• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KEMAMPUAN MENGAJAR GURU TERHADAP KUALITAS PEMBELAJARAN SISWA PADA SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT PERTAMA SWASTA DI KABUPATEN BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KEMAMPUAN MENGAJAR GURU TERHADAP KUALITAS PEMBELAJARAN SISWA PADA SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT PERTAMA SWASTA DI KABUPATEN BANDUNG."

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

ucr,

/3?<?i ^

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN

KEMAMPUAN MENGAJAR GURU TERHADA?

KUALITAS PEMBELAJARAN SISWA PADA

SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT PERTAMA SWASTA

DI KABUPATEN BANDUNG

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dan

Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Administrasi Pendidikan

Oleh:

Hj. Tuti Kurniasih

999481

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG
(2)

Disetujui dan Disahkan Oleh Pembimbing:

Pembimbing

Prof.Dr.H. Mochamad Idochi Anwar, M.P.d. NIP.130256639

Pembimbing II

(3)

ABSTRAK

Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Kemampuan Mengajar Guru Terhadap Kualitas Pembelajaran Siswa

Pada SLTP Swasta di Kabupaten Bandung

Oleh : Hj. Tuti Kumiasih

Peran pokok pimpinan sekolah terietak pada kesanggupannya mempengaruhi lingkungan sekolah melalui penerapan proses

kepemimpinan yang dinamis (Lipharr; dan Hoeh, 1987). Proses kepemimpinan semacam ini akan menempatkan guru sebagai pihak yang

mempunyai kontribusi signifikan terhadap kualitas pembelajaran siswa. Tugas dan peran kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan

tersebut belum sepenuhnya dapat dilaksanakan. Hasil penelitian Beeby

(1991) mengungkapkan bahwa para kepala sekolah di Indonesia lebih

banyak disibukan menanggapi hal-hal teknis administratif daripada

bertindak dalam mengupayakan pembaharuan sekolah. Inilah yang

menyebabkan kepala sekolah terjebak dengan rutinitas pekerjaan dan belum mengupayakan peningkatan mutu sekolah yang diarahkan pada

penciptaan sekolah sebagai tempat pembelajaran yang lebih baik (school

as a place for better learning).

Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan penelitian ini

meliputi pertanyaan-pertanyaan berikut: 1) Apakah terdapat hubungan positif antara kepemimpinan kepala sekolah dengan kemampuan rnengajar guru?, 2) Apakah terdapat hubungan positif antara kemampuan mengajar guru dengan kualitas pembelajaran siswa?, 3) Apakah terdapat hubungan positif antara kepemimpinan kepala sekolah dengan kualitas pembelajaran siswa?, 4) Apakah terdapat hubungan positif antara kepemimpinan kepala sekolah dan kemampuan mengajar guru dengan kualitas pembelajaran siswa?

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan

kuantitatif. Popuiasi penelitian ini adalah para kepala SLTP Swasta

sebanyak 30 orang (sampel total). Alat yang digunakan dalam pengumpulan data adalah angket dan penelaahan dokumentasi. Teknik pengolahan data yang digunakan adalah perhrtungan distribusi, analisis

regresi dan varians serta analisis korelasi dan uji determinasi.

Berdasarkan analisis data diperoleh gambaran bahwa hubungan

antara kepemimpinan kepala sekolah dan kemampuan mengajar guru dengan kualitas pembelajaran siswa tergolong sedang atau cukup

(Rx1x2y= 0,585). Hal ini menunjukkan bahwa kepemimpinan kepala

sekolah dan kemampuan mengajar guru secara signifikan mempengaruhi

kualitas pembelajaran siswa.

Berdasarkan hasil analisis data, dapat direkomendasikan bahwa

(4)

DAFTAR ISI

H a l

LEMBAR PERSETUJUAN

ABSTRAK i

ABSTRACT ii

KATA PENGANTAR „ iii

PENGHARGAAN DAN UCAPAN TERIMA KASIH v

DAFTAR ISI vii

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GRAFIK xi

DAFTAR LAMPIRAN xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Rumusan Masalah 11

C. Tujuan Penelitian 11

D. Anggapan Dasar 12

E. Hipotesis Penelitian 13

F. Paradigma Penelitian 14

G.Metode Penelitian 16

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Konsep Dasar Administrasi Pendidikan 18

B. Konsep Dasar Kepemimpinan 20

1. Teori-teori Kepemimpinan yang Relevan 20 2. Kepemimpinan dalam Konteks Pendidikan 35 3. Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin Pendidikan 36

4. Tugas dan Fungsi Kepala Sekolah 39

5. Peranan Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin

Pendidikan 40

C. Konsep Dasar Kemampuan Mengajar Guru 44

1. Jenis-jenis Kemampuan Guru 47

2. Tugas dan Peranan Guru 51

(5)

D. Konsep Dasar Kualitas Pembelajaran 52

E. Temuan Penelitian Terdahulu yang Relevan 55 F. Kesimpulan Telaahan Teoritis Dalam Kaitannya

Dengan Masalah Penelitian 56

BAB III METODE PENELITIAN

A. Definisi Operasional Variabel Penelitian 58

B. Penentuan Sampel 59

C. Teknik Pengumpulan Data 59

D. Prosedur dan Teknik Pengolahan Data 64

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Hasil Penelitian 73

B. Pembahasan Hasil Penelitian 80

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan 91

B. Implikasi 94

C. Rekomendasi 95

DAFTAR PUSTAKA 97

LAMPIRAN-LAMPIRAN 100

RIWAYATHIDUP 156

(6)

DAFTAR GAM BAR

Nomor Hal

1.1 Paradigma Penelitian 14

2.1. Ruang Lingkup Administrasi Pendidikan 19

2.2. Kontinum Perilaku Kepemimpinan 26

2.3 Kepemimpinan Menurut Studi Ohio 28

2.4. Jaring Kepemimpinan 31

2.5. Teori Kepemimpinan Situasional 33

4.1. Skema Korelasi Antara Variabel X1 dan X2 Terhadap Variabel Y.. 77

(7)

DAFTAR TABEL

Nomor Ha!

3.1. Kriteria Penskoran Alternatif Jawaban Untuk Settiap Item 61

3.2. Analisis Varian (ANAVA) dan Regresi Linier 70

4.1. Harga-harga Variabel X1.X2, dan Y , 75

4.2. Harga-harga Koefisien Korelasi 76

4.3. Harga-harga Analisis Regresi Y atas X1 danX2 78

4.4. Analisis Varians Regresi YatasXI danX2 79

(8)

DAFTAR GRAFIK

Nomor

Ha '

4.2. Regresi Yatas X1

79

4.3. Regresi Yatas X2

80

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Hal

1. Kisi-kisi Penelitian 101

2. Angket 108

3. Analisis Keterpaduan Item Instrumen Keoemimpinan Kepala

Sekolah 114

4. Analisis Keterpaduan Item Instrumen Kemampuan Mengaiar

Guru

'

134

5. Analisis Keterpaduan Item Instrumen Kualitas Pembelajaran ....

M6

6. Surat Izin Dari UPI 156

7. Surat Izin dari Dinas Pendidikan 157

9. SK Pembimbing 158

10. Riwayat Hidup 159

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sekolah merupakan satuan pendidikan yang

menyelenggarakan proses belajar mengajar sebagaimana dinyatakan

dalam UUSPN No. 2/1989 pasal 9 ayat 1. Selanjutnya dalam pasal 4

mengamanatkan bahwa satuan pendidikan ini diupayakan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional, yaitu :

... mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan

manusia indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti yang luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta

rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Makna yang terkandung dalam tujuan pendidikan di atas

adalah untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas

diperiukan pendidikan. Melalui pendidikan sikap dan keterampilan

manusia dapat dikembangkan, wawasan berpikir manusia menjadi

semakin terbuka dan kesadaran akan potensinya menjadi semakin mendalam. Guna tercapainya tujuan tersebut, pemerintah telah

menetapkan Sistem Pendidikan Nasional melalui Undang-Undang

No.2 Tahun 1989 yang kemudian disusul oleh beberapa Peraturan

(11)

Sistem Pendidikan Nasional adalah satu keseluruhan yang

terpadu dari semua satuan dan kegiatan pendidikan yang berkaitan

satu dengan yang lainnnya, untuk mengusahakan tercapainya tujuan

pendidikan nasional. Dilihat dari jenjangnya sistem pendidikan

nasional terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah dan

pendidikan tinggi.

Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) merupakan bentuk

satuan pendidikan dasar yang menyelenggarakan program pendidikan

tiga tahun setelah Sekolah Dasar (SD). Tujuan SLTP sebagaimana

tertuang dalam Keputusan Mendikbud No. 054/U/1993, Bab II pasal 2

adalah :

Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan dasar yang merupakan periuasan serta peningkatan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh di

Sekolah Dasar yang bermanfaat bagi siswa untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, dan warga

negara sesuai dengan tingkat perkembangannya serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan

menengah.

Pernyataan di atas mengandung arti, bahwa SLTP berfungsi

sebagai sarana untuk memberikan bekal kemampuan dasar kepada

peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi,

anggota masyarakat, warga negara dan anggota umat manusia, serta

mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah.

Salah satu sumber daya manusia yang memiliki peran dominan

(12)

dikenal dengan sebutan Kepala sekolah. Kepala sekolah memiliki

tanggung jawab melakukan perbaikan dan peningkatan mutu

pendidikan dan pengajaran. Hal ini dilandasi oleh anggapan bahwa

tujuan utama penyelenggaraan pendidikan melalui sekolah ialah

tercapainya lingkungan yang kondusif, sehingga proses belajar

mengajar dapat tercapai secara efektif. "Peran pokok pimpinan

sekolah terletak pada kesanggupannya mempengaruhi lingkungan

sekolah melalui penerapan proses kepemimpinan yang dinamis.

Dengan demikian maka kepala sekolah adalah seorang

pemimpin

pendidikan

yang

merencanakan,

mengorganisasikan,

mengkoordinasikan, mengawasi dan menyelesaikan seluruh kegiatan

pendidikan di sekolah dalam pencapaian tujuan pendidikan.

Tugas pimpinan pendidikan tidaklah mudah, dalam

pelaksanaannya menuntut segenap kesanggupan pimpinan sekolah

untuk melaksanakannya. Hendiyat Soetopo dan Wasty Soemanto

(1988 : 29-34) mengemukakan keterampilan dan kemampuan yang

menggambarkan tugas dan peranan pimpinan sekolah dalam

penerapan kepemimpinan pendidikan adalah sebagai berikut.

1. Pimpinan sekolah adalah manajer di bidang kurikulum, perlu :

a. Mtmahami dan menyadari tentang pentingnya filsafat pendidikan

dan implementasinya dalam keseluruhan sistem sekolah.

(13)

c. Mengetahui sumber-sumber material yang dapat membantu

dalam mengembangkan kurikulum.

d. Menyesuaikan kurikulum dengan kebutuhan masyarakat dan

kebutuhan peserta didik.

e. Mendayagunakan sumber-sumber masyarakat dalam

mengimplementasikan kurikulum.

f. Mendorong pendekatan eksperimental dalam mengajar dan

dalam kurikulum kepada semua anggota staf.

g. Bertanggung jawab atas keseluruhan kurikulum dan memberikan kepemimpinan yang positif.

2. Pimpinan sekolah adalah manajer di bidang personalia, perlu :

a. Memiliki kemampuan menerima dan menghargai individu guru

sebagai anggota staf atas dasar karakter pribadi dan latar

belakangnya.

b. Memberi bekal yang mendorong kekuatan, minat dan kecakapan

setiap anggota staf dalam melaksanakan tugas.

c. Menghargai kekuatan dan kelemahan guru dan membantunya

melalui konseling pribadi.

d. Mempraktekan

pendekatan

psikologis

dalam

manajemen

personalia.

e. Menerapkan berbagai ragam teknik kerjasama staf dalam

(14)

f. Mendorong dan memberikan bimbingan dalam pe

profesional guru dan mendorong motivasi belajar.

3. Pimpinan sekolah adalah manajer di bidang public relation, perlu :

a. Mendayagunakan organisasi orang tua peserta didik demii

kesehatan dan kesejahteraan peserta didik.

b. Menerapkan kepemimpinan untuk meningkatkan partisipasi

orang tua dalam menyelesaikan problema sekolah dan

masyarakat.

c. Mengembangkan metode pelaporan reguler yang sistematis

kepada orang tua tentang perkembangan sekolah.

d. Mendayagunakan partisipasi peserta didik dalam program

hubungan sekolah dengan masyarakat.

e. Membina hubungan baik dengan masyarakat.

4. Pimpinan sekolah adalah manajer di bidang hubungan guru dan

peserta didik, perlu :

a. Mengarahkan guru agar memiliki pengetahuan tentang peserta

didik.

b. Mendorong guru agar professional dalam menyampaikan materi.

c. Mengusahakan

adanya

catatan

tentang

peserta

didik,

mengorganisasikan sistem referensi dan mendorong guru

(15)

d. Membantu guru dalam memecahkan problema peserta didik dan

melihat implekasi problema dalam konteks situasi kelompok.

e. Memberikan contoh kepada para staf sekolah dan peserta didik

dengan jalan membina hubungan pribadi yang baik dengan

mereka.

5. Pimpinan sekolah sebagai pemimpin personil di bidang non

pengajaran, perlu :

a. Menetapkan pendekatan psikologis dalam manajemen individual

atau kelompok, dengan mendorong partisipasi guru dalam

proses pengambilan kebijakan sekolah.

b. Mengetahui tugas masing-masing personal, dengan membuat

program analisa pekerjaan.

c. Mengisi waktu-waktu luang bersama para anggota staf.

d. Mengelola aktivitas penyusunan jadwal dan berusaha mematuhi

jam kerja.

6. Pimpinan sekolah sebagai manajer dalam pelayanan bimbingan,

perlu:

a. Membina rasa kekeluargaan dan dialog dengan lembaga •

lembaga lain.

b. Mengerti peserta didik secara keseluruhan dalam hubungannya

dengan penyesuaian-penyesuaiannya.

c. Mendayagunakan berbagai sumber untuk menggali berbagai

(16)

d. Sensitif terhadap kebutuhan akan perubahan setiap peserta didik

dan melayaninya dengan organisasi yang fleksibel.

e. Membantu guru mengumpulkan data dari berbagai sumber untuk

membantu anak mengadakan penyesuaian.

7. Pimpinan sekolah sebagai manajer dalam pengelolaan pelayanan,

rumah tangga sekolah dan periengkapan, perlu :

a. Mengerti jenis pelayanan dan periengkapan yang berguna dan

dibutuhkan.

b. Membimbing para staf dalam mendayagunakan periengkapan

yang ada semaksimal mungkin.

c. Membagi-bagikan fasilitas secara lengkap dan adil.

d. Melengkapi guru-guru dengan fasilitas yang ada agar mereka

dapat bekerja dengan baik.

e. Mengajukan usul pemenuhan kebutuhan sekolah akan fasilitas

kepada atasan.

8. Pimpinan sekolah sebagai pemimpin di bidang pengorganisasian,

perlu :

a. Mengorganisasi sekolah agar memainkan fungsi dan

peranannya demi pertumbuhan peserta didik dalam belajar.

o. Bekerjasama dalam perencanaan dan pengorganisasian dengan

staf agar pendayagunaan personal dapat efektif dan efisien.

c. Merealisasikan tanggung jawab untuk membuat keputusan

(17)

Tugas dan peranan kepala

sekolah sebagai pd

pendidikan seperti diuraikan di atas, belum sepenuhnya dapat

dilaksanakan pimpinan, seperti diungkapkan oleh Beeby (1991:88

-1022) bahwa "para kepala sekolah di Indonesia lebih banyak

disibukan menangani hal-hal teknis administratif daripada bertndak

dalam

mengupayakan

pembaharuan

sekolah".

Inilah

yang

menyebabkan kepala sekolah terjebak dengan rutinitas pekerjaan dan

belum mengupayakan peningkatan mutu sekolah yang diarahkan

pada penciptaan sekolah sebagai tempat pembelajaran lebih baik

(School as a place for better learning).

Di samping itu kepemimpinan kepala sekolah hams melibatkan

orang lain terutama guru dalam rangka mereka turut serta

mewujudkan sekolah yang efektif. Guru adalah harapan dan

kepercayaan

terbesar

bagi

keluarga

dan masyarakat

untuk

memberikan pendidikan yang terbaik bagi anak-anaknya. Oleh karena

itu keberhasilan dan kegagalan pendidikan di sekolah acap kali

dialamatkan kepada guru. Justifikasi masyarakat tersebut dapat

dimengerti karena guru adalah sumber daya yang aktif, sedangkan

sumber daya lainnya bersifat pasif. Sebaik-baiknya kurikulum, fasilitas,

sarana dan prasarana, tetapi jika kualitas/kemampuan guru rendah,

(18)

rnencapai keberhasilan pendidikan di jalur sekolah. Sebagaimana

diungkapkan oleh Oteng Sutisna (1989:107):

Keberhasilan program pendidikan tidak hanya tergantung

kepada konsep-konsep program yang disusun dengan cermat dan

teliti saja, akan tetapi pada personil yang mempunyai kesanggupan dan keinginan untuk berprestasi. Tanpa personil yang cukup efektif, program pendidikan yang dibangun di atas konsep-konsep yang

baik serta dirancang dengan telitipun dapat tidak berhasil.

Pernyataan yang dikeluarkan Depdikbud (1994:63)

memper-kuat pandangan di atas :

Guru adalah sumber daya manusia yang diharapkan rhampu

mengerahkan dan mendayagunakan faktor-faktor lainnya sehingga tercipta proses belajar mengajar yang bermutu. Tanpa mengabaikan faktor-faktor lain, guru dapat dianggap sebagai faktor

utama yang paling menentukan terhadap meningkatnya mutu

pendidikan.

Dengan melihat pandangan-pandangan di atas, jelaslah bahwa

guru sebagai tenaga operasional pendidikan merupakan suatu

komponen atau faktor utama, tanpa guru tujuan pendidikan pada

organisasi sekolah tidak mungkin tercapai. Produktivitas sekolah baik

kualitas maupun kuantitas sangat ditentukan oleh penampilan

mengajar guru (teaching performance). Oleh karena itu guru sebagai

pelaksana atau sebagai ujung tombak pendidikan agar mempunyai

kemampuan mengajar yang tinggi perlu dibina dan dikembangkan

secara kontinyu sehingga akan mampu menciptakan kondisi belajar

yang optimal dan menyenangkan bagi siswa yang mana pada

(19)

Berdasarkan hal tersebut di atas, disadari bahwa

sekolah melalui proses kepemimpinannya dan guru sebagai seorang pendidik dan pengajar, akan sangat menentukan terhadap terciptanya kondisi sekolah yang efektif. Sekolah yang efektif adalah sekolah yang

memiliki mutu yang baik, yaitu mutu siswa yang mempunyai

kemampuan dan keterampilan sesuai dengan tuntutan dan keinginan masyarakat dalam rangka menjawab tantangan moral, mental dan

perkembangan ilmu serta teknologi. Siswa yang bermutu adalah siswa

yang memiliki kemampuan mengembangkan potensi dirinya sebagai

kualitas pembelajaran di sekolah.

Kenyataan yang terjadi sebagaimana disinyalir diberbagai media massa bahwa kualitas pendidikan di Indonesia umumnya dan mutu pendidikan sekolah dasar khususnya mengalami penurunan atau rendah. Hal ini ditandai oleh pencapaian target kurikulum bahwa

Nilai Ebta/Ebtanas Mumi di bawah rata-rata. Untuk itu diperiukan

perbaikan dan peningkatan kualitas pendidikan di sekolah dasar melalui perbaikan dan peningkatan kepemimpinan kepala sekolah dan

kemampuan mengajar guru-gurunya, sehingga kualitas belajar siswa

dapat meningkat. Oleh karena itu melalui penelitian ini, penulis

bermaksud untuk mengkaji "Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah

dan Kemampuan Mengajar Guru Terhadap Kualitas Pembelajaran

(20)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada bagian latar belakang masalah

tersebut, dirumuskanlah masalah-masalah dalam penelitian ini dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

1. Apakah terdapat pengaruh yang positif antara kepemimpinan

kepala sekolah terhadap kemampuan mengajar guru ?.

2. Apakah terdapat pengaruh yang positif antara kemampuan

mengajar guru terhadap kualitas pembelajaran siswa ?

3. Apakah terdapat pengaruh yang positif antara kepemimpinan

kepala sekolah terhadap kualitas pembelajaran siswa?

4. Secara bersama-sama, apakah terdapat pengaruh yang positif

antara kepemimpinan kepala sekolah dan kemampuan mengajar

guru terhadap kualitas pembelajaran siswa ?.

C. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah tersebut, maka secara umum penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana pengaruh kepemimpinan

kepala sekolah dan kemampuan mengajar guru terhadap kualitas

pembelajaran siswa.

Secara khusus penelitian ini bertujuan:

(21)

12

2. Untuk

memperoleh

gambaran

empiris

tentang

pengaruh

kepemimpinan kepala sekolah terhadap kualitas pembelajaran

siswa pada SLTP swasta di Kabupaten Bandung.

3. Untuk

memperoleh

gambaran

empiris

tentang

pengaruh

kemampuan mengajar guru terhadap kualitas pembelajaran siswa

pada SLTP swasta di Kabupaten Bandung.

4. Untuk

memperoleh

gambaran

empiris

tentang

pengaruh

kepemimpinan kepala sekolah dan kemampuan mengajar guru

terhadap kualitas pembelajaran siswa pada SLTP swasta di

Kabupaten Bandung.

D. Anggapan Dasar

Penelitian ini didasarkan atas asumsi dasar sebagai berikut:

1. Efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pendidikan banyak

ditentukan oleh kemampuan kepala sekolah sebagai pemimpin

pendidikan.

2. Perilaku kepemimpinan kepala sekolah merupakan faktor yang

dapat mempengaruhi mutu pendidikan di sekolah terutama mutu

kualitas pembelajaran siswa. Tugas dan tanggung jawab kepala

sekolah sebagai pengelola satuan pendidikan sangat strategis

dalam setiap upaya untuk meningkatkan efisiensi manajemen dan

upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah (M. Fakry Gaffar,

(22)

13

3. Upaya untuk mempengaruhi aktivitas seseorang atau sekelompok

orang di dalam rnencapai keberhasilan pendidikan di sekolah

merupakan kewajiban pimpinan.

4. Guru merupakan tenaga kependidikan yang banyak menentukan

dalam keberhasilan pendidikan terutama peningkatan kualitas

belajar siswa.

E. Hipotesis Penelitian

Dengan memakai konstruksi masing-masing variabel, maka

selanjutnya akan dilakukan analisis rasional mengenai hubungan

antara variabel bebas yaitu kepemimpinan kepala sekolah dan

kemampuan mengajar guru dengan variabel terikat yaitu kualitas

pembelajaran siswa. Maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara

kepemimpinan kepala sekolah terhadap kemampuan mengajar

guru.

2. Terdapat pengaruh yang positif antara kepemimpinan kepala

sekolah terhadap kualitas pembelajaran siswa.

3. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara kemampuan

mengajar guru dengan kualitas pembelajaran siswa.

4. Secara bersama-sama terdapat pengaruh yang positif dan

(23)

14

kemampuan mengajar guru dalam hubungaannya dengan kualitas

pembelajaran siswa.

F. Paradigma Penelitian

Untuk mempermudah alur pemikiran dalam pembahasan

penelitian, maka hubungan antara variabel bebas dengan variabel

terikat digambarkan oleh diagram hubungan berikut.

Kepemimpinan Kepala sekolah

(X1)

Kemampuan Mengaiar Guru

. (X2)

Kualitas .

Pembeiajaran

Siswa

[image:23.595.90.460.284.506.2]

CO

Gambar 1.1

Paradigma Penelitian

Paradigma di atas menunjukkan hubungan antara dua variabel

(bebas) dengan variabel lainnya (terikat). Variabel bebas kesatu (X1)

yaitu kepemimpinan kepala sekolah meliputi indikator-indikator:

perilaku yang berorientasi pada tugas, hubungan insani, proses

(24)

program belajar-mengajar; (3) mengelola kelas; (4) meng

media/sumber belajar; (5) mengelola interaksi belajar mengajar; (7)

menilai prestasi belajar; (8) mengenal fungsi dan layanan bimbingan

dan penyuluhan; (9) mengenal dan menyelenggarakan tata usaha

kelas; (10) memahami dan menafsirkan hasil penelitian guna

keperiuan pengajaran.

Dari beberapa indikator tersebut dapat

dikelompokkan menjadi empat indikator kemampuan guru dalam

mengajar, yaitu (1) merencanakan program belajar mengajar; (2)

menguasai bahan pelajaran; (3) mengelola proses belajar mengajar;

(4) menilai kemajuan proses belajar mengajar.

Variabel terikat (Y) yaitu kualitas pembelajaran siswa yang

dibatasi pada kualitas proses dengan indikatomya: kebebasan siswa

dalam melakukan kegiatan belajar, pemecahan masalah lebih banyak

dilakukan siswa, kegiatan belajar siswa bervariasi, hubungan siswa

dengan guru bersifat manusiawi, siswa belajar melalui berbagai

sumber, situasi dan kondisi kelas tidak kaku, keberanian siswa dalam

mengajukan pendapat, dan penghargaan guru terhadap pendapat

siswa.

Secara teoritis kepemimpinan kepala sekolah akan mempenga

ruhi kemampuan mengajar guru (X1 -> X2) dan kualitas pembelajaran

siswa (X1->Y), kemampuan mengajar guru akan mempengaruhi

kualitas pembelajaran siswa (X2->Y) serta secara bersama-sama

(25)

16

berpengaruh terhadap kualitas pembelajaran siswa (X1->X2->Y).

Semua variabel ini akhirnya berpengaruh terhadap peningkatan mutu

lembaga secara keseluruhan.

F. Metode Penelitian 1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode

deskriptif. J. W. Best yang dikutip Sanapiah Faisal (1989:177)

mengemukakan bahwa:

Metode deskriptif merupakan suatu metode yang

berkenaan dengan hubungan-hubungan antara variabel,

pengujian hipotesis, dan pengembangan generalisasi,

prinsip-pinsip atau teori-teori yang merupakan validitas universal.

Penggunaan metode deskriptif dalam penelitian ini

didasarkan kepada permasalahan, rumusan masalah, dan tujuan

yang hendak dicapai. Data yang terkumpul dalam penelitian ini

terlebih dahulu akan dideskripsikan dan dianalisis dengan

menggunakan rumus-rumus statistik yang relevan. Oleh karena itu

penelitian ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan dan

menganalisis data secara statistik, maka batasan metode

deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

(26)

17

2.. Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan variabel yang terkait dalam penelitian ini,

maka data-data yang diperiukan berkaitan dengan pengaruh

kepemimpinan kepala sekolah terhadap kemampuan mengajar

guru, pengaruh kemampuan mengajar guru dengan kualitas

pembelajaran siswa, pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dan

kemampuan mengajar guru terhadap kualitas belajar siswa.

Keseluruahan data dikumpulkan melalaui angket.

3. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian ini adalah guru-guru pada Sekolah

Lanjutan Tingkat Pertama Swasta di Kabupaten Bandung sebagai

sumber data primer dan para kepala SLTP swasta di Kabupaten

Bandung sebagai sumber data sekunder. Adapun pengambilan

sampel penelitian dilakukan secara bertahap berdasarkan teknik

(27)
(28)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Agar tidak salah penafsiran terhadap judul dan ruang lingkup

masalsh yang diteliti, maka periu kiranya penulis mendefinisikan beberapa

istilah dalam penelitian ini. Istilah-istilah tersebut adalah sebagai berikut:

1. Kepemimpinan kepala sekolah.

Kepemimpinan kepala sekolah adalah aktivitas mempengaruhi

orang-orang untuk bemsahsa mencapai tujuan kelompok secara sukarela

(George Terry dalam Paul Hersey & Ken Blanchard, 1995:58).

Kepemimpinan dalam penelitian ini adalah kecakapan kepala

sekolah untuk menyelami, menghubungi, mempengaruhi, meyakinkan serta

mengajak para personil di sekolahnya agar melalui dinamika sosialnya

mampu meningkatkan kualitas pembelajaran.

2. Kemampuan mengajar guru

Kemampuan mengajar gum adalah keterampilan atau kompetensi

yang harus dikuasai oleh seorang gum dalam mengelola proses belajar

mengajar di dalam kelas, sebagaimana yang dikemukakan oleh Hadari

Nawawi (1982:123):

Pengetahuan dan pemahamannya tentang kompetensi gum akan mendasari pola kegiatannya dalam menunaikan profesinya sebagai

gum. Kompetensi gum yang dimaksud antara lain mengenai kompetensi pribadi, kompetensi profesi dan kompetensi

kemasyarakatan.

(29)

^Q

Jadi kemampuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

kemampuan mengajar gdru yang berarti pengetahuan, sikap dan

Keterampilan yang hams dikuasai oleh seorang gum dalam mengelola

PBM di kelas.

3. Kualitas pembelajaran.

Kualitas pembelajaran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

hubungan timba! balik antara gum dan siswa pada saat proses pengajaran

yang menghasilkan perubahan tingkah laku siswa yang ditunjukkan dalam

berbagai bentuk seperti pemahaman, keterampilan, dan kecakapannya.

B. Penentuan Ukuran Sampel

Sampel penelitian mempakan sebagian dari populasi yang diambil

sebagai sumber data yang dianggap mewakili seluruh populasi secara

representatif.

Mengenai pengambilan sampel, Suharsimi Arikunto (1989:107)

mengemukakan :

Untuk sekedar ancer-ancer, maka apabila subyeknya kurang dari 100. lebih baik diambil semua. sehingga penelitiannya mempakan

penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subyeknya besar dapat

diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih tergantung

setidak-tidaknya dari kemampuan peneliti dilihat dari segi tenaga dan dana. sempit luasnya wilayah pengamatan dari tiap subyek, karena menyangkut banyak sedikitnya datda. dan besar kecilnya resiko yang

ditanggung oleh peneliti.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengunmpulan data yang dimaksudkan sebagai cara dan alat

(30)

60

mengenai subyek penelitian.

Hal

ini seperti

dikemukakan Subino

(1982:162) "Yang dimaksud dengan teknik-teknik pengumpulan data di sini

adalah cara-cara yang ditempuh dan alat-alat yang digunakan oleh peneliti

dalam mengumpulkan dadtanya".

Adapun langkah-langkah proses pengumpulan data ini meliputi:

1. Menentukan alat pengumpu! datda

Adapun alat pengumpul datda atau instrumen yang digunakan dalam

penelitian ini adalah angket atau kuesioner.

Secara rinci Sanafiah Faisal (1981:2) mengemukakan bahwa "Kuesioner

atau angket adalah suatu teknik pengumpul data melalui daftar pertanyaan

tertuiis yang disusun dan disebarkan untuk mendapatkan informasi atau

keterangan dari sumber data yang berupa orang (responden)".

Kuesioner atau angket terdiri dari 2 (dua) bentuk. Seperti yang

dikemukakan oleh Winarno Surakhmad (1990:182) bahwa "Pada umumnya

ada dua bentuk angket : 1) angket berstmktur, 2) angket yang tidak

berstmktur".

Untuk mengukur variabel X dan variabel Y. maka dalam penelitian ini

digunakan angket berstmktur (Angket tertutup). Angket berstmktur atau

tertutup berisikan kemungkinan-kemungkinan atau jawaban yang telah

tersedia. Sanafiah Faisal (1982:178) mengemukakan :

Angket yang mengehendaki jawaban pendek atau jawabannya

diberikan dengan memberi tanda tertentu disebut angket tertutup.

Angket demikian biasanya meminta jawaban yang membutuhkan

tanda "check" (V) pada item yang termuat dalam alternatif Jawaban.

Adapun keuntungan dalam penggunaan angket tertutup ini, menurut

(31)

a. tidak memerlukan hadimya peneliti

b. dapat dibagikan secara serentak kepada banyak responden

c. dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya masing-masing dan menumt waktu senggang responden

d. dapat dibuat anonim sehingga responden bebas, jujur dan tidak

malu-malu menjawab.

e. Dapdat dibuat standar sehingga bagi semua responden dapat diberi pertanyaan yang benar-benar sama.

2. Penyusunan alat pengumpul data

Untuk memudahkan alat pengumpul datda, dalam hal ini

penyusunan angket, peneliti menempuh langkah-langkah sebagai berikut:

a. menetapkan indikator-indikator dari setiap variabel penelitian yang

dianggap penting untuk ditanyakan pada responden berdasarkan pada

teori-teori yang telah diuraikan.

b. Membuat kisi-kisi butir item berdasarkan variabel penelitian.

c. Menyusun pertanyaan-pertanyaan yang disertai alternatif jawabwan yang alkan dipilih responden berdasarkan indikator variabel yang telah

ditentukan dalam kisi-kisi item.

d. Menetapkan kriteria penskoran untuk setiap alternatif jawaban setiap

item pada setiap variabel denganmenggunakan skor penilaian yang

berkisar dari 4 sampai 1 dengan perincian pada tabel berikut ini:

Tabei3.1.

Kriteria penskoran Alternatif Jawaban Untuk Setiap Item

Alternatif Jawaban Skor Pertanyaan

SL (selalu) 4

SR (sering) 3

KD (kadang-kadang) 2

(32)

62

3. Uji coba instmmen pengumpulan data.

Ukuran memadai atau tidaknya instrumen pengumpul data, minimal

dilihct dari dua syarat yaitu syarat validitas atau keshahihan dan syarat.

reliabilitas atau keajegan.

Dalam pelaksanaan uji coba ini, penulis rnelaksanakannya terhadap sejumlah subyek yang bukan merupakan sampel penelitian, akan tetapi mempunyai karakteristik yang sama dengan subyek yang akan dijadikan

sampel penelitian.

Setelah data untuk uji coba angket terkumpul. selanjutnya dilakukan analisis statistik dengan tujuan untuk menguii validitas dan reliabilitasnya. Angket dianggap valid, apabila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti.

Dan angket diangap reliabel apabila terdapat kesamaan data dalam waktu

yang berbeda.

Dengan diketahui keterjaminan validitas dan reliabilitas alat

pengumpul data, maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi atau

memiliki validitas dan reliabilitas yang dapat dipertanggungjawabkan.

a. Uji Validitas Instmmen

Dalam uji validitas ini digunakan uji t-test terhadap skor

kelompok tinggi dan skor kelompok rendah. yaitu diambil 27%* dari

masing-masing kelompok sebagaimana yang dikemukakan oleh Sugiyono (1994:101) yaitu:

Untuk menguji validitas butir-butir instrumen lebih lanjut, maka setelah dikonsultasikan ahli maka selanjutnya dinyatakan dan

(33)

63

mencari daya pembeda skor tiap item dari kelompok yang

membedakan jawaban tinggi dengan jawaban rendah. Ju'mlah

kelompok yang tinggi diambil 27% dan kelompok rendah 27% dari

sampel uji coba.

Selanjutnya diuji daya pembedanya dengan menggunakan mmus dari Sudjana (1992:239) sebagai berikut:

1. Menentukan mean (X) dari dua kelompok, dengan menggunakan mmus :

2. Mencari simpangan baku (S) dari masing-masing kelompok dan

simpangan baku gabungan (S2) dari kedua kelompok sampel dengan

rum u s

S2

_ 2>'

n

i-Xf

- 1

sJ

(n.-

l)S,2-5-(n:-!

n, +n. -2 lencari nilai t dengan uji t-•test selDagai berikut '•

i X~i--X~2

n2

4. Menguji hipotesis dengan kriteria :

Terima Ho jika -t1-1/2a < t<t1-1/2a, dimana t1 -1/2a diperoleh dari tabel t dengan dk = (r^+n^) dan tingkat signifikansi tertentu (95%), sedangkan untuk harga-harga t lainnya Ho ditolak.

(34)

64

Untuk menguji reliabilitas instmmen digunakan teknik belah dua

(split half methods) terhadap instmmen yang disusu'n. Belahan pertama

merupakan item bernomor ganjil, dan belahan kedua item bernomor genap, kemudian keduanya dikorelasikan dengan menggunakan korelasi-korelasi

Rank atau Spearman.

1) Rumus korelasi Spearman :

6Ybi2

/•'= 1- ^

n(n - I)

r'(rho) -+ / .

2) Menguji signifikansi koefisien korelasi r' (rho) melalui uji indipenden

antara kedua variabel dengan mmus :

3) Kriteria pengujian:

Untuk tingkat signifikansi tertentu (95%) dengan dk= (n2) ditolak jika

-tr1/2a<t<ti-1/2a.

4. Pelaksanaan pengumpulan data

Setelah uji coba instmmen dilaksanakan dan tingkat validitas serta

realibilitas telah diketahui. selanjutny adalah penyebaran instrumen pada

sampel penelitian yang sudah ditetapkan.

u- Prosedur dan Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan maksud agar data yang

(35)

65

yang terkumpul hams diolah, diorganisir dan disistematisasikan sesuai

dengan tujuan penelitian. Winarno Surakhmad (1994:91) menjelaskan :

Mengolah data adalah suatu konkrit untuk membuat data itu

"berbicara" sebab betapapun besarnya jumlah daia dan tingginya nilai data yang terkumpul (sebagai hasil fase pelaksanaan pengumpulan

data), apabila tidak disusun dalam suatu organisasi dan diolah

menurut sistematis yang baik niscaya data itu tetap merupakan • bahan-bahan bisu "seiibu bahasa".

Dalam prosedur pengolahan data, penulis menempuh

langkah-langkah sebagai berikut:

1. Seleksi dan klasifikasi data

a. pemeriksaan kecenderungan umum skor responden ;

b. mengubah skor mentah menjadi skor baku

c. uji normalitas distribusi data

2. Analisis data untuk pengujian hipotesis penelitian

a. Analisis regresi

Analisis regresi digunakan untuk

b. Analisis korelasi

Untuk lebih jelasnya langkah-langkah secara terinci dapat dilihat

sebagai berikut:

1. Memberi bobot setiap kemungkinan jawaban pada item untuk setiap

variabel penelitian dan memberi skor pada angket responden

berdasarkan petunjuk yang telah ditetapkan.

2. Pengolahan data dengan menggunakan perfiitungan persentase.

(36)

penelitian. dengan menggunakan mmus sebagai berikut :

P = X Xid

66

Keterangan:

P = Persentase rata-rata yang dicari

X = Skor rata-rata tiap variabel

Xid = Skor ideal setiap variabel

3. Mengubah skor mentah menjadi skor baku. Sudjana (1992:104)

mengemukakan rumus sebagai berikut :

Ti = 5Q+h {Xi-X)

S

Keterangan:

Ti = Skor baku yang dicari

X = Skor rata-rata

S = Simpangan baku

Xi =Skor mudah . .

Untuk menggunakan mmus di atas. maka akan ditempuh

langkah-ingkah sebagai berikut :

Menentukan rentang ( R)yaitu skor tertinggi dikurangi skor terendah (

STT-STR).

R = STT-STR

Menentukan banyak kelas (bk) Interval dengan menggunakan mmus:

(37)

67

Menentukan panjang kelas Interval yaitu rentang dibagi banyak kelas.

bk

d. Mencari rata-rata dengan mmus :

x = ^

-5>

e. Mencari simpangan baku dengan mmus

„-%fix!)-(Zji>ar

S~ =-J==L

rin-\)

4. Uji Normalitas Distribusi

Digunakan untuk mengetahui dan menentukan apakah pengolahan

data menggunakan analisis parametrik atau non parametrik. dengan

menggunakan mmus Chi Kuadrat (f )

Keterangan:

yj - Chi kuadrat yang dicari

Oj = Frekuensi yang tampak

F-j = Frekuensi yang diharapkan

Langkah-langkah yang ditempuh adalah :

(38)

68

b Mencari batas bawah skor kiri interval dan batas atas skor kanan

interval

c Mencari Z untuk batas kelas dengan mmus :

Xi-X

S

Keterangan :

X; = skor batas kelas distribusi X = rata-rata untuk distribusi

S = simpangan baku untuk distribusi

d. Mencari luas 0 - Z dari daftar F

e. Mencari luas tiap interval dengan cara mencari selisih luas 0 - Z dengan

interval yang berdekatan untuk tanda Z sejenis dan menambahkan luas

0 - Z yang beriawanan.

f. Mencari E; (frekuensi yang diharapkan ) diperoleh dengan cara

mengalikan luas interval n.

g. Mencari O; ( frekuensi hasil penelitian ) diperoleh dengan cara melihat tiap kelas interval (Fj ) pada tabel distribusi frekuensi.

h. Mencari ^ dengan cara menjumlahkan hasil perhitungan.

i- Menentukan keberartian ^

dengan jalan membandingkan nilai

presentil untuk distribusi j£ .

5- Analisis Regresi

Dipergunakan untuk mencari hubungan fungsional antara variabel X

(39)

Y = a + bX

Keterangan :

Y = Harga variabel Y yang diramalkan a = Konstanta ( harga Y biSa X = 0 )

b = Koefisien arah regresi linier yang menyatakan perubahan

rata-rata variabel X sebesar satu unit

X = Harga variabel X

Langkah - langkah pengujiannya sebagai berikut

a. Mencari harga-harga IX, SY. TXY. YX2. ZY2"

b. Menyusun pasangan data untuk variabel X dan variabel Y.

c. Mencari persamaan untuk regresi sederhana :

_(I*)(IA7-V(XA7)(XA7}7)

„ytxiYi-(Zxi^ri)

-ZA72-(XA7)2

Mencari JK (jumlah kuadrat) :

1) Mencari jumlah kuadrat tots! [ JK(T)] . jumlah-jumlah kuadrat regresi

[JK(a), JK(b/a)], jumlah kuadrat residu [JK(s)], jumlah kuadrat

kekeliman [JK(E)] dan jumlah kuadrat tuna cocok [JKfTC)], dengan

(40)

Jk(a) =

d><2)

JK(bla) = b

EA'/W.

(Z>)(J>)

n

JK(S) = JK('/') - JK(a) - JK(b I a) JK(TC) = JK(S)-.fK(I<:)

M(1C) = YJ

tf-©2-n

70

2) Membuat daftar analisis untuk uji linieritas regresi. seperti yang

[image:40.595.65.480.50.590.2]

dikemukakan Sudjana (1992:332) sebagai berikut: ;

Tabel 3.2

Analisis Varians (ANAVA) dan Regresi Linier

SUMBER dk JK KT F

VARIANS

Total N IY2 ZY2

Regresi (a) 1 JK(a) • ,

Regresi 1 Jk (b/a) S Reg = ^Reg

Residu n-2 JK(S) JK(b/a)

S2res = JK (S)

n-2

° res

Tuna Cocok (TC) k-2 JKfTC) S2TC= JK

(TO S2TC

Kekeliman n-k JK(E) k-2

S2E = JK (E)

n-k

S^E

3) Mencari F untuk taraf signifikan dengan cara : uji F untuk menguji

signifikanansi koefisien regresi digunakan rumus :

F = SiReg

i> res

(41)

71

F = S2TC

Kriteria pengujian yang digunakan adalah dengan dk pembilang (k-2) dan

dk penyebut = (n-k) dan pada tahap signifikansi tertentu, maka terima Ho

jika Fhit > Ftabel dan tolak Ho dalam keadaan lainnya.

y

q. Analisis Korelasi

Analisis korelasi merupakan teknik statistik yang berusaha mencari

derajat hubungan antara variabel X dengan variabel Y. dan ukuran yang

dipakai untuk mengetahui derajat hubungan dalam penelitian ini adalah

analisis parametrik dengan menggunakan koefisien korelasi product

moment dengan mmus sebagai berikut:

r =

n.Y1Xin-(£xO(Zri)

Langkah-langkah perhitungan untuk mencari koefisien korelasi r

adalah:

a. Menentukan harga-harga ZX, ZY. ZXY. ZX2,

ZY2-o. Menafsirkan besarnya koefisien korelasi berdasarkan kriteria yang

dikemukakan Subino (1982:66) adaiah sebagai berikut :

<urang dari 0,2C : Hubungan dianggap tidak ada

\ntara 0,20-0,40 : Hubungan ada tetapi rendah

Antara 0.41-0,70 : Hubungan cukup

Antara 0.71-0.91 : Hubungan tinggi

(42)

72

c. Menghitung keberartian koefisiien korelasi (tingkat signifikansi) dengan

menggunakan mmus :

V n - 2

Keterangan:

r2

t = nilai t yang dicari

r = koefisien korelasi

n = banyaknya data

Selanjutnya nilai t hitung dibandingkan dengan nilai t tabel dengan

dk = n-2 pada taraf atau tingkat kepercayaaan yang dipilih, dalam hal ini

adalah tingkat kepercayaan 95%. Apabila t hitung > t tabel. maka dapat disimpulkan hipotesis diterima atau dengan kata lain hipotesis nol

ditolak.

d. Mencari derajat hubungan berdasarkan koefisien determinasi (r2)

Dimaksudkan untuk menyatakan besarnya persentase variabel yang satu tumt ditentukan oleh variabel yang lain (Subino. 1982:63) dengan

rumus sebagai berikut:

(43)
(44)

BABV

KESIMPULAN, IMPLIKASI, dan REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Tugas kepala sekolah sebagai pengelola tertinggi di sekolah

adalah memfasilitasi guru-guru agar dapat melaksanakan tugas

mengajarnya dengan baik dan atas dasar wewenang yang dimilikinya

ia menyediakan serta mengoptimalkan sumber-sumber untuk memacu

pembelajaran para muridnya.

Berdasarkan hasil

penelitian

dapat disimpulkan

bahwa

penampilan kepemimpinan kepala sekolah dapat mendorong guru

untuk menunjukkan kinerjanya secara lebih efektif dan pada

gilirannya kemampuan guru tersebut memberikan kontribusi yang

signifikan teihadap peningkatan kualitas belajar siswa. Dengan

demikian dapat dinyatakan bahwa proses dan hasil pembelajaran

yang berkualitas akan tercapai bila kepala sekolah mampu

menunjukkan penampilan kepemimpinannya yang kondusif, sehingga

tercipta iklim sekolah yang menyenangkan bagi segenap masyarakat

sekolah. Guru dapat mengajar dengan baik dan siswa teriibat secara

aktif dalam proses belajar yang nyaman dan menggairahkan.

Banyak faktor yang mempengaruhi kemajuan suatu sekolah,

namun kepala sekolah dapat dikatakan sebagai orang yang memegang

peran kunci (key person) dalam melakukan pembaharuan. Sekolah

(45)

92

dasar masa depan menuntut sifat-sifat kepemimpinan yang kreatif dan

efektif dengan menerapkan pendekatan sistem manajemen strategik

(Abin Syamsuddin, 2000: 10). Berdasarkan kesimpulan umum yang

dipaparkan di atas, dapat dirinci kesimpulan-kesimpulan sesuai

permasalahan penelitian sebagai berikut.

1. Hasii penelitian ni menunjukan bahwa kepemimpinan kepala sekolah

sangat berpengaruh terhadap kemampuan mengajar guru pada

Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Swasta Se Kabupaten Bandung.

Pola kepemimpinan yang ditampilkan kepala

sekolah dapat

dikatakan cukup baik dan pemahaman terhadap tugas dan

peranannya sebagai seorang pemimpin cukup memadai. Tanpa

adanya pemahaman tentang kepemimpinan, maka tujuan yang

diharapakan sulit tercapai. Pemahaman yang harus dimiliki tentunya

tidak hanya mengenai kepemimpinan saja tetapi juga hal lainnya

sesuai dengan tugas dan peranannya sebagai kepala sekolah,

karena seperti yang telah kita ketahui bahwa peranan kepala

sekolah tidak hanya satu jenis. Kepala sekolah harus berperan

sebagai administrator dan supervisor.

2. Kemampuan mengajar guru cukup berpengaruh terhadap kualitas

pembelajaran siswa. Gum sebagai ujung tombak keberhasilan

(46)

93

siswa dapat memaknai hasil belajarnya dan dapat mengembangkan

kemampuan dan keterampilannya sesuai dengan yang diharapkan.

3. Kepemimpinan kepala sekolah secara tidak langsung cukup

berpengamh terhadap kualitas pembelajaran siswa. Kepala sekolah

^abagai pemimpin harus mampu mempengaruhi, menggerakan,

membimbing dan mendorong para gum untuk melaksanakan tugas

mereka dengan sebaik-baiknya agar tercipta suatu. proses belajar

mengajar yang optimal sehingga tercapai kualitas pembelajaran

siswa.

4. Kepemimpinan kepala sekolah dan kemampuan mengajar guru tumt

menentukan kualitas pembelajaran siswa. Ini ditunjukkan dengan

adanya hubungan yang sangat erat antara ketiga variabel tersebut,

di mana kepemimpinan yang ditampilkan kepala sekolah akan

menentukan tingkat kemampuan yang dimiliki oleh guru sebagai

pelaksana yang langsung memberikan pengajaran kepada siswa

yang belajar. Terciptanya suatu kualitas pembelajaran atau kondisi

belajar mengajar yang efektif akan tercapai bila terdapat hubungan

timbal balik yang harmonis antara gum dan siswa dalam proses

pembelajaran

dimana

seorang

gum

dapat

mengoptimalkan

kemampuan yang dimilikinya dan siswa dapat memaknai hasil

(47)

94

B. Irnplikasi

'Berdasarkan kesimpulan yang diuraikan sebelumnya, dapat

dikemukakan beberapa irnplikasi berikut.

1. Periku kepemimpinan kepala sekolah yang kondusif, tidak sekedar

menjalankan operasi sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan,

tetapi mampu melaksanakan kepemimpinan yang mendorong

kekuatan, minat. dan kecakapan guru dalam melaksanakan

tugasnya, sehingga para guru memperoleh banyak kesempatan

untuk memperoleh bimbingan bagi pertumbuhan profesinya.

2. Banyak faKtor yang mempengaruhi kualitas pembelajaran siswa di

sekolah. Namun demikian, guru merupakan pihak yang memberikan

kontribusi langsung bagi kegiatan-kegiatan siswa dalam melakukan

aktivitas belajar. Oleh karena itu, upaya pengembangan guru yang

intensif melalui berbagai program in-service (pada tingkat sekolah,

dapat diintensifkan kegiatan supe.-visi klinis) dapat membantu

mereka dalam memperbaharui kinerja mengajarnya.

3. Potret kemampuan kepala sekolah dasar pada umumnya belum

banyak

memberikan

kepedulian

terhadap

program-program

kemajuan akademik sekolah (Beeby, 1991). Hal ini dikarenakan

upaya profesionalisasi kepala sekolah yang masih lemah. Dengan

demikian pengembangan program-program pelatihan yang relevan

dan sistematis patut dijadikan pertimbangan yang mendesak dalam

(48)

C. Rekomendasi

\ \ 5 ^ " ^ f f

Berdasarkan temuan dan pembahasan penelitian dapat d^^f^Bi^^^

beberapa rekomendasi yang diharapkan dapat menjadi masukan

untuk bagi

pihak-pihak yang berkepentingan.

1. Agar pola kepemimpinan kepala sekolah sesuai dengan tujuan

maka diharapkan setiap kepala sekolah berusaha untuk

meningkatkan pemahamannya agar lebih profesional dengan

mempelajari tentang materi yang berkaitan dengan

kepemimpinan ataupun kondisi-kondisi di lapangan secara nyata

sebagai acuan atau pedoman, sehingga dapat berperan secara

optimal.

2. Iklim sekolah yang kondusif hendaknya diciptakan oleh kepala sekolah untuk menumbuhkembangkan budaya akademik yang berorientasi pada mutu, sehingga para guru dapat memacu diri untuk selalu meningkatkan kemampuan dengan dukungan

selumh masyarakat sekolah.

3. Setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan yang

berbeda-beda satu sama lainnya. Untuk mengatasi

kekurangan-kekurangan yang dimiliki, maka seyogyanya setiap"gum mencari

atau menciptakan suatu hal bam berkaitan dengan peningkatan kemampuan mengajarnya, sehingga dalam mengajar tidak

(49)

96

4. Dalam upaya pengembangan diri diharapkan guru-guru dapat

meningkatkan frekuensi membaca sumber-sumber yang relevan

bagi kepentingan perbaikan pengajaran di perpustakaan yang

ada atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi

(50)
(51)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (1989). Prosedur Penelitian. Jakarta: Bina Aksara.

Atmodiwirio, S. & Toto S. (1991). Kepemimpinan Kepala Sekolah

Semarang: Adhi Waskita.

Beeby, C.E. (1991). Pendidikan di Indonesia: Penilaian dan Pedoman

Perencanaan. Jakarta: LP3ES.

Best, J.W. (1986). Research in Education. Terjemahan Sanapiah Faisal.

Surabaya: Usaha nasional.

Dharma, A. (1984). Gaya Kepemimpinan Yang Efektif Bagi Para Manajer.

Bandung: Sinar Baru.

Depdikbud.

(1994).

Pembangunan Pendidikan

dan

Kebudayaan

Menjelang Era Tinggal Landas. Jakarta: Pusat Informatika

Depdikbud.

Dimyati dan Mudjiono. (1994). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PPMTK

Ditjen Dikti Depdikbud.

Dirawat,

Lamberi,

B., dan

Indrafachmdi,

S.

(1983). Pengantar

Kepemimpinan Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.

Engkoswara. (1987). Dasar-dasar Administrasi Pendidikan

Jakarta-P2LPTK Ditjen Dikti Depdikbud.

(1999). Menuju Indonesia Modern 2020. Bandung: Yayasan Amal

Keluarga.

Gaffar, M.F. (1995). Pengelola Satuan Pendidikan: Antara Kenyataan dan

Harapan. Makalah Temu llmiah Nasionai Manajemen Pendidikan

di Padang.

Hadi, S. (1987). Statistik. Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas

Psikologi UGM.

Hamalik, O. (1984). Pendidikan Guru: Konsep, Kurikulum, Strategi.

Bandung: Pustaka Martiana.

(1983). Mengajar: Azas, Metode, Teknik. Bandung: Pustaka

Martiana.

(52)

98

Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 054/U/1993 tentang

Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama.

Lipham &A. Hoeh Jr. (1987). The Principalship: Concepts, Competencies,

and Cases. Newyork & London, Longman.

(1987). The Principalship: Foundations and Functions. Newyork &

London, Longman.

Mouton, J. S. and Blake, R.R. (1978). The New Managerial Grid. London:

Gluf Publishing Company.

Nawawi, H. (1982). Administrasi Pendidikan. Jakarta : Gunung Agung.

Newstrom, J.W. and Davis, K. (1993). Organizational Behavior: Human

Behavior at Work. New York: McGraw-Hill, Inc.

Owen, R. G. (1981). Organizational Behavior in Education. London:

Prentice-Hall International Inc.

Peraturan Pemerintah No.38 Tahun 1992 tentang Tenaga Kependidikan.

Rifa'i, M. (1982). Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung:

Jemmars.

Siagian, S.F. (1986). Peranan Staf Dalam Manajemen. Jakarta: Gunung

Agung.

Soetopo, H. &Soemanto, W. (1988). Pengantar Operasional Administrasi

Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.

Stoner, J.A.F. &Charles, W. (1986). Management. Terjemahan Wilhelmus

W.B. NewJersey: Prentice-Hall Englewood Cliffs.

Subino. (1982). Bimbingan Skripsi. Bandung. ABA Yapari.

Sudjana, N. (1988). Cara Belajar Siswa Aktif Dalam Proses Belajar

Mengajar. Bandung: Sinar Bam.

Sudjana. (1992). Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. (1994). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.

Surakhmad, W. (1986). Pengantar Penelitian Hmiah: Dasar, Metode, dan

(53)

99

Sutisna, O. (1986). Administrasi Pendidikan: Dasar Teoritis untuk Praktek

Profesional. Bandung : Angkasa.

Timpe, A.Dale. (1987). The Art and Science of Business Management

Leadership. New York: KEND Publishing, Inc.

Turney, C. (1992). The School Manager. Australia: Allen dan Unwin Ptv

Ltd. y

Gambar

Gambar 1.1Paradigma Penelitian
Tabel 3.2Analisis Varians (ANAVA) dan Regresi Linier

Referensi

Dokumen terkait

Walaupun fakta-fakta empirik itu penting peranannya dalam metode ilmiah namun kumpulan fakta itu sendiri tidak menciptakan teori atau ilmu pengetahuan (Suparlan P.,

Mengetahui tingkat kepuasan peserta dalam pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat memberikan sebanyak 19 (sembilan belas) indikator pertanyaan yang terdiri dari 4

Penyiapan tenaga kerja terdidik yang diharapkan nantinya setelah lulus dapat bekerja dengan baik apabila mahasiswa tersebut bekerja pada perusahaan yang

ECDHP Elliptic Curve Diffie–Hellman Problem ECDLP Elliptic Curve Discrete Logarithm Problem ECDSA Elliptic Curve Digital Signature Algorithm ECIES Elliptic Curve Integrated

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti melakukan penelitian dengan judul &#34;Pengaruh Motivasi Belajar dan Kegiatan Ekstrakurikuler Sanggar Alquran

[r]

Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Tindakan Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Onan Hasang kecamatan Pahae Julu Kabupaten

Untuk mendapatkan hasil perbandingan yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan hasilnya penulis melakukan perbandingan terhadap ketiga hal dasar yaitu kecepatan akses