PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR), LIKUIDITAS, DAN EFISIENSI OPERASIONAL TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN PERBANKAN
YANG TERDAFT AR DI BURSA EFEK INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan Oleh :
ESTI AGUSTIYANI 1012010061
PROGRAM STUDI MANAJ EMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Per syar atan Dalam Memperoleh Gelar Sar jana Ekonomi
Pr ogdi manajemen
Diajukan Oleh :
ESTI AGUSTIYANI 1012010061
PROGRAM STUDI MANAJ EMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
SKRIPSI
PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR), LIKUIDITAS, DAN EFISIENSI OPERASIONAL TERHADAP PROFITABILITAS
PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Disusun Oleh :
ESTI AGUSTIYANI 1012010061 / FEB / EM
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
pada tanggal : 28 Maret 2014
Pembimbing Utama Tim Penguji : Ketua
Dra. Ec. Nurjanti Takarini, Msi Dr. Eko Purwanto, Msi NIP. 196508141991032001
Sekretaris
Dra. Ec. Nurjanti Takarini, Msi
Anggota
Dr. Ec. Herry Pudjo P. MM
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
telah mengatur roda kehidupan pada porosnya dengan keteraturan, dan hanya kepada-Nyalah kita menundukkan hati dengan mengokohkan keimanan dan Izzah
kita dalam keridhoan-Nya. Karena berkat Rahmat dan Rahim-Nya sehingga mampu menyelesaikan skripsi ini. Sholawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita yaitu Rasulullah SAW.
Skripsi ini diajukan dalam rangka memperoleh gelar sarjana Ekonomi (SE) Progdi manajemen Universitas pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
yang berjudul “PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR), LUKUIDITAS, DAN EFISIENSI OPERASIONAL TERHADAP
PROFITABILITAS PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA”.
Dalam pelaksanaan dan penyusunan penelitian ini penulis telah banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini
penulis dengan segala kerendahan hati dan penuh hormat menghaturkan terimakasih sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarta, Mp. selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Dr. Muhadjir Anwar, MM. selaku Ketua Program Studi Manajemen Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Dra. Ec.Nurjanti Takarini, Msi. Selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, masukan, dan dorongan yang sangat berhargaserta kesabaran dan perhatiannya dalam
penulisan penelitian ini.
5. Terima kasih yang paling utama penulis haturkan kepada kedua Orang
Tua, dan kedua kakak penulis Esta dan Tedy atas segala doa, pengorbanan dan dukungannya yang tiada tara, juga kepada seluruh keluarga yang mendukung serta mendoakan kesuksesan penulis.
6. Sahabat terbaik penghuni kost 52 Sari Rahayu, Pipit Widya, Silvi Amalia, Steffany Yuadita, Natalia Simanjuntak, kalian teman terhebat. Terima
kasih telah memberikan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian ini, dan terima kasih atas segala kebersamaan kita selama ini baik senang maupun susah. Terima kasih juga untuk Leny, Enes, Mbak
Getris (terima kasih untuk pinjaman buku-bukunya), Mbak Kiki, Kiky, dan Ismi.
7. Rizal Irwansyah, motivator dan teman bertukar pikiran yang paling baik. Terima kasih atas segala motivasi, semangat, waktu, serta masukan-masukan yang telah diberikan sehingga penulis bisa menyelesaikan
penulisan skripsi ini dengan penuh semangat.
8. Sahabat seperjuangan Program Studi Manajemen Novita Sari (terima
Penulis menyadari dan seteguh hati bahwa penyelesaian skripsi ini masih
jauh dari kata sempurna karena keterbatasan kemampuan, pengetahuan, wawasan, dan pengalaman. Untuk itu penulis sangat mengharap kritik demi kesempurnaan yang akan datang.
Surabaya, Maret 2014
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... .... iv
DAFTAR TABEL ... v
DAFTAR GAMBAR ... .... vi
DAFTAR LAMPIRAN ... vii
ABSTRAKSI ... .... viii
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... .... 1
1.2Perumusan Masalah ... 11
1.3 Tujuan Penelitian ... .... 12
1.4 Manfaat Penelitian ... .... 12
BAB II TINJ AUAN PUSTAKA 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ... .... 14
2.2. Landasan Teori ... .... 16
2.2.1. Pengertian Bank ... .... 16
2.2.2. Kinerja Keuangan ... .... 17
2.2.3. Laporan Keuangan ... .... 19
2.2.4. Analisis Laporan Keuangan ... .... 20
2.2.9. Pengaruh CAR terhadap ROA ... .... 29
2.2.10. Pengaruh LDR terhadap ROA ... .... 30
2.2.11. Pengaruh BOPO terhadap ROA ... .... 32
2.3. Kerangka Konseptual ... .... 34
2.4. Hipotesis ... .... 35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... .... 36
3.2. Teknik Penentuan Sampel ... .... 39
3.2.1. Populasi ... .... 39
3.2.2. Sampel ... .... 39
3.3. Teknik Pengumpulan Data ... .... 40
3.4. Teknik Pengolahan Data ... .... 41
3.5. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis... .... 41
3.5.1. Teknik Analisis ... .... 42
3.5.2. Uji Hipotesis ... .... 43
3.6. Uji Asumsi Klasik ... .... 46
3.6.1. Normalitas ... .... 46
3.6.2. Autokorelasi ... .... 47
3.6.3. Multikolinieritas ... .... 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ... .... 51
4.1.1. Sejarah Singkat Perbankan ... .... 51
4.1.2. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... .... 54
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... .... 55
4.2.1. ROA (Y) Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI .. .... 55
4.2.2. CAR (X1) Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI . .... 56
4.2.3. LDR (X2) Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI . .... 58
4.2.4. BOPO (X3) Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI ... 60
4.3. Deskripsi hasil Pengujian Hipotesis penelitian ... .... 62
4.3.1. Uji Asumsi Klasik ... .... 62
4.3.1.1. Uji Normalitas ... .... 62
4.3.1.2. Uji Autokorelasi ... .... 63
4.3.1.3. Uji Multikolinieritas ... .... 65
4.3.1.4. Uji Heteroskedastisitas ... .... 66
4.3.2. Hasil Regresi Berganda ... .... 67
4.3.3. Uji Hipotesis Penelitian ... .... 68
4.3.3.1. Uji F (Simultan) ... .... 68
4.3.3.2. Uji t (Parsial) ... .... 69
4.4. Pembahasan ... .... 71
4.4.1. Pengaruh CAR Terhadap ROA ... .... 71
4.4.2. Pengaruh LDR Terhadap ROA ... .... 72
DAFTAR PUSTAKA
viii
PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR), LIKUIDITAS, DAN EFISIENSI OPERASIONAL TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN PERBANKAN
YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA Oleh
Esti Agustiyani 1012010061/FEB/EM
ABSTRAKSI
Sebagaimana perusahaan pada umumnya, secara operasional bank juga memiliki tujuan untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal. Oleh karena itu bank harus mempertahankan rasio keuangan yang sesuai dengan keputusan Bank Indonesia serta menjaga kinerjanya agar tetap dipercaya oleh nasabah serta investor. Penelitian ini bertujuan untuk menganailis pengaruh
Capital Adequacy Ratio (CAR), Likuiditas (LDR), dan Efisiensi Operasional (BOPO) terhadap
profitabilitas (ROA) perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2008-2012.
Populasi dalam penelitian ini terdari dari 32 perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan dalam penelitian ini menggunakan teknik purpovise sampling sebagai penentu sampel, sehingga diperoleh 18 perusahaan perbankan sebagai sampelnya. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda, karena dapat menerangkan ketergantungan suatu variable dependen dengan satu atau lebih variable independen, serta untuk menduga besar dan arah dari hubungan tersebut. Selain itu dalam penelitian ini juga menggunakan uji hipotesis yang dilakukan dengan uji F untuk melihat secara bersama-sama (simultan) pengaruh variable-vatiabel independen dengan variable dependen, dan uji t untuk melihat pengaruh secara parsial variable independen terhadap variable dependen dengan tingkat signifkansi 5%. Uji asumsi klasik yang digunakan meliputi uji normalitas, multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan autokorelasi.
Hasil dalam penelitian ini bahwa Capital adequacy Ratio (CAR) berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas (ROA), Likuiditas (LDR) berpengaruh positif dan tidak signifikan dan efisiensi operasional (BOPO) berpengaruh negative dan signifikan terhadap profitabilitas (ROA) perusahaan perbankan. Hasil penelitian ini diharapkan bahwa variable CAR, LDR, dan BOPO dapat digunakan sebagai pedoman untuk pengelolaan bank untuk menjdai bank yang sehat.
Kata kunci : Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposite Ratio (LDR), BOPO, dan Return
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Dalam dunia modern sekarang ini, peranan perbankan dalam memajukan perekonomian suatu negara sangatlah besar. Hampir semua sektor yang
berhubungan dengan berbagai kegiatan keuangan selalu membutuhkan jasa bank. Oleh karena itu, saat ini dan di masa yang akan datang kita tidak akan dapat lepas dari dunia perbankan, baik itu perorangan maupun lembaga, baik
sosial maupun perusahaan.
Begitu pentingnya dunia perbankan, sehingga ada anggapan bahwa bank
merupakan “nyawa” untuk menggerakkan roda perekonomian suatu negara. Anggapan ini tentunya tidak salah, karena fungsi bank sebagai lembaga keuangan sangatlah vital, misalnya menyediakan uang untuk menunjang
kegiatan usaha, tempat mengamankan uang, tempat melakukan investasi dan jasa keuangan lainnya.
Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya ke masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
2
dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya.
Di Indonesia sendiri perbankan merupakan lembaga keuangan yang memiliki peranan dalam sistem keuangan. Dalam menjalankan usahanya sebagai lembaga keuangan yang menjual kepercayaan dan jasa, setiap bank
berusaha sebanyak mungkin menarik nasabah baru ataupun investor, memperbesar dananya dan juga memperbesar pemberian kredit dan jasanya.
Sehingga peran perbankan sangat strategis. Namun kesehatan dan stabilitas perbankan menjadi sesuatu yang sangat vital. Dimana bank yang sehat, baik secara individu maupun secara keseluruhan sebagai suatu sistem, merupakan
kebutuhan suatu perekonomian yang ingin tumbuh dan berkembang dengan baik. Tetapi terganggunya fungsi intermediasi perbankan setelah terjadinya
krisis perbankan di Indonesia telah mengakibatkan lambannya kegiatan investasi dan pertumbuhan ekonomi (Veithzal, dkk, 2007) dalam (Defri, 2012).
Salah satu masalah yang muncul karena terganggunya fungsi intermediasi adalah adanya ketidakseimbangan antara penghimpunan dana dari nasabah
dan penyalurannya. Dimana, penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada akhir tahun 2010 terdapat dana mengendap sebesar 24,5% dari total DPK atau sejumlah Rp. 572 triliun lebih terhadap LDR pada akhir tahun 2010 adalah
sebesar 75% dengan trend meningkat dalam periode 6 tahun terakhir (Yuda, 2011). Ini dikarenakan perbankan kurang dalam menyalurkan kredit,
keuangan yang berisiko rendah, sehingga lambannya kegiatan investasi dan pertumbuhan ekonomi tidak seimbang. Padahal intermediasi di perbankan
merupakan sebuah fungsi yang membantu kelancaran sistem pembayaran, dan yang tidak kalah pentingnya adalah lembaga yang menjadi sarana dalam menjalankan kebijakan pemerintah yaitu kebijakan moneter. Karena
fungsi-fungsinya tersebut, maka keberadaan bank yang sehat baik secara individu ataupun keseluruhan sebagai suatu sistem, merupakan prasyarat bagi suatu
perekonomian yang sehat. Untuk menciptakan perbankan yang sehat, antara lain diperlukan pengaturan dan pengawasan bank secara efektif. Kebijakan perbankan dirumuskan dan dilaksanakan oleh Bank Indonesia pada dasarnya
merupakan bagian dari upaya untuk menciptakan, menjaga, dan memelihara sistem perbankan yang sehat. (www.bi.go.id)
Sesuai dengan pasal 29 ayat 2 Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 tahun 1998, yaitu : Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen,
likuiditas, profitabilitas, leverage, dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank, dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip
kehati-hatian (Dendawijaya, 2005). Agar lembaga perbankan di Indonesia mampu berfungsi secara efisien, sehat, wajar, dan mampu melindungi secara baik dana yang dititipkan masyarakat ke bidang-bidang yang produktif bagi pencapaian
sasaran pembangunan (Dito, 2011) dalam (Defri, 2012).
Manfaat bank yang sangat penting bagi perekonomian, membuat setiap
4
stabil. Namun rendahnya kualitas perbankan tercermin dari lemahnya kondisi internal perbankan, kuantitas bank yang banyak menciptakan persaingan yang
semakin ketat dan kinerja bank yang menjadi rendah karena ketidakmampuan bersaing di pasar sehingga banyak bank yang sebenarnya kurang sehat atau bahkan tidak sehat secara finansial (Fitriani, 2010) dalam (Defri 2012).
Menurut Dendawijaya (2005) dalam analisis keuangan, terdapat analisis rasio profitabilitas, rasio ini merupakan alat untuk menganalisis atau
mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Selain itu, rasio-rasio dalam kategori ini dapat pula digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan bank.
Profitabilitas merupakan indikator yang paling penting untuk mengukur kinerja suatu bank. Menurut Dendawijaya (2005) profitabilitas merupakan
kemampuan bank menghasilkan atau memperoleh laba secara efektif dan efisien.
Menurut Brighman dan Houston (2010), dalam (Defri, 2012) untuk
mengukur profitabilitas bank, biasanya menggunakan rasio profitabilitas karena rasio profitabilitas sudah mencakup rasio utang, rasio aktivitas,
maupun rasio likuiditas yang terdiri dari ROE ( Return On Equity) yaitu rasio yang menggambarkan besarnya kembalian atas modal untuk menghasilkan keuntungan, dan ROA (Return On Asset) yaitu rasio yang menunjukkan
kemampuan dari keseluruhan aset yang ada dan digunakan untuk menghasilkan keuntungan. Selain itu, dalam penentuan tingkat kesehatan
pada ROE karena Bank Indonesia lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan aset yang dananya sebagian besar berasal dari
dana simpanan masyarakat sehingga ROA lebih mewakili dalam mengukur tingkat profitabilitas perbankan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik
pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset (Lukman 2005) dalam (Defri, 2012). Menurut Machfoedz (1999) dalam Defri (2012) faktor utama
yang mempengaruhi profitabilitas adalah manajemen, yaitu seluruh manajemen suatu bank, salah satunya baik yang mencakup manajemen permodalan (CAR), manajemen umum, manajemen rentabilitas (BOPO), dan
manajemen likuiditas (LDR) yang akan mempengaruhi pada perolehan laba (profitabilitas) perusahaan perbankan.
Capital Adequacy Ratio (CAR) atau kecukupan modal merupakan satu masalah yang dihadapi perbankan dalam sektor internal. Bank harus memelihara modal yang cukup untuk mendukung pengambilan risiko, oleh
karena itu setiap bank harus memiliki jumlah modal minimum. Modal bank harus cukup untuk memenuhi fungsi dasar yaitu, membiayai organisasi dan
operasi sebuah bank, memberikan rasa perlindungan pada penabung dan kreditor lainnya, dan memberikan rasa percaya pada para penabung dan pihak berwenang.
Bank yang tidak memiliki kecukupan modal maka bank tersebut bisa dikatakan tidak sehat rasionya. Sehingga bank tersebut masuk dalam kriteria
6
Adequacy Ratio) CAR-nya dibawah standar yang ditetapkan Bank Indonesia (8%). Sehingga kemampuan bank untuk survive pada saat mengalami
kerugian dan juga mengakibatkan turunnya kepercayaan nasabah yang pada akhirnya dapat menurunkan profitabilitas bank. Jika nilai CAR rendah maka profitabilitas ROA bank akan mengalami penurunan (Lukman, 2005).
Terdapat beberapa penelitian yang berkaitan dengan pengukuran kinerja perbankan dengan menggunakan rasio kecukupan modal (CAR) untuk menilai
profitabilitas perbankan namun hasilnya masih berbeda-beda antara lain, Capital Adequacy Ratio (CAR) yang diteliti oleh Yulyani (2007) yaitu tentang “Hubungan Efisiensi Operasional dengan Kinerja Profitabilitas Pada Sektor
Perbankan yang Go Publik di BEJ” menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan positif antara Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap profitabilitas
atau Return On Asset (ROA). Hal ini berbeda dengan hasil penelitian Usman (2003) yang berjudul “Analisis Rasio Keuangan dalam Memprediksi Perubahan Laba Pada Bank-bank di Indonesia” yang menunjukkan hasil
bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh negatif.
Likuiditas, menurut Kasmir (2012) likuiditas merupakan rasio untuk
mengukur kemampuan bank untuk membayar semua kewajiban terutama kewajiban jangka pendek. Dengan kata lain, dapat membayar kembali pencairan dana deposannya pada saat ditagih serta dapat memenuhi semua
permohonan kredit yang telah diajukan. Salah satu cara dalam mengukur likuiditas bank yaitu dapat diukur dengan Loan to Deposit Ratio (LDR). LDR
penyaluran kredit juga mempengaruhi besarnya ROA, dimana rasio yang mengukur perbandingan jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang
diterima oleh bank. Menurut Veithzal (2007) dalam (Defri 2012) semakin tinggi dana yang disalurkan ke dana pihak ketiga, sehingga LDR yang meningkat dapat meningkatkan profitabilitas bank.
Penelitian yang berkaitan dengan pengukuran kinerja perbankan dengan menggunakan rasio likuiditas atau Loan to Deposit Ratio (LDR) untuk menilai
profitabilitas perbankan antara lain, Kartika (2006) dengan penelitiannya yang berjudul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan Bank Umum di Indonesia” menunjukkan bahwa hasil Loan to Deposit Ratio (LDR)
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return On Asset (ROA). Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Sudiyatno (2010) dengan judul
“Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga, BOPO, CAR, dan LDR Terhadap Kinerja Keuangan Pada Sektor Perbankan Yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia” menunjukkan hasil bahwa Loan to Deposit (LDR) berpengaruh
negative dan tidak signifikan terhadap Return On Asset (ROA).
Efisiensi operasional juga mempengaruhi lemahnya kondisi internal sektor
perbankan. Karena hal ini berkaitan dengan operasional perbankan, maka efisiensi operasional merupakan masalah yang kompleks dimana setiap perusahaan perbankan selalu berusaha untuk memberikan layanan yang
8
Dalam mengukur efisiensi operasional, rasio BOPO merupakan rasio yang salah satunya mempengaruhi ROA. Menurut Veithzal, dkk (2007) dalam
(Defri 2012), rasio BOPO adalah perbandingan antara biaya opersional dengan pendapatan operasional dalam mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Mengingat kegiatan
utama bank pada prinsipnya adalah betindak sebagai perantara, yaitu menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat, maka biaya dan pendapatan
operasional bank didominasi oleh biaya bunga dan hasil bunga. Rasio BOPO ini bertujuan untuk mengukur kemampuan pendapatan operasional dalam menutup biaya operasional. Menurut Lukman (2005), setiap peningkatan
biaya operasional akan berakibat pada berkurangnya laba sebelum pajak yang pada akhirnya akan menurunkan laba atau profitabilitas (ROA) bank yang
bersangkutan. Atau dalam Surat Edaran Internal BI (2004), rasio BOPO yang semakin meningkat mencerminkan kurangnya kemampuan bank dalam menekan biaya operasional dan meningkatkan pendapatan operasionalnya
yang dapat menimbulkan kerugian karena bank kurang efisien dalam mengelola usahanya. Dan sebaliknya menurut Veithzal, dkk (2007) dalam
(Defri 2012), semakin kecil rasio biaya (beban) operasionalnya akan lebih baik, karena bank yang bersangkutan dapat menutup biaya (beban) operasional dengan pendapatan operasionalnya.
Penelitian yang dilakukan oleh Usman (2003) yang berjudul “Analisis Rasio Keuangan dalam Memprediksi Perubahan Perbankan Laba Pada
signifikan terhadap Return On Asset (ROA). Sedangkan penelitian yang dilakukan Restiyana (2011) dengan judul “Analisis Pengaruh CAR, NPL,
BOPO, LDR, dan NIM Terhadap Profitabilitas Perbankan” menunjukkan hasil yang sebaliknya, yaitu BOPO berpengaruh negative signifikan terhadap Return On Asset (ROA).
Perkembangan Return On Asset (ROA) bank-bank dalam industry perbankan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI), dalam kurun
waktu 2008-2012 mengalami fluktuasi yang cukup berarti. Berikut merupakan perkembangan Return On Asset (ROA) 18 peruahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Dari data-data rasio tabel 1.1 mengindikasikan bahwa terdapat fluktuasi rasio profitabiliats (ROA). Pada Bank Ekonomi Raharja profitabilitas (ROA)
selalu mengalami penurunan yang terus menerus dari tahun ke tahun. Pada Bank Mega pada tahun 2008 ROA-nya sebesar 1,98% dan pada tahun 2009 mengalami kenaikan yang sangat drastis yaitu sebesar 5,79% sehingga ROA-
nya menjadi 7,77%, tetapi pada tahun 2010 kembali mengalami penurunan yang sangat drastis yaitu sebesar 5,32% sehingga ROA-nya sebesar 2,45%.
Pada Bank Jawa Barat ROA-nya juga mengalami penerunan yang terus menerus dari tahun 2008 sampai dengan 2012. Mengingat pentingnya penilaian profitabilitas bank, untuk menentukan kebijakan-kebijakan guna
10
Tabel 1.1
Tabel Perkembangan Profitabilitas (ROA) Pada Perbankan yang Terdaftar
di BEI Tahun 2008-2012
Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah adanya temuan yang berbeda dari beberapa faktor yang mempengaruhi
terjadi beberapa penurunan ROA, sehingga penelitian ini ingin mengkaji lebih lanjut mengenai hubungan tingkat kinerja keuangan perusahaan perbankan
dengan rasio Capital Adequacy Ratio (CAR), Likuiditas (LDR), dan Efisiensi Operasional (BOPO) dalam pengaruhnya terhadap profitabilitas (ROA). Sehingga yang menjadi hasil penelitian nantinya akan mempertegas dan
memperkuat teori yang ada.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dalam penelitian ini akan diuji
untuk menganalisis dan membuktikan apakah Capital Adequacy Ratio (CAR), likuiditas (LDR) dan Efisiensi Operasional (BOPO) memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap profitabilitas (ROA), sehingga penulis tertarik mengambil judul “ PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR), LIKUIDITAS DAN EFISIENSI OPERASIONAL TERHADAP PROFITABILITAS
PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA”.
1.2.Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas, permasalahan yang
akan dibahas dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh terhadap
profitabilitas pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) ?
2. Apakah likuiditas berpengaruh terhadap profitabilitas pada perusahaan
12
3. Apakah efisiensi operasional berpengaruh terhadap profitabilitas pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) ?
1.3.Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan penelitian
ini adalah :
1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Capital Adequacy Ratio
(CAR) terhadap profitabilitas pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh likuiditas terhadap
profitabilitas pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
3. Untuk mengetahui dan menganalisis efisiensi operasional terhadap profitabilitas pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
1.4.Manfaat Penelitian 1. Investor
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi investor dalam berinvestasi dengan melihat Capital Adequacy Ratio (CAR),
likuiditas (LDR), dan efisiensi operasional (BOPO) sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi di perusahaan
2. Emiten
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu dasar
pertimbangan dalam pengambilan keputusan dalam bidang keuangan terutama dalam rangka memaksimumkan profitabilitas
3. Bagi peneliti
Penelitian ini bermanfaat untuk memperdalam dan mengaplikasikan teori yang sudah diperoleh, terutama dalam hal menganalisa kinerja keuangan
perusahaan
4. Bagi peneliti lebih lanjut
Penelitian ini juga diharapkan sebagai sumber informasi dan referensi
BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu
Beberapa peneliti telah melakukan penelitian tentang pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), likuiditas atau Loan to Deposit Ratio (LDR), dan efisiensi
operasional (BOPO) terhadap profitabilitas (ROA). Hasil dari beberapa penelliti akan digunakan sebagai bahan referensi dan perbandingan dalam penelitian ini, antara lain sebagai berikut :
1. Kartika (2006)
Melakukan penelitian dengan judul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja keuangan Bank Umum di Indonesia”. Penelitian
ini menggunakan variable dependen ROA dan variable independennya adalah Capital Adequacy Ratio (CAR), LDR, NPL, DER dan BOPO. Alat
analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda untuk variable independen yang lebih dari satu. Berdasarkan hasil penelitian data sekunder yang berupa laporan keuangan bank-bank umum yang terdiri dari
5 bank persero, 40 bank umum swasta nasional devisa, dan 39 bank umu swasta nasional non devisa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Capital
Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA, Loan To Deposite Ratio (LDR) berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA, Non Performing Loans (NPL) berpengaruh positif tidak
negative tidak signifikan terhadap ROA, dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh negative dan signifikan
terhadap ROA. 2. Yulyani (2007)
Telah melakukan penelitian mengenai “Hubungan Efisiensi Operasional
dengan Kinerja Profitabilitas Pada Sektor Perbankan yang Go Publik di BEJ”. Variable dependen yang digunakan adala ROA sedangkan variable
independennya adalah MSDN, CAR, BOPO, LDR. Alat analisis yang digunakan adalah regresi time series cross-section. berdasarkan hasil penelitian pda 25 bank antara tahun 2004 sampai tahun 2006 maka
diperoleh kesimpulan bahwa BOPO berpengaruh secara signifikan negative, CAR yang berpengaruh signifikan positif, sedangkan MSDN dan
LDR adalah variable yang tidak signifikan.
Indonesia periode 2004-2008. Variable LDR berpengaruh signifikan positif terhadap variable perubahan laba.
3. Sudiyatno (2010)
Melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Dana Pihak
Ketiga, BOPO, CAR, dan LDR Terhadap Kinerja Keuangan Pada Sektor Perbankan Yang Go Public di Bursa Efek Indonesia”. Variable dependennya adalah ROA, sedangkan variable independennya adalah
DPK, BOPO< CAR, dan LDR. Alat analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda. Berdasarkan hasil penelitian pada bank umum
16
diperoleh kesimpulan bahwa DPK berpengaruh positif dan signifikan, BOPO berpengaruh negative dan signifikan, CAR berpengaruh positif dan
signifikan terhadap ROA. Dan LDR berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap ROA.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Pengertian Bank
Bank termasuk lembaga keuangan yang sangat penting peranannya dalam
pembangunan ekonomi. Bukan hanya sebagai lembaga yang menghimpun dana dan menyediakan dana, akan tetapi juga memotivasi dan mendorong inovasi
dalam berbagai cabang kegiatan ekonomi.
Menurut Undang-Undang No. 10 Pasal 1 Ayat 1 Tahun 1998 yang dimaksud dengan bank adalah “Badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya ke masyarakat dalam bentuk kredit dan/ atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”.
Menurut Kasmir (2012), bank merupakan lembaga keuangan yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan
kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya.
Sedangkan menurut Dendawijaya (2003), “Bank adalah suatu badan usaha
fund/Surplus unit) kepada pihak yang membutuhkan dana atau yang kekurangan dana pada waktu yang ditentukan”.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa fungsi bank sebagai “financial Intermediary” dengan usaha perbankan meliputi tiga kegiatan utama
yaitu :
1. Menghimpun dana (funding) dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dalam hal ini bank sebagai tempat menyimpan uang atau berinvestasi bagi
masyarakat. Bank memberikan surat atau lembar kertas dalam bentuk : a. Giro b. Deposito Berjangka c. Tabungan
2. Menyalurkan dana ke masyarakat, dalam hal ini bank memberi pinjaman (kredit) kepada masyarakat. Dengan kata lain bank menyediakan dana bagi masyarakat yang membutuhkan.
3. Memberikan jasa-jasa bank lainnya seperti pengiriman uang (transfer), penagihan surat berharga yang berasal dari dalam kota (kliring), penagihan
surat-surat berharga yang berasal dari luar kota dan luar negeri (Inkaso), Letter of Credit Kasmir ( 2002).
2.2.2. Kinerja Keuangan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001) kinerja keuangan adalah sesuatu yang dicapai/prestasi yang diperlihatkan mengenai keadaan keuangan oleh
18
Menurut Menteri Keuangan RI berdasarkan keputusan No. 740/KMK. 00/1989 tanggal 28 Juni 1989, kinerja adalah prestasi yang dicapai oleh
perusahaan selama periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan dari perusahaan tersebut. Pengukuran kinerja mempunyai tujuan untuk mengukur kinerja bisnis dan manajemen dibandingkan dengan tujuan atas sasaran
perusahaan
Menurut Husnan (2004), kinerja keuangan perusahaan adalah salah satu
dasar penilaian terhadap kondisi keuangan perusahaan yang dapat dilakukan berdasarkan analisis terhadap rasio-rasio keuangan perusahaan. Kinerja keuangan
perusahaan dapat dinilai melalui berbagai macam variable.
Kinerja dapat diukur dengan menganalisa dan mengevaluasi laporan keuangan. Informasi posisi keuangan dan kinerja keuangan di masa lalu sering
kali digunakan sebagai dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja di masa depan. Kinerja yang baik merupakan hal penting yang harus dicapai oleh
perusahaan dalam menjalankan bisnisnya, karena kinerja merupakan cerminan oleh perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dananya. Selain itu tujuan pokok penilaian kerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam
mencapai sasaran organisasi dan dapat mematuhi standar perilaku yang ditetapkan sebelumnya agar dapat membuahkan hasil dan tindakan yang diharapkan. Standar
perilaku ini berupa tinjauan formal yang dituangkan di dalam anggaran.
kegiatan yang dilakukan. Sebagaimana umumnya tujuan perusahaan adalah untuk mencapai nilai yang tinggi, dimana untuk mencapai nilai tersebut perusahaan
harus dapat secara efisien dan efektif dalam mengelola berbagai kegiatannya. Ukuran dapat diukur dengan rasio Return On Asset (ROA) dan rasio ini dapat digunakan untuk mengukur kinerja keuangan.
2.2.3. Laporan Keuangan
Setiap perusahaan, baik bank maupun non bank pada suatu waktu (periode
tertentu) akan melaporkan semua kegiatan keuangannya. Laporan keuangan ini bertujuan untuk memberikan informasi keuangan perusahaan, baik kepada
pemilik, manajemen maupun pihak luar yang berkepentingan terhadap laporan tersebut.
Menurut Kasmir (2003), laporan keuangan bank merupakan kondisi
keuangan bank secara keseluruhan, dimana dapat terlihat kondisi bank sesungguhnya, termasuk kelemahan dan kekuatan yang dimiliki. Laporan ini juga
menunjukkan kinerja manajemen bank selama suatu periode, sehingga pihak manajemen dapat memperbaiki kelemahan yang ada serta mempertahankan kekuatan yang dimilikinya.
Menurut Harahap (2009), laporan keuangan media yang paling penting untuk menilai prestasi dan kondisi ekonomis suatu perusahaan. Laporan keuangan inilah yang menjadi bahan sarana informasi (screen) dalam proses pengambilan
20
hasil usaha perusahaan dalam suatu periode, dan arus dana (kas) perusahaan dalam periode tertentu.
2.2.4. Analisis Laporan Keuangan
Menurut Munawir (2010), analisis laporan keuangan adalah analisis
laporan keuangan yang terdiri dari penelaahan atau mempelajari daripada hubungan dan tendensi atau kecenderungan (trend) untuk menentukan posisi keuangan dan hasil operasi serta hasil perkembangan perusahaan yang
bersangkutan. Menurut Harahap (2009), analisis laporan keuangan berarti menguraikan akun-akun laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil
dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara yang satu dengan yang lain baik data kuantitatif maupun data non-kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang
sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat. Sedangkan menurut Sundjaja dan Barlian (2001), analisis laporan keuangan pada dasarnya
merupakan perhitungan rasio-rasio untuk menilai keadaan keuangan di masa lalu, saat ini, dan kemungkinannya di masa depan.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa analisis
laporan keuangan merupakan proses untuk mempelajari data-data keuangan agar dapat dipahami dengan mudah untuk mengetahui posisi keuangan, hasil operasi
mengambil keputusan bagi pihak-pihak yang berkepentingan dan juga dalam melakukan analisisnya tidak akan lepas dari peranan rasio-rasio laporan keuangan,
dengan melakukan analisis terhadap rasio-rasio keuangan akan dapat menentukan suatu keputusan yang akan diambil.
2.2.5. Analisis Rasio Keuangan
Dalam melakukan analisa laporan keuangan biasanya membutuhkan ukuran tertentu untuk mengukur dan menilai kinerja perusahaan. Ukuran yang
digunakan dalam analisa laporan keuangan adalah berupa rasio keuangan.
Menurut Harahap (2009), rasio keuangan merupakan angka yang diperoleh
dari hasil perbandingan dari satu akun laporan keuangan dengan akun lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan. Menurut Simamora (2002) analisis rasio keuangan merupakan cara penting untuk menyatakan
hubungan-hubungan yang bermakna diantara komponen-komponen dari laporan-laporan keuangan. Rasio menggambarkan suatu hubungan antara suatu jumlah
tertentu dengan jumlah lain dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio akan menjelaskan atau menggambarkan kepada penganalisa baik atau buruknya keadaan posisi keuangan suatu perusahaan.
22
2.2.6. Rasio Leverage
Rasio leverage adalah rasio yang menggambarkan hubungan antara utang
perusahaan terhadap modal maupun aset. Rasio ini dapat melihat seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh utang atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan
yang digambarkan oleh modal (equity). Rasio Leverage terdiri dari Capital Adequacy Ratio (CAR), Capital Formation, Harahap (1997).
Capital Adequacy Ratio (CAR) atau rasio permodalan merupakan modal
dasar yang harus dipenuhi oleh bank. Menurut peraturan Bank Indonesia (2008) CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh aktiva bank yang
mengandung resiko (kredit, penyertaan, surta berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank disamping memperoleh dana dari sumber-sumber diluar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (hutang), dll.
Capital Adequacy Ratio (CAR) dijadikan variable indipenden yang mempengaruhi ROA didasarkan atas hubungannya dengan tingkat risiko bank yang bermuara pada profitabilitas bank (ROA). Rasio CAR digunakan untuk
mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan. Semakin
tinggi CAR semakin kuat kemampuan bank tersebut untuk menanggung risiko dari setiap kredit atau aktiva produktif yang berisiko. Jika nilai CAR tinggi (sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia sebesar 8 %) berarti bahwa bank tersebut
dapat memberikan kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas (ROA) bank yang bersangkutan Dendawijaya (2005).
Ketentuan pasal 2 Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 26/20/KEP/DIR tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank tanggal
29 Mei 1993, modal bagi bank yang beroperasi di Indonesia diatur sebagai berikut (Muhammad, 2000) yaitu pertama modal bagi bank yang didirikan dan berkantor pusat di Indonesia terdiri dari modal inti (primary capital) dan modal pelengkap
(secondary capital), dan yang kedua yaitu modal bagi bank kantor cabang dari suatu bank berkedudukan di luar negeri terdiri atas dana bersih kantor pusat dan
kantor cabangnya di luar Indonesia (net head office funds).
Perhitungan kebutuhan modal minimum bank didasarkan pada Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Sesuai dengan penilaian rasio CAR
berdasarkan peraturan Bank Indonesia Nomor 14/18/PBI/2012 dimana perusahaan perbankan dalam menyediakan modal minimum sesuai profil risiko ditetapkan
paling rendah sebagai berikut :
1. 8 % dari ATMR untuk bank dengan profil risiko peringkat 1
2. 9 % sampai dengan < 10 % dari ATMR untuk bank dengan profil
risiko peringkat 2
3. 10 % sampai dengan < 11 % dari ATMR untuk bank dengan profil risiko peringkat 3
24
2.2.7. Rasio Likuiditas
Analisis rasio likuiditas adalah analisis yang dilakukan terhadap
kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya atau kewajiban yang sudah jatuh tempo. Beberapa rasio likuiditas yang sering
digunakan dalam menilai kinerja suatu bank, antara lain adalah Cash Ratio, Reserve Requirement, Loan to Deposit Ratio, Loan to Asset Ratio, dan Net Call Money to Current Asset (Margaretha, 2007).
Analisis Likuiditas dimaksudkan untuk mengukur seberapa besar kemampuan bank tersebut mampu membayar utang-utangnya dan membayar
kembali kepada deposannya serta dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan tanpa terjadi penangguhan.
Menurut Harahap (2009) Salah satu penilaian likuiditas bank adalah
dengan menggunakan Loan to Deposit Ratio (LDR). Loan to Deposit Ratio (LDR) dijadikan variable independen yang mempengaruhi ROA didasarkan hubungannya dengan tingkat risiko bank yang bermuara pada profitabilitas bank (ROA).
Menurut Margaretha (2007) Loan to Deposit Ratio menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan
deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Dengan kata lain, seberapa jauh pemeberian kredit kepada nasabah dapat mengimbangi kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan deposan
Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan rasio yang menunjukkan tingkat likuiditas bank. Likuiditas menunjukkan ketersediaan dana dan sumber dana bank
pada saat ini dan masa yang akan datang. Tingkat LDR menunjukkan adanya risiko likuiditas (Liquidity risk) yang kemungkinan akan dihadapi oleh bank, yaitu dalam menyediakan alat-alat likuid untuk dapat memenuhi kewajiban
hutang-hutangnya dan kewajiban lain serta kemampuan memenuhi permintaan kredit yang diajukan tanpa terjadinya penangguhan (Hasibuan, 2005). Berdasarkan SE
BI No. 6/23/DPNP tahun 2004 predikat kesehatan bank dari segi LDR adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1. Matriks Kriteria Peringkat Komponen LDR
Rasio Peringkat
LDR ≤ 75 % 1
75 % < LDR ≤ 85 % 2
85 % < LDR ≤ 100 % 3
100 % < LDR ≤ 120 % 4
LDR > 120 % 5
(Sumber : SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004)
2.2.8. Rasio Pr ofitabilitas
Analisis rasio profitabilitas bank adalah alat untuk menganalisis atau
mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan (Margaretha, 2007). Menurut Bambang (2001) profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.
26
suatu bank terdiri dari Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Rasio Biaya Operasional, dan Net Profit Margin (NPM) yang dapat diguakan untuk
mengukur tingkat kesehatan bank. Dalam perhitungan rasio-rasio profitabilitas ini biasanya dicari hubungan timbal balik antarpos yang terdapat pada laporan laba rugi bank dengan pos-pos pada neraca bank guna memperoleh tingkat indikasi
yang bermanfaat dalam mengukur tingkat efisiensi dan profitabilitas bank yang bersangkutan (Dendawijaya, 2005). Dengan menggunakan analisa rasio
dimungkinkan untuk dapat menetukan tingkat kinerja suatu bank dan kesehatannya. Sehingga dapat menilai posisi kinerja suatu bank, dan akan memberikan gambaran yang jelas tentang baik dan buruknya operasional suatu
bank, yang dilihat dari posisi keuangannya dalam neraca dan laba rugi. Bank Indonesia (BI) lebih mementingkan penilaian ROA dari pada ROE karena Bank
Indonesia lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan aset yang dananya sebagian besar berasal dari dana simpanan masyarakat sehingga ROA lebih mewakili dalam mengukur tingkat profitabilitas perbankan.
Retrun On Asset (ROA) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam menghasilkan keuntungan secara relative dibandingkan
dengan total asetnya atau ukuran untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian dari aset perusahaan (Rudy, 2000). Menurut Margaretha (2007)
ROA digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Untuk menilai kesehatan bank, Bank Indonesia (BI) menentukannya dalam predikat kesehatan bank dari
Tabel 2.2. Matriks Kriteria Peringkat komponen ROA
Rasio Peringkat
ROA > 1,5 % 1
1,25 % < ROA ≤ 1,5 % 2
0,5 % < ROA ≤ 1,25 % 3
0 < ROA ≤ 0,5 % 4
ROA ≤ 0 % 5
(Sumber: SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004)
Rasio biaya operasional adalah masalah efisiensi yang berkaitan dengan masalah pengendalian biaya. Efisiensi operasional berarti biaya yang dikeluarkan
untuk mengahasilkan keuntungan lebih kecil dari pada keuntungan yang diperoleh dari penggunaan aktiva tersebut. Bank yang dalam kegiatan usahanya
tidak efisien akan mengakibatkan ketidakmampuan bersaing dalam mengerahkan dana masyarakat maupun dalam menyalurkan dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkan sebagai modal usaha. Dengan adanya efisiensi pada lembaga
perbankan terutama efisiensi biaya maka akan diperoleh tingkat keuntungan yang optimal, penambahan jumlah dana yang disalurkan, biaya yang kompetitif,
peningkatan pelayanan kepada nasabah, keamanan dan kesehatan perbankan yang meningkat. (Mudrajad dan Suhardjono, 2002).
BOPO (Biaya Operasional/Pendapatan Operasional) dijadikan variable
independen yang mempengaruhi ROA didasarkan hubungannya dengan tingkat risiko bank yang bermuara pada profitabilitas bank (ROA). Menurut Veithzal, dkk
28
semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan oleh bank yang bersangkutan, dan setiap peningkatan pendapatan operasi akan berakibat pada berkurangnya laba
sebelum pajak yang pada akhirnya akan menurunkan laba atau profitabilitas (ROA) bank yang bersangkutan.
Rasio BOPO menunjukkan adanya risiko operasional yang ditanggung bank. Menurut Siamat (1993) risiko operasional terjadi karena adanya ketidakpastian mengenai usaha bank, antara lain kemungkinan kerugian dari
operasi bila terjadi penurunan keuntungan yang dipengaruhi oleh struktur biaya operasional bank dan kemungkinan terjadinya kegagalan atas jasa-jasa dan
produk-produk baru yang ditawarkan. Risiko operasional dapat timbul jika bank tidak konsisten mengikuti aturan-aturan yang berlaku. Menurut Margaretha (2007) BOPO merupakan rasio perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan
operasional, rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Mengingat kegiatan utama bank pada
prinsipnya adalah bertindak sebagai perantara, yaitu menghimpun dan menyalurkan dana, maka biaya dan pendapatan operasional bank didominasi oleh biaya bunga dan hasil bunga, berdaarkan Peraturan Bank Indonesia predikat
Tabel 2.3. Matriks Kriteria Peringkat Komponen BOPO
Rasio Peringkat
BOPO ≤ 94 % 1
94 % < BOPO ≤ 95 % 2 95 % < BOPO ≤ 96 % 3 96 % < BOPO ≤ 97 % 4 BOPO > 97 % 5
(Sumber: SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004)
2.2.9 Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Pr ofitabilitas
(ROA)
Capital Adequacy Ratio (CAR) juga biasa disebut dengan rasio kecukupan modal, yang berarti jumlah kecukupan modal sendiri yang diperlukan untuk menutup risiko kerugian yang timbul dari penanaman aktiva-aktiva yang
mengandung risiko serta membiayai seluruh benda tetap dan inventaris bank. Seluruh bank yang ada di Indonesia diwajibkan untuk menyediakan modal
minimum sebesar 8% dari ATMR. Semakin besar Capital Adequacy Ratio (CAR) maka keuntungan bank akan semakin besar. Dengan kata lain, semakin kecil risiko suatu bank maka semakin besar keuntungan yang diperoleh bank (Kuncoro
dan Suharjono, 2002). Sesuai dengan Margaretha (2007) bahwa semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank
tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset.
Menurut Dendawijaya (2000), CAR adalah suatu rasio yang
30
modal sendiri bank disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber diluar bank. Seperti dana masyarakat, pinjaman (utang), dan lain-lain. Dengan kata lain
CAR adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atas menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan. CAR menunjukkan sejauh mana penurunan aset
bank yang masih dapat ditutup oleh equity bank yang tersedia, semakin tinggi CAR maka semakin baik kondisi bank (Tarmidzi, 2003).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yulyani (2007) yaitu tentang “Hubungan Efisiensi Operasional dengan Kinerja Profitabilitas Pada Sektor
Perbankan yang Go Publik di BEJ” menunjukkan hasil bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh positif signifikan terhadap Return On Asset (ROA).
2.2.10. Pengaruh Likuiditas atau Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap Pr ofitabilitas (ROA)
Likuiditas adalah kemampuan suatu bank melunasi kewajiban-kewajiban
keuangan yang segera dapat dicairkan atau yang sudah jatuh tempo. Secara lebih spesifik likuiditas ialah kesanggupan bank menyediakan alat-alat lancar guna membayar kembali titipan yang jatuh tempo dan memberikan pinjaman (Loan)
kepada masyarakat yang memerlukan (Simorangkir, 2004).
Ketentuan bank tentang likuiditas wajib menurut Simorangkir (2004), bank dalam melakukan usahanya terutama dalam menghimpun dana, diwajibkan
oleh bank disebut likuiditas wajib minimum Reserve Requirement (RR). Dengan dikeluarkannya likuiditas paket 27 Oktober 1988 atau lebih dikenal dengan pakto
88, bank diwajibkan memelihara likuiditas wajib minimum dalam rupiah dan valuta asing (valas) sekurang-kurangnya 2% dari total dana pihak ketiga. Presentase likuiditas wajib minimum sebelum pakto 88 adalah 15%.
Untuk mengukur posisi likuiditas suatu bank, umumnya digunakan dalam menilai kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban-kewajiban yang harus
segera dipenuhinya. Ukuran rasio likuiditas bank berbeda dari rasio likuiditas yang sering digunakan untuk tingkat likuiditas perusahaan non bank, karena
adanya perbedaan sifat usaha dan struktur aktiva dan pasiva. Oleh karena itu, variable-variabel yang digunakan dalam rasio likuiditas ini tentunya berbeda pula. Rasio-rasio yang umum digunakan dalam melakukan analisis likuiditas bank
adalah total kredit yang diberikan terhadap dana pihak ketiga Loan to Deposit Ratio (LDR) yang merupakan perbandingan antar kredit yang diberikan dan dana
pihak ketiga, termasuk pinjaman yang diterima, tidak termasuk pinjaman subordinasi. Rasio ini menggambarkan kemampuan bank dalam membiayai kembali penarikan yang dilakukan nasabah deposan dengan mengandalkan kredit
yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio LDR semakin rendah kemampuan likuiditas sebuah bank (Simorangkir, 2004:146). Sesuai
dengan yang dikemukakan oleh Lukman (2000) yang menyatakan bahwa semakin tinggi rasio LDR, menunjukkan semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah
32
(LDR) menunjukkan kurangnya efektifitas bank dalam menyalurkan kredit sehingga hilangnya kesempatan bank untuk memperoleh laba. Hal ini disebabkan
karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar sehingga dapat berpengaruh terhadap penurunan profitabilitas. Jika rasio berada pada standar yang ditetapkan Bank Indonesia (BI), maka laba akan
meningkat (dengan asumsi bahwa bank tersebut menyalurkan kreditnya dengan efektif). Menurut Sulistiyono (2005) dalam Kartika (2006) menyatakan bahwa
semakin tinggi LDR menunjukkan semakin riskan kondisi likuiditas bank, sebaliknya semakin rendah LDR menunjukkan kurangnya efektivitas bank dalam menyalurkan kredit. Semakin tinggi LDR maka laba perusahaan mempunyai
kemungkinan untuk meningkat dengan catatan bahwa bank tersebut mampu menyalurkan kreditnya dengan optimal, maka disimpulkan bahwa LDR
berpengaruh positif terhadap profitabilitas (ROA) bank.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kartika (2006) yang berjudul
“Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Kinerja Bank Umum di Indonesia“ menunjukkan hasil bahwa Loan to Deposite Ratio (LDR) berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas (ROA).
2.2.11. Pengaruh Efisiensi Operasional (BOPO) terhadap Pr ofitabilitas
(ROA)
jasa-jasa bank. Rasio BOPO menunjukkan efisiensi bank dalam menjalankan usaha pokoknya. Rasio BOPO adalah perbandingan antara biaya operasional
dengan pendapatan operasional. Salah satu kegiatan utama bank adalah menyalurkan dana dalam bentuk kredit kepada pihak yang membutuhkan. Dari pengertian kredit tersebut, bank akan mendapat imbalan berupa bunga.
Pendapatan bunga merupakan pendapatan operasional bank karena bunga tersebut diperoleh dari kegiatan utamanya. Rasio BOPO disebut rasio efisiensi ini
digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Semakin kecil rasio ini berarti
semakin efisien biaya operasional yang akan dikeluarkan oleh bank yang bersangkutan, sehingga kemungkinan suatu bank dalam dalam kondisi bermasalah semakin kecil (Lukman, 2000). Bank Indonesia menetapkan angka terbaik untuk
untuk rasioa BOPO adalah dibawah 90%, karena jika rasioa BOPO melebihi 90% hingga mendekati 100% maka bank tersebut dapat dikategorikan tidak efisien
dalam menjalankan operasinya. Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya operasionalnya yang dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil dan
profitabilitas bank semakin meningkat. Menurut Bank Indonesia, efisiensi operasi diukur dengan membandingkan total biaya operasi dengan total pendapatan
operasi atau sering disebut BOPO. Sehingga dapat disusun suatu logika bahwa variable efisiensi operasional yang diproksikan dengan BOPO berpengaruh negative terhadap profitabilitas yang diproksikan dengan Retrun On asset (ROA).
34
sehingga menyebabkan laba semakin menurun, sehingga pada akhirnya akan menyebabkan ROA akan menurun.
Hasil penelitian Kartika (2006) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Bank Umum di Indonesia”
menunjukkan hasil bahwa BOPO berpengaruh negative signifikan terhadap Return On Asset (ROA).
2.3. Kerangka Konseptual
Sebagai dasar dalam mengarahkan pemikiran dalam penelitian ini untuk
penilaian profitabilitas Bank yang terdaftar di BEI periode tahun 2008-2012 maka digunakan kerangka pemikiran seperti gambar dibawah ini :
Gambar 2.1 Kerangka Pikir
CAR
(X1)
LDR
(X2)
BOPO
(X3)
ROA
2.4. Hipotesis
Hipotesis adalah pernyataan tentang sesuatu yang untuk sementara
waktu dianggap benar, bisa juga diartikan sebagai pernyataan yang akan diteliti sebagai jawaban sementara dari suatu masalah. Berdasarkan rumusan masalah,
tujuan, teori, penelitian terdahulu, dan kerangka pemikiran, maka hipotesis atau jawaban sementara dari permasalahan dalam penelitian ini adalah :
1. Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh positif terhadap profitabilitas
(ROA)
2. Likuiditas atau Loan to Debt Ratio (LDR) berpengaruh positif terhadap
profitabilitas (ROA)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variable atau kontrak dengan cara memberikan arti menspesifikasi kegiatan ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur kontrak
atau variable tersebut.
Dalam penelitian ini menggunakan satu variable terikat (Y) yaitu
profitabilitas (ROA). Dan tiga variable bebas (X) yaitu Capital Adequacy Ratio (CAR), Likuiditas (LDR), dan efisiensi operasional (BOPO). Adapun definisi
operasional dan pengukuran variable dari masing-masing variable adalah sebagai berikut :
1. Return On Asset (ROA)
Analisis rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Retun On Asset (ROA). ROA adalah rasio yang digunakan mengukur kemampuan bank menghasilkan keuntungan secara relative dibandingkan dengan total asetnya
atau ukuran untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian dari asset perusahaan (Rudy, 2000). Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula
berikut : (Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/30/DPNP tanggal 16 Desember 2011)
ROA =
× 100%
...[ 3.1]
2.
Capital Adequacy Ratio (CAR)Rasio Leverage yang digunakan dlam penelitian ini adalah Capital
Adequacy Ratio (CAR), Rasio CAR digunakan untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan. Semakin tinggi CAR semakin kuat
kemampuan bank tersebut untuk menanggung risiko dari setiap kredit atau aktiva produktif yang berisiko. Jika nilai CAR tinggi (sesuai dengan ketentuan Bank
Indonesia sebesar 8 %) berarti bahwa bank tersebut mampu membiayai operasi bank, dan keadaan yang menguntungkan tersebut dapat memberikan kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas bank (ROA) bank yang bersangkutan
(Dendawijaya, 2005).
Rasio CAR dapat dirumuskan sebagai berikut (Dendawijaya, 121) :
CAR =
38
3. Loan to Deposit Ratio (LDR)
Analisis rasio likuiditas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Loan
to Deposite Ratio (LDR). Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan rasio yang menunjukkan tingkat likuiditas bank. Likuiditas menunjukkan ketersediaan dana
dan sumber dana bank pada saat ini dan masa yang akan datang. Tingkat LDR menunjukkan adanya risiko likuiditas (Liquidity risk) yang kemungkinan akan dihadapi oleh bank.
Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut (Dendawijaya, 116)
LDR =
× 100……….[ 3.4 ]
4. Efisiensi Oper asional (BOPO)
Analisis rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Efisiensi Operasional (BOPO) yang merupakan rasio untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap
pendapatn operasional. Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya operasional yang akan dikeluarkan oleh bank yang bersangkutan, sehingga kemungkinan suatu bank dalam dalam kondisi bermasalah semakin kecil
(Lukman, 2000).
Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut (Dendawijaya, 2005) :
3.2. Teknik Penetuan Sampel
3.2.1. Populasi
Populasi disini adalah keseluruhan perusahaan yang menjadi obyek penelitian sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam
penelitian. Dimana populasiyang digunakan dalam penelitian ini adalah 32 bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010 sampai dengan 2012.
3.2.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil melalui cara-cara tertentu yang juga memiliki karakteristik tertentu, jelas, dan lengkap yang dianggap bisa mewakili populasi (Hasan, 2002). Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan teknik nonprobability sampling yaitu teknik sampling yang memberikan peluang atau kesempatan tidak sama bagi setiap unsure atau anggota
populasi untuk dipilih menjadi sampel. Dan menggunakan purposive sampling sebagai penentuan sampelnya, yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan pada pertimbangan criteria tertentu, menurut ciri-ciri khusus yang dimiliki oleh sampel
tersebut, dimana ciri-ciri khusus yang dimiliki oleh bank yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah :
1. Bank yang mempunyai laporan keuangan lengkap dengan menghitung rasio CAR, LDR, BOPO, dan ROA dari tahun 2008 sampai dengan 2012
40 15 Bank Of India Indonesia 16 Bank Permata
Seluruh data yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikhtisar keuangan yang berupa neraca yang tersedia di www.idx.co.id selama
b. Sumber data
Data neraca seluruhnya diperoleh dari www.idx.co.id dimana data-data
tersebut dari perhitungan rasio-rasio perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI.
c. Pengumpulan data
Dilakukan dengan cara dokumentasi dengan mengadakan pengutipan catatan atau dokumen yang terdapat di www.idx.co.id yang berhungan
dengan penelitian.
3.4. Teknik Pengolahan Data
Seluruh data yang digunakan, selanjutnya dikelompokkan dan dibuat untuk membantu dalam perolehan data yang telah dikumpulkan dilakukakan
dengan Statistical Product and Service Solution (SPSS), sehingga dapat memberikan gambaran hasil penelitian yang dapat digunakan untuk menjawab
permasalahan.
3.5. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis
Analisis data mempunyai tujuan untuk dapat memberikan arti makna yang berguna dalam memecahkan masalah-masalah penelitian, dapat memperlihatkan
saran-42
saran yang berguna untuk kebijakanpenelitian selanjutnya (Iqbal Hasan, 2002). Pada peneliian ini analisis data yang dilakukan adalah analisis kuantitatif yang
dinyatakan dengan angka-angka dan perhitungannya menggunakan metode standart yang dibantu dengan program Statistical Package Social Sciences (SPSS) versi. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi
linier berganda. Analisis linier berganda digunakan untuk menguji pengaruh CAR, likuiditas (LDR), dan efisiensi operasional (BOPO) terhadap profitabilitas
(ROA) perusahaan perbankan yang go public terdaftar di BEI. Sebelum analisa linier dilakukan, maka harus diuji dulu dengan uji asumsi klasik untuk memastikan apakah model regresi yang digunakan tidak terdapat masalah
normalitas, multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi. Jika terpenuhi maka model analisis layak digunakan.
3.5.1. Teknik Analisis
Untuk mengetahui pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Likuiditas
(LDR), dan Efisiensi Operasional (BOPO) terhadapa profitabilitas (ROA) dapat diketahui dengan menggunakan analisis linier berganda. Analisis ini digunakan dalam penelitian Karen dapat menerangkan ketergantungan suatu variable
dependen dengan satu atau lebih variable independen. Analisis ini juga untuk menduga besar dan arah dari hubungan tersebut serta mengukur derajat keeratan
hubungan antara variable dependen dengan satu atau lebih variable independen.
Y= β0+β1X1+β2X2+β3X3+ei……… [ 3.6 ]
Y = variable dependen (ROA)
β0 = Konstanta
β1-β3 = Koefisien Regresi Variable Independen (X1, X2, X3)
X1 = CAR
X2 = LDR
X3 = BOPO
Ei = variable pengganggu yang mewakili faktor lain yang berpengaruh terhadap Y tetapi tidak dimasukkan ke dalam model.
3.5.2. Uji Hipotesis
a. Untuk mengetahui pengaruh Secara simultan secara variable-variabel
bebas dengan variable terikat digunkan uji F dengan prosedur sebagai berikut :
1. Menentukan hipotesis yang akan diuji :
H0 : β1, β2, β3 = 0 tidak ada pengaruh yang nyata antara
variable bebas Xi, X2, dan X3 terhadap variable terikat (Y)
Ha : β1, β2, β3 ≠ 0 ada pengaruh yang nyata antara variable bebas x1, X2, dan X3 terhadap variable terikat (Y). 2. Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikan 0,05 atau
44
3. Menentukan F hitung dengan menggunkan rumus sebagai berikut :
Fhitung :
/ ( )
( ) / ( )
(Gujarati, 1995)……….[ 3.7 ]
Keterangan :
Fhitung : F hasil perhitungan
N : Jumlah observasi R2 : Koefisien determinasi
K : Jumlah parameter (variable independen/bebas) (1-R2) : Jumlah kuadrat sisa (galat)
4. Criteria pengujian :
• Ho ditolak dan Hi diterima jika signifikansi ≤ 0,05
artinya, variable bebas (X) secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variable terikat (Y).
• Ho diterima dan Hi ditolak jika signifikansi ≥ 0,05
artinya, variable bebas (X) secara simultan tidak
Gambar 3.1 : daerah kritis Ho melalui Kurva Distribusi F
Daerah Terima Ho Daerah Tolak Ho
b. untuk mengetahui pengaruh secara parsial antara variable-variabel bebas
dengan variable terikat (terikat secara parsial digunakan uji t) dengan prosedur sebagai berikut :
1. Menentukan hipotesis yang akan diuji :
H0: β1, β2, β3 = 0 tidak ada pengaruh yang nyata antar variable
bebas X1, X2, dan X3 terhadap variable terikat (Y).
Ha: β1, β2, β3 ≠ 0 ada pengaruh yang nyata antara variable
bebas Xi, X2, dan X3 terhadap variable terikat (Y).
2. Dengan penelitian ini digunakan tingkat signifikan 0,05 atau 5%. 3. Menentukan t hitung dengan menggunkan rumus sebagai berikut :
thitung =
( )
……… [ 3.8 ]
dimana :
bi = koefisien regresi
Se = stansdar error
4. Kriteria Pengujian
46
Membandingkan nilai ttabel dengan thitung :
Gambar 3.2 : daerah kurva Ho melalui Kurva Distribusi t
Daerah Tolak Daerah Tolak
Ho Ho
-ttabel ttabel
Sumber : Gujarati, 1995. Ekonometrika Dasar, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Pengambilan keputusan :
1. Jika signifikansi > 0,05, maka Ho diterima dan Hi ditolak. Hal
ini diartikan bahwa variable bebas secara parsial tidak mempunyai pengaruh yang signifikan dengan variable terikat 2. Jika signifikansi < 0,05, maka Ho ditolak dan Hi diterima. Hal
ini diartikan bahwa variable bebas secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan dengan variable terikat.
3.6. Uji Asumsi Klasik
3.6.1. Nor malitas
Menurut Ghozali (2001) uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi, variable pengganggu atau residual memiliki
cara yaitu uji statistic dalam normalitas yang umum digunakan adalah uji statistic non parametric Kolmogrov-Smirnov (K-S). adapun pengambilan
keputusan adalah :
a) Jika probabilitas > 0,05 maka menunjukkan distribusi yang normal
pada model yang digunakan.
b) Jika probabilitas < 0,05 maka menunjukkan distribusi yang tidak normal pada model yang digunakan.
3.6.2. Autokorelasi
Menurut Gujarati (1995), autokorelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi antar data observasi yang diurutkan berdasarkan urutan waktu (data time series) atau data yang diambil pada waktu tertentu (data cross
section). jadi dalam model regresi linier diasumsikan tidak terjadi gejala autokorelasi, artinya nilai residual (Y observasi – Y prediksi) pada waktu
ke – t (et) tidak boleh ada hubungan dengan nilai residual periode
sebelumnya (et-1). Sedangkan menurut Gunawan Sumodiningrat (2004),
autokorelasi adalah hubungan yang terjadi diantara anggota-anggota dari
serangkaian waktu (seperti pada time series data atau cross section data). Untuk mendeteksi autokorelasi digunakan percobaan d dari Durbin
Watson dengan persamaan :
d =
∑
(
−
− ) ……… [ 3.9 ]