HUBUNGAN LATAR BELAKANG PENDIDIKAN, NILAI BUDAYA,
EKONOMI DENGAN MOTIVASI KERJA DAN ASPIRASI PENDIDIKAN
TENAGA KERJA WANITA Dl SEKTOR INDUSTRI
( Studi Tentang Perencanaan Pendidikan Luar Sekolah Terhadap Tenaga Kerja
Wanita di Kotamadia Medan )T E S I S
Diajukan kepada Panltia Ujian Institut Keguruan dan llmu Pendidikan Bandung untuk Memenuhi sebagian Tugas Program S2 dalam
Bidang Pendidikan Luar Sekolah
Oleh :
Evendi Ritonga
784/C/XX-12
PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
DISETUJI DAN DISAHKAN OLEii PEMBIMBINU
-PJRQF. J2EL. SQEEABDJJ2 AiLLKIlSLttlQ
V
12RJJL. gJUPJiZ £UJiIAtfAJ:L.E{L
ELL BAHEAMfi SQEtt&ENJLu MA_
PROGRAM PASCA SARJANA
APABILA ANAK ADAM ITU MATI, MAKA PUTUSLAH
AMALANNYA, KECUALI TIGA PERKARA. PERTAMA,
SHADAKAH JARIAH (WAQAF); KEDUA, ILMU YANG
ORANG AMBIL MANFAAT DARIPADANYA; KETIGA,
ANAK YANG SHALIH MENDOAKAN DIA ( H.S.R.
ABU DAWUD ).
Dipersembahkan buat ananda:
MUFLIH MUHAMMAD SYUKRAN RITONGA
DAFTAR I SI
Halaman
KATA PENGANTAR 1
UCAPAN TERIMA KASIH
iij-DAFTAR ISI
-
•••
vi
DAFTAR TABEL
ix
BAB.I. PENDAHULUAN.
1. Latar Belakang Masalah 1
2. Rumusan dan Analisis Masalah .... 8
3.
Tujuan dan Kegunaan Penelitian
..
13
BAB.II. TAHAP-TAHAP MOTIVASI KERJA DAN TINGKAT
ASPIRASI PENDIDIKAN TENAGA KERJA WANITA
DI SEKTOR INDUSTRI
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 15
2. Tingkat Aspirasi Pendidikan Tenaga Kerja
29
3. Tahap-Tahap Motivasi Kerja
36
4. Kedudukan Studi Tentang Wanita dan
Relevansinya Terhadap PLS 46
5. Berbagai Penelitian Yang Telah
Di-lakukan Terdahulu
1. Hubungan Tingkat Pendidikan
dengan Motivasi Kerja 58
2. Hubungan Nilai Budaya dengan
Motivasi Kerja 60
3. Hubungan Tingkat Ekonomi
dengan Motivasi Kerja
62
6. Defenisi Operasional dan Kerangka
Analisis 63
BAB.III. PROSEDUR PENELITIAN
A. Metode Penelitian 67
B. Teknik Pengambilan Sampel 67
viil
C. Penjabaran Konsep Variabel Penelitian 72
D. Hipotesis Penelitian 74
E. Data dan Alat Pengumpul Data 75
F. Rancangan Pengolahan dan Analisis Data 97
BAB.IV. HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Analisis Univariat
Terhadap Variabel yang Diteliti 98
B. Deskripsi Analisis Terhadap Hubungan
Bivariat Antarvariabel Penelitian 113
C. Deskripsi Analisis Terhadap Hubungan
Bivariat dengan Kontrol atau Korelasi
Parsial 118
D. Tafsiran Hasil Pengolahan Data 128
E. Pembahasan Hasil Penelitian 131
BAB.V. SIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI
A. Simpulan 143
B. Implikasi Hasil Penelitian 146
C. REKOMENDASI 165
DAFTAR PUSTAKA 176
DAFTAR TABEL
halaman
Tabel 1 PROYEKSI TENAGA KERJA DI SUMATERA
UTARA TAHUN 1980 - 2000 16
Tabel 2 PROYEKSI TENAGA KERJA MENURUT JENIS KELAMIN TAHUN 1980, 1985, 1990, 1995,
DAN 2000 DI SUMATERA UTARA 16
Tabel 3 PROYEKSI TPAK WANITA MENURUT G0L0NGAN
UMUR ( % ) TAHUN 1980 - 2000 16
Tabel 4 NILAI TAMBAH INDUSTRI 20
Tabel 5 REKAPITULASI KELOMPOK INDUSTRI DI
SUMATERA UTARA 21
Tabel 6 BANYAKNYA PERUSAHAAN/USAHA DAN
PEKERJA MENURUT SEKTOR EKONOMI NON PERTANIAN DI KOTAMADIA MEDAN
( JANUARI 1986 ) 25
Tabel 7 BANYAKNYA PERUSAHAAN INDUSTRI
DAN BANYAKNYA TENAGA KERJA MENURUT KECAMATAM DI KOTAMADIA MEDAN
( JANUARI 1986 ) 26
Tabel 8 BANYAKNYA PERUSAHAAN INDUSTRI
DAN BANYAKNYA TENAGA KERJA DI KOTAMADIA
MEDAN ( JANUARI 1986 ) 28
Tabel 9 PENGELOMPOKAN JENIS INDUSTRI 68 Tabel 10 UKURAN SAMPEL TKW MENURUT INDUSTRI 71
Tabel 11 TINGKAT MOTIVASI KERJA TENAGA KERJA
WANITA DI SEKTOR INDUSTRI 98
Tabel 12 ASPIRASI PENDIDIKAN TENAGA KERJA WANITA
DI SEKTOR INDUSTRI 100
Tabel 13 KEINGINAN UNTUK MENGIKUTI PENDIDIKAN
KEMBALI - 101
Tabel 14 ALASAN PERNAH INGIN MENGIKUTI PENDIDIKAN
KEMBALI 101
Tabel 15 ALASAN TIDAK PERNAH INGIN MENGIKUTIi
PENDIDIKAN KEMBALI 102
Tabel 16 JENIS/BENTUK PENDIDIKAN YANG DIINGINKAN .. 102
Tabel 17 USAHA YANG DILAKUKAN KE ARAH ITU 104
Tabel 18 PEROLEHAN DARI PENDIDIKAN YANG SEDANG/
PERNAH DIIKUTI 105
Tabel 19 SUMBER BIAYA PENDIDIKAN 106 Tabel 20 HARAPAN PEROLEHAN MENGIKUTI PENDIDIKAN
KEMBALI 106
Tabel 21 STATUS PENDIDIKAN TKW DI SEKTOR INDUSTRI . 107
Tabel 22 TINGKAT PENDIDIKAN TKW DI SEKTOR INDUSTRI. 108 Tabel 23 MASA KERJA TKW DI SEKTOR INDUSTRI 108 Tabel 24 KEINGINAN UNTUK BEKERJA TERUS 109 Tabel 25 ALASAN UNTUK BEKERJA TERUS SAMPAI TUA .... 110 Tabel 26 ALASAN BERHENTI BEKERJA 110 Tabel 27 NILAI BUDAYA TKW DI SEKTOR INDUSTRI Ill Tabel 28 TINGKAT EKONOMI TKW DI SEKTOR INDUSTRI ... 112
Tabel 29 HUBUNGAN BIVARIAT ANTARA VARIABEL TINGKAT
PENDIDIKAN DENGAN MOTIVASI KERJA 114
Tabel 30 HUBUNGAN BIVARIAT ANTARA VARIABEL TINGKAT
PENDIDIKAN DENGAN ASPIRASI PENDIDIKAN 115
Tabel 31 HUBUNGAN BIVARIAT ANTARA VARIABEL MASA
KERJA DENGAN ASPIRASI PENDIDIKAN 115
Tabel 32 HUBUNGAN BIVARIAT ANTARA VARIABEL NILAI
BUDAYA DENGAN MOTIVASI KERJA 116
Tabel 33 HUBUNGAN BIVARIAT ANTARA VARIABEL NILAI
BUDAYA DENGAN ASPIRASI MANDIRI 116
Tabel 34 HUBUNGAN BIVARIAT ANTARA VARIABEL EKONOMI
DENGAN MOTIVASI KERJA 117
Tabel 35 HUBUNGAN BIVARIAT ANTARA VARIABEL TINGKAT
EKONOMI DENGAN ASPIRASI PENDIDIKAN 117
Tabel 36 HUBUNGAN BIVARIAT ANTARA VARIABEL TINGKAT
PENDIDIKAN DENGAN MOTIVASI KERJA DIKONTROL
STATUS PERNAH KAWIN 120
Tabel 37 HUBUNGAN BIVARIAT ANTARA VARIABEL TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN MOTIVASI KERJA DIKONTROL
X I
Tabel 38 HUBUNGAN BIVARIAT ANTARA VARIABEL TINGKAT
PENDIDIKAN DENGAN ASPIRASI PENDIDIKAN
DIKONTROL MASA KERJA BARU 121
Tabel 39 HUBUNGAN BIVARIAT ANTARA VARIABEL TINGKAT
PENDIDIKAN DENGAN ASPIRASI PENDIDIKAN
DIKONTROL MASA KERJA BARU DAN STATUS
BELUM KAWIN 122
Tabel 40 HUBUNGAN BIVARIAT ANTARA VARIABEL NILAI
BUDAYA DENGAN MOTIVASI KERJA DIKONTROL
STATUS PERNAH KAWIN 123
Tabel 41 HUBUNGAN BIVARIAT ANTARA VARIABEL NILAI BUDAYA DENGAN MOTIVASI KERJA DIKONTROL
STATUS BELUM KAWIN 124
Tabel 42 HUBUNGAN BIVARIAT ANTARA VARIABEL NILAI BUDAYA DENGAN ASPIRASI PENDIDIKAN DIKONTROL
MASA KERJA BARU 124
Tabel 43 HUBUNGAN BIVARIAT ANTARA VARIABEL NILAI BUDAYA DENGAN ASPIRASI PENDIDIKAN DIKONTROL
MASA KERJA LAMA 125
Tabel 44 HUBUNGAN BIVARIAT ANTARA VARIABEL NILAI BUDAYA DENGAN ASPIRASI PENDIDIKAN DIKONTROL MASA KERJA BARU DAN STATUS BELUM KAWIN 126
Tabel 45 HUBUNGAN BIVARIAT ANTARA VARIABEL TINGKAT EKONOMI DENGAN MOTIVASI KERJA DIKONTROL
DENGAN STATUS BELUM KAWIN 127
Tabel 46 HUBUNGAN BIVARIAT ANTARA VARIABEL TINGKAT
EKONOMI DENGAN ASPIRASI PENDIDIKAN DIKONTROL
MASA KERJA BARU 127
Tabel 47 KOEFISIEN KORELASI ANTARA VARIABEL
DEPENDEN DENGAN VARIABEL INDEPENDEN 130
Tabel 48 KOEFISIEN KORELASI ANTARVARIABEL 130
Tabel 49 MATERI KURSUS KETERAMPILAN TKW
DI SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN BAHAN
BAB I
P E N D A H U L U A N
1. Latan Belakang Masalah,
Pada saat ini semakin banyak jumlah wanita yang
bekerja dan menambah penghasilan suami. Hal ini bukanlah
suatu hal yang baru. Sejak awal terjadinya masyararakat, wanita telah turut serta dalam memproduksi makanan atau bahan-bahan lainnya, baik untuk dijual, dipertukarkan, ataupun konsumsi keluarga. Kehidupan keluarga tidak saja
tergantung dari apa yang dibawa pulang oleh suami,
melain-kan juga dari kontribusi isteri.
Wanita masa kini tidak lagi hanya bekerja di sektor
informal, melainkan juga di sektor formal modern. Jumlah
wanita yang berperan serta dalam sektor formal menlngkat
dengan cepatnya di negara-negara berkembang maupun negara
maju. Wanita kini merupakan bagian dari angkatan kerja.
Menurut Lester R Brown (1982), hampir dalam semua masyarakat industri, partisipasi wanita telah meningkat
selama generasi yang lalu. Di Eropah Barat, secara kasar jumlah pekerja wanita sepertiga dari jumlah seluruh pe-kerja. Di Kanada, jumlah angkatan kerja wanita meningkat dari 27% pada tahun 1960 menjadi 33% di tahun 1970. Di Amerika Serikat, pada tahun 1977 wanita menduduki dua dari
setiap lima pekerjaan. Antara tahun 1950 dan 1975 jumlah
wanita yang bekerja bertambah dari hanya 17 juta menjadi
34 juta, sementara angkatan kerja pria naik dari 42 juta
di Amerika Serikat selama 25 tahun yang lalu dalam
ber-bagai hal sama dengan yang terdapat di masyarakat industri
lainnya.
Kalau diperhatikan sejarah negara-negara maju,
ter-nyata bahwa industrialisasi telah banyak membawa perubahan
yang besar dalam kegiatan ekonomi untuk wanita, sehingga
kesempatan kerja untuk wanita semakin terbuka (Kreps,
1970; Boserup, 1970). Ini berarti bahwa pembangunan ekono
mi membawa serta perubahan komposisi angkatan kerja me-nurut sektor. Turunnya proporsi angkatan kerja yang ber-ada di dektor pertanian diikuti dengan naiknya proporsi
angkatan kerja di sektor industri. Peranan sektor pertani
an turun, sementara peranan industri naik kalau kita
mene-lusuri negara-negara dengan tingkat pendapatan rendah ke
nagara-negara dengan tingkat pendapatan tinggi.
Sebab utama perubahan struktur kesempatan kerja
ialah perubahan komposisi permintaan dan penawaran out
put. Perubahan dalam komposisi produksi bersama-sama de
ngan teknologi yang ada, merupakan faktor permintaan tena
ga kerja. Perkembangan ekonomi menaikkan kesempatan kerja
di sektor industri, sementara kesempatan kerja di sektor
pertanian menurun. Di sini terlihat bahwa naiknya partisi
pasi seseorang bekerja di sektor industri dipengaruhi oleh
adanya kesempatan yang tersedia. Dukungan yang positip
pada
hal
ini dikemukakan oleh Standing yang
berpendapat
bahwa tumbuhnya sektor modern member! kesempatan yang
Pentinanva Penelitian .Ini &1 Indonesia.
Pemerintah Indonesia pada prinsipnya menganut per-samaan hak antara pria dan wanita. Dalam pasal 27 UUD 1945, UU No. 80/1957, UU No. 14/1969 maupun PP No. 8/1981, ditegaskan bahwa pengusaha pada prinsipnya tidak boleh
membedakan perlakuan terhadap buruh wanita dan pria,
ke-cuali pada perbedaan yang bersifat kondrati (CSIS, 1983:
63). Hal ini menambah kemampuan bersaing dan meningkatkan permintaan terhadap jasa wanita di pasar kerja.
Di Indonesia, realisasi emansipasi kaum wanita yang
berembrio dari rintisan R.A. Kartini telah terwujud dalam konstitusi negara (UUD 1945 pasal 27 ayat 1, pasal 31 ayat
1) yakni persamaan hak dalam memperoleh persamaan
keduduk-an di dalam hukum dan persamaan hak dalam mendapat
peng-ajaran. Selanjutnya, dalam GBHN (1988:381) dinyatakan
bahwa "pembangunan yang menyeluruh mensyaratkan
ikutserta-nya pria maupun wanita secara maksimal di segala bidang.
Dalam rangka ini wanita mempunyai hak, kewajiban dan ke
sempatan yang sama dengan pria untuk ikut serta dalam
segala kegiatan pembangunan. Peranan dan tanggung jawab
wanita dalam pembangunan makin dimantapkan melalui
peningkatan dan keterampilan di berbagai bidang sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuannya". Ini berarti bahwa
wanita Indonesia telah diberi hak dan kesempatan ikut
serta dalam menentukan masa depan bangsanya. Sebagai
wanita yang merambah dalam segala aspek kehidupan,
ter-masuk dalam dunia kerja seperti di sektor industri.
Seka-rang bagi wanita Indonesia, pekerjaan dan karir menjadi
saling terjalin erat. Persaingan lalu tirnbul. Wanita ber-saing dengan rekan-rekan sesama wanitanya atau dengan kaum pria. Oleh karena itu tidaklah mengherankan jika segera
setelah lulus sekolah mereka bersemangat untuk mendapatkan pekerjaan dan mernulai karirnya.
Masa depan masyarakat Indonesia terutama pada awal
abad ke-21 diperkirakan telah berada pada priode tinggal
landas pembangunan bangsa yang ditandai oleh berkembangnya
industri sehingga Indonesia telah memasuki masyarakat in
dustri (D. Sudjana S., 1989b:191). Dari perkiraan ini, dan
kecendrungan wanita untuk bekerja di sektor formal modern, maka wanita juga harus merupakan perhatian dalam ketenaga-kerjaan di sektor industri. Menurut Payaman J. Simanjun-tak ( 1992 ), pada umumnya tingkat pendidikan dan keteram-pilan angkatan kerja wanita lebih rendah dari angkatan
kerja pria. Hasil sub sampel Sensus Penduduk tahun 1990,
angkatan kerja wanita yang berpendidikan rendah lebih besar dari pada laki-laki. Sebaliknya proporsi angkatan
kerja wanita yang berpendidikan menengah lebih rendah dari
pada laki-laki. Demikian juga untuk tingkat pendidikan
Pada umumnya angkatan kerja yang berpendidikan
ren
dah juga berketerampilan rendah. Produktivitas kerja
dari
angkatan
kerja
yang berpendidikan
rendah
juga
relatif
rendah,
baik
dilihat dari segi jam
kerja
yang
efektif
maupun
dari
segi hasil kerja
dan
pendapatan.
Angkatan
kerja yang berpendidikan rendah lebih mengandalkan
kekuai-an
fisiknya
daripada daya pikir dan
kemampuan
inteiek-tualitasnya.
Sebabitu,
angkatan kerja yang
berpendidikan
T-enriah
biasanya
hanya mampu
ditugaskan
pada
pekerjaan
manual dengan sistem kerja dan peralatan sederhana.
Secara
proporsional
dari tahun 1980
hingga
pada
tahun 1990 terjadi penurunan pekerja di sektor
pertanian.
Penurunan proporsi pekerja di sektor pertanian ini diikuti
dengan
peningkatan proporsi di sektor non-pertanian
ter-utama di sektor industri dan perdagangan. Di sektor indus
tri,
proporsi pekerja meningkat dari sekitar
9,1
persen
pada
tahun
1980 menjadi sekitar 11,6 persen
pada
tahun
1990.
Khusus untuk tenaga kerja wanita,
proporsi
pekerja
•wanita di sektor industri meningkat dari sekitar 12,5
persen
pada tahun 1980 menjadi sekitar 14,1
persen
pada
tahun 1990.
Di masa-masa yang akan datang menurut perkiraan
Simanjuntak ( 1992 ) kesempatan kerja bagi wanita di
sek
tor non-pertanian akan terus meningkat. Hal ini disebabkan
perkembangan teknologi, perubahan nilai dan sistem sosial,
wanita termasuk pekerjaan untuk malam hari. Angkatan kerja
wanita yang baru memasuki pasar kerja diperkirakan tidak
mudah mengisi lowongan kerja yang tersedia karena rendah-nya tingkat keterampilan teknis yang mereka miliki.
Untuk memasuki era masyarakat industri di atas, haruslah diiringi dengan pengembangan sumberdaya manusia yang sesuai dengan tuntutan dan kondisi yang sesuai ke
arah itu. Pengembangan sumberdaya manusia pada dasarnya dapat dilakukan melalui jalur pendidikan. Sedangkan hasil dari pendidikan persekolahan tidak selalu dapat menyedia-kan tenaga yang sesuai dengan dunia kerja, akibat cepat-nya perubahan teknologi. Pendidikan persekolahan memerlu-kan waktu yang relatif panjang untuk dapat menghasilkan
tenaga-tenaga yang terdidik dan siap pakai, baik segi
kognitif, afektif maupun psikomotoriknya, sedang teknologi
berubah sangat cepat.
Jalur pendidikan yang memungkinkan untuk
mengantisi-pasi persoalan pendidikan dengan perubahan teknologi yang
cepat adalah jalur Pendidikan Luar Sekolah (PLS). PLS
dalam pengertiannya adalah pendidikan yang dilakukan dalam
suatu bentuk kegiatan tertentu, seperti yang diutarakan dalam UUSPN (1989:10-11) bahwa " satuan pendidikan di luar
sekolah meliputi keluarga, kelompok belajar, kursus dan
satuan pendidikan sejenis". Ini berarti bahwa setiap warga
negara
(pria ataupun wanita) berkesempatan seluas-luasnya
setlap warga negara diharapkan dapat belajar pada tahap
mana saja dari kehidupannya dalam mengembangkan dirinya
sebagai manusia Indonesia. Sedang penyelenggara pendidikan
itu meliputi keluarga, masyarakat, pemerintah maupun dunia
usaha.
PLS dalam hal ini bisa ditujukan pada dua sasaran,
yaitu tenaga-tenaga yang sudah bekerja dan tenaga-tenaga
yang akan atau segera bekerja. Program PLS bagi yang sudah bekerja dimaksudkan untuk lebih memantapkan keterampilan-nya atau supaya dapat mengikuti perkembangan teknologi baru. Program PLS itu sendiri dapat dilakukan dalam per-usahaan melalui on the jobs training. Selain itu, PLS juga lebih mudah didisain untuk lebih responsif dan akomodatif terhadap perubahan teknologi.
Masalah menghadapi era industri, kecendrungan kaum
wanita untuk bekerja di sektor formal modern, dan keber— adaan PLS yang lebih mudah didisain untuk lebih responsif
terhadap perubahan teknologi ini tentu akan membutuhkan
suatu informasi data bagi merancang suatu bentuk kegiatan
8
2. Rumusan dan Analisis Masalah
Masalah pokok dalam penelitian ini dapat dinyatakan
sebagai hal yang ingin diketahui mengenai : "Adakah hu bungan antara latar belakang tingkat pendidikan, masa
kerja, nilai budaya, tingkat ekonomi, dengan motivasi kerja dan aspirasi pendidikan.
Alasan Pemilihan Variabel,
Perkembangan industri serta pertumbuhan perusaha-an-perusahaan kecil, menengah maupun besar menuntut ter-sedianya: 1. tenaga ahli yang mempunyai kemampuan untuk
menez^apkan pengetahuan, dan 2. tenaga kerja yang terlatih untuk dapat menyelenggarakan kegiatan tertentu. Pendidikan sekolah pada umumnya tidak menghasilkan lulusan siap ker ja, tetapi lulusan yang siap latih. Oleh sebab itu, pendi dikan luar sekolah juga merupakan jembatan antara pendi
dikan sekolah dengan dunia kerja.
Pendidikan luar sekolah memiliki keleluasaan jauh lebih besar daripada pendidikan sekolah untuk secara cepat
disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat yang senantiasa
berubah, apalagi sebagai perwujudan ikhtiar pembangunan
nasional. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
berlangsung semakin cepat menimbulkan kebutuhan yang
ber-aneka ragam, semakin luas dan semakin banyak untuk memper-oleh informasi, pengetahuan, dan keterampilan ( penjelasan atas PP.RI. No. 73 tahun 1991 tentang Pendidikan Luar
9
Dalam pada itu program-program pendidikan luar
sekolah hendaknya disusun berdasarkan kebutuhan para warga
belajar. Dengan mernperhatikan hal tersebut diharapkan
motivasi belajar warga belajar menjadi meningkat, sehingga partisipasi mereka dalam setiap aktivitas belajar menjadi
tinggi pula. Sudjana ( 1991: 7 ) berpendapat bahwa ke butuhan hidup manusia ( human need ), kebutuhan pendidikan
( educational need ), dan kebutuhan belajar ( learning need ) mempunyai hubungan yang erat dan perlu dipertim-bangkan secara mendasar baik dalam penentuan kebijaksaan maupun dalam penyelenggaraan program pendidikan luar
sekolah.
Banyak yang dilakukan oleh para ilmuan/peneliti tentang pengungkapan hal-hal yang berkaitan dengan tenaga
kerja wanita di sektor industri. Usaha-usaha itu antara lain ditinjau dari sudut antropologi, sosiologi, dan psi-kologi dan bimbingan. Usaha-usaha tersebut tampak belum memperlihatkan gambaran yang lengkap tentang hal-hal yang
mendorong motivasi kerja dan aspirasi pendidikan.
Dalam diri manusia terdapat dan bekerja
dorongan-dorongan psikologis yang merangsang dirinya untuk
10
bahwa motivasi itu muncul disebabkan oleh banyak faktor.
Seorang wanita yang memiliki tingkat pendidikan
tertentu akan mempunyai motivasi pekerjaan dan aspirasi pendidikan yang berbeda dengan wanita yang memiliki tingkat pendidikan yang berbeda pula. Dengan kata
lain, bahwa tingkat pendidikan mempunyai hubungan dengan motivasi pekerjaan dan aspirasi pendidikan. Oleh sebab itu, adakah hubungan antara tingkat pendidikan dengan motivasi kerja dan aspirasi pendidikan ?. Demikian juga halnya dengan nilai budaya yang dianut dalam keluarga akan menjadikan perbedaan motivasi bidang pekerjaan dan
aspirasi pendidikan. Nilai budaya yang dinaut dalam keluarga akan terlihat pada bagaimana keluarga itu
memandang wanita dan laki-laki terhadap pendidikan dan
pekerjaannya. Ada keluarga yang memandang bahwa wanita
memiliki kedudukan yang setara dengan pria. Ada keluarga
yang memandang wanita dengan pria pada kedudukan yang
tidak setara, sehingga wanita tidak perlu bekerja di luar rumah. Oleh sebab itu, nilai budaya yang dianut dalam keluarga turut berperan dalam motivasi pekerjaan dan aspi rasi pendidikan. Dalam hal ini, adakah hubungan nilai budaya yang dianut dalam keluarga mendorong motivasi kerja dan aspirasi pendidikan ?
Situasi ekonomi yang berbeda pada manusia akan men
jadikan motivasi yang berbeda pada jenis pekerjaan dan
11
bahwa situasi ekonominya lumayan/memadai, akan menjadikan
dorongan motivasi tertentu pada pekerjaan. Demikian juga
dengan wanita yang merasakan bahwa situasi ekonominya kurang memadai. Oleh sebab itu, adakah hubungan tingkat
ekonomi
dengan
motivasi kerja
dan
aspirasi
pendidikan
tenaga kerja wanita di sektor industri ?
Industri sebagai sistem merupakan perpaduan
subsis-tem fisis dengan subsistem manusia. Subsistem fisis
me-ngandung makna, yaitu komponen-komponen lahan, bahan
men-tah, sumberdaya energi dan Iain-lain. Sedangkan subsistem manusia meliputi komponen-komponen tenaga kerja, kemampuan teknologi, nilai-nilai dan Iain-lain. Komponen subsistem manusia seperti tenaga kerja, kemampuan teknologi dan
nilai ini merupakan salah satu bidang kajian PLS.
Kemandirian memiliki pengertian bahwa individu sanggup melakukan sendiri kegiatan-kegiatannya dan mampu
menyelesaikan sendiri masalah-masalah yang dihadapinya dengan penuh keyakinan. Seseorang yang memiliki kemandiri
an tidak akan menggantungkan dirinya pada orang lain.
Seorang wanita yang bekerja untuk mencari penghasilan
sendiri, termasuk tenaga kerja wanita di sektor industri
12
sifat yang berdiri di atas kaki sendiri. Mandiri yang
dimaksudkan dalam studi ini adalah individu yang bekerja
oleh karena dorongan rasa tidak ingin menggantungkan diri pada orang lain, merupakan upaya menjawab tantang, baik ekonomi maupun lainnya. Aspirasinya terhadap PLS dilatar belakangi pemahaman dirinya tentang kekuatan dan kelemahan yang dimiliki, kemampuan memperhitungkan kesempatan dan
ancaman lingkungan sekitar, dan kemampuan memilih berbagai alternatif untuk menghadapi berbagai masalah dalam dunia
kerjanya. Oleh sebab itu, penelitian ini juga difokuskan pada analisis tentang kemandirian. Seorang yang memi liki pekerjaan akan membutuhkan kemajuan dalam karir kerjanya. Demikian juga wanita yang bekerja di sektor
industri akan senantiasa membutuhkan kemajuan dalam karir kerjanya. Kebutuhan ini dapat terpe-nuhi dengan belajar
dan berlatih. Belajar dan berlatih yang teratur dan ter-organisir akan lebih efektif dan efisien bagi mencapai
tujuan. Cara yang tepat untuk itu adalah dengan memasuki
suatu bentuk pendidikan. Sedang bentuk pendidikan yang
relevan untuk itu adalah PLS. Oleh sebab itu, adakah hu
bungan antara latar belakang tingkat pendidikan, masa kerja, nilai budaya yang dianut dalam keluarga, tingkat ekonomi, dengan aspirasi pendidikan ?. Hal-hal tersebut-lah yang menyebabkan variabel latar bela-belakang pendi
dikan, nilai budaya, dan tingkat ekonomi dijadikan sebagai
13
Dari masalah pokok dan analisis masalah di atas,
dapat di rumuskan pertanyaan-pertanyaan penelitian seba
gai berikut :
1) Adakah hubungan antara tingkat pendidikan dengan mo
tivasi kerja dan aspirasi pendidikan ?
2) Adakah hubungan antara masa kerja dengan aspirasi pen
didikan ?
3) Adakah hubungan antara nilai budaya dengan motivasi
kerja dan aspirasi pendidikan ?
4) Adakah hubungan antara tingkat ekonomi dengan
motivasi
kerja dan aspirasi pendidikan ?
3-
Tujuan dan Kegunaan
Penelitian-3.1. Tujuan
Yang menjadi tujuan penelitian ini ini adalah : "Un tuk mendapatkan informasi data tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan motivasi kerja dan aspirasi pendidikan
tenaga kerja wanita di sektor industri.
3•2.
Kegunaan Penelitian
Dari tujuan di atas, maka kegunaan yang diharapkan dengan penelitian ini antara lain :
1) Dapat dijadikan masukan bagi pemerintah dalam upaya pengembangan wanita sebagai angkatan kerja, khususnya
di sektor industri.
2) Dapat dijadikan masukan bagi
perencanaan/penyelenggara-an PLS dalam upaya merancang/menyelenggarakan bentuk
PLS yang bersesuaian dengan angkatan kerja wanita,
14
3) Dapat dijadikan masukan informasi tentang layanan PLS
yang dibutuhkan oleh tenaga kerja wanita di sektor
industri.
4) Dapat dijadikan masukan informasi tentang isu PLS apa
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Pendekatan yang dipergunakan dalam penelitian ini
adalah pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Sedang metode
dan analisis yang dipergunakan adalah metode dan analisis
deskriptif. Melalui analisis deskriptif diharapkan akan
diperoleh gambaran tentang peristiwa-peristiwa atau
permasalahan yang terjadi pada saat penelitian dilakukan.
Berikutnya dilanjutkan dengan penganalisaan keterkaitan atau
sumbangan dari variabel-variabel independen terhadap
variabel dependen, yakni sumbangan/konstribusi tingkat
pendidikan, nilai budaya, dorongan ekonomi terhadap motivasi
dan aspirasi terhadap PLS, serta masa kerja terhadap
aspirasi PLS, maupun penganalisisan keterkaitan antar
variabel dalam penelitian ini.
Pe.rtimbangan lain bagi penggunaan metode analisis
deskriptif ini did a sarkan pada keinginan untuk dapat
mengumpulkan informasi secara terinci, mengidentifikasikan
masalah yang ada, dan mengadakan perbandingan.
B. Teknik Pengambilan Sampel.
Populasi dalam penelitian ini adalah tenaga kerja
wanita pada kelompok industri kimia dasar dan
aneka industri
pada
zona
industri
Medan.
Populasi
ini
diambil
dari
pengelompokan
jenis industri
yang
dilakukan
oleh
Kanwil
Perindustrian Sumatra Utara, yang terdiri dari
Tabel 9
PENGELOMPOKAN JENIS INDUSTRI
68
No. Kelompok Industri Sub-Kelompok Industri
1. Industri Kimia Dasar 1. An Organik
2. Agrokimia
3. Selkar
4. Organik
2. Aneka Industri 1. Pangan/Makanan/Minuman
2. Bahan Bangunan dan Umum
3. Sandang dan Kulit
4. Industri Kimia Serat
5. Jasa dan Barang Logam
3 . Mesin & Logam Dasar 1. Industri Logam Dasar
2. Industri Mesin Listrik
dan Elektronika
3. Industri Perkapalan
* - Sub-Kelompok Industri yang diteliti
Penentuan dua kelompok dari ketiga kelompok yang ada disebabkan bahwa pada kelompok 3 (ketiga) jumlah tenaga kerja wanita sangat minim dan kurang mendukung pada data
penelitian yang diharapkan. Selanjutnya pada kelompok 1
(kesatu) diambil 2 buah industri yakni 1 dari sub kelompok
69
didasarkan bahwa kedua buah industri tersebut menurut hasil
observasi awal cukup memenuhi syarat, karena pada sub kelompok lain jumlah tenaga wanita sangat minim, sebab
sub-sub kelompok tersebut sangat padat teknologi.
Dari kelompok 2 (kedua) diambil satu sub kelompok industri dengan jumlah 3 buah industri, yakni sub kelompok industri pangan/makanan dan minuman. Hal ini didasarkan
bahwa pada sub kelompok lain tenaga kerja wanita hanya bekerja pada bidang-bidang pendukung kerja pria dan juga sangat tersebar pada banyak industri yang saling berjauhan. Dilihat dari segi waktu penelitian dan birokrasi, hal ini
kurang menguntungkan. Cara ini sesuai dengan penarikan sampel berdasarkan pertimbangan (Purposive Sampling), yang
menurut Bambang Suwarno (1987:17) bahwa penarikan sampel berdasarkan pertimbangan .tidak. berarti penelitian harus
menentukan kuota menurut strata, dan tidak pula menarik
sampel sembarang saja atau sesuka hati. Seorang peneliti
yang menggunakan teknik ini akan memilih sampelnya sesuai
dengan keperluan penelitiannya. Keuntungan Purposive Sampling adalah bahwa pihak peneliti dapat menggunakan skill
penelitiannya dan pengalaman pengetahuan yang melatar
belakangi untuk memilih respondennya.
Untuk menentukan industri yang menjadi unit populasi
dilakukan dengan pertimbangan. Sedang untuk mendapatkan
besaran sampel digunakan Proporsional Random Sampling :
n
n =
1 + (
i) / n—
( Cochran; 1977:76)
70
dimana : n = ukuran sampel terkecil.
N = jumlah sumber data populasi.
t = nilai pada kurva normal berdasarkan taraf nyata yang dipilih ( = 0,05 maka t = 1,96 ).
p = proporsi dari salah satu unit yang diperbandingkan
q = 1 - p
d = taraf kesalahan dalam prosedur (ditetapkan sebesar 5 persen).
34
475 = 0,0716
q =
IjI
= 0,9284
.2 t pq n
O .2
n =
(1,96)2 (0,0716) (0,9284)
(0,05)2
S'nSoc9
= 102,118
dibulatkan
=
102.
0,UUZb
102
1 + (102 - D/475
n = 84,1145 dibulatkan = 84.
Dari jumlah di atas diasumsikan 95% yang dapat
diobservasi, dan dari 95% itu diperkirakan 95% datanya yang
dapat diolah, maka :
n. =
n qk " n or
< Harwich dan Lininger; 1957:112 )
71
84
0,95 x 0,95 = 93,2 dibulatkan 23_
Dari jumlah besaran sampel minimum di atas, akhirnya
sampel
yang
diambil
dan
diolah
dalam
penelitian
ini
ditetapkan sebesar
128
responden
dengan
proporsi
sebagai
berikut :
34
Proporsi kelompok 1 (kesatu) = —2F75— x n
34
475 x 128
0,0715 x 128 = 9,16 19J.
Kelompok 1.1. 15
34 x 9 = 3,97 dibulatkan Kelompok 1.2. = 9 - 4 = 5 .
Proporsi kelompok 2 (kedua) =
***
x 128 = 0,928 x 128
= 118,837 dibulatkan = il£407 441 Kelompok 2.1. Kelompok 2.2 441 U6_ 441
x 119 = 109,825 dibulatkan = Hfl
x 119 = 4,317 dibulatkan = 4.
Kelompok 2.3. = 119 - 110 - 4 = 5_
Tabel 10
UKURAN SAMPEL TKW MENURUT INDUSTRI
Kelompok Industri Jumlah TKW Sampel
1. Industri Kimia Dasar
1.1. PT. Gunung Gahapi Sakti
1.2. PT. Kim Sari Paper
2. Aneka Industri
72
Kelompok Industri Jumlah TKW Sampel
2.1. PT. San Maru Food Mnf.
2.2. PT. Multi Bintang 2.3. PT. Pepharin Ria
407
16
18
110
4
5
J u m l a h 475 128
Catatan :
- Data industri diperoleh dari Kanwil Perindustrian Sumatera
Utara.
- Data jumlah tenaga kerja diperoleh dari Kanwil Departemen
Tenaga Kerja Sumatera Utara.
C. Penjabaran Konsep-konsep Teoritis, Empiris dan Analitis.
Konsep
Teoritis Konsep Empiris
Konsep Analitis
(1) (2) (3)
1.Motivasi 1.Tingkat l.Data ttg pilihan responden
kebutuhan pada pernyataan tingkat ke
butuhan, dalam bentuk
inventori.
2.Aspirasi 2.1.Keinginan 2.1.Laporan responden ttg ke
terhadap Terhadap inginan mengikuti pendd.
PLS Pendidikan kembali serta alasannya
dan bentuk/jenis pendd. yang diinginkan.
2.2.Upaya yg 2.2.Jawaban responden ttg
Dilakukan usaha yg dilakukan serta
sumber dananya.
2.3.Peningkat- 2.3.Jawaban responden akan
pe-an Yg Di rolehan yg diharapkan dari
harapkan pendd. tersebut.
Konsep Teoritis (1) 4.Tkt.Pen didikan 5.Masa Kerja 6.Nilai Budaya Yg Di anut Dalam Keluar ga 7 .Dorongan Ekonomi Keluarga Konsep Empiris (2) 4.1.Ijazah Terakhir 4.2.Lama Bersekolah 5.1.Lama Be kerja Pa da Tempat Bekerjanya Sekarang 5. 2.Keinginan untuk te-rus bekerja 6.1 .Perlakuan Terhadap Wanita 6.2.Kepemimpinan Kepala Ke luarga 7.l.Pemilikan Harta Ke luarga 7.2.Penghasilan Keluarga dan Pribadi 7.3.Pengeluaran Keluarga dan Pribadi Konsep Analitis (3) 73
4.l.Data ttg. ijazah pendd.
formal yg dimiliki oleh
responden.
4.2.Data ttg. lamanya respon den menduduki bangku se
kolah
5.1.Laporan responden ttg.lama
dan jumlah waktu
ia beker
ja pada tempat kerjanya
sekarang.5.2.Jawaban responden akan
te-rus bekerja atau berhenti
serta alasannya.
6. l.Data ttg perlakuan keluar
ga terhadap wanita dim
pendidikan, pekerjaan, dll
6. 2.Laporan responden tentang
kepemimpinan kepala
ke-luarganya tergolong
demok-ratis atau tidak.7.1.Laporan responden tentang
harta yang dimiliki
oleh
keluarganya.7. 2.Laporan responden tentang
penghasilan keluarga dan
pribadinya per-bulan serta
sumber-sumbernya.
7.3.Laporan responden tentang
pengeluaran keluarga dan
pribadinya per-bulan serta
74
D- HIPOTESIS
Dalam
penelitian ini,
hipotesis yang
diajukan ada
lah sebagai berikut :
1) Ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan
motivasi
kerja.
2) Ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan
aspirasi
pendidikan.
3) Ada hubungan antara nilai budaya dalam keluarga
dengan
motivasi kerja.
4) Ada
hubungan
antara
nilai
budaya
dengan
aspirasi
pendidikan.
5) Ada hubungan
antara
masa
kerja
dengan
aspirasi
pendidikan.
7) Ada hubungan antara dorongan ekonomi
dengan
aspirasi
75
E. Data dan Alat Pengumpul Data
1. Jenis Data yang Diperlukan.
Untuk memperoleh data yang sesuai dengan permasalahan
kiranya perlu diketahui terlebih dahulu jenis data yang
di-butuhkan.
Beranjak dari permasalahan dan
tujuan
penelitian
maka data yang akan diungkap adalah sebagai berikut.
Data tentang motivasi dilihat dari lima tingkatan
kebutuhan yang dikemukakan oleh
Maslow,
seperti
kebutuhan
fisiologis,
kebutuhan rasa aman,
kebutuhan
sosial/afiliasi,
kebutuhan akan penghargaan,
kebutuhan akan aktualisasi diri.
Untuk melihat hal tersebut disusun 20 pernyataan yang
di-distribusikan dalam setiap tingkatan. Dari
pernyataan-pernyataan
ini
diharapkan
dapat
mengungkap
data
tentang
motivasi sebagai variabel dependen (Yi).
Data yang berhubungan
dengan
aspirasi
terhadap
PLS
mencakup keinginan untuk mengikuti pendidikan kembali,
upaya
yang
dilakukan
kearah
itu,
serta
peningkatan
yang
diharapkan. Guna mengungkap data ini dipergunakan angket
yang dipersiapkan sedemikian rupa dengan alternatif jawaban
yang telah disusun berdasarkan kategori tinggi,
dan
rendah.
Kuesioner ini diharapkan dapat mengungkap data tentang
aspirasi terhadap PLS sebagai variabel dependen (Y2).
Data tentang status
(Xi)
diungkap
melalui
kuesioner
dengan pertanyaan yang memberi alternatif
jawaban
kategori
pernah kawin dan belum pernah kawin. Melalui pertanyaan
ini
76
belum pernah
kawin.
Hal
ini
diperuntukkan
bagi
kontrol
terhadap hubungan beberapa variabel penelitian ini.
Data tentang tingkat pendidikan diungkap melalui
lama
menduduki bangku sekolah dan ijazah tertinggi yang dimiliki.
Alternatif
jawaban
dari
pertanyaan
ini
telah
disusun
berdasarkan
kategori tinggi, dan
rendah.
Dari
pertanyaan
diharapkan akan
mampu
mengungkap
data
tentang
tingkat
pendidikan sebagai variabel independen (Xz).
Untuk
mendapatkan
data
tentang
masa
kerja
dipergunakan kuesioner yang item pertanyaan disusun dan
di-distribusikan sesuai dengan penjabaran konteoritis, empiris,
dan analitis. Data ini meliputi
lama
bekerja
di
Industri
tempat bekerja,
lama
bekerja
dalam
seminggu
serta
lama
bekerja
dalam
sehari.
Jawaban
tersebut
akan
disusun
berdasarkan kategori tinggi,
sedang,
dan
rendah.
Melalui
pertanyaan-pertanyaan tersebut diharapkan
dapat
mengungkap
masa kerja sebagai variabel independen (X3).
Untuk mengungkap data tentang
nilai
budaya
diungkap
dari aspek-aspek yang menunjukkan nilai-nilai yang
ada/ber-laku
dalam
keluarga,
yakni
mencakup
perlakuan
terhadap
wanita dalam keluarga dan kepemimpinan kepala keluarga, yang
dikumpulkan
melalui
kuesioner.
Item
pertanyaan
dalam
kuesioner"ini disusun dengan alternatif jawaban
berdasarkan
kategori tinggi, dan rendah. Melalui kuesioner
diharapkan
dapat mengungkap nilai budaya sebagai variabel
independen
77
Data yang menyangkut ekonomi meliputi pemilikan
harta
keluarga, penghasilan keluarga dan pribadi, serta
pengeluar-an keluarga.
Data
dikumpulkan
melalui
kuesioner,
dimana
jawaban-jawaban responden
akan
dimasukkan
dalam
kategori
tinggi, dan rendah. Melalui kuesioner ini
diharapkan
dapat
mengungkap ekonomi sebagai variabel independen (Xs).
2. Alat Pengumpul Data
a. Motivasi
1) Penyusunan alat pengumpul data
Alat
pengumpul
data
yang
dipergunakan
dalam
variabel
ini dalah inventori.
Inventori
ini
dikembangkan
berdasarkan
gagasan-gagasan
yang
terdapat
dalam
teori
motivasi dari Abraham H. Maslow.
Dengan merujuk pada lima tingkatan kebutuhan yang
dikemukakan oleh Maslow maka
dikembangkan
inventori
untuk
mengetahui tingkat motivasi wanita memasuki kerja di
sektor
industri.
Keseluruhan
pengembangan
inventori
tingkat
motivasi ini dilakukan dengan
melalui
tahap-tahap
sebagai
berikut :
a) Menganalisa
indikator
dan
indentifikasi
karakteristik
motivasi kerja di sektor
industri.
hal
ini
dilakukan
sebagaimana diuraikan pada bab II dan akhirnya diperoleh
sebagai berikut :
1. sandang
78
3. pangan
4. dst.
b) Identifikasi
karakteristik
motivasi
kerja
di
sektor
industri. Hal ini
dilakukan
dengan
mengkaji
berbagai
sumber, pada akhirnya diperoleh
sejumlah
karakteristik
motivasi
bekerja
di
sektor
industri
yang
dapat
diikhtisarkan sebagai berikut :
1.
Supaya dapat membeli pakaian yang layak.
2. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
3. Agar dapat
menyewa,
membeli
atau
membangun
rumah
sendiri.
4. Ingin memperoleh gaji.
5.
Ingin mempersiapkan biaya perobatan kalau sakit.
6. Untuk persiapan masa tua.
7.
Ingin
berdiri
sendiri/agar
tidak
tergantung
pada
orang tua atau suami.
8.
Agar tidak terjadi cekcok dalam keluarga.
9. Ingin bergaul dengan orang yang bermacam ragam.
10. Ingin menjadi pemimpin salah satu organisasi
pekerja
wanita.
11.
Karena perusahaan minta saya untuk bekerja.
12. Karena teman yang lain juga bekerja.
13. Ingin memperoleh pangkat yang lebih tinggi.
14. Supaya orang lain mengakui kelebihan saya.
15. Supaya mendapat pujian dari orang lain.
79
masyarakat.
17. Ingin menunjukkan pada orang lain bahwa saya juga
mampu bekerja.
18. Ingin meningkatkan prestasi dalam pekerjaan.
19. Untuk memperoleh kepuasan.
20. Ingin melaksanakan tanggung jawab saya sebagai warga
negara.
Setelah melalui tahapan pengujian terhadap
karakteristik yang diidentifikasikan
di
atas
(lihat
pada
bagian pengujian alat pengumpul data), maka
pertanyaan-pertanyaan yang telah diuji tersebut kemudian dikombinasikan
menjadi pasangan-pasangan pertanyaan. Penjodohan itu diatur
sedemikian rupa sehingga setiap karakteristik dari setiap
tingkatan
mendapat
kesempatan
untuk
dipasang-pasangkan
dengan setiap karakteristik dari tingkatan
lainnya,
sehingga
diperoleh 160 pasangan pertanyaan.
Setelah semua pertanyaan itu dijodohkan menurut
kisi-kisi dan pola penjodohan yang dikemukakan diatas, maka
selesailah penyusunan peringkat inventori
tingkat
motivasi
bekerja disektor
industri.
Dan untuk
kepentingan
penilaian
terhadap
konsistensi
jawaban
responden,
maka
beberapa
pasangan dibuat dabal, sehingga jumlah pasangan-pasangan
pernyataan dalam inventori menjadi 200 pasangan.
Demikian
selanjutnya
inventori
itu
digunakan
untuk
mengumpul data tentang tingkat motivasi
wanita
bekerja
di
80
2) Penskoran alat pengnumpul data.
Penskoran ( pemberian nilai jawaban ) dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
a)
Menghitung banyak hurup A yang dilingkari
dalam
setiap
baris lembar jawaban. Pasangan pertanyaan yang dikenai garis
penuh tidak diperhitungkan,
tetapi yang dikenai garis
putus-putus harus diperhitungkan.
Jumlah tersebut ditulis di bawah
hurup A pada masing-masing baris yang bersangkutan.
b)
Menghitung banyak huruf B yang dilingkari
dalam
setiap
lajur lembar jawaban. Pasangan pernyataan yang dikenai garis
penuh tidak diperhitungkan,
sedangkan
yang
dikenai
garis
putus-putus
diperhitungkan.
Jumlah tersebut
dituliskan
di
atas garis dibawah huruf B pada masing-masing yang
berjudul
sama dengan kolom yang bersangkutan.
c)
Angka-angka yang terdapat dibawah A dan
B
pada
setiap
baris dijumlahkan
dan
dituliskan
diatas
garis
di
bawah
huruf AB
pada
masing-masing
baris.
Angka-angka
tersebut
memperlihatkan kecenderungan tingkat motivasi yang
memiliki angka terbanyak.
Contoh untuk
hal
tersebut
dapat
v e i l !
Di Sektor Industri
>.T A \ / <* ,.dy J a Li a i,a:/ T ,. I. ... 1. ^..
81
Lingkarilah Hai-uf A atau B untuk nos.or
sesuai dengan pendapat anda.
Kolom ini Jans
d i t u l i s i
Ke Pe Ak Fi Am Re 'e Ak
3 ^ lO1^! F
^b 6©n9©1u(S
ii^ i^ 13^1^15^ib^X 1&0b X 2C^e
B A+B
1© 22®e 2^24© 2$ 2^) 27®p 2^2^ 3C
B "" B, A - - A
\
\
*•" B ou B
3^B 3^37^ 38^ 3$> 40^
Fi
?
5_
8
Am
5
H
JL
Re _8_
6
*H
Pe
4
r
A
Ak g_
*
r
fa V A A
-1 B -©
<D
^
46^ 4#R 48A@ 49^
[Vi [Tj h 2j 12 LZi 0 0 [3 l^i !:
^-d) Nilai kecenderungan yang
dinyatakan
dengan
angka
ter
tinggi seperti yang dikemukakan diatas
perlu
diterjemahkan
ke dalam norma kelompok dalam
perhitungan
persentil.
Oleh
karena itu untuk menentukan nilai tersebut, maka setelah
semua data terkumpul, maka
untuk
setiap
tingkat
motivasi
ditentukan normanya. Sehingga untuk setiap tingkatan
motivasi akan mempunyai nilai persentil masing-masing.
berdasarkan norma-norma itu setiap angka individu responden
pada setiap tingkatan motivasi diterjemahkan
menjadi
nilai
persentil.
Nilai
persentil
dari
setiap
individu
yang
82
tingkat motivasi dari individu yang
bersangkutan
(
contoh
perhitungan dapat dilihat pada halaman beikut ini ).
Perhitungan persentil ini dilakukan dengan
menggunakan
rumus perhitungan sebagai berikut :
100(cf + 0,5f) n
cf = angka yang berada dibawah angka yang bersangkutan
f = angka yang bersangkutan
n = banyaknya responden
p = nilai persentil untuk angka yang bersangkutan
Rumus
itu merupakan pengembangan dari rumus berikut
(Noll,
1975:404).
.
pn
f ,
*•
100
" cx
J
P =
5
x i
83
PERHITUNGAN PERSENTIL TINGKAT MOTIVASI FISIOLOGIS (I)
angka
mentah f cf P =
100(cf a.
r
0,5f )
44
43
42 2 128 100 { 126 + (0,5 X 2) } 128 = 99
41 2 126 100 r 124 + (0,5 X 2) } 128 = 98
40 5 124 100 r
L 119 + (0,5 X 5) } 128 = 95
39 6 119 100 { 113 + (0,5 X 6) } 128 - 91
38 9 113 100 { 104 + (0,5 X 9) } 128 = 85
37 12 104 100 r
L 92 + (0,5 X 12)} 128 = 77
36 14 92 100 { 78 + (0,5 X 14)} : 128 = 66
35 13 78 100 { 65 + (0,5 X 13)} 1IZoo o = 56
34 •1 o
.L *j 65 100
r
I 53 + (0,5 X 12)} -L£~* \J = 46
i ._; -J 10 53 100
r
I 43 T
r r \ c
X 10)} : 128 - o o
32 10 43 100 r
"L + (0,5 X 10)} : 128 = 30
31 10 33 100 { 23 + (0,5 X 10)} : 128 = 22
30 7 23 100 { 16 + (0,5 X 7) } : 128 = 15
29 6 16 100 i 10 + (0,5 X 6) } : 128 = 10
28 3 10 100 { 7 j. (0,5 X 3) } : 128 = 7
27 2 7 100 { 5 + (0,5 X 2) } : 128 = 5
26 1 5 100 { 4 + (0,5 X 1) } : 128 = 4
25 1 4 100 { 3 + (0,5 X 1) } : 128 -— oo
24 2 3 100 { 1 + (0,5 X 2) } : 128 — o — La
23 1 1 100 { 0 + (0,5 X 1) } : 128 - 0
z
84
NILAI PERSENTIL TINGKAT MOTIVASI
Nomor
Responden
fisiologis I
rasa aman
II
relasi III
penghargaan
IV
aktualisasi
V
Ting
kat
1 56 97 66 14 19 II
2 56 54 89 80 08
III
3 91 65 85 47 14 I
dst.
Dari tabel seperti diatas dapat diketahui tingkat
mo
tivasi bagi setiap responden, seperti terbaca
dalam
tabel.
kemudian, untuk keperluan analisis selanjutnya
maka
setiap
tingkat motivasi itu diberi nilai
tertentu,
yaitu
sebagai
berikut.
NILAI SETIAP TINGKAT MOTIVASI
Tingkat I II III IV V
Nilai 1 2 3 4 5
dengan
menggunakan
nilai
dari
setiap
tingkatan,
maka setiap responden akan mempunyai nilai tersendiri
untuk
tingkat motivasi.
Dengan
mengunakan
nilai
tersebut
maka
dapat dilakukan pengolahan
statistik
motivasi
ini
dengan
variabel lainnya.
Demikian data mengenai tingkat
motivasi
tenaga
kerja
wanita bekerja
di
sektor
industri
yang
diperoleh
dalam
85
3) Pengujian alat pengumpul data
Untuk tahap awal dari
pengumpul
data
ini
dilakukan
dengan
mendiskusikan
pernyataan-pernyataan
yang
telah
disusun dengan dosen pembimbing dan
teman-teman
mahasiswa
yang memiliki latar belakang bahasa Indonesia,
PLS,
serta
psikologi
dan bimbingan yang dianggap
mendukung 'terhadap
persoalan
yang
dibahas. -• Maksud
diskusi
tersebut
untuk
mengetahui apakah penulisan tersebut
telah
mewakili
dari
setiap
tingkat
motivasi
yang
dimaksud
dan
juga
penurunandari tingkat
motivasi,
serta
apakah
pernyataan
tersebut telah memenuhi norma/kaidah bahasa Indonesia.
Dari
tahap ini diperoleh 20 buah pernyataan yakni
4
pernyataan
dari
setiap
tingkatan.
Pada
tahap
ini
dilakukan
juga
perbaikan redaksi.
Tahap selanjutnya dilakukan penyesuaian pernyataan pada
bahasa tenaga kerja wanita di industri agar bahasa
yang
di
gunakan dapat dimengerti oleh mereka.
Tahap
ini
dilakukan
dengan menyajikan seluruh
daftar pernyataan
tersebut
pada
beberapa
tenaga
kerja
wanita
di
industri
untuk
mengetahui apakah pernyataan-pernyataan itu dapat dimengerti
dan difahami oleh mereka.
Pada
akhir
tahap
ini
dilakukan
kembali perbaikan redaksi
untuk
beberapa
buah
pernyataan
berikutnya dilakukan penilaian atau
(judgement)
oleh
tiga
orang
penilai
(judge)
untuk
menilai
kesahihan
semua
pernyataan tersebut. Hasilnya
dianalisis
secara
statistik
86
perangkat pernyataan
itu.
Analisis itu
dilakukan
dengan
menghitung realibiltas antar penilai (interater realibility)
seperti
terlihat
dalam
halaman
berikut.
Dari
hasil
perhitungan diperoleh rg3= 0,66 dan tr33 - 3,73
(signifikan
pada tk - 0,99).
Setelah
hal
tersebut
diatas
selesai
maka
pernyataan-pernyataan
tersebut
telah
siap
untuk
dikombinasikan menjadi pasangan-pasangan pernyataan yang
dipergunakan
untuk
pengumpul
data
tingkat
motivasi.
Berikutnya akan diutarakan cara memeriksa tingkat invontori
ini dengan ferifikasi,
yakni
lembar
jawaban
yang
telah
diisi harus diperiksa untuk
menentukan
apakah
data
yang
diperoleh dapat diolah
selanjutnya.
Untuk
ini
dilakukan
langkah ferifikasi sebagai berikut
:
a) seluruh lembaran jawaban diperiksa
untuk
diberi
nilai
maka
perlu
diperiksa
lagi
apakah
jawabannya
telah
lengkap. Apabila masih terdapat yang belum
lengkap
dan
jumlah kekurangannya 16, maka untuk jawaban
yang
tidak
lengkap itu dilakukan undian,
misalnya
dengan
memakai
mata uang logam. sisi yang satu
mewakili
pernyataan
A
dan yang lainya
mewakili
pernyataan
B.
Akan
tetapi,
apabila jumlah kekurangan itu lebih dari 16
buah,
maka
lembaran jawaban
itu
harus
disisihkan,
tidak
diolah
87
PERHITUNGAN REALIBILITAS ANTAR PENILAI UNTUK PERNYATAAN
TINGKAT MOTIVASI
Mo.Item A B C E XP
(E Xp)2
1 1 1 1 0 Q
1 -1 1 0 9
o
O 1 1 1 3 9
4 1 X 1 3 9
5 1 1 1 3 9
6 1 1 1 3 9
7 1 1 1 3 9
8 0 1 0 1 1
9 1 1 1 3 9
10 0 1 0 1 1
11 1 1 1. 0 9
1 o
1 1 1 0 Q
13 1 i_ -i o Q
14 1 •1 1 3 9
15 1 1 1
3 9
16 1 •i -1 9
17 1 1 1 3 9
18 1_ 1 -1.L 9
19 1 1 1 • 3 Q
20 1 1 0 2 4
E XP 18 20 17 55 159
(E xP)2
324 400 2891013
3025 25281
K = 3 N 20
(EXp)'
(EX)'
u
p
K KN159
(55)2
3 320
r 53 - 50,4 = 2.6
= dr
=(EXr)2
(EX)2
K KN
=
1013
(55)2
20 60
= 50,65 - 50,4
-0,25
e x:
E d (EX) - L>^ KN- 55
(55)Z
"5 oo.= 55 - 50,4
= 4,6
r ^x t "
£dV ^d\
4,6 - 2,6 - 0,25
88
Sumber Jml. Kuadrat Derajat Kebebasan Var iansi
Pernyataan Penilai Galat Jumlah r33 33
Vp - Ve V + (k-l)Ve
P
*/
Y 1
3 3
Uj-, -
'•?---/ ~
V -777
2,6 0,25 1,75 4,60.137 - 0,091 0, 137
19
57
0,091 0,137
U , uu
66/
,.<.. -j._, t- ].. _ r, Q Q \
r. -JQV _ O P £iP p T"'?i7
0.40 ' - —
V
7
n p. q 1
= 0,
r! r, f I: o n c n
o i o n
U , X O .'
0.046
0,66
L , -j'-•m '-t
.« C O
b) Setelah diperiksa kelengkapan jawabannya, maka verifikas
yang kedua adalah mengena: U n n =! i ?'tensi jawaban. Untuk
tujuan ini, maka lembaran-lembran
jawaban
itu
ditandai
dengan jalan membuat garis-garis penuh
dan
putus-putus.
Kemudian
kedua
pertanyaan
yang
terkena
garis
penuh
tersebut dioocokkan jawabannya.
Apabila jawabannya
sama,
misalnya kedua-duanya A atau B, maka diberi tanda eek
di
89
maka kotak dibawahnya diberi tanda garis. Apabila
semua
kolom
telah
dioocokkan
tanda-tanda
cek
itu
telah
dihitung jumlahnya, dan jumlah
itu
di
tulis
di
atas
garis di depan huruf
K
(konsisten) .
Lembaran
jawaban
yang memiliki nilai K kurang dari 16 disisihkan.
Lembar
jawaban yang memenuhi kedua persyaratan di
atas,
yaitu
yang
mempunyai
jawaban
yang
lengkap
dan
konsisten,
ditata
untuk
proses
pengolahan
selanjutnya,
yaitu
pemberian kategori.
b. Aspirasi Pendidikan
1) Penyusunan alat pengumpul data
Alat pengumpul data aspirasi
pendidikan
dikembangkan
oleh
peneliti
sendiri,
yaitu
dengan
membuat
beberapa
pertanyaan dengan beberapa alternatif jawaban yang telah di
susun berdasarkan kategori tinggi dan
rendah.
Berdasarkan
konsep teoritis dan
operasionalisasi
variabel
ini,
maka
penyusunanalat pengumpul data meliputi
pengukuran
tentang
keinginan
mengikuti
pendidikan
kembali,
upaya
yang
dilakukan,
serta
pengungkapan
akan
perolehan
yang
diharapkan dari
pendidikan tersebut.
Ruang
lingkup
keinginan
untuk
mengikuti
pendidikan
kembali menyangkut ada tidaknya
keinginan
untuk
mengikuti
pendidikan
kembali.
Sedang
ruang
lingkup
upaya
mereka
90
Prinsip dalam penyusunan alat
pengumpul
data
ini
adalah
untuk
mengetahui
berada
pada
kategori
mana
aspirasi
responden terhadap aspirasi Pendidikan.
2) Pengkategorian Jawaban Pendidikan
Dalam pengkategorian jawaban responden dilakukan dengan
menghitung
proporsi
jawaban-jawaban
yang
berada
pada
masing-masing kategori yang
telah
dibut
terlebih
dahulu,
yakni kategori tingi,
seda-ng-,
rendah.
Hasil
penghitungan
proporsi tersebut dapat memeperlihatkan pada
kategori
mana
responden
yang
lebih
besar.
Hal
ini
akan
menunjukkan
kecenderungan
responden
pada
variabel
yang
diteliti.
Demikian data variabel ini diolah menjadi sebuah data
untuk
selanjutnya
dikorelasikan
dengan
variabel-varlabel
yang
berhubungan.
Untuk
enam
pertanyaan
lainnya
dalam
variabel
ini
hanya dihitung proporsi jawaban dari alternatif jawaban yang
telah disediakan tanpa menggabungkan
dengan
kategori
yang
telah dibuat di atas.
Data
tersebut
dipergunakan
sebagai
data
kualit atif pendukung
bagi
deskripsi
kecenderungan
responden pada variabel ini.
c) Status
1) Penyusunan alat pengumpul data
Alat
pengumpul
data
status
dibuat
oleh
peneliti
sendiri, yaitu dengan membuat
satu
pertanyaan
dengan
dua
91
2) Pengkategorian jawaban responden
Dalam
pengkategorian
jawaban
responden
dilakukan
dengan frekuensi dari jawaban responden terhadap
alternatif
jawaban
yang
disediakan.
Hasil
perhitungan
ini
akan
menunjukkan frekuensi yang sekaligus dijadikan data variabel
untuk
selanjutnya
diperlakukan
sebagai
variabel
kontrol
terhadap hubungan beberapa variabel dalam penelitian ini.
d) Tingkat. pendidikan
1) Penyusunan alat pengumpul data
Alat pengumpul data
tingkat
pendidikan
dikembangkan
oleh
peneliti
sendiri,
yaitu
dengan
membuat
beberapa
pertanyaan dengan beberapa alternatif
jawaban
yang
telah
disusun berdasarkan kategori
tinggi dan rendah.
Berdasarkan
konsep teoritis dan
operasionalisasi
variabel
ini,
maka
penyusunan alat pengumpul data meliputi pengukuran
tentang
lama menduduki bangku sekolah
dan
ijazah
tertinggi
yang
dimiliki. Prinsip dalam penyusunan alat pengumpul data
ini
adalah untuk mengetahui berada pada kategori
mana
tingkat
pendidikan responden.
2) Pengkategorian jawaban responden
Dalam pengkategorian jawaban responden dilakukan dengan
menghitung
proporsi
jawaban-jawaban
yang
berada
pada
masing-masing kategori yang telah dibuat
terlebih
dahulu,
yakni
kategori
tinggi
dan
rendah.
Hasil
perhitungan
92
responden
yang
lebih
besar.
Hal
ini
akan
menunjukkan
kecenderungan
responden
dalam
variabel
yang
diteliti.
Demikian data variabel ini diolah menjadi sebuah data untuk
selanjutnya
diproses
dan
dikorelasikan
dengan
variabel-variabel yang berhubungan.
e. Masa kerja
1) Penyusunan alat pengumpul data
alat
pengumpul
data
masa
kerja
dikembangkan
oleh
peneliti sendiri, Yaitu dengan membuat beberapa
pertanyaan
dengan alternatif-alternatif
jawaban
yang
telah
disusun
berdasarkan kategori tinggi dan rendah.
Berdasarkan
konsep
teoritis dan operasionalisasi variabel ini,
maka penyusunan
alat
pengumpul
data
meliputi
pengukuran
tentang
lama
bekerja
pada
tempat
bekerjanya,
jumlah
hari
kerjanya
per-minggu,dan
jumlah
kerjanya
per-hari.
Prinsip
dalam
penyusun alat pengumpul data ini
adalah
untuk
mengetahui
berada pada kategori mana masa kerja responden.
2) Pengkategorian jawaban responden
Dalam
pengkategorian
jawaban
responden
dilakukan
dengan menghitung proporsi jawaban-jawaban yang berada pada
masing-masing kategori yang telah
dibuat
terlebih
dahulu
yakni
kategori
tinggi
dan
rendah.
Hasil
perhitungan
proporsi tersebut dapat memperlihatkan pada
kategori
mana
responden
yang
lebih
besar.
Hal
ini
akan
menunjukkan
93
menunjukkan kecenderungan
responden dalam variabel yang
diteliti. Demikian data variabel ini diolah menjadi sebuah
data untuk selanjutnya diproses
dan
dikorelasikan dengan
variabel-variabel yang berhubungan.
f. Nilai Budaya
1) Penyusunan alat pengumpul data
Alat
penumpul
data
nilai
budaya
disusun
dan
di
kembangkan oleh
peneliti
sendiri,
yaitu
dengan
membuat
beberapa pertanyaan dengan beberapa alternatif jawaban yang
telah
disusun
berdasarkan
kategori
tinggi
dan
rendah.
Berdasarkan konsep teoritis dan
operasionalisasi
variabel
ini, maka penyusunan alat pengumpul data
ini meliputi
pengukuran tentang cara pandang
atau
perlakuan
keluarga
terhadap
wanita,
termasuk
perlakuan
tentang
kesempatan
mengikuti pendidikan,
bekerja di
luar rumah,
dan
juga
suasana
kepemimpinan
dalam
keluarga.
Prinsip
dalam
penyusunan alat pengumpul data ini adalah untuk mengetahui
berada pada kategori mana nilai budaya responden.
2) Pengkategorian jawaban responden
Dalam
pengkategorian
jawaban
responden
dilakukan
dengan menghitung proporsi jawaban-jawaban yang berada pada
masing-masing katagori yang telah dibuat terlebih dahulu,
yakni
kategori
tinggi dan
rendah.
Hasil
perhitungan
proporsi tersebut dapat memperlihatkan pada kategori mana
94
kecenderungan
responden
dalam
variabel
yang
diteliti.
Demikian data variabel ini menjadi sebuah data dan untuk
selanjutnya diproses
dan
dikorelasikan
dengan
variabel-variabel yang berhubungan. g. Ekonomi
1) Penyusunan alat pengumpul data
Alat pengumpul data ekonomi disusun
dan
dikembangkan
oleh
peneliti
sendiri,
yaitu
dengan
membuat
beberapa
pertanyaan dengan alternatif-alternatif jawaban yang
telah
disusun berdasarkan kategori tinggi dan rendah. Berdasarkan
konsep teoritis dan
operasionalisasi
variabel
ini,
maka
penyusunan alat pengumpul data meliputi pengukuran
tentang
penghasilan pribadi dan keluarga.
Prinsip dalam
penyusunan
alat pengumpul data ini adalah untuk mengetahui berada pada
kategori mana ekonomi responden.
2) Pengkategorian jawaban responden
Dalam pengkategorian jawaban responden dilakukan dengan
menghitung
proporsi
jawaban-jawaban
yang
berada
pada
kategori mana ekonomi responden yang lebih
besar.
Hal
ini
akan menunjukkan kecenderungan responden dalam variabel yang
diteliti. Demikian data variabel ini diolah menjadi sebuah
data untuk selanjutnya
diproses
dan
dikorelasikan
dengan
variabel-variabel yang berhubungan.
Alat
pengumpul
data
seluruhnya,
sebelum
dijadikan
sebagai alat pengumpul data
di
lapangan
terlebih
dahulu
95
persetujuan. Didiskusikan dengan
teman-teman
dari
bidang
studi bahasa
serta
kecocokan
pertanyaan
dengan
konsep.
Selain
itu,
dilakukan
pula
penjajakan
awal
terhadap
pemahaman tenaga kerja wanita di
sektor
industri,
apakah
cara dan bahasa alat pengumpul data tersebut sesuai
dengan
mereka. Setelah itu selesai barulah alat pengumpul data ini
dipergunakan.
3. Prosedur Pengumpulan Data
a.Langkah Persiapan.
Pada langkah ini peneliti mempersiapkan segala
sesuatu
yang menyangkup :
1) Menyusun disain penelitian, yang
telah
diseminarkan
di
FPS IKIP Bandung.
2) Menyusun instrumen penelitian berdasarkan
variabel
yang
telah dijabarkan dalam konsep teoritis, empiris, analitis,
dan operasional.
3) Setelah
segala
sesuatu
yang
menyangkut
konsep
dan
instrumen
penelitian
disetujui
oleh
pembimbing,
maka
langkah selanjutnya mengajukan permohonan izin penelitian
kepada Dekan FPS
IKIP
Bandung
yang
diteruskan
kepada
Rektor
IKIP
Bandung.
Berdasarkan
izin
tersebut,
selanjutnya mohon izin atau rekomendasi
dari
Direktorat
Sospol Propinsi Dati I Jawa Barat, Direktorat Sospol Dati
I Sumatera Utara,
Bappeda Dati I
Sumatera
Utara,
Dinas
96
b. Langkah Pelaksanaan
Langkah pengumpulan data ini dilakukan dengan prosedur
sebagai berikut :
1) Mengambil data sekunder dari Dinas Perindustrian
Dati
I
dan Kanwil Tenaga
Kerja
Dati
I
Sumatera
Utara
untuk
selanjutnya
dilakukan
analisis
tentang
populasi
penelitian, untuk menentukan lokasi
yang
sesuai
dengan
maksud dan tujuan penelitian ini.
Selanjutnya
melakukan
orientasi lapang untuk melihat
kondisi
awal
yang
akan
ditetapkan menjadi lokasi penelitian.
2) Setelah
analisis
data
sekunder
dan
orientasi
lapang
(survey awal) dilakukan,
selanjutnya
menetapkan
lokasi
penelitian dengan prosedur sebagaimana
dikemukakan
pada
teknik pengambilan sampel dimuka.
3) Menemui pimpinan perusahaan
(yang
ditunjuk
untuk
itu)
untuk
meminta
izin
dan
mendapatkan
informasi
awal
berkenaan
dengan