• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN METAKOGNITIF, KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS, BIMBINGAN ORANG TUA, DAN GURU TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERSEPSI PERILAKU SEKSUAL SISWA PADA SMA SE-KOTA MEDAN TAHUN 2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN METAKOGNITIF, KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS, BIMBINGAN ORANG TUA, DAN GURU TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERSEPSI PERILAKU SEKSUAL SISWA PADA SMA SE-KOTA MEDAN TAHUN 2013."

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan untuk Mendapatkan Gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi Program

Pascasarjana Universitas Negeri Medan

Oleh:

ALFI SAPITRI

NIM. 8106173021

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN BIOLOGI

SEKOLAH PASCASARJANA

(2)
(3)
(4)

ABSTRAK

Alfi Sapitri. Hubungan Metakognitif, Kemampuan Berpikir Kritis, Bimbingan Orang Tua dan Guru tentang Kesehatan Reproduksi dengan Persepsi Perilaku Seksual Siswa SMA Se-Kota Medan Tahun 2013. Tesis. Medan: Program Pascasarjana UNIMED, April 2014.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Metakognitif siswa tentang kesehatan reproduksi; (2) Kemampuan berpikir kritis siswa tentang kesehatan reproduksi; (3) Persepsi perilaku seksual siswa; (4) Bimbingan orang tua dan (5) Bimbingan guru pada siswa tentang kesehatan reproduksi; (6) Hubungan metakognitif, kemampuan berpikir kritis, bimbingan orang tua dan guru tentang kesehatan reproduksi dengan persepsi perilaku seksual siswa kelas XI. Penelitian ini dilakukan di SMA Se-Kota Medan tahun 2013. Metode penelitian adalah metode penelitian deskriptif korelasional dengan sampel penelitian sebanyak 394 siswa yang ditentukan secara cluster random sampling (sampel acak kelas) terdiri dari siswa SMA Negeri 17 sebanyak 68 orang, siswa SMA Swasta Palapa sebanyak 13 orang, siswa SMA Negeri 12 Medan sebanyak 84 orang, siswa SMA Panca Budi sebanyak 30 orang, siswa SMA 7 sebanyak 80, siswa SMA Swasta Medan Putri sebanyak 15 orang, siswa SMA Negeri 19 sebanyak 65 orang, dan siswa SMA Hang Tuah sebanyak 39 orang. Instrument penelitian terdiri atas tes pengetahuan metakognitif, angket keterampilan metakognitif, tes kemampuan berpikir kritis, angket bimbingan orang tua dan guru tentang kesehatan reproduksi, dan angket persepsi perilaku seksual yang telah diuji validitas, reliabilitas, daya beda dan tingkat kesukaran. Data dianalisis dengan teknik analisis korelasi menggunakan program SPSS 21.0 for Windows. Hasil penelitian menunjukkan: (1) Tingkat pengetahuan metakognitif siswa tentang kesehatan reproduksi di kategorikan sedang dengan rata-rata sebesar 23,55 (Kota Medan) dan 23,67 (Pinggiran Kota Medan) yang dikategorikan sedang. Keterampilan metakognitif siswa tentang kesehatan reproduksi dikategorikan tinggi dengan rata-rata skor 152,74 (Kota Medan) dan 151,86 (Pinggiran Kota Medan); (2) Kemampuan beripikr kritis siswa tentang kesehatan reproduksi dikategorikan sedang dengan rata-rata skor 21,38 (Kota Medan) dan 21,06 (Pinggiran Kota Medan); (3) Persepsi perilaku seksual siswa dikategorikan sedang dengan rata-rata 140,31 (Kota Medan) dan kategori sedang dengan rata-rata skor 137,68 (Pinggiran Kota Medan); (4) Bimbingan orang tua siswa tentang kesehatan reproduksi dikategorikan sedang dengan rata-rata 158,24 (Kota Medan) dan 157,28 (Pinggiran Kota Medan); (5) Bimbingan guru tentang kesehatan reproduksi dikategorikan tinggi dengan rata-rata 173,50 (Kota Medan) dan 172,25 (Pinggiran Kota Medan) dikategorikan rendah; (6) Hubungan yang signifikan antara kemampuan metakognitif, kemampuan berpikir kritis, bimbingan orang tua dan bimbingan guru tentang kesehatan reproduksi dengan persepsi perilaku seksual siswa dengan Sig 0,049 < 0,05.

(5)

UNIMED, April 2014.

This research was intended to identify: (1) Student metacognitive about reproduction health, (2) student critical thinking skill about reproduction health; (3) Student perception about sexual attitude, (4) Parents and teachers guide about reproduction health, (5) Teachers guide about reproduction health, (6) The correlation cognitive, critical thinking as well as parents and teacher guide about reproduction health to student perception about sexual attitude. This study was conducted in entire of high school in Medan at 2013 academic year. Research method was correlation descriptive study. The population encompassed 394 students by cluster random sampling consisted of 68 students from SMAN 17, 13 students from SMAS Palapa, 84 students from SMA Negeri 12 Medan, 30 students from SMA Panca Budi, 80 student from SMAN 7, 15 students from SMA Swasta Medan Putri, 16 students from SMA Negeri 19 and 39 student from SMA Hang Tuah. Research instruments consists of metacognitive knowledge, metacognitive skill, critical thinking, parents and teachers guide, and student perception of sexual attitude that had been tested for validation, reliability, differential power and difficulty level. Data were analyzed with technique applied correlation analysis using SPSS 21.0 for windows. Research result indicated: (1) student metacognitive moderately categorized medium with average 23.55 (urban) and 23,67 (rural)for another place while metacognitive skill highly categorized higher with average 152.74 (urban) and 151.86 (rural) for every samples; (2) critical thinking also classified as medium by average 21.38 (urban) and 21.06 respectively (rural); (3) the perception of sexual attitude was medium with 140.31 (urban) and 137.68 (rural); (4) parents guide contributed in medium with 158.24 (urban) and 157.28 (rural) of each; (5) teachers guide contributed in medium with 173.50 (urban) and 172.25 in lower (rural) (6) significantly correlation between student perception about sexual attitude to either metacognitive, critical thinking skill or parent and teachers guide about reproduction health with Sig 0,049 < 0,05.

(6)

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah SWT yang telah

memberikan limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan tesis yang berjudul “Hubungan Metakognitif, Kemampuan Berpikir Kritis, Bimbingan Orang Tua dan Guru tentang Kesehatan Reproduksi dengan Persepsi Perilaku Seksual Siswa Pada SMA Se-Kota Medan Tahun 2013”, dengan baik. Tesis ini disusun guna memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi, Program

Pascasarjana Universitas Negeri Medan. Shalawat dan salam selalu

dipersembahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW sebagai pembawa rahmat

bagi alam semesta.

Pada kesempatan ini, penulis dengan kerendahan hati menyampaikan

ungkapan rasa terima kasih yang tulus kepada semua pihak yang telah membantu

dalam penyelesaian tesis ini. Ucapan terima kasih secara khusus penulis

sampaikan kepada Ibu Dr. Elly Djulia, M.Pd., dan Bapak Prof. Dr. Herbert

Sipahutar, M.Sc, selaku Dosen Pembimbing, yang tulus dan penuh perhatian

memberikan arahan, bimbingan, motivasi, dan waktunya kepada penulis sejak

awal penulisan sampai penyelesaian tesis ini.

Penulis juga menyampaikan ungkapan rasa terima kasih kepada Bapak

Dr. Hasruddin, M.Pd., Ibu Dr. Fauziyah Harahap, M.Si, dan Bapak Syarifuddin,

M.Sc., Ph.D, selaku narasumber yang telah banyak memberikan saran dan

masukan dalam penyempurnaan tesis ini. Ucapan terima kasih juga penulis

(7)

Medan, SMA 17 Medan, SMA 19, SMA Swasta Medan Putri, SMA Swasta Panca

Budi, SMA Swasta Palapa, SMA Swasta Hang Tua Medan dan beserta seluruh

guru, dan siswa/i atas bantuan dan kerjasamanya. Terima kasih kepada

teman-teman seperjuangan Pendidikan Biologi kelas A angkatan XIX, Syahraini, Eka

Ratna sari, Roy, dan seluruh keluarga besar Program Studi Pendidikan Biologi

Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, serta semua pihak yang telah

membantu proses pelaksanaan penelitian untuk penulisan tesis ini.

Cinta dan terimakasih yang tulus kepada Ayah (Alm. Drs. Anwar),

Mama (Kartini) dan kedua adik saya (Kadri dan Basri) dan seluruh keluarga besar

atas doa dan pengorbanan tak terhingga, untuk segala pengertian, perhatian, dan

motivasi.

Menyadari akan keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki, maka saran

dan kritik yang bersifat konstruktif dan inovatif dari berbagai pihak sangat penulis

harapkan demi kesempurnaan tesis ini. Hanya kepada Allah SWT kita berserah,

semoga kita semua berhasil mencapai apa yang dicita-citakan serta melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua. Amin.

Medan, April 2014 Penulis,

(8)

v 1.1. Latar Belakang masalah ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 5

2.1.1. Teori-Teori Pendukung Metakognitif ... 10

2.1.1.1. Teori Behavioristik ... 10

2.1.1.2. Teori Psikologi Kognitif ... 12

2.1.1.3. Teori Perkembangan Kognitif Menurut Jean Piaget ... 15

2.1.2. Metakognitif ... 16

2.1.3. Kemampuan Berpikir Kritis ... 21

2.1.4. Kesehatan Reproduksi ... 28

2.1.5. Persepsi Perilaku Seksual Remaja ... 30

2.2. Hasil Penelitian yang Relevan ... 34

2.3. Kerangka Berpikir ... 35

2.4. Hipotesis Penelitian ... 38

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 39

3.2. Populasi dan Sampel ... 39

3.3. Variabel Penelitian ... 40

3.4. Jenis dan Desain Penelitian ... 40

3.5. Defenisi Operasional ... 42

3.6. Instrumen Penelitian... 43

3.7. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 51

3.8. Validasi Instrumen Penelitian ... 54

(9)

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 63

4.1. Hasil Penelitian ... 64

4.1.1. Deskripsi Hasil Penelitian ... 64

4.1.2. Uji Persyaratan Analisis ... 65

4.1.3. Pengujian Hipotesis ... 66

4.1.3.1. Hubungan Metakognitif, Kemampuan Berpikir Kritis, Bimbingan Orang Tua dan Bimbingan Guru tentang Kesehatan Reproduksi dengan Persepsi Perilaku Seksual ... 66

4.1.3.2. Hasil Uji Analisis Jalur ... 71

4.2. Pembahasan ... 72

4.2.1. Metakognitif Siswa tentang Kesehatan Reproduksi ... 72

4.2.2. Kemampuan Berpikir Kritis Siswa tentang Kesehatan Reproduksi ... 77

4.2.3. Bimbingan Orang Tua Siswa tentang Kesehatan Reproduksi ... 78

4.2.4. Bimbingan Guru tentang Kesehatan Reproduksi ... 80

4.2.5. Persepsi Perilaku Seksual Siswa SMA ... 81

4.2.6. Hubungan Metakognitif, Kemampuan Berpikir Kritis, Bimbingan Orang Tua dan Bimbingan Guru dengan Persepsi Perilaku Seksual .... 83

4.3. Keterbatasan Penelitian BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ... 87

5.1. Simpulan ... 87

5.2. Implikasi ... 88

5.3. Saran ... 89

(10)

vii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Unsur-Unsur Kemampuan Berpikir Kritis ... 25

Tabel 2.2. Aspek Kemampuan Berpikir Kritis ... 26

Tabel 3.1. Sebaran Populasi ... 40

Tabel 3.2. Cara Menilai Pengetahuan Metakognitif ... 44

Tabel 3.3. Kisi-Kisi Tes Tentang Pengetahuan Metakognitif ... 45

Tabel 3.4. Kisi-Kisi Angket Keterampilan Metakognitif ………... .. 46

Tabel 3.5. Kisi-Kisi Kemampuan Berpikir Kritis ... 48

Tabel 3.6. Kisi-Kisi Angket Tentang Perilaku Seksual ... 49

Tabel 3.7. Kisi-Kisi Angket Peran Orang Tua dalam Membimbing Remaja ... 50

Tabel 3.8. Kisi-Kisi Angket Bimbingan Guru Terhadap Siswa SMA Kelas XII IA... 51

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Perbedaan Berpikir Kritis dan Tidak Berpikir Kritis ... 24

Gambar 2.2. Kerangka Berpikir Penelitian ... 37

Gambar 3.1. Skema Desain Penelitian ... 41

Gambar 3.2. Skema Prosedur Penelitian ... 53

Gambar 3.3. Skema Hubungan Kausal X1,X2,X3 terhadap Y ... 61

Gambar 4.1 Tingkat Pengetahuan Metakognitif... 63

Gambar 4.2 Tingkat Keterampilan Metakognitif ... 64

Gambar 4.3 Kemampuan Berpikir Kritis ... 64

Gambar 4.4 Bimbingan Orang Tua... 65

Gambar 4.5 Bimbingan Guru ... 65

Gambar 4.6 Persepsi Perilaku Siswa ... 66

Gambar 4.7 Hubungan Persepsi Perilaku Seksual dengan Pengetahuan Metakognitif ... 68

Gambar 4.8 Hubungan Persepsi Perilaku Seksual dengan Keterampilan Metakognitif ... 68

Gambar 4.9 Hubungan Persepsi Perilaku Seksual dengan Kemampuan Berpikir Kritis ... 69

Gambar 4.10 Hubungan Persepsi Perilaku Seksual dengan Bimbingan Orang Tua ... 69

Gambar 4.11 Hubungan Persepsi Perilaku Seksual dengan Bimbingan Guru ... 69

(12)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Tes Pengetahuan Metakognitif Kesehatan Reproduksi ... 102

Lampiran 2. Keterampilan Metakognitif... 107

Lampiran 3. Tes Kemampuan Berpikir Kritis ... 111

Lampiran 4. Angket Persepsi Perilaku Seksual Siswa ... 117

Lampiran 5. Angket Peran Orang Tua dalam Membimbing Remaja ... 120

Lampiran 6. Angket Peran Guru dalam Membimbing Remaja ... 123

Lampiran 7. Identitas Responden Siswa ... 126

Lampiran 8. Identitas Responden Orang Tua dan Guru ... 127

Lampiran 9. Hasil Uji Validitas Instrumen ... 128

Lampiran 10.Hasil Uji Reliabilitas Instrument ... 139

Lampiran 11.Hasil Uji Daya Pembeda Tes ... 142

Lampiran 12. Hasil Uji Tingkat Kesukaran Tes ... 135

Lampiran 13. Distribusi Pengkategorian Data ... 145

Lampiran 14. Deskripsi Statistik ... 150

Lampiran 15. Hasil Uji Normalitas ... 152

Lampiran 16. Hasil Uji Homogenitas ... 153

Lampiran 17. Hasil Uji Liniearitas ... 154

Lampiran 18. Hasil Analisis Koefisien Korelasi ... 155

Lampiran 19. Hasil Uji T Instrumen ... 156

Lampiran 20. Hasil Analisis Koefisien Arah Regresi ... 158

(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pada dasarnya perubahan fisiologis pada manusia terjadi pada masa

pubertas. Masa Pubertas adalah suatu keadaan terjadinya perubahan-perubahan

dalam tubuh yang mengiringi rangkaian pendewasaan. Pertumbuhan organ-organ

seks pada remaja yang sedang berkembang menuju kedewasaan mengakibatkan

munculnya dorongan seksual. Hal ini dijelaskan oleh Sarwono (2011) pada masa

remaja, organ-organ seks laki-laki dan perempuan telah mulai berfungsi, dan

menyebabkan remaja sensitif terhadap rangsangan atau godaan seksual”.

Kata remaja berasal dari bahasa Inggris “teenager” yakni manusia usia

13-19 tahun. Remaja dalam bahasa Latin disebut adolescence yang artinya tumbuh

atau tumbuh untuk mencapai kematangan (Ali, 2009). Masa remaja adalah masa

transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Menurut

organisasi kesehatan dunia (WHO), yang disebut remaja adalah mereka yang

berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa periode usia

antara 10 sampai 19 tahun. Menurut The Health Resources and Services

Administrations Guidelines Amerika Serikat, rentang usia remaja adalah 11-21

tahun dan terbagi menjadi tiga tahap, yaitu remaja awal (11-14 tahun), remaja

menengah (15-17 tahun), dan remaja akhir (18-21 tahun).

Perkembangan pada masa remaja tidak hanya ditandai dengan perubahan

(14)

2

psikososial yang terkait dengan perkembangan hormonal yang kemudian

mempengaruhi perkembangan fisik dan kematangan psikoseksualnya. Perubahan

fisik ini bertanggung jawab atas munculnya dorongan seks.

Jean Pigeat dalam Santrock (2010) mengemukakan perkembangan kognitif

anak pada masa pubertas berada pada periode terakhir dan tertinggi dalam tahap

pertumbuhan periode formal (period of formal operations), remaja pada periode

ini sudah memiliki pola pikir sendiri dalam usaha memecahkan masalah-masalah

yang kompleks dan abstrak. Dengan kata lain pada masa pubertas, remaja

memiliki kemampuan metakognitif yang sudah berkembang sangat baik.

Metakognisi (metacognition) merupakan suatu istilah yang diperkenalkan

oleh Flavell pada tahun 1976. Menurut Flavell, sebagaimana dikutip oleh

Livingston (1997), metakognisi terdiri dari pengetahuan metakognitif

(metacognitive knowledge) dan pengalaman atau regulasi metakognitif

(metacognitive experiences or regulation). Metakognisi merupakan bagian dari

proses perencanaan (planning), pemantauan (monitoring), dan evaluasi

(evaluating). Walaupun remaja sudah memiliki kemampuan metakognitif dan

pengetahuan yang baik tetapi penyimpangan perilaku seksual masih terjadi, ini

dapat disebabkan remaja tidak terlatih pada pemrosesan metakognitif ditahap

monitoring (pemantauan diri). Pada tahap monitoring terjadi proses bagaimana

mengatur aktivitas kognitifnya secara efektif dan aktivitas rancangan yang akan

dikerjakan. Pada tahap monitoring berpengaruhnya faktor lingkungan seperti pola

(15)

Widianti (2007) menyatakan bahwa di negara-negara berkembang

(termasuk Indonesia) masih banyak remaja (bahkan orang dewasa) yang tidak

mampu mencapai tahap perkembangan kognitif operasional formal (berpikir

tingkat tinggi). Remaja seharusnya sudah mencapai tahap pemikiran berpikir kritis

dan mampu untuk menganalisis masalah dan mencari solusi terbaik pada saat

mereka lulus Sekolah Menengah Atas (SMA). Tetapi kenyataannya sebagian

remaja masih tertinggal pada tahap perkembangan sebelumnya, yaitu operasional

konkrit, dimana pola pikir yang digunakan masih sangat sederhana dan belum

mampu melihat masalah dari berbagai dimensi.

Kasus mengenai perilaku seksual pada remaja dari waktu ke waktu

semakin mengkhawatirkan seperti terjadinya seks bebas dikalangan remaja,

pernikahan dini, penularan penyakit menular seksual dan terjadinya aborsi. Hal ini

dikarenakan terjadinya perubahan persepsi remaja terhadap perilaku berpacaran,

yaitu adanya kecenderungan untuk melakukan hubungan seksual sebelum

menikah pada saat berpacaran. Ramonasari dalam (Al-Ghifari Abu, 2003)

mengungkapkan bahwa hampir 80 % remaja melakukan hubungan seks sebelum

nikah dengan pacarnya, dalam jangka waktu pacaran kurang dari satu tahun.

Perilaku pacaran biasanya disertai dengan pola perilaku seksual mulai dari

berciuman, bercumbu, hingga bersenggama (Hurlock, 1993).

Saat ini pacaran menjadi suatu kebiasaan di kalangan remaja. Remaja yang

tidak memiliki pacar akan dikatakan kuno oleh teman sebayanya (Hermawan,

2003). Berbagai faktor mempengaruhi perilaku tersebut salah satunya adanya

(16)

4

demi cinta, seseorang merelakan hubungan seksual dengan pacar sebelum nikah

(Setyawan 2004), faktor lingkungan, pergaulan, kurangnya bimbingan orang tua

terutama ajaran agama baik di rumah maupun di sekolah menjadi alasan seorang

remaja melakukan perilaku seksual menyimpang.

Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (PKPA) Medan yang melakukan

penelitian tentang perilaku seksual remaja yang melibatkan 10 SMA/SMK di 3

Kabupaten/Kota di Sumatera Utara (2000), memperoleh hasil perilaku seksual

remaja yaitu: 57.2% sudah berpelukan, 9.4% sudah berciuman, 10.5% sudah

memegang alat kelamin (petting), 23% sudah berhubungan seksual dan

melakukan aktivitas seksual dengan pacar (86.1%), dengan teman dekat (5.4%),

dengan orang yang dikenal (2.7%) dan dengan tetangga (0.3%).

Hasil Surveilans Terpadu Biologi dan Perilaku (2011) yang dilakukan

pada enam ibu kota Provinsi, menunjukkan bahwa di Kota Medan hanya 16%

responden memiliki pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi, 5% responden

pernah berhubungan seks, 15% responden yang menggunakan kondom, 5%

responden mengetahui bahaya penyakit kelamin, dan 95% dari mereka

mengetahui bahwa seks akan mengakibatkan. Berdasarkan fakta-fakta diatas,

maka perlu dilakukan penelitian mengenai “Hubungan metakognitif, kemampuan

berpikir kritis, bimbingan orang tua dan bimbingan guru tentang kesehatan

(17)

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya,

maka perlu dibuat identifikasi permasalahan yaitu:

1. Perubahan perilaku atau gaya berpacaran di kalangan remaja yang disertai

dengan pola perilaku seksual mulai dari berciuman, bercumbu, hingga

bersenggama.

2. Perubahan persepsi perilaku berpacaran remaja yang cenderung untuk

melakukan hubungan seksual.

3. Kemampuan metakognitif siswa untuk mengantisipasi persepsi perilaku

seksual menyimpang remaja masih rendah.

4. Kemampuan berpikir kritis yang dimiliki siswa untuk mengontrol perilaku

seksual menyimpang masih rendah.

5. Kurangnya bimbingan guru tentang kesehatan reproduksi dan pengawasan

perilaku seksual siswa di sekolah.

6. Kurangnya bimbingan orang tua dan pengawasan pergaulan yang dimiliki

anak baik dirumah maupun diluar rumah yang mempengaruhi persepsi

perilaku seksual siswa.

1.3. Batasan Masalah

Batasan masalah penelitian ini adalah “Hubungan metakognitif,

kemampuan berpikir kritis, bimbingan orang tua dan bimbingan guru tentang

kesehatan reproduksi dengan persepsi perilaku seksual siswa pada SMA di Kota

(18)

6

ini maka penelitian ini dibatasi pada: tingkat pengetahuan metakognitif,

keterampilan metakognitif, kemampuan berpikir kritis, bimbingan orang tua, dan

bimbingan guru tentang kesehatan reproduksi, persepsi perilaku seksual, dan

subjek penelitian dibatasi pada siswa kelas XI IA di SMA Negeri dan SMA

Swasta yang terletak di kota dan pinggiran kota Medan.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang telah diuraikan, maka masalah

dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah metakognitif tentang kesehatan reproduksi pada siswa kelas XI

IA SMA Se-Kota Medan (Kota-Pinggiran) tahun 2013?

2. Bagaimanakah kemampuan berpikir kritis tentang kesehatan reproduksi pada

siswa kelas XI IA SMA Se-Kota Medan (Kota-Pinggiran) tahun 2013?

3. Bagaimanakah persepsi perilaku seksual siswa kelas XI IA SMA Se-Kota

Medan (Kota-Pinggiran) tahun 2013?

4. Bagaimanakah bimbingan orang tua tentang kesehatan reproduksi pada siswa

kelas XI IA SMA Se-Kota Medan (Kota-Pinggiran) tahun 2013?

5. Bagaimanakah bimbingan guru tentang kesehatan reproduksi pada siswa kelas

XI IA SMA Se-Kota Medan (Kota-Pinggiran) tahun 2013?

6. Bagaimanakah hubungan metakognitif, kemampuan berpikir kritis, bimbingan

orang tua dan guru tentang kesehatan reproduksi dengan persepsi perilaku

(19)

1.5. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan

informasi tentang:

1. Metakognitif tentang kesehatan reproduksi pada siswa kelas XI IA SMA

Se-Kota Medan (Se-Kota-Pinggiran) tahun 2013.

2. Kemampuan berpikir kritis tentang kesehatan reproduksi pada siswa kelas XI

IA SMA Se-Kota Medan (Kota-Pinggiran) tahun 2013.

3. Persepsi perilaku seksual siswa kelas XI IA SMA Se-Kota Medan

(Kota-Pinggiran) tahun 2013.

4. Bimbingan orang tua tentang kesehatan reproduksi pada siswa kelas XI IA

SMA Se-Kota Medan (Kota-Pinggiran) tahun 2013.

5. Bimbingan guru tentang kesehatan reproduksi pada siswa kelas XI IA SMA

Se-Kota Medan (Kota-Pinggiran) tahun 2013.

6. Hubungan kemampuan metakognitif, kemampuan berpikir kritis, bimbingan

orang tua dan guru tentang kesehatan reproduksi dengan persepsi perilaku

(20)

8

1.6. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi baru atau data

ilmiah sebagai masukan kepada ilmu pengetahuan, khususnya pengembangan

proses berpikir anak usia remaja terhadap seksualitas dan kontrol diri dengan

perilaku seks pranikah.

b. Sebagai bahan referensi untuk menambah pengetahuan tentang kesehatan

reproduksi bagi para siswa, agar siswa lebih memiliki tanggung jawab dalam

setiap melakukan tindakan yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi.

c. Sebagai bahan pertimbangan landasan empiris maupun kerangka acuan bagi

peneliti pendidikan yang relevan di masa yang akan datang.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru

1. Sebagai bahan informasi dalam upaya tindakan pencegahan dan

mengantisipasi munculnya pemahaman yang salah terhadap seks yang

berakibat pada penyimpangan perilaku seksual siswa.

2. Sebagai bahan pertimbangan dalam hal pengembangan silabus mengenai sub

Materi Pokok Kesehatan Reproduksi agar dapat diperhatikan baik dalam

(21)

b. Bagi Siswa

1. Meningkatkan pemahaman yang akan membentuk perilaku siswa dalam

meningkatkan kesadaran mengenai proses berpikir tentang permasalahan

kesehatan reproduksi dan cara mengatasinya.

2. Memberikan informasi yang benar dan terarah mengenai seks bebas dan

dampaknya sehingga mereka dapat memahami masalah seksualitas.

c. Bagi Pihak Lain

Sebagai sumber informasi bagi berbagai pihak mengenai kesehatan

reproduksi remaja sehingga sama-sama mendukung para remaja untuk menjaga

(22)

93

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil-hasil penelitian dan pengujian analisis data, maka dapat

diambil beberapa simpulan sebagai berikut:

1. Tingkat pengetahuan metakognitif tentang kesehatan reproduksi siswa SMA

di daerah Kota Medan dan di daerah pinggiran Kota Medan dikategorikan

sedang. Keterampilan metakognitif tentang kesehatan reproduksi siswa SMA

di daerah Kota Medan dan di daerah pinggiran Kota Medan dikategorikan

tinggi. Jadi keterampilan metakognitif tentang kesehatan reproduksi siswa

SMA di daerah Kota Medan tidak berbeda dengan keterampilan metakognitif

tentang kesehatan reproduksi siswa SMA di daerah pinggiran kota Medan.

2. Kemampuan berpikir kritis tentang kesehatan reproduksi siswa SMA di Kota

Medan dan di pinggiran Kota Medan dikategorikan sedang. Jadi kemampuan

berpikir kritis tentang kesehatan reproduksi siswa SMA di daerah Kota tidak

berbeda dengan kemampuan berpikir kritis siswa SMA di daerah pinggiran

Kota Medan.

3. Persepsi perilaku seksual siswa SMA di Kota Medan dan di pinggiran Kota

Medan dikategorikan sedang. Jadi persepsi perilaku seksual siswa SMA di

daerah Kota tidak berbeda dengan persepsi perilaku seksual siswa SMA di

(23)

4. Bimbingan orang tua tentang kesehatan reproduksi siswa di Kota Medan dan

di pinggiran Kota Medan dikategorikan sedang. Jadi bimbingan orang tua

tentang kesehatan reproduksi siswa di daerah Kota Medan tidak berbeda

dengan bimbingan orang tua siswa di daerah pinggiran Kota Medan.

5. Bimbingan guru tentang kesehatan reproduksi di daerah Kota Medan

dikategorikan sedang dan Bimbingan guru tentang kesehatan reproduksi di

daerah pinggiran Kota Medan yang dikategorikan rendah. Sehingga

bimbingan guru di daerah Kota Medan berbeda dengan bimbingan guru di

daerah pinggiran Kota Medan.

6. Terdapat hubungan yang signifikan antara kemampuan metakognitif,

kemampuan berpikir kritis, bimbingan orang tua dan bimbingan guru tentang

kesehatan reproduksi dengan persepsi perilaku seksual siswa dengan nilai Sig

0,049 < 0,05.

5.2. Implikasi

Hasil penelitan ini mengimplikasikan bahwa pengetahuan metakognitif

dan keterampilan metakognitif, bimbingan orang tua dan guru tentang kesehatan

reproduksi mempunyai pengaruh terhadap terbentuknya persepsi perilaku seksual

siswa. Kontribusi hasil temuan ini dirasakan sangat kecil, sehingga diperlukan

upaya-upaya untuk meningkatkan metakognitif siswa dapat dilakukan dengan

jalan: 1. Membangun fondasi untuk belajar secara aktif, 2. Membantu peserta

didik dalam mengembangkan strategi belajar, 3. Membimbing siswa dalam

(24)

95

diri sendiri, mengembangkan kebiasaan untuk berpikir positif dan berpikir secara

hirarkhis dan mengembangkan kebiasaan untuk bertanya.

Kemampuan berpikir kritis siswa dapat ditingkatkan dengan mengasah

kemampuan berpikirnya melalui kegiatan-kegiatan meningkatkan daya analisis,

pemecahan masalah, mengembangkan kemampuan observasi atau mengamati,

meningkatkan rasa ingin tahu, kemampuan bertanya dan refleksi, membaca

sumber-sumber belajar yang relevan dengan kritis, dan aktif dalam melibatkan diri

dalam diskusi.

Persepsi perilaku seksual siswa yang positif akan terbentuk dari peran

serta orang tua dan guru dalam membimbing dan memberikan pendidikan

kesehatan reproduksi dan pendidikan seks kepada anak, dengan mengontrol,

mengawasi anak, memberikan waktu khusus kepada anak dan menjadi teman bagi

anak hal ini dapat dilakukan pada waktu senggang. Hal ini akan mempengaruhi

persepsi perilaku seksual anak, sehingga anak akan cenderung mengontrol

perilaku seksualnya.

5.3. Saran

Berdasarkan simpulan yang telah dikemukakan, maka sebagai tindak

lanjut penelitian ini disarankan beberapa hal sebagai berikut:

1. Kepada siswa

Diharapkan siswa dapat meningkatkan kemampuan metakognitif, kemampuan

berpikir kritis tentang kesehatan reproduksi dari sumber-sumber pelajaran

(25)

mengenai masalah kesehatan reproduksi dengan guru, orang tua ataupun pihak

yang berkaitan tentang hal ini sehingga diharapkan siswa bukan hanya sekedar

meningkatkan pengetahuannya tetapi juga dapat lebih bertanggung jawab

terhadap perilaku seksual.

2. Kepada Guru Biologi

Sebaiknya guru mengintregasikan proses nelajar mengajar sistem kesehatan

reproduksikan tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan sebagai materi

ajar tetapi dapat juga memberikan arahan khususnya mengenai perilaku

seksuan sehingga siswa mempunyai pengetahuan lebih awal. Hal ini akan

berdampak positif kepada perilaku seksual siswa sehingga siswa tidak berlaku

amoral

3. Kepada Orang Tua

Memberikan informasi akan pentingnya kesehatan reproduksi dan dampak

perilaku seksual menyimpang, menasehati dan mengawasi anaknya agar tidak

terjerumus dalam pergaulan bebas yang dapat merusak masa depan si anak.

4. Kepada Penelitian Sejenis

Sangat disarankan untuk mengembangkan kesenjangan informasi dan

mengkaji faktor-faktor lain yang mempengaruhi persepsi perilaku seksual

(26)

97

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M., Asrori, M. 2011. Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Afandi, Sugiyarto, Sunarno, 2012, Pembelajaran Biologi Menggunakan Pendekatan Metakognitif Melalui Model Reciprocal Learning dan Problame Based Learning Ditinjau Dari Kemandirian Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa. Jurnal Inkuiri. Vol 1, No 2 (hal 86-92).

Arikunto, S. 2006. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.

Arikunto, S. 2009. Prosedur Penelitian Pendeketan. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Aryulina, D., Muslim, C., Manaf, S., Winarni, E. 2007. Biologi 2: SMA dan MA untuk Kelas XI. Jakarta: Penerbit Esis.

Athinkson, L. Smith, E. Bem, D. 2007. Pengantar Psikologi Edisi Kesebelas Jilid Satu. Harcourt Brace Company: Interaksara.

Azwar, S. 2000. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana. 2005. Kebijakan Program Pokok dan Kegiatan Bidang Pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi 2005-2009. Deputi Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta.

Baharuddin, H., Wahyuni, E. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: PT. Ar-Ruzz Media.

aBahri, S., Apriani, E. 2008. Peran Pengetahuan Awal , Strategi Kognitif dan Metakognitif terhadap Pencapaian Hasil Belajar IPA. Jurnal pendidikan serambi ilmu, Vo. 6. No 1.

(27)

Dhanapala, K. 2010. Sri Lankan University Students, metacognitive Awarness of 12 Reading Strategies. Journalof International Development and Cooperation, Vol 16, no 1, pp 65-82

Dariyo, A. 2004. Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor: Ghalia Indonesia.

Desmita.(2006). Psikologi Perkembangan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Fisher, A. 2009. Berpikir Kritis; Sebuah Penghantar. Jakarta ; Erlangga.

Hergenhahn, B., Olson., M. 2010. Theories of Learning (Teori Belajar) Edisi Ketujuh. Jakarta: Penerbit Kencana.

Hutahuruk, M. 2006. Presepsi Siswa Kelas III IPA SMA Negeri 12 Medan Tentang Seks dan Kesehatan Reproduksi di Kalangan Remaja. Skripsi. Medan: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.

Hutagalung, S. 2007. Hubungan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Dengan Perilaku Seksual Siswa Di Kota Medan. Skripsi. Medan: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.

Ikayanti, S. Sugiarto B. 2012. The Influence of Metacognitive Knowledge to Student Learning Out Comes On Salt Hydrolysis Matter in XI Science 4 RSBI SMAN Mojoagung Jombang. Unesa Journal of Chemical Education. Vol. 1, No. 1, pp. 204-211.

In’am, Akhsanul. 2009. Peningkatan Kualitas Pembelajaran Melalui Lesson Study Berbasis Metakognisi. Jurnal Ilmu Pendidikan, (online), Vol. 12 No. 1.

Kirby, D. 2011. The Impact of Sex Education on The Sexual Behaviour of Young People. New York: United Nations.

Kurniawan, T. 2008. Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Praktek Kesehatan Reproduksi Remaja di SMA Negeri 1 Purbalingga. Tesis. Semarang: Program Pascasarjana Universitas Diponegoro.

Maulana. 2008. Pendekatan Metakognitif Sebagai Alternatif Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa PGSD. Jurnal pendidikan dasar. No. 10.

McCulley, E. 2010. A Qualitative Study of Metacognitive Characteristics of Low-Performing Middle School Reading Students. Thesis. Texas State University-San Marcos.

(28)

99

Biologi di SMA Negeri Palangka Raya. Jurnal Penelitian Kependidikan, (online), TH. 20 No. 2.

Muspiroh, N. 2007. Pendidikan Reproduksi Bagi Remaja. Jurnal Al-Tarbiyah. Vol XX. No 22.

Nindiasari, H. 2004. Pembelajaran Metakognitif Untuk Meningkatkan Pemahaman dan Koneksi Matematika Siswa SMU Ditinjau dari Perkembangan Kognisi Siswa. Tesis. PPS UPI Bandung.

Lestari, E. Tanpa Tahun. Critical Thinking Guidelines Bagi Staf Akademik. FK Unissula.

Kusmiran, E. 2011. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.

Notoatmodjo, S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Paul, Richard dan Linda E. 2005. The Miniature Guide to Critical Thinking

”CONCEPTS & TOOLS”. California: The Foundation of Critical Thinking.

Pusat Kajian dan Perlindungan Anak. 2011. Surveilans Terpadu Biologi dan Perilaku, Pada Kelompok Beresiko Tinggi di Indonesia. Bakti Husada. Pratiwi., Maryati, S., Srikini., Suharno., S, B. 2005. Biologi SMA untuk Kelas XI.

Jakarta: Penerbit Erlangga.

Riduwan., Kuncoro, E. 2007. Cara Menggunakan dan Memakai Analisis Jalur (Path Analysis). Bandung: Penerbit Alfabeta.

Riyanto, Y. 2008. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: PT. Kencana Prenada Media Group.

Salam, A. 2004. Metacognition and Reading Comprehension: Current Trends in Theory and Research. Faculty of Education. Suez Canal University.

Sanjaya, W. 2007. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Penerbit Kencana Prenada Media Group.

Sarwono, S. 2011. Psikologi Remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Schafersman, Steven D. 1991. An Introduction to critical thinking.

Slavin, Robert E. 2008. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktek (Edisi kedelapan). Jakarta: PT. Indeks.

Sudiarta, I Gusti Putu. 2007. Penerapan Strategi Pembelajaran Berorientasi

(29)

Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Hasil Belajar Mahasiswa Pada Mata Kuliah Statistik Matematik I Tahun 2006/2007. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, (online) No. 3 TH. XXXX.

Sugiono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Suherman. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Jurusan Pendidikan Matematika UPI.

Sukmadinata., As’ari. 2006. Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi di Perguruan Tinggi Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak diterbitkan. Bandung

Suryoputro, A., Ford., Shaluhiya. 2006. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Remaja Di Jawa Tengah: Implikasinya Terhadap Kebijakan Dan Layanan Kesehatan Seksual Dan Reproduksi. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Diponogoro. Semarang.

Syamsu, Y. Juntika, N. (2007). Teori Kepribadian. Bandung: Rosda.

Tukiran. Pitoyo, A. Kutanegara, P. 2010. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar.

Outlook. 2000. Kesehatan Reproduksi Remaja: Membangun Perubahan yang Bermakna. Vol. 16.

Tsui, L. 2002. Fostering Critical Thinking through Effective Pedagogy: Evidence from Four Institutional Case Studies. The Journal of Higher Education, 73(6):740-763.

Warouw, Zusje, W.M. 2010. Pembelajaran Reciprocal Teaching dan Metakognitif (RTM) yang Memberdayakan Keterampilan Metakognitif dan Hasil Belajar Biologi Siswa SMP. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010, Semarang 2010.

West, Richard. 2008. Pengantar Teori Komunikasi: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Humanika.

(30)

101

Winarni, E., Mintarti, S., Harmini, S. 2008. Pengembangan Model Kesehatan Alat Reproduksi Anak Jalanan Perempuan melalui Simulasi Bermain untuk Menanggulangi Terjangkitnya HIV di Jawa Timur. Jurnal Penelitian Kependidikan, T.H.18. No.1.

Gambar

Tabel 2.1. Unsur-Unsur Kemampuan Berpikir Kritis  ...................................

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai guru kita tentunya bangga dengan prestasi siswa yang memuaskan sesuai dengan tujuan yang direncanakan, dengan menggunakan pendekatan yang tepat dalam

Pada desain yang lebih lanjut pada perancangan dengan memori eksternal digunakan sebagai data dan address yang di-multiplex.. Maksudnya ialah port ini dapat berfungsi

Staf

(2) Dikecualikan dari objek retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah untuk pemberian izin tempat usaha yang telah ditentukan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah... Pasal

Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi di setiap Badan Publik wajib melakukan pengujian tentang konsekuensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 dengan seksama dan penuh

Aturan tenang pengadaan ini harus difahami oleh semua pihak yang tekait dengan proses pengadaan tersebut, tidak terkecuali pihak penyedia jasa. Penyedia jasa semestinya

Manfaat dari aplikasi ini adalah untuk mengetahui penyakitpenyakit apa saja yang terdapat di otak yang disertai dengan cara menanggulanginya, makanan dan zat apa saja yang

untuk penjernihan air limbah rumah tangga dengan konsentrasi lidah buaya yang digunakan. adalah 0,4 mg/l, 0,6 mg/l,