DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Cholil, Hasanudin. (2009). Tes Kemampuan Komponen Fisik Dasar Cabang-Cabang Olahraga. Bandung: Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga FPOK UPI.
Depdiknas. (2007). Tes Kesegaran Jasmani Indonesia. Jakarta: Depdiknas
Giriwijoyo. S. (2005). Ilmu Faal Olahraga: Kebugaran Jasmani. Bandung : FPOK- Universitas Pendidikan Indonesia.
Harsono. (1988). Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis Dalam Coaching. Bandung : CV. Tambak Kusuma.
Lhaksana, J. dkk. (2006). Futsal Coaching Clinic Kelme Futsalismo. Jakarta : Difamata Sport EO.
Nurhasan. (2002). Pengembangan Sistem pembelajaran Modul Mata Kuliah Statistik. Bandung. FPOK UPI.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hidup sehat adalah harapan semua orang tetapi kesehatan tidak akan
pernah diperoleh apabila tanpa diikuti oleh usaha yang memadai. Apabila kehidupan kita terus menerus dimanjakan dengan segala sesuatu yang otomatis dan instan, pada akhirnya bisa mengakibatkan kita menjadi manusia yang kurang
gerak. Kurang gerak salah satu hal yang mempengaruhi rendahnya tingkat kebugaran jasmani seseorang. Disadari atau tidak, sebenarnya kebugaran jasmani
itu merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia karena kebugaran jasmani bersenyawa dengan hidup manusia (Depdiknas, 2007).
Kebugaran jasmani adalah kesanggupan dan kemampuan untuk melakukan
pekerjaan dengan efisien tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti (Nurhasan, 2007). Kebugaran jasmani erat kaitannya dengan kegiatan manusia melakukan
pekerjaan dan bergerak. Kebugaran jasmani yang dibutuhkan manusia untuk bergerak dan melakukan pekerjaan bagi setiap individu tidak sama, sesuai dengan
gerak atau pekerjaan yang dilakukan. Kebugaran jasmani yang dibutuhkan setiap orang berbeda tergantung aktivitas yang dijalani dalam kehidupan sehari-hari. Seorang TNI membutuhkan tingkat kebugaran jasamani yang berbeda dengan
seorang atlet. Kebugaran jasmani yang dibutuhkan oleh seorang atlet pun berbeda sesuai dengan tingkatan umur atlet tersebut.
secara teratur. Olahraga adalah salah satu aktivitas yang dapat meningkatkan kebugaran jasmani. Secara umum pembinaan olahraga di Indonesia diarahkan
untuk meningkatkan kebugaran jasmani dan kesehatan seluruh masyarakat, sedangkan secara khusus pembinaan olahraga diarahkan untuk pencapaian
prestasi, baik di tingkat regional, nasional, maupun internasional. Cabang olahraga prestasi tersebut dapat diterapkan di lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah. Salah satu cabang olahraga prestasi yang diterapkan di
sekolah adalah Futsal.
Futsal merupakan salah satu cabang olahraga permainan yang dimainkan
oleh dua regu yang masing-masing regu terdiri dari 5 orang pemain yang salah satunya adalah penjaga gawang. Ukuran lapangan futsal dan bolanya pun lebih
kecil dibandingkan sepakbola lapangan rumput. Aturannya pun tidak sama dengan sepakbola. Aturan permainan futsal dengan sengaja dibuat sangat ketat oleh FIFA agar nilai Fair Play terjadi dan sekaligus untuk menghindari cedera berhubung
lapangan permainan futsal (untuk pertandingan internasional) bukan terbuat dari runput, tetapi dari kayu atau plastik/rubber, sehingga apabila terjadi benturan akan
sangat berbahaya bagi para pemain.
Karena ukuran lapangan yang lebih kecil, dan jumlah pemain lebih sedikit, permainan Futsal lebih dinamis karena gerakan yang cepat dan berbeda dengan
sepakbola, maka dari itu jumlah gol yg diciptakan dalam permainan futsal, umumnya jauh lebih banyak. Disamping itu di futsal pemain juga di pelajari untuk
Eropa/Amerika Latin Futsal telah dimainkan dari usia muda (5thn ke atas).aeperti banyaknya pemain sepakbola yang terkenal mulai karirnya dari futsal, antara lain,
Robinho, Zidane dll.
Tujuan dari futsal itu sendiri adalah memasukan bola ke gawang lawan
dan mencegah terjadinya gol ke gawang sendiri, dengan memanipulasi bola dengan kaki. Selain lima pemain utama tadi, setiap regu diperbolehkan memiliki pemain cadangan.
Futsal merupakan cabang olahraga yang asal mulanya dari cabang olahraga sepakbola, Karena itu teknik permainan futsal sama dengan teknik dasar
sepakbola. Banyak teknik dasar yang dilakukan dalam futsal juga dilakukan dalam sepakbola konvensional. Menurut Justinus dkk, (2006:8-10) teknik dasar
futsal yaitu : mengumpan (passing), menahan bola (control), mengumpan lambung (chipping), menggiring bola (dribbling), dan menembak (shooting).
Teknik dasar di atas menjadi karakteristik cabang olahraga futsal. Apabila
dari kelima aspek keterampilan teknik dasar futsal di atas telah dikuasai, maka pemain dapat bermain futsal secara baik. Dalam pencapaian prestasi maksimal,
diperlukan beberapa faktor penunjang dalam olahraga futsal. Faktor-faktor tersebut menurut Harsono (1988:100) yaitu : “. . . ada empat aspek latihan yang perlu diperhatikan dan dilatih secara seksama oleh atlet, yaitu (a) latihan fisik, (b) latihan teknik, (c) latihan taktik, dan (d) latihan mental”. Keempat faktor ini
mutlak harus dimiliki seorang atlet futsal.
pemain tersebut dapat bermain futsal dengan baik pula. Untuk itu seorang pemain harus menguasai beberapa teknik dasar futsal. Salah satu teknik dasar yang harus
dikuasai dalam bermain futsal adalah menendang. Teknik dasar menurut Sudrajat yang dikutip Lingling dkk, (1997:38) adalah : „Teknik dasar adalah merupakan
keterampilan-keterampilan pokok yang harus dikuasai untuk dapat berprestasi tinggi‟.
Oleh karena itu, untuk dapat bermain Futsal harus menguasai teknik-teknik
dasar Futsal yang baik. Untuk dapat menghasilkan permainan Futsal yang optimal, maka seorang pemain harus dapat menguasai teknik-teknik dalam
permainan. Permainan Futsal membutuhkan kecepatan, kelincahan, kekuatan, dan daya tahan hal tersebut sejalan dengan beberapa unsur kebugaran jasmani yang
diungkapkan oleh Nurhasan (2007) antara lain : kekuatan, kecepatan, kelentukan, kelincahan dan daya tahan (Nurhasan, 2007). Menurut Untoro (2002), permainan futsal memerlukan keterampilan yang berhubungan dengan kebugaran tubuh,
yaitu kekuatan atau daya ledak otot, kecepatan dan kelincahan.
Dan untuk dapat memiliki kemapuan teknik dasar yang baik perlu dimiliki
juga tingkat kebugaran yang baik. Selain itu secara tidak langsung tingkat kemampuan fisik orang tersebut akan meningkat dan dapat dipastikan pula bahwa kemampuan fisik yang tinggi akan menghasilkan kebugaran jasmani yang tinggi
pula Kondisi fisik yang baik harus dimiliki seorang atlet karena merupakan syarat yang tidak dapat diabaikan dan penting sekali dalam mencapai prestasi yang
Untuk mengetahui dan menilai tingkat kebugaran jasmani seseorang atlet dapat dilakukan dengan pengukuran. Pengukuran kebugaran jasmani dilakukan
dengan tes kebugaran jasmani. Untuk melakukan tes diperlukan adanya alat/instrumen. Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI) merupakan salah satu
bentuk instrument untuk mengukur tingkat kebugaran jasmani (Depdiknas, 2007). Disini peneliti mengambil tester dari tim futsal SMA Negeri 16 Bandung, karena tim futsal ini bisa dibilang sebagai tim futsal di kota bandung yang
prestasinya secara konsisten baik, bahkan cenderung dari tiap tahun ke tahun prestasi futsal SMA Negeri 16 Bandung menanjak, dengan konsistensi prestasi
yang bisa dibilang mengkilap itu, maka peneliti ingin sekali mengetahui dan meneliti tingkat kebugaran jasmani tim futsal SMA Negeri 16 Bandung.
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti bertujuan mengidentifikasi atau menganalisis tingkat kebugaran jasmani atlet Futsal dengan menggunakan sampel atlet yang berasal dari anggota ekstrakulikuler Futsal SMA Negeri 16
Bandung dengan judul penelitian “PROFIL TINGKAT KEBUGARAN JASMANI ATLET FUTSAL SMA NEGERI 16 BANDUNG”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah yang telah dikemukakan, penulis
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini memiliki tujuan yang ingin dicapai yaitu: “Untuk mengidentifikasi tingkat kebugaran jasmani pada atlet futsal SMA Negeri 16 Bandung”
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan latar belakang serta tujuan penelitian, maka manfaat yang diharapkan oleh penulis melalui penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat secara teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi keilmuan bagi seorang pelatih dan atlet sebagai masukan pada saat
memberikan materi latihan fisik dan teknik dalam menjalankan profesinya. 2. Manfaat secara praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi penulis khususnya, para pelatih, dan atlet pada umumnya dalam menentukan dan menerapkan latihan yang efektif untuk meningkatkan
kemampuan shooting pada olahraga futsal.
E. Definisi Istilah
Untuk menghindari salah tafsir dalam penelitian ini, maka penulis membatasi istilah- istilah sebagai berikut :
1. Tingkat adalah Kedudukan. Dalam penelitian ini tingkat yang dimaksud adalah kedudukan atau seberapa tinggi keadaan kebugaran jasmani atlet futsal SMAN
16 Bandung.
dan fleksibilitas. Menurut Gabbard (1987:50) “Kesegaran jasmani mempunyai beberapa komponen.” Komponen-komponen itu adalah :
kecepatan, kekuatan, keseimbangan dan kordinasi. Kecepatan adalah suatu kemampuan untuk bergerak dari satu tempat ke tempat yan lain dalam waktu sesingkat mungkin. Kekuatan adalah kemampuan melawan tahanan dengan suatu kecepatan dan kontraksi yang tinggi. Keseimbangan adalah suatu kemampuan mempertahankan posisi tubuh dalam keseimbangan pada situasi gerakan statis maupun dinamis. Koordinasi adalah kemampuan untuk menggabungkan sistim motor dan sensori menjadi suatu pola gerak yang lebih efisien.
3. Futsal menurut Murhananto (2006:6) adalah permainan sepakbola dalam ruangan, asal kata dari Futbol atau Futebol (bahasa Spanyol atau Portugal) yang berarti permainan sepakbola dan Salon atau Sala (dari bahasa Perancis
atau Spanyol) yang berarti ruangan.
F. Batasan Penelitian
Batasan masalah sangat perlu dinyatakan sebagai pembatasan masalah penelitian itu sendiri agar penelitian lebih terarah dan akan memperoleh suatu
gambaran yang jelas. Oleh karena itu penulis membatasi masalah sebagai berikut : 1. Sampel penelitian merupakan atlet putra Futsal SMAN 16 Bandung.
2. Instrumen atau alat ukur yang digunakan adalah Tes Kesegaran Jasmani Indonesia untuk remaja usia 16-19 Tahun yang meliputi tes : Lari 60 meter, gantung siku tekuk 60 detik (pull up), baring duduk (sit up) 60 detik, loncat
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Proses suatu penelitian hendaknya dapat ditentukan suatu metode
penelitian yang akan digunakan, hal ini berdasarkan pada suatu pemahaman bahwa metode penelitian dapat dijadikan suatu cara atau langkah untuk memperoleh suatu data, menganalisis data, sehingga pada akhirnya akan
mendapatkan hasil dari sasaran serta tujuan penelitian yang dilakukan. Dalam mencapai tujuan yang diinginkan pada sebuah penelitian yang dilakukan maka
penting sekali bagi peneliti untuk memilih metode penelitian yang tepat sebagai metode penelitian yang akan dipakai dalam penelitian. Pada proses sebuah penelitian penggunaan metode penelitian sangat tergantung kepada permasalahan
yang akan dibahas, hal ini dapat diartikan bahwa penggunaan suatu metode penelitian dapat dilihat dari segi efektivitas, efisiensi, serta relevansinya metode
penelitian tersebut dengan permasalahan pada sebuah penelitian yang dilakukan. Metode penelitian dikatakan efektif dalam hal ini dapat diartikan bahwa
selama pelaksanaan penelitian dapat terlihat adanya suatu perubahan positif ke arah tujuan yang diharapkan. Sedangkan apabila dalam pelaksanaan penelitian penggunaan waktu, fasilitas, biaya, dan tenaga dapat terlaksana dengan sehemat
mungkin akan tetapi tujuan dari penelitian tetap tercapai, maka metode tersebut dapat dikatakan efesien dalam sebuah penelitian. Selanjutnya penelitian dapat
waktu penggunaan hasil pengolahan dengan tujuan yang akan dicapai pada suatu penelitian tidak terjadi penyimpangan.
Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Permasalahan dalam penelitian yang penulis lakukan secara umum
yaitu profil tingkat kebugaran jasmani atlet futsal SMAN 16 Bandung. Dengan penggunaan metode deskriptif ini diharapkan dapat menggambarkan suatu gambaran yang menunjukan pemecahan terhadap suatu permasalahan dalam hal
ini terdapat sebuah gambaran atau proses pemecahan masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian dilaksanakan. Hal ini sesuai dengan
pengertian metode deskriptif itu sendiri yang dijelaskan oleh Sudjana (1989:64),
“Penelitian deskriptif mengambil masalah atau memusatkan perhatian kepada
masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian dilaksanakan”. Lebih lanjut diungkapkan Sukardi (2003:162), “Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan objek atau subjek
yang diteliti sesuai dengan apa adanya”. Dari pemaparan di atas dapat diambil
kesimpulan penelitian deskriptif adalah penelitian yang menggambarkan suatu
kejadian atau peristiwa yang terjadi pada masa sekarang. B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
2. Sampel
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik total sampling, dengan
mengambil semua populasi untuk dijadikan sumber data. Dalam teknik ini penulis menggunakan pengetahuannya dalam melakukan pertimbangan memilih sampel. Menurut Arikunto (2006:131) : “Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang
teliti”. Sedangkan dalam menentukan jumlah sampel penelitian, penulis
berpedoman pada pendapat Arikunto (2006:134), yaitu :
“Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subjeknya kurang dari 100,
lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Hal ini selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih”
Sampel atlet yang diambil untuk penelitian ini adalah atlet putera dari ekstrakulikuler Futsal SMAN 16 Bandung. Dari data yang diperoleh dari pembina
ekstrakulikuler Futsal SMAN 16 Bandung jumlah atlet Futsal SMAN 16 Bandung yang masih aktif adalah 20 orang putera.
C. Variabel Penelitian
Variabel penelitian menurut Suharsimi Arikunto (2002 : 96) adalah obyek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Dan variabel
sebagai obyek penelitian, maka ada variabel yang mempengaruhi dan ada variabel akibat. Variabel yang mempengaruhi disebut dengan variabel penyebab, variabel
bebas atau independent, sedangkan variabel akibat disebut variabel tidak bebas atau variabel tergantung, variabel terikat atau dependent. Dalam penelitian ini
D. Alur Penelitian
Adapun alur-alur penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Gambar 3.1 Alur-alur Penelitian E. Prosedur Penelitian
Jenis penelitian ini adalah survey tes, dan dilakukan langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Mengajukan proposal kepada dosen pembimbing. b. Mengajukan surat ijin penelitian.
c. Menentukan populasi dan sampel.
d. Mengadakan tes kesegaran jasmani indonesia kepada sampel
Tes dilakukan pada
Hari dan Tanggal : Jumat, Sabtu, dan Minggu (14, 15 dan, 16 Sept 2012)
Sampel
Tes Kebugaran Jasmani Indonesia
Pengolahan dan Analisis Data
Kesimpulan
Tempat : SABUGA (Sasana Budaya Ganesha) Waktu : 15.00 s/d Selesai Wib.
F. Instrumen Penelitian
Untuk menghasilkan data dalam penelitian ini, dapat digunakan alat
pengumpul data atau yang disebut instrument penelitian. Data tersebut didapat dari hasil pengukuran dan pengetesan melalui alat pengumpulan data. Berkaitan penelitian ini tes yang digunakan adalah tes kebugaran jasmani indonesia untuk
anak usia SMA.
G. Teknik Pengambilan Data
Untuk mengumpulkan data dari sampel penelitian diperlukan alat yang disebut instrument. Instrument penelitian adalah alat-alat yang digunakan dalam
penelitian terutama berkaitan dengan proses bpengumpulan data. Nurhasan (2000 : 1) menjelaskan mengenai tes dan pengukuran yaitu : “Suatu alat yang digunakan
dalam memperoleh data dari suatu objek yang akan diukur, sedangkan pengukuran merupakan suatu proses untuk memperoleh data. “
Penelitian ini memerlukan suatu alat pengumpul data yang betul-betul
dirancang, disusun dengan baik agar penelitian ini berhasil. Data tersebut diperoleh melalui suatu tes dan pengukuran. Instrumen penelitian yang digunakan
oleh peneliti adalah Tes Kesegaran Jasmani Indonesia. Untuk memperoleh data dalam penelitian ini penulis menggunakan Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI) untuk umur 16-19 Tahun yang dirancang dalam modul Tes dan
5 (lima) item tes dengan tingkat validitas sebesar = 0,92 dan Reliabilitas = 0,72. Adapun tata cara pelaksanaan tes kebugaran jasmani adalah sebagai berikut :
1. Lari Cepat 60 Meter
Gambar 3.2 Pelaksanaan Lari Tujuan : Untuk mengukur kecepatan lari
Alat/Fasilitas :
Lintasan lurus, rata dan tidak licin, jarak antara garis start dan finish 60 meter Peluit
Stop watch
Bendera start dan tiang pancang
Pelaksanaan : Subyek berdiri di belakang garis start dengan sikap berdiri,
aba-aba “ya” subyek lari ke depan secepat mungkin menempuh jarak 60 meter. Pada
2. Tes Angkat Tubuh (pull up) 60 Detik
Gambar 3.3 Permulaan angkat tubuh
Gambar 3.4 Gerakan angkat tubuh
Tujuan : Mengukur kekuatan dan daya tahan otot lengan dan otot
Alat/Fasilitas :
Lantai yang rata dan bersih
Palang tunggal, yang tinggi rendahnya dapat diatur sehingga
subyek dapat bergantung Stop watch
Formulir pencatat hasil
Pelaksanaan : Subyek bergantung pada palang tunggal, sehingga kepala, badan dan tungkai lurus. Kedua lengan dibuka selebar bahu dan keduanya
lurus. Kemudian subyek mengangkat tubuhnya, dengan membengkokkan kedua lengan, sehingga dagu menyentuh atau melewati palang tunggal, kemudian kembali ke sikap semula. Lakukan gerakan tersebut secara
berulang-ulang, tanpa istirahat selama 60 detik. 3. Tes Baring Duduk (sit up) 60 Detik
Gambar 3.5
Gambar 3.6
Gerakan tes baring duduk
Tujuan : Mengukur kekuatan dan daya tahan otot perut Alat/Fasilitas :
Lantai/lapangan rumput yang bersih
Stop watch
Formulir pencatat hasil Alat tulis
Pelaksanaan : Subyek berbaring di atas lantai atau rumput. Kedua lutut
ditekuk ± 90º. Kedua tangan dilipat dan diletakkan di belakang kepala dengan jari tangan saling berkaitan dan kedua lengan menyentuh lantai. Salah seorang teman subyek membantu memegang dan menekan kedua
pergelangan kaki, agar kakisubyek tidak terangkat. Pada aba-aba “ya”, subyek bergerak mengambil sikap duduk, sehingga kedua sikunya
4. Loncat Tegak (vertical jump)
Gambar 3.7 Permulaan Loncat Tegak
Gambar 3.9 Gerak loncat tegak
Tujuan : Mengukur daya ledak (tenaga eksplosif) otot tungkai Alat/Fasilitas :
Dinding yang rata dan lantai yang rata dan cukup luas
Papan berwarna gelap berukuran 30 x 150 cm, berskala satuan
ukuran sentimeter, yang digantung pada dinding, dengan ketinggian jarak antara lantai dengan angka 0 (nol) pada papan
skala ukuran 150 cm
Serbuk kapur dan alat penghapus
Formulir pencatatan hasil tes dan alat tulis
Pelaksanaan : Subyek berdiri tegak dekat dinding, kedua kaki, papan dinding berada di samping tangan kiri atau kanannya. Kemudian tangan yang berada dekat dinding diangkat lurus ke atas telapak tangan
mengambil sikap awalan dengan membengkokkan kedua lutut dan kedua tangan diayun ke belakang, kemudian subyek meloncat setinggi mungkin
sambil menepuk papan berskala dengan tangan yang terdekat dengan dinding, sehingga meninggalkan bekas raihan pada papan berskala. Tanda
ini menampilkan tinggi raihan loncatan subyek tersebut. Subyek diberi kesempatan melakukan sebanyak tiga kali loncatan.
5. Lari 1200 Meter
Gambar 3.10
Pelaksanaan Tes Lari 1200m
Gambar 3.11
Posisi tester melewati garis finish
Alat/Fasilitas :
Lapangan yang rata atau lintasan yang telah diketahui panjangnya mudah
untuk menentukan jarak 1200 meter Bendera start dan tiang pancang Peluit
Stop watch
Nomor dada
Formulir pencatatan hasil tes dan alat tulis
Tanda/garis untuk start dan finish
Pelaksanaan : Subyek berdiri di belakang garis start. Pada aba-aba “siap”
subyek mengambil sikap start berdiri untuk siap lari. Pada aba-aba “ya” subyek lari menuju garis finish, dengan menempuh jarak 1200 meter. Bila ada subyek yang mencuri start, maka subyek tersebut dapat mengulangi tes tersebut. Adapun
kriteria penilaian tiap butir tes adalah sebagai berikut: Tabel 3. 1 Tes Lari Cepat 60 Meter
Putera Nilai
Sd –7.2” 5
7.3” –8.3” 4
8.4” –9.6” 3
9.7” –11.0” 2
Tabel 3. 2 Tes Angkat Tubuh Selama 60 Detik
Tabel 3. 3 Tes Baring Duduk 60 Detik
Putera Nilai
Tabel 3. 4 Tes Loncat Tegak
Putera Nilai
Untuk menetukan Tingkat Kebugaran Jasmani, langkah-langkahnya adalah sebagai berikut,
1. Jumlahkan kelima butir tes
Tabel 3. 6 Norma Tes Kebugaran Jasmani
H. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Setelah data dari tes terkumpul, langkah selanjutnya adalah mengolah data dan analisis data. Langkah-langkah pengolahan data tersebut ditempuh dengan
prosedur sebagai berikut :
1. Setelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya data dimasukkan ke
dalam microsof excel (entry data) sesuai dengan kelompok masing-masing tes tujuanya adalah agar data yang diperoleh bisa lebih mudah untuk diolah. 2. Setelah entry data selanjutnya data ditabulasikan ke dalam tabel, sesuai
dengan macam-macam tes yang dilakukan. Tujuannya supaya data lebih rapih sehingga mempermudah dalam menganalisis.
3. Setelah tabulasi data tersebut dianalisis dan diklasifikasikan dalam Penilaian Acuan Patokan (PAP) dari buku Tes Kebugaran Jasmani Indonesia.
4. Setelah di klasifikasikan data kemudian di presentasikan sesuai dengan
masing-masing klasifikasi.
5. Langkah terakhir setelah data di analisis dan di klasifikasikan melalui
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Sesuai dengan analisis dan pembahasan hasil penelitian yang diperoleh,
maka dapat disimpulkan :
a. Tidak ada atlet futsal SMA Negeri 16 bandung yang masuk dalam kategori
baik sekali dan baik.
b. Atlet futsal yang masuk dalam kategori sedang atau cukup sebanyak 95% .
c. Atlet futsal yang masuk dalam kategori kurang sebanyak 5%.
Dari gambaran tersebut secara umum dapat dikatakan bahwa tingkat kebugaran jasmani atlet Futsal SMA Negeri 16 Bandung berada dalam kategori
sedang. B. Saran
Melihat dari hasil penelitian tentang kebugaran jasamani atlet Futsal SMA Negeri 16 Bandung, maka penulis mengajukan beberapa saran:
1. Bagi pelatih atau pembina olahraga SMA Negeri 16 Bandung diharapkan
untuk meningkatkan kebugaran jasmani pada atletnya yaitu dengan cara membuat program olahraga yang sistematis dan progresif, menyediakan
fasilitas yang memadai, menyiapkan tenaga pelatih yang kompeten, dan meningkatkan sarana dan prasarana penunjang atlet. Sehingga atlet bisa ikut serta dalam membantu meningkatkan olahraga nasional.
meningkat apabila dilakukan secara terus menerus kontinu. Kebugaran jasmani pula berpengaruh terhadap aktivitas kerja sehari-hari.
3. Bagi teman-teman mahasiswa yang akan mengadakan penelitian yang berakaitan dengan kebugaran jasmani di SMA Negeri 16 Bandung
Khususnya, umumnya di SMA yang lain. Penulis menyarankan untuk melakukan penelitian yang berkenaan dengan hal-hal yang dapat mempengaruhi kondisi kebugaran jasmani di SMA tersebut.
4. Menyarankan bagi teman-teman peneliti untuk mengobservasi tingkat kebugaran jasmani SMA yang lain, agar mengetahui apakah tingkat
kebugaran jasmani SMA lain lebih baik atau bahkan kurang dari SMA Negeri 16 Bandung.
B. Pengertian Kebugaran Jasmani ...
BAB III PROSEDUR PENELITIAN
A. Metode Penelitian ...
BAB IV HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
A. Analisis Dan Deskriptif Data ... 44
B. Diskusi Penemuan ... 52
A. Kesimpulan ... 56
B. Saran ... 57
DAFTAR PUSTAKA ... 58
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel
3.1 ... 41
3.2 ... 42
3.3 ... 42
3.4 ... 42
3.5 ... 42
3.6 ... 43
4.1 ... 44
4.2 ... 46
4.3 ... 47
4.4 ... 48
4.5 ... 50
4.6 ... 51
4.7 ... 54
DAFTAR GAMBAR
Gambar
2.1 ... 14
3.1 ... 32
3.2 ... 34
3.3 ... 35
3.4 ... 35
3.5 ... 36
3.6 ... 37
3.7 ... 38
3.8 ... 38
3.9 ... 39
3.10 ... 40
3.11 ... 40
4.1 ... 45
4.2 ... 46
4.3 ... 47
4.4 ... 49
4.5 ... 50