• Tidak ada hasil yang ditemukan

Meningkatkan Kapasitas Masyarakat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Meningkatkan Kapasitas Masyarakat"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

Meningkatkan

Kapasitas Masyarakat

MODUL KHUSUS FASILITATOR

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

Direktorat Jenderal Cipta Karya

Pelatihan Utama

F37

(2)

Modul 1 PNPM MP sebagai Proses Pembelajaran Masyarakat 1

Kegiatan 1 Strategi peningkatan Kapasitas 2

Kegiatan 2 Diskusi Metode Peningkatan Kapasitas 2

Modul 2 Tahapan Pembelajaran Masyarakat 26

Kegiatan 1 Tahapan Pembelajaran Masyarakat 27

Kegiatan 2 Peran Fasilitator dan Para pihak 27

Modul 3 Identifikasi Kebutuhan Belajar 32

Kegiatan 1 Identifikasi Kebutuhan Pengetahuan BKM/UP/Relawan 33

Kegiatan 2 Prioritas Materi Belajar 35

Modul 4 Perencanaan Proses Belajar 38

Kegiatan 1 Menyusun Rencana Belajar BKM/UP/Relawan 39

Modul 5 Evaluasi Proses dan Hasil Belajar 42

(3)

Modul 1

Topik: PNPMMP Sebagai Proses Pembelajaran Masyarakat

• Peserta memahami konsep PNPMMP sebagai proses pembelajaran masyarakat • Peserta menyadari pentingnya pemahaman konsep-konsep program

Kegiatan 1: Strategi Peningkatan Kapasitas Kegiatan 2: Diskusi metode peningkatan kapasitas

2 Jpl ( 90 ’)

Media Bantu – Skema gambaran umum strategi pengembangan kapasitas PNPMMP Media bantu - Power point slide: Pedoman umum PNPM Perkotaan

Bahan Bacaan –Gambaran umum Strategi Pengembangan Kapasitas PNPMMP Bahan Bacaan - Pedoman umum PNPMMP (Membudayakan Pembelajaran

Terorganisasi)

• Kertas Plano, Kuda-kuda untuk Flip-chart • LCD

• Metaplan, Spidol, selotip kertas dan jepitan besar • Papan Tulis dengan perlengkapannya

(4)

Strategi Peningkatan Kapasitas

1) Berikan pengantar kepada peserta, bahwa pada sesi ini akan disampaikan konsep pengembangan kapasitas PNPMMP. Jelaskan pula, bahwa secara keseluruhan, program ini memang merupakan program pengembangan kapasitas.

2) Tampilkan media bantu skema gambaran umum strategi pengembangan kapasitas (salin ke dalam kertas plano ukuran besar), kemudian jelaskan menggunakan bahan bacaan 1.

3) Tambahkan penjelasan dengan menggunakan power point slide tentang konsep pengembangan kapasitas PNPMMP dan jelaskan kepada peserta.

4) Jelaskan kepada peserta untuk peningkatan kapasitas pada intervensi tahap 3, pihak PNPM MP mengharapkan masyarakat bisa mengembangkan kebutuhan proses belajar secara mandiri dengan didampingi oleh fasilitator. Artinya menu – menu peningkatan kapasitas ditentukan oleh masyarakat sendiri.

Diskusi Metode Peningkatan Kapasitas

1) Sampaikan pada peserta, bahwa ada beberapa cara untuk meningkatkan kapasitas BKM/LKM, UP dan relawan agar mereka mampu meningkatkan kualitas perencanaan, pelaksanaan dan monev penanggulangan kemiskinan.

2) Ajak peserta untuk mendiskusikan metode yang bisa dipakai untuk meningkatkan kapasitas BKM/LKM, UP dan relawan. Mintalah masing – masing peserta untuk menuliskan metode – metode tersebut dalam kartu metaplan. Satu kartu untuk satu metode.

3) Setelah selesai mintalah peserta untuk mengelompokkan kartu – kartu dengan isu/metode yang sama. Kemudian bahas bersama

Peningkatan kapsitas bisa dilakukan melalui : pelatihan, studi banding, bimbingan rutin, On The Job Training, mengikuti seminar, lokakarya dan sebagainya.

(5)

Skema Strategi pengembangan Kapasitas PNPMMP

KBP

PNPMMP

Konsultan

Warga Masyarakat

Komunitas

lain

Pemda

Produk pengetahuan

baru

KBK

Aktivitas

siklus

kota/

kelurahan

KBIK

KBN

PERUBAHAN SOSIAL

(6)

Powerpoint Slide

Strategi Pengembangan Kapasitas PNPMMP

Capacity Building

Rancangan Pedoman Pengembangan Kapasitas PNPM Mandiri Perkotaan 2008

Latar Belakang

• Hakikatnya, PNPM Mandiri Perkotaan merupakan proses pembelajaran

masyarakat dan pemerintah untuk memulihkan dan melembagakan kembali kapital sosial (social capital) yang telah ada, yakni nilai-nilai dan prinsip-prinsip universal sebagai landasan kokoh untuk membangun tatanan masyarakat madani (good governance) yang mampu mandiri dan berkelanjutan menangani kegiatan penanggulangan kemiskinan serta pembangunan lingkungan perumahan permukiman di wilayahnya secara terpadu.

Masyarakat Tidak Berdaya (Miskin)

Masyarakat

Berdaya Masyarakat Mandiri Masyarakat Madani

Non

Pro - Poor Pro-Poor Policy

Pro- Poor Program & Bugeting Good Governance Slide 1 Slide 2

Latar Belakang

• Sebagai program yang mendorong proses kemandirian masyarakat PNPM Mandiri Perkotaan mengembangkan “gagasan awal” pembangunan agar pada saatnya masyarakat bisa mengembangkan gagasan – gagasan baru yang mereka kembangkan sendiri sehingga terjadi perubahan sosial seperti yang diharapkan • Gagasan awal yang dikembangkan oleh PNPM Mandiri Perkotaan

diharapkan dapat diterima dan dijalankan oleh kelompok sasaran baik pada komunitas kelurahan maupun pemerintah kota/kabupaten. • Pengenalan “gagasan awal” dikembangkan melalui proses

pembelajaran dalam siklus – siklus kegiatan penanggulangan kemiskinan baik siklus di tingkat kelurahan maupun siklus tingkat kota/kabupaten.

• Diharapkan dari proses belajar awal tersebut bisa muncul gagasan – gagasan (produk pengetahuan) baru yang lebih tepatguna bagi penanggulangan kemiskinan di kelompok sasaran.

• Produk – produk pengetahuan baru akhirnya harus menjadi bagian dari materi pembelajaran bagi para stakeholder nangkis di tingkat kelurahan, kota/kabupaten maupun pusat.

• Dengan orientasi pembelajaran seperti itu, proses pembelajaran merupakan tanggung jawab semua pelaku : masyarakat, organisasi masyarakat sipil, swasta dan kelompok/organisasi peduli, pemerintah daerah, pemerintah pusat, ataupun konsultan pengelola program.

• PNPM Mandiri Perkotaan bertanggung jawab untuk menyediakan : (1)

kebijakan yang mendukung pembelajaran; (2) struktur yang memberikan kesempatan belajar.

(7)

• Untuk memastikan bahwa komitmen pembelajaran ini tercapai secara terencana –– PNPM Mandiri Perkotaan mengembangkan rancangan proses pembelajaran yang tak terlepas dari berbagai kegiatan siklus di tingkat masyarakat/kota dengan pengembangan komunitas-komunitas belajar sebagai wahana komunikasi horisontal pada tiap tingkatan .

Berbagi Akses informasi Berbagi Pengetahuan dan pengalaman KOMUNITAS BELAJAR Pemetaan Swadaya 2 PJM Pronangkis 4 Membangun BKM 3 BLM KSM Review: PJM, Kelembagaan, Keuangan 6 Pelaksanaan dan Pemantauan 5 1 Ide ntifikasi Masa

lah Tahap Pela ksanaan Tahap E valuasi Tahap P erencanaan

KSM

Berbagi Nilai – nilai

KOMUNITAS BELAJAR

Ruang pembelajaran yang

terorganisasi bagi siapa saja (anggota masyarakat, LSM, aparat

pemerintahan, perguruan tinggi, pengusaha, dll) yang bersama-sama berkomitmen untuk menanggulangi kemiskinan di daerahnya (relawan – relawan peduli kemiskinan)

Slide 5 Slide 6 Tim CB Jakarta Komunitas Belajar Konsultan Nasional Komunitas Belajar Konsultan Propinsi CB Specialist & Trainer

Korkot & atau Askorkot Komunitas Belajar Konsultan Kota/Kab Komunitas Belajar Tim Faskel SF Faskel Komunitas Belajar Tim Faskel Komunit as Belajar Keluraha n Komunitas Belajar Perkotaan Komunitas Belajar Nasional KOMUNITAS BELAJAR

Strategi Umum

• Meningkatan pengetahuan, sikap dan kemampuan para pelaku untuk menjalankan program melalui kegiatan pelatihan, coaching dan OJT • Membangun Komunikasi vertikal dari program kepada berbagai pelaku

-Pengenalan gagasan – gagasan awal dikembangkan melalui berbagai aktivitas komunikasi pada berbagai tingkatan (pusat, daerah dan kelurahan/desa)

• Membangun Komunikasi horisontal – proses pembelajaran yang dikembangkan dalam komunitas – komunitas belajar. Pada akhirnya anggota komunitas belajar mempunyai tanggungjawab untuk mengkomunikasikan berbagai hasil belajarnya kepada pihak – pihak lain.

• Membangun Komunikasi Vertikal dari bawah ke atas – gagasan (produk pengetahuan) baru yang dihasilkan dari aktivitas pembelajaran pada tingkat kelurahan/desa dan kota/kabupaten dikomunikasikan kepada berbagai pihak baik kepada pemerintah maupun kepada stakeholder lain.

Produk – produk pengetahuan baru yang dikomunikasikan diharapkan bisa menjadi bagian dari : 1) umpan balik kepada program untuk memperbaiki berbagai pendekatan agar lebih tepatguna 2) advokasi kebijakan dan anggaran kepada pihak pemerintah dan 3) mendorong ‘channeling’ dengan berbagai pihak swasta, LSM dan berbagai kelompok peduli.

(8)

Gambaran Umum Strategi Pengembangan Kapasitas

PNPMMP

Strategi pengembangan kapasitas PNPMMP secara umum dilakukan melalui tiga cara: pelatihan, sosialisasi (Komunikasi dan informasi/kominfo), dan melalui siklus. Pelatihan, coaching, on the job training, dan sosialisasi, banyak berperan dalam pengembangan pengetahuan para pelaku program

dan stakeholder lainnya. Selain itu, kecuali sosialisasi, pelatihan juga dimaksudkan untuk

mengembangkan keterampilan. Sedangkan siklus program, merupakan cara PNPMMP untuk memberikan pengalaman bagi para pelaksananya. Pengalaman ini yang akan mengubah sikap dan paradigma berpikir para pelaku program.

KBP

PNPM

Konsultan

Warga

Komunitas lain

Pemda

Produk pengetahuan baru

KBK Aktivitas siklus kota/ kelurahan

KBN

KBIK PERUBAHAN SOSIAL

(9)

Dari skema strategi pengembangan kapasitas PNPMMP, terlihat bahwa alur pembelajaran bersifat multiarah, baik vertikal maupun horisontal, sejak dari pimpinan program, konsultan, sampai ke warga masyarakat. Pada tahap awal, pimpinan program menetapkan gagasan awal, yang disalurkan melalui para konsultannya kepada warga masyarakat maupun unsur pemerintah. Diharapkan gagasan awal ini akan terus bergulir sampai tercapainya perubahan sosial.

Hal yang penting untuk diperhatikan, adanya alur ’dari bawah ke atas’, yakni dari produk pengetahuan warga maupun pemda, ke konsultan dan program. Ini yang disebut dengan membangun komunikasi vertikal dari bawah ke atas, seperti yang tercantum dalam strategi umum PNPMMP. Harus ada umpan balik dari level masyarakat dan pemda, kepada konsultan dan pimpinan pusat, agar terjadi perbaikan atau peningkatan kapasitas pada semua tingkatan.

Produk-produk pengetahuan maupun gagasan baru inipun diharapkan bisa menjadi media komunikasi dan informasi kepada pihak-pihak di luar PNPMMP, agar ’tertular’ paradigma berpikir PNPMMP, dan turut serta dalam mengembangkan sistem yang lebih pro-poor di negara ini.

Semua proses strategis ini, dikawal pada titik-titik tertentu dengan membentuk simpul-simpul kolaborasi, yang dalam PNPMMP disebut komunitas-komunitas belajar. Untuk tingkat warga dan pemerintah kelurahan, dibentuk KBK, komunitas belajar kelurahan. Sedangkan di tingkat kota, dibentuk KBK (Komunitas Belajar Perkotaan), dan di tingkat nasional, dibentuk KBN atau komunitas Belajar Nasional. Untuk lebih memperkuat kapasitas internal konsultan, PNPMMP juga mengembangkan Komunitas Belajar Internal Konsultan (KBIK).

(10)

BELAJAR BERSAMA

MEMBEBASKAN DIRI DARI KEMISKINAN

PEDOMAN PENGEMBANGAN KAPASITAS PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERKOTAAN

PENGANTAR

Hakikatnya, PNPM Mandiri Perkotaan merupakan proses pembelajaran masyarakat dan pemerintah untuk memulihkan dan melembagakan kembali kapital sosial (social capital) yang telah ada, yakni nilai-nilai dan prinsip-prinsip universal sebagai landasan kokoh untuk membangun tatanan masyarakat madani (good governance) yang mampu mandiri dan berkelanjutan menangani kegiatan penanggulangan kemiskinan serta pembangunan lingkungan perumahan permukiman di wilayahnya secara terpadu.

Dengan orientasi pembelajaran seperti itu, proses pembelajaran merupakan tanggung jawab semua pelaku : masyarakat, organisasi masyarakat sipil, swasta dan kelompok/organisasi peduli, pemerintah daerah, pemerintah pusat, ataupun konsultan pengelola program. PNPM Mandiri Perkotaan bertanggung jawab untuk menyediakan : (1) kebijakan yang mendukung pembelajaran; (2) struktur yang memberikan kesempatan belajar; (3) aktivitas yang mendorong pembelajaran. Untuk memastikan bahwa komitmen pembelajaran ini tercapai secara terencana – daripada sekedar mempercayai bahwa pembelajaran akan terjadi dengan sendirinya – PNPM Mandiri Perkotaan mengembangkan rancangan proses pembelajaran yang tak terlepas dari berbagai aktivitas program melalui pengembangan komunitas-komunitas belajar. Untuk itulah pedoman pengembangan kapasitas ini ada.

Sebagai satu pedoman yang bersifat generik, tentulah pedoman ini jauh dari memadai untuk mengadaptasi dinamika perubahan masyarakat dan pemerintahan daerah. Karena itu, kepada para capacity builder, jadikan pedoman ini semata-mata sebagai input untuk menyusun skenario pengembangan kapasitas sesuai ruang hidup dimana anda bekerja.

(11)

KONTEKS PNPM MANDIRI PERKOTAAN

Mandiri Perkotaan merupakan salah satu program dibawah ’kebijakan payung’ Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri yang dikembangkan Pemerintah Indonesia untuk mencapai MDGs 2015. Sebagai salah satu program penanggulangan kemiskinan yang bertujuan mengurangi 50% penduduk miskin di tahun 2015, PNPM Mandiri Perkotaan meyakini bahwa pendekatan yang efektif untuk penanggulangan kemiskinan adalah perubahan perilaku masyarakat melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat dan penguatan kapasitas pemerintah daerah menuju terwujudnya kondisi good governance.

PNPM

Tujuan PNPM Mandiri

1. Mewujudkan masyarakat Berdaya dan Mandiri, yang mampu mengatasi berbagai persoalan kemiskinan di wilayahnya, sejalan dengan kebijakan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)

2. Meningkatkan kapasitas Pemerintah Daerah dalam menerapkan model pembangunan partisipatif yang berbasis kelembagaan masyarakat serta pendekatan kemitraan masyarakat dengan pemerintah dan kelompok peduli setempat

3. Mewujudkan harmonisasi dan sinergi berbagai program pemberdayaan masyarakat dalam rangka penanggulangan kemiskinan sesuai kebijakan PNPM

4. Meningkatkan Capaian manfaat program kepada Kelompok sasaran (masyarakat miskin) semakin efektif, ditandai adanya peningkatan IPM-MDGs

Proses pemberdayaan masyarakat dilakukan untuk

menumbuhkan-kembangkan kesadaran kritis masyarakat terhadap

nilai-nilai universal kemanusiaan, nilai-nilai sosial kemasyarakatan dan prinsip-prinsip

pembangunan

berkelanjutan sebagai landasan kokoh membangun masyarakat

mandiri dan sejahtera. Proses ini dibangun

bersama-sama masyarakat sejak pengenalan kondisi (masalah dan potensi), perumusan cita-cita bersama, pengidentifikasian kebutuhan, perencanaan, pelaksanaan program hingga pelaksanaan monitoring-evaluasi. Penguatan institusi masyarakat oleh masyarakat sendiri dilakukan dengan mengembangkan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM). Badan inilah, bersama perangkat pemerintahan desa/kelurahan, swasta, organisasi masyarakat sipil dan pelaku lainnya, diharapkan menjadi motor pengembangan masyarakat.

Apa yang dilakukan di tingkat kelurahan/desa tersebut tak akan berarti apabila tak seiring sejalan dengan visi pembangunan pemerintahan kota/kabupaten. Karena itu, penguatan peran dan kapasitas pemerintah daerah dan stakeholder kota mutlak diperlukan untuk mengedepankan peran dan tanggung jawab pemerintah daerah dalam pemberdayaan masyarakat, terutama penanggulangan kemiskinan. Seperti halnya masyarakat kelurahan/desa, penguatan ini dilakukan melalui pelibatan intensif pemda pada pelaksanaan siklus kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan. Sebagai motor penggerak, program ini berupaya memperkuat peran dan kapasitas Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD). TKPKD inilah yang diharapkan mampu menyusun Dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD) dan PJM Pronangkis kota/kabupaten berbasis aspirasi dan program masyarakat (PJM Pronangkis Kelurahan).

1. KEMISKINAN DAN KESENJANGAN INFORMASI

Kesenjangan informasi diyakini sebagai bagian dari lingkaran kemiskinan. Miskinnya informasi menyebabkan masyarakat kesulitan mengembangkan alternatif kehidupannya. Masyarakat membutuhkan informasi dan pengetahuan yang dapat mereka manfaatkan untuk meningkatkan kualitas kehidupannya dalam berbagai aspek (sosial, budaya, kesehatan, ekonomi, politik atau lingkungan).

(12)

Sejak reformasi dan otonomi daerah bergulir di Indonesia, informasi mengemuka sebagai suatu isu keberpihakan kepada orang miskin dan hak (politik). Sebagai isu hak, informasi ditempatkan sebagai salah satu indikator untuk menilai apakah suatu pemerintahan berjalan baik, bersih, terbuka (transparan), bertanggung jawab (akuntabel) dan partisipatif (masyarakat dan pemerintah menjalin hubungan komunikasi dialogis). Kesenjangan informasi/pengetahuan harus dihilangkan karena hanya warga yang memiliki informasi/pengetahuan yang dapat berpartisipasi aktif. Apabila warga aktif maka mekanisme pengawasan publik terhadap jalannya pemerintahan akan berfungsi. Apabila pengawasan warga berjalan, maka pemerintahan pun akan segan melakukan penyalahgunaan wewenang. LINGKARAN KETIDAKBERDAYAAN Kesenjangan Akses Informasi Kesenjangan Pengetahuan Kesenjangan Kesempatan Kesenj Kema angan mpuan Kesenjangan Asset Kesenjangan Spasial Kesenjangan Sosial Kesenjangan Akses Informasi Kesenjangan Pengetahuan Kesenjangan Kesempatan Kesenj Kema angan mpuan Kesenjangan Asset Kesenjangan Spasial Kesenjangan Sosial

Sebagai satu upaya mewujudkan masyarakat berdaya dan mandiri, PNPM Mandiri Perkotaan menggunakan komunikasi dan informasi sebagai salah satu media pemberdayaan. Meyakini akses masyarakat terhadap informasi sebagai hak ternyata tidaklah cukup, diperlukan sebuah proses pengembangan komunikasi-informasi secara terencana baik yang sifatnya horizontal (warga ke warga, pemerintah ke pemerintah, swasta ke swasta) maupun vertikal (warga ke pemerintah). Belajar dari kegagalan model komunikasi yang dikembangkan program-program terdahulu, PNPM Mandiri Perkotaan meletakkan keterlibatan aktif para pemangku kepentingan di dalam keseluruhan proses komunikasi pembangunan (komunikasi partisipatoris). Tujuan komunikasi bukanlah menginformasikan atau mempromosikan gagasan pembangunan kepada masyarakat agar pembangunan memperoleh legitimasi. Komunikasi yang hendak dikembangkan adalah berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam menganalisis masalah, mengidentifikasi penyelesaiannya dan melaksanakannya. Setiap pihak yang terlibat dalam dialog tersebut adalah subyek yang memiliki persepsi, pengetahuan, dan pengalaman. Obyeknya adalah realitas yang akan diperbaiki melalui proses-proses pembangunan.

2. KEMISKINAN DAN KESENJANGAN PENGETAHUAN

Wajah lain dari kemiskinan adalah kesenjangan pengetahuan. Kondisi ini seringkali dinyatakan sebagai ketidakmampuan orang miskin untuk mengakses pendidikan. Karena pendidikan diidentikkan dengan ijazah, maka pendidikan rendah berarti berijazah rendah. Logika sebab akibatnya kemudian mudah ditebak. Berijazah rendah hanya dapat bekerja ’rendahan’, dengan upah yang rendah. Karena itu, orang miskin pasti tak akan pernah keluar dari kemiskinannya.

(13)

Pandangan seperti ini pada dasarnya merupakan tradisi pendidikan liberal, paradigma yang mendominasi konsep pendidikan hingga saat ini. Pendidikan dan pelatihan dalam tradisi ini bersifat fabrikasi dan mekanisasi untuk memproduksi keluaran pendidikan yang harus sesuai dengan ’pasar kerja’. Pendidikan tidak toleran terhadap segala sesuatu yang disebut sebagai ’tidak ilmiah’. Murid dididik untuk tunduk pada struktur yang ada. Masalah pendidikan selalu terletak pada mentalitas anak didik, kreativitas, motivasi, keterampilan teknis, serta kecerdasan anak didik.

Dengan tradisi liberal seperti itu, tidak memungkinkan bagi pendidikan untuk menciptakan ruang untuk secara kritis mempertanyakan tentang, pertama struktur ekonomi, politik, ideologi, gender, lingkungan serta hak-hak asasi manusiadan kaitannya dengan posisi pendidika. Kedua, pendidikan untuk menyadari relasi pengetahuan sebagai kekuasaan menjadi bagian dari masalah demokratisasi. Tanpa mempertanyakan hal itu, tidak saja pendidikan gagal untuk menjawab akar permasalahan kemiskinan tetapi justru melanggengkannya karena merupakan bagian pendukung dari kelas penindasan dan dominasi.

Karena itu, diperlukan suatu usaha untuk selalu meletakkan pendidikan dalam proses transformasi keseluruhan sistem perubahan sosial. Pendidikan harus ditujukan untuk pemberdayaan dan pembebasan, yang selalu mempertanyakan sistem dan struktur sosial, ekonomi dan politik yang tidak adil (penyebab kemiskinan). Dalam perspektif kritis, proses pendidikan merupakan proses refleksi dan aksi terhadap seluruh tatanan dan relasi sosial dan bagaimana cara kerjanya dalam menyumbangkan ketidakadilan dan kesetaraan sosial. Karena itu, tugas utama pendidikan sesungguhnya adalah pembebasan kaum miskin tertindas. Pembebasan bagi mereka tidak saja terbebas dari kesulitan aspek material saja, tetapi juga adanya ruang kebebasan dari aspek spiritual, ideologi, maupun kultural. Sesungguhnya rakyat memerlukan tidak saja bebas dari kelaparan, tetapi juga bebas untuk mencipta dan mengkonstruksi dan untuk bercita-cita (Paulo freire).

3. PEMBELAJARAN YANG TERORGANISASI

Proses pemberdayaan mengandung makna pembelajaran secara berkesinambungan untuk mencapai kemandirian. Pembelajaran mempunyai arti sebagai proses maupun suatu nilai. Secara ideal, setiap orang memiliki komitmen untuk menjadi lebih baik di masa datang daripada saat ini – melalui pembelajaran (Braham B., 1998). Pembelajaran yang berkelanjutan (terus-menerus) merupakan suatu proses sepanjang hidup, yang meliputi semua pelatihan, pengembangan, dan pembelajaran. Sekali seseorang bekerja dalam sebuah lingkungan di mana tiga kegiatan tersebut dijalankan, dan secara aktif berpartisipasi dalam setiap kegiatan itu, maka pembelajaran seumur hidup akan menjadi sebuah kenyataan.

Pembelajaran Yang Terorganisasi merupakan kapasitas atau proses dalam suatu organisasi untuk menjaga atau mengembangkan kemampuan berdasarkan pada pengalaman. Pembelajaran merupakan suatu fenomena dalam tingkatan sistem karena ia akan tetap tertinggal dalam suatu organisasi, meskipun para pelakunya berganti. Salah satu asumsinya adalah bahwa organisasi-organisasi belajar sewaktu mereka bekerja. Pembelajaran merupakan tugas yang sama pentingnya dengan bekerja. Pembelajaran yang terorganisasi timbul melalui serangkaian proses penciptaan dan perolehan gagasan-gagasan, pengetahuan dan pendekatan-pendekatan baru. Sebagai sebuah produk, pembelajaran yang terorganisasi merupakan hasil dari serangkaian pembelajaran bersama yang terjadi dalam rangka menemukan cara-cara yang baru dan yang lebih baik guna mencapai misi organisasi.

(14)

Sebuah organisasi pembelajar (learning organisation) merupakan upaya dan tanggung jawab bersama yang berakar pada aksi/tindakan. Hal ini dibangun berdasarkan orang-orang, pengetahuan mereka, ketrampilan dan kemampuan untuk berinovasi. Organisasi pembelajar dicirikan (dapat dilihat) berdasarkan adanya pengembangan yang terus menerus melalui ide-ide, pengetahuan dan pendekatan-pendekatan baru, yang dipergunakan untuk secara terus menerus mengantisipasi, berinovasi dan menemukan cara-cara baru yang lebih baik untuk mencapai misinya. Sebuah organisasi pembelajar tidak dapat tumbuh tanpa adanya suatu komitmen untuk pembelajaran seumur hidup dari orang-orangnya, sehingga keterkaitan antara pelatihan dan pengembangan serta pembelajaran menjadi berkelanjutan.

Sebuah organisasi pembelajar merupakan sebuah organisasi yang secara terus menerus beradaptasi terhadap suatu lingkungan berubah-ubah dan saling terkait. Sebuah organisasi pembelajar dibedakan dari organisasi-organisasi lain (biasa, yang tidak pembelajar) dalam cara-cara berikut:

ƒ Pembelajaran terintegrasi ke dalam segala sesuatu yang dikerjakan orang; hal ini merupakan bagian dari sebuah pekerjaan, bukan sesuatu yang ditambahkan pada pekerjaan.

ƒ Pembelajaran merupakan suatu proses, bukan suatu kejadian. ƒ Kerja sama merupakan dasar dari semua hubungan.

ƒ Setiap individu (dalam organisasi) berkembang dan tumbuh, dan dalam prosesnya terjadi transfer (peralihan) kepada organisasi tersebut.

ƒ Organisasi pembelajar merupakan organisasi yang kreatif, individu-individu menyusun ulang organisasi tersebut.

ƒ Organisasi tersebut belajar dari diri sendiri; para pelaku mengajari organisasi tersebut mengenai efisiensi, pengembangan kualitas, inovasi, dsb.

ƒ Menjadi bagian dari sebuah organisasi pembelajar adalah menyenangkan dan menggairahkan. Di atas semuanya itu, sebuah persyaratan mendasar yang harus dimiliki adalah bahwa organisasi tersebut terbuka untuk belajar yang ditunjukkan melalui berbagai cara yaitu:

ƒ bersikap terbuka terhadap evaluasi kritis.

ƒ mampu untuk mengakui kesalahan-kesalahan, serta memandangnya sebagai kesempatan-kesempatan untuk belajar.

ƒ memiliki komitmen pada pengembangan sumber daya manusia di dalam organisasi/masyarakat dengan meningkatkan kemampuan individu untuk belajar;

ƒ mengembangkan mekanisme-mekanisme penyebaran pengetahuan dan informasi;

ƒ memiliki fleksibilitas untuk beradaptasi dan berubah sebagai suatu hasil dari pembelajaran.

daur belajar dari

pengalaman

MELAKUKAN

MENGANALISIS MENYIMPULKAN

MENERAPKAN MENGUNGKAPKAN

Agar tetap pada asas-asas pendidikan kritis yang menjadi landasan

filosofinya, panduan proses belajar harus disusun dan dilaksanakan dalam suatu proses yang dikenal sebagai ”daur belajar (dari) pengalaman yang distrukturkan” (structural experiences learning cycle). Dalam

daur belajar ini, setiap orang akan mencapai pemahaman dan kesadaran atas suatu realitas

dengan cara terlibat (partisipasi). Pengalaman keterlibatan inilah yang memungkinkan setiap orang mampu melakukan.

Sebagaimana dikatakan Peter Senge dalam The Fifth

Discipline, menjadi sebuah organisasi pembelajar bukan berarti menjiplak sebuah

‘model’. Lebih tepat dikatakan bahwa organisasi pembelajar menciptakan lingkungan pembelajaran dalam setiap aktivitas pekerjaan, berdasarkan pada organisasi, kelompok sasarannya, masalah-masalahnya, dan individu-individu pelakunya. Organisasi pembelajar diharapkan memiliki banyak kesamaan ciri, tetapi mungkin yang paling penting adalah suatu

(15)

kemauan untuk terus belajar. Ingatlah bahwa tidak peduli berapa banyak yang telah anda pelajari, akan selalu ada lebih banyak hal untuk dipelajari.

4. KOMUNITAS BELAJAR : MEMBANGUN KULTUR PEMBELAJARAN YANG

TERORGANISASI UNTUK MENGURANGI KESENJANGAN INFORMASI

DAN PENGETAHUAN MASYARAKAT MISKIN

Hakikatnya, PNPM Mandiri Perkotaan merupakan proses pembelajaran masyarakat dan pemerintah untuk memulihkan dan melembagakan kembali kapital sosial (social capital) yang telah ada, yakni nilai-nilai dan prinsip-prinsip universal sebagai landasan kokoh untuk membangun tatanan masyarakat madani (good governance) yang mampu mandiri dan berkelanjutan menangani kegiatan penanggulangan kemiskinan serta pembangunan lingkungan perumahan permukiman di wilayahnya secara terpadu.

Dengan orientasi pembelajaran seperti itu, proses pembelajaran merupakan tanggung jawab semua pelaku : masyarakat, organisasi masyarakat sipil, swasta dan kelompok/organisasi peduli, pemerintah daerah, pemerintah pusat, ataupun konsultan pengelola program. PNPM Mandiri Perkotaan bertanggung jawab untuk menyediakan : (1) kebijakan yang mendukung pembelajaran; (2) struktur yang memberikan kesempatan belajar; (3) aktivitas yang mendorong pembelajaran. Untuk memastikan bahwa komitmen pembelajaran ini tercapai secara terencana – daripada sekedar mempercayai bahwa pembelajaran akan terjadi dengan sendirinya – PNPM Mandiri Perkotaan mengembangkan proses pembelajaran yang tak terlepas dari berbagai aktivitas program melalui pengembangan komunitas-komunitas belajar: Komunitas Belajar Kelurahan/Desa (KBK atau KBD), Komunitas Belajar Perkotaan (KBP), Komunitas Belajar Nasional (KBN) dan Komunitas Belajar Internal Konsultan (KBIK).

Pengembangan Komunikasi Informasi Komunitas • O pen M enu ( sesuai

kebutuhan komunitas) • Horizontal & Vertikal • Produksi pengetahuan Pelatihan, Coaching, Belajar M andiri KO M UNITAS BELAJAR Berbagai Media Hubungan Sosial Masalah, Kebutuhan , dan Potensi Komunitas

Kelompok Sosial

Pengembangan Komunikasi Informasi Komunitas • O pen M enu ( sesuai

kebutuhan komunitas) • Horizontal & Vertikal • Produksi pengetahuan Pelatihan, Coaching, Belajar M andiri KO M UNITAS BELAJAR Berbagai Media Hubungan Sosial Masalah, Kebutuhan , dan Potensi Komunitas

(16)

Komunitas belajar dirancang untuk menjawab persoalan kesenjangan informasi dan pengetahuan, baik di tingkat masyarakat, pemerintah, swasta maupun konsultan. Karena itu, setiap komunitas akan terdiri dari 2 aktivitas utama sebagai berikut.

ƒ Pelatihan/Coaching/Belajar Mandiri.

PNPM Mandiri Perkotaan meyakini bahwa secara alamiah semua orang melakukan pengembangan kapasitas selama hidupnya. Proses aksi-refleksi-aksi, baik tidak sadar atau terencana, selalu digunakan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Berangkat dari asumsi tersebut, pengembangan kapasitas yang didorong oleh PNPM Mandiri Perkotaan lebih ditujukan untuk memastikan bahwa proses pembelajaran dilakukan secara terencana sehingga efektif mencapai hasil yang diinginkan.

Secara programatik, PNPM Mandiri Perkotaan mengembangan berbagai pelatihan dan coaching untuk memastikan proses pembelajaran berjalan efektif. Sebagai supporting bagi pengembangan kapasitas masyarakat dan pemerintah daerah, pelatihan/coaching yang dilakukan di PNPM Mandiri Perkotaan bertujuan untuk :

a. Menumbuhkan komitmen para pelaku PNPM Mandiri Perkotaan dalam penanggulangan kemiskinan melalui pemberdayaan masyarakat sesuai tugas dan fungsinya.

b. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman para pelaku PNPM Mandiri Perkotaan terhadap program untuk mencapai standard kompetensi dasar yang ditetapkan.

c. Meningkatkan keterampilan para pelaku PNPM Mandiri Perkotaan.

d. Menciptakan para pelatih yang memiliki kapasitas untuk mentransfer pengetahuan, keterampilan dan mampu menumbuhkan sikap dan motivasi para pelaku untuk menuju kemandirian masyarakat.

Ada tiga kapasitas yang hendak didorong dalam proses belajar, yaitu mengerti, mau dan mampu. Pertama, mengerti. Pelaku harus mempunyai pengetahuan dan pemahaman mengenai :

a. memahami filosofi, visi – misi, prinsip dan nilai PNPM

b. tahapan program dan metode serta pendekatan yang harus dilakukan dalam setiap tahapan kegiatan.

c. Konsep pemberdayaan yang dipakai dan dikembangkan dalam PNPM d. Pendekatan pembangunan dalam PNPM

Kedua, mau (motivasi). Dalam menjalankan perannya, setiap pelaku harus mempunyai keyakinan dan motivasi bahwa mereka bagian dari pemecahan masalah sehingga keterlibatan pelaku dapat membantu mempercepat proses perubahan dan penanggulangan kemiskinan, sebagai bagian dari tanggungjawab sosial sebagai manusia. Selain motivasi di atas para pelaku juga harus meyakini bahwa pendekatan pemberdayaan yang dilakukan dalam PNPM merupakan alternatif pemecahan masalah kemiskinan.

Ketiga, mampu. Setiap pelaku harus mempunyai kemampuan dalam melaksanakan perannya sebagai pendamping proses pembelajaran di masyarakat yaitu :

a. mampu mengidentifikasi permasalahan kemiskinan , menyusun perencanaan, memfasilitasi proses penyadaran kritis, melakukan monitoring dan evaluasi sesuai dengan tahapan program berdasarkan pada nilai dan prinsip PNPM.

b. mampu memfasilitasi proses penyadaran kritis masyarakat dan pihak dalam penanggulangan kemiskinan.

c. Khusus untuk Pemerintah diharapkan mampu melahirkan strategi dan kebijakan operasional penanggulangan kemiskinan yang tepatguna.

(17)

PNPM Mandiri Perkotaan mengembangkan pelatihan berjenjang dan bergerak maju sesuai dengan pencapaian transformasi sosial melalui tahapan implementasi program. Sebagai satu stimulan belajar, maka seiring perjalanan waktu intervensi pelatihan harus semakin berkurang seiring semakin mapannya proses pembelajaran di masing-masing komunitas.

PNPM Mandiri Perkotaan mengembangkan 3 level pelatihan : dasar, madya dan utama, baik di tingkat kelurahan maupun kota, sesuai dengan pencapaian transformasi sosial yang dicapai dalam implementasi program.

• Pelatihan Dasar untuk mendukung phase 1 Siklus PNPMM – Perkotaan : Menuju Masyarakat Berdaya dan Pemda Pro Poor Policy.

• Pelatihan Madya untuk mendukung phase 2 siklus PNPMM – Perkotaan : Menuju Masyarakat Mandiri dan Pemda Pro Poor Program & Budgeting.

• Pelatihan Utama untuk mendukung phase 3 siklus PNPMM – Perkotaan : Menuju Masyarakat Madani dan terciptanya Good Governance

Strategi Pelatihan Tingkat Kelurahan/Desa

Masyarakat Tidak Berdaya

(Miskin)

Masyarakat

Berdaya Masyarakat Mandiri Masyarakat Madani

MENU PELATIHAN DASAR MENU PELATIHAN MADYA MENU PELATIHAN UTAMA Non Pro - Poor Pro-Poor Policy Pro- Poor Program & Bugeting Good Governance

Strategi Pelatihan Tingkat Kota

MENU PELATIHAN DASAR MENU PELATIHAN MADYA MENU PELATIHAN UTAMA

Paket-paket pelatihan tersebut akan terdiri dari : Modul Dasar + kapasitas untuk mendukung kompetensi masing – masing pelaku. Karena itu PNPM Mandiri Perkotaan mengembangkan modul-modul spesifik untuk pelaku-pelaku kunci yaitu:

a) Paket pelatihan relawan; b) Paket pelatihan BKM;

c) Paket pelatihan untuk UPK, UPS dan UPL; d) Paket pelatihan untuk fasilitator

e) Paket pelatihan untuk pemda dan stakeholder kota; f) Paket pelatihan untuk korkot dan askot CD.

Selengkapnya mengenai paket-paket pelatihan ini lihat lampiran.

Metode - Media Metode - Media masalah/kebutuhan komunikasi-informasi masalah/kebutuhan komunikasi-informasi kelompok sasaran kelompok sasaran Pengembangan komunikasi informasi komunitas NAIK KAN UPAH !!! ƒ Pengembangan Komunikasi-Informasi Komunitas. pesan NAIK KAN UPAH !!! NAIK KAN UPAH !!! pesan

Sebagaimana dinyatakan di atas, tujuan pengembangan komunikasi-informasi komunitas tidak semata-mata

menginformasikan atau mempromosikan gagasan pembangunan kepada masyarakat agar

program ini memperoleh legitimasi. Komunikasi yang hendak dikembangkan adalah berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam menganalisis masalah kemiskinan,

tujuan tujuan

(18)

mengidentifikasi penyelesaiannya dan melaksanakannya. PNPM Mandiri Perkotaan meletakkan keterlibatan aktif para pemangku kepentingan, terutama masyarakat miskin, di dalam keseluruhan proses komunikasi pembangunan (komunikasi partisipatoris) baik yang sifatnya horizontal (warga ke warga, pemerintah ke pemerintah, swasta ke swasta) maupun vertikal (warga ke pemerintah, kelurahan ke kota, kota ke nasional).

Setiap komunitas menyusun sendiri rancangan strategi komunikasi-informasi komunitasnya, mulai dari menyusun kelompok sasaran komunikasi, perubahan pengetahuan-keterampilan-sikap-perilaku yang diharapkan, tujuan komunikasi, indikator pencapaian tujuan komunikasi, serta menentukan model pendekatan komunikasi, metode, teknik, saluran/media, dan alat komunikasi yang diharapkan secara tepat bisa membangun proses pembelajaran dan dialog.

5. KOMUNITAS BELAJAR MASYARAKAT, PEMERINTAH DAN

DUNIA USAHA

a. Komunitas Belajar Kelurahan (KBK).

KBK pada prinsipnya adalah ruang pembelajaran yang terorganisasi bagi siapa saja (anggota masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, aparat pemerintah desa/kelurahan, dsb., selanjutnya disebut relawan) di tingkat kelurahan/desa yang berkomitmen untuk menanggulangi kemiskinan. KBK merupakan ”rumah relawan” yang berfungsi sebagai institusi pembelajaran – memiliki fungsi, misi (agenda), aturan main, tetapi tanpa struktur organisasi dengan posisi keanggotaan setara – tempat para relawan berinteraksi, sharing pemikiran dan pengalaman untuk bersama-sama menanggulangi kemiskinan di ’kampungnya’.

Penciptaan KBK didorong oleh Fasilitator Kelurahan (faskel) sejak awal kegiatan siklus kelurahan bergulir. Jadi sejak Rembug Kesiapan Masyarakat (RKM) dilakukan, Faskel sudah mulai melakukan sosialisasi KBK kepada masyarakat dan pemerintah kelurahan/desa. Aktivitas resmi pertama KBK adalah ketika para relawan memfasilitasi Refleksi Kemiskinan (RK). Kalau melihat bahwa relawanlah yang kemudian berperan memfasilitasi aktivitas-aktivitas selanjutnya, maka dapat dikatakan perjalanan aktivitas siklus merupakan perjalanan inisiasi KBK. Pada saat BKM terbentuk, 9 – 13 relawan akan ’berbaju’ anggota BKM, dan sisanya yang jauh lebih banyak akan ’berbaju’ anggota KBK. Baik anggota BKM maupun anggota KBK pada dasarnya adalah relawan-relawan kemiskinan melalui perannya masing-masing.

Aktivitas Siklus Kelurahan sebagai Ruang Pembelajaran KBK

Strategi 1 : Tingkat Kelurahan/Desa

PERUBAHAN PRILAKU/SIKAP MASYARAKAT KELEMBAGAAN MASYARAKAT YG MENGAKAR DAN REPRESENTATIF (BKM) PENYUSUNAN PROGRAM PAR-TISIPATIF OLEH MASYARAKAT (PJM PRONANGKIS) APLIKASI PRONANGKIS PRO POOR & KONTROL WARGA (BLM) PEMBELAJARAN SINERGI DGN PEMDA MELALUI KEMITRAAN PROGRAM (PAKET) PEMBELAJARAN OPTIMALISASI SUMBER DAYA DARI LUAR (PERBANKAN, kIMPRASWIL, DEPSOS,DLL) (CHANELING PROGRAM) PEMBELAJARAN PEMBANGUNAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN WILAYAH KELURAHAN TERPADU SCR MANDIRI (NEIGHBOURHOOD DEVELOPMENT) saran Sa Pemetaan Swadaya 2 PJM Pronangkis 4 Membangun BKM 3 BLM KSM Review: PJM, Kelembagaan, Keuangan 6 Pelaksanaan dan Pemantauan 5 1 Ident ifikasi Masa lah Taha p Pela ksana an Tah ap Evalu asi Tahap P ere ncanaa n 0 Rembug Kesiapan Masyarakat KSM Renta 28 Pelaksanaan dan Pemantauan 10 Orientasi PS 7 Visi Kota Review: PJM, Kelembagaan, Keuangan 11 Sinergi dgn Perencanaan Daerah 9 Renta 313 Pelaksanaan dan Pemantauan 15 Orientasi Pemetaan Swadaya 12 Review: PJM, Kelembagaan, Keuangan 16 Sinergi dgn Perencanaan Daerah 14 Aktivitas

(19)

Beberapa titik strategi pengembangan KBK yang difasilitasi Faskel antara lain : 1) Menghimpun relawan-relawan yang peduli terhadap persoalan warganya;

2) Menghimpun potensi-potensi lokal termasuk potensi kelompok-kelompok masyarakat yang exist (LSM/KSM) sebagai basis pembelajaran bagi masyarakat;

3) Menggalang semangat (power) para pemeduli untuk bahu membahu secara bersama-sama duduk dalam satu forum belajar yang generiknya dinamakan Komunitas Belajar Kelurahan (KBK);

4) Memberikan ruang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk ikut andil/berperan serta dalam kegiatan KBK sesuai dengan kapasitas yang dimilikinya.

5) Memberikan peran kepada anggota KBK untuk :

¾ Membantu memfasilitasi masyarakat dalam aktivitas siklus kelurahan PNPM Mandiri Perkotaan.

¾ Membantu memfasilitasi masyarakat dalam program-program pembangunan partisipatif pemerintah desa/kelurahan.

¾ Membantu memfasilitasi terjadinya kemitraan masyarakat, baik dengan pengelola PNPM Mandiri Perkotaan, pemerintah daerah, swasta, perguruan tinggi dan pihak-pihak lainnya. ¾ Melakukan diskusi-diskusi pemecahan masalah praktis masyarakat maupun kajian

pembangunan desa/kelurahan.

¾ Melakukan monitoring evaluasi partisipatif terhadap pelaksanaan dan hasil kegiatan program-program penanggulangan kemiskinan dan program-program pembangunan di wilayahnya.

b. Komunitas Belajar Perkotaan (KBP).

Seperti halnya di tingkat kelurahan/desa, di tingkat kota/kabupaten PNPM Mandiri Perkotaan mendorong terbangunnya ruang pembelajaran yang terorganisasi bagi siapa saja (anggota masyarakat, organisasi masyarakat sipil, aparat pemerintah kota/kabupaten, anggota legislatif, pengusaha swasta, perguruan tinggi, media massa, asosiasi profesi, dsb., selanjutnya disebut relawan) yang berkomitmen untuk menanggulangi kemiskinan. KBP merupakan ”rumah relawan tingkat kota” yang berfungsi sebagai institusi pembelajaran – memiliki fungsi, misi (agenda), aturan main, tetapi tanpa struktur organisasi dengan posisi keanggotaan setara – tempat para relawan berinteraksi, sharing pemikiran dan pengalaman untuk bersama-sama menanggulangi kemiskinan di ’kotanya’.

Komunitas Belajar Perkotaan (KBP) didesain sebagai titik awal jaringan antar kelompok, organisasi, atau lembaga; yang dimulai dengan memperkuat relasi antar individu yang terlibat di dalamnya. Relasi-relasi ini pada akhirnya akan mempengaruhi kebijakan dan tindakan yang dilahirkan oleh lembaga/organisasi masing-masing. Oleh karenanya, anggota KBP terbuka dan diharapkan bisa diisi dari berbagai kalangan seperti akademisi (dosen/guru), aktivis LSM, peneliti sosial, aparat pemerintah, tokoh agama/adat/masyarakat, wartawan, pelaku bisnis, dan lainnya.

Dengan keragaman tersebut, KBP diharapkan bisa menjadi forum untuk belajar, berbagi pemikiran dan pengalaman, serta melakukan berbagai kajian pembangunan, terutama atas persoalan kemiskinan yang dilandasi prinsip-prinsip good governance. Pengetahuan dan informasi yang dihasilkan dapat dijadikan masukan bagi para pengambil kebijakan tingkat kota (pemerintahan daerah). Karena itu, KBP, jika ingin mengambil peran strategis, harus memiliki visi dan misi strategis sebagai pemberi arah atas apa yang ingin dicapai dari setiap kegiatan yang dilakukan. Korkot dan Forum BKM Kota/Kabupaten berperan mendorong terbangunnya KBP sejak awal kegiatan siklus kota bergulir. Jadi sejak sosialisasi tingkat kota dilakukan, Korkot sudah mulai melakukan sosialisasi KBP kepada masyarakat dan pemerintah kota/kabupaten.

(20)

Proses belajar dalam KBP adalah proses yang interaktif dan inklusif. Setiap individu yang tergabung dalam KBP memiliki ruang dan kesempatan yang sama untuk menyampaikan gagasan dan pemikirannya, sesuai dengan latar pengalaman masing-masing. Dalam KBP, pengalaman setiap individu selalu dinilai sebagai sumber pengetahuan yang berharga, yang bisa memperkaya dan memperkuat upaya perumusan strategi penanggulangan kemiskinan di daerah masing-masing. KBP juga tidak dimaksudkan untuk menjadi tempurung yang menjadikan setiap pegiat di dalamnya hanya menjadi katak semata. Melalui KBP, justru diharapkan bisa mendorong setiap anggotanya untuk lebih aktif mencari informasi dan pengetahuan yang bermanfaat. Berdiskusi dan mendengarkan paparan dari kelompok atau forum lain bisa memberi inspirasi bagi rumusan strategi penanggulangan kemiskinan. Dalam konteks ini, beragamnya program penanggulangan kemiskinan yang diselenggarakan di Indonesia misalnya, mesti dilihat sebagai peluang untuk mendapat pelajaran atau bahkan sinergi bersama.

Aktivitas Siklus Kota sebagai Ruang Pembelajaran KBP

c. Komunitas Belajar Nasional (KBN). Strategi 2 : Tingkat Kota

Non Pro - Poor Pro-Poor Policy Pro- Poor Program & Bugeting Good Governance PERUBAHAN CARA PANDANG PEMDA TERHADAP KEMISKINAN KOMITMEN KEPALA DAERAH UNTUK NANGKIS SEJALAN DENGAN VISI/MISI BANGDA KELEMBAGAAN NANGKIS DAERAH (TKPKD) STRATEGI & PROGRAM NANGKIS DAERAH (SPKD & PJM PRONANGKIS) PEMBELAJARAN SINERGI DGN MASYARAKAT MELALUI KEMITRAAN PROGRAM (PAKET) PROGRAM & ANGGARAN NANGKIS UNTUK LOKASI BARU (REPLIKASI) PEMBELAJARAN OPTIMALISASI SUMBER DAYA DARI LUAR (CHANNELING) PEMBELAJARAN TRANSPARANSI & AKUNTABILITAS PENGGUNAAN ANGGARAN NANGKIS PEMBELAJARAN PENERAPAN GOOD GOVERNANC PEMBANGUNAN LINGKUNGAN KOTA Sasaran Aktivitas Penguatan TKPKD 2 Pe nyusun an SPKD & PJ M Pron an gk is 4 Pe me ta an Kemiskin an Ko ta 3 6 Pelaksanaan dan Pemantauan 5 1 Sosialisasi Kelompok Strategis Ide nti f ikasi Masalah Taha p Pe laksa naan Tahap E valu asi Tahap Per en c anaan Sine r g i d gn Pe ren ca na an Ma syara ka t 8 Pelaksanaan dan Pemantauan 9 Orie nta si Pe meta an Ke miskina n Ko ta 7 10 Pelaksanaan dan Pemantauan 13 11 12 14 Orie ntasi Pemetaa n Ke misk ina n Kota Sine r g i d gn Pe ren ca na an Masyarak at KBP

Di tingkat nasional, PNPM Mandiri Perkotaan mendorong terbangunnya ruang pembelajaran bagi individu-individu tingkat nasional yang berkomitmen untuk menanggulangi kemiskinan. Pengembangan KBN didorong oleh Konsultan Manajemen Pusat (KMP) untuk :

1) merefleksikan implementasi PNPM Mandiri Perkotaan untuk mempelajari faktor-faktor yang mendukung dan menghambat kegiatan, aspek-aspek yang masih dapat dipertahankan dan yang perlu dirubah, dan peluang pengembangan dan keberlanjutan program;

2) sharing pembelajaran antarprogram, baik program yang dijalankan pemerintah maupun non-pemerintah;

3) forum kajian untuk memproduksi konsep atau gagasan baru dalam konteks pemberdayaan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan;

4) sebagai kelompok lobby perubahan kebijakan untuk mengembangkan suasana yang kondusif bagi penanggulangan kemiskinan baik di level nasional maupun daerah.

(21)

6. KOMUNITAS BELAJAR INTERNAL KONSULTAN

PNPM Mandiri Perkotaan percaya bahwa proses-proses pembelajaran secara alamiah telah berjalan, baik di masyarakat maupun pemerintahan. Hasil pembelajaran ini – sadar tak sadar - telah mendorong terjadinya transformasi sosial tertentu. Konsultan PNPM Mandiri Perkotaan harus tanggap terhadap perubahan ini. Konsultan PNPM Mandiri Perkotaan harus menjadi lebih baik dalam hal apa yang mereka lakukan, untuk belajar lebih dari pengalaman mereka, untuk secara terus menerus memperbaiki diri untuk mampu menyesuaikan dengan realitas yang selalu berubah. Konsultan PNPM Mandiri Perkotaan perlu untuk belajar bagaimana untuk terus belajar.

Dalam konteks pembelajaran konsultan, manajemen program memikul tanggung jawab :

ƒ Menyediakan kesempatan setiap hari dan waktu bagi para konsultan untuk belajar; mengembangkan suatu kebiasaan belajar dan mengembangkan pemahaman bahwa belajar tidak semata-mata melalui pelatihan.

ƒ Memasukkan pembelajaran ke dalam budaya dan nilai-nilai program.

ƒ Menyediakan ruangan fisik untuk pembelajaran dengan titik berat pada peningkatan interaksi. ƒ Menanggapi secara positif kesalahan dalam pelaksanaan program karena

kesalahan-kesalahan dapat membawa pengetahuan dan membuat setiap kesalahan-kesalahan menjadi suatu kesempatan pembelajaran.

ƒ Memilih pembelajaran proaktif daripada retrospektif. Belajar dari kesalahan-kesalahan merupakan pembelajaran retrospektif atau kita belajar dari sebuah kejadian (seringkali negatif) yang telah terjadi. Pada saat pengalaman pembelajaran direncanakan, pembelajaran proaktif sudah dimulai, yaitu pada saat individu telah menetapkan tujuan-tujuan pembelajaran dengan jelas sejak awal mengenai apa yang akan dipelajarinya.

ƒ Memperlakukan pekerjaan sebagai latihan, dan memastikan bahwa semakin banyak kita berlatih, semakin banyak pembelajaran yang kita kerjakan dan semakin baik hasil yang kita dapatkan.

ƒ Menghargai pelaku yang melakukan pembelajaran agar setiap orang memiliki komitmen pada pembelajaran seumur hidup

Pada tingkatan individu, Peter Senge, menjelaskan tanggung jawab para pelaku pembelajaran secara terus menerus :

ƒ Mengenali prioritas atau nilai-nilai keseluruhan dari diri mereka sendiri dan apa yang mereka inginkan untuk hidup dan bekerja – mereka memiliki suatu visi pribadi

ƒ Mengambil satu peranan aktif di dunia ini dan dalam bekerja.

ƒ Menyisihkan waktu untuk memikirkan dan merefleksikan pengalaman mereka di dunia dan pekerjaan mereka

ƒ Mencari umpan balik terbaru dan informasi berguna mengenai dunia ini (termasuk pekerjaan) dan kegiatan-kegiatan mereka di dalamnya

ƒ Tetap terbuka sebisa mungkin terhadap umpan balik (yang membutuhkan derajat kedewasaan yang cukup dan menghilangkan hambatan dalam diri sendiri)

ƒ Memiliki keberanian untuk berubah dan membuat penyesuaian-penyesuaian sambil jalan, --berdasarkan pada umpan balik yang diperoleh selama proses--, pada cara hidup mereka dan melaksanakan pekerjaan mereka agar dapat lebih mendekati pemenuhan prioritas dan nilai-nilai mereka.

PNPM Mandiri Perkotaan merancang KBIK melalui 2 strategi utama yaitu mekanisme pembelajaran berjenjang dan e-Learning.

Mekanisme Pembelajaran Berjenjang

Mekanisme pembelajaran berjenjang merupakan mekanisme berbagi pengetahuan, pengalaman dan upaya memproduksi pengetahuan baru sebagai hasil pembelajaran di lapangan diantara ribuan

(22)

konsultan penanggulangan kemiskinan. Mekanisme pembelajaran berjenjang dirancang sebagai :

(1) mekanisme pembelajaran horizontal (peer learning) sesama rekan konsultan; dan

(2) mekanisme pembelajaran vertikal (coaching) dari bawah ke atas sebagai ruang

pertemuan antara rancangan konsep dan implementasi lapangan. Pertemuan antara rancangan dan implementasi inilah yang utamanya diharapkan dapat memproduksi pengetahuan baru sebagai hasil pembelajaran.

Mekanisme Pembelajaran Berjenjang melalui Komunitas Belajar Internal Konsultan

Ruang Waktu Agenda Partisipan Output

Komunitas Belajar Tim Faskel

Bulanan,

@ 1 hari 1. Produksi pengetahuan (hasil pembelajaran lapangan) 2. Evaluasi kemajuan aktivitas program di masyarakat. 3. Identifikasi kebutuhan pengembangan kapasitas Tim Faskel untuk menjawab tantangan aktivitas lapangan

4. Rencana tindak lanjut

Tim Faskel. Difasilitasi oleh Senior Fasilitator • Tulisan lesson learned aktivitas lapangan. • Laporan kemajuan aktivitas program di masyarakat. • Rencana pemenuhan pengembangan kapasitas internal Tim Faskel • Usulan kebutuhan pengembangan kapasitas (materi & metode), termasuk feed back terhadap modul pelatihan. • Rencana kerja bulan berikutnya. Komunitas Belajar Konsultan Kota/Kabupaten Bulanan,

@ 2 hari 1. Produksi pengetahuan (hasil pembelajaran kelurahan dan kota) 2. Evaluasi kemajuan

aktivitas program di kelurahan & kota. 3. Identifikasi upaya

pemenuhan pengembangan kapasitas faskel & tim Korkot untuk

menjawab tantangan aktivitas lapangan. 4. Rencana tindak lanjut 5. Diskusi tematik dgn mengundang narasumber. Tim Faskel. Difasilitasi oleh Korkot dan atau Askorkot. (Anggota satu komunitas belajar sebaiknya tidak lebih dari 30 orang)

• Tulisan lesson learned aktivitas kelurahan & kota. • Laporan kemajuan

aktivitas program di kelurahan & kota. • Rencana

pemenuhan pengembangan kapasitas internal Tim Faskel & tim Korkot. • Feed back (substansi, metode, cerita lapangan, dsb) terhadap modul pelatihan. • Rencana kerja bulan berikutnya. Komunitas Belajar Konsultan Bulanan,

@ 2 hari 1. Produksi pengetahuan (hasil pembelajaran kota) Korkot dan Askorkot. Difasilitasi oleh • Tulisan lesson learned aktivitas kota/kabupaten.

(23)

Provinsi

Provinsi 2. Evaluasi kemajuan

aktivitas program kota/kabupaten. 2. Evaluasi kemajuan aktivitas program kota/kabupaten. 3. Identifikasi upaya pemenuhan pengembangan kapasitas tim Korkot untuk menjawab tantangan aktivitas lapangan 3. Identifikasi upaya pemenuhan pengembangan kapasitas tim Korkot untuk menjawab tantangan aktivitas lapangan

4. Rencana tindak lanjut 4. Rencana tindak lanjut 5. Diskusi tematik dgn mengundang narasumber 5. Diskusi tematik dgn mengundang narasumber CB Spesialist dan Trainer. CB Spesialist

dan Trainer. • Laporan kemajuan aktivitas program kota/kabupaten. • Laporan kemajuan aktivitas program kota/kabupaten. • Rencana pemenuhan pengembangan kapasitas internal tim Korkot • Rencana pemenuhan pengembangan kapasitas internal tim Korkot • Feed back (substansi, metode, cerita lapangan, dsb) terhadap modul pelatihan. • Feed back (substansi, metode, cerita lapangan, dsb) terhadap modul pelatihan. • Rencana kerja bulan berikutnya. • Rencana kerja bulan berikutnya. Komunitas Belajar Konsultan Nasional Bulanan,

@ 2 hari 1. Produksi pengetahuan (hasil pembelajaran provinsi) 2. Evaluasi kemajuan aktivitas program provinsi. 3. Identifikasi upaya pemenuhan pengembangan kapasitas tim konsultan untuk menjawab tantangan aktivitas lapangan 4. Rencana tindak lanjut 5. Diskusi tematik dgn mengundang narasumber CB Spesialist Provinsi & Trainer OC. Difasilitasi oleh Tim CB KMP. • Tulisan lesson learned aktivitas provinsi. • Laporan kemajuan aktivitas program provinsi. • Rencana pemenuhan pengembangan kapasitas internal tim CB spesialist & Jakarta. • Feed back (substansi, metode, cerita lapangan, dsb) terhadap modul pelatihan • Rencana kerja bulan berikutnya. Mengembangkan Sistem e–Learning (Pembelajaran Jarak Jauh)

Manfaat e-Learning

• Berbagai kemudahan, baik dalam mengelola intangible asset yang dimiliki

perusahaan, mengimplementasikan knowledge sharing, internalisasi dan

sosialisasi kebijakan perusahaan, hingga implementasi corporate

knowledge management;

• Percepatan komunikasi dengan calon peserta pelatihan, karena sebelum

proses pelatihan dimulai calon pembelajar sudah bisa mengetahui dan mempelajari materi yang akan diajarkan, tanpa batasan waktu dan tempat.

• Bagi manajemen, monitoring staf dalam proses pembelajaran akan lebih

mudah dan cepat, serta kemajuan kompetensi dapat dipantau secara transparan.

• Mendukung produktivitas kerja, karena fleksibilitas tempat dan waktu.

• Konsistensi dan kepastian konten pembelajaran secara utuh.

• Efisiensi biaya pelatihan, baik yang sudah ada maupun yang akan

diadakan kemudian hari.

• Meningkatkan ragam pembelajaran bagi setiap individu karyawan, sesuai

dengan kebutuhan mereka.

• Membantu proses coaching yang lebih baik.

(Sumber: SWA sembada, No. 24/XXIII/8-21 November 2007) )

Marc J. Rosenberg mendefinisikan e-Learning sebagai penggunaan teknologi internet untuk menyampaikan berbagai macam solusi guna meningkatkan pengetahuan dan kinerja. Semangat

penerapan e-Learning ini semakin

tumbuh tatkala dirasakan model pembelajaran atau pelatihan tatap muka – mesti meninggalkan tempat kerja dan berkumpul di satu tempat – dirasakan semakin mahal dan tidak efisien.

Semangat menerapkan e-Learning dalam program penanggulangan kemiskinan ini sesungguhnya sudah

(24)

terbangun sejak lama. Beberapa inisiatif yang telah berjalan antara lain melalui website, milist, email ataupun chatting. Hanya saja pemanfaatannya belum optimal.

Berangkat dari kondisi tersebut, program penanggulangan kemiskinan ini sejak tahun 2008 akan mulai bersungguh-sungguh menerapkan e-Learning secara bertahap meluas terhadap semua konsultan. Untuk tahun 2008, e-Learning akan mulai diterapkan pada Komunitas Belajar Konsultan Nasional. Harapannya, terjadi ‘efek bola salju’ terhadap komunitas belajar konsultan lainnya baik di masa sekarang maupun mendatang.

Mekanisme penerapan e-Learning dalam Komunitas Belajar Konsultan Nasional dirancang sebagai berikut.

• Tim Capacity Building di KMP berperan sebagai service provider, terutama memproduksi learning object (modul/materi belajar) yang dapat diakses gratis oleh siapapun, terutama anggota Komunitas Belajar Konsultan Nasional. Dengan bahan dasar learning object ini, para anggota komunitas belajar konsultan nasional dapat mengembangkan bahan belajar (mengedit atau memperkaya) sesuai kebutuhan pengembangan kapasitas diri, konsultan lain, pemerintah maupun masyarakat. Untuk memastikan kualitas pengembangan bahan belajar dan upaya

memperkaya learning object, setiap pengembangan bahan belajar dikirim kembali ke service

provider.

• Setiap anggota harus memiliki rencana pembelajaran perseorangan, sebagai satu upaya untuk memusatkan usaha-usaha pembelajaran di masa datang sehingga lebih sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan, minat dan gaya belajar setiap individu.

• Secara berkala dua bulan sekali – berselang dengan pertemuan tatap muka di Jakarta – anggota komunitas belajar konsultan nasional mengikuti e-Learning pengembangan kapasitas rutin atau pelatihan tertentu. Di akhir proses belajar, akan dilakukan evaluasi untuk menilai peningkatan kapasitas peserta belajar dan keefektifan bahan belajar.

• Penerapan e-Learning ini terhadap anggota komunitas belajar konsultan nasional menggunakan reward dan punishment. Akan dikembangkan sistem penilaian yang akan berkaitan langsung dengan sistem penilaian kinerja. Bagi yang telah mengikuti pelatihan tertentu melalui e-Learning dan ujiannya lulus, akan mendapat poin tertentu. Sebaliknya, kalau tidak mengikuti pelatihan melalui e-Learning yang telah disyaratkan, penilaian kinerja akan menurun dan akan berpengaruh terhadap keberlangsungan pekerjaan.

• Penerapan e-Learning ini mensyaratkan ketersediaan infrastruktur baik di Jakarta maupun

provinsi. E-Learning juga membutuhkan proses sosialisasi dan internalisasi budaya belajar

mandiri. Karena itu dibutuhkan dukungan penuh dari pengelola program baik dalam kebijakan manajemen sumber daya manusia, manajemen pelatihan maupun dukungan dana.

(25)

SINERGI PEMBELAJARAN

SINERGI PEMBELAJARAN

SINERGI PEMBELAJARAN

SINERGI PEMBELAJARAN

Tim Capacity Building KMP Capacity Building Spec Trainers KMW Pemandu Nasional Lokasi Faskel Lokasi baru Pemandu

Nasional Lokasi Nasional Pemda Pemandu

Faskel Lokasi lama

BKM, Relawan Masyarakat Pemerintah Daerah &

stakeholder Tim CB Jakarta Komunitas Belajar Konsultan Nasional Komunitas Belajar Konsultan Propinsi

Korkot & atau Askorkot CB Specialist & Trainer Komunitas Belajar Konsultan Kota/Kab Komunitas Belajar Tim Faskel SF Faskel Komunitas Belajar Tim Faskel

Komunitas

Belajar

Kelurahan

Komunitas

Belajar

Perkotaan

Komunitas

Belajar

Nasional

Tim CB Jakarta Komunitas Belajar Konsultan Nasional

Komunitas

Belajar

Nasional

Komunitas Belajar Konsultan Propinsi

Korkot & atau Askorkot CB Specialist & Trainer Komunitas Belajar Konsultan Kota/Kab Komunitas Belajar Tim Faskel SF Faskel Komunitas Belajar Tim Faskel

Komunitas

Belajar

Kelurahan

Komunitas

Belajar

Kelurahan

Komunitas

Belajar

Perkotaan

7. KELEMBAGAAN PENGELOLA PENGEMBANGAN KAPASITAS

Untuk memastikan komitmen pembelajaran ini tercapai secara terencana, PNPM Mandiri Perkotaan mengembangkan struktur berjenjang tim capacity building sebagai berikut.

(26)

a. Tim Capacity Building KMP

Tanggung jawab utama tim capacity building KMP adalah memastikan proses pembelajaran di semua level berjalan sesuai rencana. Untuk itu, tim ini berwenang : (1) melakukan monitoring evaluasi, sebagai satu proses untuk melihat dan memikirkan kembali rencana dan proses pembelajaran yang telah dilakukan untuk mengetahui efektivitas pembelajaran; (2) mengembangkan skenario dan tools pembelajaran baru (modul pelatihan, media komunikasi, dsb) untuk mengakselerasi proses pembelajaran yang sedang berlangsung.

Tim capacity building KMP akan dipimpin oleh 1 orang manager capacity building, yang akan membawahi 4 bidang (peran) : (1) manajemen pelatihan; (2) knowledge management; (3) pengembangan media komunikasi pembelajaran; dan (4) manajemen data dan evaluasi pembelajaran.

PERAN TUGAS

1 Manajemen

pelatihan • Mengidentifikasi kebutuhan pengembangan kapasitas pelaku program

• Merencanakan proses pengembangan kapasitas pelaku program • Melaksanakan/memonitoring pelaksanaan pengembangan

kapasitas

• Meng-evaluasi kemajuan pengembangan kapasitas • Mengorganisir & memperkuat pemandu nasional. 2 Knowledge

Management • Mengembangkan & mendiseminasikan modul pengembangan kapasitas.

• Mengembangkan & mendiseminasikan training kit • Mereproduksi hasil pembelajaran lapangan

• Mengembangkan pengetahuan baru untuk memperkuat kapasitas pelaku program sesuai dengan tantangan perkembangan

lapangan. 3 Pengembangan

media komunikasi pembelajaran

• Mengembangkan strategi sosialisasi dan komunikasi massa • Mengembangkan aktivitas dan media sosialisasi dan komunikasi

massa

• Mengembangkan & mendiseminasikan media bantu pengembangan kapasitas

• Memonitoring dan mengevaluasi efektivitas kegiatan sosialisasi dan komunikasi massa

4 Manajemen data

dan evaluasi • Mengembangkan sistem dan instrument monitoring evaluasi kegiatan pengembangan kapasitas. • Mengembangkan database penilaian kemajuan belajar pelaku

program

• Mengelola website pengembangan kapasitas b. Tim Capacity Building KMW

Tim capacity building KMW bertanggungjawab atas proses pembelajaran di wilayah kerjanya (proses pembelajaran tingkat kota dan kelurahan). Sesuai hierarkhi, tim ini memberikan laporan pertanggung jawaban tugasnya kepada tim capacity building KMP. Seperti halnya tim capacity building KMP, tim capacity building KMW juga berwenang untuk melakukan monitoring evaluasi proses pembelajaran tingkat kota dan kelurahan, serta mengembangkan skenario dan tools pembelajaran baru sesuai kondisi lapangan. Tugas tak kalah penting, selama ini luput dilakukan, adalah memproduksi hasil pembelajaran lapangan (best practise). Tim capacity building KMW terdiri dari 1 orang capacity building spesialist, 2 orang trainer dan Pemandu Nasional.

(27)

PERAN TUGAS CAPACITY BUILDING SPECIALIST

1 Manajemen pelatihan • Melaksanakan/memonitoring pelaksanaan

pengembangan kapasitas di wilayah kerjanya. • Meng-evaluasi kemajuan pengembangan kapasitas

pelaku program di wilayah kerjanya

• Melaksanakan, memonitoring dan mengevaluasi efektivitas kegiatan sosialisasi dan komunikasi massa

2 Knowledge Management • Memproduksi hasil pembelajaran lapangan

3 Manajemen data dan evaluasi • Mendokumentasikan hasil monitoring evaluasi kegiatan

pengembangan kapasitas di wilayah kerjanya. TRAINERS

1 Memandu/memfasilitasi kegiatan

pengembangan kapasitas • Memandu pelatihan, coaching. • Mengidentifikasi kebutuhan dan mengembangkan upaya-upaya pemenuhan kebutuhan pengembangan kapasitas spesifik/suplemen pelaku program di wilayah kerjanya.

2 Knowledge Management • Mengembangkan & mendiseminasikan modul

spesifik/suplemen untuk pengembangan kapasitas pelaku program di wilayah kerjanya berdasarkan learning material dari website pelatihan.

• Memproduksi hasil pembelajaran lapangan PEMANDU NASIONAL

1 Memandu/memfasilitasi kegiatan

pengembangan kapasitas • Memandu pelatihan, coaching.

2 Knowledge Management • Memproduksi hasil pembelajaran lapangan

REFERENSI

1. Tim Partnership for e-Prosperity for the Poor (Pe-PP), Memberdayakan Masyarakat dengan

Mendayagunakan Telecenter, 2007.

2. Tim Partnership for e-Prosperity for the Poor (Pe-PP), Mengelola Program Infomobilisasi, 2007.

3. ACCESS dan Pembelajaran yang Berkelanjutan

4. Rahardjo, Toto, et, al., Pendidikan Populer : Panduan Pendidikan untuk Rakyat, Read Books,

(28)

Modul 2

Topik: Tahapan Pembelajaran Masyarakat

Peserta memahami tahapan pembelajaran masyarakat

Kegiatan 1: Memahami Tahapan Pembelajaran Masyarakat Kegiatan 2: Peran Fasilitator dan Para Pihak

2 Jpl ( 90 ’)

Bahan Bacaan : Belajar dari Pengalaman

• Kertas Plano, Kuda-kuda untuk Flip-chart • LCD

• Metaplan, Spidol, selotip kertas dan jepitan besar • Papan Tulis dengan perlengkapannya

(29)

Memahami Tahapan Pembelajaran Masyarakat

1) Nyatakan bahwa kita yang hadir di sini merupakan Fasilitator Pembaharuan . Kewajiban moral ini otomatis melekat karena kita berada di sini sekarang dan menerima fasilitas belajar ini dari negara. Kita akan bersama – sama untuk membahas tahapan belajar masyarakat yang kita dampingi

2) Tampilkan atau bagikan Media Bantu Pembelajaran Masyarakat. Jelaskan tahap demi tahap secara garis besar saja karena diskusi lebih jauh akan kita lakukan dalam modul – modul selanjutnya

3) Beri kesempatan peserta untuk mengajukan satu dua pertanyaan. Diskusikan bersama seluruh peserta

4) Tutup diskusi dengan menyampaikan kembali pokok-pokok pembelajaran yang telah diraih.

Peran Fasilitator dan Para Pihak

1) Jelaskan kepada peserta bahwa kita akan mulai kegiatan 3 yaitu membahas mengenai peran fasilitator dan para pihak dalam proses pembelajaran masyarakat.

2) Ingatkan kembali kepada tahapan pembelajaran yang sudah dibahas dalam kegiatan

sebelumnya, kemudian diskusikan apa peran fasilitator dan para pihak dalam setiap tahapan. Gunakan tabel di bawah ini untuk mempermudah proses diskusi.

(30)

Tahapan Kegiatan Belajar Peran fasilitator Peran pihak lain (sebutkan pihak mana saja yang diharapkan perannya) Identifikasi Kebutuhan Belajar

Perencanaan Kegiatan Belajar Pelaksanaan Kegiatan Belajar Penilaian Perkembangan Belajar

3) Refleksikan hasil diskusi dan beri penegasan – penegasan apabila diperlukan, berikan informasi bahwa kita akan mendiskusikan lebih jauh bagaimana cara untuk mengidentiifkasi kebutuhan belajar pada coaching selanjutnya.

(31)

Belajar dari Pengalaman

Proses pembelajaran yang dipakai adalah belajar dari pengalaman atau seringkali disebut sebagai pengalaman berstruktur. Cara ini dipakai agar dalam proses belajar tersebut , warga belajar terbiasa untuk menganalisa persoalan dan kebutuhan hidupnya agar menjadi manusia yang kritis. Proses belajar dari pengalaman dapat digambarkan sebagai berikut :

1. Melakukan atau Mengalami

5. Menerapkan

4. Menyimpulkan 3. Mengolah atau menganalisis

2. Mengungkapkan

DAUR BELAJAR ORANG DEWASA

Mengalami atau Melakukan

Seseorang akan mendapatkan pengetahuan melalui apa yang dia lakukan berdasarkan pengalaman – pengalaman yang dialaminya. Akan tetapi bisa juga pengetahuan itu didapat dari apa yang dialami oleh orang lain. Proses pertukaran pengalaman dan pengetahuan akan terjadi kalau dia antara warga saling bertukar informasi melalui berbagai kegiatan salah satunya bisa dilakukan dalam belajar.

Mengungkapkan

Pada proses belajar bersama dalam kegiatan belajar di BKM/LKM, UP & relawan, para warga belajar diajak untuk mengungkapkan pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya.

Mengolah atau Menganalisis

Dalam proses ini anggota BKM/LKM, UP & relawan, diajak untuk menemukan pola dengan mengkaji sebab – sebab dan kaitan – kaitan permasalahan yang dialami tersebut – yakni tatanan, aturan – aturan, sistem , sikap dan perilaku yang menjadi akar persoalan.

(32)

Menyimpulkan

Anggota BKM/LKM, UP & relawan diajak untuk merumuskan makna dari pengalaman dan kondisi kehidupan yang dialami tersebut sebagai suatu pelajaran dan pemahaman atau pengetahuan baru yang lebih utuh, berupa prinsip – prinsip atau kesimpulan umum (generalisasi) dari hasil pengkajian atas pengalaman tersebut.

Penerapan

Anggota BKM/LKM, UP & relawan diajak untuk merumuskan dan merencanakan tindakan – tindakan baru yang lebih baik berdasarkan hasil pemahaman atau pengertian baru tersebut, sehingga sangat memungkinkan untuk menciptakan kenyataan – kenyataan baru yang lebih baik. Proses pengalaman belumlah lengkap, sebelum pemahaman baru penemuan baru tersebut dilaksanakan dan diuji dalam perilaku yang sesungguhnya. Tahap inilah bagian yang bersifat ’uji coba’.

Setiap orang sering melalui tahapan yang berbeda – beda dalam proses belajar, ada yang belajar dimulai dari pengalaman nyata, ada yang mulai dari pengamatan, dan seterusnya. Untuk kelompok anak – anak apabila pengalaman ini belum didapatkan proses mengalami bisa dilakukan melalui berbagai kegiatan yang dirancang khusus misalnya melalui permainan, menanam tumbuh – tumbuhan dalam pot, atau kegiatan lainnya dan setelah itu mereka diajak untuk mengamati kegiatan bersama – sama.

Tahapan Kegiatan Belajar

Kegiatan belajar dalam BKM/LKM, UP & relawan dapat dimulai dari proses identifikasi kebutuhan, perencanaan proses belajar, pelaksanaan kegiatan belajar , penilaian perkembangan belajar dan penerapan hasil belajar dalam kehidupan sehari – hari.

Proses tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

Partisipasi Masyarakat Perubahan Sosial Identifikasi Kebutuhan Belajar Rencana Proses Belajar Pelaksanaan Kegiatan Penilaian Perkembangan Belajar

Referensi

Dokumen terkait

Penggunaan metode intermittent feeding pada pemberian nutrisi enteral dalam penelitian ini berdasarkan pertimbangan bahwa teknik pemberian secara intermittent feeding

Pembelajaran spesifik bidang studi pada materi yang berhubungan dengan lingkungan merupakan cara yang efektif dalam pembelajaran lingkungan hidup yang mampu menguatkan

unsur lembaga litbang, perguruan tinggi, dan industri.  Keanggotaan konsorsium riset paling tidak terdiri atas satu lembaga riset, satu perguruan tinggi dan satu

Pada Trip III ini didapatkan nilai oksigen terlarut yang tinggi pada stasiun penelitian terutama stasiun di Danau Cala (Sungai Dalam, Suluk, Pulau Karam, dan

 Inflasi terjadi terutama disebabkan karena adanya kenaikan harga, dimana kenaikan IHK (inflasi) terjadi pada enam kelompok, yaitu kelompok transportasi, komunikasi dan

Dengan motivasi membangun sistem dan standar pelaporan cadangan tambang yang lebih andal serta menjadi tuan rumah di negeri sendiri, pada akhir tahun 2009 Ikatan Ahli

bahwa masyarakat memerlukan pembiayaan dari Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS) berdasarkan pada prinsip jual beli maupun akad lain yang pembayarannya kepada LKS dilakukan secara

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepemilikan manajemen perusahaan tidak memperkuat hubungan antara CSR dan nilai perusahaan publik sektor pertambangan yang terdaftar