• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL TINGKAT KEBUGARAN JASMANI ATLET FUTSALSMAN 16 BANDUNG : Studi Deskriptif Pada Atlet Futsal SMAN 16 Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROFIL TINGKAT KEBUGARAN JASMANI ATLET FUTSALSMAN 16 BANDUNG : Studi Deskriptif Pada Atlet Futsal SMAN 16 Bandung."

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Cholil, Hasanudin. (2009). Tes Kemampuan Komponen Fisik Dasar Cabang-Cabang Olahraga. Bandung: Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga FPOK UPI.

Depdiknas. (2007). Tes Kesegaran Jasmani Indonesia. Jakarta: Depdiknas

Giriwijoyo. S. (2005). Ilmu Faal Olahraga: Kebugaran Jasmani. Bandung : FPOK- Universitas Pendidikan Indonesia.

Harsono. (1988). Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis Dalam Coaching. Bandung : CV. Tambak Kusuma.

Lhaksana, J. dkk. (2006). Futsal Coaching Clinic Kelme Futsalismo. Jakarta : Difamata Sport EO.

Nurhasan. (2002). Pengembangan Sistem pembelajaran Modul Mata Kuliah Statistik. Bandung. FPOK UPI.

(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hidup sehat adalah harapan semua orang tetapi kesehatan tidak akan

pernah diperoleh apabila tanpa diikuti oleh usaha yang memadai. Apabila kehidupan kita terus menerus dimanjakan dengan segala sesuatu yang otomatis dan instan, pada akhirnya bisa mengakibatkan kita menjadi manusia yang kurang

gerak. Kurang gerak salah satu hal yang mempengaruhi rendahnya tingkat kebugaran jasmani seseorang. Disadari atau tidak, sebenarnya kebugaran jasmani

itu merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia karena kebugaran jasmani bersenyawa dengan hidup manusia (Depdiknas, 2007).

Kebugaran jasmani adalah kesanggupan dan kemampuan untuk melakukan

pekerjaan dengan efisien tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti (Nurhasan, 2007). Kebugaran jasmani erat kaitannya dengan kegiatan manusia melakukan

pekerjaan dan bergerak. Kebugaran jasmani yang dibutuhkan manusia untuk bergerak dan melakukan pekerjaan bagi setiap individu tidak sama, sesuai dengan

gerak atau pekerjaan yang dilakukan. Kebugaran jasmani yang dibutuhkan setiap orang berbeda tergantung aktivitas yang dijalani dalam kehidupan sehari-hari. Seorang TNI membutuhkan tingkat kebugaran jasamani yang berbeda dengan

seorang atlet. Kebugaran jasmani yang dibutuhkan oleh seorang atlet pun berbeda sesuai dengan tingkatan umur atlet tersebut.

(3)

secara teratur. Olahraga adalah salah satu aktivitas yang dapat meningkatkan kebugaran jasmani. Secara umum pembinaan olahraga di Indonesia diarahkan

untuk meningkatkan kebugaran jasmani dan kesehatan seluruh masyarakat, sedangkan secara khusus pembinaan olahraga diarahkan untuk pencapaian

prestasi, baik di tingkat regional, nasional, maupun internasional. Cabang olahraga prestasi tersebut dapat diterapkan di lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah. Salah satu cabang olahraga prestasi yang diterapkan di

sekolah adalah Futsal.

Futsal merupakan salah satu cabang olahraga permainan yang dimainkan

oleh dua regu yang masing-masing regu terdiri dari 5 orang pemain yang salah satunya adalah penjaga gawang. Ukuran lapangan futsal dan bolanya pun lebih

kecil dibandingkan sepakbola lapangan rumput. Aturannya pun tidak sama dengan sepakbola. Aturan permainan futsal dengan sengaja dibuat sangat ketat oleh FIFA agar nilai Fair Play terjadi dan sekaligus untuk menghindari cedera berhubung

lapangan permainan futsal (untuk pertandingan internasional) bukan terbuat dari runput, tetapi dari kayu atau plastik/rubber, sehingga apabila terjadi benturan akan

sangat berbahaya bagi para pemain.

Karena ukuran lapangan yang lebih kecil, dan jumlah pemain lebih sedikit, permainan Futsal lebih dinamis karena gerakan yang cepat dan berbeda dengan

sepakbola, maka dari itu jumlah gol yg diciptakan dalam permainan futsal, umumnya jauh lebih banyak. Disamping itu di futsal pemain juga di pelajari untuk

(4)

Eropa/Amerika Latin Futsal telah dimainkan dari usia muda (5thn ke atas).aeperti banyaknya pemain sepakbola yang terkenal mulai karirnya dari futsal, antara lain,

Robinho, Zidane dll.

Tujuan dari futsal itu sendiri adalah memasukan bola ke gawang lawan

dan mencegah terjadinya gol ke gawang sendiri, dengan memanipulasi bola dengan kaki. Selain lima pemain utama tadi, setiap regu diperbolehkan memiliki pemain cadangan.

Futsal merupakan cabang olahraga yang asal mulanya dari cabang olahraga sepakbola, Karena itu teknik permainan futsal sama dengan teknik dasar

sepakbola. Banyak teknik dasar yang dilakukan dalam futsal juga dilakukan dalam sepakbola konvensional. Menurut Justinus dkk, (2006:8-10) teknik dasar

futsal yaitu : mengumpan (passing), menahan bola (control), mengumpan lambung (chipping), menggiring bola (dribbling), dan menembak (shooting).

Teknik dasar di atas menjadi karakteristik cabang olahraga futsal. Apabila

dari kelima aspek keterampilan teknik dasar futsal di atas telah dikuasai, maka pemain dapat bermain futsal secara baik. Dalam pencapaian prestasi maksimal,

diperlukan beberapa faktor penunjang dalam olahraga futsal. Faktor-faktor tersebut menurut Harsono (1988:100) yaitu : “. . . ada empat aspek latihan yang perlu diperhatikan dan dilatih secara seksama oleh atlet, yaitu (a) latihan fisik, (b) latihan teknik, (c) latihan taktik, dan (d) latihan mental”. Keempat faktor ini

mutlak harus dimiliki seorang atlet futsal.

(5)

pemain tersebut dapat bermain futsal dengan baik pula. Untuk itu seorang pemain harus menguasai beberapa teknik dasar futsal. Salah satu teknik dasar yang harus

dikuasai dalam bermain futsal adalah menendang. Teknik dasar menurut Sudrajat yang dikutip Lingling dkk, (1997:38) adalah : „Teknik dasar adalah merupakan

keterampilan-keterampilan pokok yang harus dikuasai untuk dapat berprestasi tinggi‟.

Oleh karena itu, untuk dapat bermain Futsal harus menguasai teknik-teknik

dasar Futsal yang baik. Untuk dapat menghasilkan permainan Futsal yang optimal, maka seorang pemain harus dapat menguasai teknik-teknik dalam

permainan. Permainan Futsal membutuhkan kecepatan, kelincahan, kekuatan, dan daya tahan hal tersebut sejalan dengan beberapa unsur kebugaran jasmani yang

diungkapkan oleh Nurhasan (2007) antara lain : kekuatan, kecepatan, kelentukan, kelincahan dan daya tahan (Nurhasan, 2007). Menurut Untoro (2002), permainan futsal memerlukan keterampilan yang berhubungan dengan kebugaran tubuh,

yaitu kekuatan atau daya ledak otot, kecepatan dan kelincahan.

Dan untuk dapat memiliki kemapuan teknik dasar yang baik perlu dimiliki

juga tingkat kebugaran yang baik. Selain itu secara tidak langsung tingkat kemampuan fisik orang tersebut akan meningkat dan dapat dipastikan pula bahwa kemampuan fisik yang tinggi akan menghasilkan kebugaran jasmani yang tinggi

pula Kondisi fisik yang baik harus dimiliki seorang atlet karena merupakan syarat yang tidak dapat diabaikan dan penting sekali dalam mencapai prestasi yang

(6)

Untuk mengetahui dan menilai tingkat kebugaran jasmani seseorang atlet dapat dilakukan dengan pengukuran. Pengukuran kebugaran jasmani dilakukan

dengan tes kebugaran jasmani. Untuk melakukan tes diperlukan adanya alat/instrumen. Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI) merupakan salah satu

bentuk instrument untuk mengukur tingkat kebugaran jasmani (Depdiknas, 2007). Disini peneliti mengambil tester dari tim futsal SMA Negeri 16 Bandung, karena tim futsal ini bisa dibilang sebagai tim futsal di kota bandung yang

prestasinya secara konsisten baik, bahkan cenderung dari tiap tahun ke tahun prestasi futsal SMA Negeri 16 Bandung menanjak, dengan konsistensi prestasi

yang bisa dibilang mengkilap itu, maka peneliti ingin sekali mengetahui dan meneliti tingkat kebugaran jasmani tim futsal SMA Negeri 16 Bandung.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti bertujuan mengidentifikasi atau menganalisis tingkat kebugaran jasmani atlet Futsal dengan menggunakan sampel atlet yang berasal dari anggota ekstrakulikuler Futsal SMA Negeri 16

Bandung dengan judul penelitian “PROFIL TINGKAT KEBUGARAN JASMANI ATLET FUTSAL SMA NEGERI 16 BANDUNG”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah yang telah dikemukakan, penulis

(7)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini memiliki tujuan yang ingin dicapai yaitu: “Untuk mengidentifikasi tingkat kebugaran jasmani pada atlet futsal SMA Negeri 16 Bandung”

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang serta tujuan penelitian, maka manfaat yang diharapkan oleh penulis melalui penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat secara teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi keilmuan bagi seorang pelatih dan atlet sebagai masukan pada saat

memberikan materi latihan fisik dan teknik dalam menjalankan profesinya. 2. Manfaat secara praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi penulis khususnya, para pelatih, dan atlet pada umumnya dalam menentukan dan menerapkan latihan yang efektif untuk meningkatkan

kemampuan shooting pada olahraga futsal.

E. Definisi Istilah

Untuk menghindari salah tafsir dalam penelitian ini, maka penulis membatasi istilah- istilah sebagai berikut :

1. Tingkat adalah Kedudukan. Dalam penelitian ini tingkat yang dimaksud adalah kedudukan atau seberapa tinggi keadaan kebugaran jasmani atlet futsal SMAN

16 Bandung.

(8)

dan fleksibilitas. Menurut Gabbard (1987:50) “Kesegaran jasmani mempunyai beberapa komponen.” Komponen-komponen itu adalah :

kecepatan, kekuatan, keseimbangan dan kordinasi. Kecepatan adalah suatu kemampuan untuk bergerak dari satu tempat ke tempat yan lain dalam waktu sesingkat mungkin. Kekuatan adalah kemampuan melawan tahanan dengan suatu kecepatan dan kontraksi yang tinggi. Keseimbangan adalah suatu kemampuan mempertahankan posisi tubuh dalam keseimbangan pada situasi gerakan statis maupun dinamis. Koordinasi adalah kemampuan untuk menggabungkan sistim motor dan sensori menjadi suatu pola gerak yang lebih efisien.

3. Futsal menurut Murhananto (2006:6) adalah permainan sepakbola dalam ruangan, asal kata dari Futbol atau Futebol (bahasa Spanyol atau Portugal) yang berarti permainan sepakbola dan Salon atau Sala (dari bahasa Perancis

atau Spanyol) yang berarti ruangan.

F. Batasan Penelitian

Batasan masalah sangat perlu dinyatakan sebagai pembatasan masalah penelitian itu sendiri agar penelitian lebih terarah dan akan memperoleh suatu

gambaran yang jelas. Oleh karena itu penulis membatasi masalah sebagai berikut : 1. Sampel penelitian merupakan atlet putra Futsal SMAN 16 Bandung.

2. Instrumen atau alat ukur yang digunakan adalah Tes Kesegaran Jasmani Indonesia untuk remaja usia 16-19 Tahun yang meliputi tes : Lari 60 meter, gantung siku tekuk 60 detik (pull up), baring duduk (sit up) 60 detik, loncat

(9)

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Proses suatu penelitian hendaknya dapat ditentukan suatu metode

penelitian yang akan digunakan, hal ini berdasarkan pada suatu pemahaman bahwa metode penelitian dapat dijadikan suatu cara atau langkah untuk memperoleh suatu data, menganalisis data, sehingga pada akhirnya akan

mendapatkan hasil dari sasaran serta tujuan penelitian yang dilakukan. Dalam mencapai tujuan yang diinginkan pada sebuah penelitian yang dilakukan maka

penting sekali bagi peneliti untuk memilih metode penelitian yang tepat sebagai metode penelitian yang akan dipakai dalam penelitian. Pada proses sebuah penelitian penggunaan metode penelitian sangat tergantung kepada permasalahan

yang akan dibahas, hal ini dapat diartikan bahwa penggunaan suatu metode penelitian dapat dilihat dari segi efektivitas, efisiensi, serta relevansinya metode

penelitian tersebut dengan permasalahan pada sebuah penelitian yang dilakukan. Metode penelitian dikatakan efektif dalam hal ini dapat diartikan bahwa

selama pelaksanaan penelitian dapat terlihat adanya suatu perubahan positif ke arah tujuan yang diharapkan. Sedangkan apabila dalam pelaksanaan penelitian penggunaan waktu, fasilitas, biaya, dan tenaga dapat terlaksana dengan sehemat

mungkin akan tetapi tujuan dari penelitian tetap tercapai, maka metode tersebut dapat dikatakan efesien dalam sebuah penelitian. Selanjutnya penelitian dapat

(10)

waktu penggunaan hasil pengolahan dengan tujuan yang akan dicapai pada suatu penelitian tidak terjadi penyimpangan.

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Permasalahan dalam penelitian yang penulis lakukan secara umum

yaitu profil tingkat kebugaran jasmani atlet futsal SMAN 16 Bandung. Dengan penggunaan metode deskriptif ini diharapkan dapat menggambarkan suatu gambaran yang menunjukan pemecahan terhadap suatu permasalahan dalam hal

ini terdapat sebuah gambaran atau proses pemecahan masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian dilaksanakan. Hal ini sesuai dengan

pengertian metode deskriptif itu sendiri yang dijelaskan oleh Sudjana (1989:64),

“Penelitian deskriptif mengambil masalah atau memusatkan perhatian kepada

masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian dilaksanakan”. Lebih lanjut diungkapkan Sukardi (2003:162), “Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan objek atau subjek

yang diteliti sesuai dengan apa adanya”. Dari pemaparan di atas dapat diambil

kesimpulan penelitian deskriptif adalah penelitian yang menggambarkan suatu

kejadian atau peristiwa yang terjadi pada masa sekarang. B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

(11)

2. Sampel

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik total sampling, dengan

mengambil semua populasi untuk dijadikan sumber data. Dalam teknik ini penulis menggunakan pengetahuannya dalam melakukan pertimbangan memilih sampel. Menurut Arikunto (2006:131) : “Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang

teliti”. Sedangkan dalam menentukan jumlah sampel penelitian, penulis

berpedoman pada pendapat Arikunto (2006:134), yaitu :

“Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subjeknya kurang dari 100,

lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Hal ini selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih”

Sampel atlet yang diambil untuk penelitian ini adalah atlet putera dari ekstrakulikuler Futsal SMAN 16 Bandung. Dari data yang diperoleh dari pembina

ekstrakulikuler Futsal SMAN 16 Bandung jumlah atlet Futsal SMAN 16 Bandung yang masih aktif adalah 20 orang putera.

C. Variabel Penelitian

Variabel penelitian menurut Suharsimi Arikunto (2002 : 96) adalah obyek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Dan variabel

sebagai obyek penelitian, maka ada variabel yang mempengaruhi dan ada variabel akibat. Variabel yang mempengaruhi disebut dengan variabel penyebab, variabel

bebas atau independent, sedangkan variabel akibat disebut variabel tidak bebas atau variabel tergantung, variabel terikat atau dependent. Dalam penelitian ini

(12)

D. Alur Penelitian

Adapun alur-alur penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 3.1 Alur-alur Penelitian E. Prosedur Penelitian

Jenis penelitian ini adalah survey tes, dan dilakukan langkah-langkah

sebagai berikut:

a. Mengajukan proposal kepada dosen pembimbing. b. Mengajukan surat ijin penelitian.

c. Menentukan populasi dan sampel.

d. Mengadakan tes kesegaran jasmani indonesia kepada sampel

Tes dilakukan pada

Hari dan Tanggal : Jumat, Sabtu, dan Minggu (14, 15 dan, 16 Sept 2012)

Sampel

Tes Kebugaran Jasmani Indonesia

Pengolahan dan Analisis Data

Kesimpulan

(13)

Tempat : SABUGA (Sasana Budaya Ganesha) Waktu : 15.00 s/d Selesai Wib.

F. Instrumen Penelitian

Untuk menghasilkan data dalam penelitian ini, dapat digunakan alat

pengumpul data atau yang disebut instrument penelitian. Data tersebut didapat dari hasil pengukuran dan pengetesan melalui alat pengumpulan data. Berkaitan penelitian ini tes yang digunakan adalah tes kebugaran jasmani indonesia untuk

anak usia SMA.

G. Teknik Pengambilan Data

Untuk mengumpulkan data dari sampel penelitian diperlukan alat yang disebut instrument. Instrument penelitian adalah alat-alat yang digunakan dalam

penelitian terutama berkaitan dengan proses bpengumpulan data. Nurhasan (2000 : 1) menjelaskan mengenai tes dan pengukuran yaitu : “Suatu alat yang digunakan

dalam memperoleh data dari suatu objek yang akan diukur, sedangkan pengukuran merupakan suatu proses untuk memperoleh data. “

Penelitian ini memerlukan suatu alat pengumpul data yang betul-betul

dirancang, disusun dengan baik agar penelitian ini berhasil. Data tersebut diperoleh melalui suatu tes dan pengukuran. Instrumen penelitian yang digunakan

oleh peneliti adalah Tes Kesegaran Jasmani Indonesia. Untuk memperoleh data dalam penelitian ini penulis menggunakan Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI) untuk umur 16-19 Tahun yang dirancang dalam modul Tes dan

(14)

5 (lima) item tes dengan tingkat validitas sebesar = 0,92 dan Reliabilitas = 0,72. Adapun tata cara pelaksanaan tes kebugaran jasmani adalah sebagai berikut :

1. Lari Cepat 60 Meter

Gambar 3.2 Pelaksanaan Lari Tujuan : Untuk mengukur kecepatan lari

Alat/Fasilitas :

 Lintasan lurus, rata dan tidak licin, jarak antara garis start dan finish 60 meter  Peluit

 Stop watch

 Bendera start dan tiang pancang

Pelaksanaan : Subyek berdiri di belakang garis start dengan sikap berdiri,

aba-aba “ya” subyek lari ke depan secepat mungkin menempuh jarak 60 meter. Pada

(15)

2. Tes Angkat Tubuh (pull up) 60 Detik

Gambar 3.3 Permulaan angkat tubuh

Gambar 3.4 Gerakan angkat tubuh

Tujuan : Mengukur kekuatan dan daya tahan otot lengan dan otot

(16)

Alat/Fasilitas :

 Lantai yang rata dan bersih

 Palang tunggal, yang tinggi rendahnya dapat diatur sehingga

subyek dapat bergantung  Stop watch

 Formulir pencatat hasil

Pelaksanaan : Subyek bergantung pada palang tunggal, sehingga kepala, badan dan tungkai lurus. Kedua lengan dibuka selebar bahu dan keduanya

lurus. Kemudian subyek mengangkat tubuhnya, dengan membengkokkan kedua lengan, sehingga dagu menyentuh atau melewati palang tunggal, kemudian kembali ke sikap semula. Lakukan gerakan tersebut secara

berulang-ulang, tanpa istirahat selama 60 detik. 3. Tes Baring Duduk (sit up) 60 Detik

Gambar 3.5

(17)

Gambar 3.6

Gerakan tes baring duduk

Tujuan : Mengukur kekuatan dan daya tahan otot perut Alat/Fasilitas :

 Lantai/lapangan rumput yang bersih

 Stop watch

 Formulir pencatat hasil  Alat tulis

Pelaksanaan : Subyek berbaring di atas lantai atau rumput. Kedua lutut

ditekuk ± 90º. Kedua tangan dilipat dan diletakkan di belakang kepala dengan jari tangan saling berkaitan dan kedua lengan menyentuh lantai. Salah seorang teman subyek membantu memegang dan menekan kedua

pergelangan kaki, agar kakisubyek tidak terangkat. Pada aba-aba “ya”, subyek bergerak mengambil sikap duduk, sehingga kedua sikunya

(18)

4. Loncat Tegak (vertical jump)

Gambar 3.7 Permulaan Loncat Tegak

(19)

Gambar 3.9 Gerak loncat tegak

Tujuan : Mengukur daya ledak (tenaga eksplosif) otot tungkai Alat/Fasilitas :

 Dinding yang rata dan lantai yang rata dan cukup luas

 Papan berwarna gelap berukuran 30 x 150 cm, berskala satuan

ukuran sentimeter, yang digantung pada dinding, dengan ketinggian jarak antara lantai dengan angka 0 (nol) pada papan

skala ukuran 150 cm

 Serbuk kapur dan alat penghapus

 Formulir pencatatan hasil tes dan alat tulis

Pelaksanaan : Subyek berdiri tegak dekat dinding, kedua kaki, papan dinding berada di samping tangan kiri atau kanannya. Kemudian tangan yang berada dekat dinding diangkat lurus ke atas telapak tangan

(20)

mengambil sikap awalan dengan membengkokkan kedua lutut dan kedua tangan diayun ke belakang, kemudian subyek meloncat setinggi mungkin

sambil menepuk papan berskala dengan tangan yang terdekat dengan dinding, sehingga meninggalkan bekas raihan pada papan berskala. Tanda

ini menampilkan tinggi raihan loncatan subyek tersebut. Subyek diberi kesempatan melakukan sebanyak tiga kali loncatan.

5. Lari 1200 Meter

Gambar 3.10

Pelaksanaan Tes Lari 1200m

Gambar 3.11

Posisi tester melewati garis finish

(21)

Alat/Fasilitas :

 Lapangan yang rata atau lintasan yang telah diketahui panjangnya mudah

untuk menentukan jarak 1200 meter  Bendera start dan tiang pancang  Peluit

 Stop watch

 Nomor dada

 Formulir pencatatan hasil tes dan alat tulis

 Tanda/garis untuk start dan finish

Pelaksanaan : Subyek berdiri di belakang garis start. Pada aba-aba “siap”

subyek mengambil sikap start berdiri untuk siap lari. Pada aba-aba “ya” subyek lari menuju garis finish, dengan menempuh jarak 1200 meter. Bila ada subyek yang mencuri start, maka subyek tersebut dapat mengulangi tes tersebut. Adapun

kriteria penilaian tiap butir tes adalah sebagai berikut: Tabel 3. 1 Tes Lari Cepat 60 Meter

Putera Nilai

Sd –7.2” 5

7.3” –8.3” 4

8.4” –9.6” 3

9.7” –11.0” 2

(22)

Tabel 3. 2 Tes Angkat Tubuh Selama 60 Detik

Tabel 3. 3 Tes Baring Duduk 60 Detik

Putera Nilai

Tabel 3. 4 Tes Loncat Tegak

Putera Nilai

Untuk menetukan Tingkat Kebugaran Jasmani, langkah-langkahnya adalah sebagai berikut,

1. Jumlahkan kelima butir tes

(23)

Tabel 3. 6 Norma Tes Kebugaran Jasmani

H. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Setelah data dari tes terkumpul, langkah selanjutnya adalah mengolah data dan analisis data. Langkah-langkah pengolahan data tersebut ditempuh dengan

prosedur sebagai berikut :

1. Setelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya data dimasukkan ke

dalam microsof excel (entry data) sesuai dengan kelompok masing-masing tes tujuanya adalah agar data yang diperoleh bisa lebih mudah untuk diolah. 2. Setelah entry data selanjutnya data ditabulasikan ke dalam tabel, sesuai

dengan macam-macam tes yang dilakukan. Tujuannya supaya data lebih rapih sehingga mempermudah dalam menganalisis.

3. Setelah tabulasi data tersebut dianalisis dan diklasifikasikan dalam Penilaian Acuan Patokan (PAP) dari buku Tes Kebugaran Jasmani Indonesia.

4. Setelah di klasifikasikan data kemudian di presentasikan sesuai dengan

masing-masing klasifikasi.

5. Langkah terakhir setelah data di analisis dan di klasifikasikan melalui

(24)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Sesuai dengan analisis dan pembahasan hasil penelitian yang diperoleh,

maka dapat disimpulkan :

a. Tidak ada atlet futsal SMA Negeri 16 bandung yang masuk dalam kategori

baik sekali dan baik.

b. Atlet futsal yang masuk dalam kategori sedang atau cukup sebanyak 95% .

c. Atlet futsal yang masuk dalam kategori kurang sebanyak 5%.

Dari gambaran tersebut secara umum dapat dikatakan bahwa tingkat kebugaran jasmani atlet Futsal SMA Negeri 16 Bandung berada dalam kategori

sedang. B. Saran

Melihat dari hasil penelitian tentang kebugaran jasamani atlet Futsal SMA Negeri 16 Bandung, maka penulis mengajukan beberapa saran:

1. Bagi pelatih atau pembina olahraga SMA Negeri 16 Bandung diharapkan

untuk meningkatkan kebugaran jasmani pada atletnya yaitu dengan cara membuat program olahraga yang sistematis dan progresif, menyediakan

fasilitas yang memadai, menyiapkan tenaga pelatih yang kompeten, dan meningkatkan sarana dan prasarana penunjang atlet. Sehingga atlet bisa ikut serta dalam membantu meningkatkan olahraga nasional.

(25)

meningkat apabila dilakukan secara terus menerus kontinu. Kebugaran jasmani pula berpengaruh terhadap aktivitas kerja sehari-hari.

3. Bagi teman-teman mahasiswa yang akan mengadakan penelitian yang berakaitan dengan kebugaran jasmani di SMA Negeri 16 Bandung

Khususnya, umumnya di SMA yang lain. Penulis menyarankan untuk melakukan penelitian yang berkenaan dengan hal-hal yang dapat mempengaruhi kondisi kebugaran jasmani di SMA tersebut.

4. Menyarankan bagi teman-teman peneliti untuk mengobservasi tingkat kebugaran jasmani SMA yang lain, agar mengetahui apakah tingkat

kebugaran jasmani SMA lain lebih baik atau bahkan kurang dari SMA Negeri 16 Bandung.

(26)
(27)

B. Pengertian Kebugaran Jasmani ...

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode Penelitian ...

BAB IV HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

A. Analisis Dan Deskriptif Data ... 44

B. Diskusi Penemuan ... 52

(28)

A. Kesimpulan ... 56

B. Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 58

LAMPIRAN

(29)

DAFTAR TABEL

Tabel

3.1 ... 41

3.2 ... 42

3.3 ... 42

3.4 ... 42

3.5 ... 42

3.6 ... 43

4.1 ... 44

4.2 ... 46

4.3 ... 47

4.4 ... 48

4.5 ... 50

4.6 ... 51

4.7 ... 54

(30)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

2.1 ... 14

3.1 ... 32

3.2 ... 34

3.3 ... 35

3.4 ... 35

3.5 ... 36

3.6 ... 37

3.7 ... 38

3.8 ... 38

3.9 ... 39

3.10 ... 40

3.11 ... 40

4.1 ... 45

4.2 ... 46

4.3 ... 47

4.4 ... 49

4.5 ... 50

Gambar

Gambar 3.1 Alur-alur Penelitian
Gambar 3.2 Pelaksanaan Lari
Gambar 3.4 Gerakan angkat tubuh
Gambar 3.7 Permulaan Loncat Tegak
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan data hasil penelitian yang diperoleh dapat diketahui jumlah presentase dari kategori kebugaran jasmani antara siswa yang mengikuti ekstrakurikuler futsal

Dari hasil penelitian tentang perbandingan kebugaran jasmani, dapat diketahui bahwa tingkat kebugaran jasmani antara siswa kelas X SMAN 1 Mojosari, MAN Mojosari, dan SMKN 1

Melihat dari hasil tes tingkat kebugaran jasmani siswa ekstrakurikuler futsal SMA Negeri 1 Tegalwaru secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa kemampuan

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan tingkat kebugaran jasmani yang signifikan antara atlet bola voli indoor dan atlet bolavoli pasir adalah tingkat kebugran

Tingkat Kebugaran Jasmani Murid SD Inpres Bertingkat Mamajang IV Deskripsi data hasil penelitian mengenai tingkat kebugaran jasmani murid SD Inpres Mamajang IV diperoleh nilai Range =

Twio Baltiro Chagi, 2023 DESKRIPSI TINGKAT KEBUGARAN JASMANI ATLET DRUMBAND KOTA BEKASI DAN KOTA BANDUNG PADA PEKAN OLAHRAGA PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2022 STUDI EX POST FACTO

Perbedaan tingkat kebugaran jasmani atlet eSports dan gamer berdasarkan hasil penelitian adalah disebabkan oleh perbedaan tingkat aktivitas berolahraga yakni, frekuensi berolahraga

"SURVEI TINGKAT KEBUGARAN JASMANI ATLET KARATE DOJO REDLAND HALONG USIA 16 - 19 TAHUN DALAM PERSIAPAN KEJURDA REDLAND II 2019 DI AMBON", MANGGUREBE: Journal Physical Education, Health