• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN LATAR BELAKANG PENDIDIKAN, NILAI BUDAYA, EKONOMI DENGAN MOTIVASI KERJA DAN ASPIRASI PENDIDIKAN TENAGA KERJA WANITA DI SEKTOR INDUSTRI: Studi Tentang Perencanaan Pendidikan Luar Sekolah Terhadap Tenaga Kerja Wanita di Kotamadia Medan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN LATAR BELAKANG PENDIDIKAN, NILAI BUDAYA, EKONOMI DENGAN MOTIVASI KERJA DAN ASPIRASI PENDIDIKAN TENAGA KERJA WANITA DI SEKTOR INDUSTRI: Studi Tentang Perencanaan Pendidikan Luar Sekolah Terhadap Tenaga Kerja Wanita di Kotamadia Medan."

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN LATAR BELAKANG PENDIDIKAN, NILAI BUDAYA,

EKONOMI DENGAN MOTIVASI KERJA DAN ASPIRASI PENDIDIKAN

TENAGA KERJA WANITA Dl SEKTOR INDUSTRI

( Studi Tentang Perencanaan Pendidikan Luar Sekolah Terhadap Tenaga Kerja

Wanita di Kotamadia Medan )

T E S I S

Diajukan kepada Panltia Ujian Institut Keguruan dan llmu Pendidikan Bandung untuk Memenuhi sebagian Tugas Program S2 dalam

Bidang Pendidikan Luar Sekolah

Oleh :

Evendi Ritonga

784/C/XX-12

PROGRAM PASCA SARJANA

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(2)

DISETUJI DAN DISAHKAN OLEii PEMBIMBINU

-PJRQF. J2EL. SQEEABDJJ2 AiLLKIlSLttlQ

V

12RJJL. gJUPJiZ £UJiIAtfAJ:L.E{L

ELL BAHEAMfi SQEtt&ENJLu MA_

PROGRAM PASCA SARJANA

(3)

APABILA ANAK ADAM ITU MATI, MAKA PUTUSLAH

AMALANNYA, KECUALI TIGA PERKARA. PERTAMA,

SHADAKAH JARIAH (WAQAF); KEDUA, ILMU YANG

ORANG AMBIL MANFAAT DARIPADANYA; KETIGA,

ANAK YANG SHALIH MENDOAKAN DIA ( H.S.R.

ABU DAWUD ).

Dipersembahkan buat ananda:

MUFLIH MUHAMMAD SYUKRAN RITONGA

(4)

DAFTAR I SI

Halaman

KATA PENGANTAR 1

UCAPAN TERIMA KASIH

iij-DAFTAR ISI

-

•••

vi

DAFTAR TABEL

ix

BAB.I. PENDAHULUAN.

1. Latar Belakang Masalah 1

2. Rumusan dan Analisis Masalah .... 8

3.

Tujuan dan Kegunaan Penelitian

..

13

BAB.II. TAHAP-TAHAP MOTIVASI KERJA DAN TINGKAT

ASPIRASI PENDIDIKAN TENAGA KERJA WANITA

DI SEKTOR INDUSTRI

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 15

2. Tingkat Aspirasi Pendidikan Tenaga Kerja

29

3. Tahap-Tahap Motivasi Kerja

36

4. Kedudukan Studi Tentang Wanita dan

Relevansinya Terhadap PLS 46

5. Berbagai Penelitian Yang Telah

Di-lakukan Terdahulu

1. Hubungan Tingkat Pendidikan

dengan Motivasi Kerja 58

2. Hubungan Nilai Budaya dengan

Motivasi Kerja 60

3. Hubungan Tingkat Ekonomi

dengan Motivasi Kerja

62

6. Defenisi Operasional dan Kerangka

Analisis 63

BAB.III. PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode Penelitian 67

B. Teknik Pengambilan Sampel 67

(5)

viil

C. Penjabaran Konsep Variabel Penelitian 72

D. Hipotesis Penelitian 74

E. Data dan Alat Pengumpul Data 75

F. Rancangan Pengolahan dan Analisis Data 97

BAB.IV. HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Analisis Univariat

Terhadap Variabel yang Diteliti 98

B. Deskripsi Analisis Terhadap Hubungan

Bivariat Antarvariabel Penelitian 113

C. Deskripsi Analisis Terhadap Hubungan

Bivariat dengan Kontrol atau Korelasi

Parsial 118

D. Tafsiran Hasil Pengolahan Data 128

E. Pembahasan Hasil Penelitian 131

BAB.V. SIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI

A. Simpulan 143

B. Implikasi Hasil Penelitian 146

C. REKOMENDASI 165

DAFTAR PUSTAKA 176

(6)

DAFTAR TABEL

halaman

Tabel 1 PROYEKSI TENAGA KERJA DI SUMATERA

UTARA TAHUN 1980 - 2000 16

Tabel 2 PROYEKSI TENAGA KERJA MENURUT JENIS KELAMIN TAHUN 1980, 1985, 1990, 1995,

DAN 2000 DI SUMATERA UTARA 16

Tabel 3 PROYEKSI TPAK WANITA MENURUT G0L0NGAN

UMUR ( % ) TAHUN 1980 - 2000 16

Tabel 4 NILAI TAMBAH INDUSTRI 20

Tabel 5 REKAPITULASI KELOMPOK INDUSTRI DI

SUMATERA UTARA 21

Tabel 6 BANYAKNYA PERUSAHAAN/USAHA DAN

PEKERJA MENURUT SEKTOR EKONOMI NON PERTANIAN DI KOTAMADIA MEDAN

( JANUARI 1986 ) 25

Tabel 7 BANYAKNYA PERUSAHAAN INDUSTRI

DAN BANYAKNYA TENAGA KERJA MENURUT KECAMATAM DI KOTAMADIA MEDAN

( JANUARI 1986 ) 26

Tabel 8 BANYAKNYA PERUSAHAAN INDUSTRI

DAN BANYAKNYA TENAGA KERJA DI KOTAMADIA

MEDAN ( JANUARI 1986 ) 28

Tabel 9 PENGELOMPOKAN JENIS INDUSTRI 68 Tabel 10 UKURAN SAMPEL TKW MENURUT INDUSTRI 71

Tabel 11 TINGKAT MOTIVASI KERJA TENAGA KERJA

WANITA DI SEKTOR INDUSTRI 98

Tabel 12 ASPIRASI PENDIDIKAN TENAGA KERJA WANITA

DI SEKTOR INDUSTRI 100

Tabel 13 KEINGINAN UNTUK MENGIKUTI PENDIDIKAN

KEMBALI - 101

Tabel 14 ALASAN PERNAH INGIN MENGIKUTI PENDIDIKAN

KEMBALI 101

Tabel 15 ALASAN TIDAK PERNAH INGIN MENGIKUTIi

PENDIDIKAN KEMBALI 102

Tabel 16 JENIS/BENTUK PENDIDIKAN YANG DIINGINKAN .. 102

(7)

Tabel 17 USAHA YANG DILAKUKAN KE ARAH ITU 104

Tabel 18 PEROLEHAN DARI PENDIDIKAN YANG SEDANG/

PERNAH DIIKUTI 105

Tabel 19 SUMBER BIAYA PENDIDIKAN 106 Tabel 20 HARAPAN PEROLEHAN MENGIKUTI PENDIDIKAN

KEMBALI 106

Tabel 21 STATUS PENDIDIKAN TKW DI SEKTOR INDUSTRI . 107

Tabel 22 TINGKAT PENDIDIKAN TKW DI SEKTOR INDUSTRI. 108 Tabel 23 MASA KERJA TKW DI SEKTOR INDUSTRI 108 Tabel 24 KEINGINAN UNTUK BEKERJA TERUS 109 Tabel 25 ALASAN UNTUK BEKERJA TERUS SAMPAI TUA .... 110 Tabel 26 ALASAN BERHENTI BEKERJA 110 Tabel 27 NILAI BUDAYA TKW DI SEKTOR INDUSTRI Ill Tabel 28 TINGKAT EKONOMI TKW DI SEKTOR INDUSTRI ... 112

Tabel 29 HUBUNGAN BIVARIAT ANTARA VARIABEL TINGKAT

PENDIDIKAN DENGAN MOTIVASI KERJA 114

Tabel 30 HUBUNGAN BIVARIAT ANTARA VARIABEL TINGKAT

PENDIDIKAN DENGAN ASPIRASI PENDIDIKAN 115

Tabel 31 HUBUNGAN BIVARIAT ANTARA VARIABEL MASA

KERJA DENGAN ASPIRASI PENDIDIKAN 115

Tabel 32 HUBUNGAN BIVARIAT ANTARA VARIABEL NILAI

BUDAYA DENGAN MOTIVASI KERJA 116

Tabel 33 HUBUNGAN BIVARIAT ANTARA VARIABEL NILAI

BUDAYA DENGAN ASPIRASI MANDIRI 116

Tabel 34 HUBUNGAN BIVARIAT ANTARA VARIABEL EKONOMI

DENGAN MOTIVASI KERJA 117

Tabel 35 HUBUNGAN BIVARIAT ANTARA VARIABEL TINGKAT

EKONOMI DENGAN ASPIRASI PENDIDIKAN 117

Tabel 36 HUBUNGAN BIVARIAT ANTARA VARIABEL TINGKAT

PENDIDIKAN DENGAN MOTIVASI KERJA DIKONTROL

STATUS PERNAH KAWIN 120

Tabel 37 HUBUNGAN BIVARIAT ANTARA VARIABEL TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN MOTIVASI KERJA DIKONTROL

(8)

X I

Tabel 38 HUBUNGAN BIVARIAT ANTARA VARIABEL TINGKAT

PENDIDIKAN DENGAN ASPIRASI PENDIDIKAN

DIKONTROL MASA KERJA BARU 121

Tabel 39 HUBUNGAN BIVARIAT ANTARA VARIABEL TINGKAT

PENDIDIKAN DENGAN ASPIRASI PENDIDIKAN

DIKONTROL MASA KERJA BARU DAN STATUS

BELUM KAWIN 122

Tabel 40 HUBUNGAN BIVARIAT ANTARA VARIABEL NILAI

BUDAYA DENGAN MOTIVASI KERJA DIKONTROL

STATUS PERNAH KAWIN 123

Tabel 41 HUBUNGAN BIVARIAT ANTARA VARIABEL NILAI BUDAYA DENGAN MOTIVASI KERJA DIKONTROL

STATUS BELUM KAWIN 124

Tabel 42 HUBUNGAN BIVARIAT ANTARA VARIABEL NILAI BUDAYA DENGAN ASPIRASI PENDIDIKAN DIKONTROL

MASA KERJA BARU 124

Tabel 43 HUBUNGAN BIVARIAT ANTARA VARIABEL NILAI BUDAYA DENGAN ASPIRASI PENDIDIKAN DIKONTROL

MASA KERJA LAMA 125

Tabel 44 HUBUNGAN BIVARIAT ANTARA VARIABEL NILAI BUDAYA DENGAN ASPIRASI PENDIDIKAN DIKONTROL MASA KERJA BARU DAN STATUS BELUM KAWIN 126

Tabel 45 HUBUNGAN BIVARIAT ANTARA VARIABEL TINGKAT EKONOMI DENGAN MOTIVASI KERJA DIKONTROL

DENGAN STATUS BELUM KAWIN 127

Tabel 46 HUBUNGAN BIVARIAT ANTARA VARIABEL TINGKAT

EKONOMI DENGAN ASPIRASI PENDIDIKAN DIKONTROL

MASA KERJA BARU 127

Tabel 47 KOEFISIEN KORELASI ANTARA VARIABEL

DEPENDEN DENGAN VARIABEL INDEPENDEN 130

Tabel 48 KOEFISIEN KORELASI ANTARVARIABEL 130

Tabel 49 MATERI KURSUS KETERAMPILAN TKW

DI SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN BAHAN

(9)

BAB I

P E N D A H U L U A N

1. Latan Belakang Masalah,

Pada saat ini semakin banyak jumlah wanita yang

bekerja dan menambah penghasilan suami. Hal ini bukanlah

suatu hal yang baru. Sejak awal terjadinya masyararakat, wanita telah turut serta dalam memproduksi makanan atau bahan-bahan lainnya, baik untuk dijual, dipertukarkan, ataupun konsumsi keluarga. Kehidupan keluarga tidak saja

tergantung dari apa yang dibawa pulang oleh suami,

melain-kan juga dari kontribusi isteri.

Wanita masa kini tidak lagi hanya bekerja di sektor

informal, melainkan juga di sektor formal modern. Jumlah

wanita yang berperan serta dalam sektor formal menlngkat

dengan cepatnya di negara-negara berkembang maupun negara

maju. Wanita kini merupakan bagian dari angkatan kerja.

Menurut Lester R Brown (1982), hampir dalam semua masyarakat industri, partisipasi wanita telah meningkat

selama generasi yang lalu. Di Eropah Barat, secara kasar jumlah pekerja wanita sepertiga dari jumlah seluruh pe-kerja. Di Kanada, jumlah angkatan kerja wanita meningkat dari 27% pada tahun 1960 menjadi 33% di tahun 1970. Di Amerika Serikat, pada tahun 1977 wanita menduduki dua dari

setiap lima pekerjaan. Antara tahun 1950 dan 1975 jumlah

wanita yang bekerja bertambah dari hanya 17 juta menjadi

34 juta, sementara angkatan kerja pria naik dari 42 juta

(10)

di Amerika Serikat selama 25 tahun yang lalu dalam

ber-bagai hal sama dengan yang terdapat di masyarakat industri

lainnya.

Kalau diperhatikan sejarah negara-negara maju,

ter-nyata bahwa industrialisasi telah banyak membawa perubahan

yang besar dalam kegiatan ekonomi untuk wanita, sehingga

kesempatan kerja untuk wanita semakin terbuka (Kreps,

1970; Boserup, 1970). Ini berarti bahwa pembangunan ekono

mi membawa serta perubahan komposisi angkatan kerja me-nurut sektor. Turunnya proporsi angkatan kerja yang ber-ada di dektor pertanian diikuti dengan naiknya proporsi

angkatan kerja di sektor industri. Peranan sektor pertani

an turun, sementara peranan industri naik kalau kita

mene-lusuri negara-negara dengan tingkat pendapatan rendah ke

nagara-negara dengan tingkat pendapatan tinggi.

Sebab utama perubahan struktur kesempatan kerja

ialah perubahan komposisi permintaan dan penawaran out

put. Perubahan dalam komposisi produksi bersama-sama de

ngan teknologi yang ada, merupakan faktor permintaan tena

ga kerja. Perkembangan ekonomi menaikkan kesempatan kerja

di sektor industri, sementara kesempatan kerja di sektor

pertanian menurun. Di sini terlihat bahwa naiknya partisi

pasi seseorang bekerja di sektor industri dipengaruhi oleh

adanya kesempatan yang tersedia. Dukungan yang positip

pada

hal

ini dikemukakan oleh Standing yang

berpendapat

bahwa tumbuhnya sektor modern member! kesempatan yang

(11)

Pentinanva Penelitian .Ini &1 Indonesia.

Pemerintah Indonesia pada prinsipnya menganut per-samaan hak antara pria dan wanita. Dalam pasal 27 UUD 1945, UU No. 80/1957, UU No. 14/1969 maupun PP No. 8/1981, ditegaskan bahwa pengusaha pada prinsipnya tidak boleh

membedakan perlakuan terhadap buruh wanita dan pria,

ke-cuali pada perbedaan yang bersifat kondrati (CSIS, 1983:

63). Hal ini menambah kemampuan bersaing dan meningkatkan permintaan terhadap jasa wanita di pasar kerja.

Di Indonesia, realisasi emansipasi kaum wanita yang

berembrio dari rintisan R.A. Kartini telah terwujud dalam konstitusi negara (UUD 1945 pasal 27 ayat 1, pasal 31 ayat

1) yakni persamaan hak dalam memperoleh persamaan

keduduk-an di dalam hukum dan persamaan hak dalam mendapat

peng-ajaran. Selanjutnya, dalam GBHN (1988:381) dinyatakan

bahwa "pembangunan yang menyeluruh mensyaratkan

ikutserta-nya pria maupun wanita secara maksimal di segala bidang.

Dalam rangka ini wanita mempunyai hak, kewajiban dan ke

sempatan yang sama dengan pria untuk ikut serta dalam

segala kegiatan pembangunan. Peranan dan tanggung jawab

wanita dalam pembangunan makin dimantapkan melalui

peningkatan dan keterampilan di berbagai bidang sesuai

dengan kebutuhan dan kemampuannya". Ini berarti bahwa

wanita Indonesia telah diberi hak dan kesempatan ikut

serta dalam menentukan masa depan bangsanya. Sebagai

(12)

wanita yang merambah dalam segala aspek kehidupan,

ter-masuk dalam dunia kerja seperti di sektor industri.

Seka-rang bagi wanita Indonesia, pekerjaan dan karir menjadi

saling terjalin erat. Persaingan lalu tirnbul. Wanita ber-saing dengan rekan-rekan sesama wanitanya atau dengan kaum pria. Oleh karena itu tidaklah mengherankan jika segera

setelah lulus sekolah mereka bersemangat untuk mendapatkan pekerjaan dan mernulai karirnya.

Masa depan masyarakat Indonesia terutama pada awal

abad ke-21 diperkirakan telah berada pada priode tinggal

landas pembangunan bangsa yang ditandai oleh berkembangnya

industri sehingga Indonesia telah memasuki masyarakat in

dustri (D. Sudjana S., 1989b:191). Dari perkiraan ini, dan

kecendrungan wanita untuk bekerja di sektor formal modern, maka wanita juga harus merupakan perhatian dalam ketenaga-kerjaan di sektor industri. Menurut Payaman J. Simanjun-tak ( 1992 ), pada umumnya tingkat pendidikan dan keteram-pilan angkatan kerja wanita lebih rendah dari angkatan

kerja pria. Hasil sub sampel Sensus Penduduk tahun 1990,

angkatan kerja wanita yang berpendidikan rendah lebih besar dari pada laki-laki. Sebaliknya proporsi angkatan

kerja wanita yang berpendidikan menengah lebih rendah dari

pada laki-laki. Demikian juga untuk tingkat pendidikan

(13)

Pada umumnya angkatan kerja yang berpendidikan

ren

dah juga berketerampilan rendah. Produktivitas kerja

dari

angkatan

kerja

yang berpendidikan

rendah

juga

relatif

rendah,

baik

dilihat dari segi jam

kerja

yang

efektif

maupun

dari

segi hasil kerja

dan

pendapatan.

Angkatan

kerja yang berpendidikan rendah lebih mengandalkan

kekuai-an

fisiknya

daripada daya pikir dan

kemampuan

inteiek-tualitasnya.

Sebabitu,

angkatan kerja yang

berpendidikan

T-enriah

biasanya

hanya mampu

ditugaskan

pada

pekerjaan

manual dengan sistem kerja dan peralatan sederhana.

Secara

proporsional

dari tahun 1980

hingga

pada

tahun 1990 terjadi penurunan pekerja di sektor

pertanian.

Penurunan proporsi pekerja di sektor pertanian ini diikuti

dengan

peningkatan proporsi di sektor non-pertanian

ter-utama di sektor industri dan perdagangan. Di sektor indus

tri,

proporsi pekerja meningkat dari sekitar

9,1

persen

pada

tahun

1980 menjadi sekitar 11,6 persen

pada

tahun

1990.

Khusus untuk tenaga kerja wanita,

proporsi

pekerja

•wanita di sektor industri meningkat dari sekitar 12,5

persen

pada tahun 1980 menjadi sekitar 14,1

persen

pada

tahun 1990.

Di masa-masa yang akan datang menurut perkiraan

Simanjuntak ( 1992 ) kesempatan kerja bagi wanita di

sek

tor non-pertanian akan terus meningkat. Hal ini disebabkan

perkembangan teknologi, perubahan nilai dan sistem sosial,

(14)

wanita termasuk pekerjaan untuk malam hari. Angkatan kerja

wanita yang baru memasuki pasar kerja diperkirakan tidak

mudah mengisi lowongan kerja yang tersedia karena rendah-nya tingkat keterampilan teknis yang mereka miliki.

Untuk memasuki era masyarakat industri di atas, haruslah diiringi dengan pengembangan sumberdaya manusia yang sesuai dengan tuntutan dan kondisi yang sesuai ke

arah itu. Pengembangan sumberdaya manusia pada dasarnya dapat dilakukan melalui jalur pendidikan. Sedangkan hasil dari pendidikan persekolahan tidak selalu dapat menyedia-kan tenaga yang sesuai dengan dunia kerja, akibat cepat-nya perubahan teknologi. Pendidikan persekolahan memerlu-kan waktu yang relatif panjang untuk dapat menghasilkan

tenaga-tenaga yang terdidik dan siap pakai, baik segi

kognitif, afektif maupun psikomotoriknya, sedang teknologi

berubah sangat cepat.

Jalur pendidikan yang memungkinkan untuk

mengantisi-pasi persoalan pendidikan dengan perubahan teknologi yang

cepat adalah jalur Pendidikan Luar Sekolah (PLS). PLS

dalam pengertiannya adalah pendidikan yang dilakukan dalam

suatu bentuk kegiatan tertentu, seperti yang diutarakan dalam UUSPN (1989:10-11) bahwa " satuan pendidikan di luar

sekolah meliputi keluarga, kelompok belajar, kursus dan

satuan pendidikan sejenis". Ini berarti bahwa setiap warga

negara

(pria ataupun wanita) berkesempatan seluas-luasnya

(15)

setlap warga negara diharapkan dapat belajar pada tahap

mana saja dari kehidupannya dalam mengembangkan dirinya

sebagai manusia Indonesia. Sedang penyelenggara pendidikan

itu meliputi keluarga, masyarakat, pemerintah maupun dunia

usaha.

PLS dalam hal ini bisa ditujukan pada dua sasaran,

yaitu tenaga-tenaga yang sudah bekerja dan tenaga-tenaga

yang akan atau segera bekerja. Program PLS bagi yang sudah bekerja dimaksudkan untuk lebih memantapkan keterampilan-nya atau supaya dapat mengikuti perkembangan teknologi baru. Program PLS itu sendiri dapat dilakukan dalam per-usahaan melalui on the jobs training. Selain itu, PLS juga lebih mudah didisain untuk lebih responsif dan akomodatif terhadap perubahan teknologi.

Masalah menghadapi era industri, kecendrungan kaum

wanita untuk bekerja di sektor formal modern, dan keber— adaan PLS yang lebih mudah didisain untuk lebih responsif

terhadap perubahan teknologi ini tentu akan membutuhkan

suatu informasi data bagi merancang suatu bentuk kegiatan

(16)

8

2. Rumusan dan Analisis Masalah

Masalah pokok dalam penelitian ini dapat dinyatakan

sebagai hal yang ingin diketahui mengenai : "Adakah hu bungan antara latar belakang tingkat pendidikan, masa

kerja, nilai budaya, tingkat ekonomi, dengan motivasi kerja dan aspirasi pendidikan.

Alasan Pemilihan Variabel,

Perkembangan industri serta pertumbuhan perusaha-an-perusahaan kecil, menengah maupun besar menuntut ter-sedianya: 1. tenaga ahli yang mempunyai kemampuan untuk

menez^apkan pengetahuan, dan 2. tenaga kerja yang terlatih untuk dapat menyelenggarakan kegiatan tertentu. Pendidikan sekolah pada umumnya tidak menghasilkan lulusan siap ker ja, tetapi lulusan yang siap latih. Oleh sebab itu, pendi dikan luar sekolah juga merupakan jembatan antara pendi

dikan sekolah dengan dunia kerja.

Pendidikan luar sekolah memiliki keleluasaan jauh lebih besar daripada pendidikan sekolah untuk secara cepat

disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat yang senantiasa

berubah, apalagi sebagai perwujudan ikhtiar pembangunan

nasional. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

berlangsung semakin cepat menimbulkan kebutuhan yang

ber-aneka ragam, semakin luas dan semakin banyak untuk memper-oleh informasi, pengetahuan, dan keterampilan ( penjelasan atas PP.RI. No. 73 tahun 1991 tentang Pendidikan Luar

(17)

9

Dalam pada itu program-program pendidikan luar

sekolah hendaknya disusun berdasarkan kebutuhan para warga

belajar. Dengan mernperhatikan hal tersebut diharapkan

motivasi belajar warga belajar menjadi meningkat, sehingga partisipasi mereka dalam setiap aktivitas belajar menjadi

tinggi pula. Sudjana ( 1991: 7 ) berpendapat bahwa ke butuhan hidup manusia ( human need ), kebutuhan pendidikan

( educational need ), dan kebutuhan belajar ( learning need ) mempunyai hubungan yang erat dan perlu dipertim-bangkan secara mendasar baik dalam penentuan kebijaksaan maupun dalam penyelenggaraan program pendidikan luar

sekolah.

Banyak yang dilakukan oleh para ilmuan/peneliti tentang pengungkapan hal-hal yang berkaitan dengan tenaga

kerja wanita di sektor industri. Usaha-usaha itu antara lain ditinjau dari sudut antropologi, sosiologi, dan psi-kologi dan bimbingan. Usaha-usaha tersebut tampak belum memperlihatkan gambaran yang lengkap tentang hal-hal yang

mendorong motivasi kerja dan aspirasi pendidikan.

Dalam diri manusia terdapat dan bekerja

dorongan-dorongan psikologis yang merangsang dirinya untuk

(18)

10

bahwa motivasi itu muncul disebabkan oleh banyak faktor.

Seorang wanita yang memiliki tingkat pendidikan

tertentu akan mempunyai motivasi pekerjaan dan aspirasi pendidikan yang berbeda dengan wanita yang memiliki tingkat pendidikan yang berbeda pula. Dengan kata

lain, bahwa tingkat pendidikan mempunyai hubungan dengan motivasi pekerjaan dan aspirasi pendidikan. Oleh sebab itu, adakah hubungan antara tingkat pendidikan dengan motivasi kerja dan aspirasi pendidikan ?. Demikian juga halnya dengan nilai budaya yang dianut dalam keluarga akan menjadikan perbedaan motivasi bidang pekerjaan dan

aspirasi pendidikan. Nilai budaya yang dinaut dalam keluarga akan terlihat pada bagaimana keluarga itu

memandang wanita dan laki-laki terhadap pendidikan dan

pekerjaannya. Ada keluarga yang memandang bahwa wanita

memiliki kedudukan yang setara dengan pria. Ada keluarga

yang memandang wanita dengan pria pada kedudukan yang

tidak setara, sehingga wanita tidak perlu bekerja di luar rumah. Oleh sebab itu, nilai budaya yang dianut dalam keluarga turut berperan dalam motivasi pekerjaan dan aspi rasi pendidikan. Dalam hal ini, adakah hubungan nilai budaya yang dianut dalam keluarga mendorong motivasi kerja dan aspirasi pendidikan ?

Situasi ekonomi yang berbeda pada manusia akan men

jadikan motivasi yang berbeda pada jenis pekerjaan dan

(19)

11

bahwa situasi ekonominya lumayan/memadai, akan menjadikan

dorongan motivasi tertentu pada pekerjaan. Demikian juga

dengan wanita yang merasakan bahwa situasi ekonominya kurang memadai. Oleh sebab itu, adakah hubungan tingkat

ekonomi

dengan

motivasi kerja

dan

aspirasi

pendidikan

tenaga kerja wanita di sektor industri ?

Industri sebagai sistem merupakan perpaduan

subsis-tem fisis dengan subsistem manusia. Subsistem fisis

me-ngandung makna, yaitu komponen-komponen lahan, bahan

men-tah, sumberdaya energi dan Iain-lain. Sedangkan subsistem manusia meliputi komponen-komponen tenaga kerja, kemampuan teknologi, nilai-nilai dan Iain-lain. Komponen subsistem manusia seperti tenaga kerja, kemampuan teknologi dan

nilai ini merupakan salah satu bidang kajian PLS.

Kemandirian memiliki pengertian bahwa individu sanggup melakukan sendiri kegiatan-kegiatannya dan mampu

menyelesaikan sendiri masalah-masalah yang dihadapinya dengan penuh keyakinan. Seseorang yang memiliki kemandiri

an tidak akan menggantungkan dirinya pada orang lain.

Seorang wanita yang bekerja untuk mencari penghasilan

sendiri, termasuk tenaga kerja wanita di sektor industri

(20)

12

sifat yang berdiri di atas kaki sendiri. Mandiri yang

dimaksudkan dalam studi ini adalah individu yang bekerja

oleh karena dorongan rasa tidak ingin menggantungkan diri pada orang lain, merupakan upaya menjawab tantang, baik ekonomi maupun lainnya. Aspirasinya terhadap PLS dilatar belakangi pemahaman dirinya tentang kekuatan dan kelemahan yang dimiliki, kemampuan memperhitungkan kesempatan dan

ancaman lingkungan sekitar, dan kemampuan memilih berbagai alternatif untuk menghadapi berbagai masalah dalam dunia

kerjanya. Oleh sebab itu, penelitian ini juga difokuskan pada analisis tentang kemandirian. Seorang yang memi liki pekerjaan akan membutuhkan kemajuan dalam karir kerjanya. Demikian juga wanita yang bekerja di sektor

industri akan senantiasa membutuhkan kemajuan dalam karir kerjanya. Kebutuhan ini dapat terpe-nuhi dengan belajar

dan berlatih. Belajar dan berlatih yang teratur dan ter-organisir akan lebih efektif dan efisien bagi mencapai

tujuan. Cara yang tepat untuk itu adalah dengan memasuki

suatu bentuk pendidikan. Sedang bentuk pendidikan yang

relevan untuk itu adalah PLS. Oleh sebab itu, adakah hu

bungan antara latar belakang tingkat pendidikan, masa kerja, nilai budaya yang dianut dalam keluarga, tingkat ekonomi, dengan aspirasi pendidikan ?. Hal-hal tersebut-lah yang menyebabkan variabel latar bela-belakang pendi

dikan, nilai budaya, dan tingkat ekonomi dijadikan sebagai

(21)

13

Dari masalah pokok dan analisis masalah di atas,

dapat di rumuskan pertanyaan-pertanyaan penelitian seba

gai berikut :

1) Adakah hubungan antara tingkat pendidikan dengan mo

tivasi kerja dan aspirasi pendidikan ?

2) Adakah hubungan antara masa kerja dengan aspirasi pen

didikan ?

3) Adakah hubungan antara nilai budaya dengan motivasi

kerja dan aspirasi pendidikan ?

4) Adakah hubungan antara tingkat ekonomi dengan

motivasi

kerja dan aspirasi pendidikan ?

3-

Tujuan dan Kegunaan

Penelitian-3.1. Tujuan

Yang menjadi tujuan penelitian ini ini adalah : "Un tuk mendapatkan informasi data tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan motivasi kerja dan aspirasi pendidikan

tenaga kerja wanita di sektor industri.

3•2.

Kegunaan Penelitian

Dari tujuan di atas, maka kegunaan yang diharapkan dengan penelitian ini antara lain :

1) Dapat dijadikan masukan bagi pemerintah dalam upaya pengembangan wanita sebagai angkatan kerja, khususnya

di sektor industri.

2) Dapat dijadikan masukan bagi

perencanaan/penyelenggara-an PLS dalam upaya merancang/menyelenggarakan bentuk

PLS yang bersesuaian dengan angkatan kerja wanita,

(22)

14

3) Dapat dijadikan masukan informasi tentang layanan PLS

yang dibutuhkan oleh tenaga kerja wanita di sektor

industri.

4) Dapat dijadikan masukan informasi tentang isu PLS apa

(23)
(24)

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Pendekatan yang dipergunakan dalam penelitian ini

adalah pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Sedang metode

dan analisis yang dipergunakan adalah metode dan analisis

deskriptif. Melalui analisis deskriptif diharapkan akan

diperoleh gambaran tentang peristiwa-peristiwa atau

permasalahan yang terjadi pada saat penelitian dilakukan.

Berikutnya dilanjutkan dengan penganalisaan keterkaitan atau

sumbangan dari variabel-variabel independen terhadap

variabel dependen, yakni sumbangan/konstribusi tingkat

pendidikan, nilai budaya, dorongan ekonomi terhadap motivasi

dan aspirasi terhadap PLS, serta masa kerja terhadap

aspirasi PLS, maupun penganalisisan keterkaitan antar

variabel dalam penelitian ini.

Pe.rtimbangan lain bagi penggunaan metode analisis

deskriptif ini did a sarkan pada keinginan untuk dapat

mengumpulkan informasi secara terinci, mengidentifikasikan

masalah yang ada, dan mengadakan perbandingan.

B. Teknik Pengambilan Sampel.

Populasi dalam penelitian ini adalah tenaga kerja

wanita pada kelompok industri kimia dasar dan

aneka industri

pada

zona

industri

Medan.

Populasi

ini

diambil

dari

pengelompokan

jenis industri

yang

dilakukan

oleh

Kanwil

(25)

Perindustrian Sumatra Utara, yang terdiri dari

Tabel 9

PENGELOMPOKAN JENIS INDUSTRI

68

No. Kelompok Industri Sub-Kelompok Industri

1. Industri Kimia Dasar 1. An Organik

2. Agrokimia

3. Selkar

4. Organik

2. Aneka Industri 1. Pangan/Makanan/Minuman

2. Bahan Bangunan dan Umum

3. Sandang dan Kulit

4. Industri Kimia Serat

5. Jasa dan Barang Logam

3 . Mesin & Logam Dasar 1. Industri Logam Dasar

2. Industri Mesin Listrik

dan Elektronika

3. Industri Perkapalan

* - Sub-Kelompok Industri yang diteliti

Penentuan dua kelompok dari ketiga kelompok yang ada disebabkan bahwa pada kelompok 3 (ketiga) jumlah tenaga kerja wanita sangat minim dan kurang mendukung pada data

penelitian yang diharapkan. Selanjutnya pada kelompok 1

(kesatu) diambil 2 buah industri yakni 1 dari sub kelompok

(26)

69

didasarkan bahwa kedua buah industri tersebut menurut hasil

observasi awal cukup memenuhi syarat, karena pada sub kelompok lain jumlah tenaga wanita sangat minim, sebab

sub-sub kelompok tersebut sangat padat teknologi.

Dari kelompok 2 (kedua) diambil satu sub kelompok industri dengan jumlah 3 buah industri, yakni sub kelompok industri pangan/makanan dan minuman. Hal ini didasarkan

bahwa pada sub kelompok lain tenaga kerja wanita hanya bekerja pada bidang-bidang pendukung kerja pria dan juga sangat tersebar pada banyak industri yang saling berjauhan. Dilihat dari segi waktu penelitian dan birokrasi, hal ini

kurang menguntungkan. Cara ini sesuai dengan penarikan sampel berdasarkan pertimbangan (Purposive Sampling), yang

menurut Bambang Suwarno (1987:17) bahwa penarikan sampel berdasarkan pertimbangan .tidak. berarti penelitian harus

menentukan kuota menurut strata, dan tidak pula menarik

sampel sembarang saja atau sesuka hati. Seorang peneliti

yang menggunakan teknik ini akan memilih sampelnya sesuai

dengan keperluan penelitiannya. Keuntungan Purposive Sampling adalah bahwa pihak peneliti dapat menggunakan skill

penelitiannya dan pengalaman pengetahuan yang melatar

belakangi untuk memilih respondennya.

Untuk menentukan industri yang menjadi unit populasi

dilakukan dengan pertimbangan. Sedang untuk mendapatkan

besaran sampel digunakan Proporsional Random Sampling :

n

n =

1 + (

i) / n—

( Cochran; 1977:76)

(27)

70

dimana : n = ukuran sampel terkecil.

N = jumlah sumber data populasi.

t = nilai pada kurva normal berdasarkan taraf nyata yang dipilih ( = 0,05 maka t = 1,96 ).

p = proporsi dari salah satu unit yang diperbandingkan

q = 1 - p

d = taraf kesalahan dalam prosedur (ditetapkan sebesar 5 persen).

34

475 = 0,0716

q =

IjI

= 0,9284

.2 t pq n

O .2

n =

(1,96)2 (0,0716) (0,9284)

(0,05)2

S'nSoc9

= 102,118

dibulatkan

=

102.

0,UUZb

102

1 + (102 - D/475

n = 84,1145 dibulatkan = 84.

Dari jumlah di atas diasumsikan 95% yang dapat

diobservasi, dan dari 95% itu diperkirakan 95% datanya yang

dapat diolah, maka :

n. =

n qk " n or

< Harwich dan Lininger; 1957:112 )

(28)

71

84

0,95 x 0,95 = 93,2 dibulatkan 23_

Dari jumlah besaran sampel minimum di atas, akhirnya

sampel

yang

diambil

dan

diolah

dalam

penelitian

ini

ditetapkan sebesar

128

responden

dengan

proporsi

sebagai

berikut :

34

Proporsi kelompok 1 (kesatu) = —2F75— x n

34

475 x 128

0,0715 x 128 = 9,16 19J.

Kelompok 1.1. 15

34 x 9 = 3,97 dibulatkan Kelompok 1.2. = 9 - 4 = 5 .

Proporsi kelompok 2 (kedua) =

***

x 128 = 0,928 x 128

= 118,837 dibulatkan = il£

407 441 Kelompok 2.1. Kelompok 2.2 441 U6_ 441

x 119 = 109,825 dibulatkan = Hfl

x 119 = 4,317 dibulatkan = 4.

Kelompok 2.3. = 119 - 110 - 4 = 5_

Tabel 10

UKURAN SAMPEL TKW MENURUT INDUSTRI

Kelompok Industri Jumlah TKW Sampel

1. Industri Kimia Dasar

1.1. PT. Gunung Gahapi Sakti

1.2. PT. Kim Sari Paper

2. Aneka Industri

(29)

72

Kelompok Industri Jumlah TKW Sampel

2.1. PT. San Maru Food Mnf.

2.2. PT. Multi Bintang 2.3. PT. Pepharin Ria

407

16

18

110

4

5

J u m l a h 475 128

Catatan :

- Data industri diperoleh dari Kanwil Perindustrian Sumatera

Utara.

- Data jumlah tenaga kerja diperoleh dari Kanwil Departemen

Tenaga Kerja Sumatera Utara.

C. Penjabaran Konsep-konsep Teoritis, Empiris dan Analitis.

Konsep

Teoritis Konsep Empiris

Konsep Analitis

(1) (2) (3)

1.Motivasi 1.Tingkat l.Data ttg pilihan responden

kebutuhan pada pernyataan tingkat ke

butuhan, dalam bentuk

inventori.

2.Aspirasi 2.1.Keinginan 2.1.Laporan responden ttg ke

terhadap Terhadap inginan mengikuti pendd.

PLS Pendidikan kembali serta alasannya

dan bentuk/jenis pendd. yang diinginkan.

2.2.Upaya yg 2.2.Jawaban responden ttg

Dilakukan usaha yg dilakukan serta

sumber dananya.

2.3.Peningkat- 2.3.Jawaban responden akan

pe-an Yg Di rolehan yg diharapkan dari

harapkan pendd. tersebut.

(30)

Konsep Teoritis (1) 4.Tkt.Pen didikan 5.Masa Kerja 6.Nilai Budaya Yg Di anut Dalam Keluar ga 7 .Dorongan Ekonomi Keluarga Konsep Empiris (2) 4.1.Ijazah Terakhir 4.2.Lama Bersekolah 5.1.Lama Be kerja Pa da Tempat Bekerjanya Sekarang 5. 2.Keinginan untuk te-rus bekerja 6.1 .Perlakuan Terhadap Wanita 6.2.Kepemimpinan Kepala Ke luarga 7.l.Pemilikan Harta Ke luarga 7.2.Penghasilan Keluarga dan Pribadi 7.3.Pengeluaran Keluarga dan Pribadi Konsep Analitis (3) 73

4.l.Data ttg. ijazah pendd.

formal yg dimiliki oleh

responden.

4.2.Data ttg. lamanya respon den menduduki bangku se

kolah

5.1.Laporan responden ttg.lama

dan jumlah waktu

ia beker

ja pada tempat kerjanya

sekarang.

5.2.Jawaban responden akan

te-rus bekerja atau berhenti

serta alasannya.

6. l.Data ttg perlakuan keluar

ga terhadap wanita dim

pendidikan, pekerjaan, dll

6. 2.Laporan responden tentang

kepemimpinan kepala

ke-luarganya tergolong

demok-ratis atau tidak.

7.1.Laporan responden tentang

harta yang dimiliki

oleh

keluarganya.

7. 2.Laporan responden tentang

penghasilan keluarga dan

pribadinya per-bulan serta

sumber-sumbernya.

7.3.Laporan responden tentang

pengeluaran keluarga dan

pribadinya per-bulan serta

(31)

74

D- HIPOTESIS

Dalam

penelitian ini,

hipotesis yang

diajukan ada

lah sebagai berikut :

1) Ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan

motivasi

kerja.

2) Ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan

aspirasi

pendidikan.

3) Ada hubungan antara nilai budaya dalam keluarga

dengan

motivasi kerja.

4) Ada

hubungan

antara

nilai

budaya

dengan

aspirasi

pendidikan.

5) Ada hubungan

antara

masa

kerja

dengan

aspirasi

pendidikan.

7) Ada hubungan antara dorongan ekonomi

dengan

aspirasi

(32)

75

E. Data dan Alat Pengumpul Data

1. Jenis Data yang Diperlukan.

Untuk memperoleh data yang sesuai dengan permasalahan

kiranya perlu diketahui terlebih dahulu jenis data yang

di-butuhkan.

Beranjak dari permasalahan dan

tujuan

penelitian

maka data yang akan diungkap adalah sebagai berikut.

Data tentang motivasi dilihat dari lima tingkatan

kebutuhan yang dikemukakan oleh

Maslow,

seperti

kebutuhan

fisiologis,

kebutuhan rasa aman,

kebutuhan

sosial/afiliasi,

kebutuhan akan penghargaan,

kebutuhan akan aktualisasi diri.

Untuk melihat hal tersebut disusun 20 pernyataan yang

di-distribusikan dalam setiap tingkatan. Dari

pernyataan-pernyataan

ini

diharapkan

dapat

mengungkap

data

tentang

motivasi sebagai variabel dependen (Yi).

Data yang berhubungan

dengan

aspirasi

terhadap

PLS

mencakup keinginan untuk mengikuti pendidikan kembali,

upaya

yang

dilakukan

kearah

itu,

serta

peningkatan

yang

diharapkan. Guna mengungkap data ini dipergunakan angket

yang dipersiapkan sedemikian rupa dengan alternatif jawaban

yang telah disusun berdasarkan kategori tinggi,

dan

rendah.

Kuesioner ini diharapkan dapat mengungkap data tentang

aspirasi terhadap PLS sebagai variabel dependen (Y2).

Data tentang status

(Xi)

diungkap

melalui

kuesioner

dengan pertanyaan yang memberi alternatif

jawaban

kategori

pernah kawin dan belum pernah kawin. Melalui pertanyaan

ini

(33)

76

belum pernah

kawin.

Hal

ini

diperuntukkan

bagi

kontrol

terhadap hubungan beberapa variabel penelitian ini.

Data tentang tingkat pendidikan diungkap melalui

lama

menduduki bangku sekolah dan ijazah tertinggi yang dimiliki.

Alternatif

jawaban

dari

pertanyaan

ini

telah

disusun

berdasarkan

kategori tinggi, dan

rendah.

Dari

pertanyaan

diharapkan akan

mampu

mengungkap

data

tentang

tingkat

pendidikan sebagai variabel independen (Xz).

Untuk

mendapatkan

data

tentang

masa

kerja

dipergunakan kuesioner yang item pertanyaan disusun dan

di-distribusikan sesuai dengan penjabaran konteoritis, empiris,

dan analitis. Data ini meliputi

lama

bekerja

di

Industri

tempat bekerja,

lama

bekerja

dalam

seminggu

serta

lama

bekerja

dalam

sehari.

Jawaban

tersebut

akan

disusun

berdasarkan kategori tinggi,

sedang,

dan

rendah.

Melalui

pertanyaan-pertanyaan tersebut diharapkan

dapat

mengungkap

masa kerja sebagai variabel independen (X3).

Untuk mengungkap data tentang

nilai

budaya

diungkap

dari aspek-aspek yang menunjukkan nilai-nilai yang

ada/ber-laku

dalam

keluarga,

yakni

mencakup

perlakuan

terhadap

wanita dalam keluarga dan kepemimpinan kepala keluarga, yang

dikumpulkan

melalui

kuesioner.

Item

pertanyaan

dalam

kuesioner"ini disusun dengan alternatif jawaban

berdasarkan

kategori tinggi, dan rendah. Melalui kuesioner

diharapkan

dapat mengungkap nilai budaya sebagai variabel

independen

(34)

77

Data yang menyangkut ekonomi meliputi pemilikan

harta

keluarga, penghasilan keluarga dan pribadi, serta

pengeluar-an keluarga.

Data

dikumpulkan

melalui

kuesioner,

dimana

jawaban-jawaban responden

akan

dimasukkan

dalam

kategori

tinggi, dan rendah. Melalui kuesioner ini

diharapkan

dapat

mengungkap ekonomi sebagai variabel independen (Xs).

2. Alat Pengumpul Data

a. Motivasi

1) Penyusunan alat pengumpul data

Alat

pengumpul

data

yang

dipergunakan

dalam

variabel

ini dalah inventori.

Inventori

ini

dikembangkan

berdasarkan

gagasan-gagasan

yang

terdapat

dalam

teori

motivasi dari Abraham H. Maslow.

Dengan merujuk pada lima tingkatan kebutuhan yang

dikemukakan oleh Maslow maka

dikembangkan

inventori

untuk

mengetahui tingkat motivasi wanita memasuki kerja di

sektor

industri.

Keseluruhan

pengembangan

inventori

tingkat

motivasi ini dilakukan dengan

melalui

tahap-tahap

sebagai

berikut :

a) Menganalisa

indikator

dan

indentifikasi

karakteristik

motivasi kerja di sektor

industri.

hal

ini

dilakukan

sebagaimana diuraikan pada bab II dan akhirnya diperoleh

sebagai berikut :

1. sandang

(35)

78

3. pangan

4. dst.

b) Identifikasi

karakteristik

motivasi

kerja

di

sektor

industri. Hal ini

dilakukan

dengan

mengkaji

berbagai

sumber, pada akhirnya diperoleh

sejumlah

karakteristik

motivasi

bekerja

di

sektor

industri

yang

dapat

diikhtisarkan sebagai berikut :

1.

Supaya dapat membeli pakaian yang layak.

2. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

3. Agar dapat

menyewa,

membeli

atau

membangun

rumah

sendiri.

4. Ingin memperoleh gaji.

5.

Ingin mempersiapkan biaya perobatan kalau sakit.

6. Untuk persiapan masa tua.

7.

Ingin

berdiri

sendiri/agar

tidak

tergantung

pada

orang tua atau suami.

8.

Agar tidak terjadi cekcok dalam keluarga.

9. Ingin bergaul dengan orang yang bermacam ragam.

10. Ingin menjadi pemimpin salah satu organisasi

pekerja

wanita.

11.

Karena perusahaan minta saya untuk bekerja.

12. Karena teman yang lain juga bekerja.

13. Ingin memperoleh pangkat yang lebih tinggi.

14. Supaya orang lain mengakui kelebihan saya.

15. Supaya mendapat pujian dari orang lain.

(36)

79

masyarakat.

17. Ingin menunjukkan pada orang lain bahwa saya juga

mampu bekerja.

18. Ingin meningkatkan prestasi dalam pekerjaan.

19. Untuk memperoleh kepuasan.

20. Ingin melaksanakan tanggung jawab saya sebagai warga

negara.

Setelah melalui tahapan pengujian terhadap

karakteristik yang diidentifikasikan

di

atas

(lihat

pada

bagian pengujian alat pengumpul data), maka

pertanyaan-pertanyaan yang telah diuji tersebut kemudian dikombinasikan

menjadi pasangan-pasangan pertanyaan. Penjodohan itu diatur

sedemikian rupa sehingga setiap karakteristik dari setiap

tingkatan

mendapat

kesempatan

untuk

dipasang-pasangkan

dengan setiap karakteristik dari tingkatan

lainnya,

sehingga

diperoleh 160 pasangan pertanyaan.

Setelah semua pertanyaan itu dijodohkan menurut

kisi-kisi dan pola penjodohan yang dikemukakan diatas, maka

selesailah penyusunan peringkat inventori

tingkat

motivasi

bekerja disektor

industri.

Dan untuk

kepentingan

penilaian

terhadap

konsistensi

jawaban

responden,

maka

beberapa

pasangan dibuat dabal, sehingga jumlah pasangan-pasangan

pernyataan dalam inventori menjadi 200 pasangan.

Demikian

selanjutnya

inventori

itu

digunakan

untuk

mengumpul data tentang tingkat motivasi

wanita

bekerja

di

(37)

80

2) Penskoran alat pengnumpul data.

Penskoran ( pemberian nilai jawaban ) dilakukan dengan

langkah-langkah sebagai berikut :

a)

Menghitung banyak hurup A yang dilingkari

dalam

setiap

baris lembar jawaban. Pasangan pertanyaan yang dikenai garis

penuh tidak diperhitungkan,

tetapi yang dikenai garis

putus-putus harus diperhitungkan.

Jumlah tersebut ditulis di bawah

hurup A pada masing-masing baris yang bersangkutan.

b)

Menghitung banyak huruf B yang dilingkari

dalam

setiap

lajur lembar jawaban. Pasangan pernyataan yang dikenai garis

penuh tidak diperhitungkan,

sedangkan

yang

dikenai

garis

putus-putus

diperhitungkan.

Jumlah tersebut

dituliskan

di

atas garis dibawah huruf B pada masing-masing yang

berjudul

sama dengan kolom yang bersangkutan.

c)

Angka-angka yang terdapat dibawah A dan

B

pada

setiap

baris dijumlahkan

dan

dituliskan

diatas

garis

di

bawah

huruf AB

pada

masing-masing

baris.

Angka-angka

tersebut

memperlihatkan kecenderungan tingkat motivasi yang

memiliki angka terbanyak.

Contoh untuk

hal

tersebut

dapat

(38)

v e i l !

Di Sektor Industri

>.T A \ / <* ,.dy J a Li a i,a:/ T ,. I. ... 1. ^..

81

Lingkarilah Hai-uf A atau B untuk nos.or

sesuai dengan pendapat anda.

Kolom ini Jans

d i t u l i s i

Ke Pe Ak Fi Am Re 'e Ak

3 ^ lO1^! F

^b 6©n9©1u(S

ii^ i^ 13^1^15^ib^X 1&0b X 2C^e

B A+B

1© 22®e 2^24© 2$ 2^) 27®p 2^2^ 3C

B "" B

, A - - A

\

\

*•" B ou B

3^B 3^37^ 38^ 3$> 40^

Fi

?

5_

8

Am

5

H

JL

Re _8_

6

*H

Pe

4

r

A

Ak g_

*

r

fa V A A

-1 B -©

<D

^

46^ 4#R 48A@ 49^

[Vi [Tj h 2j 12 LZi 0 0 [3 l^i !:

^-d) Nilai kecenderungan yang

dinyatakan

dengan

angka

ter

tinggi seperti yang dikemukakan diatas

perlu

diterjemahkan

ke dalam norma kelompok dalam

perhitungan

persentil.

Oleh

karena itu untuk menentukan nilai tersebut, maka setelah

semua data terkumpul, maka

untuk

setiap

tingkat

motivasi

ditentukan normanya. Sehingga untuk setiap tingkatan

motivasi akan mempunyai nilai persentil masing-masing.

berdasarkan norma-norma itu setiap angka individu responden

pada setiap tingkatan motivasi diterjemahkan

menjadi

nilai

persentil.

Nilai

persentil

dari

setiap

individu

yang

(39)

82

tingkat motivasi dari individu yang

bersangkutan

(

contoh

perhitungan dapat dilihat pada halaman beikut ini ).

Perhitungan persentil ini dilakukan dengan

menggunakan

rumus perhitungan sebagai berikut :

100(cf + 0,5f) n

cf = angka yang berada dibawah angka yang bersangkutan

f = angka yang bersangkutan

n = banyaknya responden

p = nilai persentil untuk angka yang bersangkutan

Rumus

itu merupakan pengembangan dari rumus berikut

(Noll,

1975:404).

.

pn

f ,

*•

100

" cx

J

P =

5

x i

(40)

83

PERHITUNGAN PERSENTIL TINGKAT MOTIVASI FISIOLOGIS (I)

angka

mentah f cf P =

100(cf a.

r

0,5f )

44

43

42 2 128 100 { 126 + (0,5 X 2) } 128 = 99

41 2 126 100 r 124 + (0,5 X 2) } 128 = 98

40 5 124 100 r

L 119 + (0,5 X 5) } 128 = 95

39 6 119 100 { 113 + (0,5 X 6) } 128 - 91

38 9 113 100 { 104 + (0,5 X 9) } 128 = 85

37 12 104 100 r

L 92 + (0,5 X 12)} 128 = 77

36 14 92 100 { 78 + (0,5 X 14)} : 128 = 66

35 13 78 100 { 65 + (0,5 X 13)} 1IZoo o = 56

34 •1 o

.L *j 65 100

r

I 53 + (0,5 X 12)} -L£~* \J = 46

i ._; -J 10 53 100

r

I 43 T

r r \ c

X 10)} : 128 - o o

32 10 43 100 r

"L + (0,5 X 10)} : 128 = 30

31 10 33 100 { 23 + (0,5 X 10)} : 128 = 22

30 7 23 100 { 16 + (0,5 X 7) } : 128 = 15

29 6 16 100 i 10 + (0,5 X 6) } : 128 = 10

28 3 10 100 { 7 j. (0,5 X 3) } : 128 = 7

27 2 7 100 { 5 + (0,5 X 2) } : 128 = 5

26 1 5 100 { 4 + (0,5 X 1) } : 128 = 4

25 1 4 100 { 3 + (0,5 X 1) } : 128 -— oo

24 2 3 100 { 1 + (0,5 X 2) } : 128 — o — La

23 1 1 100 { 0 + (0,5 X 1) } : 128 - 0

z

(41)

84

NILAI PERSENTIL TINGKAT MOTIVASI

Nomor

Responden

fisiologis I

rasa aman

II

relasi III

penghargaan

IV

aktualisasi

V

Ting

kat

1 56 97 66 14 19 II

2 56 54 89 80 08

III

3 91 65 85 47 14 I

dst.

Dari tabel seperti diatas dapat diketahui tingkat

mo

tivasi bagi setiap responden, seperti terbaca

dalam

tabel.

kemudian, untuk keperluan analisis selanjutnya

maka

setiap

tingkat motivasi itu diberi nilai

tertentu,

yaitu

sebagai

berikut.

NILAI SETIAP TINGKAT MOTIVASI

Tingkat I II III IV V

Nilai 1 2 3 4 5

dengan

menggunakan

nilai

dari

setiap

tingkatan,

maka setiap responden akan mempunyai nilai tersendiri

untuk

tingkat motivasi.

Dengan

mengunakan

nilai

tersebut

maka

dapat dilakukan pengolahan

statistik

motivasi

ini

dengan

variabel lainnya.

Demikian data mengenai tingkat

motivasi

tenaga

kerja

wanita bekerja

di

sektor

industri

yang

diperoleh

dalam

(42)

85

3) Pengujian alat pengumpul data

Untuk tahap awal dari

pengumpul

data

ini

dilakukan

dengan

mendiskusikan

pernyataan-pernyataan

yang

telah

disusun dengan dosen pembimbing dan

teman-teman

mahasiswa

yang memiliki latar belakang bahasa Indonesia,

PLS,

serta

psikologi

dan bimbingan yang dianggap

mendukung 'terhadap

persoalan

yang

dibahas. -• Maksud

diskusi

tersebut

untuk

mengetahui apakah penulisan tersebut

telah

mewakili

dari

setiap

tingkat

motivasi

yang

dimaksud

dan

juga

penurunandari tingkat

motivasi,

serta

apakah

pernyataan

tersebut telah memenuhi norma/kaidah bahasa Indonesia.

Dari

tahap ini diperoleh 20 buah pernyataan yakni

4

pernyataan

dari

setiap

tingkatan.

Pada

tahap

ini

dilakukan

juga

perbaikan redaksi.

Tahap selanjutnya dilakukan penyesuaian pernyataan pada

bahasa tenaga kerja wanita di industri agar bahasa

yang

di

gunakan dapat dimengerti oleh mereka.

Tahap

ini

dilakukan

dengan menyajikan seluruh

daftar pernyataan

tersebut

pada

beberapa

tenaga

kerja

wanita

di

industri

untuk

mengetahui apakah pernyataan-pernyataan itu dapat dimengerti

dan difahami oleh mereka.

Pada

akhir

tahap

ini

dilakukan

kembali perbaikan redaksi

untuk

beberapa

buah

pernyataan

berikutnya dilakukan penilaian atau

(judgement)

oleh

tiga

orang

penilai

(judge)

untuk

menilai

kesahihan

semua

pernyataan tersebut. Hasilnya

dianalisis

secara

statistik

(43)

86

perangkat pernyataan

itu.

Analisis itu

dilakukan

dengan

menghitung realibiltas antar penilai (interater realibility)

seperti

terlihat

dalam

halaman

berikut.

Dari

hasil

perhitungan diperoleh rg3= 0,66 dan tr33 - 3,73

(signifikan

pada tk - 0,99).

Setelah

hal

tersebut

diatas

selesai

maka

pernyataan-pernyataan

tersebut

telah

siap

untuk

dikombinasikan menjadi pasangan-pasangan pernyataan yang

dipergunakan

untuk

pengumpul

data

tingkat

motivasi.

Berikutnya akan diutarakan cara memeriksa tingkat invontori

ini dengan ferifikasi,

yakni

lembar

jawaban

yang

telah

diisi harus diperiksa untuk

menentukan

apakah

data

yang

diperoleh dapat diolah

selanjutnya.

Untuk

ini

dilakukan

langkah ferifikasi sebagai berikut

:

a) seluruh lembaran jawaban diperiksa

untuk

diberi

nilai

maka

perlu

diperiksa

lagi

apakah

jawabannya

telah

lengkap. Apabila masih terdapat yang belum

lengkap

dan

jumlah kekurangannya 16, maka untuk jawaban

yang

tidak

lengkap itu dilakukan undian,

misalnya

dengan

memakai

mata uang logam. sisi yang satu

mewakili

pernyataan

A

dan yang lainya

mewakili

pernyataan

B.

Akan

tetapi,

apabila jumlah kekurangan itu lebih dari 16

buah,

maka

lembaran jawaban

itu

harus

disisihkan,

tidak

diolah

(44)

87

PERHITUNGAN REALIBILITAS ANTAR PENILAI UNTUK PERNYATAAN

TINGKAT MOTIVASI

Mo.Item A B C E XP

(E Xp)2

1 1 1 1 0 Q

1 -1 1 0 9

o

O 1 1 1 3 9

4 1 X 1 3 9

5 1 1 1 3 9

6 1 1 1 3 9

7 1 1 1 3 9

8 0 1 0 1 1

9 1 1 1 3 9

10 0 1 0 1 1

11 1 1 1. 0 9

1 o

1 1 1 0 Q

13 1 i_ -i o Q

14 1 •1 1 3 9

15 1 1 1

3 9

16 1 •i -1 9

17 1 1 1 3 9

18 1_ 1 -1.L 9

19 1 1 1 • 3 Q

20 1 1 0 2 4

E XP 18 20 17 55 159

(E xP)2

324 400 289

1013

3025 25281

K = 3 N 20

(EXp)'

(EX)'

u

p

K KN

159

(55)2

3 320

r 53 - 50,4 = 2.6

= dr

=

(EXr)2

(EX)2

K KN

=

1013

(55)2

20 60

= 50,65 - 50,4

-0,25

e x:

E d (EX) - L>^ KN

- 55

(55)Z

"5 oo.

= 55 - 50,4

= 4,6

r ^x t "

£dV ^d\

4,6 - 2,6 - 0,25

(45)

88

Sumber Jml. Kuadrat Derajat Kebebasan Var iansi

Pernyataan Penilai Galat Jumlah r33 33

Vp - Ve V + (k-l)Ve

P

*/

Y 1

3 3

Uj-, -

'•?---/ ~

V -777

2,6 0,25 1,75 4,6

0.137 - 0,091 0, 137

19

57

0,091 0,137

U , uu

66/

,.<.. -j._, t- ].. _ r, Q Q \

r. -JQV _ O P £iP p T"'?i7

0.40 ' - —

V

7

n p. q 1

= 0,

r! r, f I: o n c n

o i o n

U , X O .'

0.046

0,66

L , -j'-•m '-t

.« C O

b) Setelah diperiksa kelengkapan jawabannya, maka verifikas

yang kedua adalah mengena: U n n =! i ?'tensi jawaban. Untuk

tujuan ini, maka lembaran-lembran

jawaban

itu

ditandai

dengan jalan membuat garis-garis penuh

dan

putus-putus.

Kemudian

kedua

pertanyaan

yang

terkena

garis

penuh

tersebut dioocokkan jawabannya.

Apabila jawabannya

sama,

misalnya kedua-duanya A atau B, maka diberi tanda eek

di

(46)

89

maka kotak dibawahnya diberi tanda garis. Apabila

semua

kolom

telah

dioocokkan

tanda-tanda

cek

itu

telah

dihitung jumlahnya, dan jumlah

itu

di

tulis

di

atas

garis di depan huruf

K

(konsisten) .

Lembaran

jawaban

yang memiliki nilai K kurang dari 16 disisihkan.

Lembar

jawaban yang memenuhi kedua persyaratan di

atas,

yaitu

yang

mempunyai

jawaban

yang

lengkap

dan

konsisten,

ditata

untuk

proses

pengolahan

selanjutnya,

yaitu

pemberian kategori.

b. Aspirasi Pendidikan

1) Penyusunan alat pengumpul data

Alat pengumpul data aspirasi

pendidikan

dikembangkan

oleh

peneliti

sendiri,

yaitu

dengan

membuat

beberapa

pertanyaan dengan beberapa alternatif jawaban yang telah di

susun berdasarkan kategori tinggi dan

rendah.

Berdasarkan

konsep teoritis dan

operasionalisasi

variabel

ini,

maka

penyusunanalat pengumpul data meliputi

pengukuran

tentang

keinginan

mengikuti

pendidikan

kembali,

upaya

yang

dilakukan,

serta

pengungkapan

akan

perolehan

yang

diharapkan dari

pendidikan tersebut.

Ruang

lingkup

keinginan

untuk

mengikuti

pendidikan

kembali menyangkut ada tidaknya

keinginan

untuk

mengikuti

pendidikan

kembali.

Sedang

ruang

lingkup

upaya

mereka

(47)

90

Prinsip dalam penyusunan alat

pengumpul

data

ini

adalah

untuk

mengetahui

berada

pada

kategori

mana

aspirasi

responden terhadap aspirasi Pendidikan.

2) Pengkategorian Jawaban Pendidikan

Dalam pengkategorian jawaban responden dilakukan dengan

menghitung

proporsi

jawaban-jawaban

yang

berada

pada

masing-masing kategori yang

telah

dibut

terlebih

dahulu,

yakni kategori tingi,

seda-ng-,

rendah.

Hasil

penghitungan

proporsi tersebut dapat memeperlihatkan pada

kategori

mana

responden

yang

lebih

besar.

Hal

ini

akan

menunjukkan

kecenderungan

responden

pada

variabel

yang

diteliti.

Demikian data variabel ini diolah menjadi sebuah data

untuk

selanjutnya

dikorelasikan

dengan

variabel-varlabel

yang

berhubungan.

Untuk

enam

pertanyaan

lainnya

dalam

variabel

ini

hanya dihitung proporsi jawaban dari alternatif jawaban yang

telah disediakan tanpa menggabungkan

dengan

kategori

yang

telah dibuat di atas.

Data

tersebut

dipergunakan

sebagai

data

kualit atif pendukung

bagi

deskripsi

kecenderungan

responden pada variabel ini.

c) Status

1) Penyusunan alat pengumpul data

Alat

pengumpul

data

status

dibuat

oleh

peneliti

sendiri, yaitu dengan membuat

satu

pertanyaan

dengan

dua

(48)

91

2) Pengkategorian jawaban responden

Dalam

pengkategorian

jawaban

responden

dilakukan

dengan frekuensi dari jawaban responden terhadap

alternatif

jawaban

yang

disediakan.

Hasil

perhitungan

ini

akan

menunjukkan frekuensi yang sekaligus dijadikan data variabel

untuk

selanjutnya

diperlakukan

sebagai

variabel

kontrol

terhadap hubungan beberapa variabel dalam penelitian ini.

d) Tingkat. pendidikan

1) Penyusunan alat pengumpul data

Alat pengumpul data

tingkat

pendidikan

dikembangkan

oleh

peneliti

sendiri,

yaitu

dengan

membuat

beberapa

pertanyaan dengan beberapa alternatif

jawaban

yang

telah

disusun berdasarkan kategori

tinggi dan rendah.

Berdasarkan

konsep teoritis dan

operasionalisasi

variabel

ini,

maka

penyusunan alat pengumpul data meliputi pengukuran

tentang

lama menduduki bangku sekolah

dan

ijazah

tertinggi

yang

dimiliki. Prinsip dalam penyusunan alat pengumpul data

ini

adalah untuk mengetahui berada pada kategori

mana

tingkat

pendidikan responden.

2) Pengkategorian jawaban responden

Dalam pengkategorian jawaban responden dilakukan dengan

menghitung

proporsi

jawaban-jawaban

yang

berada

pada

masing-masing kategori yang telah dibuat

terlebih

dahulu,

yakni

kategori

tinggi

dan

rendah.

Hasil

perhitungan

(49)

92

responden

yang

lebih

besar.

Hal

ini

akan

menunjukkan

kecenderungan

responden

dalam

variabel

yang

diteliti.

Demikian data variabel ini diolah menjadi sebuah data untuk

selanjutnya

diproses

dan

dikorelasikan

dengan

variabel-variabel yang berhubungan.

e. Masa kerja

1) Penyusunan alat pengumpul data

alat

pengumpul

data

masa

kerja

dikembangkan

oleh

peneliti sendiri, Yaitu dengan membuat beberapa

pertanyaan

dengan alternatif-alternatif

jawaban

yang

telah

disusun

berdasarkan kategori tinggi dan rendah.

Berdasarkan

konsep

teoritis dan operasionalisasi variabel ini,

maka penyusunan

alat

pengumpul

data

meliputi

pengukuran

tentang

lama

bekerja

pada

tempat

bekerjanya,

jumlah

hari

kerjanya

per-minggu,dan

jumlah

kerjanya

per-hari.

Prinsip

dalam

penyusun alat pengumpul data ini

adalah

untuk

mengetahui

berada pada kategori mana masa kerja responden.

2) Pengkategorian jawaban responden

Dalam

pengkategorian

jawaban

responden

dilakukan

dengan menghitung proporsi jawaban-jawaban yang berada pada

masing-masing kategori yang telah

dibuat

terlebih

dahulu

yakni

kategori

tinggi

dan

rendah.

Hasil

perhitungan

proporsi tersebut dapat memperlihatkan pada

kategori

mana

responden

yang

lebih

besar.

Hal

ini

akan

menunjukkan

(50)

93

menunjukkan kecenderungan

responden dalam variabel yang

diteliti. Demikian data variabel ini diolah menjadi sebuah

data untuk selanjutnya diproses

dan

dikorelasikan dengan

variabel-variabel yang berhubungan.

f. Nilai Budaya

1) Penyusunan alat pengumpul data

Alat

penumpul

data

nilai

budaya

disusun

dan

di

kembangkan oleh

peneliti

sendiri,

yaitu

dengan

membuat

beberapa pertanyaan dengan beberapa alternatif jawaban yang

telah

disusun

berdasarkan

kategori

tinggi

dan

rendah.

Berdasarkan konsep teoritis dan

operasionalisasi

variabel

ini, maka penyusunan alat pengumpul data

ini meliputi

pengukuran tentang cara pandang

atau

perlakuan

keluarga

terhadap

wanita,

termasuk

perlakuan

tentang

kesempatan

mengikuti pendidikan,

bekerja di

luar rumah,

dan

juga

suasana

kepemimpinan

dalam

keluarga.

Prinsip

dalam

penyusunan alat pengumpul data ini adalah untuk mengetahui

berada pada kategori mana nilai budaya responden.

2) Pengkategorian jawaban responden

Dalam

pengkategorian

jawaban

responden

dilakukan

dengan menghitung proporsi jawaban-jawaban yang berada pada

masing-masing katagori yang telah dibuat terlebih dahulu,

yakni

kategori

tinggi dan

rendah.

Hasil

perhitungan

proporsi tersebut dapat memperlihatkan pada kategori mana

(51)

94

kecenderungan

responden

dalam

variabel

yang

diteliti.

Demikian data variabel ini menjadi sebuah data dan untuk

selanjutnya diproses

dan

dikorelasikan

dengan

variabel-variabel yang berhubungan. g. Ekonomi

1) Penyusunan alat pengumpul data

Alat pengumpul data ekonomi disusun

dan

dikembangkan

oleh

peneliti

sendiri,

yaitu

dengan

membuat

beberapa

pertanyaan dengan alternatif-alternatif jawaban yang

telah

disusun berdasarkan kategori tinggi dan rendah. Berdasarkan

konsep teoritis dan

operasionalisasi

variabel

ini,

maka

penyusunan alat pengumpul data meliputi pengukuran

tentang

penghasilan pribadi dan keluarga.

Prinsip dalam

penyusunan

alat pengumpul data ini adalah untuk mengetahui berada pada

kategori mana ekonomi responden.

2) Pengkategorian jawaban responden

Dalam pengkategorian jawaban responden dilakukan dengan

menghitung

proporsi

jawaban-jawaban

yang

berada

pada

kategori mana ekonomi responden yang lebih

besar.

Hal

ini

akan menunjukkan kecenderungan responden dalam variabel yang

diteliti. Demikian data variabel ini diolah menjadi sebuah

data untuk selanjutnya

diproses

dan

dikorelasikan

dengan

variabel-variabel yang berhubungan.

Alat

pengumpul

data

seluruhnya,

sebelum

dijadikan

sebagai alat pengumpul data

di

lapangan

terlebih

dahulu

(52)

95

persetujuan. Didiskusikan dengan

teman-teman

dari

bidang

studi bahasa

serta

kecocokan

pertanyaan

dengan

konsep.

Selain

itu,

dilakukan

pula

penjajakan

awal

terhadap

pemahaman tenaga kerja wanita di

sektor

industri,

apakah

cara dan bahasa alat pengumpul data tersebut sesuai

dengan

mereka. Setelah itu selesai barulah alat pengumpul data ini

dipergunakan.

3. Prosedur Pengumpulan Data

a.Langkah Persiapan.

Pada langkah ini peneliti mempersiapkan segala

sesuatu

yang menyangkup :

1) Menyusun disain penelitian, yang

telah

diseminarkan

di

FPS IKIP Bandung.

2) Menyusun instrumen penelitian berdasarkan

variabel

yang

telah dijabarkan dalam konsep teoritis, empiris, analitis,

dan operasional.

3) Setelah

segala

sesuatu

yang

menyangkut

konsep

dan

instrumen

penelitian

disetujui

oleh

pembimbing,

maka

langkah selanjutnya mengajukan permohonan izin penelitian

kepada Dekan FPS

IKIP

Bandung

yang

diteruskan

kepada

Rektor

IKIP

Bandung.

Berdasarkan

izin

tersebut,

selanjutnya mohon izin atau rekomendasi

dari

Direktorat

Sospol Propinsi Dati I Jawa Barat, Direktorat Sospol Dati

I Sumatera Utara,

Bappeda Dati I

Sumatera

Utara,

Dinas

(53)

96

b. Langkah Pelaksanaan

Langkah pengumpulan data ini dilakukan dengan prosedur

sebagai berikut :

1) Mengambil data sekunder dari Dinas Perindustrian

Dati

I

dan Kanwil Tenaga

Kerja

Dati

I

Sumatera

Utara

untuk

selanjutnya

dilakukan

analisis

tentang

populasi

penelitian, untuk menentukan lokasi

yang

sesuai

dengan

maksud dan tujuan penelitian ini.

Selanjutnya

melakukan

orientasi lapang untuk melihat

kondisi

awal

yang

akan

ditetapkan menjadi lokasi penelitian.

2) Setelah

analisis

data

sekunder

dan

orientasi

lapang

(survey awal) dilakukan,

selanjutnya

menetapkan

lokasi

penelitian dengan prosedur sebagaimana

dikemukakan

pada

teknik pengambilan sampel dimuka.

3) Menemui pimpinan perusahaan

(yang

ditunjuk

untuk

itu)

untuk

meminta

izin

dan

mendapatkan

informasi

awal

berkenaan

dengan

Referensi

Dokumen terkait

(b) liat informasi tentang karir dimana? Lalu penulis menjawab danmemaparkan kembali atau membahas kembali tentang proses pendidikan dan latihan yang harus

Dalam memutus perkara pembunuhan berencana, hakim pengadilan Negeri Yogyakarta yang dinilai sudah memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi pelaku dalam

The results of the analysis of fish oil percent light transmission at a wavelength of 550 nm showed the highest value generated by gradually treatment of carp scales, scallop

Regulasi merupakan faktor yang penting karena operasional BMT akan dikelola sesuai dengan aturan-aturan yang ditetapkan. Berdasarkan uji regresi yang telah dilakukan

[r]

Hasil tangkapan dan upaya penangkapan yang dilakukan telah melebihi dari hasil tangkapan dan upaya penangkapan yang lestari menurut model Fox, maka telah terjadi tangkap

Menentukan periode ulang terjadinya banjir pada sub DAS Bengawan Solo Hulu 3 dan menampilkannya dalam peta dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG)..

Pada periode sebelum penerapan perjanjian ACFTA, tidak ada dari ketujuh variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu variabel inflasi Indonesia, inflasi Tiongkok,