• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENGEMBANGAN KEMELEKWACANAAN WARGA NEGARA DAN KETERAMPILAN PARTISIPASI DALAM PEMBELAJARAN KEWARGANEGARAAN TERHDAPA PARTISIPASI POLITIK SISWA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENGEMBANGAN KEMELEKWACANAAN WARGA NEGARA DAN KETERAMPILAN PARTISIPASI DALAM PEMBELAJARAN KEWARGANEGARAAN TERHDAPA PARTISIPASI POLITIK SISWA."

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK……… i

ABSTRACT………. ii

LEMBAR PERNYATAAN……… iii

KATA PENGANTAR……… iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian………... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah……….. 11

C. Tujuan Penelitian ……….. 12

D. Metode Penelitian……… 12

1. Teknik Pengumpulan Data………. 14

2. Populasi Penelitian………. 16

3. Sampel Penelitian……….. 17

E. Manfaat dan Signifikansi Penelitian………... 18

F. Struktur Organisasi Tesis……… 19

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Kajian Pustaka………. 20

1. Civic Literacy (Kemelekwacanaan Warga)……… 20

2. Keterampilan Partisipatori……….. 28

3. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan……. 37

a. Pendidikan Kewarganegaraan……… 37

b. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan... 44

4. Partisipasi Politik……… 58

B. Kerangka Pemikiran……… 65

1. Civic Literacy (Kemelekwacanaan Warga)……… 65

2. Keterampilan Partisipatori……….. 72

3. Partisipasi Politik……… 75

C. Hipotesis Penelitian………. 78

1. Hipotesis Mayor………. 78

2. Hipotesis Minor……….. 78

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian……… 79

B. Prosedur Penelitian……….. 81

C. Variabel dan Definisi Operasional……….. 82

(2)

E. Validitas dan Reliabilitas……… 92

F. Teknik Analisis Data………... 100

G. Populasi dan Sampel………... 109

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian……… 112

1. SMAN 2 Bandung………... 112

2. SMAN 22 Bandung………. 114

3. SMAN 27 Bandung………. 116

B. Deskripsi Hasil Penelitian………... 118

C. Pembahasan Hasil Penelitian……….. 133

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan………. 159

B. Rekomendasi……….. 160

(3)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Pembagian Cluster SMA Negeri di Kota Bandung………… 16

Tabel 2.1 Keterampilan Kemelekwacanaan Warga (Civic Literacy Skill)……… 24

Tabel 2.2 Indikator Keterampilan Partisipatoris………. 29

Tabel 3.1 Indikator Variabel………... 87

Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Variabel Kemelekwacanaan Warga…… 95

Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Variabel Keterampilan Partisipatoris….. 96

Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Variabel Partisipasi Politik……….. 98

Tabel 3.5 Hasil Uji Reliabilitias Awal Atas 40 Responden……… 99

Tabel 3.6 Kriteria masing-masing Variabel……… 101

Tabel 3.7 Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov……… 103

Tabel 3.8 Hasil Uji Autokorelasi……… 104

Tabel 3.9 Hasil Uji VIF dan Nilai Tolerance………. 106

Tabel 3.10 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r ……… 109

Tabel 3.11 Pembagian Cluster SMA Negeri di Kota Bandung………… 110

Tabel 4.1 Kondisi Kemelekwacanaan Warga Siswa SMA Kota Bandung……… 119

Tabel 4.2 Descriptive Statistics Kemelekwacanaan Siswa SMA Kota Bandung……….. 120

Tabel 4.3 Kondisi Keterampilan Partisipatori Siswa SMA Kota Bandung………. 122

Tabel 4.4 Descriptive Statistics Keterampilan Partisipatori Siswa SMA Kota Bandung……… 123

Tabel 4.5 Kondisi Partisipasi Politik Siswa SMA Kota Bandung…… 122

Tabel 4.6 Descriptive Statistics Partisipasi Politik Siswa SMA Kota Bandung………. 125

Tabel 4.7 Korelasi Silang Antar Variabel (N = 100)………. 126

Tabel 4.8 Koefisien Determinasi……… 129

Tabel 4.9 Hasil Uji F ……….. 130

Tabel 4.10 Hasil Analisa Regresi Berganda………. 132

(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir Kemelekwacanaan Warga………….. 27

Gambar 2.2 Proses Pembentukan Kepekaan Politik……… 35

Gambar 2.3 Hierarki Partisipasi Politik………... 62

Gambar 2.4 Bagan Kerangka Pemikiran………. 77

Gambar 3.1 Hubungan Antar Variabel Penelitian……….. 82

Gambar 3.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Scatterplots…….. 105

Gambar 4.1 Diagram Kondisi Kemelekwacanaan Warga Siswa SMA Kota Bandung……… 120

Gambar 4.2 Diagram Kondisi Keterampilan Partisipatori Siswa SMA Kota Bandung……… 123

Gambar 4.3 Diagram Kondisi Partisipasi Politik Siswa SMA Kota Bandung………. 125

Gambar 4.4 Diagram Pengaruh Kemelekwacanaan Warga dan Keterampilan Partisipatoris terhadap Partisipasi Politik Siswa………. 150

(5)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran I Surat Penelitian

Lampiran II Kisi-kisi Instrumen Penelitian Lampiran III Instrumen Penelitian

Lampiran IV Tabulasi Data

(6)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Para pelajar yang masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA),

adalah mereka yang berumur 17 s.d 21 tahun merupakan pemilih pemula yang

baru akan pertama kali mengikuti Pemilu. Jumlah dari pemilih pemula ini sangat

banyak sehingga partai-partai politik seringkali memburu pemilih pemula sebagai

sasaran utama kampanye politik.

Berdasarkan proyeksi dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2009, jumlah

penduduk muda (usia di bawah 40 tahun) sekitar 95,7 juta jiwa, jumlah tersebut

setara dengan 61,5 % dari penduduk usia pemilih (www.bps.go.id). Sementara,

berdasarkan data Komisi Pemilihan Umum, jumlah pemilih pemula di Indonesia

mencapai 30% dari 174 juta total pemilih Tahun 2009. (sumber :

http://www.bbc.co.uk/indonesian/news/story/2009/04/ 090403 partai24.shtml).

Hasil penelitian Litbang Kompas menyebutkan bahwa antusiasme pemilih

pemula, yaitu pemilih yang mengikuti Pemilu 2009 untuk pertama kalinya,

terangkum dalam hasil jajak pendapat yang dilakukan Litbang Kompas pada

25-27 November lalu. Dari sejumlah pemilih pemula yang diwawancarai melalui

telepon, terungkap bahwa mayoritas (86,4 persen) menyatakan akan

menggunakan hak suara mereka dalam pemilu. Tingkat antusiasme ini termasuk

paling tinggi. Pada kelompok pemilih muda lainnya, yang sudah pernah

(7)

tingkat antusiasmenya lebih rendah sekitar 5 %. Pada kelompok usia yang lebih

tua, yakni 41 tahun ke atas, antusiasme untuk mengikuti pemilu dalam bentuk

memberikan suara lebih rendah lagi, yaitu 79,3 persen.

(www.indonesiamemilih.com)

Besarnya potensi pemilih pemula ini haruslah mendapat perhatian khusus

sehingga mereka tidak hanya dimanfaatkan oleh partai politik, salah satu

pemanfaatan pemilih pemula adalah pada saat kampanye mereka kerap hanya

dimobilisasi oleh parpol untuk mengikuti kampanye. Selain itu partai politik yang

tujuannya hanya untuk menarik suara sebanyak-banyak seringkali lupa untuk

memberikan pendidikan politik yang baik kepada pemilih pemula sehingga

mereka sering melupakan untuk mengingatkan kepada pemilih pemula untuk

benar-benar peduli dengan Pemilu. Selain rentan dimanfaatkan oleh partai politik,

pemilih pemula juga rentan akan menjadi golput, karena kepedulian mereka

terhadap Pemilu masih sangat kecil.

Pemahaman mengenai pemilihan umum sangat penting guna membentuk

pemilih yang cerdas. Oleh karena itu baru-baru ini Komisi Pemilihan Umum

(KPU) Kota Bandung sebagai penyelenggara pemilu bekerja sama dengan Dinas

Pendidikan dan guru-guru Pendidikan Kewarganegaraan berusaha untuk

melakukan sosialisasi pemilu kepada pemilih pemula di sekolah-sekolah agar

siswa mengerti dan memahami hak dan kewajiban warga negara Indonesia dalam

proses penyelenggaraan demokrasi, khususnya dalam pelaksanaan pemilu.

Disamping itu, dengan adanya kegiatan sosialisasi ini, para pemilih pemula

(8)

political will tentang pemilu/pemilukada sehingga dapat meningkatkan angka

partisipasi pemilih Kota Bandung pada pemilu/pemilukada yang akan datang.

Kepekaan seseorang terhadap politik pun berkembang sejalan dengan

berlansungnya proses sosialisasi dan kepekaan politik itu dapat dipelajari dan

dibelajarkan. Sekolah sebagai saana sosialisasi politik merupakan tempat yang

banyak memberikan pengaruh terhadap terbentuknya kepekaan politik anak.

Semakin ekstensif pendidikan seseorang, semakin banyak dia menyadari pengaruh

pemerintah, untuk mengikuti politik, untuk mendapatkan informasi politik, untuk

memiliki cakrawala lebih lebar mengenai opini-opini dan masalah-masalah

politik, terlibat dalam diskusi-diskusi politik dengan sekumpulan orang yang lebih

banyak, merasa mempunyai kemampuan yang lebih besar untuk mempengaruhi

permasalahan-permasalahan politik, untuk menjadi anggota suatu organisasi dan

aktif dalam suatu organisasi secara sukarela, dan memperlihatkan/menaruh

kepercayaan terhadap lingkungan sosialnya, dan memperlihatkan

perasaan-perasaan kepercayaan dan pada akhirnya akan mendorong seseorang untuk

berpartisipasi lebih aktif. (Mas’oed dan MacAndrews dalam Sapriya &

Winataputra : 2003, Almond dan Verba dalam Rush dan Althoff 2005 : 67-68)

Dalam pasal 3 Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional (Sisdiknas), secara imperatif digariskan bahwa :

(9)

Pendidikan Kewarganegaraan menjadi mata pelajaran yang penting dalam

rangka memberikan wawasan politik bagi warga negara terutama yang masih

duduk dalam persekolahan. Sehingga diharapkan generasi muda memiliki sikap

partisipatoris terhadap setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Seperti

disebutkan dalam Penjelasan Pasal 37 ayat (1) ”Pendidikan Kewarganegaraan

dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki

rasa kebangsaan dan cinta atanah air”. Kemudian lebih lanjut oleh Quingley,

(1991 : 3) dijelaskan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan dalam demokrasi

adalah pendidikan dalam pemerintahan sendiri, dan pemerintahan sendiri diartikan

sebagai partisipasi aktif dalam pengaturan sendiri, bukan penerimaan pasif dalam

hubungannya dengan orang lain.

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang

memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu

melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara yang

cerdas, terampil dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan itu sendiri adalah sebagai berikut :

1. Berfikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapai isu-isu kewarganegaraan

2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta anti korupsi 3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan

karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya

4. Berinteraksi degan bangsa-bangsa lain dalam pencaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi

(10)

Sehingga tujuan akhir dari adanya Pendidikan Kewarganegaraan adalah

partisipasi yang bermutu dan bertanggungjawab dalam kehidupan politik dan

masyarakat baik di tingkat lokal maupun nasional. Partisipasi semacam itu

memerlukan kompetensi kewarganegaraan sebagai berikut: (1) penguasaan

terhadap pengetahuan dan pemahaman tertentu; (2) pengembangan kemampuan

intelektual dan partisipatoris; (3) pengembangan karakter atau sikap mental

tertentu; dan (4) komitmen yang benar terhadap nilai dan prinsip fundamental

demokrasi konstitusional.

Winataputra (2001:317-318) mengatakan bahwa Pendidikan

Kewarganegaraan dalam paradigma baru mengusung tujuan utama

mengembangkan “civic competences” yakni civic knowledge (pengetahuan dan

wawasan kewarganegaraan), civic disposition (nilai, komitmen, dan sikap

kewarganegaraan), dan civic skills (perangkat kecakapan intelektual, sosial, dan

personal kewarganegaraan) yang seyogyanya dikuasai oleh setiap individu warga

negara. Tiga kompetensi di atas menjadi acuan yang harus dimiliki untuk

mengambangkan sikap partisipatoris siswa sesuai dengan tujuan Pendidikan

Kewarganegaraan di atas, karena itu dalam pembelajarannya di kelas adalah tugas

guru menjadikan siswa menjadi kompeten dan partisipatori.

Dalam mewujudkan kompetensi tersebut, kemelekwacanaan warga negara

(civic literacy) penting bagi peningkatan kualitas partisipasi politik karena

keterlibatan rakyat dalam proses politik harus didasari pengetahuan yang

memadai. Partisipasi warga negara yang dilandasi pengetahuan yang memadai

(11)

encapsulates the closely linked concepts of “civic engagement” (a key component

of social capital for Putnam) and “literacy”

or

political knowledge. … possible

ways of enhancing civic literacy in Canada under three headings: education,

media use and political institutions”. (Suryadi, 2009 : 207, Milner 2001 : 7-8).

Dari ungkapan di atas dapat diketahui bahwa civic literacy berhubungan

dengan pengetahuan warga negara (civic knowledge). Kemelekwacanaan warga

negara disini diartikan sebagai kapasitas pengetahuan dan kemampuan warga

negara untuk memahami dunia politik mereka. Kemelekwacanaan warga negara

juga merupakan ciri dari masyarakat madani dan keseluruhan indikator yang

memungkinkan untuk membandingkan masyarakat sesuai dengan proporsi

kewarganegaraannya masing-masing, yakni memiliki pengetahuan yang

diperlukan untuk pilihan politik yang efektif. Dimana pengetahuan poltik tersebut

bisa didapat dari dunia pendidikan, media baik eletronik maupun cetak dan

institusi politik yang diantaranya adalah partai politik. Tiga poin penting ini yang

berperan sangat penting memberikan pengaruh terhadap kualitas partisipasi politik

siswa. Sehingga para pemilih diharapkan dapat lebih bijak untuk memilih (civic

virtue) partai mana yang akan di pilihnya dalam Pemilu.

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang paling

menunjang untuk mendorong peningkatan civic literacy sebagaimana yang

dijelaskan Milner (2001 : 22) bahwa “… the most likely method of improving

levels of civic literacy is civics education” kemudian dijelaskan lebih lanjut

(12)

“The challenge is to ensure that students are inculcated with literacy skills, and encouraged to develop what the IALS calls “habits of literacy”: reading newspapers and books, using libraries, making use of different sorts of maps, writing letters”

(Tantangannya adalah memastikan bahwa siswa ditanamkan keterampilan keaksaraan dan didorong untuk mengembangkan apa yang disebut IALS sebagai “kebiasaan melek wacana” : membaca koran dan buku, menggunakan perpustakaan, memanfaatkan berbagai jenis peta, menulis surat.

Pada kenyataannya literasi ini terus berkembang, kita tidak bisa lagi

menyebut literasi hanya berkaitan dengan kemampuan menulis dan membaca saja.

Seiring dengan perkembangan teknologi dan informasi dengan adanya media

elektronik audio visual dan internet proses pembelajaran ke arah penguatan

kemelekwacanaan ini haruslah mengikuti perubahan tersebut. Metoda

pembelajaran berbasis teknologi pun menjadi wajib untuk menunjang

kemelekwacanaan warga negara.

Dalam KTT 21th Century Literacy Summit (Iriantara, 2009 : 10)

dirumuskan kompetensi yang harus dimiliki warga negara dalam perkembangan

sosial, profesional dan teknologi untuk memperkaya pengetahuan dan

keterampilan kritis manusia sebagai berikut :

1. Literasi teknologi : kemampuan untuk memanfaatkan media baru seperti internet untuk mengakses dan mengkomunikasikan informasi secara efektif.

2. Literasi Informasi : kemampuan untuk mengunpulkan, mengorganisasikan, menyaring dan mengevaluasi informasi dan untuk membentuk opini yang kokoh berdasarkan kemampuan tersebut.

3. Kreativitas media : kapasitas individu untuk berkembang di mana pun untuk membuat dan menyebarluaskan konten pada berbagai khalayak 4. Tanggungjawab dan kompetensi sosial : kompetensi untuk

(13)

Indikator dari kemelekwacanaan warga negara adalah meliputi

pengetahuan faktual (factual knowledge) dam kecakapan kognitif (cognitive

proficiency). Dengan mengkombinasikan batas perbedaan pengetahuan dari

faktual dan dimensi kognitif dari pengetahuan politik, kita akan mendapatkan

hasil yang lebih baik.

Sedangkan keterampilan partisipatori (participatory skill) dalam civic

education model ”Foundation of Democracy” ini sangat peduli terhadap

pengembangan keterampilan berfikir kritis dan reflektif, yang memang menjadi

salah satu ciri dari tradisi ”Reflektife Inquiry” dalam ”social studies”. Sementara

itu keterampilan partisipatori juga dikembangkan dalam program ”Foundation of

Democracy” dengan rincian keterampilan partisipatoris sebagai berikut : (1)

Interacting, (2) Monitoring, (3) Influencing. Dalam ketiga kategori ”participatory

skill” ini sangat potensial mendukung partisipasi siswa secara cerdas dan baik

dalam kehidupan masyarakat.

Pendidikan kewarganegaraan memusatkan perhatian pada pembentukan

kecerdasan civic intelligence, tanggung jawab civic responsibility, dan partisipasi

warga negara sebagai landasan untuk mengembangkan nilai dan perilaku

demokrasi. Pendidikan Kewarganegaraan adalah suatu proses pencerdasan,

pendekatan mengajar yang selama ini seperti menuangkan air kedalam gelas

watering down seharusnya diubah menjadi pendekatan yang lebih partisipatif

dengan menekankan pada latihan penggunaan nalar dan logika. Sehingga

pembelajaran PKN sekurang-kurangnya mengembangkan empat keterampilan

(14)

berfikir, keterampilan partisipasi sosial dan keterampilan berkomunikasi sosial.

Dalam proses pendidikan politik di sekolah PKN mengajarkan siswa untuk

memiliki kepekaan politik, hal ini berkaitan dengan kesadaran politik (political

awareness), ialah kemampuan siswa menjadi paham (informed about) dan peka

(sensitive) terhadap aspek-aspek politik, sosial, dan ekonomi di masyarakatnya.

(Suryadi, 2000:24, Sapriya dan Winataputra, 2003 : 167)

Partisipasi politik menurut Hutington dan Nelson dalam Damsar (2010 :

180) adalah kegiatan warga negara yang bertindak sebagai pribadi-pribadi, yang

dimaksud untuk mempengaruhi pembuatan keputusan oleh pemerintah. Partisipasi

bisa bersifat individu atau kolektif, terorganisasi atau spontan, mantap atau

sporadis, secara damai atau dengan kekerasan, legal atau ilegal, efektif atau tidak

efektif.

Bentuk-bentuk partisipasi politik tersebut menurut Milbrath dan Goel

(dalam Sastroadmodjo 1995 : 8) dibedakan sekurangnya dalam empat kategori:

1. Pertama apatis artinya orang yang tidak berpartisipasi dan menarik diri dari proses politik.

2. Kedua spektator artinya orang yang setidak-tidaknya ikut memilih dalam pemilihan umum.

3. Ketiga gladiator artinya mereka yang secara aktif terlibat dalam proses politik yakni komunikator, spesialis mengadakan kontak tatap muka, aktivis partai dan pekerja kampanye dan aktivis masyarakat.

4. Keempat pengritik artinya dalam bentuk partisipasi tak konvensional

Sedangkan Milbrath (Sastroadmodjo 1995 : 92-94) menyebutkan empat

faktor utama yang mendorong orang berpartisipasi politik, antara lain :

 Sejauh mana orang menerima perangsang politik.

(15)

misalnya oleh sering mengikuti diskusi-diskusi politik melalui mass media atau melalui diskusi formal.

 Faktor karakteristik pribadi seseorang.

Orang-orang yang berwatak sosial yang mempunyai kepedulian sosial yang besar terhadap masalah sosial, politik, ekonomi, sosial budaya hankamrata, biasanya mau terlibat dalam aktivitas politik.

 Karakteristik sosial seseorang.

Karakter sosial menyangkut status sosial ekonomi, kelompok ras, etnis dan agama seseorang. Bagaimanapun juga lingkungan sosial itu ikut mempengaruhi persepsi, sikap, perilaku seseorang dalam bidang politik. Orang yang berasal dari lingkungan sosial yang lebih rasional dan menghargai nilai-nilai seperti keterbukaan, kejujuran, keadilan dan lain-lain tentu akan mau juga memperjuangkan tegaknya nilai-nilai tersebut dalam bidang politik. Oleh sebab itulah, mereka mau berpartisipasi dalam bidang politik.

 Keadaan politik.

Lingkungan politik yang kondusif membuat orang dengan senang hati berpartisipasi dalam kehidupan politik. Dalam lingkungan politik yang demokratis orang merasa lebih bebas dan nyaman untuk terlibat dalam aktivitas-aktivitas politik daripada dalam lingkungan politik yang totaliter. Lingkungan politik yang sering diisi dengan aktivitas-aktivitas brutal dan kekerasan dengan sendirinya menjauhkan masyarakat dari wilayah politik.

Partisipasi politik dalam Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah

satu kemampuan yang diajarkan dalam pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan dalam rangka mencapai tujuannya yakni pemberdayaan segala

potensi dan kemampuan siswa baik kemampuan, sikap maupun keterampilan serta

berpartisipasi aktif dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, siswa sebagai bagian dari

warga negara atau warga masyarakat yang hidup di tengah-tengah masyarakat

akan banyak dihadapkan pada masalah-masalah politik. Untuk menghadapi

masalah-masalah politik itu, siswa perlu memahami poltik agar tumbuh kesadaran

politik dan pada akhirnya akan berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab

dalam kehidupan bermasayarakat, berbangsa dan bernegara. Pendidikan

(16)

kontribusi terhadap kemelekwacanaan warga negara dan keterampilan parsipatori

siswa sehingga siswa diharapkan menjadi warga negara yang partisipatif.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Penelitian ini didasarkan pada asumsi bahwa kemelekwacanaan warga

negara dan keterampilan partisipatori diharapkan dapat meningkatkan partisipasi

politik dalam hal ini siswa Sekolah Menengah Atas. Bedasarkan pemaparan latar

belakang masalah di atas, maka secara umum yang menjadi rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah bagaimanakah pengaruh kemelekwacanaan warga

negara dan keterampilan partisipatori dalam meningkatkan partisipasi politik

siswa? Untuk lebih menfokuskan penelitian yang dilakukan, maka penulis

merumuskan beberapa sub-permasalahan sebagai berikut:

1. Seberapa besar pengaruh kemelekwacanaan warga negara terhadap partisipasi

politik siswa?

2. Seberapa besar pengaruh keterampilan partisipatori terhadap partisipasi politik

siswa?

3. Seberapa besar pengaruh kemelekwacanaan warga negara terhadap

keterampilan partisipatori siswa?

4. Seberapa besar pengaruh kemelekwacanaan warga negara dan keterampilan

(17)

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan dan

menganalisis secara mendalam pengaruh pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan dalam mengembangkan kemelekwacanaan warga negara dan

keterampilan partisipatori untuk meningkatkan partisipasi politik siswa. Secara

khusus penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mendeskripsikan dan menganalisis secara mendalam seberapa besar pengaruh

kemelekwacanaan warga negara terhadap partisipasi politik siswa

2. Mendeskripsikan dan menganalisis secara mendalam seberapa besar pengaruh

keterampilan partisipatori terhadap partisipasi politik siswa

3. Mendeskripsikan dan menganalisis secara mendalam seberapa besar pengaruh

kemelekwacanaan warga negara terhadap keterampilan partisipatori siswa

4. Mendeskripsikan dan menganalisis secara mendalam seberapa besar pengaruh

kemelekwacanaan warga negara dan keterampilan partisipatori secara

bersama-sama terhadap partisipasi politik siswa

D. Metode Penelitian

Pendekatan dalam penelitian ini adalah kuantitatif, yaitu penelitian yang

datanya berupa angka-angka. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian

ini adalah metode deskriptif analitis dengan teknik survey. Metode

(18)

inferensial yaitu untuk menganalisis data sampel dan hasilnya digeneralisasikan

(diinferensikan) untuk populasi dimana sampel diambil. (Sugiyono, 2001: 14).

Borg and Gall (1989) sebagaimana dikutip Sugiyono (2006: 7-8)

menyatakan sebagai berikut:

Many labels have been used to distinguish between traditional research methods and these new methods: positivistic versus postpositivistic research; scientivic versus artistic research; confirmatiry versus discovery-oriented research; quantitative versus interpretive research; quantitative versus qualitative research. The quantitative-qualitative distinction seem most widely used. Both quantitative researchers and qualitative researcher go about inquiry in different ways. ”

Metode deskriptif analitis dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan teknik survey, karena mengambil sampel dari suatu populasi

dengan menggunakan angket sebagai alat pengukur data pokok. Mc Millan &

Schumacher (2001:304) menyatakan bahwa “dalam penelitian survey, peneliti

menyeleksi suatu sampel dari responden dan menggunakan kuesioner untuk

mengumpulkan informasi terhadap variabel yang menjadi perhatian peneliti. Data

yang dikumpulkan kemudian digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik dari

populasi tertentu”. Kerlinger (2002: 267) juga menyatakan bahwa “para peneliti

survey mengambil sampel dari banyak responden yang menjawab sejumlah

pertanyaan. Mereka mengukur banyak variabel, mengetes banyak hipotesis, dan

membuat kesimpulan dari pertanyaan-pertanyaan mengenai perilaku, pengalaman,

(19)

1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data utama menggunakan teknik kuesioner dengan

instrumen angket dan didukung dengan teknik wawancara, observasi dan studi

dokumentasi. Variabel kemelekwacanaan warga negara (civic literacy) (X1)

bagian pengetahuan faktual (factual knowledge) diukur dengan menggunakan

instrumen tes berbentuk pilihan ganda, dimana hanya ada satu jawaban benar.

Jawaban benar diberik skor 1 dan yang salah 0.

Sedangkan variabel keterampilan partisipatori (X2) dan variabel partisipasi

politik siswa (Y) digunakan skala SSHA (Survey of Study Habits and Attitudes)

dari Brown dan Holtzman. Pola skala SSHA Brown dan Holtzman ini dengan

lima option, yaitu: (1) Selalu, (2) Sering, (3) Jarang; dan (4) Tidak Pernah.

Jawaban yang tepat diberi bobot empat, dan yang tidak tepat sekali diberi

bobot/skor 4,3,2,1. Keunggulan skala model ini tidak mengukur aspek

kemampuan seseorang untuk menjawab, sebab yang dituntut dalam skala ini

bukan bagaimana seharusnya ia menjawab soal ini dengan benar berdasarkan

pengetahuannya, tetapi bagaimana kebiasaan mereka melakukan aktivitas

sehari-hari.

Adapun teknik pengumpulan data pendukung yang digunakan adalah

teknik observasi lapangan, dan studi dokumentasi sesuai kebutuhan. Dalam

(20)

proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Setelah data observasi

diperoleh maka data tersebut dianalisis. Hadi (Sugiyono, 2009:145)

mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu proses yang tersusun dari

berbagai proses biologis dan psikologis. Teknik pengumpulan data dengan

observasi digunakan bila penelitian berkenaan dengan prilaku manusia, proses

kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.

Teknik dokumentasi adalah pengumpulan data melalui hasil laporan

tulisan yang resmi. Dokumen dapat berbentuk tulisan maupun gambar, peta

maupun karya-karya monumental dari seseorang atau instansi tertentu. Dalam

penelitian ini, teknik dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data-data dari

pihak sekolah dan pengambilan gambar ketika proses pembelajaran.

Hasil ketiga teknik tersebut digunakan untuk memperdalam atau

memperkuat data yang diperoleh melalui angket. Angket merupakan teknik

pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan

atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono,

2009:142). Angket merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti

tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan

dari responden. Dalam penelitian ini angket digunakan untuk menggali dan

mengungkapkan hal-hal atau informasi sehingga terkumpul data yang lebih

(21)

2. Populasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah SMA Negeri Kota Bandung. Populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh siswa SMA kelas XI di Kota Bandung. Sampel

penelitian siswa SMA kelas XI di 3 SMA yang berada di Kota Bandung yang

ditentukan melalui cluster sampling dan proportional random sampling.

Tabel 1.1

Pembagian Cluster SMA Negeri di Kota Bandung

Cluster Nama SMA

Cluster 1 SMAN 2, SMAN 3, SMAN 5, SMAN 8

Cluster 2 SMAN 1, SMAN 4, SMAN 11, SMAN 20, SMAN 22, SMAN 24

Cluster 3 SMAN 6, SMAN 7, SMAN 9, SMAN 10, SMAN 12, SMAN 14

Cluster 4 SMAN 13, SMAN 15, SMAN 19, SMAN 23, SMAN 25

Cluster 5 SMAN 16, SMAN 17, SMAN 18, SMAN 21, SMAN 26, SMAN 27

Sumber:http//inggris.upi.edu/english/images/folderbaru/clustersmabdg.pdf

Dari kelima cluster SMA Negeri di Bandung, maka dipilih tiga cluster

yang mewakili SMA Negeri yang dikategorikan elite, sedang, dan rendah.

Sehingga diperoleh sampel :

SMA Negeri elite : SMA Negeri 2 Bandung

(22)

SMA Negeri rendah : SMA Negeri 27 Bandung

3. Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai

sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi. Pemilihan sampel penelitian

dilakukan melalui pengambilan sampel dengan dua cara. Pertama, pengambilan

sampel SMA dilakukan dengan teknik cluster dan acak, yaitu secara cluster

mengklasifikasikan seluruh SMA Negeri di Kota Bandung menjadi tiga kelompok

sekolah dengan cluster atas, sedang dan menengah. Kemudian secara acak

memilih sekolah yang dijadikan sampel penelitian.

Kedua, jumlah sampel yang diambil menggunakan rumus :

n = N/{1+N(e)²}

Keterangan :

n = ukuran sampel

N = jumlah populasi, dalam hal ini 20038 orang

e = tingkat presisi (batas ketelitian) yang diinginkan, dalam hal ini 10%

Penentuan jumlah sampel dari masing-masing sekolah dilakukan secara

proporsional, dan responden dari masing-masing sekolah dipilih secara acak

(random). Dengan kata lain teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah

(23)

E. Manfaat/Signifikansi Penelitian

Penelitian ini akan lebih bermakna apabila memberikan manfaat, baik bagi

pengembangan ilmu pengetahuan maupun bagi masyarakat. Dalam segi keilmuan

diharapkan penelitian ini nantinya akan dapat :

1. Memberikan gambaran mengenai pengaruh pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan terhadap pengembangan kemelekwacanaan warga negara

dan keterampilan partisipatori terhadap partisipasi politik siswa.

2. Menambah khasanah ilmu pendidikan khususnya dalam mata pelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan mengenai kontribusi Pendidikan

Kewarganegaraan terhadap pengembangan kemelekwacanaan warga negara

dan keterampilan pertisipatori terhadap partisipasi politik siswa.

3. Menemukan konsep-konsep baru sebagai bahan masukan dalam pembuatan /

perumusan kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan yang lebih signifikan

terhadap tujuan pendidikan nasional

Secara praktis, penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi kepada :

1. Institusi Pemerintahan : Penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk

mempertegas bahwa pendidikan sebagai wahana mempertajam pengetahuan

dan keterampilan warga negara berperan dalam menentukan partisipasi politik

(24)

2. Warga negara pada umumnya : Penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk

menambah wawasan keilmuan sekaligus sebagai stimulus untuk menggugah

kesadaran kolektif pentingnya pendidikan dalam upaya mengembangkan warga

negara yang partisipatoris

3. Institusi Pendididikan : Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pengkajian

yang lebih komprehensif mengenai pentingnya pendidikan dalam upaya

mengembangkan warga negara yang partisipatoris.

F. Struktur Organisasi Tesis BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

C. Tujuan Penelitian

D. Metode Penelitian

E. Manfaat/Signifikansi Penelitian

F. Struktur Organisasi Tesis

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

(25)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kuantitatif sedangkan metode yang digunakan adalah metode deskriptif analitis

dengan teknik survey. Metode ini dilakukan dengan dokumentasi, survey dan

penyebaran angket. Metode yang dipakai untuk mengumpulkan data yaitu

kuesioner, wawancara, observasi dan studi kepustakaan.

Metode deskriptif-analitis dalam penelitian dioperasionalisasikan dengan

menggunakan statistik inferensial yaitu untuk menganalisis data sampel dan

hasilnya digeneralisasikan (diinferensikan) untuk populasi dimana sampel

diambil.

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey, dimana

peneliti mendeskriptifkan secara kuantitatif (angka-angka),

kecenderungan-kecenderungan, perilaku-perilaku atau opini-opini dari suatu populasi dengan

meneliti sampel populasi tersebut dengan menggunakan angket sebagai alat

pengukur data pokok. Dari sampel ini peneliti melakukan generalisasi atau

membuat klaim-klaim tentang populasi itu. Penelitian survey biasanya tidak

membatasi dengan satu atau beberapa variabel. Para peneliti umumnya dapat

menggunakan variabel serta populasi yang luas sesuai dengan tujuan penelitian

(26)

Mc Millan & Schumacher (2001:304) menyatakan bahwa “dalam

penelitian survey, peneliti menyeleksi suatu sampel dari responden dan

menggunakan kuesioner untuk mengumpulkan informasi terhadap variabel yang

menjadi perhatian peneliti. Data yang dikumpulkan kemudian digunakan untuk

mendeskripsikan karakteristik dari populasi tertentu”. Para peneliti survey

mengambil sampel dari banyak responden yang menjawab sejumlah pertanyaan.

Mereka mengukur banyak variabel, mengetes banyak hipotesis, dan membuat

kesimpulan dari pertanyaan-pertanyaan mengenai perilaku, pengalaman, atau

karakteristik dari suatu fenomena. Teknik survey dipilih karena memiliki

keuntungan-keuntungan seperti mengidentifikasi sifat-sifat suatu populasi

berdasarkan sekelompok kecil individu (sampel). Hal ini dapat menghemat waktu

dan biaya dalam melaksanakan penelitian.

Dari pernyataan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa penelitian ini

bertujuan untuk menganalisis kontribusi pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan sebagai wahana pengembangan kemelekwacanaan warga (civic

literacy) dan keterampilan partisipatori terhadap partisipasi politik siswa. Sesuai

dengan tujuan penelitian dan rumusan masalah yang ditentukan dan pendekatan

penelitian peneliti mencoba untuk meneliti hubungan antara variabel tersebut

melalui data statistik sehingga dapat menyimpulkan sejauh mana pengaruh

(27)

B. Prosedur Penelitian

Dalam penelitian ini prosedur penelitiannya dibagi menjadi empat tahapan,

yakni persiapan, pengumpulan data, analisis data dan kesimpulan.

1. Persiapan

Tahap persiapan dalam penelitian ini meliputi :

a. Merumuskan masalah penelitian

b. Pengembangan teori-teori yang berhubungan dengan civic literacy,

keterampilan partisipatori dan partisipasi politik

c. Pembuatan hipotesisi

d. Penyusunan instrumen penelitian

2. Pengumpulan Data

a. Data dari Dinas Pendidikan Kota Bandung

b. Penyebaran kuesioner pada responden

3. Analisis Data

Analisis data berupa uji korelasi sederhana, uji regresi sederhana, korelasi

ganda, regresi ganda dan analisis deskriptif

4. Kesimpulan

a. Perumusan temuan penelitian

(28)

C. Variabel Penelitian dan Definisi Oprasional 1. Variabel Penelitian

Variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah kemelekwacanaan warga (X1) dan

keterampilan partisipatori (X2) dan adapun yang menjadi variabel terikat (Y)

dalam penelitian ini adalah partisipasi siswa.

Gambar 3,1. Hubungan Antar Variabel Penelitian

2. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Dalam judul penelitian ini, terdapat tiga konsep utama, yakni

kemelekwacanaan warga (civic literacy), keterampilan partisipatori dan partisipasi

politik

a. Kemelekwacanaan Warga (Civic Literacy) (X1)

Kemelekwacanaan Warga (Civic Literacy) dalam penelitian ini diartikan

sebagai pengetahuan tentang bagaimana untuk perpartisipasi secara aktif, dan

memprakarsai perubahan dalam komunitasnya masing-masing atau masyarakat

yang lebih besar. Untuk mengukur tingkat civic literacy ada dua indikator yakni

factual knowledge dan cognitive proficiency (Milner, 2003:55). KEMELEKWACANAAN

WARGA

(Variabel X1)

PARTISIPASI POLITIK SISWA

(Variabel Y)

KETERAMPILAN PARTISIPATORI

(29)

1. Factual knowledge (pengetahuan faktual) merujuk pada pengetahuan

mengenai sistem politik dan pemerintahan negara masing-masing, sehingga

tidak ada instrumen baku untuk mengukur tingkat pengetahuan faktual ini.

Namun, ada hal yang biasa di tanyakan di setiap negara antara lain mengenai

posisi politik yang paling penting di negara mereka (perdana menteri,

keuangan, menteri dll), dan meminta responden nama dan afiliasi politik dari

orang yang menduduki posisi tersebut. Serangkaian pertanyaan lain dapat

menguji pengetahuan tentang posisi partai besar pada isu-isu kunci dan

praktek konstitusional dan institusional dasar seperti selang waktu antara

pemilihan umum, komposisi komite legislatif, atau kekuasaan tertentu dari

pemerintah daerah.

2. Cognitive Proficiency (kecakapan kognitif) di dapat dari materi pembelajaran

Pendidikan Kewarganegaran di sekolah. Dalam mengukur tingkat penguasaan

kecakapan kognitif ini digunakan indikator sebagai berikut :

(a) Dapat menjelaskan pentingnya ideologi politik dan perkembangannya, dan

bagaimana ideologi mempengaruhi pandangan dalam berbagai kondisi

sosial,

(b)Mengetahui pengetahuan yang luas tentang bagaimana kondisi negara saat

ini dan mampu membuat perbandingan dengan kondisi negara-negara lain,

(c) Tahu apa pengaruh kondisi ekonomi komunitas, perusahaan dan individu,

(d)Dapat menempatkan ekonomi, pembangunan politik dan sosial dalam

(30)

(e) Dapat mempertimbangkan hubungan internasional dan kondisi global dari

ekonomi, politik, aspek hukum dan budaya serta menjadi sadar kondisi

untuk melakukan kerja sama internasional untuk tujuan politik dan sarana

kebijakan keamanan,

(f) Dapat menggunakan berbagai sumber pengetahuan dan alat untuk

menganalisis dan mendiskusikan isu-isu sosial, menggunakan pendekatan

yang berbeda, dan dalam seperti cara memperkuat pendapat sendiri.

b. Keterampilan Partisipatori (X2)

Keterampilan partisipatori juga dikembangkan dalam program

Foundation of Democracy” (dalam Winataputra & Budimansyah, 2007 : 48)

agar warga negara dapat mempengaruhi jalannya kehidupan politik dan kebijakan

publik, mereka perlu menambah kemampuannya dalam keterampilan

partisipatoris. Seperangkat kemampuan yang berhubungan dengan keterlibatan

dan peran serta seseorang. Menyangkut hal interacting (berinteraksi) termasuk

berkomunikasi terhadap obyek yang berkaitan dengan masalah-masalah publik

seperti bertanya, menjawab, berdiskusi dengan sopan santun, menjelaskan

artikulasi kepentingan; membangun koalisi, negosiasi, kompromi; mengelola

konflik secara damai; mencari konsensus

Monitoring (memonitor) masalah politik dan pemerintahan terutama

dalam penanganan persoalan-persoalan publik, upaya mendapatkan informasi

tentang persoalan publik dari kelompok-kelompok kepentingan, pejabat

(31)

berbagai pertemuan publik seperti: pertemuan organisasi siswa, komite sekolah,

dewan sekolah, pertemuan desa/BPD, pertemuan wali kota, LSM, dan organisasi

kemasyarakatan lainnya.

Influenting (mempengaruhi) proses politik, pemerintah baik secara formal

maupun informal seperti :berperan serta aktif, berpikir kritis, dan tanggap

terhadap keadaan. Contohnya melakukan simulasi tentang kegiatan: kampanye,

pemilu, dengar pendapat di DPR/DPRD, pertemuan wali kota, lobby, peradilan.

Memberikan suara dalam suatu pemilihan; Membuat petisi; Melakukan

pembicaraan/memberi kesaksian di hadapan lembaga publik; Bergabung atau

bekerja dalam lembaga advokasi untuk memperjuangkan tujuan bersama atau

pihak lain; Meminta atau menyediakan diri untuk menduduki jabatan tertentu.

c. Partisipasi Politik (Y)

Partisipasi politik adalah aktivitas warganegara yang bertujuan untuk

mempengaruhi pengambilan keputusan politik. Partisipasi politik dilakukan orang

dalam posisinya sebagai warganegara, bukan politikus ataupun pegawai negeri.

Sifat partisipasi politik ini adalah sukarela, bukan dimobilisasi oleh negara

ataupun partai yang berkuasa pada bermacam-macam tingkatan di dalam sistem

politik. Jika menggunakan istilah dari Branson dalam Budimansyah dan

Winataputra (2007:190) partisipasi politik dapat dibagi sebagai berikut :

1. Kecakapan intelektual adalah kemampuan siswa dalam membaca dan

memahami informasi tentang pemerintahan dan isu yang ditemukan di

(32)

Kemampuan mengartikulasikan konsep abstrak tentang politik. Atau

dengan kata lain mampu mengidentifikasi, menggambarkan, menjelaskan,

menganalisis, dan mengevaluasi serangkaian informasi tentang politik

yang mereka terima atau dengan kesadaran untuk mencari sendiri

informasi tersebut.

2. Keterampilan partisipatoris adalah kemampuan siswa dalam partisipasi

umum, kemampuan berkomunikasi, partisipasi melalui kemampuan

menganalisis isu-isu publik, kepemimpinan, kelompok, mobilisasi dan

komunikasi dalam berpartisipasi politik. Atau dengan kata lain siswa

mampu berinteraksi, memantau/memonitor, dan mempengaruhi proses

politik pada masing-masing tingkatan. Keterampilan ini meliputi

kemampuan siswa dalam partisipasi umum, kemampuan berkomunikasi

dalam mempengaruhi sikap politik orang lain, partisipasi melalui

kemampuan menganalisis isu-isu publik, kepemimpinan, kelompok,

mobilisasi dan komunikasi dalam berpartisipasi politik, menduduki jabatan

politik atau administratif, mencari jabatan politik/administratif, menjadi

anggota aktif dalam suatu organisasi politik, menjadi anggota pasif

organisasi politik, menjadi anggota aktif organisasi semi-politik (

quasi-political ), menjadi anggota pasif suatu organisasi semi-politik, menjadi

partisipan dalam rapat umum, demonstrasi, dan sebagainya, menjadi

partisipan dalam diskusi politik informal, menjadi partisipan dalam

pemungutan suara/voting (Rush dan Althoff, 2003 : 144-146, David F

(33)

Adapun indikator variabel di atas dapat dilihat lebih jelas dalam tabel

sebagai berikut :

Tabel 3.1 Indikator Variabel

VARIABEL Dimensi Indikator Alat Ukur

Kemelekwacanaan

a. Mengetahui sistem pemerintahan, sistem politik dan hukum yang berlaku di negara Indonesia b. Mengetahui dasar negara dan

konstitusi yang berlaku di Indonesia

c. Mengatahui sejarah perjuangan bangsa Indonesia

d. Mengetahui hubungan kerjasama antar bangsa baik nasional, regional maupun internasional e. Mengetahui konsep globalisasi

Tes pilihan

a. Dapat menjelaskan pentingnya ideologi politik dan

perkembangannya, dan bagaimana ideologi

mempengaruhi pandangan dalam berbagai kondisi sosial

b. Mengetahui pengetahuan yang luas tentang bagaimana kondisi negara saat ini dan mampu membuat perbandingan dengan kondisi negara-negara lain c. Tahu apa pengaruh kondisi

ekonomi komunitas, perusahaan dan individu

d. Dapat menempatkan ekonomi, pembangunan politik dan sosial dalam perspektif sejarah e. dapat

(34)

dan sarana kebijakan keamanan f. dapat menggunakan berbagai

sumber pengetahuan dan alat untuk menganalisisdan

mendiskusikan isu-isu sosial, menggunakan pendekatan yang berbeda, dan dalam seperti cara memperkuat pendapat sendiri

Keterampilan Partisipatori (Variabel X2)

Berinteraksi Berinteraksi (termasuk

berkomunikasi) terhadap obyek yang berkaitan dengan masalah-masalah publik, yang termasuk dalam kecakapan ini, antara lain:

a. bertanya, menjawab, berdiskusi dengan sopan santun

b. menjelaskan artikulasi kepentingan;

c. membangun koalisi, negosiasi, kompromi

d. mengelola konflik secara damai; e. mencari konsensus

Angket skala

a. menggunakan berbagai sumber informasi seperti perpustakaan, surat kabar, TV, dll untuk mengetahui persoalan-persoalan publik

b. upaya mendapatkan informasi tentang persoalan publik dari kelompok-kelompok kepentingan, pejabat pemerintah, lembaga-lembaga pemerintah. Misalnya dengan cara menghadiri berbagai pertemuan publik seperti:

pertemuan organisasi siswa, komite sekolah, dewan sekolah, pertemuan desa/BPD, pertemuan wali kota, LSM, dan organisasi kemasyarakatan lainnya.

(35)

informal b. Memberikan suara dalam suatu pemilihan;

c. Membuat petisi;

d. Melakukan pembicaraan/memberi kesaksian di hadapan lembaga publik;

e. Bergabung atau bekerja dalam lembaga advokasi untuk

memperjuangkan tujuan bersama atau pihak lain;

f. Meminta atau menyediakan diri untuk menduduki jabatan tertentu. Partisipasi politik

(variabel Y)

Kecakapan intelektual Politik siswa

a. kemampuan siswa dalam membaca dan memahami informasi tentang pemerintahan dan isu yang ditemukan di media, b. kemampuan membedakan antara

fakta dan opini dalam tulisan teks, c. Kemampuan mengartikulasikan

konsep abstrak tentang politik. d. mampu mengidentifikasi,

menggambarkan, menjelaskan, menganalisis, dan mengevaluasi serangkaian informasi tentang politik yang mereka terima

Angket skala

a. kemampuan siswa dalam partisipasi umum,

b. kemampuan berkomunikasi dalam mempengaruhi sikap politik orang lain,

c. partisipasi melalui kemampuan menganalisis isu-isu publik, kepemimpinan, kelompok, mobilisasi dan komunikasi dalam berpartisipasi politik. Menduduki jabatan politik atau administratif,

d. Mencari jabatan politik /

(36)

administratif,

e. Menjadi anggota aktif dalam suatu organisasi politik, f. Menjadi anggota pasif

organisasi politik, g. Menjadi anggota aktif

organisasi semi-politik ( quasi-political ),

h. Menjadi anggota pasif suatu organisasi semi-politik,

i. Menjadi partisipan dalam rapat umum, demonstrasi, dan sebagainya,

j. Menjadi partisipan dalam diskusi politik informal, k. Menjadi partisipan dalam

pemungutan suara ( voting )

c. Pernah

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data utama menggunakan teknik kuesioner dengan

instrumen angket dan didukung dengan teknik wawancara, observasi dan studi

dokumentasi.

Variabel civic literacy (X1) bagian Pengetahuan Faktual (Factual

Knowledge) dan Kecakapan Kognitif (Cognitive Proeficiency) )diukur dengan

menggunakan instrumen tes berbentuk pilihan ganda, dimana hanya ada satu

jawaban benar. Jawaban benar diberik skor 1 dan yang salah 0.

Sedangkan variabel Keterampilan Partisipatoris (X2) dan Variabel

Partisipasi politik siswa (Y) digunakan skala SSHA (Survey of Study Habits and

Attitudes) dari Brown dan Holtzman. Pola skala SSHA Brown dan Holtzman ini

dengan lima option, yaitu: (1) Selalu, (2) Sering, (3) Jarang; dan (4) TP = tidak

pernah. Jawaban yang tepat diberi bobot empat, dan yang tidak tepat sekali diberi

(37)

kemampuan seseorang untuk menjawab, sebab yang dituntut dalam skala ini

bukan bagaimana seharusnya ia menjawab soal ini dengan benar berdasarkan

pengetahuannya, tetapi bagaimana kebiasaan mereka melakukan aktivitas

sehari-hari.

Adapun teknik pengumpulan data pendukung yang digunakan adalah

teknik observasi lapangan, dan studi dokumentasi sesuai kebutuhan. Dalam

penelitian ini observasi dilakukan untuk mengetahui gambaran langsung tentang

proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Setelah data observasi

diperoleh maka data tersebut dianalisis. Hadi (dalam Sugiyono, 2009:145)

mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu proses yang tersusun dari

berbagai proses biologis dan psikologis. Teknik pengumpulan data dengan

observasi digunakan bila penelitian berkenaan dengan prilaku manusia, proses

kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.

Teknik dokumentasi adalah pengumpulan data melalui hasil laporan

tulisan yang resmi. Dokumen dapat berbentuk tulisan maupun gambar, peta

maupun karya-karya monumental dari seseorang atau instansi tertentu. Dalam

penelitian ini, teknik dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data-data dari

pihak sekolah dan pengambilan gambar ketika proses pembelajaran.

Hasil ketiga teknik tersebut digunakan untuk memperdalam atau

memperkuat data yang diperoleh melalui angket. Angket merupakan teknik

pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan

(38)

2009:142). Angket merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti

tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan

dari responden. Dalam penelitian ini angket digunakan untuk menggali dan

mengungkapkan hal-hal atau informasi sehingga terkumpul data yang lebih

lengkap, akurat dan konsisten.

E. Validitas dan Realibitas 1. Pengukuran Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan

dan kesahihan suatu instrumen. Uji validitas ini dilakukan unuk menguji

ketepatan suatu item dalam pengukuran instrumennya. Uji Validitas digunakan

rumus pearson product moment, yaitu sebagai berikut :

2

r = koefisien korelasi pearson product moment

n = jumlah responden

∑X = jumlah skor X

∑Y = jumlah skor Y

∑XY = jumlah hasil kali skor X dan Y

∑X2

= kuadrat jumlah skor X

∑Y2

(39)

Suatu pertanyaan dikatakan valid dan dapat mengukur variabel penelitian

yang dimaksud jika nilai koefisien validitasnya lebih dari atau sama dengan 0,300

(Kaplan & Saccuzo, 1993). Dipilih rumus pearson product moment karena

peneliti bermaksud untuk menganalisis hubungan variabel yang satu dengan

variabel yang lain dan rumus ini relatif mudah digunakan.

2. Pengukuran Realibilitas

Reliabilitas menunjukkan sejauh mana tingkat kekonsistenan pengukuran

dari suatu responden ke responden yang lain atau dengan kata lain sejauh mana

pertanyaan dapat difahami sehingga tidak menyebabkan beda interpretasi dalam

pemahaman pertanyaan tersebut. Uji reliabilitas yang digunakan menggunakan

rumus Alpha Cronbach dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

(40)

Validitas dan reliabilitas merupakan point penting dalam sebuah analisa

data. Hal itu dilakukan untuk menguji apakah suatu alat ukur atau instrumen

penelitian (dalam hal ini data dari kuesioner) sudah valid dan reliabel. Sebuah

item dikatakan valid adalah jika mempunyai dukungan yang kuat terhadap skor

total. Dengan kata lain sebuah item pertanyaan dikatakan mempunyai validitas

jika memiliki tingkat korelasi yang tinggi terhadap skor total item. (Wahyono,

2004 : 56).

Analisis ini dilakukan dengan menggunakan uji Bivariate Pearson

(Korelasi Produk Momen Pearson) dengan cara mengkorelasikan masing-masing

variabel dengan skor total variabel. Skor total variabel adalah penjumlahan dari

keseluruhan variabel. Variabel-variabel yang berkorelasi signifikan dengan skor

total variabel menunjukkan variabel tersebut mampu memberikan dukungan

dalam mengungkap apa yang ingin diungkap.

Pengujian menggunakan uji dua sisi dengan taraf signifikansi 0.05.

Kriteria pengujian adalah sebagai berikut :

Jika r hitung ≥ r tabel (uji 2 sisi dengan sig 0.05) maka instrumen atau

variabel pertanyaan berkorelasi signifikan terhadap skor total variabel (dinyatakan

valid).

Jika r hitung < r tabel (uji 2 sisi dengan signifikansi 0.05) maka instrumen

atau variabel pertanyaan tidak berkorelasi signifikan terhadap skor total variabel

(dinyatakan tidak valid).

Uji instrumen awal dari indikator Kemelekwacanaan, Keterampilan

(41)

responden yaitu siswa SMAN 20 Bandung atas pertanyaan Kemelekwacanaan,

Keterampilan partisipatoris dan Partisipasi politik untuk mengetahui validitas

awal instrumen yang digunakan. Dipilih SMAN 20 Bandung sebagai responden

karena dianggap memiliki karakteristik yang sama dengan sampel yang akan

dipakai untuk penelitian.

Uji Signifikansi dilakukan dengan membandingkan nilai r-hitung dengan

r-table. Pada uji awal ini, jumlah sample (n) = 40 dan besarnya df dapat dihitung

40-2 = 38. Dengan df=38 dan alpha = 0.05 didapat r-table = 0.312 (lihat r-table

pada df=38 dengan uji dua sisi).

Tabel 3.2. Hasil Uji Validitas Variabel Kemelekwacanaan Warga

Indikator Korelasi Pearson Product (r hitung)

Angka Kritis

(r table) Keterangan

(42)

P25 0.485 0.312 Valid

Berdasarkan hasil pada tabel 3.2 dapat dianalisa sebagai berikut :

1. Dari hasil análisis didapat nilai korelasi antara skor variabel dengan skor

total variabel. Nilai ini kemudian dibandingkan dengan nilai r tabel.

2. Didapat hasil nilai korelasi untuk 30 indikator yang digunakan dalam

mengukur Kemelekwacanaan semuanya valid dan memenuhi syarat

validitas karena memiliki nilai r hitung > r tabel (r hitung > 0.312), kecuali

P14 dan P28. Maka dapat disimpulkan bahwa semua variabel berkorelasi

signifikan dengan skor total sehingga dapat digunakan untuk analisa

selanjutnya, sedangkan P14 dan P28 tidak berkorelasi signifikan sehingga

akan dikeluarkan dari analisa selanjutnya.

Tabel 3.3. Hasil Uji Validitas Variabel Keterampilan PARTISIPATORIS

Indikator Korelasi Pearson Product (r hitung)

Angka Kritis

(r table) Keterangan

(43)

P46 0.333 0.312 Valid

P47 0.390 0.312 Valid

P48 0.561 0.312 Valid

P49 0.558 0.312 Valid

P50 0.706 0.312 Valid

P51 0.408 0.312 Valid

P52 0.235 0.312 Tidak Valid

Berdasarkan hasil pada tabel 3.3 dapat dianalisa sebagai berikut :

1. Dari hasil análisis didapat nilai korelasi antara skor variabel dengan skor

total variabel. Nilai ini kemudian dibandingkan dengan nilai r tabel.

2. Didapat hasil nilai korelasi untuk 22 indikator yang digunakan dalam

mengukur Keterampilan partisipatoris semuanya valid dan memenuhi

syarat validitas karena memiliki nilai r hitung > r tabel (r hitung > 0.312).

kecuali P42 dan P52. Maka dapat disimpulkan bahwa semua variabel

berkorelasi signifikan dengan skor total sehingga dapat digunakan untuk

analisa selanjutnya, sedangkan P42 dan P52 tidak berkorelasi signifikan

(44)

Tabel 3.4. Hasil Uji Validitas VARIABEL Partisipasi politik

Berdasarkan hasil pada tabel 3.4 dapat dianalisa sebagai berikut :

1. Dari hasil análisis didapat nilai korelasi antara skor variabel dengan skor

total variabel. Nilai ini kemudian dibandingkan dengan nilai r tabel.

(45)

mengukur Partisipasi politik semuanya valid dan memenuhi syarat

validitas karena memiliki nilai r hitung > r tabel (r hitung > 0.312). kecuali

P59, P75, P76 dan P88. Maka dapat disimpulkan bahwa semua variabel

berkorelasi signifikan dengan skor total sehingga dapat digunakan untuk

analisa selanjutnya, sedangkan P59, P75, P76 dan P88 tidak berkorelasi

signifikan sehingga akan dikeluarkan dari analisa selanjutnya.

4. Uji Reliabilitas (Test of Reliability)

Setelah dilakukan uji validitas terhadap indikator-indikator dalam

penelitian ini, selanjutnya dilakukan uji reliabilitas. Reliabilitas berhubungan

dengan kepercayaan terhadap alat test (Wahyono, 2004). Reliabilitas adalah

ukuran untuk menunjukkan kestabilan dalam mengukur. Kestabilan disini berarti

kuesioner tersebut konsisten jika digunakan untuk mengukur konsep atau

konstruk dari suatu kondisi ke kondisi yang lain.

. Pengujian reliabilitas dengan melakukan perhitungan koefisien reliabilitas

mempergunakan Cronbach’s Alpha. Hasil-hasil dari perhitungan dapat dilihat

dalam tabel dibawah ini. Dengan alat bantu software SPSS versi 16.0 berikut

merupakan angka koefisien Cronbach’s Alpha dari masing-masing variabel pada

pengukuran yang digunakan oleh penelitian ini. Pada program SPSS, metode ini

dilakukan dengan metode Cronbach alpha, dimana suatu kuesioner dikatakan

reliabel jika nilai Cronbach Alpha lebih besar dari 0.70.

Tabel 3.5 Hasil Uji Reliabilitas Awal Atas 40 Responden

(46)

1 Kemelekwacanaan 0.915 Reliabel/Andal

2 Keterampilan partisipatoris 0.869 Reliabel/Andal

3 Partisipasi politik 0.922 Reliabel/Andal

Berdasarkan tabel 4. diatas, maka dapat dilihat bahwa pada hasil pengujian

pretest terhadap 40 responden, koefisien Cronbach Alpha variabel

Kemelekwacanaan, sebesar 0.915, Keterampilan partisipatoris sebesar 0.869 dan

Partisipasi politik sebesar 0.922 adalah reliable karena memenuhi persyaratan

minimal reliabilitas dengan minimal koefisien Cronbach Alpha sebesar 0.70.

Jadi semua item pertanyaan/variabel Kemelekwacanaan, Keterampilan

partisipatoris dan Partisipasi politik yang digunakan dinyatakan reliabel/andal,

artinya semuanya pertanyaan Reliabel/berkesinambungan karena memiliki nilai

Cronbach alpha diatas 0.70. Nilai ini menunjukan bahwa indikator-indikator yang

digunakan mempunyai ketepatan, keakuratan, kestabilan atau konsistensi yang

tinggi.

F. Teknik Analisis Data

1. Analisis deskriptif analisis ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran atau

potret yang lebih jelas tentang variabel penelitian tanpa bermaksud membuat

kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi, yang kemudian

disajikan dalam bentuk tabel, grafik. Dalam analisis deskriptif ini digunakan

analisis deskriptif presentase adalah metode yang digunakan untuk

(47)

ini, perhitungan yang digunakan untuk mengetahui tingkat persentase skor

jawaban dari masing-masing siswa yang diambil sebagai sampel ditulis

dengan rumus sebagai berikut :

��=

� � 100%

Dimana :

n = Jumlah skor jawaban responden (skor empirik)

N = Jumlah skor jawaban ideal

DP = Descriptive Presentace (%)

(Mohamad Ali, 1987 : 184)

Untuk menentukan kategori atau jenis deskriptif persentase yang diperoleh

darimasing-masing indikator dalam variabel, dari perhitungan deskriptif

persentasekemudian ditafsirkan ke dalam kalimat. Cara menentukan tingkat

kriteria adalahsebagai berikut :

 Menentukan angka presentase tertinggi

� � �

� � � � 100% =

4

4 � 100 % = 100 %

 Menentukan angka presentase terendah

� � �

� � � � 100% =

1

4 � 100 % = 25 %

 Rentang presentase = 100 % - 25% = 75%

 Interval kelas presentase = 75 % : 4 = 18,75%

Tabel 3.6 Kriteria untuk masing-masing variabel

No Interval Kriteria

(48)

2

3

4

62,50% < % skor < 81,25 %

43,75% < % skor < 62,50 %

25,00% < % skor < 43,75 %

Baik

Cukup Baik

Kurang Baik 2. Analisis induktif. Analisis ini dilakukan untuk mendapatkan kesimpulan

dengan memanfaatkan teknik-teknik statistika. Analisis data ini menggunakan

statistik inferensial (atau sering juga disebut statistik induktif atau statistik

probabilitas), adalah teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data

sampel yang hasilnya diberlakukan untuk populasi (Sugiyono, 2011 :208).

a. Perubahan Data dari Ordinal ke Interval

Untuk memenuhi syarat analisis parametrik yang mana data

setidak-tidaknya berskala interval, maka harus ada perubahan dari data ordinal ke

interval yang dilakukan dengan menggunakan Methods Successive Interval

(MSI). Analisis korelasi pearson

b. Uji Normalitas

Uji Normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah populasi data

berdistribusi normal atau tidak. Dalam riset ini akan digunakan uji One

Sample Kolmogorov-Smirnov dengan menggunakan taraf signifikansi 0.05.

Data dinyatakan berdistribusi normal jika signifikansi lebih besar dari 5%

(49)

Tabel 3.7

Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 100

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation 11.28077481

Most Extreme Differences Absolute .064

Positive .064

Negative -.033

Kolmogorov-Smirnov Z .636

Asymp. Sig. (2-tailed) .813

a. Test distribution is Normal.

Dari hasil diatas kita dapat diketahui bahwa nilai signifikansi untuk

unstandardized residual sebesar 0.813. Nilai signifikan untuk

unstandardized residual variabel tersebut sudah lebih besar dari 0.05, maka

dapat disimpulkan bahwa data pada variabel Kemelekwacanaan warga dan

Keterampilan Partisipatori pada model regresi Partisipasi Politik sudah

berdistribusi normal.

(50)

Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada

korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan

pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Cara yang digunakan untuk

menguji autokorelasi dalam penelitian menggunakan uji Durbin-Watson

(DW Test).

Tabel 3.8 Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .835a .697 .690 11.39648 1.790

a. Predictors: (Constant), X2, X1

b. Dependent Variable: Y

Dari tabel tersebut, didapat hasil nilai DW (d) sebesar 1.790. Nilai ini akan

kita bandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan nilai signifikan

0.05, dan jumlah variabel bebas/independen 2 (k=2), maka di tabel Durbin

Watson akan didapatkan nilai batas atas (du)=1.715 dan batas bawah

(dl)=1.634. Oleh karena nilai DW (d) = 1.790, maka 1.715<1.790<2.285

(du<d<4-du). Sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesa nol yang

menyatakan tidak ada autokorelasi positif dan negative berdasarkan hasil

penelitian ini adalah diterima.

d. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada tidaknya

(51)

ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model

regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak

adanya gejala Heteroskedastisitas. Dalam riset ini dilakukan uji

Heteroskedastisitas dengan Scatterplots.

Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat

ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplots antara SRESID dan

ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X

adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah distudentized

(Ghozali, 2005).

Gambar 3.2 Hasil uji Heteroskedastisitas dengan Scatterplots

Dari grafik scatterplots terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta

tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat

disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi,

sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi Partisipasi

Politik berdasarkan masukan variable independen Kemelekwacanaan

wargadan Keterampilan Partisipatori .

Gambar

Tabel 1.1 SMA Negeri di Kota Bandung
Gambar 3,1. Hubungan Antar Variabel Penelitian
Tabel 3.1 Indikator Variabel
Tabel 3.2. Hasil Uji Validitas Variabel Kemelekwacanaan Warga
+7

Referensi

Dokumen terkait

Abundance of Microcystis grown in Sutami reservoirs have positively correlated with actual levels of nitrate, nitrite, total phosphate, conductivity, pH, temperature, ratio

Penambahan ini dapat dilakukan pada jalan - jalan yang sudah berlubang karena tidak memungkinkan lagi untuk di tambal, maka diambillah suatu kebijakan dengan

Proses perancangan sistem usulan akan menjelaskan dan menguraikan tentang aktifitas yang dilakukan oleh admin, pemilik kendaraan atau pelacak, dan aplikasi GPS yang

Serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini. terkhusus kepada Raihan Firdaus, Vina Zavira, Dede Taufik H serta

Departemen Pendidikan Nasional Universitas

• Mengetahui distribusi penderita rinosinusitis tipe dentogen berdasarkan jenis gigi yang terkena di RSUP H.Adam Malik Medan tahun 2009-2012. • Mengetahui distribusi

Penerapan Peer Dan Self Assessment Untuk Menilai Kinerja Siswa Sma Dalam Praktikum Larutan Elektrolit Dan Nonelektrolit.. Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu iii

Pada usaha kuliner Nasi Padang di Medan terdapat penyimpangan strategi pelayanan pelanggan dan realisasi penjualan dalam meningkatkan penjualan makanan yang menyebabkan usaha