• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA BELAJAR PADA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK DI MTS NEGERI 1 YOGYAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "View of IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA BELAJAR PADA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK DI MTS NEGERI 1 YOGYAKARTA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Muróbbî: Jurnal Ilmu Pendidikan

Hasan Basri

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Email: albasrihasann@gmail.com

Abstract:This study aims to find out how the implementation of the independent learning curriculum is implemented, to find out the obstacles encountered in the implementation of the independent learning curriculum, and to find out how the form of assessment of akidah moral learning is based on the independent curriculum at MTs Negeri 1 Yogyakarta. This research is a field research using descriptive qualitative method. Collecting data in this study using interviews, observation and documentation. The results of this study indicate that: 1) there are four policies in the implementation of the independent learning curriculum, namely the National Examination is replaced by a Minimum Competency Assessment and character survey, the National Standardized School Examination is handed over to schools, the simplification of the Lesson Implementation Plan (RPP) is only one page, and the expansion acceptance of new students. 2) The implementation of the independent learning curriculum in the Aqeedah Akhlak subject is composed of several designs, starting with the introduction, core activities, elaboration, communication and confirmation. and finally the closing. 3) The assessment process for the Aqeedah

(2)

Akhlak subject at MTs Negeri 1 Yogyakarta carries out several forms of assessment, such as daily assessments in the form of questions or written notes at the end of the semester.

Keywords: Implementation, Independent Learning, learning, Moral theology

Pendahuluan

Perkembangan teknologi dan informasi yang tidak henti-hentinya, tentu membawa perubahan diberbagai belahan dunia. Kemajuan teknologi dapat dilihat dari penggunaan sistem informasi yang begitu mudah di dapatkan oleh setiap orang.1 Bahkan kemajuan teknologi dapat mengubah dari berbagai sektor kehidupan manusia, mulai dari pekerjaan, mencari solusi dari suatu permasalahan, serta memudahkan seseorang untuk berkomunikasi baik secara lokal maupun internasional.2 Di era revolusi industri 4.0 juga membawa perubahan terhadap pendidikan.3 Bagi kemajuan suatu bangsa, maka pendidikan merupakan pondasi yang pertama yang harus di perbaiki. Jika dilihat kemajuan-kemajuan dinegara di dunia, dengan menghadirkan perkembangan zaman yang luar biasa.

Tentu seluruh generasi muda harus mampu menyesuaikan dirinya untuk menghadapi pekerkembangan zaman, agar setiap generasi yang lahir sudah dapat beradabtasi dan tidak tertinggal dari bidang teknologi pendidikan dan mampu menyesuaikan kurikulum pendidikan yang berlaku.4

Perubahan dan pengembangan dalam proses pembelajaran tentunya harus mendapat perhatian yang khusus dari pemerintah, termasuk dalam merancang dan menetapkan kurikulum. Dalam perjalanan pendidikan di Indonesia pemerintah selalu berupaya untuk terus membenahi kebijakan kurikulum yang ada dengan kurikulum

1 Muhammad Ngafifi, “Kemajuan Teknologi dan Pola Hidup Manusia dalam Perspektif Sosial Budaya,” Pembangunan Pendidikan dan Aplikasi 2, no. 1 (2014), hlm. 34.

2 Syamsu Madyan Wahdina Salim Aranggere, Dian Mohammad Hakim, “Implementasi Program Merdeka Belajar pada Pembelajaran Aqidah Akhlak dalam Mengembangkan Kreativitas Peserta Didik di MTs Hidayatul Mubtadi‟in Tasikmadu Malang,” Pendidikan Islam 7, no. 3 (2022), hlm. 153.

3 Delipiter Lase, “Pendidikan di Era Revolusi Industri 4.0,” Sundermann 1, no. 1 (2019), hlm. 31.

4 Heni Pujiastuti Samuel Benny Dito, “Ampak Revolusi Industri 4.0 pada Sektor Pendidikan : Kajian Literatur Mengenai Digital pada Pendidikan Dasar dan Menengah,”

Sains dan Edukasi Sains, 4, no. 2 (2021), hlm. 60.

(3)

sebelumnya.5 Meskipun pemerintah telah beberapa kali melakukan perubahan-perubahan terhadap kurikulum, akan tetapi kualitas dan sistem pendidikan di Indonesia ternilai masih jauh dari kata maksimal bahkan pendidikan di Indonesia jika kita bandingkan dengan pendidikan yang ada di negara lain, maka pendidikan Indonesia sangat jauh tertinggal.

Meskipun pendidikan di Indonesia cukup jauh tertinggal dengan pendidikan di negara luar, akan tetapi pemerintah selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan, yaitu dengan menerapkan kebijakan terbaru terkait kurikulum pendidikan.6 Kurikulum merdeka belajar, merupakan kebijakan terbaru yang dikeluarkan oleh pemerintah, khususnya menteri pendidikan. Adapun kurikulum yang terbaru ini, pemerintah menawarkan untuk kebebasan terhadap semua lembaga pendidikan di Indonesia, bahkan peserta didik juga diberikan kebebasan dalam proses pembelajaran sesuai apa yang diminati atau ditekuni oleh setiap peserta didik.

Maka dari itu guru dan lembaga pendidikan harus mampu memfasilitasi semua kebutuhan peserta didik.7Kemudian guru juga harus mampu memberikan inovasi terbaru dalam dalam menerapkan model pembelajaran, khususnya pembelajaran akidah akhlak, sehingga dalam proses pembelajaran dapat mempengaruhi semua persepsi dan anggapan setiap peserta didik dalam memahami pembelajaran akidah akhlak.8 Dengan adanya kebijakan tersebut, maka pengembangan kurikulum disetiap sekolah dapat lebih bebas dan sesuai dengan visi misi sekolah tersebut. Kemudian dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar dengan santai, tenang dan tentunya tidak merasa tertekan dan tidak setres ketika proses belajar berlangsung.9 Sekolah tidak akan terikat lagi dengan tujuan akhir USBN dan UN. Bahkan pendidik akan

5 Fenty Setiawati, “Dampak Kebijakan Perubahan Kurikulum terhadap Pembelajaran di Sekolah, “Manajemen Pendidikan Islam,” Manajemen Pendidikan Islam 07, no. 1 (2022), hlm. 2.

6 Rati Melda Sari, “Analisis Kebijakan Merdeka Belajar sebagai Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan,” PRODU: Prokurasi Edukasi Jurnal Manajemen Pendidikan Islam 1, no. 1 (2019), hlm. 39.

7 Tuti Marlina, “Urgensi dan Implikasi Pelaksanaan Kurikulum Merdeka Belajar pada Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah,” Universitas Muhammadiyah Metro 1, no. 1 (2022 hlm. 68.

8 Rasmuin dan Siti Suwaibatul Islamiyah, “Model Pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Commpocition (CIRC) dalam Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran Akidah Akhlak,” Murobbi: Ilmu Pendidikan 4, no. 2 (2020), hlm. 173.

9 Muhammad Fakih Khusni, Muh Munadi, dan Abdul Matin, “Impelementasi Kurikulum Merdeka Belajar di MIN 1 Wonosobo,” Jurnal Kependidikan Islam 12, no. 1 (2022), hlm. 61.

(4)

lebih mudah dan merdeka untuk menentukan opsi materi yang harus diseleraskan dengan situasi dan kondisi yang mampu menunjang kapasitas peserta didik dan kebutuhan peserta didik.10

Terkait adanya trobosan kurikulum merdeka belajar yang masih dalam tahap proses pengenalan dan penerapan dalam lingkungan pendidikan, maka hal ini sangat menarik untuk kaji dan dipelajari lebih dalam lagi. Maka dari itu penelitian penting untuk diteliti dan dikaji lebih dalam terkait kurikulum merdeka belajar agar dapat diketahui sejauh mana implementasi kurikulum merdeka belajar di sekolah MTs dan mengetahui hambatan yang dihadapi dalam penerapan kurikulum merdeka belajar.

Maka dari itu, penulis tertarik untuk mengkaji satu penelitian terkait implementasi pelaksanaan kurikulum merdeka belajar pada pembelajaran akidah akhlak di MTs Negeri 1 Yogyakarta. Sehingga penelitian ini dapat menjadi implikasi dalam proses penerapan pembelajaran program kurikulum merdeka belajar.

Metode

Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatiff deskriptif, yaitu metode yang digunakan untuk memahami terhadap suatu fenomena yang ingin diteliti.11 Maka dari itu, metode ini akan mendeskripsikan bagaimana implementasi merdeka belajar pada mata pelajaran akidah akhlak terhadap siswa kelas VII MTs Negeri 1 Yogyakarta. Adapun subyek yang ditetapkan dalam penelitian ini, yaitu kepala sekolah, satu orang guru pendidikan agama Islam dan peserta didik. Kemudian dalam pengumpulan data yang penulis lakukan dengan menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. Sedangkan teknis analisis yang penulis gunakan adalah dengan teknik reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.12

Pembahasan

Kebijakan Merdeka Belajar

Kebijakan merdeka belajar merupakan trobosan terbaru yang ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia yang dirancang oleh Nadiem Anwar Makarim. Adanya kebijakan penerapan kurikulum merdeka belajar dilingkungan pendidikan di Indonesia terdapat beberapa alasan, salah satu alasan terbesar dari

10 Selamat Ariga, “Implementasi Kurikulum Merdeka Pasca Pandemi Covid-19,”

Pendidikan Ilmu, Sosial, dan Pengabdian Kepada Masyarakat 2, no. 2 (2022), hlm. 666.

11 Hilmam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), hlm. 81.

12 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2019), hlm. 438.

(5)

trobosan merdeka belajar tersebut dikarenakan rendahnya mutu pendidikan di Indonesia.13Sebagaimana menurut data yang dikumpulkan, bahwa Indonesia masih menduduki peringkat ke enam dari bawah jika dilihat dari 79 negara yang menguasai bidang matematika dan literasi.

Kemampuan untuk menguasai dibidang literasi bukan hanya kemampuan untuk lancar membaca, akan tetapi kemampuan dalam memahami dan mampu menganalisis dari isi bacaan tersebut.14

Melihat dari berbagai kemunduran akan kualitas pendidikan di Indonesia jika dibandingkan dengan negara lain, tentunya pemerintah harus memberikan kebijakan yang lebih baik sehingga dengan adanya kebijakan yang terbaru tentang peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia mampu menjawab dan mengantisipasi tantangan pendidikan di zaman sekarang. Adapun kebijakan pendidikan terbaru yang ditawarkan oleh pemerintah adalah kebijakan kurikulum merdeka belajar. Hadirnya kebijakan kurikulum merdeka belajar tentunya mendapat respon pro dan kontra dari beragai macam kalangan. Akan tetapi pada intinya penerapan kebijakan kurikulum merdeka belajar ini memberikan tawaran kepada semua lembaga pendidikan, baik pada guru, peserta didik untuk memberikan kebebasan dalam melaksanakan proses pembelajaran.

Adanya kebebasan dalam melaksanakan pembelajaran, maka setiap peserta didik akan dapat belajar sesuai dengan kemampuan serta minat bakat peserta didik. Maka dari itu, hadirnya penerapan kurikulum merdeka belajar akan menghasilkan peserta didik yang kreatif dan mandiri. Selain itu, penerapan kurikulum merdeka belajar menyesuaikan dengan kearifan budaya, lokal, sosial ekonomi, maupun insfrastruktur dari masing-masing lembaga.15

Maka dari itu, adanya kebijakan kurikulum merdeka belajar, Kemendikbud RI telah mencetuskan beberapa kebijakan dalam penerapan kurikulum merdeka belajar.16 Adapun beberapa kebijakan tersebut, yaitu:

1. Perubahan Asesmen Nasional

13 Nailyl Maghfiroh dan Muhammad Sholeh, “Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar Kampus Merdeka dalam Menghadapi Era Disrupsi dan Era Society 5.0,” Jurnal Inspirasi Manajemen Pendidikan 9, no. 5 (2022), hlm. 1193.

14 Muh. Shaleh La Hewi, “Refleksi Hasil Pisa (The Programme For International Student Assesment): Upaya Perbaikan Bertumpu pada Pendidikan Anak Usia Dini,”

Golden Age, Universitas Hamzanwadi 4, no. 1 (2020), hlm. 32.

15 Franciscus Xaverius Wartoyo, “Menakar Korelatifitas Merdeka Belajar dengan Sistem Pendidikan Nasional Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 dan Pancasila,” Kajian dan Penelitian Hukum 4, no. 2 (2022), hlm. 147.

16 Kemendikbudristek, Merdeka Belajar (Jakarta: Pemuda Belajar Merdeka, 2021), hlm. 1.

(6)

Perubahan asesmen merupakan salah kebijakan yang ditetapkan oleh kemendikbud dalam pemberlakuan kurikulum merdeka belajar.

Jika ditahun-tahun sebelumnya Ujian Nasional (UN) merupakan salah satu standar penilaian sebagai tolak ukur pencapaian peserta didik berbasis tingkat nasional. Maka kebijakan tersebut akan diganti dengan asesmen kompetensi minimum dan survei karakter. Adapun yang melatarbelakangi perubahan asesmen nasional adalah Mendikbud menginginkan agar undang-undang memberikan kemerdekaan dan kebebasan dalam melakukan asesmen dari masing- masing pihak sekolah itu sendiri. Dengan demikian setiap lingkungan pendidikan dapat memberikan kebebasan dalam penilaian dengan menyesuaikan kultur budaya, atau daerah peserta didik berbasis tingkat nasional. Maka kebijakan tersebut akan diganti dengan asesmen kompetensi minimum dan survei karakter. Adapun yang melatarbelakangi perubahan asesmen nasional adalah Mendikbud menginginkan agar undang-undang memberikan kemerdekaan dan kebebasan dalam melakukan asesmen dari masing- masing pihak sekolah itu sendiri. Dengan demikian setiap lingkungan pendidikan dapat memberikan kebebasan dalam penilaian dengan menyesuaikan kultur budaya, atau daerah masing masing peserta didik.

Kemudian yang menjadi perbedaan dalam penilaian pada kurikulum 2013, bahwa ujian nasional (UN) dapat dilaksanakan di akhir setiap jenjang pendidikan. Sedangkan pada kurikulum merdeka belajar bentuk asesmennya, dapat dilaksanakan di kelas, 4, 8, dan 11.

Maka dari itu, pihak sekolah dapat memberikan masukan dan penilaian untuk memperbaiki kekurangan dalam proses pembelajaran selanjutnya, sebelum peserta didik menyelesaikan akhir pendidikannya di sekolah.

2. Pihak sekolah diberikan kewenangan sendiri untuk melaksanakan ujian sekolah berstandar nasional (USBN)

Pada penerapan kurikulum merdeka belajar pihak sekolah diberikan kewenangan sepenuhnya untuk melaksanakan ujian berstandar nasional. Bahkan pihak sekolah dapat melakukan penilaian tersendiri. Seperti penilaian dari portofolio, karya tulis maupun penugasan.

3. Penyederhanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Sebelum adanya penerapan pembelajaran merdeka belajar, bahwa di kurikulum 2013 RPP nya bisa berlembar-lembar. Namun, kebijakan sekarang RPP cukup dibuat satu halaman satu. Dengan demikian adanya penyederhanaan dalam pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran, maka waktu pendidik tidak lagi

(7)

dihabiskan untuk menyusun RPP, akan tetapi pendidik dapat memanfaatkan waktu untuk mempersiapkan untuk meningkatkan kompetensi agar lebih baik.

4. Peluasan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB)

Menurut Kemendikbud RI, bahwa penerimaan peserta didik baru zonasinya dapat diperluas. Seperti peserta didik dapat masuk melalui berbagai macam jalur. Seperti jalur afirmasi, dan prestasi. Maka dari setiap siswa akan mudah untuk masuk ke salah satu sekolah yang diinginkan sesuai dengan jalur yang sudah ditentukan, dengan demikian akan semakin banyaklah peluang untuk masuk sekolah pada sistem penerimaan peserta didik baru di era kurikulum merdeka belajar.17

Strategi Guru dalam Mengoptimalisasi Pembelajaran Merdeka Belajar di Abad 21

Pada hakikatnya bahwa merdeka belajar merupakan suatu kebijakan dalam kebebasan untuk berpikir dan kebebasan dalam mengembangkan kemampuan peseta didik dan kebebasan dalam proses pembelajaran. Maka dari itu, setiap guru diberikan kewenangan untuk menyesuaikan pembelajaran pada kurikulum merdeka belajar di abad 21 ini. Sebagai seorang guru atau setiap tenaga kependidikan di setiap lingkungan pendidikan, sudah seharusnya beralih dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas, khususnya di abad 21 ini seorang guru harus mampu mengintegrasikan kemampuan peserta didik baik dibidang literasi, pengetahuan, keterampilan maupun sikap terhadap kemampuan untuk menguasai pembelajaran teknologi. Sehingga guru akan dapat mendorong setiap peserta didik untuk terus mengembangkan kemampuan agar memiliki keterampilan berpikir lebih tinggi dengan cara-cara yang kreatif.18

Pada pembelajaran di abad 21, ada beberapa yang dapat diterapkan bagi seorang guru dalam mengimplementasikan pembelajaran merdeka belajar di abad 21, yaitu:

1. Guru harus mampu untuk melakukan kerjasama yang baik dengan wali murid, agar dapat menjalin komunikasi yang harmonis guna keberhasilan peserta didik dalam melaksanakan proses pembelajaran baik disekolah dan di rumah.

17 Mira Marisa, “Inovasi Kurikulum „Merdeka Belajar‟ di Era Society 5.0,” Sejarah, Pendidikan dan Humaniora 5, no. 1 (2021), hlm. 74.

18 Ummi Inayati, “Konsep dan Implementasi Kurikulum Merdeka pada Pembelajaran Abad 21 di SD/MI, Jurnal International Conference on Islamic Education,” International Conference on Islamic Education 2, no. 2 (2022), hlm. 300.

(8)

2. Guru harus mampu dalam memahami psikologi belajar peserta didik. Karena di zaman sekarang menjadi tantangan terbesar bagi seorang guru dalam menghadapi berbagai karakteristik setiap masing-masing peserta didik. Meskipun demikian, seorang guru tetap memberikan perhatian yang khusus bagi seorang anak yang mempunyai kemampuan yang rendah. Mungkin ada beberapa alasan seorang anak tidak semangat dalam belajar, maka seorang guru harus memberikan perlakuan khusus atau pendampingan dalam memecahkan masalah yang dihadapi oleh peserta didik.

Guru juga harus mampu memilih media yang sesuai dengan kemampuan peserta didik. Sehingga dengan adanya materi dan media yang sesuai, maka proses pembelajaran peserta didik tidak akan merasa terbebani dalam menerima pembelajaran.

3. Guru harus mampu melakukan kebijakan dalam memberikan penilaian terhadap peserta didik. Sebagaimana penilaian di era merdeka belajar seperti saat ini. Tentunya berbeda ketika pelaksanaan penilaian di era kurikulum 2013. Hal ini tentunya tidak terlepas dari peran internet sebagai sarana digital sebagai penghubung antara guru dan peserta didik.

4. Guru harus mampu mengikuti perkembagan zaman sehingga guru yang mampu melaksanakan proses pembelajaran dengan baik. Maka proses pembelajaran akan menjadi relevan terhadap kemampuan dan kebutuhan peserta didik.19

Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar pada Mata Pelajaran Akidah Akhlak di MTs Negeri 1 Yogyakarta

Salah satu program yang dilaksanakan kemendibudristek untuk menangani keterbelakangan rendahnya mutu pendidikan di Indonesia adalah dengan adanya penerapan kurikulum merdeka belajar.20 Penerapan kurikulum merdeka belajar bertujuan untuk memperoleh hasil pencapaian tujuan pembelajaran yang ideal dengan mengedepankan kebebasan terhadap peserta didik untuk mengeksplor kemampuan yang dimiliki dan menjadikan guru sebagai teman untuk berdiskusi.21Selain itu, kurikulum merdeka belajar ini di identik dengan pembelajaran yang biasanya belajar di dalam kelas, maka guru dan peserta didik dapat

19 Akhyak, Implementasi dan Problematika Merdeka Belajar (Tulungagung: Akademika Pustaka, 2021), hlm. 51-52.

20 Baktiar Leu, “Komparasi Kurikulum Merdeka Belajar dan Al-Qur‟an Surat Al- Baqarah Ayat 31,” Jurnal Studi Kependidikan dan Keislaman 11, no. 2 (2022), hlm. 119.

21 Khoirurrijal dkk, Pengembangan Kurikulum Merdeka (Merjosari: CV. Literasi Nusantara Abadi, 2022), hlm. 90.

(9)

melaksanakan pembelajaran di luar kelas.22 Adanya pembelajaran kurikulum merdeka belajar maka peserta didik dapat terbentuk untuk mandiri, berani, cerdas dan berkreasi. Maka idealnya pendidikan pada masa saat sekarang ini adalah pendidikan dengan fun learning (pembelajaran menyenangkan). Akan tetapi dalam penerapan kurikulum merdeka belajar dilaksanakan dengan berbagai tahap, sebagaimana dari observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti, bahwa kurikulum merdeka belajar yang telah diterapkan di sekolah MTs Negeri 1 Yogyakarta, dimulai dengan membuat perencanaan pelaksanaan pembelajaran (RPP). Pada perencanaan pembelajaran di sekolah MTs Negeri 1 Yogyakarta sudah mulai menerapkan kurikulum darurat sebagaimana yang telah disampaikan oleh Menteri pendidikan, bahwasannya ketertinggalan pembelajaran pada masa pandemi Covid-19 dinilai lebih efektif jika dilakukan penyederhanaan dengan menggunakan kurikulum darurat.

Berdasarkan survei dilapangan, dengan adanya penyederhanaan kurikulum tersebut, ternyata memberikan tanggapan yang positif bagi guru PAI di MTs Negeri 1 Yogyakarta. Sebagaimana pada perancanaan merdeka belajar pada pembelajaran akidah akhlak sudah dimulai ketika masa pandemi Covid-19. Dimana guru akidah akhlak dalam proses pelaksanaan pembelajaran hanya memberikan materi-materi esensial saja.

Dimana lebih memudahkan para guru dalam memberikan pembelajaran dan pengembangan kreativitas para peserta didik.

Adapun perencanaan yang telah disusun oleh guru akidah akhlak di MTs Negeri 1 Yogyakarta adalah dengan menentukan capaian pembelajaran, kompetensi, materi, dan tujuan pembelajaran. Perencanaan kegiatan yang dirancang dalam mata pelajaran Akidah akhlak terdapat beberapa unsur-unsur, yaitu: Mata pelajaran, menentukan materi, kelas, semester, alokasi waktu, kompetensi dan tujuan pembelajaran sampai penilaian yang dilakukan sesuai dengan wewenang para guru akidah akhlak.

Berdasarkan hasil temuan peneliti, bahwa perencanaan program merdeka belajar di MTs Negeri 1 Yogyakarta dalam melaksanakan pembelajaran akidah akhlak tersusun beberapa rancangan. Yaitu:

Pendahuluan, pada tahap ini peserta didik melakukan doa bersama, melakukan absensi kehadiran, mejelaskan manfaat dan tujuan dari materi pembelajaran, dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang materi yang sudah dipelajari dan terkait dengan materi yang akan dipelajari.

22 dkk Yose Indarta, “Relevansi Kurikulum Merdeka Belajar dengan Model Pembelajaran Abad 21 dalam Perkembangan Era Society 5.0,” Jurnal Ilmu Pendidikan 4, no. 2 (2022), hlm. 3018.

(10)

Setelah itu masuk pada kegiatan inti, pada tahap ini tedapat beberapa tahapan, yaitu eksplorasi. Disini guru akidah akhlak menayangkan infocus kemudian mempersilakan peserta didik untuk memperhatikan video tentang solat atau membaca komik tentang adab salat dan zikir.

Kemudian peserta didik mengidentifikasi tentang adab salat dan zikir dalam video, setelah itu peserta didik mengajukan pertanyaan terkait adab salat dan zikir. Jika tidak ada pertanyaan guru memancing peserta didik, setelah melaksanakan tahapan tersebut maka masuklah tahapan- tahapan berikutnya, seperti tahapan elaborasi, komuniksi dan konfirmasi.

Dan yang terakhir penutup, disini guru akidah akhlak menjelaskan rencana pembelajaran pada pertemuan selanjutnya, serta ditutup dengan berdoa bersama.

Maka dari itu, pembelajaran kurikulum merdeka belajar adalah pembelajaran yang memberikan kebebasan terhadap sekolah untuk mengeksplor sesuai dengan kebutuhan peserta didik. serta memberikan kemerdekaan dalam menyampaikan materi akidah akhlak. Adapun yang dimaksud dengan kebebasan dalam belajar dimana guru dan peserta didik mendapat kebebasan dalam menggunakan pemikiran mereka sendiri untuk mendapatkan kebebasan dalam berkreasi dan berinovasi. Pada program merdeka belajar pendidik harus membuat peraturan-peraturan dan kontrak kelas yang dilaksanakan terkait pelajaran akidah akhlak antara pendidik dan peserta didik. Hal ini membuat peserta didik senang dan mudah menerima pembelajaran.

Hambatan Pembelajaran Akidah Akhlak Berdasarkan Kurikulum Merdeka Belajar di MTs Negeri 1 Yogyakarta

Pada hakikatnya dalam kehidupan manusia pasti tidak semua orang dapat beradabtasi dengan cepat ketika seseorang ditempatkan atau dikenalkan dengan hal-hal yang mungkin sama sekali tidak pernah ia temui dalam kehidupannya. Sudah pasti seseorang harus mengenal lebih jauh lagi agar dirinya dapat memposisikan dan menempatkan dirinya untuk mendapatkan kenyamanan dalam hidupnya. Maka dari itu, jika kita beranjak dengan pengimplementasian kurikulum merdeka belajar, maka hal ini juga akan mendapatkan dua respon dari seluruh masyarakat khususnya dilingkungan pendidikan, yaitu respon yang setuju terhadap penerapan kurikulum merdeka belajar dan respon yang tidak setuju terhadap perubahan kurikulum pada saat ini.

Penerapan kurikulum yang terbilang masih baru, tentunya peserta didik khususnya para guru harus dapat menyesuaikan terhadap pergantian kurikulum terbaru. Dalam penerapan kurikulum terbaru tersebut seorang guru pasti mendapati beberapa hambatan dalam menerapkan kurikulum merdeka belajar dengan mata pelajaran yang akan

(11)

diajarkan. Umumnya hambatan yang hari ini dirasakan oleh guru dan peserta didik adalah masih terdapat kekurangan akan pemahaman terkait konsep penerapan merdeka belajar.23

Implementasi kurikulum merdeka belajar pada mata pelajaran akidah akhlak tentunya tidak terlepas dari yang namanya kesulitan atau kendala yang dialami oleh guru. Adapun beberapa bentuk kesulitan atau kendala yang dialami oleh guru akidah akhlak dalam menerapkan kurikulum merdeka belajar adalah: guru diberikan kewajiban untuk mengembangkan sendiri tujuan pembelajaran khusunya pembelajaran akidah akhlak. Benar adanya bahwa guru diberikan kebebasan dan kemerdekaan dalam merancang pembelajaran. Akan tetapi faktanya dari sisi kemampuan masih terdapat guru yang senior di MTs Negeri 1 Yogyakarta yang belum siap sepenuhnya, bahkan masih banyak guru yang belum mampu menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran yang baik. Hal ini dikarenakan di MTs Negeri 1 belum menyeluruh mengetahui konsep kurikulum merdeka belajar dan pemerintah belum memberikan pelatihan-pelatihan secara mendalam untuk menerapkan kurikulum merdeka belajar di Mts Negeri 1 Yogyakarta.

Sedangkan hambatan atau pun tantangan bagi peserta didik dalam melaksanakan program merdeka belajar adalah masih banyak siswa yang masih bingung dalam memilih sendiri apa yang akan dipelajari berdasarkan bakat dan minatnya. Hal ini perlu benar-benar memilih apa yang sesuai dengan bakat-minat peserta didik dan bukan hanya sekedar ikut-ikutan apa yang dipilih oleh temannya.

Evaluasi Program Merdeka Belajar pada Pembelajaran Akidah Akhlak di MTs Negeri 1 Yogyakarta

Evaluasi pembelajaran hal yang sangat penting dalam kesuksesan proses pendidikan. Sekolah yang baik adalah sekolah yang memikiki bentuk evaluasi yang baik pula. Evaluasi inilah yang akan menjadi penentu untuk mengetahui sampai dimana kemampuan peserta didik dalam menerima materi pelajaran yang telah diajarkan oleh pendidik.24 Evaluasi pembelajaran inilah yang akan menjadi penentu apakah metode, strategi atau materi yang disampaikan sesuai atau tidak. Maka dari itu

23 Yuliana Neslisma Desrianti, “Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar Perspektif Manajemen Pendidikan Islam,” Manajemen Pendidikan Islam 4, no. 2 (2022), hlm. 28.

24 Miftahul Mufid dan Ahmad Farid Utsman, “Pengembangan Media Evaluasi Pembelajaran Berbasis Game Internet Educandy Sebagai Sarana Pembelajaran Daring,”

Murobbi: Ilmu Pendidikan 6, no. 2 (2022), hlm. 254.

(12)

evaluasi inilah yang akan menentukan sejauh mana tujuan pendidikan yang tercapai.25

Maka dari itu, yang menjadi salah satu yang membedakan kurikulum merdeka belajar dengan kurikulum sebelumnya yaitu terdapat perbedaan dalam pelaksanaan evaluasi pembelajaran. Jika bentuk evaluasi pembelajaran pada kurikulum sebelumnya harus dilaksanakan secara serentak secara nasional. Artinya bentuk evaluasi pembelajaran tersebut diautur oleh penyelenggara pendidikan secara nasional. Sedangkan bentuk evaluasi pada kurikulum merdeka belajar, bentuk evaluasinya diberikan sepenuhya kepada lembaga pendidikan tersebut atau sekolah.

Selain itu, bentuk penilaian dalam kurikulum merdeka belajar adalah penilaiannya berdasarkan bakat dan minat peserta didik, penilaian ini akan mendorong peserta didik untuk terus mengembangkan kempuan dan kompetensi yang dimiliki. Sehngga peserta didik tidak akan terbebani dengan skor nilai yang harus dicapai dalam KKM. Maka dari itulah penilaian dalam kurikulum merdeka belajar dilakukan dengan bebas dan tidak terikat.26

Proses penilaian pada mata pelajaran akidah akhlak di MTs Negeri 1 Yogyakarta melakukan beberapa bentuk penilaian, seperti penilaian harian yang berupa pertanyaan ataupun tertulis. Dalam melakukan proses penilaian, jika terdapat beberapa siswa yang remedial, maka dilakukan pembahasan ulang. Maka hasil pembahasan ulang akan diberikan peniliaian dapat dilakukan diluar jam pembelajaran.

Penutup

Kurikulum merdeka belajar merupakan trobosan terbaru yang ditetapkan oleh kementerian pendidikan yang bertujuan agar pendidikan di Indonesia menjadi lebih baik dari sebelumnya. Implementasi kurikulum merdeka belajar pada mata pelajaran Akidah akhlak di sekolah MTs Negeri 1 Yogyakarta sudah mulai berjalan secara efektif dan efesien.

Penerapan kurikulum merdeka merupakan trobosan sangat baik untuk diterapkan, karena dalam kebijakannya dapat memudahkan guru untuk mengajarkan materi-materi yang pokok dan penting kepada siswa tanpa harus terbebani dengan materi-materi lain yang esensial. Ada beberapa kebijakan yang diterapkan dalam kurikulum mereka belajar, yaitu:

perubahan pada ujian sekolah berstandar nasional, ujian nasional,

25 Salman Hudri dan Khotibul Umam, “Konsep dan Implementasi Merdeka Belajar pada Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam,” Journal of Islamic Studies 2, no. 1 (2022), hlm. 55.

26 Prihantin Restu Rahayu, Rita Rosita, Yuyu, Rahayuningsih, Asep Herry Hermawan,

“Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar di Sekolah Penggerak,” Basicedu 6, no. 4 (2022), hlm. 6317.

(13)

rencana pelaksanaan pembelajaran, dan peraturan penerimaan yang mampu memberikan kesempatan yang luas bagi siswa mampu menyerap ilmu pengetahuan sesuai dengan potensinya dan kemampuannya.

Pelaksanaan program merdeka belajar pada mata pelajaran akidah akhlak di MTs Negeri 1 Yogyakarta, yaitu peserta didik diberikan motivasi dan pendoman untuk melihat, mengamati, membaca dan menuliskan, pendidik memberikan peluang untuk mengenali materi yang belum dipahami, peserta didik diberikan kesempatan untuk mendiskusikan, mengumpulkan bahan, dan mempresentasikan ulang.

Daftar Pustaka

Akhyak. Implementasi dan Problematika Merdeka Belajar. Tulungagung:

Akademika Pustaka, 2021.

Baktiar Leu. “Komparasi Kurikulum Merdeka Belajar dan Al-Qur‟an Surat Al-Baqarah Ayat 31.” Jurnal Studi Kependidikan dan Keislaman 11, no. 2 (2022): 128.

Delipiter Lase. “Pendidikan di Era Revolusi Industri 4.0.” Sundermann 1, no. 1 (20199): 43.

Desrianti, Yuliana Neslisma. “Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar Perspektif Manajemen Pendidikan Islam.” Manajemen Pendidikan Islam 4, no. 2 (2022): 172.

Fakih Khusni, Muhammad, Muh Munadi, and Abdul Matin.

“Impelementasi Kurikulum Merdeka Belajar di MIN 1 Wonosobo.” Jurnal Kependidikan Islam 12, no. 1 (2022): 60–71.

Fenty Setiawati. “Dampak Kebijakan Perubahan Kurikulum Terhadap Pembelajaran di Sekolah, “Manajemen Pendidikan Islam.”

Manajemen Pendidikan Islam 07, no. 1 (2022): 17.

Franciscus Xaverius Wartoyo. “Menakar Korelatifitas Merdeka Belajar dengan Sistem Pendidikan Nasional Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 dan Pancasila.” Kajian dan Penelitian Hukum 4, no. 2 (2022): 153.

Hewi, Muh. Shaleh La. “Refleksi Hasil Pisa (The Programme For International Student Assesment): Upaya Perbaikan Bertumpu Pada Pendidikan Anak Usia Dini.” Golden Age, Universitas Hamzanwadi 4, no. 1 (2020): 41.

Hilmam Gunawan. Metode Penelitian Kualitatif Teori Dan Praktik. Jakarta:

Bumi Aksara, 2013.

Kemendikbudristek. Merdeka Belajar. Jakarta: Pemuda Belajar Merdeka, 2021.

Khoirurrijal dkk. Pengembangan Kurikulum Merdeka. Merjosari: CV. Literasi Nusantara Abadi, 2022.

Miftahul Mufid dan Ahmad Farid Utsman. “Pengembangan Media

(14)

Evaluasi Pembelajaran Berbasis Game Internet Educandy Sebagai Sarana Pembelajaran Daring.” Murobbi: Ilmu Pendidikan 6, no. 2 (2022): 265.

Mira Marisa. “Inovasi Kurikulum „Merdeka Belajar‟ di Era Society 5.0.”

Sejarah, Pendidikan dan Humaniora 5, no. 1 (2021): 78.

Muhammad Ngafifi. “Kemajuan Teknologi dan Pola Hidup Manusia dalam Perspektif Sosial Budaya.” Pembangunan Pendidikan dan Aplikasi 2, no. 1 (2014): 47.

Nailyl Maghfiroh dan Muhammad Sholeh. “Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar Kampus Merdeka dalam Menghadapi Era Disrupsi dan Era Society 5.0.” Jurnal Inspirasi Manajemen Pendidikan 9, no. 5 (2022): 1196.

Rasmuin dan Siti Suwaibatul Islamiyah. “Model Pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Commpocition (CIRC) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran Akidah Akhlak.” Murobbi: Ilmu Pendidikan Islam 4, no. 2 (2020): 182.

Restu Rahayu, Rita Rosita, Yuyu, Rahayuningsih, Asep Herry Hermawan, Prihantin. “Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar Di Sekolah Penggerak.” Basicedu 6, no. 4 (2022): 6319.

Salman Hudri dan Khotibul Umam. “Konsep dan Implementasi Merdeka Belajar pada Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.” Journal of Islamic Studies 2, no. 1 (2022): 59.

Samuel Benny Dito, Heni Pujiastuti. “Ampak Revolusi Industri 4.0 pada Sektor Pendidikan : Kajian Literatur Mengenai Digital pada Pendidikan Dasar dan Menengah.” Sains dan Edukasi Sains, 4, no.

2 (2021): 65.

Sari, Rati Melda. “Analisis Kebijakan Merdeka Belajar Sebagai Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan.” PRODU: Prokurasi Edukasi Jurnal Manajemen Pendidikan Islam 1, no. 1 (2019): 38–50.

Selamat Ariga. “Implementasi Kurikulum Merdeka Pasca Pendemi Covid-19.” Pendidikan Ilmu, Sosial, dan Pengabdian kepada Masyarakat 2, no. 2 (2022): 670.

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2019.

Tuti Marlina. “Urgensi dan Implikasi Pelaksanaan Kurikulum Merdeka Belajar pada Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah.” Universitas Muhammadiyah Metro 1, no. 1 (2022): 72.

Ummi Inayati. “Konsep dan Implementasi Kurikulum Merdeka pada Pembelajaran Abad 21 Di SD/MI, Jurnal International Conference on Islamic Education.” International Conference on Islamic Education 2, no. 2 (2022): 304.

Wahdina Salim Aranggere, Dian Mohammad Hakim, Syamsu Madyan.

(15)

“Impelementasi Program Merdeka Belajar pada Pembelajaran Aqidah Akhlak dalam Mengembangkan Kreativitas Peserta Didik di MTs Hidayatul Mubtadi‟in Tasikmadu Malang.” Pendidikan Islam 7, no. 3 (2022): 152.

Yose Indarta, dkk. “Relevansi Kurikulum Merdeka Belajar dengan Model Pembelajaran Abad 21 dalam Perkembangan Era Society 5.0.”

Jurnal Ilmu Pendidikan 4, no. 2 (2022): 3024.

Referensi

Dokumen terkait

Pengembangan kurikulum Merdeka Belajar Kampus Merdeka pada program studi pendidikan guru pendidikan anak usia dini dilakukan sejak awal tahun 2021 melalui kegiatan

Sama seperti Model 7.1 dan Model 6.2, apabila ada mata kuliah yang ternyata tidak ter-checklist pada tabel Kurikulum Model 5.3 namun masih terkait dengan topik di tempat Magang

Pada praktek pembelajaran secara daring, dengan kurikulum merdeka belajar pendidik/guru Matematika memiliki peranan penting yaitu tidak hanya memberikan materi saja tetapi

Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah Pada Kurikulum Merdeka Pedoman Penerapan.. Kurikulum dalam Rangka Pemulihan

Belajar mencoba penerapan komponen atau prinsip kurikulum merdeka dengan tetap menggunakan kurikulum satuan pendidikan yang sedang diterapkan5.

1) Proses Pembelajaran di luar Program Studi dilaksanakan berdasarkan perjanjian kerja sama antara Perguruan Tinggi dengan Peguruan Tinggi atau lembaga lain yang terkait dan

Dosen akan memberikan persetujuan bagi mahasiswa untuk mendaftar sidang setelah mahasiswa menyelesaikan kewajibannya sebagai asisten dan re-write artikel penelitian

membahani peserta tentang konsep dan Tata Kelola Implementasi Kampus Merdeka Dalam Kurikulum Program Studi dan design Kurikulum Program Studi Kampus Merdeka kepada