• Tidak ada hasil yang ditemukan

STABILISASI TANAH LEMPUNG LUNAK DARI Ds. JONO Kec. TANON Kab. SRAGEN MENGGUNAKAN KOLOM KAPUR DENGAN VARIASI Stabilisasi Tanah Lempung Lunak Dari Ds. Jono Kec. Tanon Kab. Sragen Menggunakan Kolom Kapur Dengan Variasi Jarak Pengambilan Sampel.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STABILISASI TANAH LEMPUNG LUNAK DARI Ds. JONO Kec. TANON Kab. SRAGEN MENGGUNAKAN KOLOM KAPUR DENGAN VARIASI Stabilisasi Tanah Lempung Lunak Dari Ds. Jono Kec. Tanon Kab. Sragen Menggunakan Kolom Kapur Dengan Variasi Jarak Pengambilan Sampel."

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

i

STABILISASI TANAH LEMPUNG LUNAK DARI Ds. JONO Kec. TANON Kab. SRAGEN MENGGUNAKAN KOLOM KAPUR DENGAN VARIASI

JARAK PENGAMBILAN SAMPEL

Naskah Publikasi

untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat S-1 teknik sipil

Diajukan oleh :

Dicky Luthfiarta NIM : D 100 100 070

Kepada

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(2)

ii

(3)

S

TABILISASI

T

ANAH

L

EMPUNG

L

UNAK

D

ARI

D

s.

J

ONO

K

ec.

T

ANON

K

ab.

S

RAGEN

M

ENGGUNAKAN

K

OLOM

K

APUR

D

ENGAN

V

ARIASI

J

ARAK

P

ENGAMBILAN

S

AMPEL

Dicky Luthfiarta

Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta, Jl. A. Yani Tromol Pabelan Kartasura Tromol Pos 1 Surakarta 57102

e-mail : luthfiartadicky@yahoo.com

ABSTRACT (ABSTRAK)

Tanah retak-retak, bergelombang serta badan jalan yang mengalami penurunan yang signifikan adalah merupakan beberapa contoh permasalahan yang muncul untuk kondisi tanah di desa Jono kecamatan Tanon Kabupaten Sragen. Stabilisasi tanah dengan menggunakan kolom kapur adalah suatu jalan yang paling dianggap murah dari pada mengganti tanah lama yang kurang baik dengan yang lebih baik dengan tujuan untuk memperbaiki sifat-sifat tanah asli yang memiliki daya dukung rendah, indek plastisitas tinggi, pengembangan tinggi dan gradasi buruk, terutama untuk daerah yang cukup luas untuk memerlukan perbaikan tanah. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh stabilisasi kolom kapur terhadap tanah lempung lunak dari Desa Jono Kecamatan Tanon Kabupaten Sragen ditinjau dari nilai koefisien konsolidasi tanah (Cv), Compression Index (Cc), dan penurunan konsolidasi (Sc) berserta beberapa sifat fisisnya. Variasi jarak pengambilan sampel adalah 16,67 cm; 33,33 cm dan 50 cm dari kolom kapur. Hasil pengujian menunjukkan, semakin dekat jarak pengambilan sampel dari kolom kapur maka nilai Gs semakin kecil selain nilai Gs yang semakin kecil nilai LL dan PI semakin menurun, sedangkan nilai PL dan SL justru semakin meningkat apabila semakin dekat jarak pengambilan sampel dari kolom kapur. Dari hasil uji analisis Hydrometer memperlihatkan bahwa semakin dekat jarak pengambilan sampel dari jarak 50 cm; 33,33 cm hingga kemudian menjadi 16,67 cm serta yang sebelumnya untuk tanah yang tanpa diberi kolom kapur sebagai stabilisatornya menjadikan komposisi dari fraksi butiran tanah mengalami perubahan. Perubahan tersebut diantaranya adalah semakin banyaknya persentase jumlah fraksi yang tertahan saringan No 200 yang secara otomatis akan mengurangi jumlah persentase lolosnya. Selain itu stabilisasi dengan menggunakan kolom kapur ini juga mempengaruhi sifat fisis tanah. Dari hasil pengujian menunjukkan,semakin dekat jarak pengambilan sampel dari kolom kapur maka nilai Cv cenderung naik, nilai Cv terkecil terjadi pada sampel tanah tanpa stabilisasi kolom kapur. Sedangkan nilai Compression Index (Cc) cenderung turun, nilai Compression Index (Cc) tertinggi terjadi pada pengambilan sampel tanpa menggunakan stabilitas kolom kapur, nilai Compression Index (Cc) terendah terjadi pada sampel tanah dengan menggunakan stabilitas kolom pasir pada jarak pengambilan sampel 16,67 cm dari kolom kapur. Sedangkan nilai penurunan konsolidasi (Sc) semakin besar, nilai Sc terkecil terjadi pada sampel tanah dengan stabilisasi kolom kapur pada jarak pengambilan sampel 16,67 cm dari kolom kapur, nilai Sc terbesar terjadi pada sampel tanah tanpa menggunakan stabilisasi kolom kapur. Berdasarkan penelitian di atas menunjukan bahwa dengan penambahan kolom kapur mampu meningkatkan/memperbaiki sifat fisis maupun mekanis dari tanah lempung lunak dari Ds. Jono Kec. Tanon Kab. Sragen.

Kata kunci : lempung lunak, koefisien konsolidasi, compression index, penurunan konsolidasi, sifat fisis.

PENDAHULUAN Latar Belakang

Tanah retak-retak, bergelombang serta badan jalan yang mengalami penurunan yang signifikan adalah merupakan beberapa contoh permasalahan yang muncul untuk kondisi tanah di Desa Jono Kecamatan Tanon Kabupaten Sragen. Berdasarkan penelitian Amin (2010), tanah di desa Jono Kecamatan Tanon Kabupaten Sragen diketahui memiliki batas cair sebesar 75,9%, Batas Plastis 22,5% serta batas susut 14,286% sehingga dapat disimpulkan tanah ini merupakan tanah lempung kohesif dengan plastisitas tinggi karena memiliki indek plastisitas sebesar 53,4%. Menurut penelitian Sulistio (2011), tanah Tanon memiliki Compression

index (Cc) sebesar 0,2 dan Coefficient of

Consolidation (Cv) 0,0064 cm2/dt serta Settelment of

Consolidation (Sc) 0,44 cm.

Stabilisasi tanah adalah merupakan suatu jalan yang paling dianggap murah dari pada mengganti tanah lama yang kurang baik dengan yang lebih baik dengan tujuan untuk memperbaiki sifat-sifat tanah asli yang memiliki daya dukung rendah, indek plastisitas tinggi, pengembangan tinggi dan gradasi buruk, terutama untuk daerah yang cukup luas untuk memerlukan perbaikan tanah. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk melakukan stabilisasi ini yang diantaranya dengan memberikan bahan tambahan sebagai additive yang berguna untuk meningkatkan kekakuan tanah serta kekuatannya.

(4)

Penelitian ini dapat menjelaskan bahwa penggunaan kolom kapur dapat dijadikan sebagai salah satu solusi untuk pemecahan permasalahan ini.

Seperti dijelaskan oleh Apriyono (2008). Stabilisasi tanah lempung dengan cara pemasangan kolom kapur, merupakan salah satu jenis stabilisasi tanah lempung lunak secara kimiawi. Kapur aktif yang ditempatkan di lubang-lubang yang telah dibuat pada tanah lunak, akan mengabsorbsi air tanah dan menimbulkan reaksi hidrasi. Sehingga akan terjadi pembentukan hidrat serta absorbi kapiler yang kemudian meningkatkan kekuatan tanah juga mengurangi penurunan. Selanjutnya menurut Bowles (1989), kapur aktif tersebut setelah mati, akan bereaksi dengan mineral lempung dan menetralisir muatan negatif lempung yang akhirnya mengurangi kemampuan tanah dalam menyerap air.

Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa dengan penggunaan kolom kapur adalah sebuah solusi yang dianggap cukup murah untuk saat ini karena mudah dan cepat dalam proses pembuatannya. Sehingga diharapkan metode ini dapat pula digunakan untuk stabilisasi pada tanah lempung di Ds. Jono Kec. Tanon Kab. Sragen. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1) Mengetahui perubahan sifat fisis tanah setelah

dilakukan stabilisasi menggunakan kolom kapur.

2) Mengetahui perbandingan tanah lempung dengan atau tanpa menggunakan kolom kapur ditinjau dari koefisien konsolidasi (Cv), indeks pemampatan (Cc) dan penurunan konsolidasi (Sc).

3) Mengetahui pengaruh jarak pengambilan sampel terhadap nilai koefisien konsolidasi (Cv) , indeks pemampatan (Cc) dan penurunan konsolidasi (Sc).

Lempung lunak

Lempung lunak merupakan kumpulan butiran partikel mineral yang berukuran kurang dari 0,002 mm atau lolos saringan No. 200, sebagian besar proses pembentukannya adalah melalui proses pembentukan alami yaitu dari pelapukan bebatuan.

Secara laboratorium, tanah lempung lunak dapat diketahui dengan uji batas-batas Atterberg, dimana suatu tanah bisa dikatakan lempung lunak bila memiliki index plastisitas lebih dari 17. Batasan mengenai indeks plastis, sifat, macam tanah dan kohesinya diberikan oleh Atterberg terdapat dalam Tabel II.1. (Hardiyatmo, 1994)

Kapur merupakan batuan sedimen yang mengandung senyawa kalsium karbonat (CaCO3)

yang berasal dari organisme laut. Organisme ini mempunyai tempurung jatuh ke air dan mengendap di dasar laut dan mengalami perpindahan serta diendapkan kembali sebagai partikel padat diklasifikasikan dalam batuan kapur allochton

rudstone (Kusuma, 2014).

Kapur yang telah bereaksi dengan air tanah mampu merubah sifat suatu tanah lempung sehingga menjadi material yang lebih baik, yaitu dapat mengurangi kelekatan dan kelunakan tanah tersebut. Kapur yang digunakan untuk dipakai sebagai bahan stabilisasi tanah adalah jenis kapur padam dan kapur tohor karena berguna untuk meningkatkan stabilitas, menurunkan index plastisitas serta meningkatkan daya dukung tanah (BSNI, 1996).

Stabilisasi Tanah dengan Kolom Kapur

Stabilitas tanah lempung dengan menggunakan metode kolom kapur, merupakan salah satu jenis stabilitas tanah secara kimiawi. Kapur aktif yang ditempatkan di lubang-lubang yang sebelumnya dibuat pada tanah lunak, akan mengabsorbsi air tanah dan menimbulkan reaksi hidrasi seperti ditujukkan pada persamaan berikut ini (Apriyono, 2008).

CaO + H2O = Ca(OH)2 + 15,6 kcal/mol

Proses stabilisasi dengan kolom kapur, memanfaatkan permukaan lubang, sebagai permukaan serapan kapur di dalam tanah. Diameter lubang yang kecil, akan memberikan permukaan serapan yang kecil sehingga proses stabilisasi terhadap daerah sekitarnya akan berjalan dengan lambat. Kolom kapur yang dibasahi dengan air akan bereaksi lebih cepat dibandingkan dengan yang tidak dibasahi dengan air (Apriyono, 2008).

Sifat-sifat Tanah 1. Sifat Fisis a. Specivic Gravity

Berat jenis tanah (Gs) merupakan

perbandingan antara berat volume butiran padat (γs

dengan berat volume air (γw) pada temperatur 4 ºC

(5)

pengaruh dari kolom kapur yang dinyatakan dalam b. Analisis Distribusi Butir

Salah satu sifat fisik dari tanah lempung adalah dapat diketahui dengan metode penyaringan, karena ukuran butirannya yang kecil (kurang dari 0,06 mm) maka butirannya akan lolos dari saringan nomor 200.

Cara berikutnya adalah dengan metode

hydrometer analysis, yaitu dengan melalui proses

sedimentasi atau pengendapan butiran tanah sampel yang dimasukan ke dalam suatu larutan. Butiran yang besar akan mengendap terlebih dahulu lalu kemudian yang kecil akan lebih lambat. Dengan mengukur kecepatan jatuh partikel di dalam larutan berdasarkan

hukum stoke, dapat diketahui prosentase

masing-masing range ukuran berbutir. c. Atterberg Limits

Pada dasarnya tanah memiliki 3 batasan diantaranya batas cair (liquid limit), batas plastis (plastic limit) dan batas susut (shrinkage limit). Namun demikian, indek plastisitas suatu tanah ditentukan hanya dari selisih dari liquid limit dan

plastic limit (Plasticity index = Liquid limit – Plastic limit). Suatu tanah bisa dikatakan memiliki sifat

plastis bila nilai plastic limit-nya lebih kecil dari

liquid limit.

2. Sifat Mekanis a. Konsolidasi

Konsolidasi merupakan proses dimana tanah mengalami penurunan volume yang disebabkan karena berkurangnya volume pori dan air yang terkandung dalam tanah tersebut. Hal ini terjadi karena pada tanah tersebut menerima beban statis dalam waktu yang cukup lama, sehingga butiran tanah semakin merapat, semakin erat serta menyebabkan air dan udara yang terkandung di dalamnya terusir menuju tempat lain yang memiliki tekanan lebih rendah.

1) Indeks Pemampatan

Besarnya nilai indek pemampatan (Cc) adalah kemiringan dari bagian lurus grafik e – log p’ hasil pengujian konsolidasi di laboratorium yang dapat ditulis dalam persamaan :

e1 : besarnya angka pori pada tegangan p1’

e2 : besarnya angka pori pada tegangan p2’

p1’: beban awal (kg/cm2)

p2’: beban akhir (kg/cm2)

Cc : indeks pemampatan 2) Koefisien konsolidasi

Koefisien konsolidasi digunakan untuk memperkirakan/menghitung kecepatan penurunan suatu tanah. Kecepatan ini sangat penting untuk diketahui terutama untuk tanah yang memiliki penurunan sangat besar, hal ini dikarenakan akan sangat mempengaruhi kondisi bangunan struktur yang berdiri di atasnya.

Derajat konsolidasi pada sembarang waktunya, dapat ditentukan dengan menggambarkan grafik penurunan vs. waktu untuk satu beban tertentu yang diterapkan pada alat konsolidometer. Nilai koefisien konsolidasi dapat dicari dengan persamaan sebagai berikut :

= ……….(3)

Dengan :

Tv = time factor (bilangan tak berdimensi) t = waktu yang dibutuhkan untuk mencapai konsolidasi U (%) (detik)

Cv = Coefficient of Consolidation (cm2/detik) H = panjang lintasan drainase (cm)

3) Settlement Consolidation (Sc)

Apabila tanah kohesif (lempung) menerima beban tambahan maka akan terjadi konsolidasi. Kecepatan konsolidasi akan dipengaruhi oleh besarnya permeabilitas dan tebal tanah tersebut. Besarnya penurunan (settlement) setelah konsolidasi selesai dapat dirumuskan sebagai berikut :

Sc = Cc

……….(4) Dengan :

Sc : penurunan konsolidasi (cm) Cc : indeks pemampatan H : tebal lapisan tanah (cm)

(6)

Bahan yang Digunakan

Bahan yang digunakan adalah tanah lempung yang diambil di desa Jono kecamatan Tanon kabupaten Sragen, sebanyak ± 2 m3 dan kapur padam sebagai bahan stabilisasi. Pengujian dilakukan dengan dua tahap, yaitu dengan pengambilan 2 (dua) sampel tanah tanpa stabilisasi kolom kapur dan 5 (lima) sampel yang telah distabilisasi. Sampel diambil pada jarak 16,67cm, 33,33cm dan 50cm. Alat yang Digunakan

Tempat pengujian berupa kotak yang terbuat dari lempengan baja dengan panjang 100 cm, lebar 40 cm dan tinggi 40 cm. dibagian bawah kotak pengujian diberi lubang yang dapat dibuka dan ditutup untuk memudahkan saat akan mengatur keluarnya air. Secara lebih rinci dapat dilihat pada gambar berikut :

100cm

Gambar 1 Kotak Pengujian Tampak Atas

40cm

Gambar 2 Kotak Pengujian Tampak 3 Dimensi Peralatan lain yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut :

1) Satu set alat uji fisis yang meliputi : uji berat jenis tanah, uji Atterberg limits dan analisis distribusi butiran.

2) Satu set alat uji konsolidasi Tahapan Penelitian

Tahapan dalam penelitian ini dibagi ke dalam 4 tahap, yaitu :

1. Tahap I

a. Penentuan lokasi dan pengambilan contoh tanah.

c. Setelah 6 hari, air dikuras dengan membuka kran dan dibiarkan selama 24 jam untuk memudahkan saat pengambilan/pembuatan benda uji.

3. Tahap III

a. Dilakukan pengujian sifat fisis tanah asli dan yang telah distabilisasi.

b. Dilakukan pengujian sifat mekanis berupa uji konsolidasi.

c. Menganalisa data hasil pengujian laboratorium.

4. Tahap IV

Berdasarkan analisa data hasil pengujian laboratorium, maka dibuatlah kesimpulan serta diberikan beberapa saran untuk penelitian lanjutan jika diperlukan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemeriksaan Sifat Fisis Tanah

Pemeriksaan sifat fisis bertujuan untuk mengetahui perubahan dari sifat tanah yang ditinjau dari fisiknya karena adanya stabilisasi dengan kolom kapur yang dapat mempengaruhi terhadap sifat mekanisnya dengan tinjauan koefisien konsolidasi. Uji Specific Gravity (Gs)

Pengujian berat jenis tanah (Gs) meliputi tanah yang tanpa stabilisasi atau dalam Tabel 1 disebutkan sebagai tanpa kolom dan juga untuk tanah yang sudah distabilisasi kolom kapur dengan pengambilan jarak dari kolom kanan dan kiri sejauh 16,67 cm; 33,33 cm dan 50 cm. hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Penelitian Specific Gravity Jenis Tanpa Jarak pengambilan sampel (cm)

Pemeriksaan Kolom 50 33,33

Specific Gravity rata-rata selalu mengalami penurunan mulai dari tanah yang belum distabilisasi hinga jarak terjauh dari kolom yaitu sejauh 50 cm kemudian mendekat ke angka 33,33 cm lalu menjadi 16,67 cm. Hal ini menunjukan bahwa telah terjadi percampuran 2 bahan yaitu tanah yang memiliki

specific gravity 2,608 dengan kapur yang memiliki

(7)

volume yang sama akan menurunkan nilai specific

gravity dari tanah yang telah terstabilisasi.

Uji Batas-batas Atterberg

Tabel 2 Hasil pengujian Atterberg limits

Dari tabel 2 di atas terlihat bahwa ketika sampel yang dimbil semakin mendekati kolom kapur maka akan didapat didapatkan nilai LL yang semakin turun, nilai PL meningkat, nilai PI turun serta nilai SL yang naik secara signifikan. Hal ini dikarenakan adanya reaksi antara kapur dan tanah lempung yang menyebabkan membesarnya butiran tanah karena proses sementasi pada lempung oleh kapur, sehingga mengurangi nilai kohesi tanah tersebut.

Gradasi Butiran

Dari hasil penelitian ternyata didapatkan bahwa semakin sampel yang diambil mendekati kolom kapur, maka akan semakin berkurang pula komposisi butiran lolos saringan No 200. Perubahan gradasi inilah yang mempengaruhi perubahan terhadap karakteristik tanah seperti berat jenis, indek plastisitas maupun kecepatan pemampatannya. Hasil pengujian gradasi butiran tanah untuk selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Hasil pengujian gradasi butiran tanah (%)

Perubahan gradasi di atas diantaranya adalah semakin banyaknya persentase jumlah fraksi yang tertahan saringan No 200 yang secara otomatis akan mengurangi jumlah persentase lolosnya. Hal ini menunjukkan bahwa butiran tanah yang semakin besar sesuai dengan hasil uji Atterberg limits di atas.

Klasifikasi Tanah

Klasifikasi tanah merupakan pengelompokan tanah-tanah untuk menunjukan sifat atau kelakuan yang sama. Terdapat dua sistem klasifikasi yang bisa dipakai, yaitu Unified Soil Clasification System (USCS) dan American Association of State Highway

and Transportation Officials Classification

(AASHTO) yang menggunakan sifat-sifat index tanah seperti distribusi butiran, batas cair serta indek plastisitas.

Hasil pengklasifikasian tanah secara USCS dan AASHTO secara detail dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 hasil klasifikasi tanah

Stabilisasi tanah lempung Tanon dengan kolom kapur ini tidak menyebabkan adanya perubahan dalam klasifikasinya, walaupun telah terjadi perubahan yang cukup signifikan dalam perubahan sifat fisis dan mekanisnya. Klasifikasi tanah Tanon ini berdasarkan sistem AASHTO termasuk kelompok A-7-5, yaitu tanah lempung memiliki sifat yang kurang baik atau buruk bila dipakai untuk lapisan pondasi perkerasan jalan atau bangunan. Sedangkan berdasarkan klasifikasi sistem USCS, tanah asli Tanon dan sampel yang diambil pada jarak 50 cm termasuk ke dalam kelompok CH, kemudian sampel yang diambil pada jarak 33,33 cm dan 16,67 cm termasuk dalam kelompok MH/OH. Tidak adanya perubahan ini dikarenakan tanah asli Tanon memiliki sifat yang sangat kurang baik.

Pemeriksaan Konsolidasi

Pengujian sifat mekanis hanya akan dilakukan uji konsolidasi. Tujuan dari pengujian konsolidasi adalah untuk mendapatkan nilai koefisien konsolidasi (Cv), indeks pemampatan (Cc) dan penurunan konsolidasi (Sc) tanah lempung lunak dengan variasi jarak pengambilan sampel sebesar 16,67 cm, 33,33 cm dan 50 cm dari tepi kolom kapur kiri dan kanan. Selain itu pengujian juga dilakukan untuk tanah yang tidak distabilisasi untuk digunakan sebagai pembanding, sehingga dapat dilihat perubahan dari sifat mekanis tanah tersebut yang ditinjau dari uji konsolidasinya.

Coefficient of Consolidation (Cv)

Rekapitulasi perbandingan nilai koefisien konsolidasi (Cv) untuk masing-masing jarak pengambilan contoh secara lebih detai dapat dilihat pada Tabel 5.

(8)

Dari Tabel 5 di atas menunjukan perbandingan nilai coefficient of consolidation (Cv) untuk semua jarak yaitu 16,67 cm, 33,33 cm, dan 50 cm dari kolom kapur, dapat dilihat bahwa secara umum bahwa kolom kapur mampu meningkatkan nilai

coefficient of consolidation (Cv). Semakin kecil jarak

pengambilan sampel maka akan didapatkan nilai koefisien konsolidasi (Cv) yang semakin meningkat. Hal ini dikarenakan waktu yang dibutuhkan untuk konsolidasi akan semakin pendek. Berkurangnya waktu konsolidasi ini disebabkan karena terjadi perbaikan dalam sifat fisis dari tanah seperti dijelaskan dalam pembahasan sifat fisis di atas.

Apabila dibandingkan dengan nilai Cv tanah tanpa menggunakan stabilisasi kolom kapur, secara persentase nilainya mengalami peningkatan cukup signifikan yang ditinjau dari selisihnya dari sampel dengan pendekatan terhadap kolom kapur setiap sejauh 16,67 cm selalu mengalami peningkatan dalam angka rata-rata persentasenya. Untuk lebih detailnya dapat dilihat langsung pada Tabel 6. Tabel 6 Perbandingan nilai Cv terhadap tanah tanpa stabilisasi

Dari Tabel 6 di atas dapat diperhatikan bahwa persentase selalu mengalami peningkatan yang signifikan ketika mendekati kolom kapur yang dipasang. Selisih persentase terbesar antara sampel yang diambil pada jarak 50 cm dan 33,33 cm yaitu sebesar 17,27 %

Compresion Index (Cc)

Rekapitulasi nilai indeks pemampatan (Cc) yang ditinjau dengan variasi jarak pengambilan sampel untuk melihat pengaruh jarak sampel terhadap kolom kapur dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Rekapitulasi nilai Cc

Nilai Compression Index merupakan perwujudan dari kemampuan tanah dalam memapat saat terjadi konsolidasi. Semakin kecil pemampatan tanah yang terjadi saat mengalami proses konsolidasi, maka akan semakin kecil pula nilai Compression

Indexnya. Tabel 7 menunjukan bahwa tanah akan

memiliki nilai Compression Index yang semakin kecil ketika semakin mendekati kolom kapur.

Penurunan Konsolidasi (Sc)

Rekapitulasi nilai penurunan konsolidasi (Sc) yang ditinjau dengan variasi jarak pengambilan sampel untuk melihat pengaruh jarak sampel terhadap kolom kapur dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Rekapitulasi nilai Sc (cm)

Dari Tabel V.8 dan Gambar V.9 menunjukan seiring dengan semakin dekatnya sampel yang diambil dengan kolom kapur maka akan didapat nilai penurunan konsolidasi (Sc) yang semakin menurun. Penurunan nilai Sc ini menunjukan bahwa kolom kapur memiliki pengaruh yang baik terhadap tanah Tanon karena dapat mengurangi penurunan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan di laboratorium dan analisa data penelitian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1) Tanah Tanon mengalami perbaikan dalam hal sifat fisisnya ketika diberi kolom kapur.

2) Stabilisasi tanah lempung Tanon dengan kolom kapur ini tidak menyebabkan adanya perubahan dalam klasifikasinya, walaupun telah terjadi perubahan yang cukup signifikan dalam perubahan sifat fisis dan mekanisnya.

3) Penambahan kolom kapur mampu meningkatkan koefisien konsolidasi (Cv. Peningkatan nilai koefisien konsolidasi (Cv) juga diikuti dengan menurunnya nilai indeks pemampatan (Cc) dan nilai penurunan konsolidasi (Sc) apabila semakin mendekati kolom kapur.

Saran

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka untuk penelitian lebih lanjut disarankan :

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk perbandingan dengan variasi diameter kolom kapur.

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Amin, J. A. (2010). Perilaku Tanah Lempung Tanon yang Distabilisasi Dengan Tanah Gadong dan

Kapur (studi kasus kerusakan jalan desa Jono,Tanon,Sragen). Surakarta: Universitas Muhammadiyah

Surakarta.

Apriyono, A., & Sumiyanto. (2011,01 11). Publikasi ilmiah. Retrieved 04 17, 2014,frompublikasiilmiah.ums.ac.id:https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=we b&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0CCcQFjAA&url=http%3A%2F%2Fpublikasiilmiah.ums.ac.id%2Fb

itstream%2Fhandle%2F123456789%2F1937%2F_10_%2520Arwan%2520Apriyono%2520-UNSOED.pdf%3Fsequence%3D1&ei=R55ZU4yHFJDs8AW

Bowles, J. E. (1986). Sifat - Sifat Fisis Dan Geoteknik Tanah. (J. K. Hainim, Trans.) Jakarta: Erlangga. BSNI. (03-3439-1994). Tata Cara Pelaksanaan Stanilisasi Tanah Dengan Kapur Untuk Jalan. Jakarta :

Dewan Standarisasi Nasional.

Gambar

Gambar 1 Kotak Pengujian Tampak Atas  kolom kapur
Tabel 2 Hasil pengujian Atterberg limits
Tabel 6 Perbandingan nilai Cv terhadap tanah tanpa stabilisasi

Referensi

Dokumen terkait

untuk meningkatkan pemahaman konsep materi Sistem Ekskresi pada siswa kelas.. XI IPA ICT SMAN Kebakkramat Tahun

Maslow sebagai tokoh motivasi dalam buku (Uno 2007 :7) mangatakan bahwa motivasi memiliki suatu konsep motivasi interinsik yang.. mengidentifikasikan tingkah laku

Cara lain yang dapat dilakukan untuk melakukan pencegahan dan pengendalian residu antibiotik yaitu (1) mengembangkan dan menerapkan kampanye pendidikan kepada masyarakat

MORAL CONFLICTS OF ORGAN DONATION IN NICK CASSAVETES’ MY SISTER’S KEEPER MOVIE (2009): A PSYCHOANALYTIC APPROACH..

Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan.. Bandung :

The SaTScan software version 9.0 was used to identify and locate significant spatial clusters of JD in South Kalimantan province. SaTScan is a free software that analyzes

Berdasarkan pokok permasalahan yang tersebut di atas dalam Skripsi ini penulis mengangkat suatu tema “Upaya peningkatan motorik halus anak usia dini melalui kegiatan

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Kesehatan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga. Minat Pendidikan