabel, dan Instrumen Penelitian Pendidikan dengan Benar. Bandung: Learn2Live n Live2Learn.

Meltzer, D. E. (202). The relationship between Mathematic Preparation and Conceptual Learning Gain in Physics: A Possible “Hidden Variable”in

Diagnostic Pretes Score. [Online]. Tersedia:

http://physiceducation.net/docs/Addendum_on_normalized_gain.pdf. [25 Desember 2012].

Permana, E. H. Perbedaan Hasil Belajar Matematika Siswa SD antara yang Memperoleh Pembelajaran Model Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT)dan Pembelajaran Biasa(Penelitian Quasi Eksperimen di Kelas IV Sekolah Dasar Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Sumedang). Skripsi Jurusan PGSD UPI Cibiru. Tidak dipublikasikan.

Pitadjeng. (2006). Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Sagala, Syaiful. (2003). Konsep dan Makna Pembelajaran (untuk membantu memecahkan problematika belajar dan mengajar). Bandung: Alfabet.

(42)

104

Rohidah. (2009). Penggunaan Model Pembelajaran Tipe Teams Games Turnament Pada Pembelajaran Pecahan untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V SD Negeri Babakan Kecamatan Kadugede Kabupaten Kuningan). Skripsi Jurusan PGSD UPI Sumedang. Tidak dipublikasikan.

Ruseffendi, dkk. (1992). Pendidikan Matematika 3. Jakarta: Depdikbud.

Sadiman, Airef, dkk. (2006). Media Pengajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Suherman, E. dan Sukjaya, Y. (1990). Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah 157.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukardi. (2010). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jogjakarta: BUMI AKSARA.

Suwangsih, Erna dan Tiurlina. (2006). Model Pembelajaran Matematika. Bandung: UPI PRESS.

Uyanto, S. S. (2006). Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Jakarta: Graha Ilmu.

Wahyudin, U. (2006). Evaluasi Pembelajaran SD. Bandung: UPI PRESS.

Yasa. (2008). Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament. [Online]. Tersedia: http://ipotes.wordpress.com/2008/05/11/pembelajaran-kooperatif-tipe-teams-games-tournaments-tgt/.[22 Desember 2012].

Zuriah, N. (2009). Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Malang: BUMI AKSARA.

Dokumen

Gambar

Tabel
Gambar
Tabel 3.1 Daftar Populasi Penelitian dan Nilai Matematika
Tabel 3.2 Populasi Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

atas unit-unit glukosa, fruktosa, dan galaktosa.. oligosakarida ini terdapat dalam biji tumbuh-tumbuhan dan kacang- kacangan serta tidak dapat dipecah oleh enzim-enzim perncernaan.

Satpam Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) masih menggunakan absensi dengan sistem tanda tangan yang dibuat manual dan data yang berkaitan juga menggunakan

[r]

Jika dilihat dari data masukan dan struktur algoritma setiap metode, CNN LeNet 5 memiliki arsitektur yang cukup baik karna dapat menangkap setiap piksel masukan

The development of resistance to anti-malarial drugs are due to spontaneous changes in certain genes such as of P.falciparum multi drug resistance1 (Pfmdr1), P.falciparum

bahwa dalam rangka mendukung operasional Pelabuhan Perikanan Birea serta melaksanakan ketentuan Pasal 24 ayat (6) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor

Berdasarkan kajian literatur mengenai sistem pendanaan KPS (Tabel 1), beberapa faktor kunci keberhasilan skema KPS pada pembangunan infrastruktur mencakupi kerjasama dan

Selain paket satu, kami juga ada paket menengah, yaitu paket 3, Anda hanya butuh mengeluarkan Rp 1.350.000 dengan jumlah sate 60 porsi, gulai 70 porsi dan tengkleng solo 40