(Penelitian Eksperimen di Kelas IV SD Negeri 4 Megu Gede dan SD Negeri 3 Tegalwangi Kecamatan Weru Kabupaten Cirebon)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh
ASEP SARIFUDIN 0903200
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR KAMPUS SUMEDANG
i
E.
Definisi Operasional ... 7BAB II STUDI LITERATUR ... 9
A. Hakikat Matematika ... 9
1. Pengertian Matematika ... 9
2. Pembelajaran Matematika ... 10
3. Ciri-ciri pembelajaran matematika di Sekolah Dasar ... 11
4. Tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar ... 12
B. Teori-teori Belajar Matematika ... 13
1. Teori Jean Piaget ... 13
2. Teori Bruner ... 14
3. Teori Dienes ... 15
C. Pembelajaran Kooperatif ... 16
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif ... 16
2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif ... 17
3. Prinsip Pembelajaran Kooperatif ... 18
4. Unsur Pembelajaran Kooperatif ... 19
5. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif ... 19
D. Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT... 21
1. Pengertian Teams Games Tournament (TGT) ... 21
2. Tahapan-Tahapan Pembelajaran Kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) ... 21
3. Kelebihan dan Kekurangan Teams Games Tournament (TGT) ... 27
E. Media ... 28
1. Pengertian Media ... 28
2. Manfaat dan Tujuan Media ... 29
3. Fungsi Media ... 30
4. Penggunaan Media Papan Nilai Tempat ... 31
ii
BAB III METODE PENELITIAN ... 39
A. Metode dan Desain Penelitian ... 39
B. Subjek Penelitian ... 41
1. Populasi ... 41
2. Sampel ... 43
C. Prosedur Penelitian ... 43
1. Tahap Perencanaan ... 44
2. Tahap Pelaksanaan ... 44
3. Tahap Analisis Data ... 44
D. Instrumen Penelitian ... 46
1. Instrumen Tes ... 46
a. Validitas Instrumen ... 46
b. Reliabilitas Instrumen ... 48
c. Daya Pembeda ... 49
b. Pengujian Hipotesis ... 66
1) Uji Hipotesis Rumusan Masalah 1 ... 67
2) Uji Hipotesis Rumusan Masalah 2 ... 68
3) Uji Hipotesis Rumusan Masalah 3 ... 69
B. Analisis Data Nontes ... 70
1. Analisis Data Angket ... 70
2. Analisis Data Observasi ... 75
a. Analisis Hasil Observasi Kinerja Guru ... 75
iii
3. Hasil Wawancara ... 81
a. Hasil Wawancara dengan Siswa ... 81
b. Hasil Wawancara dengan Guru ... 82
C. Temuan dan Pembahasan ... 83
1. Proses Pembelajaran di Kelas Kontrol ... 83
2. Proses Pembelajaran di Kelas Eksperimen ... 88
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 100
A. Kesimpulan ... 100
B. Saran ... 102
DAFTAR PUSTAKA ... 103
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 105
iv
2.2 Kriteria Penghargaan Kelompok ... 27
3.1 Daftar Populasi Penelitian dan Nilai Matematika ... 41
3.2 Populasi Penelitian ... 43
3.3 Kriteria Validitas Butir Soal ... 47
3.4 Validitas Tiap Butir Soal ... 48
3.5 Kriteria Reliabilitas ... 49
3.6 Daya Pembeda Butir Soal ... 50
3.7 Daya Pembeda Tes Hasil Ujicoba ... 50
3.8 Tingkat Kesukaran Butir Soal ... 51
3.9 Tingkat Kesukaran Tes Hasil Ujicoba ... 52
3.10 Kriteria Persentase Angket ... 57
4.1 Hasil Uji Normalitas Data Pretes ... 61
4.2 Hasil Uji U Data Pretes ... 64
4.3 Uji Normalitas Postes ... 65
4.4 Hasil Uji U Rumusan Masalah 1 ... 68
4.5 Hasil Uji U Rumusan Masalah 2 ... 69
4.6 Hasil Uji U Rumusan Masalah 3 ... 70
4.7 Rekapitulasi Persentase Observasi Kinerja Guru dalam Merencanakan Pembelajaran di Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 75
4.8 Rekapitulasi Persentase Observasi Kinerja Guru dalam Melaksanakan Pembelajaran di Kelas Kontrol dan Eksperimen Pertemuan 1 ... 76
4.9 Rekapitulasi Persentase Observasi Kinerja Guru dalam Melaksanakan Pembelajaran di Kelas Kontrol dan Eksperimen Pertemuan 2 ... 77
4.10 Rekapitulasi Persentase Observasi Kinerja Guru dalam Melaksanakan Pembelajaran di Kelas Kontrol dan Eksperimen Pertemuan 3 ... 78
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
vi
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran A (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) ... 105
1.1 RPP Kelas Eksperimen ... 106
1.2 RPP Kelas Kontrol ... 123
Lampiran B (Instrumen Tes) ... 133
2.1 Kisi-kisi Tes Ujicoba ... 134
2.2 Soal Tes Ujicoba ... 135
2.3 Pedoman Penskoran Soal Ujicoba ... 136
2.4 Kisi-kisi Soal Pretes dan Soal Postes ... 153
2.5 Soal Pretes dan Soal Postes ... 154
2.6 Kunci Jawaban dan Pedoman Penskoran Soal Pretes dan Soal Postes .... 155
2.7 Lembar Kerja Siswa Kelas Kontrol ... 163
2.8 Lembar Kerja Siswa Kelas Eksperimen ... 173
Lampiran C (Instrumen Nontes) ... 190
3.1 Angket Respon Siswa ... 191
3.2 Kisi-kisi Wawancara untuk Siswa ... 193
3.3 Daftar Pertanyaan Wawawncara untuk Siswa ... 194
3.4 kisi-kisi Wawancara Observer ... 195
3.5 Daftar Pertanyaan Wawancara terhadap Observer ... 196
3.6 Kisi-kisi Lembar Perencanaan Kinerja Guru untuk Pembelajaran di Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 196
3.7 Lembar Penilaian Perencanaan Kinerja Guru untuk Pembelajaran di Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 198
3.8 Kisi-kisi Lembar Observasi Kinerja Guru untuk Pembelajaran di Kelas Eksperimen ... 198
3.9 Lembar Observasi Kinerja Guru untuk kelas Eksperimen ... 201
3.10 Kisi-kisi Lembar observasi Kinerja Guru untuk Pembelajaran di Kelas Kontrol ... 202
3.11 Lembar Observasi Kinerja Guru untuk Kelas Kontrol ... 203
3.12 Kisi-kisi Lembar Observasi Aktivitas Siswa Kelas Kontrol ... 204
3.13 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Kelas Kontrol ... 204
3.14 Kisi-kisi Lembar Observasi Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen ... 205
3.15 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen ... 205
Lampiran D (Hasil Ujicoba Instrumen) ... 206
4.1 Hasil Ujicoba Perkalian ... 207
4.2 Validitas Butir Soal Ujicoba ... 209
4.3 Reliabilitas Soal Ujicoba ... 212
4.4 Daya Pembeda Tiap Butir Soal Ujicoba ... 214
4.5 Tingkat Kesukaran Tiap Butir Soal Ujicoba ... 216
4.6 Rekapitulasi Hasil Ujicoba ... 219
Lampiran E (Analisis Data Hasil Penelitian) ... 220
5.1 Hasil Pretes Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 221
5.2 Uji Normalitas Data pretes Kelas kontrol dan Kelas Eksperimen ... 223
viii
5.8 Hasil Uji Hipotesis Rumusan Masalah 3 ... 233
5.9 Data Observasi Kinerja Guru Kelas Kontrol ... 234
5.10 Data Observasi Kinerja Guru Kelas Eksperimen ... 237
5.11 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Kelas Kontrol ... 240
5.12 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen ... 247
5.13 Persentase Jawaban Angket Respon Siswa ... 255
Lampiran F (Surat-Surat) ... 256
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan suatu bangsa sebagian besar ditentukan oleh mutu pendidikan
yang ada di negara tersebut. Saat ini pendidikan di Indonesia sedang mendapatkan
perhatian serius dari pemerintah. Usaha pemerintah dalam meningkatkan mutu
pendidikan sedang dilakukan dengan berbagai cara melalui proses pembangunan
di bidang pendidikan. Pembelajaran matematika yang diberikan di sekolah,
memberikan sumbangan penting bagi siswa dalam mengembangkan kemampuan
dan juga memiliki peranan strategis dalam upaya peningkatan mutu sumber daya
manusia (SDM).
Matematika merupakan bagian dari kehidupan manusia yang tidak dapat
dipisahkan dalam kehidupan. Setiap kegiatan yang dilakukan oleh manusia selalu
berhubungan dengan matematika. Pentingnya matematika membuat siswa harus
mempelajarinya, karena setiap kegiatan siswa tidak terlepas dari peran
matematika itu sendiri. Pada kenyataannya anggapan siswa tentang matematika
adalah sebagai mata pelajaran yang susah, karena kebanyakan siswa tidak
menyukai mata pelajaran matematika. Ketika siswa menganggap matematika sulit
untuk dipahami, maka pembelajaran harus dibuat semenarik mungkin sehingga
materi yang akan di ajarkan dapat diterima siswa dengan baik.
Menurut Sagala (2003: 61), “Pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori-teori belajar merupakan penentu
utama keberhasilan pendidikan”. Pembelajaran itu terjadi karena adanya kegiatan
interaksi antara siswa dan guru yang menggunakan asas pendidikan. Kegiatan
belajar mengajar harus didasarkan oleh teori-teori belajar demi tercapainya suatu
tujuan pembelajaran. Menurut Dienes (Pitajeng, 2006: 32) berpendapat bahwa
“Perkembangan konsep matematika dapat dicapai melalui pola berkelanjutan,
yang setiap seri dalam rangkaian kegiatan belajarnya berjalan dari yang konkret
ke simbolik”. Oleh karena itu, tahap belajar merupakan interaksi yang
dilakukan melalui media matematika yang didesain secara khusus. Adanya
interaksi antara guru dan siswa, maka siswa diharapkan lebih mengerti bahwa
mata pelajaran matematika itu tidak menakutkan.
Ketika proses pembelajaran itu berlangsung, siswa tidak berperan aktif
pada proses pembelajaran dan tidak ada interaksi siswa dengan siswa yang
lainnya. Guru menggunakan pembelajaran konvensional, sehingga membuat
siswa merasa bosan pada proses pembelajaran berlangsung. Seharusnya guru lebih
kreatif pada proses pembelajaran sehingga dapat mengkondisikan siswa untuk
aktif, dengan menggunakan media pembelajaran dan menentukan model
pembelajaran yang sesuai, sehingga dapat membuat siswa lebih paham dengan
materi yang diajarkan.
Pembelajaran matematika di SD dilakukan untuk mengembangkan
kemampuan dasar siswa tentang matematika, sebagimana apa yang di harapkan
kurikulum terwujud. Untuk memecahkan suatu masalah yang berkaitan dengan
matematika siswa harus mempunyai empat kemampuan dasar yaitu
penjumalahan, pengurangan, pembagian dan perkalian. Berdasarkan observasi,
tidak semua siswa kelas IV SD menguasai perkalian yang diharapkan oleh
kurikulum. Sebagian besar dari mereka hafal fakta dasar perkalian (bilangan 1
sampai dengan 10), tetapi belum menguasai materi lanjutan dari perkalian dasar
yang juga harus mereka kuasai. Kesalahan yang ditemukan yaitu pada
penempatan angka antara satuan, puluhan, dan ratusan, atau dapat disebut nilai
tempat. Jadi, dari keempat kemampuan dasar yang dimiliki siswa hanya satu
kemampuan dasar yang menjadi masalah bagi siswa SD yaitu kemampuan dasar
perkalian. Salah satu permasalahan yang muncul dalam pembelajaran diantaranya
adalah kurangnya pemahaman siswa tentang operasi hitung perkalian dengan cara
bersusun. Konsep dasar perkalian berkaitan dengan penjumlah yang berulang.
Dalam pembelajaran matematika mengenai operasi hitung perkalian
dengan cara bersusun, masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam
memahaminya nilai tempat. Kesulitan yang dialami siswa dalam proses
pembelajaran guru hanya menjelaskan, memberi contoh bentuk operasi hitung
3
bersusun. Guru kurang memberikan keleluasaan untuk menyelesaikan operasi
hitung perkalian bersusun menggunakan sifat-sifat operasi hitung perkalian,
sehingga siswa kesulitan dalam perkalian bersusun ke bawah.
Berdasarkan permasalahan di atas, salah satu solusinya dengan
menerapkan suatu model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament
(TGT). Menurut Christz (2011) model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games
Tournament (TGT) memiliki kelebihan sebagai berikut.
a. Dapat mendorong dan mengkondisikan berkembangnya sikap dan keterampilan sosial siswa, meningkatkan hasil belajar, serta aktivitas siswa.
b. Lebih meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas. c. Mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan individu.
d. Dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara mendalam. e. Proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari siswa. f. Mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain. g. Motivasi belajar lebih tinggi.
h. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
kooperatif tipe TGT dapat mendorong dan mengkondisikan berkembangnya sikap
dan keterampilan sosial siswa, meningkatkan hasil belajar tentang materi
perkalian, serta aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Selain itu juga guru
bertindak sebagai fasilitator kemajuan kemampuan siswa mengenai materi
perkalian.
Fokus kegiatan pembelajaran di sekolah, pola interaksi antara guru dan
siswa dalam mempelajari suatu materi pelajaran yang tersusun dalam KTSP
kurikulum pembelajaran matematika memiliki beberapa tujuan (Depdiknas, 2006:
30) yaitu:
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah.
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
4. Mengkomunikasakan gagasan dengan simbol-simbol, tabel, diagram atau media lain untuk menjelaskan keadaan atau masalah.
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Berdasarkan tujuan kurikulum pembelajaran matematika, maka
pelaksanaan pembelajaran matematika di SD harus bersifat aktif, menarik, dan
guru hendaknya memberikan kebermaknaan bagi siswa tentang hal yang
dipelajarinya bukan memunculkan sumber kesulitan belajar. Sebagian besar siswa
menyatakan bahwa mereka tidak suka belajar matematika, karena matematika itu
sukar dipelajari dan dalam pengerjaannya pun dibutuhkan ketelitian yang ekstra.
Dengan Demikian, seorang guru harus lebih memahami karakter siswa sekolah
dasar. Dengan begitu, pada siswa lebih cepat menangkap materi tentang perkalian,
adapun salah satu model pembelajaran yang berkaitan dengan permainan yaitu
menggunakan model pembelajatan Teams Games Tournament (TGT).
Model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT)
karena dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT supaya terbiasa belajar bergotong
royong dan melatih berkompetisi dalam turnamen. Dalam turnamen, diharapkan
mendorong siswa menjadi yang paling unggul tidak takut membuat kesalahan.
Dengan demikian siswa akan termotivasi untuk belajar menjadi baik dan menjadi
lebih aktif pada proses pembelajaran. Pada pembelajaran kooperatif tipe Teams
Games Tournament (TGT) dengan media papan nilai tempat untuk mempermudah
siswa untuk lebih memahami operasi hitung perkalian.
Melalui penerapan model pembelajaran cooperative tipe TGT (Teams
Games Tournament) ini diharapkan siswa bisa memiliki setiap aspek
perkembangan, karena model pembelajaran ini selain dapat meningkatkan
motivasi siswa dalam belajar juga dapat merangsang siswa untuk belajar
bekerjasama, lebih kreatif, aktif dalam pembelajaran. Pada model pembelajaran
ini siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit karena
mereka saling berdikusi dengan temannya, secara rutin mereka bekerja dalam
5
Penelitian ini dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Teams Games Tournament (TGT) dengan Papan Nilai Tempat untuk
Meningkatkan Pemahaman Siswa pada Materi Perkalian (Penelitian Eksperimen
di Kelas IV SD Negeri 4 Megu Gede dan SD Negeri 3 Tegalwangi Kecamatan
Weru Kabupaten Cirebon).
B. Rumusan Masalah dan Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu
permasalahan pada penelitian ini, dengan uraian sebagai berikut.
1. Apakah pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Teams Games Tournament (TGT) dengan papan nilai tempat dapat
meningkatkan pemahaman siswa kelas IV pada materi perkalian secara
signifikan?
2. Apakah pembelajaran konvensional dengan papan nilai tempat dapat
meningkatkan pemahaman siswa kelas IV pada materi perkalian secara
signifikan?
3. Apakah terdapat perbedaan pemahaman yang signifikan antara siswa yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games
Tournament (TGT) dengan papan nilai tempat dan siswa yang
menggunakan pembelajaran konvensional dengan papan nilai tempat?
4. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran perkalian yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games
Tournament (TGT) dengan papan nilai tempat?
5. Faktor-faktor apa saja yang mendukung atau menghambat pembelajaran
perkalian dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams
Games Tournament (TGT) dengan papan nilai tempat?
Pada penelitian ini penggunaan media hanya sebagai pelengkap. Penelitian
ini dibatasi hanya pada siswa kelas IV di SD Negeri 4 Megu Gede dan SD Negeri
3 Tegalwangi pada Semester Ganjil tahun ajaran 2012/2013 pada pokok bahasan
masalah dengan subpokok bahasan melakukan operasi perkalian. Ada beberapa
hal yang berdasarkan pemilihan materi tersebut sebagai berikut ini.
1. Operasi perkalian merupakan salah satu materi yang berkaitan dengan
kehidupan sehari-harinya.
2. Membantu siswa untuk lebih teliti dalam memecahkan permasalahan.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian mengenai pengaruh model pembelajaran kooperatif
tipe Teams Groups Tournament (TGT) dengan media papan nilai tempat terhadap
pemahaman siswa pada materi perkalian sebagai berikut ini.
1. Mengetahui peningkatan pemahaman siswa kelas IV pada materi perkalian
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games
Tournament (TGT) dengan papan nilai tempat secara signifikan.
2. Mengetahui peningkatan pemahaman siswa kelas IV pada materi perkalian
menggunakan pembelajaran konvensional dengan papan nilai tempat
secara signifikan.
3. Mengetahui perbedaan pemahaman antara siswa yang menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT)
dengan papan nilai tempat dan siswa yang menggunakan pembelajaran
konvensional dengan papan nilai tempat.
4. Mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran perkalian yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games
Tournament (TGT) dengan papan nilai tempat.
5. Mengetahui faktor-faktor yang mendukung atau menghambat
pembelajaran perkalian dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dengan papan nilai
tempat.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut.
7
Peneliti dapat mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe
Teams Games Tournament (TGT) dengan media papan nilai tempat dalam
upaya meningkatkan pemahaman siswa pada materi perkalian.
2. Manfaat Bagi Siswa
Pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Teams
Games Tournament (TGT) dengan media papan nilai tempat diharapkan
dapat membuat siswa antusias terhadap pelajaran matematika, senang akan
proses pembelajaran, sehingga akan muncul siswa dapat memahami materi
perkalian dan lebih teliti dalam memecahkan masalah.
3. Manfaat Bagi Guru
Guru matematika dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Teams Games Tournament (TGT) dengan media papan nilai tempat sebagai
alternatif inovasi pada pembelajaran matematika.
4. Manfaat Bagi Pihak Sekolah.
Sekolah yang dijadikan penelitian lebih bisa meningkat mutu
pembelajarannya dibandingkan sekolah yang lain.
E. Definisi Operasional
Penjelasan istilah-istilah pada judul penelitian yang dibuat sebagai berikut
ini.
1. Pembelajaran Kooperatif adalah suatu model pembelajaran di mana siswa
belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang
anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen (Isjoni, 2007: 13).
2. Teams Games Tournament (TGT) adalah model pembelajaran yang didahului
dengan penyajian materi pembelajaran oleh guru dan diakhiri dengan
memberikan sejumlah pertanyaan kepada siswa (Asma, 2006: 54).
3. Media yang dimasksudkan dalam penelitian ini adalah suatu alat untuk
penunjang penelitian pada proses pembelajaran.
4. Papan Nilai Tempat yang di maksudkan dalam penelitian ini adalah suatu
papan yang memuat kotak-kotak untuk menyelesaikan operasi hitung
5. Operasi Perkalian adalah penjumlahan berulang (Subarinah, 2006: 31).
6. Pemahaman yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah suatu keadaan
siswa lebih mengerti cara untuk melakukan operasi hitung perkalian maupun
menyelesaikan masalah, selain itu juga siswa lebih paham tentang nilai
tempat. Pada pemhaman terdapat beberapa indikator, menurut Polattsek
(Maulana, 2008: 57), membedakan dua jenis pemahaman:
a. Pemahaman komputasional, yaitu dapat menerapkan sesuatu pada perhitungan rutin/sederhana, atau mengerjakan sesuatu secara algoritmik saja.
b. Pemahaman fungsional, yaitu dapat mengkaitkan sesuatu dengan hal lainnya secara benar dan menyadari proses yang dilakukan.
7. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang biasa digunakan
disekolah. Pembelajaran yang biasa digunakan adalah dengan ceramah dan
penugasan. Penelitian ini di SDN 4 Megu Gede. Pembelajaran yang
digunakan untuk menyelesaikan operasi hitung perkalian di SDN Megu Gede
39 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian
Banyak sekali beberapa pengertian penelitian. Menurut Maulana (2009: 3), “Penelitian adalah suatu cara mencari kebenaran melalui metode ilmiah”.
Menurut Sukardi (2003), “Penelitian eksperimen merupakan metode sistematis guna membangun hubungan yang mengandung fenomena sebab akibat
(causal-effect relationship)”.
Menurut Zuriah, (2009 : 65) tujuan penelitian eksperimen adalah untuk “Uji hipotesis yang diajukan dalam penelitian, memprediksi kejadian atau peristiwa di dalam latar eksperimen, dan menarik generalisasi hubungan antarvariabel”.
Menurut John W. Best dalam Yatim Riyanto (Zuriah, 2009) desain
penelitian eksperimen terdiri dari tiga kategori, yaitu pra eksperimen, eksperimen
semu dan eksperimen murni.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen
murni. Alasan memilih metode eksperimen murni ini adalah untuk menyelidiki
ada tidaknya hubungan sebab-akibat dan berapa besar hubungan sebab-akibat
tersebut dengan cara memberikan perlakuan-perlakuan tertentu pada kelompok
eksperimen dan menyediakan kontrol sebagai perbandingan.
Penelitian ini menggunakan sepasang perlakuan yaitu satu kelompok
eksperimen dan satu kelompok kontrol. Kelompok eksperimen mendapatkan
pembelajaran matematika dengan menggunakan model TGT dengan media papan
nilai tempat dan kelompok kontrol mendapatkan pembelajaran konvensional
dengan media papan nilai tempat. Untuk mengetahui pemahaman siswa tentang
materi perkalian, kedua kelompok diberikan pretes dan postes. Supaya acuan
penilaiannya tetap, soal pretes dan postes pada penelitia ini dibuat sama.
Menurut Maulana (2009), eksperimen murni pengelompokan subjek
dilakukan secara acak, desainnya pada eksperimen ada tiga jenis, yaitu desain
kontrol hanya postes (posttest only control group desain), dan desain empat
kelompok Solomon (Solomon four-group desain). Metode dalam penelitian ini
menggunakan metode korelasi atau komperatif, dengan desain penelitian
eksperimen murni yaitu pretest-posttest control group. Pada desain ini langkah
pertama pemilihan secara acak untuk menentukan kelas yang menjadi kelas
eksperimen dan kontrol. Setelah mendapatkan kelasnya yaitu melakukan pretes
kelas eksperimen dan kelas kontrol. Setelah melakukan pretes untuk kelas
eksperimen maupun kelas kontrol yaitu melakukan perlakuan di kelas eksperimen
dan kelas kontrol. Setelah perlakuan selesai maka melakukan posttes.
�
�
�
�
Keterangan :
A = Pemilihan secara acak.
O = Pretes (tes awal) dan Posttest (tes akhir).
X1 = Perlakuan (treatment) dengan model cooperative learning tipe TGT
dengan media papan nilai tempat.
X2 = Perlakuan (treatment) dengan model konvensional dengan media papan
nilai tempat.
Pada desain penelitian yang tecantum di atas akan membandingkan
pemahaman belajar siswa pada pembelajaran matematika yang menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan media papan nilai tempat.
sebagai kelas eksperimen dengan pembelajaran model konvensioal dengan media
papan nilai tempat sebagai kelas kontrol. Apabila melalui uji rerata nilai postes
menunjukkan perbedaan pemahaman siswa secara signifikan pada kelompok
eksperimen dibandingkan kelompok kontrol maka dapat disimpulkan bahwa ada
perbedaan keberhasilan belajar siswa dalam pembelajaran matematika yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan pembelajaran
41
B. Subjek Penelitian 1. Populasi
Banyak sekali pengertian populasi, menurut Zuriah (2009), “Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian peneliti dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang ditentukan”.
Berdasarkan pengertian tersebut, populasi dalam penelitian ini adalah SD
unggul yang ada di Kecamatan Weru Kabupaten Cirebon. Berikut daftar
nama-nama SD se-Kecamatan Weru beserta rata-rata nilai UN matematika dari
masing-masing SD, yang dapat dilihat pada Tabel 3.1
Tabel 3.1
Daftar Populasi Penelitian dan Nilai Matematika
Sumber: UPT Pendidikan Kecamatan Weru Kabupaten Cirebon November 2012
No. Nama Sekolah Jumlah Siswa Kelas IV Rata-Rata Nilai
Kelompok rendah. Kelompok unggul
Kelompok sedang. Tidak termasuk
Nilai rata-rata matematika di atas telah diurutkan dari nilai rata-rata
matematika terbesar sampai nilai rata-rata matematika terkecil. Hal ini
dimaksudkan agar memudahkan peneliti untuk mengambil sampel penelitian.
Sampel penelitian yang diambil diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu
kelompok unggul, kelompok sedang, dan kelompok rendah dengan perbandingan
sebagai berikut.
Unggul : Sedang : Rendah = 30 : 40 : 30
Pemilihan populasi yang akan dijadikan sampel kelompok unggul, sedang
dan rendah dilakukan dengan cara dirandom (acak). Berdasarkan proses random
yang dilakukan didapatkan kelompok unggul yaitu sebanyak tujuh SD Negeri. Hal
ini berdasarkan perhitungan sebagai berikut.
Kelompok unggul = 30% ×Banyaknya SD ∑ siswa ≥ 30
= 30% × 22 SD
= 7 SD
Kelompok sedang = 40% ×Banyaknya SD ∑ siswa ≥ 30
= 40% × 22 SD
= 8 SD
Kelompok rendah = 30% ×Banyaknya SD ∑ siswa ≥ 30
= 30% × 22 SD
= 7 SD
Adapun tabel populasi SD yang akan dijadikan sampel penelitian ini
43
Tabel 3.2 Populasi Penelitian
No Nama Sekolah Jumlah Siswa Kelas 4
1. SDN 4 Tegalwangi 60
2. SDN 1 Weru Kidul 74
3. SDN 2 Setu Kulon 64
4. SDN 3 Tegalwangi 49
5. SDN 4 Megu Gede 76
6. SDN 2 Megu Gede 32
7. SDN 3 Setu Wetan 37
2. Sampel
Secara sederhana sampel dapat dikatakan perwakilan dari populasi. Menurut Maulana (2009: 26), “Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang
diteliti”. Dalam penelitian ini, cara untuk mencari sempel nya, sebagai berikut.
a. Seleksi SD yang memiliki jumlah siswa ≥ 30.
b. Mengurutkan hasil nilai Matematika dari yang terbesar ke terkecil.
c. Membagi 3 kelompok berdasarkan urutan, kelompok 1 (kelompok unggul),
kelompok 2 (kelompok papak), dan kelompok 3 (kelompok asor).
d. Random dari ke tiga kelompok tersebut dan muncul kelompok 1.
e. Random anggota dari kelompok 1 yang terdiri dari 7 anggota, dan muncul
nomor 4 dan nomor 5.
f. Nomor 5 adalah SDN 4 Megu Gede dan nomor 4 adalah SDN 3 Tegalwangi
Jadi, sampel yang akan diambil adalah sampel siswa kelas IV SDN 4
Megu Gede untuk kelas kontrol dan kelas IV SDN 3 Tegalwangi untuk kelas
eksperimen .
Pada SDN 4 Megu Gede terdapat 2 kelas yaitu kelas A dan B, tetapi untuk
kebutuhan penelitian hanya di perlukan 1 kelas, maka untuk menentukan kelas
untuk penelitian dilakukan secara random dan yang muncul adalah kelas IV A.
C. Prosedur Penelitian
Secara umum penelitian ini terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu tahap
1. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini adalah melakukan perijinan penelitian ke UPT Pendidikan
Kecamatan Weru Kabupaten Cirebon. Kemudian, merancang instrumen yang
akan digunakan. Selanjutnya mengkonsultasikan instrumen yang sudah dibuat
kepada pihak ahli untuk mengetahui apakah instrumen tersebut layak digunakan
atau tidak. Setelah itu, Melakukan ujicoba instrumen untuk mengetahui validitas,
reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran instrumen. Kemudian,
Melakukan pengolahan terhadap instrumen. Jika perlu direvisi, maka diuji coba
ulang sampai valid. Jika instrumen sudah valid, maka peneliti memilih sampel
untuk kelompok eksperimen dan kontrol. Setelah itu, mengurus perizinan
penelitian ke sekolah dasar yang dituju.
2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini, kegiatan awal yang dilakukan adalah memberikan pretes
kemampuan pemahaman siswa di kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
yang bertujuan untuk mengukur kemampuan awal. Setelah melakukan pretes di
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yaitu memberikan perlakuan yang
berbeda kepada kedua kelompok, kelompok kontrol diberikan pembelajaran
kovensional dengan media papan nilai tempat dan kelompok eksperimen model
pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan papan nilai tempat.
Pada saat pembelajaran berlangsung, aktivitas pembelajaran akan
diobservasi oleh observer. Untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran
yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan papan nilai
tempat dan respon siswa terhadap pembelajaran yang menggunakan model
konvensional dengan media papan nilai tempat. Setelah selesai perlakuan di kelas
eksperimen dan kelas kontrol, siswa diminta untuk mengisi angket. Setelah itu
kedua kelompok diberikan postes untuk mengetahui peningkatan pemahamannya.
3. Tahap Analisis Data
Pada tahap ini, analisis data yang akan dilakukan yaitu pengumpulan data
45
kemampuan pemahaman siswa perkalian dua angka dengan dua angka dan
perkalian dua angka dengan tiga angka di kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Data yang diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisis dengan menggunakan uji
normalitas data, uji homogenitas, dan uji perbedaan rata-rata menggunakan
bantuan program Microsoft Office Excel dan Statistical Product and Service
Solutions (SPSS) 16.0 for Windows. Kemudian pengolahan data nontes berupa
lembar observasi, angket siswa, dan hasil wawancara. Setelah selesai datanya
diolah maka dilakukan tafsiran dan kesimpulan. Alur prosedur penelitian bisa
dilihat pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1 Prosedur Penelitian
Instrumentasi
Uji coba
Validasi fix
Pilih sampel
Eksperimen Kontrol
Pretes Pretes
TGT dengan media papan nilai tempat Konvensional dengan media papan nilai
Postes Postes
Analisis Data
D. Instrumen Penelitian
Di dalam melakukan pengumpulan data, akan digunakan
instrumen-instrumen sebagai berikut ini.
1. Instrumen Tes
Instrument tes ini dibuat dimaksudkan untuk mengetahui sampai sejauh
mana kemampuan pemahaman siswa sebelum dan sesudah mengalami proses
pembelajaran, selain itu juga untuk menjawab rumusan masalah mengenai
peningkatan pemahaman antara pembelajaran konvensional dengan media papan
nilai tempat dan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan media papan
nilai tempat. Menurut Maulana (2009: 32) “Suatu tes dapat dibagi menjadi tiga bagian umum yaitu tertulis, lisan dan kinerja”. Pada penelitian ini menggunakan tes tertulis. Indikator yang digunakan adalah melakukan perkalian bilangan dua
angka dengan dua angka dan melakukan perkalian bilangan dua angka dengan
bilangan tiga angka. Instrumen tes yang akan digunakan sebagai alat pengumpul
data terlebih dahulu diujicobakan kemudian dihitung validitas, reliabilitas, daya
pembeda, dan tingkat kesukarannya untuk mengetahui apakah soal tersebut sudah
termasuk kriteria soal yang baik atau belum.
a. Validitas Instrumen
Validitas instrumen menunjukkan tingkat keabsahan atau ketepatan suatu
instrumen tes terhadap tujuan yang diukur. Hasil analisis validitas instrumen
setidaknya dapat menentukan sejauh mana instrumen dapat layak dipakai atau
dibuang.
Menurut Wahyudin, dkk. (2006: 140), “Tes yang baik dapat digunakan
berulang-ulang dengan sedikit perubahan. Sebaliknya, tes yang buruk hendaknya
dibuang, bahkan kalau terlalu buruk sebaiknya tidak digunakan untuk memberi
nilai kepada siswa (dibatalkan)”. Untuk menentukan tingkat validitas instrumen
ini, maka digunakan koefisien korelasi dengan menggunakan rumus product
47
Selanjutnya, nilai koefisien validitas yang diperoleh di interpretasikan
dengan menggukana klasifikasi koefisien korelasi menurut Guilford (Suherman
dan Sukjaya, 1990: 147).
Tabel 3.3
Kriteria Validitas Butir Soal
Berdasarkan rumus di atas, dari hasil ujicoba yang telah dilaksanakan
diperoleh koefisien validitas sebesar 0, 77. Jadi, dapat diinterpretasikan bahwa
soal yang telah diujicobakan memiliki validitas tinggi dan instrumen layak untuk
digunakan. Validitas untuk tiap butir soal diperoleh dari perhitungan dengan
menggunakan bantuan program Microsoft Excel 2007 dan dapat diperoleh 1 butir
soal termasuk kriteria tidak valid, 2 butir soal termasuk kriteria validitas sedang, 6
butir soal termasuk kriteria validitas tinggi dan 11 butir soal termasuk kriteria
validitas sangat tinggi. Dapat dilihat pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4
Validitas Tiap Butir Soal
No. Soal Korelasi (rxy) Interpretasi
1. 0,166637 Tidak valid
10. 0,889199 Sangat tinggi
11. 0,851632 Sangat tinggi
12. 0,809707 Sangat tinggi
13. 0,913836 Sangat tinggi
14. 0,752223 Tinggi
15. 0,90705 Sangat tinggi
16. 0,908218 Sangat tinggi
17. 0,870769 Sangat tinggi
18. 0,853064 Sangat tinggi
19. 0,920883 Sangat tinggi
20. 0,793113 Tinggi
b. Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas instrumen menggambarkan tingkat keajegan atau sejauhmana
suatu instrumen dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg/konsisten. Menurut Wahyudin (2006: 147), “Tes yang reliabel atau dapat dipercaya adalah tes yang menghasilkan skor yang secara ajeg, relatif tidak berubah walaupun
diteskan pada situasi dan waktu yang berbeda-beda”. Untuk mengukur reliabilitas
suatu instrumen adalah dengan menggunakan rumus nilai koefisien reliabilitas
yang dihitung dengan menggunakan formula alpha cronbach sebagai berikut.
49
Selanjutnya, nilai koefisien reliabilitas yang diperoleh di interpretasikan
dengan menggunakan klasifikasi koefisien reliabilitas Guilford (Suherman dan
Sukjaya, 1990: 177).
diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0, 94. Jadi, dapat diinterpretasikan bahwa
soal yang telah diujicobakan memiliki reliabilitas sangat tinggi dan instrumen
layak untuk digunakan.
c. Daya Pembeda
Daya pembeda berkaitan dengan mampu atau tidaknya instrumen yang
digunakan membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dan rendah.
Menurut Wahyudin (2006: 96),
Tujuan daya pembeda adalah untuk mengetahui kesanggupan soal dalam membedakan siswa yang tergolong mampu/tinggi prestasinya dengan siswa yang tergolong kurang/rendah presastinya, artinya soal yang besangkutan diberikan pada anak/siswa yang mampu, hasilnya menunjukkan prestasi yang tinggi dan bila diberikan kepada siswa yang kurang, hasilnya rendah.
Untuk mengetahui daya pembeda setiap butir soal menggunakan rumus
= Rata-rata skor kelompok bawah SMI= Skor maksimum ideal
Selanjutnya, nilai daya pembeda yang diperoleh di interpretasikan
Guilford (Suherman dan Sukjaya, 1990: 202).
Tabel 3.6
Dari 20 soal yang diujicobakan sebanyak 11 soal yang termasuk kedalam
kategori soal cukup, dan 9 soal yang termasuk kedalam kategori soal baik. Untuk
lebih jelas daya pembeda hasil tes ujicoba dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel. 3.7 Daya Pembeda Tes Hasil Ujicoba
No. Skor Ideal Daya Pembeda Kriteria
51
d. Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran menyatakan derajat kesukaran sebuah soal. Soal
yang disusun dalam penelitian ini haruslah berkategori sulit. Apabila soal tidak
memenuhi kriteria sulit maka soal tersebut harus diganti.
IK =
�
Keterangan:
IK = Indeks/Tingkat kesukaran
= Rata-rata skor tiap butir soal.
SMI = Skor maksimum ideal.
Selanjutnya, nilai tingkat kesukaran yang diperoleh di interpretasikan
Guilford (Suherman dan Sukjaya, 1990: 213).
Tabel 3.8
Tingkat Kesukaran Butir Soal
Koefisien korelasi Interpretasi
IK = 0,00
0,00 < IK ≤ 0,30 0,30 < IK ≤ 0,70 0,70 < IK ≤ 1, 00 IK = 1,00
Terlalu sukar Sukar Sedang Mudah Terlalu mudah
Dari 20 soal yang diujicobakan sebanyak 1 soal yang termasuk kedalam
kategori soal mudah, 12 soal yang termasuk kedalam kategori soal mudah, dan 7
soal yang termasuk kedalam kategori soal sukar. Untuk lebih jelas tingkat
Tabel. 3.9 Tingkat Kesukaran
Tes Hasil Ujicoba
No. Skor Ideal Tingkat Kesukaran Interpretasi
1. 13 0,9 Mudah
terdapat sepuluh buah butir soal yang tidak digunakan yaitu soal 1, 3, 5, 7, 9, 11,
12, 14, 17, dan 20. Untuk soal pretes dan posttes yang diujikan sepuluh buah
butir soal yaitu 2, 4, 6, 8, 10, 13, 15, 16, 18, dan 19. Adapun format
perhitunganya dapat di lihat pada lampiran.
2. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk mengobservasi atau menilai
pembelajaran yang sedang berlangsung, baik itu kegiatan siswa ataupun kegiatan
guru. Melalui kegiatan observasi ini, diharapkan bisa mengetahui semua aktifitas
53
3. Pedoman Wawancara
Wawancara berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan. Menurut
Zuriah (2009: 179), “Wawancara ialah alat pengumpul informasi dengan cara
mengajukan sejumlah pertanyaan untuk dijawab secara lisan pula”. Alat yang digunakan adalah pedoman wawancara untuk observer dan pedoman wawancara
untuk siswa. Pedoman wawancara untuk observer ini untuk mengetahui pendapat
tentang pembelajaran yang telah dilaksanakan dan pedoman wawancara untuk
siswa untuk mengetahui respon siswa baik itu hambatan maupun kemudahan
dalam pembelajaran.
4. Angket
Angket merupakan instrumen non-tes yang digunakan untuk mengetahui
respon siswa. Menurut Ruseffendi (Maulana, 2009: 35), “Angket adalah
sekumpulan pernyataan atau pertanyaan yang harus dilengkapi oleh responden
dengan memilih jawaban atau menjawab pertanyaan melalui jawaban yang sudah
disediakan atau melengkapi kalimat dengan jalan mengisinya”.
Angket dalam penelitian ini berguna untuk melihat respon siswa terhadap
pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan media papan niali tempat . Angket ini
diberikan kepada kelas eksperimen di akhir penelitian.
E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data merupakan langkah yang digunakan untuk meringkas data
yang telah dikumpulkan secara akurat. Data yang diperoleh dalam penelitian ini
adalah data tes dan data nontes.
1. Data Tes
Data yang diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisis dengan
menggunakan uji normalitas data, uji homogenitas, dan uji perbedaan rata-rata.
Nilai pretes digunakan utuk mengetahui kemampuan awal siswa, sedangkan nilai
posstes digunakan untuk mengetahui kemampuan akhir siswa. Sementara untuk
mengetahui peningkatan kemampuan pemahaman sebelum dan sesudah tes dapat
Dalam penelitian ini, teknik pengolahan dan analisis data akan dilakukan
dengan menggunakan bantuan program Microsoft Office Excel dan Statistical
Product and Service Solutions (SPSS) 16.0 for Windows, karena dengan manual
tidak efektif. Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam mengolah dan
menganalisis data tes adalah sebagai berikut.
a. Menghitung statistik deskriptif nilai pretes, postes dan skor Gain Normal
yang meliputi skor tertinggi, skor terendah, rata-rata, dan varians.
Menurut Hake (Meltzer, 2002) untuk skor Gain Normal dapat diperoleh
dengan rumus:
Gain Normal (g) = � − � �
− � �
b. Menguji normalitas dari nilai pretes, postes dan skor Gain Normal
Normalitas berhubungan dengan sebaran data dalam sebuah kelompok
yang menyerupai kurva normal. Menurut Arikunto (2007), normalitas menjadi
asumsi syarat untuk menentukan jenis statistik apa yang akan dipakai dalam
penganalisaan selanjutnya. Jika data yang dianalisis berdistribusi normal, maka
peneliti dapat menggunakan statistik parametrik. Sedangkan jika datanya tidak
berdistribusi normal, maka jenis statistik yang harus digunakan adalah statistik
non parametrik.
Selain menggunakan X2, uji normalitas data juga dapat dicari dengan
melakukan uji liliefors (Kolmogorov-Smirnov). Adapun langkah-langkahnya yaitu
sebagai berikut.
1) Aktifkan program SPSS, masukkan data ke dalam SPSS data editor. Pada lembar
Variable View, ketik “kelas” di kolom Name no. 1, pada kolom Name no. 2 ketik
nama data yang ingin diolah, misalnya ketik nilai_pretes. Untuk mengolah data
yang berupa angka, pada kolom Type, pilih Numeric. Untuk menentukan lebar
data dapat dipilih pada kolom Width. Pada kolom Decimal, pilih sesuai yang
dibutuhkan. Pada kolom Label, ketik nama yang sama seperti pada kolom Name,
contohnya Nilai Pretes. Pada kolom Values, ketik nama dan banyaknya kelas
55
untuk mengolah data pretes, kolom Missing dikosongkan saja (pilih None).
Untuk menentukan lebar kolom pilih angkanya pada kolom Columns. Untuk
menentukan alignment kolom, dapat dipilih pada kolom Align. Kolom Measure
secara otomatis menampilkan skala data yang diinginkan, misalnya jika pada
kolom Type dipilih tipe data numeric, secara otomatis kolom Measure
menampilkan skala datanya, yaitu scale.
2) Setelah memasukkan identitas pada lembar Variable View, langkah selanjutnya
yaitu memasukkan data pada lembar Data View. Kemudian olah data tersebut
sesuai dengan kebutuhan.
c. Menguji homogenitas variansi dari kelompok eksperimen dan kontrol
Uji homogenitas varians digunakan untuk mengetahui apakah dua sampel
yang diambil mempunyai varians yang homogen atau tidak. Untuk menguji
homogenitas varians digunakan uji-F (Sugiyono, 2008: 275), sebagai berikut.
F = � � � �
� � � � �
Jika Fhitung < Ftabel, maka kedua varians homogen. Karena syarat normalitas
dan homogenitas varians terpenuhi, maka uji statistik selanjutnya dapat dilakukan
dengan Uji-t.
d. Menguji hipotesis, yaitu mengitung perbedaan dua rata-rata dengan
menggunakan uji-t.
Uji perbedaan rata-rata bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat
perbedaan rata-rata (mean) secara signifikan antara dua populasi dengan melihat
rata-rata dua sempelnya. Untuk mengetahui perbedaan rata-rata, maka pasangan
hipotesis yang akan dibuktikan yaitu dengan uji-t dengan rumus sebagai berikut
(Maulana, 2009: 93).
2
= Rata-rata kelompok kontrol
1 = Jumlah siswa ujicoba di kelas eksperimen
2 = Jumlah siswa ujicoba di kelas kontrol
1² = Variansi kelas eksperimen
2²=Variansi kelas kontrol
1 = Bilangan tetap
Jika uji normalitas dan uji homogenitas telah dilakukan, maka selanjutnya
dilakukan uji perbedaan dua rata-rata atau uji-t. Menurut Maulana (2009), untuk
Jika datanya tidak berdistribusi normal, maka langkah berikutnya adalah
melakukan uji U dengan bantuan program SPSS 16.0 for windows. Uji U
merupakan alternatif dari uji-t dua sampel independen (Uyanto, 2006: 282).
Dalam pengujian hipotesis, kriteria untuk menolak atau tidak menolak H0
berdasarkan P-value adalah sebagai berikut.
1) Jika P-value < �, maka H0 ditolak.
2) Jika P-value ≥ �, maka H0 tidak dapat ditolak.
2. Data Nontes a. Wawancara
Hasil wawancara akan dijadikan sebagai data pendukung dalam penelitian
ini, khususnya dalam faktor-faktor yang mendukung dan menghambat
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT
dengan media papan nilai tempat.
Teknik pengolahan data dengan merangkum hasil wawancara dengan lebih
sistematis, pemilahan data yang dianggap penting dan membuang data yang
dianggap tidak penting dan mengelompokkan data yang sama.
Mengkonstruksikan hubungan data yang satu dengan data yang lain sehingga
menghasilkan pola dan makna tertentu, sehingga peneliti dapat menyimpulkan
57
b. Angket
Pada penelitian ini tidak menggunakan lima pola jawaban karena untuk
menghindari kecenderungan siswa memilih jawaban ragu-ragu. Jadi, ada empat
pola jawaban yang digunakan yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju
(TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS).
Angket disajikan dalam bentuk pernyatan yang bersifat positif dan
pernyatan yang bersifat negatif. Hasil angket ini diolah menggunakan skala likert,
yaitu skor untuk pernyatan yang bersifat positif adalah SS (Sangat Setuju) diberi
skor 5, S (Setuju) diberi skor 4, TS (Tidak Setuju) diberi skor 2, dan STS (Sangat
Tidak Setuju) diberi skor 1. Sementara skor untuk pernyatan yang bersifat negatif
adalah SS (Sangat Setuju) diberi skor 1, S (Setuju) diberi skor 2, TS (Tidak
Setuju) diberi skor 4, dan STS (Sangat Tidak Setuju) diberi skor 5. Pilihan
jawaban ragu-ragu dalam penelitian ini dihilangkan karena untuk menghindari
siswa tidak menjawab. Pengisian angket dilakukan setelah pembelajaran selesai.
Untuk menginterpretasi skor respon siswa, dapat diklasifikasi berdasarkan
tujuh kriteria, yaitu sebagai berikut (Maulana, 2009: 51).
Tabel 3.10
Kriteria Persentase Angket Persentase jawaban (P) Kriteria
p = 0 Tak seorangpun
0 < p < 25 Sebagian kecil
25 ≤ p < 50 Hampir setengahnya
p = 50 Setengahnya
50 < p < 75 Sebagian besar
75 ≤ p < 100 Hampir seluruhnya
p = 100 Seluruhnya
c. Lembar Observasi
Lembar observasi ini juga akan dijadikan sebagai data pendukung dalam
penelitian model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan media papan nilai
tempat. Observasi yang dilakukan adalah observasi terhadap aktivitas siswa
ini diukur melalui format observasi yang dibuat dalam bentuk daftar cek
(checklist). Ada tiga aspek yang diukur dalam aktivitas siswa ini, yaitu,Ketepatan
konsep, partisipasi, dan kerjasama. Setiap aspek diukur dengan skor pada rentang
0 – 3 dengan indikator yang telah disusun (format observasi aktivitas siswa
beserta indikatornya terlampir). Skor yang telah diberikan untuk masing-masing
aspek dijumlahkan dan hasilnya ditafsirkan ke dalam bentuk perilaku baik (B),
cukup (C), atau kurang (K). Lebih jelasnya tafsiran jumlah perolehan skor
observasi aktivitas siswa adalah sebagai berikut ini.
Kurang (K) = jika perolehan jumlah skor siswa 0 sampai 3
Cukup (C) = jika perolehan jumlah skor siswa 3 sampai 6
Baik (B) = jika perolehan jumlah skor siswa 6 sampai 9
Selain aktivitas siswa, observasi juga dilakukan terhadap kinerja guru
mulai dari tahapan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, hingga
evaluasi yang dilakukan untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran. Sama
seperti observasi aktivitas siswa, pada observasi kinerja guru juga diukur melalui
format observasi yang dibuat dalam bentuk daftar cek (checklist).
Skor yang telah diberikan untuk masing-masing kegiatan dijumlahkan dan
hasilnya ditafsirkan ke dalam bentuk nilai dengan ukuran sangat baik (A), baik
(B), cukup (C), atau kurang (D). Lebih jelasnya tafsiran jumlah perolehan skor
observasi kinerja guru adalah sebagai berikut ini.
Sangat Baik (SB) = indikator yang muncul 81 - 100%
Baik (B) = indikator yang muncul 61 - 80%
Cukup (C) = indikator yang muncul 41 - 60%
Kurang (K) = indikator yang muncul 21 - 40%
100 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dan pengolahan data hasil penelitian pada BAB
IV, dapat disimpulkan mengenai pembelajaran matematika menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dengan media
papan nilai tempat, sebagai berikut.
1. Pembelajaran perkalian menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Teams Games Tournament (TGT) dengan media papan nilai tempat dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV pada materi perkalian. Dari hasil
perhitungan perbedaan rata-rata data pretes dan data postes kelas eksperimen
dengan menggunakan uji U dan menggunakan �= 5% two tailed didapatkan
nilai P-value (Sig.2-tailed) = 0,000. Karena yang diuji satu arah, maka 0,000
dibagi dua, sehingga hasilnya 0,000. Hasil yang diperoleh P-value < �, maka
�0 ditolak atau �1 diterima. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pemahaman
siswa kelas IV pada materi perkalian menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dengan papan nilai tempat
meningkat secara signifikan.
2. Pembelajaran perkalian menggunakan konvensional dengan papan nilai
tempat dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV pada materi
perkalian. Dari hasil perhitungan perbedaan rata-rata data pretes dan postes
kelas kontrol dengan menggunakan uji U dan menggunakan �= 5% two tailed
didapatkan nilai P-value (Sig.2-tailed) = 0,000, karena yang diuji satu arah,
sehingga 0,000 dibagi dua hasilnya 0,000. Hasil yang diperoleh P-value > �,
maka �0 ditolak atau �1 diterima. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
pemahaman siswa kelas IV pada materi perkalian menggunakan
pembelajaran konvensional dengan papan nilai tempat meningkat secara
signifikan.
3. Tidak terdapat perbedaan pemahaman yang signifikan antara siswa yang
(TGT) dengan papan nilai tempat dan siswa yang menggunakan pembelajaran
konvensional dengan papan nilai tempat. Dari hasil perhitungan, didapatkan
nilai P-value (Sig.2-tailed) = 0,125. Karena P-value (Sig.2-tailed) nilainya
lebih besar dari nilai �, maka �1 ditolak dan �0 diterima. Ini berarti tidak
terdapat perbedaan yang signifikan pemahaman antara siswa yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament
(TGT) dengan papan nilai tempat dan siswa yang menggunakan pembelajaran
konvensional dengan papan nilai tempat. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams
Games Tournament (TGT) dengan papan nilai tempat dan siswa yang
menggunakan pembelajaran konvensional dengan papan nilai tempat tidak
terdapat perbedaan secara signifikan.
4. Setelah melakukan pembelajaran perkalian dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dengan papan
nilai tempat, siswa memberi respon positif terhadap pembelajaran perkalian
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament
(TGT) dengan papan nilai tempat yaitu siswa senang dengan adanya diskusi
bersama teman, memberikan pendapat kepada teman kelompok lain, dan
mendapat penghargaan dari guru. Setelah diberikannya angket, rata-rata skor
siswa yang diperoleh siswa sebesar 4,09 atau sebesar 81,6% siswa memberi
sikap positif terhadap pembelajaran perkalian dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dengan papan
nilai tempat.
5. Faktor yang mendukung dalam pembelajaran perkalian menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dengan papan
nilai tempat yaitu guru cukup mendukung dalam proses pembelajaran, papan
nilai tempat memudahkan siswa dalam pembelajaran dan keadaan kelas yang
kondusif memudahkan guru dalam ketercapaian tujuan pembelajaran. Selain
itu, terdapat faktor yang menghambat dalam pembelajaran perkalian
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament
102
siswa yang mengikuti turnamen, siswa yang lainnya kurang bisa
terkondisikan.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, ada beberapa saran yang
diajukan yaitu sebagai berikut.
1. Bagi Guru
Diharapkan guru dapat lebih berinovasi dan kreatif dalam menciptakan
suasana pembelajaran di dalam kelas agar membuat siswa termotivasi belajar
sehingga kemampuan siswa dapat berkembang. Pada proses pembelajaran
sebaiknya guru harus lebih diperhatikan terhadap pengelolaan kelasnya, selain itu
juga guru harus tegas terhadap siswa ketika siswa itu ribut sehingga mengganggu
proses pembelajaran.
2. Bagi Siswa
Melalui pembelajaran matematika diharapkan siswa mampu
mengaplikasikan pembelajaran yang telah dilakukan untuk memecahkan masalah
dalam kehidupan sehari-hari, selain itu juga siswa harus lebih fokus pada saat
pembelajaran berlangsung.
3. Bagi Peneliti Lain
Bagi peneliti lain, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bandingan
sekaligus landasan penelitian lanjutan yang berhubungan dengan pengembangan
pembelajaran perkalian.
4. Bagi Sekolah
Dijadikan bahan untuk memotivasi guru dalam mengembangkan
103
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2007). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Asma. (2006). Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Depdiknas.
Christz. (2011). Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT. [Online]. Tersedia: http://heny-christz.blogspot.com/2011/11/model-pembelajaran-kooperatif-tipe-tgt.html. [22 Desember 2012]
Depdiknas. (2006). Panduan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan untuk SD/MI. Jakarta : Dharma Bakti.
Djamarah, S.B., Zain, A. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: RINEKA CIPTA.
Indriana, D. (2011). Ragam Alat Bantu media Pengajaran. Jogjakarta: DIVA PRESS.
Isjoni.(2007). Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta.
Maulana (2008). Pendidikan Matematika 1. Bandung: Tidak Dipublikasikan.
Maulana (2009). Memahami Hakikat, Variabel, dan Instrumen Penelitian Pendidikan dengan Benar. Bandung: Learn2Live n Live2Learn.
Meltzer, D. E. (202). The relationship between Mathematic Preparation and Conceptual Learning Gain in Physics: A Possible “Hidden Variable”in
Diagnostic Pretes Score. [Online]. Tersedia:
http://physiceducation.net/docs/Addendum_on_normalized_gain.pdf. [25 Desember 2012].
Permana, E. H. Perbedaan Hasil Belajar Matematika Siswa SD antara yang Memperoleh Pembelajaran Model Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT)dan Pembelajaran Biasa(Penelitian Quasi Eksperimen di Kelas IV Sekolah Dasar Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Sumedang). Skripsi Jurusan PGSD UPI Cibiru. Tidak dipublikasikan.
Pitadjeng. (2006). Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Sagala, Syaiful. (2003). Konsep dan Makna Pembelajaran (untuk membantu memecahkan problematika belajar dan mengajar). Bandung: Alfabet.
104
Rohidah. (2009). Penggunaan Model Pembelajaran Tipe Teams Games Turnament Pada Pembelajaran Pecahan untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V SD Negeri Babakan Kecamatan Kadugede Kabupaten Kuningan). Skripsi Jurusan PGSD UPI Sumedang. Tidak dipublikasikan.
Ruseffendi, dkk. (1992). Pendidikan Matematika 3. Jakarta: Depdikbud.
Sadiman, Airef, dkk. (2006). Media Pengajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Suherman, E. dan Sukjaya, Y. (1990). Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah 157.
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sukardi. (2010). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jogjakarta: BUMI AKSARA.
Suwangsih, Erna dan Tiurlina. (2006). Model Pembelajaran Matematika. Bandung: UPI PRESS.
Uyanto, S. S. (2006). Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Jakarta: Graha Ilmu.
Wahyudin, U. (2006). Evaluasi Pembelajaran SD. Bandung: UPI PRESS.
Yasa. (2008). Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament. [Online]. Tersedia: http://ipotes.wordpress.com/2008/05/11/pembelajaran-kooperatif-tipe-teams-games-tournaments-tgt/.[22 Desember 2012].
Zuriah, N. (2009). Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Malang: BUMI AKSARA.
Dokumen