PERBANDINGAN HUKUM
NASIONAL DAN HAGUE
CONVETION ON
INTERCOUNTRY ADOPTION
1993 MENGENAI HUKUM
ADOPSI
1NAMA KELOMPOK :
1. Riski Hidayati
155010100111047 (7)
2. Nilna Firkhana Soraya
155010100111072 (9)
3. Nafiah Rachmah A.M
155010107111055 (21)
4. Puspita Radika P
155010107111057 (22)
5. Fadilla Nur Islamia
155010107111177 (28)
2
PENGERTIAN ADOPSI
Anak angkat adalah anak yang haknya dialihkan
dari lingkungan kekuasaan keluarga orangtua wali
yang sah, atau orang lain yang bertanggungjawab
atas perawatan, pendidikan, dan pembesaran
anak tersebut, ke dalam lingkungan keluarga
orangtua angkatnya berdasarkan putusan atau
penetapan pengadilan (Berdasarkan pasal 1 butir
9 UU No. 23 Tahun 2002)
Akibat Hukum Dari Adopsi
Hukum Internasional
1. Hubugan hukum anak dan orang tua biologis
Adopsi akan memutuskan hubungan antara orangtua kandung dengan anak adopsi pada negara-negara yang menganut aturan demikian, namun tidak untuk negara-negara yang tidak menganutnya (pasal 26)
Dalam pasal 30 disebutkan pejabat yang berwenang dari negara pihak harus menjamin bahwa informasi yang dimiliki oleh mereka mengenai asal anak, khususnya informasi mengenai identitas orangtua, serta riwayat kesehatan.
2. Hak waris anak adopsi terhadap orang tua biologis dan orang tua angkatnya
Untuk negara yang tidak memutuskan hubungan antara orangtua biologis dan anak angkat, maka anak tersebut akan menerima waris dari orangtua kandungnya, tetapi untuk negara yang memutuskan hubungan tersebut, maka anak angkat hanya akan menerima waris dari orangtua angkatnya.
3. Status kewarganegaraan anak
Untuk menentukan status warga negara anak WNI yang telah diangkat oleh WNA kita harus melihat dasar hukum dari setiap negara yang berkepentingan. Seperti di indonesia, indonesia tidak mengenal kewarganegaraan ganda atau bipatride setelah anak tersebut mencapai umur 17 tahun. Sedangkan di swedia, pemerintahan disana mentoleransikan adanya bipatrisme kepada seseorang sebelum mencapai 21 tahun. Jadi, selama anak tersebut masih dalam status anak atau belum cukup umur, maka anak tersebut masih bebas status kewarganegaraanya, bisa swedia atau indonesia. Tetapi setelah mencapai batasan umur tertentu, ia wajib memilih salah satu warga negara yang telah ditawarkan, antara kewarganegaraan indonesia atau swedia.
4. Jika hubungan anak adopsi dan orang tua angkatnya memburuk
Syarat-syarat Material Adopsi
Internasional
Adopsi dalam lingkup konvensi akan berlangsung jika pejabat yang berwenang dari negara asal : a. Telah menetapkan bahwa anak adalah adoptable
b. Telah ditentukan, setelah kemungkinan penetapan anak dalam negara asal telah diberikan, bahwa adopsi anak adalah kepentingan terbaik anak
c. Telah memastikan bahwa :
1. Orang-orang, lembaga dan otoritas mendapat persetujuan yang diperlukan untuk di adopsi, telah menasehati yang dianggap perlu dan diberitahu tentang efek dari persetujuan mereka, khususnya bahwa adopsi akan mengakibatkan pemutusan hubungan hukum antara anak dan atau keluarganya asal,
2. Orang-orang tersebut, lembaga dan pihak berwenang telah memberikan persetujuan mereka secara bebas, dalam bentuk hukum yang diperlukan, dan menyatakan atau membuktikan secara tertulis,
3. Persetujuan belum diinduksi oleh pembayaran atau kompensasi apapun dan belum di tarik, dan
4. Persetrujuan dari ibu, dimana diperlukan, telah diberikan hanya setelah kelahiran anak, dan telah memastikan, dengan memperhatikan usia dan tingkat kematangan anak, dia telah menasehati dan diberitahu tentang efek dari adopsi dan persetujuan adopsi, dimana persetujuan tersebut di perlukan
5
5. Pertimbangan telah di berikan kepada keinginan dan opini anak
6. Persetujuan anak untuk adopsi, dimana persetujuan tersebut
diperlukan, telah diberikan secara bebas, dalam bentuk hukum
yang diperlukan, dan menyatakan atau dibuktikan secara tertulis
7. Persetujuan tersebut belum disebabkan oleh pembayaran atau
kompensasi apapun.
6
Syarat- syarat Sah Formil Adopsi
Internasional
Bagi calon orangtua angkat
Menurut pasal 21 ayat (1) peraturan menteri sosial RI Nomor 110/HUK/2009 : a. Surat keterangan sehat dari rumah sakit pemerintah
b. Surat keterangan kesehatan jiwa dari dokter spesialis jiwa dari rumah sakit pemerintah c. Copy akte kelahiran dari calon orangtua angkat
d. Surat keterangan catatan kepolisian setempat e. Copy surat nikah / akte perkawinan f. Kartu keluarga dan KTP
g. Copy akte kelahiran calon anak angkat
h. Keterangan penghasilan dari tempat bekerja calon orangtua angkat
i. Surat izin dari orangtua kandung/wali yang sah/kerabat di atas kertas bermaterai cukup j. Surat pernyataan tertulis di atas kertas bermaterai cukup yang menyatakan bahwa pengangkatan
anak demi kepentingan terbaik bagi anak dan perlindungan anak
k. Surat pernyataan jaminan COTA secara tertulis di atas kertas bermaterai cukup yang menyatakan bahwa seluruh dokumen yang diajukan adalah sah dan sesuai fakta yang sebenarnya
l. Surat pernyataan secara tertulis di atas materai cukup yang menjelaskan bahwa COTA akan memperlakukan anak angkat dan anak kandung tanpa diskriminasi sesuai hak-hak dan kebutuhan anak.
Pasal 15 :
1) Jika otoritas sentral negara penerima puas bahwa pemohon memenuhi syarat dan cocok untuk mengadopsi, itu akan menyiapkan laporan termasuk tentang identitas mereka, kelayakan dan kesesuaian adopsi, latar belakang keluarga dan riwayat kesehatan, lingkungan sosial, alasan untuk di adopsi, kemampuan untuk melakukan sebuah adopsi antar negara, serta karakteristik anak-anak untuk siapa mereka akan memenuhi syarat untuk peduli.
Lembaga yang Mengesahkan
Adopsi
Lembaga yang mengesahkan adopsi nasional yaitu
pengadilan. Pengadilan yang dimaksud adalah
Pengadilan Negeri tempat anak tersebut berdasarkan
surat edaran Mahkamah Agung No. 6 Tahun 1983
tentang penyempurnaan surat edaran No. 2 tahun
1979 mengenai Pengangkatan Anak.
Selain itu pengadilan agama juga dapat memberikan
penetapan berdasarkan hukum islam.
Lembaga yang mengesahkan adopsi internasional
adalah melalui yayasan tertentu sesuai pasal 11 the
hague convetion 1993.
9
Hukum yang berlaku untuk
menentukan adopsi
Hukum yang berlaku untuk menentukan sah
atau tidaknya suatu adopsi adalah berdasarkan
hukum dari negara anak adopsi tersebut.
10
Daftar pustaka
Undang-undang nomor 23 tahun 2002
Undang-undang nomer 35 tahun 2014 tentang perubahan atas undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak Peraturan pemerintah nomor 54 tahun 2007 tentang pelaksanaan pengangkatan anak
Hague convention on intercountry adoption 1993 mengenai hukum adopsi
https://etaholic.wordpress.com/2016/06/25/analisa-kasus-adopsi- anak-internasional-di-dalam-dan-di-luar-indonesia-berdasarkan- ketentuan-hukum-perdata-internasional-dan-konvensi-hak-hak-anak-pbb/
Hasil Diskusi Tanya Jawab
1. Fahmi Widi Waspada (3)
Bagaimana penerapan hukumnya apabila ada WNI ada yang akan mengadopsi anak yang masih dalam kandungan WNA?
Jadi disini semuanya dikembalikan kepada hukum yang akan diguanakan. Yang mana hukum yang akan digunakan adalah hukum dari anak yang akan diadopsi tersebut, memperbolehkan atau tidak bayi di dalam kandungan tersebut untuk diadopsi. Jika diperbolehkan, , itu akan kembali lagi pada pilihan tadi, apakah hukumnya menggunakan adoptio plena yang mana hubungan si anak nantinya terputus dengan orang tua biologisnya atau menggunakan adoptio minus plena yang mana hubungan si anak dengan orang tua biologisnya tidak terputus. (Nilna Firkhana Soraya / 9)
Anak yang masih dalam kandungan bukan merukapan subjek hukum. Jadi anak yang masih ada di dalam kandungan tersebut mengikuti hukum yang berlaku pada hukum negara ibunya. Kemudian, ibu yang ingin mengadopsi anak yang masih ada di dalam kandungan tersebut harus memenuhi kebutuhan bayi yang masih ada di dalam kandungan, seperti biaya pemeriksaan, persalinan dan lain – lain. Seolah – olah bayi tersebut adalah bayi ibu angkat itu sendiri namun masih di dalam kandungan orang lain. (Tambahan Ibu Afifah).
Lanjutan...
2. Paramitha Sekarayu (4)
Ada WNA yang mengadopsi anak seorang WNI. Apabila anak seorang WNI tersebut mengalami penganiayaan atau terjadi suatu pelanggaran di negara orangtua angkatnya, bagaimana perlindungan terhadap anak angkat tersebut? Apa usaha pemerintah Indonesia?
Usaha pemerintah mengenai perlindungan anak dijelaskan dalam pasal 38 ayat (2) Peraturan Pemerintah No. 54 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Pengangkatan Anak, yang menyebutkan bahwa: “dalam hal terjadi atau di duga terjadi penyimpangan atau pelanggaran terhdap pelaksanaan pengangkatan anak, masyarakat dapat melakukan pengaduan kepada aparat penegak hukum dan/atau Komisi Perlindungan Anak Indonesia, Instansi Sosial setempat atau Menteri”.
Ada juga kewajiban lain yang wajib dioatuhi oleh orang tua angkat WNA, yakni orang tua angkat harus melaporkan perkembangan anak kepada Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia melalui Perwakilan Republik Indonesia setempat, paling singkat sekali dalam 1 tahun sampai dengan anak tersebut berusia 18 tahun. (Riski Hidayati / 7)
13
Lanjutan...
3. Dwi Linda P (10)
Mewaris tergantung hukum orangtua angkat. Kalau menurut hukum orang tua angkat, anak tersebut tidak terputus hubungan dengan orang tua biologis. Bagaimana jika orang tua angkatnya ingin memberikan harta warisannya kepada anak angkat? Apakah ada upaya hukumnya?
Dalam hal waris, tergantung hukum di negaranya. Apabila negara tersebut menganut adoptio plena maka hubungan anak angkat dengan orangtua biologisnya terputus, apabila menganut adoptio minus plena maka hubungan anak angkat dengan orangtua biologisnya tidak terputus. Jadi, orang tua angkat boleh memberikan hartanya namun sebagai hibah, bukan sebagai warisan. (Nafiah Rachmah A.M / 21)
14
Lanjutan...
4. Puput Pratiwi Wulandari (19)
Ada TKI di Arab mempunyai anak. Kemudian orang Arab akan mengadopsi anak TKI tersebut. Jika terjadi sengketa antara anak tersebut dengan orang tua angkatnya, dimana dan bagaimana penyelesaiannya?
Berdasarkan pasal 38 ayat (2) Peraturan Pemerintah No. 54 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Pengangkatan Anak, yang menyebutkan bahwa: “dalam hal terjadi atau di duga terjadi penyimpangan atau pelanggaran terhdap pelaksanaan pengangkatan anak, masyarakat dapat melakukan pengaduan kepada aparat penegak hukum dan/atau Komisi Perlindungan Anak Indonesia, Instansi Sosial setempat atau Menteri”.
Jadi, penyelesaiannya menggunakan hukum dari anak adopsi tersebut. (Fadilla Nur Islamia / 28)
Lanjutan...
5. (Pertanyaan dari Ibu Afifah)
Bagaimana dengan agama? Apakah antara anak yang akan diadopsi dan calon orang tua angkat harus seagama atau bagaimana?
Mahkamah Agung memberikan 3 arahan yang tercantum dalam Undang – Undang No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, yaitu: 1. Adopsi hanya bisa dilakukan demi kepentingan terbauk anak. Prinsip ini pulalah yang dianut UU Kewarganegaraan yang terbit 2006; 2. Calon orang tua angkat harus seagama dengan calon anak angkat. Bila asal usul anak tidak diketahui, maka disesuaikan dengan mayoritas penduduk setempat; 3. Pengangkatan anak oleh orang asing hanya dapat dilakukan sebagai upaya terakhir (Ultimum Remedium).
Jadi syaratnya harus seagama, namun apabila tidak seagama ada jalan pintasnya yaitu menyatukan agama antara orangtua angkat dengan anak yang diadopsi. (Puspita Radika P / 22)
Tambahan
17 18