PENERAPAN METODE DISKUSI BUZZ GROUP UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BERARGUMENTASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN
SEJARAH (Penelitian Tindakan Kelas Di Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 6 Bandung)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Jurusan Pendidikan Sejarah
Novia Intanita
0802826
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
i
ABSTRAK
Skripsi yang berjudul “Penerapan Metode Diskusi Buzz Group Untuk
memunculkan Kemampuan Berargumentasi Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah
(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 6 Bandung)”. Tujuan
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 7
E. Definisi Operasional ... 8
1. Pembelajaran Sejarah dengan Menggunakan Metode Diskusi Buzz Group ... 8
2. Kemampuan Berargumentasi ... 9
F. Sistematika Penulisan ... 11
BAB II PENERAPAN METODE DISKUSI BUZZ GROUP UNTUK MEMUNCULKAN KEMAMPUAN BERARGUMENTASI SISWA ... 13
A. Pengertian Metode Diskusi Buzz GroupKeterampilan ... 13
1. Pengertian Metode Pembelajaran ... 15
2. Jenis-Jenis Diskusi ... 17
3. Alasan Penggunaan Metode Diskusi Buzz Group ... B. Tujuan dan Manfaat Metode Diskusi Buzz Group ... 21
C. Prinsif dan Langkah-langkah Diskusi ... 24
D. Keunggulan dan Kelemahan Metode Diskusi Buzz Group ... 26
E. Pengembangan Kemampuan Berargumentasi ... 31
BAB III METODE PENELITIAN ... 34
A.Metode Penelitian ... 35
viii
1 Lokasi Penelitian ... 44
2. Subjek Penelitian ... 44
D.Instrumen Penelitian ... 44
E. Teknik Pengumpulan dan Analisa ... 45
1. Pedoman Observasi ... 45
2. Pedoman Wawancara ... 46
3. Tugas Kelompok ... 46
4. Dokumentasi ... 46
F. Pengolahan dan Analisis Data ... 48
1. Data Kuantitatif ... 48
2. Data Kualitatif ... 49
BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN ... 50
A.Deskripsi Data Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 50
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 51
2. Profil Guru Mitra SMA Negeri 6 Bandung ... 51
3. Karakteristik kelas Penelitian di SMA Negeri 6 Bandung ... 52
B. Deskripsi Pelaksanaan dan Aplikasi Data Penerapan Data Data Metode Data Diskusi Buzz Group Untuk Memunculkan Kemampuan Berargumentasi Siswa dalam Pembelajaran Sejarah Tindakan Penerapan Metode ... 53
1. Deskripsi Tindakan Siklus I ... 53
a. Rencana Tindakan Siklus I ... 53
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I... 56
c. Observasi Tindakan Sikus I ... 60
d. Refleksi Tindakan Sikus I ... 61
2. Deskripsi Tindakan Siklus II ... 62
a. Perencanaan Tindakan Siklus II ... 62
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II ... 62
c. Observasi Tindakan Siklus II ... 66
d. Refleksi Tindakan Sikus II ... 68
ix
a. Perencanaan Tindakan Siklus III ... 69
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus III ... 70
c. Observasi Tindakan Siklus III ... 73
d. Refleksi Tindakan Sikus III ... 75
4. Deskripsi Tindakan Siklus IV ... 76
a. Perencanaan Tindakan Siklus IV ... 76
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus IV ... 77
c. Observasi Tindakan Siklus IV ... 83
d. Refleksi Tindakan Sikus IV ... 84
5. Deskripsi Tindakan Siklus V ... 85
a. Perencanaan Tindakan Siklus V ... 85
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus V ... 85
c. Observasi Tindakan Siklus V ... 91
d. Refleksi Tindakan Sikus V... 93
C. Deskripsi Analisis Penerapan Metode Diskusi Buzz Group Untuk Memunculkan Kemampuan Berargumentasi Siswa Mengembangkan Materi Kerajaan Hindu-Buddha di Nusantara dalam Konteks Kebermaksaan Terhadap Situasi Dewasa ini ... 94
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 101
5.1 Kesimpulan ... 101
5.2 Saran ... 103
DAFTAR PUSTAKA ... 104
x
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Perencanaan Format Observasi Metode Diskusi Buzz Group Untuk
Memunculkan Kemampuan Berargumentasi ... 54
Tabel 4.2 Hasil Observasi Metode Diskusi Buzz Group Untuk Memunculkan
Kemampuan Berargumentasi Siswa siklus I ... 61
Tabel 4.3 Hasil Observasi Metode Diskusi Buzz Group Untuk Memunculkan
Kemampuan Berargumentasi Siswa siklus II ... 66
Tabel 4.4 Hasil Observasi Metode Diskusi Buzz Group Untuk Memunculkan
Kemampuan Berargumentasi Siswa siklus III ... 73
Tabel 4.5 Hasil Observasi Metode Diskusi Buzz Group Untuk Memunculkan
Kemampuan Berargumentasi Siswa siklus IV ... 82
Tabel 4.6 Hasil Observasi Metode Diskusi Buzz Group Untuk Memunculkan
Kemampuan Berargumentasi Siswa siklus V ... 91
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan peran penting dalam kehidupan setiap manusia,
karena pendidikan merupakan investasi penting demi kelangsungan masa
depannya. Berfikir dapat memperbanyak pengetahuan tentang berbagai ilmu yang
bermacam-macam. Pengetahuan dapat ditemukan dengan proses berfikir sehingga
dapat mengemukan pengetahuan baru.
Penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru sebagai
pendidik dan siswa sebagai peserta didik, diwujudkan dengan adanya interaksi
belajar mengajar atau proses pembelajaran. Dalam konteks penyelenggaraan ini,
guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dan
berpedoman pada seperangkat aturan dan rencana tentang pendidikan yang
dikemas dalam bentuk kurikulum. Selain itu dalam undang-undang Peraturan
Pemerintah No. 19 Tahun 2006 Pasal 19 ayat 1 menyatakan bahwa:
Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Berdasarkan isi Undang-Undang di atas dapat kita lihat bahwa untuk
mewujudkan proses pembelajaran yang dilakukan bukan hanya pada tataran siswa
belajar dari guru dan guru menjadi pusat pembelajaran dari aktifitas pembelajaran,
pendidikan bukan hanya siswa tahu dan mengerti suatu materi pembelajaran,
namun, bagaimana siswa dapat mengembangkan materi tersebut, dengan
kemampuan bakat yang mereka miliki menuntut siswa melakukan kegiatan
pembelajaran yang menyenangkan dan mengembangkan kreatifitas siswa dengan
Seperti menurut pendapat Supriatna (2007:8), pembelajaran sejarah yang
berorientasi pada masalah-masalah sosial kontemporer dilakukan agar:
1. Materi pembelajaran sejarah tidak hanya difokuskan pada masa lalu (regress) melainkan juga kemasa depan (progress)
2. Pokok bahasan pembelajaran sejarah dapat dikaitkan dengan kehidupan
sehari-hari siswa
3. Pembelajaran sejarah berorientasi pada masalah sosial siswa yang sedang dihadapi
4. Proses pembelajaran sejarah mampu memberdayakan (empowering)
peserta didik memiliki keterampilan sosial yang diberlakukan untuk memecahkan masalah-masalah kehidupan sehari-hari serta tantangan masa kini dan masa depan di era global
5. Dengan mempelajari sejarah para peserta didik memiliki kepekaan sosial (sense of social, prosocial, dan moral sencitivity) terhadap lingkungan sosial tempat mereka berada.
Berdasarkan pendapat dari Supriatna yang mengembangkan pembelajaran
yang menghubungkan materi dengan peristiwa-peristiwa yang ada disekitar siswa
sendiri atau masalah kekinian. Peneliti mengiingin pembelajaran sejarah tidak
hanya memaparkan masa lalu saja tetapi dapat dihubungkan dengan masa
sekarang.
Pada realitanya ada perbedaaan tanggapan yang dikemukakan siswa
mengenai pelajaran sejarah, ada yang menganggap sejarah itu menyenangkan, ada
pula yang mengganggap sejarah itu menjenuhkan, kareana sebagaimana yang
dikemukakan Sutjiatiningsih (1995:8) “pengajaran sejarah adalah pembelajaran
yang membosankan karena dipenuhi dengan fakta, tahun-tahun kejadian, nama-nama para pelaku sejarah tersebut”.
Permasalahan yang diutarakan di atas pun terjadi di SMA Negeri 6 Bandung
kelas XI IPS 3, pada observasi yang peneliti lakukan, peneliti menemukan
beberapa persoalan yang menyebabkan proses pembelajaran menjadi kurang
efektif, persoalan tersebut antara lain:
1. Siswa sendiri merasa materi yang disampaikan tidak menarik minat
disampaikan oleh guru pada saat KBM berlangsung dan siswa memilih
untuk sibuk masing-masing.
2. Saat guru memberikan kesempatan siswa untuk mengemukakan
argumen, tidak ada satu pun siswa yang mengeluarkan argumennya.
3. Pada saat guru menggunakan metode diskusi di dalam kelas, siswa yang
bertanya maupun memberikan argumen tidak lebih dari tiga orang siswa
dan hanya orang-orang itu saja.
4. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru, selama ini hanya
menggunakan dua metode yaitu metode ceramah dan metode diskusi,
guru belum pernah mengangkat suatu materi yang kontekstual ke dalam
kelas untuk dilakukan diskusi, dengan begitu siswa akan mencari materi
tersebut untuk mepertahankan argumen mereka.
Berdasarkan permasalahan di atas keterampilan mengemukakan
argumentasi inilah yang mungkin harus ditumbuhkan untuk memperbaiki kelas XI
IPS 3 adalah dengan cara mengembangkan metode pembelajaran. Salah satu
metode yang dapat meningkatkan kemampuan berargumentasi adalah metode
diskusi buzz group. “Buzz group adalah suatu kelompok besar yang dibagi
menjadi beberapa kelompok kecil, terdiri atas 4-5 orang. Tempat diatur agar siswa
dapat berhadapan muka dan bertukar pikiran dengan mudah. Diskusi diadakan di
tengah pelajaran atau di akhir pelajaran dengan maksud menajankan kerangka
bahan pelajaran, memperjelas bahan pelajaran atau menjawab
pertanyaan-pertanyaan (Hasibuan, dan Moedjiono 2004:20)”.
Diskusi buzz group dan argumentasi merupakan suatu kesatuan yang tak
terpisahkan, adanya suatu komunikasi terjadi karena adanya suatu perbedaan
pendapat dalam kelompok. Dengan menggunakan metode ini peneliti berasumsi
bahwa siswa akan belajar berani dalam mengemukakan argumen dan
mempertahankannya dengan disertai sumber-sumber yang mereka telah baca.
Dengan begitu siswa akan tertantang untuk mempertahankan pendapatnya
Setelah melihat latar belakang masalah yang terjadi dalam pembelajaran
sejarah bahwa pada saat kegiatan belajar-mengajar sejarah siswa tidak fokus dan
kurang kondusif. Oleh karena itu penelitian dalam masalah ini bahwa aspek-aspek
dan metode-metode pembelajaran yang sangat penting dan harus di perhatikan
dalam kegiatan belajar-mengajar didalam pembelajaran sejarah.
Metode yang akan digunakan adalah metode diskusi buzz goup untuk
meningkatkan kemampuan berargumentasi siswa, siswa diharapkan banyak
membaca referensi untuk pengetahuan pendukung untuk memperkuat
argumennya. Selain itu untuk menarik siswa peneliti ingin mengembangkan
materi peradaban Hindu-Buddha di Nusantara dalam konteks kebermaknaan
terhadap situasi dewasa ini di kelas XI IPS 3 SMA Negeri 6 Bandung.
B. Pembatasan Masalah dan Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, maka yang menjadi fokus
penelitian ini adalah metode diskusi buzz group dan kemampuan berargumentasi.
Berdasarkan penerapan di atas maka pertanyaan yang akan diajukan peneliti:
1. Bagaimana guru mendesain pembelajaran sejarah dengan
menggunakan metode diskusi buzz goup untuk meningkatkan
kemampuan berargumentasi siswa dalam pembelajaran sejarah di
kelas XI IPS 3 SMA Negeri 6 Bandung?
2. Bagaimana guru melaksakan metode diskusi buzz group untuk
meningkatkan kemampuan berargumentasi siswa dalam
pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 3 SMA Negeri 6 Bandung?
3. Bagaimana hasil penerapan metode diskusi buzz group dalam
pembelajaran sejarah untuk meningkatkan kemampuan
berargumentasi siswa di kelas XI IPS 3 SMA Negeri 6 Bandung?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan sasaran yang hendak dicapai dalam penelitian.
Tujuan merupakan arah dalam melaksanakan penelitian. Secara umum tujuan dari
group untuk memunculkan keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran sejarah.
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengkaji dan mendeskripsikan desain pembelajaran sejarah yang akan
dilaksanakan dengan penerapan metode diskusi buzz group untuk
meningkatkan kemampuan berargumentasi siswa dalam pembelajaran
sejarah di kelas XI IPS 3 SMA Negeri 6 Bandung.
2. Mengembangkan pembelajaran sejarah dengan penerapan metode diskusi
buzz group untuk meningkatkan kemampuan berargumentasi siswa
dalam mencari informasi, kesimpilan, heristik dan kritik.
3. Mengkaji dan mendiskripsikan hasil penerapan pendekatan metode
diskusi buzz group untuk meningkatkan kemampuan berargumentasi
siswa dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 3 SMA Negeri 6
Bandung.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi siswa maupun
bagi guru dan peneliti sendiri dalam pembelajaran sejarah.
1. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan
dalam model-model pembelajaran sejarah.
2. Bagi guru, yang ingin menggunakan metode diskusi buzz group
untuk meningkatkankan keaktifan belajar dalam pembelajaran
sejarah diharapkan diharapkan digunakan sebagai salah satu
metode dan bahan acuan dalam melaksakan pembelajaran.
3. Bagi siswa, dapat meningkatkan kemampuan dalam pembelajaran,
dapat membuka wacana berfikir tentang apa yang telah terjadi
dilingkungannya dan dapat menemukan solusi atas masalah yang
E. Definisi Operasional
Untuk memudahkan dalam melakukan penelitian, maka dibawah ini
terdapat beberapa definisi operasional yang akan menjelaskan mengenai
variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain :
1. Metode diskusi buzz group
Satu kelompok besar dibagi menjadi beberapa kelompok kecil, terdiri atas 4
sampai 5 orang. Tempat duduk diatur sedemikian agar siswa dapat bertukar
pikiran dan berhadap muka dengan mudah. Diskusi diadakan di
tengah-tengah pelajaran atau di akhir pelajaran dengan maksud menajamkan
kerangka bahan pelajaran, memperjelas bahan pelajaran atau menjawab
pertanyaan-pertanyaan ( Sunaryo, 1989 : 106).
Metode diskusi buzz group merupakan metode diskusi yang membagi siswa menjadi beberapa kelompok kecil yang beranggotakan 4 sampai dengan 5 orang lalu siswa diberi permasalahan untuk didiskusikan denan kelompok kecil. Setelah itu siswa dibagi lagi menjadi dua kelompok besar dengan tempat duduk siswa diatur posisinya berhadap-hadadapan dan kembali berdiskusi kepada kelompok besar tentang pemecahan masalah yang diketahuinya setelah menyampaikan kepada kelompok besar kedua kelompok besar melakukan diskusi.
Tahapan yang dilakukan dalam pembelajan sejarah dengan menggunakan
metode debat pada penelitian ini antara lain:
a) Membagi kelompok diskusi
b) Menentukan tema yang akan didiskusikan
c) Pencarian sumber yang akan didiskusikan
d) Pelaksanaan diskusi
Alat pengumpul data dari metode debat ini adalah lembar observasi debat yang
mengukur mengenai Kemampuan kerjasama siswa dengan indikator-indikator:
1. Siswa cenderung diam dan tidak mampu membangun kekompakan dengan
kelompoknya.
2. Siswa cukup mampu berkomunikasi, tapi belum mampu membangun
3. Mampu berkomunikasi dan mulai mampu membangun kekompakan
dengan kelompoknya.
4. Siswa mampu berkomunikasi dan membangun kekompakan dalam
kelompoknya dengan sangat baik.
argumentasi adalah suatu bentuk retorika yang berusaha untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain, agar mereka itu percaya dan akhirnya bertindak sesui dengan apa yang diinginkan penulis atau pembaca.
Menurut Leverett S. Lyon (1919:9):
„argumentation is that form of discourse that we use when we attempt to make someone else belive as we wish him to belive. argumentation is the art of producing in the mind of someone else a belief in the ideas which the speaker or writer wish the hearer or reader to accept’.
„Argumentasi adalah bentuk wacana yang kita gunakan ketika kita mencoba untuk membuat seseorang percaya, seperti yang kita inginkan. Argumentasi adalah seni mempengaruhi pikiran orang lain untuk meyakinkan ide-ide pembicara atau penulis dan berharap pendengar atau pembaca dapat menerima‟.
Jadi dapat saya simpulkan bahwa argumentasi adalah seni dalam
berbicara yang dapat mempengaruhi lawan bicara kita, sehingga dia
dapat menyakinkan berpihak kepada kita. Berdasarkan
pengertian-pengertian di atas saya mencoba untuk membuat indkcator yang dapat
menjawab dari kemampuan berargumentasi, indikator tersebut antara
lain:
1. Siswa mampu mengemukakan argumentasi mengenai materi
2. Pendapat siswa sesuai dengan permasalahan atau materi sejarah
yang sedang di bahas.
3. Siswa berpendapat sesuai dengan posisi kelompok dirinya.
4. Siswa mampu berpendapat yang berlandaskan sumber bacaan
sejarah yang mereka baca. Sumber bacaan tersebut hendaknya
harus jelas siapa penulisnya.
Adapun indikator-indikator yang disebutkan di atas akan
dimasukan kedalam rubric yang nantinya sistem penilaiannya akan
menggunakan skala dibawah ini:
Point 1 = Kb : Kurang baik
Point 2 = Cb : Cukup Baik
Point 3 = B : Baik
Point 4 = Sb : Sangat baik
Pengukuran berhasil atau tidaknya pertumbuhan kemampuan
berarumentasi dalam belajar siswa di kelas XI IPS 3 ini, selain dengan
menggunakan lembar observasi yang menggunakan skala di atas,
peneliti juga akan melihat seberapa besar siswa akan bertanya dengan
hal-hal yang baru mengenai sejarah baik di dalam maupun di luar
proses pembelajaran pembelajaran sejarah, dengan begitu diharapkan
berpengaruh juga terhadap peningkatan hasil belajar siswa kelas XI IPS
3 dalam bentuk angka keberhasilan.
F. Sistematika penulisan
1. BAB I Pendahuluan
Bab ini memaparkan secara garis besar mengenai masalah yang akan
dikaji. Adapun di dalamnya terdapat sub pokok yang terdiri dari latar
belakang masalah, perumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, definisi oprasional dan sistematika
2. BAB II Kajian Pustaka
Pada Bab ini memaparkan tentang tinjauan pustaka peneliti
menjabarkan konsep-konsep yang digunakan untuk menganalisis
permasalahan dalam penulisan hasil penelitian dan menjadikannya
sebagai kerangka berpikir. Peneliti menggunakan berbagai sumber dan
hasil browsing untuk menguraikan konsep-konsep dalam penelitian.
3. BAB III Metodologi Penelitian
Bab ini menjelaskan tentang teknik serta tahapan-tahapan penelitian
yang akan dilakuakan oleh peneliti.
4. BAB IV Hasil Penelitaian dan Pembahasan
Dalam bab ini, berisi tentang refleksi berbagai data yang telah
dikumpulkan dan diolah setelah melaksanakan penelitian. Pemeparan
yang disertai dengan analisis yang berdasarkan atas data yang
diperoleh selama penelitian.
5. BAB V Kesimpulan
Bab ini yaitu berisi tentang keputusan yang dihasilkan oleh peneliti
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
Pada bab ini peneliti akan memaparkan metode penelitian yang digunakan
dalam kajian mengenai “Penerapan Metode Diskusi Buzz Group Untuk
Meningkatkan Kemampuan Beragumentasi Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah”.
Adapun sub-sub yang dijabarkan dalam bab ini yaitu: Metode Penelitian, Prosedur
Penelitian, Lokasi dan Subjek Penelitian, Instrumen Penelitian, dan Teknik
Pengumpulan dan Analisis.
A.Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti mengunakan metode Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) yang dikenal juga dengan istilah Classroom Action Research (CAR)
yang menunjuk pada model Spiral dari Kemmis dan Taggart (1988). Penelitian ini
bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran Sejarah di
kelas XI IPS 3 secara berkesinambungan dan diharapkan dapat memperbaiki
kekurangan-kekurangan yang ada dalam proses pembelajaran Sejarah sebelumnya
sehingga dapat membantu memperbaiki.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menurut Kemmis dan Taggart (1988)
dalam Wiriaatmadja menjelaskan bahwa penelitian tindakan adalah sebuah bentuk
inkuiri reflektif yang dilakukan secara kemitraan mengenai situasi sosial tertentu
(termasuk pendidikan) untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan dari a)
Kegiatan praktek sosial atau pendidikan mereka b) pemahaman mereka mengenai
kegiatan-kegiatan praktek pendidikan ini, dan c) situasi yang memungkinkan
terlaksananya kegiatan praktek ini.
Selain itu, ada beberapa pendapat dari para ahli yang melengkapi definisi di
atas. Supriatna dalam bukunya Kontruksi Pembelajaran Sejarah Kritis (2007: 190)
menyatakan bahwa PTK yang merupakan terjemahan dari Classroom Action
Research dapat di definisikan sebagai penelitian yang dilakukan oleh guru secara
individual atau kelompok, terhadap pembelajaran yang digunakan untuk
27
yang paling cocok dengan cara dia mengajar, cara siswa belajar, dan kultur yang
sedang berlaku di lingkungan setempat.
Pendapat lain mengenai PTK dikemukakan oleh Kunandar (2008: 46) yaitu
penelitian tindakan kelas adalah sebuah bentuk kegiatan refleksi diri yang
dilakukan oleh para pelaku pendidikan dalam suatu situasi pendidikan untuk
memperbaiki rasionalitas dan keadilan tentang: (a) praktik-praktik kependidikan
mereka, (b) pemahaman mereka tentang praktik-praktik tersebut, dan (c) situasi
dimana praktik-praktik tersebut dilaksanakan.
Menurut Kusnandar (2008: 63) tujuan dari Penilitian Tindakan Kelas
adalah:
1. Untuk memecahkan permasalahan yang terjadi di dalam kelas
berlangsung dalam interaksi antara guru dengan siswa yang sedang
belajar, meningkatkan profesionalisme guru, dan menumbuhkan
budaya akademik dikalangan para guru.
2. Meningkatkan kualitas praktik pembelajaran di kelas XI IPS 3 secara
terus-menerus mengingat masyarakat berkembang secara cepat.
3. Meningkatkan relevansi pendidikan, hal ini dicapai melalui proses
pembelajarandi SMA Negeri 6 Bandung.
4. Sebagai alat traning in-service, yang memperlengkapi guru dengan
skill dan metode baru, mempertajam kekuatan analitisnya dan
mempertinggi kesadaran dirinya.
5. Sebagai alat untuk memasukan pendekatan tambahan atau inovatif
terhadap sistem pembelajaran yang berkelanjutan yang biasanya
menghambat inovasi dan perubahan di kelas XI IPS 3.
6. Peningkatan mutu hasil pendidikan melalui perbaikan praktik
pembelajaran di kelas XI IPS 3 dengan mengembangkan berbagai
jenis keterampilan dan meningkatkan motivasi belajar siswa.
7. Meningkatkan sikap proesional pendidik dan tenaga kependidikan di
28
8. Menumbuhkan budaya akademik di lingkungan sekolah, sehingga
tercipta sikap proaktif dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan
dan pembelajaran secara berkelanjutan.
9. Peningkatan efisiensi pengelolahan pendidikan, peningkatan atau
proses pembelajaran di SMA Negeri 6 Bandung, disamping untuk
meningkatkan relevansi dan mutu hasil pendidikan juga ditunjukan
untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber-sumber daya yang
terintegrasi di dalamnya.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa PTK adalah
suatu kegiatan yang dilakukan untuk menutupi kekurangan-kekurangan yang
terjadi dalam proses pembelajaran sebelumnya dan dapat memperbaiki proses
pembelajaran selanjutnya sehingga siswa tidak terperangkap oleh satu metode
pengajaran saja yang terkesan dipaksakan oleh guru sehingga menyebabkan siswa
kehilangan minat dan semangat dalam belajarnya. Di dalam pelaksanaannya,
peneliti akan berkolaborasi dengan guru SMA Negeri 6 Bandung yakni Dra. Wien
Rosmiarti, Dosen Pembimbing I, Drs. Nana Supriatna, M.Ed ,Dosen Pembimbing
II, Drs. R.H. Achmad Iriyadi, dan Anny Wahyuni sebagai mitra yang membantu
penelitian ini, dalam setiap observasi tindakan yang sudah direncanakan.
Kolaborasi tersebut membantu mempermudah penelitian tindakan kelas.
Penelitian ini di laksanakan di SMA Negeri 6 Bandung yang terletak di
Jalan H.O.S Tjokroaminoto. Latar belakang siswa yang berada di sekolah ini
adalah kurang percaya diri dalam menanggapi dan menyanggah untuk
mengemukakan pendapatnya pada saat kegiatan belajar berlangsung. Oleh karena
itu peneliti mengadakan penelitian dan berusaha memberikan treatment atau
perlakuan sehingga diharapkan dapat memperbaiki dari yang semula dianggap
tidak baik.
B.Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian kelas dilaksanakan melalui beberapa tahapan yang
digambarkan dalam beberapa siklus. Hal tersebut sebagai upaya untuk mengkaji
secara keseluruhan masalah yang menjadi proses penelitian. Peneliti menganalisis
29
Model penelitian tindakan kelas yang penulis gunakan adalah model yang
dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart dalam suatu sistem spiral atau dalam
bentuk siklus. Tahapan-tahapan silkus tersebut meliputi perencanaan (Plan)
merupakan tahapan awal dalam mengenali permasalahan yang ada dalam strategi
pemecahan masalah dari masalah tersebut di kelas XI IPS 3 kemudian
pelaksanaan (Act) yaitu menguji coba strategi pemecahan masalah kedalam kelas
XI IPS 3 dan pengawasan (Observe) yaitu merekam dan mangamati keadaan yang
sedang berlangsung di dalam kelas XI IPS 3, dilanjutkan (reflect) yaitu melakukan
evaluasi dari seluruh aktivitas yang dilakukan apa bila dinilai tidak berhasil maka
selanjutnya meninjau kembali rencana yang direncanakan untuk membuat siklus
yang baru sampai tujuan dapat tecapai. Ilustrasi pelaksanaan tindakan kelas model
spiral di gambarkan sebagai berikut:
.
Gambar 3.1
Model Spiral dari Kemmis dan Taggart
Sumber: Wiriaatmadja 2007:66
Dari gambar di atas dapat dijelaskan bahwa penelitian tindakan kelas ini
dilaksanakan menjadi beberapa tahap, setiap siklus mempunyai kekurangan pada
30
kebutuhan peneliti. Bila penelitian sudah sesuai dengan apa yang diharapkan
maka siklus bisa dihentikan. Untuk lebih jelasnya, dalam gambar di atas adalah
sebagai berikut:
1. Perencanaan (Planning)
Perencanaan merupakan suatu proses untuk menentukan ke mana
harus pergi dan mengidentifikasikan persyaratan yang diperlukan
dengan cara yang paling efektif dan efisien (Harjanto 2008:2).
Perencanaan dalam penelitian ini adalah melakukan identifikasi
masalah dengan melakukan observasi awal ke sekolah yang akan
dijadikan tempat untuk penelitian. Berdasarkan observasi awal ini
peneliti menemukan masalah dimana siswa pada umumnya tidak
memiliki kepercayaan diri untuk mengemukakan pendapat. Ketika guru
mengatakan ada yang mau ditanyakan? Siswa diam dan hanya beberapa
orang yang bertanya maupun menyanggah, tetapi hanya orang itu-itu
saja yang bertanya.
Pada tahapan ini, perencanaan yang dilakukan meliputi sebagai berikut:
a. Menentukan kelas yang akan dijadikan tempat penelitian yaitu kelas
XI IPS 3.
b. Melakukan pengamatan pra penelitian terhadap kelas yang akan
digunakan sebagai tempat penelitian.
c. Mendiskusikan peristiwa-peristiwa kekinian yang akan
dikembangkan dalam pembelajaran sejarah.
d. Meminta kesediaan mitra dalam hal ini guru mata pelajaran sejarah
di SMA Negeri 6 Bandung untuk mengamati proses belajar
mengajar yang akan dilaksanakan di kelas penelitian.
e. Menyusun kesepakatan dengan kolaborator tentang penentuan waktu
penelitian akan dimulai.
f. Menentukan model penelitian tindakan kelas yang akan digunakan.
g. Menentukan silabus dan rencanaan pelaksanaan pembelajaran yang
31
h. Mengunakan metode dan langkah-langkah yang akan digunakan
dalam proses belajar mengajar.
i. Menyusun alat observasi yang akan digunakan dalam penelitian
untuk melihat kemampuan berargumentasi siswa yang dikaitkan
dengan peristiwa kekinian.
j. Merencanakan untuk melakukan diskusi dengan kolaborator
berdasarkan hasil pengamatannya berkaitan dengan pembelajaran
sejarah yang dikaitkan dengan peristiwa kekinian.
k. Membuat rencana untuk perbaikan-perbaikan terhadap kekurangan
yang ditemukan setelah berdialog dengan kolaborator.
l. Merencanakan untuk mengolah data yang diperoleh setelah
penelitian selesai.
2. Tindakan (Action)
Menurut Rizki, N (2009:48) "Tindakan merupakan praktek
pembelajaran yang dilakukan berdasarkan rencana tindakan yang telah
disusun sebelumnya". Pada saat tindakan ini, peneliti melaksanakan
penelitian dalam empat siklus. Tindakan dilaksanakan tidak hanya
didalam kelas, yaitu dengan adanya wawancara dan observasi langsung
terhadap kelas XI IPS 3. Pelaksanaan tindakan harus sesuai dengan
perencanaan yang disepakati dan dilakukan oleh peneliti serta
kolaborator.
Pada tahap ini tindakan yang akan dilakukan adalah:
a. Melaksanakan tindakan dalam pembelajaran sejarah yang dikaitkan
dengan peristiwa kekinian sesuai dengan silabus dan rencana
pembelajaran, serta metode dan langkah-langkah yang telah
direncanakan.
b. Mengembangkan pembelajaran sejarah diantaranya dengan
mengangkat masalah sosial, bencana alam, dan politik di Indonesia.
c. Menggunakan alat observasi yang telah dibuat untuk melihat
32
d. Melakukan diskusi dengan kolaborator berdasarkan hasil
pengamatan di dalam kelas.
e. Membuat rencana perbaikan-perbaikan terhadap
kekurangan-kekurangan yang ditemukan setelah berdialog.
f. Melaksanakan pengolahan data yang diperoleh serta menyelesaikan
penelitian.
3. Pengamatan (Observation)
Pengamatan merupakan pendokumentasian pengaruh tindakan
yang diberikan kepada (subjek) siswa (Rizki, N 2009:49). Pelaksanaan
pengamatan dilaksakan bersama dengan pelaksanaan tindakan selain
itu, dalam pengamatan juga dilakukan analisis. Peneliti melakukan
analisis berdasarkan pengamatan seluruh tindakan. Pengamatan dalam
penelitian tindakan kelas mempunyai fungsi mendokumentasi implikasi
tindakan yang diberikan oleh peneliti kepada siswa kelas IX IPS 3
SMA Negeri 6 Bandung.
Pada tahapan ini, pengamatan yang dilakukan meliputi kegiatan berikut:
a. Melakukan pengamatan terhadap kegiatan mengajar guru, yang
mencakup hal-hal berikut:
1) Melaksanakan apersepsi yang dapat menarik perhatian siswa
untuk mengikuti pembelajaran
2) Memberikan motivasi belajar kepada siswa sehingga suasana
belajar lebih menyenangkan
3) Mengakaitkan pembelajaran sejarah dengan peristiwa kekinian
seperti bencana alam, politik, dan masalah sosial di Indonesia
4) Mengunakan media pembelajaran yang sesuai dengan materi
yang akan dibahas
5) Memberikan reward kepada siswa yang memperhatikan dan mau
33
b. Melakukan pengamatan terhadap kesiapan belajar siswa, yang
mencakup hal-hal berikut:
1) Kesiapan siswa mengikuti pembelajaran sejarah yang dikaitkan
dengan peristiwa kekinian
2) Banyaknya siswa yang memperhatikan saat proses belajar
mengajar berlangsung
3) Respon siswa terhadap topik yang dikembangkan guru
4) Respon siswa yang menjawab pertanyaan guru
5) Kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan untuk
mengemukakan pendapat
c. Melakukan pengamatan terhadap proses belajar mengajar yakni:
1) Keadaan kelas
2) Situasi belajar
3) Interaksi guru dan siswa
4. Refleksi (Reflection)
Refleksi merupakan sarana untuk melakukan pengkajian kembali
tindakan yang telah dilakukan terhadap subjek penelitian dan telah
dicatat dalam observasi (Iswarita, H 2010:42). Dalam melakukan
refleksi terhadap penelitian ini kegiatan mengulas perubahan yang
terjadi pada siswa, suasana kelas, maupun guru. Refleksi dilakukan
setelah melakukan analisis bersama kolaborator mengenai kekurangan
dan kelebihan dalam belajar mengajar. Menurut Hopkins dalam
Arikunto (2008: 80) „mengatakan bahwa refleksi dalam PTK
mencakup analisis, sintentis dan penilaian terhadap hasil pengamatan
atas tindakan yang dilakukan. Jika terjadi masalah dalam refleksi, maka
34
C.Subjek Penelitian
Penelitian kelas ini dilaksanakan di SMA Negeri 6 Bandung yang terletak di
daerah Pasir Kaliki no 51. Sasaran penelitian ini adalah siswa-siswi kelas IX IPS 3
tahun ajaran 2012/2013. Pada umumnya kebanyakan sikap siswa yang
berpandangan negatif terhadap pembelajaran sejarah. Karena pengalaman belajar
yang di ciptakan oleh guru pada saat proses pembelajaran sejarah hanya
menginformasikan, siswa mencatat apa yang di informasikan oleh guru, sehingga
pembelajaran dianggap membosankan bagi siswa. Siswa kurang berpartisipasi dan
terlibat dalam pembelajaran.oleh karena itu, permasalahan di atas harus diperbaiki
dalam proses pembelajaran di kelas agar siswa lebih berpartisipasi dalam KBM.
Peneliti melakukan penelitian awal mereka melakukan proses pembelajaran.
Dengan diadakan penelitian ini, diharapkan dapat memberikan kesan pertama
yang menyenangkan bagi siswa. Selain itu kedepannya peneliti mengharapkan
siswa mempunyai perasaan senang dan tertarik pada pembelajaran sejarah.
D.Instrumen Penelitian
Instrumen adalah suatu alat yang digunakan uneuk mengukur fenomena
alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2011:102). Data-data mengenai
proses tindakan, pengaruh tindakan serta hasil setelah dilaksanakan tindakan yang
telah terkumpul selama berlangsungnya proses pelaksanaan tindakan dituangkan
dalam catatan lapangan.
Instrumen adalah alat yang digunakan untuk memperoleh data yang di
inginkan sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian tindakan kelas ini,
instrumen yang utamanya adalah peneliti. Alat bantu yang peneliti gunakan
adalah lembar observasi ini merupakan perangkat yang digunakan untuk
mengumpulkan data mengenai aktivitas siswa selama proses diskusi dalam
pembelajaran sejarah dengan menggunakan metode diskusi buzz group. Dimana
peneliti tindakan kelas sebagai peneliti bertradisi kualitatif dengan latar atau
setting yang wajar dan alami diteliti, memberikan peranan penting bagi
35
menghadapi situasi yang berubah-ubah dan tidak menentu, seperti halnya banyak
terjadi di kelas (Wiriaatmadja, 2007: 96).
E.Teknik Pengumpulan Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini digunakan dengan menggunakan
beberapa metode untuk memperoleh data dari penelitian. Adapun metode-metode
yang digunakan untuk pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah berikut:
1. Pedoman Observasi
Observasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah observasi
terbuka. Observasi terbuka adalah apa bila observer mencatat segala
sesuatu yang terjadi di kelas dalam kertas yang telah disediakan
sebelumnya. Tujuan menggunakan catatan demikian adalah untuk
menggambarkan situasi kelas selengkapnya sehingga urutan-urutan
kejadian tercatat semua (Wiriaatmadja, 2007: 110-111).
Observasi terbuka dalam penelitian ini menfokuskan pada hal-hal
yang menjadi sumber data yang diperlukan yaitu untuk melihat aktivitas
guru dan siswa dalam proses pembelajaran dengan menerapkan metode
diskusi buzz group untuk memunculkan kemampuan berargumentasi
siswa dalam pembelajaran sejarah.hasil dari penelitian yang dilaksanakan
didiskusikan kembali dengan kolaborator. Hasil diskusi bahkan dijadikan
refleksi untuk tindakan berikutnya. Catatan lapangan ini merupakan data
yang penting bagi peneliti untuk mengetahui perbaikan dari kemampuan
berargumentasi siswa.
2. Tugas Kelompok
Tugas kelompok dalam penelitin ini dijadikan alat untuk
menerapkan metode diskusi buzz group. Tugas-tugas yang diberikan pada
penelitian ini mencari artikel yang sesuai dengan materi yang akan
dibahas. Membandingkan banjir pada zaman Kerajaan Taruma dengan
36
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah pengumpul informasi dalam penelitian sebagai
sumber data yang berkitan dengan suasana yang terjadi di kelas pada saat
penelitian tindakan kelas dilaksanakan. Dokumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah perekam suara untuk merekam suasana kelas secara
mendetail tentang peristiwa yang terjdi di kelas.
Data yang hendak dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data tentang:
1. Cara guru mendisai penerapan metode diskusi buzz group untuk
memunculkan kemampuan berargumentasi siswa dalam pembelajaran
sejarah di kelas IX IPS 3 SMA Negeri 6 Bandung. Informasi tentang
data tersebut bersumber dari penelitian dengan menggunakan teknik
pengumpulan data melalui diskusi balikan. Alat bantu yang
digunakan adalah lembar diskusi balikan.
2. Cara atau langkah yang sesuai diterapkan guru dalam menggunakan
metode diskusi buzz group di kelas IX IPS 3 SMA Negeri 6 Bandung
sehingga dapat memunculkan kemampuan berargumentasi siswa
dalam pembelajaran sejarah. Dalam hal ini data yang dikumpulkan
adalah tugas-tugas dalam diskusi buzz group. Informasi tersebut
diperoleh dari hasil tindakan yang dilakukan dengan menggunakan
teknik pengumpulan data diskusi balikan.
3. Perubahan kemampuan berargumentasi siswa di kelas IX SMA
Negeri 6 Bandung telah diterapkan metode diskusi buzz group.
Tindakan tersebut dapat dilihat dari sesuai tidaknya proses belajar
siswa dengan tujuan serta materi yang diterapkan.
F. Pengolahan dan Analisis Data
Berikut merupakan pemaparan dari analisis kualitatif dan kuantitatif adalah:
Penelitian kualitatif juga sering disebut metode penelitian naturalistik karena
penelitiaannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting) seperti yang
dikemukakan oleh Creswell dalam Wiriaatnadja (2007: 8) „bahwa sebuah
masalah-37
masalah sosial dengan tradisi metodelogi yang berbeda‟. Hal ini dikarenakan
bahwa data yang didapat lalu di analisis dan bersifat kualitatif. Peneliti
menggambarkan hasil lapangan yang kompleks dan melaporkan pandangan pada
observer. Pengolahan dan analisis data kualitatif yaitu:
a. Pengumpulan dan Kategori Data
Pada tahap ini peneliti mengumpulkan semua data yang diperoleh
berdasarkan dengan instrumen yang dibuat sebelumnya, kemudian
dikondisikan dengan jenis dan sumbernya. Setelah tahapan tersebut
dilakukan, dilanjutkan dengan peneliti menginter pretasikan
pengelolaan data untuk memudahkan pengkatagorian data. Dalam
penelitian ini data dikatagorikan untuk perubahan pada pembelajaran
siswa.
b. Validasi Data
Validasi merupakan salah satu syarat penting untuk pelaksanaan
jenis penelitian, termasuk Penelitian Tindakan Kelas. Kegiatan yang
peneliti lakukan adalah:
1) Member check
Yakni memeriksa kembali data temuan dengan cara
mengkonfirmasi dengan sumber data. Dalam proses ini, data atau
informasi yang didapat dari seluruh pelaksanaan tindakan yang
diperoleh peneliti dan mitra yang dikonfirmasikan kepada guru
kelas melalui diskusi balikan pada setiap akhir pelaksanaan
tindakan.
2) Expert Opinion
Yaitu dengan mengecek kembali antara data yang ditemukan
dengan pendapat para pakar dalam bidang ini, yaitu para
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam BAB V ini berisikan kesimpulan penelitian secara keseluruhan dan
data-datanya diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dan meningkatkan
kemampuan berargumentasi siswa di kelas XI IPS 3 SMA Negeri 6 Bandung
dengan menggunakan penelitian tindakan kelas. Kesimpulan merupakan jawaban
dari hasil pertanyaan-pertanyaan penelitian yang terdapat dalam bab pendahuluan
yang diberikan secara singkat. Selain kesimpulan bab V juga berisi rekomendasi
dari peneliti terhadap beberapa pihak yang terkait dalam penelitian ini dengan
tujuan untuk lebih mengembangkan pembelajaran mengunakan metode diskusi
buzz group.
A. Kesimpulan
Pertama, kondisi awal pembelajaran sejarah yang dilakukan di kelas XI IPS
3 SMA Negeri 6 Bandung sebelum diterapkan metode diskusi buzz group terlihat
dari siswa yang kurang memberikan kesempatan untuk bertanya dan
mengemukakan argumennya, ketika guru memberi kesempatan kepada siswa
untuk bertanya hanya dua siswa yang bertanya. Oleh karena itu peneliti
menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK), untuk menumbuhkan kemampuan
berargumentasi siswa kelas XI IPS 3 SMA Negeri 6 Bandung melalui metode
diskusi buzz group.
Kedua, dalam menggunakan metode diskusi buzz group harus dirancang
perencanaan yang matang. Hal ini dilakukan untuk kelancaran dalam proses
pelaksanaan pembelajaran di kelas XI IPS 3 SMA 6 Bandung. Perencanaan yang
dilakukan berupa menyiapkan materi ajar yang akan disampaikan
menghubungkan materi kerajaan Hindu-Buddha dengan peristiwa kekinian yaitu
banjir di Jakarta, jiwa maritim, bencana alam Yogyakarta, politik, dan toleransi
umat beragama. Menyusun RPP dan menentukan indikator dalam pembelajaran
yang sesuai dengan penerapan metode diskusi buzz group. Buuz group
92
pemecahan masalah, menyiapkan sumber-sumber belajar, membagi siswa secara
berkelompok yang beranggotakan 4 sampai 5 orang.
Ketiga, ketika mengunakan metode diskusi buzz group siswa mengalami
kemajuan dalam pembelajaran. Karena melalui metode pembelajaran diskusi buzz
group, siswa diharuskan berperan aktif dalam pembelajaran yaitu melalui bertukar
pendapat secara berkelompok untuk disajikan saat berargumentasi pada kegiatan
diskusi dengan aktif dalam pembelajaran, dan melakukan diskusi dengan saling
mengeluarkan argumen antar kelompok. Guru berperan sebagai fasilitator dalam
menciptakan kondisi pembelajaran dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan
yang dapat menumbuhkan kemampuan berargumentasi seperti bandingkan banjir
di Tarumanegara dengan di Jakarta saat ini? Melalui kondisi pembelajaran
tesebut, berdampak kepada kemampuan berargumentasi siswa kelas XI IPS 3 ini
dengan berargumen kelompok 8 menjawab diwakili AN menjawab: penyebab
banjir di Tarumanegara karena curah hujan yang tinggi sedangkan di Jakarta
karena kiriman dari Bogor, kelompok 7 diwakili DR menjawab: saya sependapat
dengan kelompok 8 tetapi di Jakarta bukan hanya karena kiriman tetapi karena
sampah juga yang dibuang ke sungai yang mengakibatkan penyumbatan air,
kelompok 9 diwakili MM menjawab: di Jakarta bukan karena sampah saja tetapi
karena saluran air yang kurang dan di Tarumanegara karena tidak ada saluran air.
Dengan demikian tujuan dari pembelajaran yang diharapkan guru dapat sesuai
dengan perencanaan.
B. Rekomendasi
Bedasarkan pengalaman penelitian tindakan kelas selama menerapkan
metode diskusi buzz group dalam pembelajaran sejarah, berikut ini rekomendasi
peneliti bagi beberapa pihak yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan
dengan tujuan untuk lebih mengembangkan pembelajaran sejarah selanjutnya
dalam menerapkan metode diskusi buzz group.
1. Pihak Sekolah
Peneliti berharap penggunaan metode diskusi buzz group dapat
93
2. Guru
Peneliti berharap melalui penerapan metode diskusi buzz group diharapkan
dapat memperbaiki pembelajaran sejarah yang dihadapi. Guru harus lebih
melibatkan siswa dalam proses pembelajaran. Guru tidak lagi berperan
sebagai pusat informasi bagi siswa lebih berperan sebagai motivator dan
fasilitator dalam proses pembelajaran sehingga berpengaruh dalam
keberhasilan siswa.
3. Siswa
Peneliti berharap penerapan metode diskusi dapat mengembangkan
kemampuan berargumentasi siswa. Selain itu, melalui metode tersebut
diharapkan siswa lebih berperan aktif dalam proses pembelajaran melalui
keterampilan bertanya, menjawab, mengemukakan pendapat dan
menyanggah pendapat orang lain.
4. Penelitian
Peneliti berharap penelitian ini dapat menambah wawasan keterampilan
dalam menerapkan metode pembelajaran pada proses pembelajaran
selanjutnya. Selain itu, melalui penelitian ini peneliti mendapat penelitian
baru dalam mengembangkan metode pembelajaran sejarah. Selain itu,
diharapkan penelitian seperti ini lebih banyak lagi dilakukan sehingga
Daftar Pustaka
Sumber buku:
Andrian, (2004). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Grafindo.
Arikunto S, (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara
Boeree G. C, (2008). Metode Pembelajaran dan Pengajaran. Jogyjakarta: Ar-ruzz Media
Dahar R. W, (1996). Teori-Teori Belajar. Bandung: Erlangga
Edgen P, (2012). Strategi dan Model Pembelajaran Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berpikir. Jakarta: Index
Gulo W, (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo
Faturahman P, (2007). Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami. Bandung: Refika Aditama.
Hatimah I, (2003). Strategi dan Metode Pembelajaran. Bandung: Adira.
Hasan H. ddk, (2011). Buku Ajar Penelitian Pendidikan Sejarah. Bandung: Tidak diterbitkan.
Hasibuan & Moejiono, (2008). Proses Balajar Mengajar. Bandung: Rosda
Keraf G, (2010). Argumentasi dan Narasi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Kunandar, (2008). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Mulyasa, E, (2009). Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya
Sjamsuddin H, (2007). Metodelogi Sejarah. Yogyakarta: Ombak
Sugiono, (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B. Bandung: Alfabeta.
Suryosubroto. B, (2002). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta
Sutjiatiningsih. S, (1995). Pengajaran Sejarah Kumpulan Makalah Simposium. Jakarta: Dwi Jaya Karya.
Supriatna. N, (2007). Kontruksi Pembelajaran Sejarah Kritis. Bandung: Historia Utama Press
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional 2006, Penerbit Fokus Media
UPI, (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Tidak Diterbitkan
Poesponegoro dan Notosusanto, (1993). Sejarah Nasional Indonesia II. Jakarta: Balai Pustaka.
Wahab, A. A, (2007). Metode dan Model-Model Mengajar. Bandung: Alfabeta
Wayan, B. I, (2008). Sejarah SMA Kelas XI. Bandung: Erlangga
Wiriaatmadja, R. (2007). Metode Penelitian Tindakan kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Zainul, A, (2001). Mengajar di Perguruan Tinggi Alternative Assesment. Jakarta: Proyek Pengembangan Universitas Terbuka Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Sumber Internet:
Dipodjojo Asidi, (1982). Komunikasi Lisan. Taritere’s Weblog, [online]. Tersedia: http://taritere.wordpress.com/tag/debat/ [16 Oktober 2008]
Sumber Skipsi:
Lutfiani.Y, (2012). Penerapan Metode Debat Dalam Pembelajaran Sejarah
Sebagai Upaya Untuk Menumbuhkan Keterampilan Mengemukakan
Sofyanti, (2010). Penerapan Metode Diskusi Kelompok Kecil Untuk Menumbuhkan Keeterampilan Berpikir Kritis Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah. Bandung: Tidak Diterbitkan