• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE DISKUSI BUZZ GROUP UNTUK MEMUNCULKAN KEMAMPUAN BERARGUMENTASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH :Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 6 Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN METODE DISKUSI BUZZ GROUP UNTUK MEMUNCULKAN KEMAMPUAN BERARGUMENTASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH :Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 6 Bandung."

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN METODE DISKUSI BUZZ GROUP UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN BERARGUMENTASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN

SEJARAH (Penelitian Tindakan Kelas Di Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 6 Bandung)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Jurusan Pendidikan Sejarah

Novia Intanita

0802826

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

i

ABSTRAK

Skripsi yang berjudul “Penerapan Metode Diskusi Buzz Group Untuk

memunculkan Kemampuan Berargumentasi Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 6 Bandung)”. Tujuan

(3)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Definisi Operasional ... 8

1. Pembelajaran Sejarah dengan Menggunakan Metode Diskusi Buzz Group ... 8

2. Kemampuan Berargumentasi ... 9

F. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II PENERAPAN METODE DISKUSI BUZZ GROUP UNTUK MEMUNCULKAN KEMAMPUAN BERARGUMENTASI SISWA ... 13

A. Pengertian Metode Diskusi Buzz GroupKeterampilan ... 13

1. Pengertian Metode Pembelajaran ... 15

2. Jenis-Jenis Diskusi ... 17

3. Alasan Penggunaan Metode Diskusi Buzz Group ... B. Tujuan dan Manfaat Metode Diskusi Buzz Group ... 21

C. Prinsif dan Langkah-langkah Diskusi ... 24

D. Keunggulan dan Kelemahan Metode Diskusi Buzz Group ... 26

E. Pengembangan Kemampuan Berargumentasi ... 31

BAB III METODE PENELITIAN ... 34

A.Metode Penelitian ... 35

(4)

viii

1 Lokasi Penelitian ... 44

2. Subjek Penelitian ... 44

D.Instrumen Penelitian ... 44

E. Teknik Pengumpulan dan Analisa ... 45

1. Pedoman Observasi ... 45

2. Pedoman Wawancara ... 46

3. Tugas Kelompok ... 46

4. Dokumentasi ... 46

F. Pengolahan dan Analisis Data ... 48

1. Data Kuantitatif ... 48

2. Data Kualitatif ... 49

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN ... 50

A.Deskripsi Data Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 50

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 51

2. Profil Guru Mitra SMA Negeri 6 Bandung ... 51

3. Karakteristik kelas Penelitian di SMA Negeri 6 Bandung ... 52

B. Deskripsi Pelaksanaan dan Aplikasi Data Penerapan Data Data Metode Data Diskusi Buzz Group Untuk Memunculkan Kemampuan Berargumentasi Siswa dalam Pembelajaran Sejarah Tindakan Penerapan Metode ... 53

1. Deskripsi Tindakan Siklus I ... 53

a. Rencana Tindakan Siklus I ... 53

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I... 56

c. Observasi Tindakan Sikus I ... 60

d. Refleksi Tindakan Sikus I ... 61

2. Deskripsi Tindakan Siklus II ... 62

a. Perencanaan Tindakan Siklus II ... 62

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II ... 62

c. Observasi Tindakan Siklus II ... 66

d. Refleksi Tindakan Sikus II ... 68

(5)

ix

a. Perencanaan Tindakan Siklus III ... 69

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus III ... 70

c. Observasi Tindakan Siklus III ... 73

d. Refleksi Tindakan Sikus III ... 75

4. Deskripsi Tindakan Siklus IV ... 76

a. Perencanaan Tindakan Siklus IV ... 76

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus IV ... 77

c. Observasi Tindakan Siklus IV ... 83

d. Refleksi Tindakan Sikus IV ... 84

5. Deskripsi Tindakan Siklus V ... 85

a. Perencanaan Tindakan Siklus V ... 85

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus V ... 85

c. Observasi Tindakan Siklus V ... 91

d. Refleksi Tindakan Sikus V... 93

C. Deskripsi Analisis Penerapan Metode Diskusi Buzz Group Untuk Memunculkan Kemampuan Berargumentasi Siswa Mengembangkan Materi Kerajaan Hindu-Buddha di Nusantara dalam Konteks Kebermaksaan Terhadap Situasi Dewasa ini ... 94

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 101

5.1 Kesimpulan ... 101

5.2 Saran ... 103

DAFTAR PUSTAKA ... 104

(6)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Perencanaan Format Observasi Metode Diskusi Buzz Group Untuk

Memunculkan Kemampuan Berargumentasi ... 54

Tabel 4.2 Hasil Observasi Metode Diskusi Buzz Group Untuk Memunculkan

Kemampuan Berargumentasi Siswa siklus I ... 61

Tabel 4.3 Hasil Observasi Metode Diskusi Buzz Group Untuk Memunculkan

Kemampuan Berargumentasi Siswa siklus II ... 66

Tabel 4.4 Hasil Observasi Metode Diskusi Buzz Group Untuk Memunculkan

Kemampuan Berargumentasi Siswa siklus III ... 73

Tabel 4.5 Hasil Observasi Metode Diskusi Buzz Group Untuk Memunculkan

Kemampuan Berargumentasi Siswa siklus IV ... 82

Tabel 4.6 Hasil Observasi Metode Diskusi Buzz Group Untuk Memunculkan

Kemampuan Berargumentasi Siswa siklus V ... 91

DAFTAR GAMBAR

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan peran penting dalam kehidupan setiap manusia,

karena pendidikan merupakan investasi penting demi kelangsungan masa

depannya. Berfikir dapat memperbanyak pengetahuan tentang berbagai ilmu yang

bermacam-macam. Pengetahuan dapat ditemukan dengan proses berfikir sehingga

dapat mengemukan pengetahuan baru.

Penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru sebagai

pendidik dan siswa sebagai peserta didik, diwujudkan dengan adanya interaksi

belajar mengajar atau proses pembelajaran. Dalam konteks penyelenggaraan ini,

guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dan

berpedoman pada seperangkat aturan dan rencana tentang pendidikan yang

dikemas dalam bentuk kurikulum. Selain itu dalam undang-undang Peraturan

Pemerintah No. 19 Tahun 2006 Pasal 19 ayat 1 menyatakan bahwa:

Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Berdasarkan isi Undang-Undang di atas dapat kita lihat bahwa untuk

mewujudkan proses pembelajaran yang dilakukan bukan hanya pada tataran siswa

belajar dari guru dan guru menjadi pusat pembelajaran dari aktifitas pembelajaran,

pendidikan bukan hanya siswa tahu dan mengerti suatu materi pembelajaran,

namun, bagaimana siswa dapat mengembangkan materi tersebut, dengan

kemampuan bakat yang mereka miliki menuntut siswa melakukan kegiatan

pembelajaran yang menyenangkan dan mengembangkan kreatifitas siswa dengan

(8)

Seperti menurut pendapat Supriatna (2007:8), pembelajaran sejarah yang

berorientasi pada masalah-masalah sosial kontemporer dilakukan agar:

1. Materi pembelajaran sejarah tidak hanya difokuskan pada masa lalu (regress) melainkan juga kemasa depan (progress)

2. Pokok bahasan pembelajaran sejarah dapat dikaitkan dengan kehidupan

sehari-hari siswa

3. Pembelajaran sejarah berorientasi pada masalah sosial siswa yang sedang dihadapi

4. Proses pembelajaran sejarah mampu memberdayakan (empowering)

peserta didik memiliki keterampilan sosial yang diberlakukan untuk memecahkan masalah-masalah kehidupan sehari-hari serta tantangan masa kini dan masa depan di era global

5. Dengan mempelajari sejarah para peserta didik memiliki kepekaan sosial (sense of social, prosocial, dan moral sencitivity) terhadap lingkungan sosial tempat mereka berada.

Berdasarkan pendapat dari Supriatna yang mengembangkan pembelajaran

yang menghubungkan materi dengan peristiwa-peristiwa yang ada disekitar siswa

sendiri atau masalah kekinian. Peneliti mengiingin pembelajaran sejarah tidak

hanya memaparkan masa lalu saja tetapi dapat dihubungkan dengan masa

sekarang.

Pada realitanya ada perbedaaan tanggapan yang dikemukakan siswa

mengenai pelajaran sejarah, ada yang menganggap sejarah itu menyenangkan, ada

pula yang mengganggap sejarah itu menjenuhkan, kareana sebagaimana yang

dikemukakan Sutjiatiningsih (1995:8) “pengajaran sejarah adalah pembelajaran

yang membosankan karena dipenuhi dengan fakta, tahun-tahun kejadian, nama-nama para pelaku sejarah tersebut”.

Permasalahan yang diutarakan di atas pun terjadi di SMA Negeri 6 Bandung

kelas XI IPS 3, pada observasi yang peneliti lakukan, peneliti menemukan

beberapa persoalan yang menyebabkan proses pembelajaran menjadi kurang

efektif, persoalan tersebut antara lain:

1. Siswa sendiri merasa materi yang disampaikan tidak menarik minat

(9)

disampaikan oleh guru pada saat KBM berlangsung dan siswa memilih

untuk sibuk masing-masing.

2. Saat guru memberikan kesempatan siswa untuk mengemukakan

argumen, tidak ada satu pun siswa yang mengeluarkan argumennya.

3. Pada saat guru menggunakan metode diskusi di dalam kelas, siswa yang

bertanya maupun memberikan argumen tidak lebih dari tiga orang siswa

dan hanya orang-orang itu saja.

4. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru, selama ini hanya

menggunakan dua metode yaitu metode ceramah dan metode diskusi,

guru belum pernah mengangkat suatu materi yang kontekstual ke dalam

kelas untuk dilakukan diskusi, dengan begitu siswa akan mencari materi

tersebut untuk mepertahankan argumen mereka.

Berdasarkan permasalahan di atas keterampilan mengemukakan

argumentasi inilah yang mungkin harus ditumbuhkan untuk memperbaiki kelas XI

IPS 3 adalah dengan cara mengembangkan metode pembelajaran. Salah satu

metode yang dapat meningkatkan kemampuan berargumentasi adalah metode

diskusi buzz group. “Buzz group adalah suatu kelompok besar yang dibagi

menjadi beberapa kelompok kecil, terdiri atas 4-5 orang. Tempat diatur agar siswa

dapat berhadapan muka dan bertukar pikiran dengan mudah. Diskusi diadakan di

tengah pelajaran atau di akhir pelajaran dengan maksud menajankan kerangka

bahan pelajaran, memperjelas bahan pelajaran atau menjawab

pertanyaan-pertanyaan (Hasibuan, dan Moedjiono 2004:20)”.

Diskusi buzz group dan argumentasi merupakan suatu kesatuan yang tak

terpisahkan, adanya suatu komunikasi terjadi karena adanya suatu perbedaan

pendapat dalam kelompok. Dengan menggunakan metode ini peneliti berasumsi

bahwa siswa akan belajar berani dalam mengemukakan argumen dan

mempertahankannya dengan disertai sumber-sumber yang mereka telah baca.

Dengan begitu siswa akan tertantang untuk mempertahankan pendapatnya

(10)

Setelah melihat latar belakang masalah yang terjadi dalam pembelajaran

sejarah bahwa pada saat kegiatan belajar-mengajar sejarah siswa tidak fokus dan

kurang kondusif. Oleh karena itu penelitian dalam masalah ini bahwa aspek-aspek

dan metode-metode pembelajaran yang sangat penting dan harus di perhatikan

dalam kegiatan belajar-mengajar didalam pembelajaran sejarah.

Metode yang akan digunakan adalah metode diskusi buzz goup untuk

meningkatkan kemampuan berargumentasi siswa, siswa diharapkan banyak

membaca referensi untuk pengetahuan pendukung untuk memperkuat

argumennya. Selain itu untuk menarik siswa peneliti ingin mengembangkan

materi peradaban Hindu-Buddha di Nusantara dalam konteks kebermaknaan

terhadap situasi dewasa ini di kelas XI IPS 3 SMA Negeri 6 Bandung.

B. Pembatasan Masalah dan Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, maka yang menjadi fokus

penelitian ini adalah metode diskusi buzz group dan kemampuan berargumentasi.

Berdasarkan penerapan di atas maka pertanyaan yang akan diajukan peneliti:

1. Bagaimana guru mendesain pembelajaran sejarah dengan

menggunakan metode diskusi buzz goup untuk meningkatkan

kemampuan berargumentasi siswa dalam pembelajaran sejarah di

kelas XI IPS 3 SMA Negeri 6 Bandung?

2. Bagaimana guru melaksakan metode diskusi buzz group untuk

meningkatkan kemampuan berargumentasi siswa dalam

pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 3 SMA Negeri 6 Bandung?

3. Bagaimana hasil penerapan metode diskusi buzz group dalam

pembelajaran sejarah untuk meningkatkan kemampuan

berargumentasi siswa di kelas XI IPS 3 SMA Negeri 6 Bandung?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan sasaran yang hendak dicapai dalam penelitian.

Tujuan merupakan arah dalam melaksanakan penelitian. Secara umum tujuan dari

(11)

group untuk memunculkan keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran sejarah.

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengkaji dan mendeskripsikan desain pembelajaran sejarah yang akan

dilaksanakan dengan penerapan metode diskusi buzz group untuk

meningkatkan kemampuan berargumentasi siswa dalam pembelajaran

sejarah di kelas XI IPS 3 SMA Negeri 6 Bandung.

2. Mengembangkan pembelajaran sejarah dengan penerapan metode diskusi

buzz group untuk meningkatkan kemampuan berargumentasi siswa

dalam mencari informasi, kesimpilan, heristik dan kritik.

3. Mengkaji dan mendiskripsikan hasil penerapan pendekatan metode

diskusi buzz group untuk meningkatkan kemampuan berargumentasi

siswa dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 3 SMA Negeri 6

Bandung.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi siswa maupun

bagi guru dan peneliti sendiri dalam pembelajaran sejarah.

1. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan

dalam model-model pembelajaran sejarah.

2. Bagi guru, yang ingin menggunakan metode diskusi buzz group

untuk meningkatkankan keaktifan belajar dalam pembelajaran

sejarah diharapkan diharapkan digunakan sebagai salah satu

metode dan bahan acuan dalam melaksakan pembelajaran.

3. Bagi siswa, dapat meningkatkan kemampuan dalam pembelajaran,

dapat membuka wacana berfikir tentang apa yang telah terjadi

dilingkungannya dan dapat menemukan solusi atas masalah yang

(12)

E. Definisi Operasional

Untuk memudahkan dalam melakukan penelitian, maka dibawah ini

terdapat beberapa definisi operasional yang akan menjelaskan mengenai

variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain :

1. Metode diskusi buzz group

Satu kelompok besar dibagi menjadi beberapa kelompok kecil, terdiri atas 4

sampai 5 orang. Tempat duduk diatur sedemikian agar siswa dapat bertukar

pikiran dan berhadap muka dengan mudah. Diskusi diadakan di

tengah-tengah pelajaran atau di akhir pelajaran dengan maksud menajamkan

kerangka bahan pelajaran, memperjelas bahan pelajaran atau menjawab

pertanyaan-pertanyaan ( Sunaryo, 1989 : 106).

Metode diskusi buzz group merupakan metode diskusi yang membagi siswa menjadi beberapa kelompok kecil yang beranggotakan 4 sampai dengan 5 orang lalu siswa diberi permasalahan untuk didiskusikan denan kelompok kecil. Setelah itu siswa dibagi lagi menjadi dua kelompok besar dengan tempat duduk siswa diatur posisinya berhadap-hadadapan dan kembali berdiskusi kepada kelompok besar tentang pemecahan masalah yang diketahuinya setelah menyampaikan kepada kelompok besar kedua kelompok besar melakukan diskusi.

Tahapan yang dilakukan dalam pembelajan sejarah dengan menggunakan

metode debat pada penelitian ini antara lain:

a) Membagi kelompok diskusi

b) Menentukan tema yang akan didiskusikan

c) Pencarian sumber yang akan didiskusikan

d) Pelaksanaan diskusi

Alat pengumpul data dari metode debat ini adalah lembar observasi debat yang

mengukur mengenai Kemampuan kerjasama siswa dengan indikator-indikator:

1. Siswa cenderung diam dan tidak mampu membangun kekompakan dengan

kelompoknya.

2. Siswa cukup mampu berkomunikasi, tapi belum mampu membangun

(13)

3. Mampu berkomunikasi dan mulai mampu membangun kekompakan

dengan kelompoknya.

4. Siswa mampu berkomunikasi dan membangun kekompakan dalam

kelompoknya dengan sangat baik.

argumentasi adalah suatu bentuk retorika yang berusaha untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain, agar mereka itu percaya dan akhirnya bertindak sesui dengan apa yang diinginkan penulis atau pembaca.

Menurut Leverett S. Lyon (1919:9):

argumentation is that form of discourse that we use when we attempt to make someone else belive as we wish him to belive. argumentation is the art of producing in the mind of someone else a belief in the ideas which the speaker or writer wish the hearer or reader to accept’.

„Argumentasi adalah bentuk wacana yang kita gunakan ketika kita mencoba untuk membuat seseorang percaya, seperti yang kita inginkan. Argumentasi adalah seni mempengaruhi pikiran orang lain untuk meyakinkan ide-ide pembicara atau penulis dan berharap pendengar atau pembaca dapat menerima‟.

Jadi dapat saya simpulkan bahwa argumentasi adalah seni dalam

berbicara yang dapat mempengaruhi lawan bicara kita, sehingga dia

dapat menyakinkan berpihak kepada kita. Berdasarkan

pengertian-pengertian di atas saya mencoba untuk membuat indkcator yang dapat

menjawab dari kemampuan berargumentasi, indikator tersebut antara

lain:

1. Siswa mampu mengemukakan argumentasi mengenai materi

(14)

2. Pendapat siswa sesuai dengan permasalahan atau materi sejarah

yang sedang di bahas.

3. Siswa berpendapat sesuai dengan posisi kelompok dirinya.

4. Siswa mampu berpendapat yang berlandaskan sumber bacaan

sejarah yang mereka baca. Sumber bacaan tersebut hendaknya

harus jelas siapa penulisnya.

Adapun indikator-indikator yang disebutkan di atas akan

dimasukan kedalam rubric yang nantinya sistem penilaiannya akan

menggunakan skala dibawah ini:

Point 1 = Kb : Kurang baik

Point 2 = Cb : Cukup Baik

Point 3 = B : Baik

Point 4 = Sb : Sangat baik

Pengukuran berhasil atau tidaknya pertumbuhan kemampuan

berarumentasi dalam belajar siswa di kelas XI IPS 3 ini, selain dengan

menggunakan lembar observasi yang menggunakan skala di atas,

peneliti juga akan melihat seberapa besar siswa akan bertanya dengan

hal-hal yang baru mengenai sejarah baik di dalam maupun di luar

proses pembelajaran pembelajaran sejarah, dengan begitu diharapkan

berpengaruh juga terhadap peningkatan hasil belajar siswa kelas XI IPS

3 dalam bentuk angka keberhasilan.

F. Sistematika penulisan

1. BAB I Pendahuluan

Bab ini memaparkan secara garis besar mengenai masalah yang akan

dikaji. Adapun di dalamnya terdapat sub pokok yang terdiri dari latar

belakang masalah, perumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, definisi oprasional dan sistematika

(15)

2. BAB II Kajian Pustaka

Pada Bab ini memaparkan tentang tinjauan pustaka peneliti

menjabarkan konsep-konsep yang digunakan untuk menganalisis

permasalahan dalam penulisan hasil penelitian dan menjadikannya

sebagai kerangka berpikir. Peneliti menggunakan berbagai sumber dan

hasil browsing untuk menguraikan konsep-konsep dalam penelitian.

3. BAB III Metodologi Penelitian

Bab ini menjelaskan tentang teknik serta tahapan-tahapan penelitian

yang akan dilakuakan oleh peneliti.

4. BAB IV Hasil Penelitaian dan Pembahasan

Dalam bab ini, berisi tentang refleksi berbagai data yang telah

dikumpulkan dan diolah setelah melaksanakan penelitian. Pemeparan

yang disertai dengan analisis yang berdasarkan atas data yang

diperoleh selama penelitian.

5. BAB V Kesimpulan

Bab ini yaitu berisi tentang keputusan yang dihasilkan oleh peneliti

(16)

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

Pada bab ini peneliti akan memaparkan metode penelitian yang digunakan

dalam kajian mengenai “Penerapan Metode Diskusi Buzz Group Untuk

Meningkatkan Kemampuan Beragumentasi Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah”.

Adapun sub-sub yang dijabarkan dalam bab ini yaitu: Metode Penelitian, Prosedur

Penelitian, Lokasi dan Subjek Penelitian, Instrumen Penelitian, dan Teknik

Pengumpulan dan Analisis.

A.Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti mengunakan metode Penelitian Tindakan

Kelas (PTK) yang dikenal juga dengan istilah Classroom Action Research (CAR)

yang menunjuk pada model Spiral dari Kemmis dan Taggart (1988). Penelitian ini

bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran Sejarah di

kelas XI IPS 3 secara berkesinambungan dan diharapkan dapat memperbaiki

kekurangan-kekurangan yang ada dalam proses pembelajaran Sejarah sebelumnya

sehingga dapat membantu memperbaiki.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menurut Kemmis dan Taggart (1988)

dalam Wiriaatmadja menjelaskan bahwa penelitian tindakan adalah sebuah bentuk

inkuiri reflektif yang dilakukan secara kemitraan mengenai situasi sosial tertentu

(termasuk pendidikan) untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan dari a)

Kegiatan praktek sosial atau pendidikan mereka b) pemahaman mereka mengenai

kegiatan-kegiatan praktek pendidikan ini, dan c) situasi yang memungkinkan

terlaksananya kegiatan praktek ini.

Selain itu, ada beberapa pendapat dari para ahli yang melengkapi definisi di

atas. Supriatna dalam bukunya Kontruksi Pembelajaran Sejarah Kritis (2007: 190)

menyatakan bahwa PTK yang merupakan terjemahan dari Classroom Action

Research dapat di definisikan sebagai penelitian yang dilakukan oleh guru secara

individual atau kelompok, terhadap pembelajaran yang digunakan untuk

(17)

27

yang paling cocok dengan cara dia mengajar, cara siswa belajar, dan kultur yang

sedang berlaku di lingkungan setempat.

Pendapat lain mengenai PTK dikemukakan oleh Kunandar (2008: 46) yaitu

penelitian tindakan kelas adalah sebuah bentuk kegiatan refleksi diri yang

dilakukan oleh para pelaku pendidikan dalam suatu situasi pendidikan untuk

memperbaiki rasionalitas dan keadilan tentang: (a) praktik-praktik kependidikan

mereka, (b) pemahaman mereka tentang praktik-praktik tersebut, dan (c) situasi

dimana praktik-praktik tersebut dilaksanakan.

Menurut Kusnandar (2008: 63) tujuan dari Penilitian Tindakan Kelas

adalah:

1. Untuk memecahkan permasalahan yang terjadi di dalam kelas

berlangsung dalam interaksi antara guru dengan siswa yang sedang

belajar, meningkatkan profesionalisme guru, dan menumbuhkan

budaya akademik dikalangan para guru.

2. Meningkatkan kualitas praktik pembelajaran di kelas XI IPS 3 secara

terus-menerus mengingat masyarakat berkembang secara cepat.

3. Meningkatkan relevansi pendidikan, hal ini dicapai melalui proses

pembelajarandi SMA Negeri 6 Bandung.

4. Sebagai alat traning in-service, yang memperlengkapi guru dengan

skill dan metode baru, mempertajam kekuatan analitisnya dan

mempertinggi kesadaran dirinya.

5. Sebagai alat untuk memasukan pendekatan tambahan atau inovatif

terhadap sistem pembelajaran yang berkelanjutan yang biasanya

menghambat inovasi dan perubahan di kelas XI IPS 3.

6. Peningkatan mutu hasil pendidikan melalui perbaikan praktik

pembelajaran di kelas XI IPS 3 dengan mengembangkan berbagai

jenis keterampilan dan meningkatkan motivasi belajar siswa.

7. Meningkatkan sikap proesional pendidik dan tenaga kependidikan di

(18)

28

8. Menumbuhkan budaya akademik di lingkungan sekolah, sehingga

tercipta sikap proaktif dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan

dan pembelajaran secara berkelanjutan.

9. Peningkatan efisiensi pengelolahan pendidikan, peningkatan atau

proses pembelajaran di SMA Negeri 6 Bandung, disamping untuk

meningkatkan relevansi dan mutu hasil pendidikan juga ditunjukan

untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber-sumber daya yang

terintegrasi di dalamnya.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa PTK adalah

suatu kegiatan yang dilakukan untuk menutupi kekurangan-kekurangan yang

terjadi dalam proses pembelajaran sebelumnya dan dapat memperbaiki proses

pembelajaran selanjutnya sehingga siswa tidak terperangkap oleh satu metode

pengajaran saja yang terkesan dipaksakan oleh guru sehingga menyebabkan siswa

kehilangan minat dan semangat dalam belajarnya. Di dalam pelaksanaannya,

peneliti akan berkolaborasi dengan guru SMA Negeri 6 Bandung yakni Dra. Wien

Rosmiarti, Dosen Pembimbing I, Drs. Nana Supriatna, M.Ed ,Dosen Pembimbing

II, Drs. R.H. Achmad Iriyadi, dan Anny Wahyuni sebagai mitra yang membantu

penelitian ini, dalam setiap observasi tindakan yang sudah direncanakan.

Kolaborasi tersebut membantu mempermudah penelitian tindakan kelas.

Penelitian ini di laksanakan di SMA Negeri 6 Bandung yang terletak di

Jalan H.O.S Tjokroaminoto. Latar belakang siswa yang berada di sekolah ini

adalah kurang percaya diri dalam menanggapi dan menyanggah untuk

mengemukakan pendapatnya pada saat kegiatan belajar berlangsung. Oleh karena

itu peneliti mengadakan penelitian dan berusaha memberikan treatment atau

perlakuan sehingga diharapkan dapat memperbaiki dari yang semula dianggap

tidak baik.

B.Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian kelas dilaksanakan melalui beberapa tahapan yang

digambarkan dalam beberapa siklus. Hal tersebut sebagai upaya untuk mengkaji

secara keseluruhan masalah yang menjadi proses penelitian. Peneliti menganalisis

(19)

29

Model penelitian tindakan kelas yang penulis gunakan adalah model yang

dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart dalam suatu sistem spiral atau dalam

bentuk siklus. Tahapan-tahapan silkus tersebut meliputi perencanaan (Plan)

merupakan tahapan awal dalam mengenali permasalahan yang ada dalam strategi

pemecahan masalah dari masalah tersebut di kelas XI IPS 3 kemudian

pelaksanaan (Act) yaitu menguji coba strategi pemecahan masalah kedalam kelas

XI IPS 3 dan pengawasan (Observe) yaitu merekam dan mangamati keadaan yang

sedang berlangsung di dalam kelas XI IPS 3, dilanjutkan (reflect) yaitu melakukan

evaluasi dari seluruh aktivitas yang dilakukan apa bila dinilai tidak berhasil maka

selanjutnya meninjau kembali rencana yang direncanakan untuk membuat siklus

yang baru sampai tujuan dapat tecapai. Ilustrasi pelaksanaan tindakan kelas model

spiral di gambarkan sebagai berikut:

.

Gambar 3.1

Model Spiral dari Kemmis dan Taggart

Sumber: Wiriaatmadja 2007:66

Dari gambar di atas dapat dijelaskan bahwa penelitian tindakan kelas ini

dilaksanakan menjadi beberapa tahap, setiap siklus mempunyai kekurangan pada

(20)

30

kebutuhan peneliti. Bila penelitian sudah sesuai dengan apa yang diharapkan

maka siklus bisa dihentikan. Untuk lebih jelasnya, dalam gambar di atas adalah

sebagai berikut:

1. Perencanaan (Planning)

Perencanaan merupakan suatu proses untuk menentukan ke mana

harus pergi dan mengidentifikasikan persyaratan yang diperlukan

dengan cara yang paling efektif dan efisien (Harjanto 2008:2).

Perencanaan dalam penelitian ini adalah melakukan identifikasi

masalah dengan melakukan observasi awal ke sekolah yang akan

dijadikan tempat untuk penelitian. Berdasarkan observasi awal ini

peneliti menemukan masalah dimana siswa pada umumnya tidak

memiliki kepercayaan diri untuk mengemukakan pendapat. Ketika guru

mengatakan ada yang mau ditanyakan? Siswa diam dan hanya beberapa

orang yang bertanya maupun menyanggah, tetapi hanya orang itu-itu

saja yang bertanya.

Pada tahapan ini, perencanaan yang dilakukan meliputi sebagai berikut:

a. Menentukan kelas yang akan dijadikan tempat penelitian yaitu kelas

XI IPS 3.

b. Melakukan pengamatan pra penelitian terhadap kelas yang akan

digunakan sebagai tempat penelitian.

c. Mendiskusikan peristiwa-peristiwa kekinian yang akan

dikembangkan dalam pembelajaran sejarah.

d. Meminta kesediaan mitra dalam hal ini guru mata pelajaran sejarah

di SMA Negeri 6 Bandung untuk mengamati proses belajar

mengajar yang akan dilaksanakan di kelas penelitian.

e. Menyusun kesepakatan dengan kolaborator tentang penentuan waktu

penelitian akan dimulai.

f. Menentukan model penelitian tindakan kelas yang akan digunakan.

g. Menentukan silabus dan rencanaan pelaksanaan pembelajaran yang

(21)

31

h. Mengunakan metode dan langkah-langkah yang akan digunakan

dalam proses belajar mengajar.

i. Menyusun alat observasi yang akan digunakan dalam penelitian

untuk melihat kemampuan berargumentasi siswa yang dikaitkan

dengan peristiwa kekinian.

j. Merencanakan untuk melakukan diskusi dengan kolaborator

berdasarkan hasil pengamatannya berkaitan dengan pembelajaran

sejarah yang dikaitkan dengan peristiwa kekinian.

k. Membuat rencana untuk perbaikan-perbaikan terhadap kekurangan

yang ditemukan setelah berdialog dengan kolaborator.

l. Merencanakan untuk mengolah data yang diperoleh setelah

penelitian selesai.

2. Tindakan (Action)

Menurut Rizki, N (2009:48) "Tindakan merupakan praktek

pembelajaran yang dilakukan berdasarkan rencana tindakan yang telah

disusun sebelumnya". Pada saat tindakan ini, peneliti melaksanakan

penelitian dalam empat siklus. Tindakan dilaksanakan tidak hanya

didalam kelas, yaitu dengan adanya wawancara dan observasi langsung

terhadap kelas XI IPS 3. Pelaksanaan tindakan harus sesuai dengan

perencanaan yang disepakati dan dilakukan oleh peneliti serta

kolaborator.

Pada tahap ini tindakan yang akan dilakukan adalah:

a. Melaksanakan tindakan dalam pembelajaran sejarah yang dikaitkan

dengan peristiwa kekinian sesuai dengan silabus dan rencana

pembelajaran, serta metode dan langkah-langkah yang telah

direncanakan.

b. Mengembangkan pembelajaran sejarah diantaranya dengan

mengangkat masalah sosial, bencana alam, dan politik di Indonesia.

c. Menggunakan alat observasi yang telah dibuat untuk melihat

(22)

32

d. Melakukan diskusi dengan kolaborator berdasarkan hasil

pengamatan di dalam kelas.

e. Membuat rencana perbaikan-perbaikan terhadap

kekurangan-kekurangan yang ditemukan setelah berdialog.

f. Melaksanakan pengolahan data yang diperoleh serta menyelesaikan

penelitian.

3. Pengamatan (Observation)

Pengamatan merupakan pendokumentasian pengaruh tindakan

yang diberikan kepada (subjek) siswa (Rizki, N 2009:49). Pelaksanaan

pengamatan dilaksakan bersama dengan pelaksanaan tindakan selain

itu, dalam pengamatan juga dilakukan analisis. Peneliti melakukan

analisis berdasarkan pengamatan seluruh tindakan. Pengamatan dalam

penelitian tindakan kelas mempunyai fungsi mendokumentasi implikasi

tindakan yang diberikan oleh peneliti kepada siswa kelas IX IPS 3

SMA Negeri 6 Bandung.

Pada tahapan ini, pengamatan yang dilakukan meliputi kegiatan berikut:

a. Melakukan pengamatan terhadap kegiatan mengajar guru, yang

mencakup hal-hal berikut:

1) Melaksanakan apersepsi yang dapat menarik perhatian siswa

untuk mengikuti pembelajaran

2) Memberikan motivasi belajar kepada siswa sehingga suasana

belajar lebih menyenangkan

3) Mengakaitkan pembelajaran sejarah dengan peristiwa kekinian

seperti bencana alam, politik, dan masalah sosial di Indonesia

4) Mengunakan media pembelajaran yang sesuai dengan materi

yang akan dibahas

5) Memberikan reward kepada siswa yang memperhatikan dan mau

(23)

33

b. Melakukan pengamatan terhadap kesiapan belajar siswa, yang

mencakup hal-hal berikut:

1) Kesiapan siswa mengikuti pembelajaran sejarah yang dikaitkan

dengan peristiwa kekinian

2) Banyaknya siswa yang memperhatikan saat proses belajar

mengajar berlangsung

3) Respon siswa terhadap topik yang dikembangkan guru

4) Respon siswa yang menjawab pertanyaan guru

5) Kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan untuk

mengemukakan pendapat

c. Melakukan pengamatan terhadap proses belajar mengajar yakni:

1) Keadaan kelas

2) Situasi belajar

3) Interaksi guru dan siswa

4. Refleksi (Reflection)

Refleksi merupakan sarana untuk melakukan pengkajian kembali

tindakan yang telah dilakukan terhadap subjek penelitian dan telah

dicatat dalam observasi (Iswarita, H 2010:42). Dalam melakukan

refleksi terhadap penelitian ini kegiatan mengulas perubahan yang

terjadi pada siswa, suasana kelas, maupun guru. Refleksi dilakukan

setelah melakukan analisis bersama kolaborator mengenai kekurangan

dan kelebihan dalam belajar mengajar. Menurut Hopkins dalam

Arikunto (2008: 80) „mengatakan bahwa refleksi dalam PTK

mencakup analisis, sintentis dan penilaian terhadap hasil pengamatan

atas tindakan yang dilakukan. Jika terjadi masalah dalam refleksi, maka

(24)

34

C.Subjek Penelitian

Penelitian kelas ini dilaksanakan di SMA Negeri 6 Bandung yang terletak di

daerah Pasir Kaliki no 51. Sasaran penelitian ini adalah siswa-siswi kelas IX IPS 3

tahun ajaran 2012/2013. Pada umumnya kebanyakan sikap siswa yang

berpandangan negatif terhadap pembelajaran sejarah. Karena pengalaman belajar

yang di ciptakan oleh guru pada saat proses pembelajaran sejarah hanya

menginformasikan, siswa mencatat apa yang di informasikan oleh guru, sehingga

pembelajaran dianggap membosankan bagi siswa. Siswa kurang berpartisipasi dan

terlibat dalam pembelajaran.oleh karena itu, permasalahan di atas harus diperbaiki

dalam proses pembelajaran di kelas agar siswa lebih berpartisipasi dalam KBM.

Peneliti melakukan penelitian awal mereka melakukan proses pembelajaran.

Dengan diadakan penelitian ini, diharapkan dapat memberikan kesan pertama

yang menyenangkan bagi siswa. Selain itu kedepannya peneliti mengharapkan

siswa mempunyai perasaan senang dan tertarik pada pembelajaran sejarah.

D.Instrumen Penelitian

Instrumen adalah suatu alat yang digunakan uneuk mengukur fenomena

alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2011:102). Data-data mengenai

proses tindakan, pengaruh tindakan serta hasil setelah dilaksanakan tindakan yang

telah terkumpul selama berlangsungnya proses pelaksanaan tindakan dituangkan

dalam catatan lapangan.

Instrumen adalah alat yang digunakan untuk memperoleh data yang di

inginkan sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian tindakan kelas ini,

instrumen yang utamanya adalah peneliti. Alat bantu yang peneliti gunakan

adalah lembar observasi ini merupakan perangkat yang digunakan untuk

mengumpulkan data mengenai aktivitas siswa selama proses diskusi dalam

pembelajaran sejarah dengan menggunakan metode diskusi buzz group. Dimana

peneliti tindakan kelas sebagai peneliti bertradisi kualitatif dengan latar atau

setting yang wajar dan alami diteliti, memberikan peranan penting bagi

(25)

35

menghadapi situasi yang berubah-ubah dan tidak menentu, seperti halnya banyak

terjadi di kelas (Wiriaatmadja, 2007: 96).

E.Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini digunakan dengan menggunakan

beberapa metode untuk memperoleh data dari penelitian. Adapun metode-metode

yang digunakan untuk pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini

adalah berikut:

1. Pedoman Observasi

Observasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah observasi

terbuka. Observasi terbuka adalah apa bila observer mencatat segala

sesuatu yang terjadi di kelas dalam kertas yang telah disediakan

sebelumnya. Tujuan menggunakan catatan demikian adalah untuk

menggambarkan situasi kelas selengkapnya sehingga urutan-urutan

kejadian tercatat semua (Wiriaatmadja, 2007: 110-111).

Observasi terbuka dalam penelitian ini menfokuskan pada hal-hal

yang menjadi sumber data yang diperlukan yaitu untuk melihat aktivitas

guru dan siswa dalam proses pembelajaran dengan menerapkan metode

diskusi buzz group untuk memunculkan kemampuan berargumentasi

siswa dalam pembelajaran sejarah.hasil dari penelitian yang dilaksanakan

didiskusikan kembali dengan kolaborator. Hasil diskusi bahkan dijadikan

refleksi untuk tindakan berikutnya. Catatan lapangan ini merupakan data

yang penting bagi peneliti untuk mengetahui perbaikan dari kemampuan

berargumentasi siswa.

2. Tugas Kelompok

Tugas kelompok dalam penelitin ini dijadikan alat untuk

menerapkan metode diskusi buzz group. Tugas-tugas yang diberikan pada

penelitian ini mencari artikel yang sesuai dengan materi yang akan

dibahas. Membandingkan banjir pada zaman Kerajaan Taruma dengan

(26)

36

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah pengumpul informasi dalam penelitian sebagai

sumber data yang berkitan dengan suasana yang terjadi di kelas pada saat

penelitian tindakan kelas dilaksanakan. Dokumen yang digunakan dalam

penelitian ini adalah perekam suara untuk merekam suasana kelas secara

mendetail tentang peristiwa yang terjdi di kelas.

Data yang hendak dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data tentang:

1. Cara guru mendisai penerapan metode diskusi buzz group untuk

memunculkan kemampuan berargumentasi siswa dalam pembelajaran

sejarah di kelas IX IPS 3 SMA Negeri 6 Bandung. Informasi tentang

data tersebut bersumber dari penelitian dengan menggunakan teknik

pengumpulan data melalui diskusi balikan. Alat bantu yang

digunakan adalah lembar diskusi balikan.

2. Cara atau langkah yang sesuai diterapkan guru dalam menggunakan

metode diskusi buzz group di kelas IX IPS 3 SMA Negeri 6 Bandung

sehingga dapat memunculkan kemampuan berargumentasi siswa

dalam pembelajaran sejarah. Dalam hal ini data yang dikumpulkan

adalah tugas-tugas dalam diskusi buzz group. Informasi tersebut

diperoleh dari hasil tindakan yang dilakukan dengan menggunakan

teknik pengumpulan data diskusi balikan.

3. Perubahan kemampuan berargumentasi siswa di kelas IX SMA

Negeri 6 Bandung telah diterapkan metode diskusi buzz group.

Tindakan tersebut dapat dilihat dari sesuai tidaknya proses belajar

siswa dengan tujuan serta materi yang diterapkan.

F. Pengolahan dan Analisis Data

Berikut merupakan pemaparan dari analisis kualitatif dan kuantitatif adalah:

Penelitian kualitatif juga sering disebut metode penelitian naturalistik karena

penelitiaannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting) seperti yang

dikemukakan oleh Creswell dalam Wiriaatnadja (2007: 8) „bahwa sebuah

(27)

masalah-37

masalah sosial dengan tradisi metodelogi yang berbeda‟. Hal ini dikarenakan

bahwa data yang didapat lalu di analisis dan bersifat kualitatif. Peneliti

menggambarkan hasil lapangan yang kompleks dan melaporkan pandangan pada

observer. Pengolahan dan analisis data kualitatif yaitu:

a. Pengumpulan dan Kategori Data

Pada tahap ini peneliti mengumpulkan semua data yang diperoleh

berdasarkan dengan instrumen yang dibuat sebelumnya, kemudian

dikondisikan dengan jenis dan sumbernya. Setelah tahapan tersebut

dilakukan, dilanjutkan dengan peneliti menginter pretasikan

pengelolaan data untuk memudahkan pengkatagorian data. Dalam

penelitian ini data dikatagorikan untuk perubahan pada pembelajaran

siswa.

b. Validasi Data

Validasi merupakan salah satu syarat penting untuk pelaksanaan

jenis penelitian, termasuk Penelitian Tindakan Kelas. Kegiatan yang

peneliti lakukan adalah:

1) Member check

Yakni memeriksa kembali data temuan dengan cara

mengkonfirmasi dengan sumber data. Dalam proses ini, data atau

informasi yang didapat dari seluruh pelaksanaan tindakan yang

diperoleh peneliti dan mitra yang dikonfirmasikan kepada guru

kelas melalui diskusi balikan pada setiap akhir pelaksanaan

tindakan.

2) Expert Opinion

Yaitu dengan mengecek kembali antara data yang ditemukan

dengan pendapat para pakar dalam bidang ini, yaitu para

(28)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam BAB V ini berisikan kesimpulan penelitian secara keseluruhan dan

data-datanya diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dan meningkatkan

kemampuan berargumentasi siswa di kelas XI IPS 3 SMA Negeri 6 Bandung

dengan menggunakan penelitian tindakan kelas. Kesimpulan merupakan jawaban

dari hasil pertanyaan-pertanyaan penelitian yang terdapat dalam bab pendahuluan

yang diberikan secara singkat. Selain kesimpulan bab V juga berisi rekomendasi

dari peneliti terhadap beberapa pihak yang terkait dalam penelitian ini dengan

tujuan untuk lebih mengembangkan pembelajaran mengunakan metode diskusi

buzz group.

A. Kesimpulan

Pertama, kondisi awal pembelajaran sejarah yang dilakukan di kelas XI IPS

3 SMA Negeri 6 Bandung sebelum diterapkan metode diskusi buzz group terlihat

dari siswa yang kurang memberikan kesempatan untuk bertanya dan

mengemukakan argumennya, ketika guru memberi kesempatan kepada siswa

untuk bertanya hanya dua siswa yang bertanya. Oleh karena itu peneliti

menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK), untuk menumbuhkan kemampuan

berargumentasi siswa kelas XI IPS 3 SMA Negeri 6 Bandung melalui metode

diskusi buzz group.

Kedua, dalam menggunakan metode diskusi buzz group harus dirancang

perencanaan yang matang. Hal ini dilakukan untuk kelancaran dalam proses

pelaksanaan pembelajaran di kelas XI IPS 3 SMA 6 Bandung. Perencanaan yang

dilakukan berupa menyiapkan materi ajar yang akan disampaikan

menghubungkan materi kerajaan Hindu-Buddha dengan peristiwa kekinian yaitu

banjir di Jakarta, jiwa maritim, bencana alam Yogyakarta, politik, dan toleransi

umat beragama. Menyusun RPP dan menentukan indikator dalam pembelajaran

yang sesuai dengan penerapan metode diskusi buzz group. Buuz group

(29)

92

pemecahan masalah, menyiapkan sumber-sumber belajar, membagi siswa secara

berkelompok yang beranggotakan 4 sampai 5 orang.

Ketiga, ketika mengunakan metode diskusi buzz group siswa mengalami

kemajuan dalam pembelajaran. Karena melalui metode pembelajaran diskusi buzz

group, siswa diharuskan berperan aktif dalam pembelajaran yaitu melalui bertukar

pendapat secara berkelompok untuk disajikan saat berargumentasi pada kegiatan

diskusi dengan aktif dalam pembelajaran, dan melakukan diskusi dengan saling

mengeluarkan argumen antar kelompok. Guru berperan sebagai fasilitator dalam

menciptakan kondisi pembelajaran dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan

yang dapat menumbuhkan kemampuan berargumentasi seperti bandingkan banjir

di Tarumanegara dengan di Jakarta saat ini? Melalui kondisi pembelajaran

tesebut, berdampak kepada kemampuan berargumentasi siswa kelas XI IPS 3 ini

dengan berargumen kelompok 8 menjawab diwakili AN menjawab: penyebab

banjir di Tarumanegara karena curah hujan yang tinggi sedangkan di Jakarta

karena kiriman dari Bogor, kelompok 7 diwakili DR menjawab: saya sependapat

dengan kelompok 8 tetapi di Jakarta bukan hanya karena kiriman tetapi karena

sampah juga yang dibuang ke sungai yang mengakibatkan penyumbatan air,

kelompok 9 diwakili MM menjawab: di Jakarta bukan karena sampah saja tetapi

karena saluran air yang kurang dan di Tarumanegara karena tidak ada saluran air.

Dengan demikian tujuan dari pembelajaran yang diharapkan guru dapat sesuai

dengan perencanaan.

B. Rekomendasi

Bedasarkan pengalaman penelitian tindakan kelas selama menerapkan

metode diskusi buzz group dalam pembelajaran sejarah, berikut ini rekomendasi

peneliti bagi beberapa pihak yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan

dengan tujuan untuk lebih mengembangkan pembelajaran sejarah selanjutnya

dalam menerapkan metode diskusi buzz group.

1. Pihak Sekolah

Peneliti berharap penggunaan metode diskusi buzz group dapat

(30)

93

2. Guru

Peneliti berharap melalui penerapan metode diskusi buzz group diharapkan

dapat memperbaiki pembelajaran sejarah yang dihadapi. Guru harus lebih

melibatkan siswa dalam proses pembelajaran. Guru tidak lagi berperan

sebagai pusat informasi bagi siswa lebih berperan sebagai motivator dan

fasilitator dalam proses pembelajaran sehingga berpengaruh dalam

keberhasilan siswa.

3. Siswa

Peneliti berharap penerapan metode diskusi dapat mengembangkan

kemampuan berargumentasi siswa. Selain itu, melalui metode tersebut

diharapkan siswa lebih berperan aktif dalam proses pembelajaran melalui

keterampilan bertanya, menjawab, mengemukakan pendapat dan

menyanggah pendapat orang lain.

4. Penelitian

Peneliti berharap penelitian ini dapat menambah wawasan keterampilan

dalam menerapkan metode pembelajaran pada proses pembelajaran

selanjutnya. Selain itu, melalui penelitian ini peneliti mendapat penelitian

baru dalam mengembangkan metode pembelajaran sejarah. Selain itu,

diharapkan penelitian seperti ini lebih banyak lagi dilakukan sehingga

(31)

Daftar Pustaka

Sumber buku:

Andrian, (2004). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Grafindo.

Arikunto S, (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara

Boeree G. C, (2008). Metode Pembelajaran dan Pengajaran. Jogyjakarta: Ar-ruzz Media

Dahar R. W, (1996). Teori-Teori Belajar. Bandung: Erlangga

Edgen P, (2012). Strategi dan Model Pembelajaran Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berpikir. Jakarta: Index

Gulo W, (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo

Faturahman P, (2007). Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami. Bandung: Refika Aditama.

Hatimah I, (2003). Strategi dan Metode Pembelajaran. Bandung: Adira.

Hasan H. ddk, (2011). Buku Ajar Penelitian Pendidikan Sejarah. Bandung: Tidak diterbitkan.

Hasibuan & Moejiono, (2008). Proses Balajar Mengajar. Bandung: Rosda

Keraf G, (2010). Argumentasi dan Narasi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Kunandar, (2008). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Mulyasa, E, (2009). Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya

Sjamsuddin H, (2007). Metodelogi Sejarah. Yogyakarta: Ombak

(32)

Sugiono, (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B. Bandung: Alfabeta.

Suryosubroto. B, (2002). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta

Sutjiatiningsih. S, (1995). Pengajaran Sejarah Kumpulan Makalah Simposium. Jakarta: Dwi Jaya Karya.

Supriatna. N, (2007). Kontruksi Pembelajaran Sejarah Kritis. Bandung: Historia Utama Press

Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional 2006, Penerbit Fokus Media

UPI, (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Tidak Diterbitkan

Poesponegoro dan Notosusanto, (1993). Sejarah Nasional Indonesia II. Jakarta: Balai Pustaka.

Wahab, A. A, (2007). Metode dan Model-Model Mengajar. Bandung: Alfabeta

Wayan, B. I, (2008). Sejarah SMA Kelas XI. Bandung: Erlangga

Wiriaatmadja, R. (2007). Metode Penelitian Tindakan kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Zainul, A, (2001). Mengajar di Perguruan Tinggi Alternative Assesment. Jakarta: Proyek Pengembangan Universitas Terbuka Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Sumber Internet:

Dipodjojo Asidi, (1982). Komunikasi Lisan. Taritere’s Weblog, [online]. Tersedia: http://taritere.wordpress.com/tag/debat/ [16 Oktober 2008]

Sumber Skipsi:

Lutfiani.Y, (2012). Penerapan Metode Debat Dalam Pembelajaran Sejarah

Sebagai Upaya Untuk Menumbuhkan Keterampilan Mengemukakan

(33)

Sofyanti, (2010). Penerapan Metode Diskusi Kelompok Kecil Untuk Menumbuhkan Keeterampilan Berpikir Kritis Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah. Bandung: Tidak Diterbitkan

Gambar

Tabel 4.3 Hasil Observasi Metode Diskusi Buzz Group Untuk Memunculkan
Gambar 3.1 Model Spiral dari Kemmis dan Taggart

Referensi

Dokumen terkait

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya, data yang telah direduksi akan

metode dempster shafer menghasilkan nilai persentase peluang terkena cerebral palsy dengan tingkat akurasi terhadap fakta sebesar 41%, sedangkan metode bayes menentukan level

biaya lain yang timbul dalam rangka perolehan investasi tersebut. Investasi nonpermanen misalnya dalam bentuk pembelian

Kriteria yang digunakan yaitu mendiagnosa kelainan cerebral palsy pada anak.

Kepada Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Malang dan Kepala Kantor Pertanahan Kotamadya Tangerang yang wilayah kerjanya menjadi lokasi uji coba pelaksanaan pendaftaran tanah

Mangkunegara, Anwar Prabu, (2000), Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan , Cetakan Kedua, Remaja Rosdakarya Offset, Bandung.. Mathis dan Jackson, (2002), Manajemen

(1) Dalam hal langkah-langkah penertiban dan pendayagunaan tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15, 16, 17, 18 dan Pasal 19, Pemegang Hak Atas Tanah atau pihak yang telah

Efektivitas Penggunaan Teknik Qaidaty Terhadap Penguasaan Struktur Kalimat Bahasa Arab.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |