• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Istilah Negara berasal dari terjemahan kata asing yaitu state (Inggris), staat (Belanda dan Jerman), atau etat (Perancis). Secara terminologi, negara diartikan sebagai organisasi tertinggi diantara satu kelompok masyarakat yang memiliki cita-cita untuk bersatu, hidup dalam suatu kawasan, dan mempunyai pemerintahan berdaulat. Unsur-unsur terbentuknya suatu negara ialah memiliki rakyat, wilayah, pemerintahan yang berdaulat, dan memiliki tujuan atau cita- cita.1

Negara Indonesia ialah Negara kesatuan, yang berbentuk republik. Dalam menjalankan sistem pemerintahannya, Indonesia menganut sistem pemerintahan presidensial di mana sistem pemerintahan terpusat pada presiden sebagai kepala pemerintahan sekaligus sebagai kepala negara. Presiden dalam menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai kepala negara dibantu oleh satu wakil presiden dan menteri-menteri dalam kabinet. Presiden dan Wakil Presiden menjabat selama 5 (lima) tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama, hanya untuk satu kali masa jabatan. Di Indonesia presiden dan wakil presiden dipilih secara langsung oleh masyarakat melalui pemilihan umum (PEMILU) yang diselenggarakan 5 (lima) tahun sekali dilakukan dengan asas LUBER dan JURDIL (langsung, umum, bebas, dan rahasia, jujur dan adil). Di mana masyarakat memilih secara bebas tanpa ada paksaan dan tekanan dari pihak manapun.

Indonesia merupakan negara multikultural yang memiliki beragam suku, budaya, dan agama. Terdapat beragam suku dan budaya yang tersebar di Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Terdapat 6 (enam) Agama yang diakui oleh negara Indonesia yaitu Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Budha, dan Konghucu. Setiap warga negara Indonesia memiliki hak yang sama di mata hukum tidak memandang suku, budaya, dan agama tertentu, seperti setiap warga Indonesia berhak untuk mencalonkan diri menjadi kepala negara dengan

1 Rendy Adiwilaga dan Yani Alfian dan Ujud, Sistem Pemerintahan Indonesia (Yogyakarta: Deepublish, 2018), 18.

(2)

syarat yang ditentukan. Di Indonesia syarat-syarat bagi calon presiden dan wakil presiden tercantum dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu.

Islam adalah agama sempurna yang mengatur segala aspek kehidupan manusia mulai dari ibadah, ilmu, ekonomi, sosial, budaya, pemerintahan, politik, keamanan, dan hukum demi tujuan syariat yaitu kedamaian dunia dan kebahagian di akhirat. Fiqh bersifat ijtihadiyah karena pemahaman hukum syara mengalami perubahan dan perkembangan sesuai dengan kondisi perubahan dan perkembangan manusia itu sendiri. Salah satu pembahasan yang penting ialah mengenai fiqh siyasah.

Fiqh siyasah adalah bagian dari pemahaman ulama mujtahid tentang hukum syariat yang berhubungan dengan permasalahan kenegaraan.2 Objek dari fiqh siyasah meliputi aspek pengaturan. Pengaturan hubungan antara warga negara dengan warga negara, hubungan antara warga negara dengan lembaga negara, hubungan lembaga negara dengan lembaga negara, baik yang bersifat intern maupun ekstern.3

Dalam fiqh siyasah kata imamah biasanya diidentikkan dengan khilafah, keduanya menunjukan arti kepemimpinan tertinggi dalam Islam. Menurut para fuqaha penegakkan institusi imamah atau khilafah mempunyai dua fungsi, yaitu memelihara agama Islam dan melaksanakan hukum-hukumnya, serta menjalankan politik kenegaraan dalam batasan yang ditentukan dalam Islam.4 Syarat-syarat seorang pemimpin dibahas dalam fiqh siyasah. Kepemimpinan dalam Islam sangatlah penting, karena seorang pemimpin merupakan wadah untuk mewujudkan kemaslahatan publik. Maka kriteria untuk seorang pemimpin sangatlah ketat.

Pemimpin di antara kelompok manusia sangatlah penting untuk mengatur serta membawa masyarakatnya dalam mewujudkan tujuan-tujuannya. Di kalangan para ulama baik ulama terdahulu maupun di kalangan ulama sekarang

2 Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam (Jakarta:

Kencana, 2016), 3.

3 A. Djazuli, Fiqh Siyasah: Implementasi Kemaslahatan Umat dalam Rambu-rambu Syariah (Jakarta: Prenada Media Group, 2018), 29.

4 Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam (Jakarta:

Kencana, 2016), 149.

(3)

terdapat perbedaan pendapat tentang syarat seorang imam. Al-Mawardi berpendapat bahwa seorang imam harus memiliki 7 (tujuh) syarat yaitu, adil, berilmu, sehat panca indera, sehat anggota badan, cerdas, bertanggung jawab, dan imam harus keturunan Quraisy atas dasar nash dan ijma. Berbeda dengan Al-Mawardi, Ibnu Khaldun memberikan 4 (empat) syarat bagi seorang imam yaitu, memiliki ilmu pengetahuan, adil, mampu melaksanakan tugas, dan sehat jasmani serta anggota badan lainnya.5

Di sebagian besar negara-negara mayoritas muslim seorang nonmuslim tidak berhak menjadi presiden seperti halnya di negara Tunisia, Aljazair, Mesir, Suriah, Pakistan, Bangladesh, Iran, Yordania, dan Malaysia menetapkan presiden atau kepala negaranya harus beragama Islam. Hanya sebagian kecil saja di antara negara-negara mayoritas yang berpenduduk Islam yang memperbolehkan dan juga pernah dipimpin oleh presiden nonmuslim. Hingga kini setidaknya ada tiga kepala negara yang dapat dijadikan rujukan, yaitu Nigeria, Senegal, dan Libanon.6

Nigeria merupakan negara dengan penduduk mayoritas muslim yang pernah dipimpin seorang presiden yang beragama Kristen. Seperti halnya Nigeria, Negara Senegal yang mayoritas penduduknya beragama Islam juga pernah dipimpin oleh Leopold Sedar Senghor yang beragama Kristen Katolik pada tahun 1980-1988. Kemudian Negara Libanon yang 75 persen penduduknya beragama Islam selalu dipimpin oleh seorang presiden beragama Kristen sejak tahun 1943 hingga saat ini. Negara Libanon memiliki perjanjian atau Pakta Nasioanl yang disepakati pada tahun 1943 yang menyatakan bahwa ketetapan presiden Libanon harus dari Kristen Maronite, Perdana Menteri dari kalangan Muslim Sunnî, Juru Bicara Parlemen dari Muslim Syiah, Menteri Pertahanan dari Muslim Druze, dan Menteri Luar Negeri dari Kristen Ortodok Yunani. Hingga saat ini pakta nasional ersebut masih berlaku, shingga yang dapat menjadi presiden Libanon hanyalah seorang yang beragama Maronite.7

5 A. Djazuli, Fiqh Siyasah: Implementasi Kemaslahatan Umat dalam Rambu-rambu Syariah, (Jakarta: Prenada Media Group, 2018), 71-72.

6 Mary Silvita, "Presiden Non-Muslim Dalam Komunitas Masyarakat Muslim," Islamica 7: 1 (September, 2012): 45.

7 Mary Silvita, "Presiden Non-Muslim Dalam Komunitas Masyarakat Muslim," Islamica 7: 1 (September, 2012): 46.

(4)

Dalam pasal 169 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu menyebutkan salah satu syarat untuk seorang calon presiden dan wakil presiden Republik Indonesia ialah Bertakwa Kepada Tuhan yang Maha Esa, dalam Undang-Undang tersebut tidak menyebutkan dan menjelaskan keharusan bagi calon presiden dan wakil presiden menganut agama Islam.

Karena masyarakat Indonesia terdiri dari beragam suku dan budaya namun bermayoritas umat muslim, maka penulis tertarik untuk membahas mengenai bagaimana hak seorang nonmuslim untuk mencalonkan diri sebagai pemimpin di Indonesia yang mayoritas masyarakatnya beragama Islam dalam aturan fiqh siyasah.

Dari latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pandangan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Cirebon terhadap syarat beragama Islam bagi calon Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia”.

B. Perumusan Masalah

a. Bagaimana Pandangan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kabupaten Cirebon terhadap syarat beragama Islam bagi calon Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia?

b. Bagaimana syarat beragama Islam bagi calon Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia dalam kajian Fiqh Siyasah?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penulis dalam menyusun karya tulis ilmiah ini, yaitu sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui pandangan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kabupaten Cirebon terhadap syarat beragama Islam bagi calon Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia.

b. Untuk mengetahui syarat beragama Islam bagi calon Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia dalam kajian fiqh siyasah.

(5)

D. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini dilakukan memiliki kegunaan sebagai berikut:

1. Secara Teoritis: hasil penelitian ini sebagai bentuk usaha mengembangkan khazanah pengetahuan keilmuan terhadap Syarat Beragama Islam bagi calon Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia menurut pandangan PCNU Kabupaten Cirebon, mengetahui dan memahami syarat beragama Islam bagi calon presiden dan wakil presiden menurut Pandangan Nahdlatul Ulama perspektif fiqh siyasah.

2. Secara Praktis: hasil penelitian ini untuk para pembaca diharapkan dapat mengetahui dan memahami syarat beragama Islam bagi Calon Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia menurut pandangan PCNU dalam Perspektif Fiqh Siyasah. Tentunya, lebih luas penelitian ini diharapkan dapat memiliki kegunaan bagi peneliti, bagi bidang akademik, bagi masyarakat dan bagi peneliti selanjutnya yaitu sebagai berikut:

a. Bagi peneliti, dengan melakukan penelitian ini menambah pengetahuan mengenai mekanisme syarat beragama Islam bagi Calon Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia menurut perspektif fiqh siyasah.

b. Bagi bidang akademik, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya wawasan khususnya bagi penulis serta pengembangan ilmu di bidang siyasah khususnya hukum Tata Negara Islam di Indonesia.

c. Bagi masyarakat, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan mengenai syarat beragama Islam bagi calon presiden dan wakil presiden Republik Indonesia menurut pandangan PCNU dalam perspektif fiqh siyasah.

d. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan bisa menjadi sumber atau bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan permasalahan di atas.

E. Penelitian Terdahulu

Sebagai peneliti yang bijak, sebaiknya memiliki rujukan penelitian terdahulu untuk dijadikan acuan dalam penelitian saat ini. Untuk itu, peneliti memperoleh beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian

(6)

yang sedang dilakukan. Berdasarkan studi kepustakaan (library research), maka terdapat literatur skripsi yang dapat dijadikan sebagai perbandingan yaitu:

Pertama, skripsi yang dibuat oleh Nita Arumaningsih dengan NIM C95215094 studi di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Fakultas Syariah dan Hukum pada tahun 2019 yang berjudul “Syarat Beragama Islam Bagi Calon Presiden Dan Wakil Presiden Republik Indonesia Menurut Pandangan Syuriyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur dalam Perspektif Fiqh Siyasah”. Penelitian tersebut menggunakan jenis penelitian lapangan dengan metode kualitatif. Hasil dari penelitian penelitian tersebut menunjukkan bahwa menurut pandangan para ulama ulama Syuriah PWNU JATIM jika calon presiden dan wakil presiden Republik Indonesia tidak harus beragama Islam karena Indonesia bukan Negara Islam.Indonesia merupakan Negara yang memiliki aturan dan disepakati oleh masyarakat. Dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu telah dijelaskan di dalam pasal 169 tidak ada yang menyebutkan bahwa syarat Calon presiden harus beragama Islam, masyarakat nonmuslim bebas mencalonkan diri sebagai Presiden dan Wakil Presiden di Negara Indonesia.8 Persamaan penelitian dalam skripsi ini dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu sama-sama membahas syarat beragama Islam bagi calon presiden dan wakil presiden. Adapun perbedaan penelitian dalam skripsi ini adalah subjek penelitian yang diteliti lebih fokus terhadap pandangan syuriyah PWNU JATIM, sedangkan dalam penelitian ini subjek yang diwawancarai bukan hanya anggota syuriyah melainkan juga anggota tanfidziyah.

Kedua, skripsi yang dibuat oleh Muhammad Husen dengan NIM 1421020097 studi di Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung Fakultas Syariah pada tahun 2019 yang berjudul “Analisis Fiqih Siyasah Terhadap Persyaratan Menjadi Calon Presiden Dan Wakil Presiden Studi Pada Peraturan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Nomor 22 Tahun 2018”. Skripsi

8Nita Arumaningsih, “Syarat Beragama Islam Bagi Calon Presiden Dan Wakil Presiden Republik Indonesia Menurut Pandangan Syuriyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur dalam Perspektif Fiqh Siyasah.” (Skripsi, Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, 2019).

(7)

tersebut membahas bagaimana analisis fiqih siyasah terhadap syarat-syarat menjadi calon Presiden dan Wakil Presiden di dalam peraturan KPU Nomor 22 Tahun 2018. Tujuan dari penelitian tersebut ialah untuk mengetahui analisis fiqih siyasah terhadap peraturan KPU Nomor 22 Tahun 2018 yang mengatur tentang persyaratan menjadi calon Presiden dan Wakil Presiden. Penelitian tersebut menggunakan metode kepustakaan. Hasil penelitian di atas penulis menemukan dan menyimpulkan bahwa kaidah-kaidah hukum Islam yang dicetuskan oleh Imam Al-Mawardi, Al-Farabi, Al-Ghazali, Ibn Taimiyah dan lainnya terdadapat dalam Peraturan KPU Nomor 22 Tahun 2018 terhadap persyaratan-persyaratan menjadi calon Presiden dan Wakil Presiden. Sangat penting bahwa hukum positif dan aturan yang ditetapkan oleh nash harus kompatibel satu sama lain, hukum Islam berfungsi sebagai landasan dalam pembentukan Undang-Undang atau Peraturan yang telah dibentuk manusia.9 Persamaan penelitian dalam skripsi ini dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu sama-sama membahas persyaratan bagi calon presiden dan wakil presiden. Adapun perbedaan penelitian, dalam penelitian tersebut membahas analisis fiqih siyasah terhadap persyaratan menjadi calon presiden dan wakil presiden studi pada peraturan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Nomor 22 Tahun 2018, sedangkan dalam penelitian ini membahas mengenai bagaimana syarat calon presiden dan wakil presiden menurut pandangan PCNU Kabupaten Cirebon.

Ketiga, skripsi yang dibuat oleh Amanda Rahmat Hidayat dengan NIM 1321020017 studi di Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung Fakultas Syariah pada tahun 2017 yang berjudul “Kepemimpinan Non-Muslim Menurut Fiqh Siyasah dan Hukum Tata Negara Indonesia”. Skripsi tersebut membahas tentang bagaimana hukum, perbedaan, dan persamaan kepemimpinan nonmuslim menurut fiqh siyasah dan hukum tata negara Indonesia. Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif. Hasil penelitian di atas menyimpulkan bahwa entitas nonmuslim dapat dipilih sebagai pemimpin apabila entitas nonmuslim itu tidak memusuhi umat Islam dan mereka

9Muhammad Husen, “Analisis Fiqih Siyasah Terhadap Persyaratan Menjadi Calon Presiden Dan Wakil Presiden Studi Pada Peraturan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Nomor 22 Tahun 2018.” (Skripsi, Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, 2019).

(8)

bersama-sama umat Islam salam satu negara sebagai warga negara. Menurut fiqih siyasah kepemimpinan nonmuslim di Indonesia tidaklah masalah selama pemimpin tersebut telah memenuhi syarat yang ditentukan, sedangkan menurut Hukum Tata Negara Indonesia tidak mempermasalahkan golongan mana yang menjadi pemimpin selama mampu memajukan kesejahteraan bagi bangsa Indonesia.10 Persamaan penelitian dalam skripsi ini dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu sama-sama membahas tentang kepemimpinan dalam fiqh siyasah maupun hukum Indonesia. Adapun perbedaan penelitian, dalam penelitian terdahulu fokus membahas mengenai kepemimpinan non- muslim menurut fiqh siyasah dan hukum tata negara Indonesia, sedangkan dalam skripsi ini lebih fokus terhadap bagaimana pandangan PCNU Kabupaten Cirebon mengenai syarat beragama Islam bagi calon presiden dan wakil presiden Indonesia.

Keempat, skripsi yang dibuat oleh Wahyudi Sahri dengan NIM 10100113080 studi di Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar Fakultas Syariah dan Hukum tahun 2017 yang berjudul “Pemimpin Non-Muslim dalam Perspektif Ormas Islam (Studi Nahdlatul Ulama‟, Muhammadiyah, dan Wahdah Islamiyah)”. Penelitian ini membahas mengenai pandangan ormas Islam terhadap pemimpin nonmuslim dengan menggunakan metode field research kualitatif. Hasil dari penelitian di atas ialah terdapat perbedaan pendapat dikalangan tokoh ormas mengenai hukum memilih nonmuslim sebagai pemimpin, haram memilih nonmuslim sebagai pemimpin, selanjutnya mengatakan bahwa pengharaman memilih nonmuslim sebagai pemimpin hanya berlaku ketika posisi umat Islam sebagai mayoritas di daerah tersebut, ada pula yang mengatakan pengharaman tersebut berlaku hanya untuk kepala negara tidak bagi kepala daerah, dan pendapat berikutnya memperbolehkan memilih pemimpin nonmuslim jika calonnya tidak ada dari kalangan umat Islam sengan mempertimbangkan kemaslahatan yang akan diberikan kepada umat Islam.11

10Amanda Rahmat Hidayat, “Kepemimpinan Non-Muslim Menurut Fiqh Siyasah dan Hukum Tata Negara Indonesia.” (Skripsi, Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, 2017).

11Wahyudi Sahri, “Pemimpin Non-Muslim dalam Perspektif Ormas Islam (Studi Nahdlatul Ulama’, Muhammadiyah, dan Wahdah Islamiyah).” (Skripsi, Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar 2017).

(9)

Persamaan penelitian dalam skripsi ini dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu sama-sama membahas tentang pemimpin dalam prespektif ormas Islam. Adapun perbedaan penelitian, dalam penelitian terdahulu membahas pemimpin nonmuslim menurut perspektif tiga ormas Islam yaitu Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, dan Wahdah Islamiyah, sedangkan dalam skripsi ini lebih fokus terhadap pandangan PCNU Kabupaten Cirebon mengenai syarat bagi calon pemimpin.

Kelima, skripsi yang dibuat oleh Ali Zaki dengan NIM 1113045000003 studi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Program Studi Hukum Tata Negara Islam (Siyasah) Fakultas Syariah dan Hukum pada tahun 2017 dengan judul "Pemimpin Non Muslim dalam Pandangan Nahdlatul Ulama DKI Jakarta (Studi Kasus Gubernur Non-Muslim di DKI Jakarta)".

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini ialah kualitatif dengan pendekatan politik. Hasil penelitian tersebut menunjukkan, bahwa mayoritas pengurus pimpinan wilayah nahdlatul ulama DKI Jakarta menolak pemimpin nonmuslim dan menyerukan agar tidak memilih calon gubernur nonmuslim pada Pilkada DKI Jakarta. Penolakan ini merujuk kepada hasil keputusan Muktamar Lirboyo 1999 yang melarang mengangkat pemimpin nonmuslim kecuali dalam kondisi darurat. Hanya sebagian kecil dari anggota pengurus PWNU yang memperbolehkan memilih gubernur nonmuslim dengan syarat bagaimana kinerja, integritas, dan keadilan yang dimiliki calon pemimpin tersebut. Mayoritas pengurus PWNU DKI Jakarta berpandangan bahwa tidak ada kriteria-kriteria darurat pada Pilkada DKI Jakarta. Dapat dilihat dari hasil penelitian tersebut terdapat dua kubu yang berseberangan dalam memahami larangan memilih pemimpin non muslim, adanya kepentingan politik yang mempengaruhi kubu yang melarang memilih pemimpin nonmuslim yaitu dengan dalih larangan sebagaimana hasil keputusan muktamar, di kubu lain yang memperbolehkan memilih pemimpin nonmuslim memandang bahwa putusan muktamar tidak relevan pada konteks Pilkada DKI Jakarta. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui pandangan Nahdlatul Ulama DKI Jakarta

(10)

terhadap pemimpin non muslim.12 Persamaan penelitian dalam skripsi ini dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu sama-sama membahas tentang pemimpin dalam perspektif Nahdlatul Ulama. Adapun perbedaan penelitian, dalam penelitian terdahulu membahas fokus kepada pandangan Nahdlatul Ulama DKI Jakarta terhadap permasalahan pemilihan gubernur DKI Jakarta, sedangkan dalam skripsi ini lebih fokus mengenai syarat bagi calon pemimpin menurut pandangan Nahdlatul Ulama yaitu PCNU Kabupaten Cirebon.

Keenam, Skripsi yang dibuat oleh Sarianni dengan NIM 1410300031 studi pada program Hukum Tata Negara Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum Institut Agama Islam Negeri Padangsidimpuan pada tahun 2018 yang berjudul “Studi Komparasi Pemilihan Kepala Negara Menurut Fiqh Siyasah dan Hukum Tata Negara Indonesia”. Penelitian ini merupakan penelitian pustaka (Library Research) dengan pendekatan yuridis normatif adalah penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka. Adapun tujuan dari penelitian ini ialah untuk n mengkaji bagaimana mekanisme pemilihan Kepala Negara dalam Fiqh Siyasah dan Hukum Tata Negara. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa mekanisme pemilihan Kepala Negara dalam Islam dapat dilakukan dengan musyawarah, penunjukkan khalifah sebelumnya, dengan cara dibentuknya dewan formatur Ahlul Halli Wal Aqdi, kemudian atas dasar kesepakatan umat, turun-temurun, dan menggunakan sistem demokrasi monarki. Sehingga tidak ada pola yang baku dalam pemilihan Kepala Negara dalam negara Islam. Sedangkan mekanisme pemilihan Kepala Negara dalam Hukum Tata Negara diatur dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 dilaksanakan secara langsung oleh rakyat, hal tersebut terjadi berdasarkan amandemen ke III Undang-Undang Dasar 1945 terhadap pasal 6A ayat (1) dan diperjelas dengan Undang-Undang Dasar 1945 No 22E dalam pasal 1 dan 2.13 Persamaan penelitian dalam skripsi ini dengan penelitian yang dilakukan oleh

12Muhamad Ali Zaki, "Pemimpin Non Muslim dalam Pandangan Nahdlatul Ulama DKI Jakarta (Studi Kasus Gubernur Non-Muslim di DKI Jakarta)." (Skripsi, Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Jakarta 2017).

13 Sarianni, “Studi Komparasi Pemilihan Kepala Negara Menurut Fiqh Siyasah dan Hukum Tata Negara Indonesia.” (Skripsi, Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum Institut Agama Islam Negeri Padangsidimpuan 2018).

(11)

peneliti yaitu sama-sama membahas tentang pemimpin. Adapun perbedaan penelitian, dalam penelitian terdahulu membahas perbandingan pemimpin dari sisi hukum Islam dan hukum positif, sedangkan dalam skripsi ini lebih fokus mengenai syarat bagi calon pemimpin menurut pandangan Nahdlatul Ulama yaitu PCNU Kabupaten Cirebon.

Ketujuh, skripsi yang dibuat oleh Choirun Nisa dengan NPM 1321020165 studi di Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung Fakultas Syariah pada 2017 dengan judul “Hak-Hak Politik Warga Negara Non Muslim Sebagai Pemimpin Dalam Pandangan Hukum Islam Dan Hukum Positif”. Penelitian ini menggunakan metode library research dengan pendekatan normatif serta metode perbandingan hukum, dengan teknik pengumpulan data dilakukan dengan kajian kepustakaan yang bersumber dari al-Quran, al-Hadits serta pendapat ulama dan ahli hukum di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kaum nonmuslim dapat dipimpin oleh nonmulsim, Islam mengangkat prinsip persamaan dan penamaan kaum dzimmi pada zaman klasik dimana banyaknya peperangan pada zaman itu antara muslim maupun nonmuslim serta larangan nonmuslim dipilih menjadi pemimpin berdasarkan surat al-Maidah ayat 51 yang berlaku dalam konteks peperangan tidak relevan diterapkan pada zaman sekarang dimana hak asasi manusia telah diatur dalam Undang-Undang.

Sedangkan dalam hukum positif tidak ada satupun syarat dan peraturan yang menghalangi nonmuslim untuk menjadi pemimpin. Meskipun dari kedua hukum sama-sama mengakui hak politik nonmuslim dan mengakui kesetaraan bagi seluruh warga negara tetapi sumber kedua hukum ini berbeda hukum Islam bersumber dari al-Quran dan al-Hadits sedangkan hukum positif bersumber dari barat. Dalam hukum Islam membela hak-hak nonmuslim sebagai keturunan Adam karena Islam mengakui prinsip kemuliaan manusia sedangkan hukum positif membela hak-hak warga negara non muslim karena termasuk hak asasi manusia yang sudah didapatkan dari mereka lahir.14 Persamaan penelitian dalam skripsi ini dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu sama-sama membahas tentang pemimpin. Adapun perbedaan

14 Choirun Nisa, “Hak-Hak Politik Warga Negara Non Muslim Sebagai Pemimpin Dalam Pandangan Hukum Islam Dan Hukum Positif.” (Skripsi, Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung 2017).

(12)

penelitian, dalam penelitian terdahulu membahas hak non muslim sebagai pemimpin pemimpin dari sisi hukum Islam dan hukum positif, sedangkan dalam skripsi ini lebih fokus mengenai syarat bagi calon pemimpin menurut PCNU Kabupaten Cirebon.

Tentunya penelitian terdahulu ini berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan terdapat beberapa kemiripan pembahasan karena memang masih dalam satu tema yang sama yakni syarat seorang pemimpin atau presiden dan wakil presiden. Meskipun analisis mengenai syarat beragama Islam bagi calon presiden dan wakil presiden Republik Indonesia telah diangkat menurut pandangan Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur, namun dalam penelitian kali ini penulis ingin mengetahui bagaimana pandangan syuriyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Cirebon mengenai syarat beragama Islam bagi calon presiden dan wakil presiden Republik Indonesia.

(13)

F. Kerangka Teori

Negara Indonesia merupakan negara yang memiliki beragam suku, budaya, dan agama. Meskipun Indonesia bukanlah negara Islam, namun mayoritas penduduk Indonesia menganut agama Islam. Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah hak nonmuslim dalam mencalonkan diri sebagai presiden dan wakil presiden di tengah masyarakat yang mayoritas menganut agama Islam dan dalam pandangan fiqh siyasah.

Syarat calon presiden dan wakil presiden merupakan segala sesuatu yang perlu atau harus dipenuhi dalam diri seseorang yang ingin mencalonkan diri sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia. Indonesia adalah negara hukum yang menganut sistem pemerintahan presidensial, di mana presiden berkedudukan sebagai kepala negara sekaligus sebagai kepala pemerintahan. Hal ini tercantum dalam pasal 4 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945. Maka dari itu, syarat bagi orang yang ingin mengajukan dirinya sebagai pemimpin dan wakil pemimpin negara haruslah

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu (Pasal 169 Persyaratan Calon

Presiden dan Wakil Pesiden)

Pandangan

PCNU Kabupaten Cirebon

Prespektif

Fiqh Siyasah

HASIL

(14)

ketat, agar mereka yang terpilih menjadi pemimpin negeri ini merupakan orang yang kompeten. Syarat untuk menjadi presiden dan wakil presiden Republik Indonesia tercantum dalam pasal 6 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 dan diatur lebih lanjut dalam pasal 169, pasal 170, dan pasal 171 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu. Dalam Islam seorang pemimpin dalam kelompok manusia haruslah ada, seperti dalam hadits riwayat Abu Dawud dari Abu Hurairah:

مُىَدَحَأ اوُرِّمَؤُ يْلَ ف ٍرَفَس ِفي ٌةَثَلاَث َناَك اَذِإ

Artinya: “Jika ada tiga orang bepergian, hendaknya mereka mengangkat salah seorang di antara mereka menjadi pemimpinnya.”

Jika dalam hal bepergian atau safar seorang pemimpin itu sangat penting, maka dalam suatu organisasi terutama sebuah negara yang merupakan organisasi tertinggi pemimpin itu wajib ada. Kriteria bagi calon pemimpin dibahas dalam fiqh siyasah. Fiqh siyasah merupakan bagian dari pemahaman ulama mujtahid tentang hukum syariat yang berhubungan dengan permasalahan kenegaraan.15

Para ulama terdahulu maupun para ulama sekarang memiliki pendapat dan pandangan tersendiri mengenai kriteria bagi seorang pemimpin. Menurut Al- Mawardi imamah adalah suatu kedudukan/jabatan yang diadakan untuk mengganti tugas kenabian di dalam memelihara agama dan mengendalikan dunia.16 Sedangkan menurut Menurut Mahmoud Muhammad Thoha seorang pemikir Islam asal Sudan, nonmuslim memiliki persamaan hak dan status sebagaimana yang dimiliki oleh umat Islam, termasuk menjadi pemimpin.

Nahdlatul Ulama merupakan organisasi Islam terbesar di Indonesia memiliki peran penting dalam pemerintahan Indonesia. Nahdlatul Ulama menganut paham ahlussunah wal jama'ah, yaitu pola pikir yang mengambil jalan tengah antara nash (al-Quran dan al-hadits) dengan akal (ijma' dan qiyas).

Oleh sebab itu sumber hukum Islam bagi Nahdlatul Ulama tidak hanya al- Quran dan as-sunnah saja, melainkan juga menggunakan kemampuan akal

15 Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam, (Jakarta:

Kencana, 2016), 3.

16 A. Djazuli, Fiqh Siyasah: Implementasi Kemaslahatan Umat dalam Rambu-rambu Syariah (Jakarta: Prenada Media Group, 2018), 56.

(15)

ditambah dengan realitas empiris. Dalam struktur organisai Nahdlatul Ulama tentu saja ada seorang pemimpin pengurus besar organisasi. Syuriah adalah badan musyawarah yang mengambil keputusan tertinggi dalam struktur kepengurusan Nahdlatul Ulama dengan Rais Am pemimpin tertinggi dewan syuriyah.17

G. Metodologi Penelitian

1. Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian akan dilaksanakan dari bulan Desember tahun 2021 sampai dengan bulan Juni 2022. Penelitian ini mengambil lokasi di kantor Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Sumber Kabupaten Cirebon.

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini termasuk jenis penelitian lapangan (field research), yaitu jenis penelitian yang menggambarkan secara kualitatif yang mengenai objek yang dibicarakan sesuai kenyataan yang terdapat dalam masyarakat.18

3. Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Dalam penulisannya data dan fakta dituangkan dalam bentuk kata atau gambar daripada angka. Dalam penulisan laporan penelitian kualitatif berisi kutipan-kutipan data (fakta) yang diungkap di lapangan untuk memberikan dukungan terhadap apa yang disajikan dalam laporan.19

4. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian adalah bahan-bahan yang digunakan sebagai dukungan penelitian sesuai bukti kebenaran. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder.

a. Data Primer

17 Nahdlatul Ulama https://id.wikipedia.org/wiki/Nahdlatul_Ulama Diakses pada tanggal 24 November 2021.

18 Nanang Martono, Metode Penelitian Kuantitatif (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), 8.

19 Albi Anggito dan Johan Setiawan, Metodologi penelitian kualitatif (Sukabumi : CV.

Jejak, 2018), 11.

(16)

Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari sumber datanya.20 Dalam penelitian ini sumber data primer didapatkan dari hasil wawancara dengan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kabupaten Cirebon pada tataran ulama syuriyah dan tanfidziyah, yaitu K.H. Wawan Arwani sebagai ketua syuriyah, K.H. Aziz Hakim Syaerozi sebagai ketua tanfidziyah, dan Saefuddin Jazuli sebagai wakil ketua tanfidziyah.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang telah ada. Data sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti Biro Pusat Statistik (BPS), buku, laporan, jurnal, internet dan lain-lain yan sesuai dengan judul penelitian.21

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan metode penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan data yang valid dengan cara ilmiah.22 Dalam melakukan penelitian, teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah:

a. Observasi

Observasi adalah suatu metode pengumpulan data yang digunakan dengan jalan mengadakan pengamatan yang disertai dengan pencatatan-pencatatan terhadap keadaan atau perilaku objek sasaran yang dilakukan secara langsung pada lokasi yang menjadi objek penelitian.23

b. Wawancara

Wawancara merupakan proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara peneliti dan responden dengan menggunakan alat ukur yang dinamakan Interview Guide (panduan wawancara).24 Untuk mendapatkan informasi lebih, penelitian ini melakukan wawancara dengan K.H. Wawan Arwani sebagai ketua syuriyah,

20 Sandu Siyoto dan Muhammad Ali Sodik, Dasar Metodologi Penelitian (Yogyakarta:

Media Publishing 2015), 67.

21 Sandu Siyoto dan Muhammad Ali Sodik, Dasar Metodologi Penelitian (Yogyakarta:

Media Publishing 2015), 68.

22 Albi Anggito dan Johan Setiawan, Metodologi penelitian kualitatif (Sukabumi: CV Jejak), 108.

23 Abdurahmat Fatoni, Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi (Jakarta:

Rineka Cipta, 2006), 104.

24 Moh Nazir, Metode Penelitian (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), 193.

(17)

K.H. Aziz Hakim Syaerozi sebagai ketua tanfidziyah, dan Saefuddin Jazuli sebagai wakil ketua tanfidziyah PCNU Kabupaten Cirebon.

c. Studi Pustaka

Studi pustaka atau riset kepustakaan merupakan kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian.25

d. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Perlu diketahui, yang dimaksud dokumentasi tidak hanya berupa foto saja. Dokumen dapat berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.26

6. Analisis Data

Analisis data merupakan suatu cara dalam menguraikan suatu masalah atau fokus kajian menjadi bagian-bagian sehingga makna susunan yang diurai tersebut dapat terlihat jelas dan mudah dicerna.27 Setelah pengolahan data, peneliti kemudian menganalisis data dengan menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif, artinya analisis data yang dilakukan dengan menjabarkan secara rinci kenyataan atau keadaan atas suatu objek dalam bentuk kalimat guna memberikan gambaran garis besar untuk menarik suatu kesimpulan.

H. Sistematika Penulisan

Sebuah penelitian, akan mudah dibaca dan dipahami jika skema yang ditempuh jelas mengarah sesuai tujuan.

BAB I: PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penelitian terdahulu, kerangka teori, metodologi penelitian, sistematika penulisan.

25 Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor, 2014), 3.

26 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R &D (Bandung: PT.

Alfabeta, 2016), 240.

27 Helaluddin dan Hengki Wijaya, Analisis Data Kualitatif: Sebuah Tinjauan Teori &

Praktik (Jakarta: Sekolah Tinggi Theologia Jaffray, 2019), 99.

(18)

BAB II: KEPEMIMPINAN DALAM HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF

Bab ini terdiri dari pembahasan kepemimpinan menurut fiqh siyasah, kepemimpinan dalam hukum positif, syarat-syarat pemimpin menurut fiqh siyasah dan hukum positif. Dipaparkan baik dalam bentuk pengertian, dasar hukum, dan syarat pemimpin.

BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Bab ini membahas objek penelitian, yaitu gambaran umum Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kabupaten Cirebon, terdiri dari sejarah, struktur organisasi, dan visi misi.

BAB IV: ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan tentang pendapat PCNU Kabupaten Cirebon tentang syarat beragama Islam bagi calon presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia dalam kajian fiqh siyasah.

BAB V: PENUTUP

Bab ini terdiri dari kesimpulan dan saran tentang penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, daftar pustaka, serta lampiran-lampiran.

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil yang memiliki pengaruh positif terhadap ROA, bank bisa saja menyalurkan seluruh dana yang telah dihimpun (likuiditas) dari deposan kepada masyarakat untuk

Galuh Melati Ningtias Juanda Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayas Serang Tahun 2017 hasil penelitian dengan judul penerapan

Setelah mengulas dari penelitian terdahulu yang kelima adapun persamaan dan perbedaan penelitian dengan peneliti, dalam persamaan yaitu penelitian ini membahas mengenai

Kedua, penelitian dilakukan oleh Lilik Rochmawati Jurusan Hukum Universitas Muhammadiyah Malang pada tahun 2009 yang terfokus pada Perlindungan Hukum Terhadap Tenaga

10/16/PBI/2008 tentang pelaksanaan prinsip syariah dalam kegiatan penghimpunan dana dan penyaluran dana serta pelayanan jasa bank syariah, musyarakah adalah

Listijowati hadinugroho dan Agathi Amalia Delisandri 59 ANALISIS PENGARUH MOTIVASI PENGURUS DAN ANGGOTA KOPERASI TERHADAP KINERJA KOPERASI (Studi kasus pada Koperasi

a) Informing (memberikan informasi), periklanan membuat konsumen sadar akan merek-merek baru, mendidik mereka tentang berbagai fitur dan manfaat merek, serta

060962 tahun 1978 hingga 1984, selanjutnya diterima di Sekolah Menengah Pertama Hang-Tuah I Belawan dan lulus pada tahun 1987, kemudian penulis melanjutkan ke Sekolah