• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Museum adalah lembaga permanen yang tidak mencari keuntungan dan seluruh kegiatan yang dikerjakannya merupakan selaku wujud pelayanan kepada warga. Museum sendiri berasal dari Bahasa Yunani yaitu Muze. Muze merupakan reperentasi dari sembilan dewi yang melambangkan kesenian dan ilmu pengetahuan. (Sutaarga 1997:84).

Perkembangan museum merupakan proses yang tidak singkat. Awal mula kehadiran manusia sudah memperlihatkan kegemaran dalam mengumpulkan suatu hal yang dianggap unik. Benih permuseuman muncul di Eropa khusunya di Yunani dan Romawi dari hasil perebutan wilayah dan rampasan perang. Hal tersebut mulai berkembang pesat pada saat abad pencerahan. (Tjahjopurnomo 2011:84).

Aktivitas Seperti pengumpulan benda-benda tersebut juga dialami di Indonesia, pada mulanya museum merupakan perkumpulan masyarakat hindia- Belanda dalam mengeksplor budaya yang terdapat di Hindia-Belanda pada masa itu dengan nama Baataviasch Genotschap van Kunsten En Wetenchapen.

Baataviasch Genotschap merupakan Lembaga yang berisi berbagai benda

arkeologi dan etnografi kelompoknya. (Tjahjopurnomo 2011:84).

Pameran merupakan salah satu metode mengkomunikasikan koleksi kepada warga merupakan tugas pokok Museum umum maupun Museum khusus. Untuk menyelenggarakan pameran dengan baik, dibutuhkan Pedoman Penerapan Tata

(2)

2

Penyajian Koleksi/ Tata Pameran di Museum. Pameran di museum merupakan salah satu wujud penyajian, data tentang barang koleksi yang dimiliki museum.

Barang koleksi yang dipamerkan tidak hanya diletakkan begitu saja, semua wajib diatur serta direncanakan agar pameran tersebut bisa dimengerti wisatawan.

Masyarakat pada dasarnya dapat berekreasi sekaligus mendapatkan informasi mengenai ilmu dan kejadian-kejadian bersejarah dalam kehidupan manusia dan lingkungan di Museum. Seperti yang dikemukakan pada Peraturan Pemerintah No.66 Tahun 2015, tentang museum merupakan lembaga yang berfungsi melindungi, mengembangkan, memanfaatkan koleksi, dan mengomunikasikannya kepada masyarakat. (Pemerintah et al. 2015:18) guna menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya bangsa untuk kepentingan generasi yang akan datang.

Di Indonesia sendiri terdapat 434 pameran museum secara keseluruhan, yang terdiri dari 43 museum umum dan 391 untuk museum khusus. Jumlah museum di Indonesia menurut kepemilikan tiap provinsi masing-masing 75 untuk museum kementrian/lembaga, 36 museum TNI/Polri, 54 museum pemerintah provinsi, 124 museum pemerintah provinsi, 145 museum swasta, dan total keseluruhan ialah 434 museum (Kebudayaan 2016:11). Dari sekian banyak museum yang ada di negara republik Indonesia Museum Siginjei Jambi merupakan salah satunya.

Museum Siginjei Jambi adalah mesum yang terletak di Provinsi Jambi, Museum Siginjei Jambi pertama kali dibangun pada 18 Februari 1981 oleh Gubernur Jambi oleh Bapak Maschun Sofyan yang kemudian diresmikan pada tanggal 6 juni tahun 1988 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yakni Bapak

(3)

3

Fuad Hassan. Museum Negeri Siginjei Provinsi Jambi terletak di tempat yang sangat strategis yaitu masih di daerah perkantoran Provinsi Jambi, atau lebih tepatnya di perempatan Jalan Yusuf Singadikane, Jalan Prof. Dr. Sri Sudewi, Jalan Urip Sumoharjo, dan Jalan Slamet Riyadi. Pemanfaatan Museum Siginjei sebagai objek wisata tentunya memiliki nilai dan dampak baik positif maupun dampak negatif, bagi masyarakat Jambi pada khususnya.

Museum Negeri Siginjei Provinsi Jambi memiliki banyak koleksi yang bersejarah. Koleksi itu sendiri dalam Pasal 1 Undang-Undang No.43 Tahun 2007 merupakan semua dokumen tertulis, karya cetak / karya rekam dalam berbagai media yang diterbitkan atau pun tidak diterbitkan, baik yang ada di dalam dan di luar Negeri yang berumur sekurang-kurang 50 Tahun dan yang mempunyai nilai penting bagi kebudayaan Nasional, sejarah dan ilmu pengetahuan. Selanjutnya ada beberapa jenis koleksi pada Museum Siginjei Provinsi Jambi yaitu:

Geologika, Biologika, Etnografika, Arkeologika, Historika, Numismatika, Filologika, Keramologika, Seni Rupa, Tekniologika. (Pasaribu, 2018).

Salah satu jenis koleksi yang berada di Museum Siginjei Provinsi Jambi ialah keramologika, Koleksi keramologika merupakan koleksi keramik yang terbuat dari tanah liat yang dibakar dengan suhu terentu (Museum Siginjai Jambi, 2018:56). Berdasarkan data inventarisasi koleksi keramik di Museum Negeri Siginjei Provinsi Jambi, terdapat 353 koleksi keramologika yang terdiri dari beberapa jenis seperti kendi, mangkuk, bokor, vas dan piring.

Koleksi keramik di Museum Siginjei Jambi sendiri banyak ditemukan di daerah Jambi, baik tinggalan masa klasik, seperti situs percandian dan pemukiman

(4)

4

kuno di pesisir timur Provinsi Jambi, yang merupakan temuan sebaran keramik asing. Temuan diperkirakan cenderung lebih muda dari temuan di wilayah Provinsi Sumatera Selatan yaitu abad 10-13 masehi (Putrina Taim 2020:71).

Namun koleksi keramologika di Museum Siginjei Jambi mempunyai kekurangan salah satunya adalah kurangnya informasi terkait tinggalan keramologika, yang mana dapat menyebakan kurangnya minat masyarakat pengunjung mendatangi ruang keramologika di Museum Siginjei Jambi. Sebagai bentuk upaya mendukung museum dengan menigkatkan fasilitas dan interiornya sehingga dapat menyesuaikan dengan zaman yang modern saat ini untuk menarik perhatian masyarakat mengenal kembali sejarah keramik yang mulai terlupakan.

1.2 Rumusan Masalah

Museum merupakan salah satu tempat wisata yang memiliki penyimpanan koleksi sejarah pada masa lalu kemudian dikelola untuk mengedukasi masyarakat, dalam memperkenalkan kebudayaan dan penyebaran ilmu tentang sejarah.

Berdasarkan hal tersebut, penulis ingin mengembangkan koleksi yang ada di Museum Siginjei Jambi khususnya terkait pengembangan koleksi keramik di ruang pameran museum Siginjei Jambi, maka dari itu penulis mengajukan beberapa pertanyaan yang akan dikaji dalam penelitian ini.

1. Apa saja jenis koleksi keramik yang berada Museum Siginjei Provinsi Jambi?

2. Bagaimana tata kelola penyajian koleksi keramik di Museum Siginjei Jambi?

(5)

5

3. Bagaimana model pengembangan ruang keramik Museum Siginjei Jambi berdasarkan konsep new museology?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian yang ingin dicapai oleh penulis terkait koleksi Museum Siginjei Jambi dalam mengedukasi masyarakat Jambi ialah sebagai berikut :

1. Mengetahui apa saja jenis koleksi keramik yang berada Museum Siginjei Jambi.

2. Mengetahui bagaimana tata kelola penyajian koleksi keramik di Museum Siginjei Jambi.

3. Mengetahui model pengembangan ruang keramik Museum Siginjei Jambi berdasarkan konsep new museology?

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai jenis keramik yang terdapat di Museum Siginjei Jambi. Penelitian ini juga diharapkan bermanfaat untuk dapat memberikan informasi dan referensi mengenai Keramik di Museum Siginjei Jambi kepada masyarakat luas. Manfaat tersebut adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Bagi Peneliti

a) Menambah pengetahuan penulis terkait jenis keramik dan cara pengelolaan keramik yang ada di Museum.

b) Dapat menambah pengalaman baru dalam membuat karya tulis ilmiah dan mengembangkan wawasan mengenai jenis dan cara

(6)

6

pengelolaan keramik serta menjadikan referensi sebagai penyelesaian tugas skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Arkeologi.

2. Manfaat Bagi Ilmu Pengetahuan

a) Sebagai sumber informasi dan refrensi tentang Museuolgi terkait tata kelola berdasarkan jenis koleksi keramik yang berada di museum, khususnya Museum Siginjei Jambi.

b) Menjadikan refrensi dan mengedukasi masyarakat atau pengunjung Museum Siginjei Jambi terhadap koleksi keramiknya, khususnya koleksi jenis keramologika.

1.5 Ruang Lingkup

1.5.1 Ruang Lingkup Objek

Ruang lingkup objek penelitian ini adalah koleksi keramik yang terdapat di Museum Siginjei Jambi. Keramik merupakan produk kerajinan tertua yang tercatat dalam peradaban dan kebudayaan manusia. Menurut sejarah, keramik sudah dikenal oleh orang-orang Afrika Timur pada 2,6 juta tahun yang lalu (Jaman Paleolitik). Koleksi keramik yang akan diteliti berlokasi di museum Siginjei Jambi.

1.5.2 Ruang Lingkup Ruang

Ruang lingkup adalah penjelasan tentang batasan sebuah subjek yang terdapat pada kasus yang diangkat oleh peneliti. Bila diartikan secara luas ruang lingkup adalah batasan. Batasan yang dimaksud dalam ruang lingkup yang hanya membatasi pada subjek yang diteliti yaitu pada ruangan pameran dan storage di Museum Siginjei Jambi.

(7)

7 1.5.3 Ruang Lingkup Kajian

Ruang lingkup kajian untuk membatasi permasalahan penelitian agar tidak melebar dari tujuan penelitian, penulis memfokuskan bagaimana pengembangan koleksi keramik di ruang pameran museum Siginjei Jambi dan bagaimana tata kelola yang dijalankan saat ini di Museum Siginjei Jambi. Serta membahas beberapa keramik berdasarkan jenis nya, Keramik Batu (Stoneware), Porselin (Porcelain), dan Gerabah (Earthenware).

1.6 Tinjauan Pustaka 1.6.1 Penelitian Terdahulu

Yuhadi, tahun 2020, dengan judul, “Strategi Pimpinan Museum Siginjei Provinsi Jambi dalam Meningkatkan Minat Kunjung”. Dari hasil penelitiannya menghasilkan strategi yang harus dilakukan dalam mengelola museum siginjei Jambi dalam meningkatkan kualitas pelayanan. Kaitannya berupa bagaimana strategi yang sudah ada di museum siginjei Jambi mengenai pelayanan kepada masyarakat. (Yuhadi 2020)

M. Rian Indra Eftritiantio, dkk. Tahun 2020. “Pengelolaan Museum Negeri Siginjei Provinsi Jambi Sebagai Daya Tarik Wisata”. Dari hasil penelitian yang dilakukannya menghasilkan, pengembangan pariwisata yaitu melalui kegiatan- kegiatan yang bisa masyarakat berkunjung ke museum dan bisa melaksanakan kegiatan konservasi benda cagar budaya yaitu pelestarian fisik dan pelestarian terhadap makna yang terkandung dalam koleksi museum negeri siginjei provinsi jambi yang menunjang pendidikan dalam mencerdaskan, memperkenalkan dan menumbuhkan rasa cinta akan nilai-nilai luhur dari warisan budaya, dan menyediakan sumber informasi. Kaitannya dengan rancangan skripsi ini ialah,

(8)

8

dengan pemanfaatan koleksi museum yang ada, bisa digunakan sebagai media pembelajaran dan pendidikan bagi sekolah dan masyarakat (Indra Eftritianto, Wardi, and Bawono 2020).

Asyhadi Mufsi Sadzali, tahun 2021. “ Arah Baru Museum di Provinsi Jambi sebagai Ruang Edutaiment Pemajuan Kebudayaan”. Pada penelitianya membahas tentang paradigma museum di Indoensai yang saat ini masih kebanyakan menggunakan paradigma Tradisonal. Berbeda dengan museum di luar negeri sudah menerapkan paradigma baru yaitu New Museology. Studi kasus pada penelitian ini berada di Museum Siginjei Jambi. (Sadzali 2021).

Maryuana, tahun 2021. “Museum Siginjei Provinsi Jambi Tahun 2010- 2017”. Dari hasil penelitiannya menghasilkan perkembangan jumlah koleksi museum yang ada di museum siginjei dari tahun 2010 sampai 2017. Hubungan dengan skripsi saya ialah, bagaimana perkembangan koleksi yang ada kemuseum siginjei Provinsi Jambi, apakah mengalami peningkatkan jumlah koleksinya.(Maryuana, Huda, and Gunawan 2021).

Berdasarkan penelitian terdahulu Evaluasi Koleksi Keramik di Ruang Pameran Museum Siginjei Jambi adalah upaya peneliti mencari perbandingan menemukan inspirasi baru untuk mengembangkan penelitian selanjutnya serta menunjukan orisinalitas penelitian. Perbedaan yang ditemukan penelitian ini berfokus pada bagaimana penyajian pameran keramik yang menyesuaikan langsung dengan zaman modern demi meningkatkan daya tarik masyarakat, sedangkan penelitian terdahulu hanya menjadikan pameran sebagai media pembelajaran dan meningkatkan pelayanan pameran keramik tidak membahas

(9)

9

bagaimana pengembangan pameran keramik dengan mengikuti perkembangan zaman.

1.6.2 Penelitian Relevan

Yusinah Hanum. Tahun 2004. Dengan judul, pengelolaan koleksi museum provinsi Nanggroe Aceh Darussalam: Pemanfaatannya Untuk Pendidikan.

Penelitian yang dilakukannya ialah berupa bagaimana pengelolaan koleksi museum provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan pemanfaataan koleksinya.

Museum tersebut juga memiliki beberapa koleksi keramik. Hubungan dengan penelitian yang dilakukan ialah penataan koleksi agar menarik minat para pengunjung (Hanum 2004). Penelitian Hanum ini akan memberikan gambaran terhadap penelitian yang dilakukan berupa tentang pengelolaan dan cara penyajian koleksi yang dilakukan museum tersebut.

Ekowati Sundari. Tahun 2005. Dengan judul, Ragam Hias Keramik Biru- Putih dari Cina Masa Dinasti Ming Tahun 1368-1644 Koleksi Museum Nasional.

Hubungannya dengan penelitian yang dilakukan ialah, bentuk ragam hias yang terdapat pada koleksi keramik di museum Nasional. Kaitannya dengan skripsi yang saya buat ialah, ragam bentuk keramik di museum nasional dan museum siginjei jambi.(Sundari 2005).

Sri Redjeki Pudjiati. Tahun 2013. Dengan judul, Peran Manajemen Koleksi Studi Kasus Museum Basoeki Abdullah. Penelitian yang dilakukan ialah berupa manajemen koleksi mulai dari tahun registrasi hingga proses konservasinya.

Hubungannya bagaimana tahapan pendataan koleksi museum khususnya koleksi keramik yang ada di museum siginjei jambi.(Pudjiati 2013).

(10)

10

Indrawati, Tahun 2019. Dengan judul, Model Pengelolaan Museum Masyarakat di Desa Air Hitam Laut Kecamatan Sadu, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi. Penelitian yang dilakukan berupa tentang pengelolaan museum di Desa Air Hitam Laut, dan pengelolaan koleksi museumnya. Hubungan dengan penelitian yang dilakukan ialah bagaimana kaitan museum dengan koleksi museumnya.(Indrawati 2019)

Eka Asih Putrina Taim, Tahun 2020. Dengan Judul, Sebaran Keramik Asing Pada Masa Sriwijaya (Abad ke 7-13 Masehi) di Pesisir Timur Sumatera Bagian Selatan : Bukti Kronologi dan Hubungan Internasional. Hubungan dengan penelitian yang dilakukan ialah, berupa sebaran keramik yang ada di Jambi dan dinasti pada keramik (Putrina Taim 2020).

Hafiful Hadi Sunliensyar, Tahun 2020. Dengan judul, Temuan Arkeolgi Terbaru di Barat Laut-Utara Lembah Kerinci, Dataran Tinggi Jambi : Sebuah Laporan Awal. Hubungan dengan skripsi ialah, jenis keramik yang ditemukan dan pola ragam hias pada keramik.(Sunliensyar 2020).

1.7 Landasan Teori 1.7.1 Definisi Museum

Secara Etimologi kata museum berasal dari bahasa latin yaitu “museum”

(“musea”). Aslinya dari bahasa Yunani mouseion yang merupakan kuil yang dipersembahkan untuk Muses (dewa seni dalam mitologi Yunani), dan merupakan bangunan tempat pendidikan dan kesenia, khususnya institut untuk filosofi dan penelitian pada perpustakaan di Alexandria yang didirikan oleh Ptolomy I Soter 280 SM.

(11)

11

Museum adalah institusi permanen dalam hal melayani dan mengembangkan masyarakat, terbuka untuk umum yang bertujuan mempelajari, mengawetkan, melakukan penelitian, melakukan penyampaian kepada masyarakat dan pameran untuk tujuan pembelajaran, pendididkan, rekreasi, dan memberi tahukan aset-aset barang berharga yang nyata dan “tidak nyata” tentang lingkungannya kepada masyarakat.

Menurut Association of Museum (1998) defenisi tentang museum adalah museum memperbolehkan seseorang untuk melakukan penelitian untuk isnpirasi, pembelajaran, dan kesenangan. Museum adalah badan yang mengumpulkan, menyelamatkan dan meneriam artefak dan specimen dari orang yang dipercaya oleh badan museum.

Dalam kongres majelis umum ICOM (International Council of Museum) sebuah organisasi internasional dibawah UNESCO, menetapkan defenisi museum sebagai berikut: “Museum adalah sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan dalam melayani masyarakat, terbuka untuk umum, memperoleh, mengawetkan, mengkomunikasikan dan memamerkan barang- barang pembuktian manusia dan lingkungan untuk tujuan pendidikan, pengkajian dan hiburan. Museum mengumpulkan dan merawat benda-benda ilmu pengetahuan alam, bendabenda seni, dan benda-benda yang memiliki sejarah penting agar tampak bernilai dan untuk dipamerkan kepada masyarakat umum melalui pameran permanen dan temporer. Museum besar terletak di kota besar dan museum lokal berada di kota kecil. Kebanyakan museum menawarkan program dan kegiatan yang menjangkau seluruh pengunjung, termasuk orang

(12)

12

dewasa, anak-anak, seluruh keluarga, dan tingkat profesi lainnya. Program untuk umum terdiri dari perkuliahan atau pelatihan dengan staf pengajar, orang-orang yang ahli dengan film, musik atau pertunjukkan tarian, dan demosntrasi dengan teknologi (Istiwandani, 2021).

1.7.2 Tugas dan Fungsi Museum

Fungsi dasar dari sebuah museum sebenarnya adalah untuk mengkoleksi dan memelihara obyek-obyek dan spesimen-spesimen serta memamerkannya secara teratur kepada khalayak ramai. Museum juga memberikan program inovasi dan pameran pameran yang merupakan sumbangan khas kepada kehidupan suatu budaya komunitas. Maka lebih lanjut museum dapat berfungsi sebagai katalis yang memperkenalkan kepada orang-orang tentang ide-ide dan bidang minat baru serta memberikan semangat bagi mereka untuk mencari ilmu lebih mendalam melalui penelitian dan kunjungan berulang-ulang. Informasi didalam museum sangat spesifik dalam mengulas suatu hal yang menjadi tema dari konten pamer yang ada. Bahkan pameran tidak semata-mata hanya menyediakan kesempatan bagi para pengunjung museum untuk sekedar menikmati koleksi saja, akan tetapi pengunjung juga diharapkan mampu untuk berpikir, mengagumi, memeriksa dan menyelidiki koleksi yang ada di Pameran tersebut (Asmara, 2019 : 10-20).

Berdasarkan rumusan ICOM (Internasional Council of Museums) ada beberapa hal yang diutamakan dalam museum antara lain:

1. Dokumentasi dan penelitian,

2. Mengumpulkan dan menjaga warisan alam dan budaya,

(13)

13 3. Perservasi dan Konservasi,

4. Pemerataan dan penyebaran ilmu kepada masyarakat, 5. Memperkenalkan dan menghayati kesenian,

6. Memperkenalkan kebudayaan antar daerah dan antar bangsa, 7. Visualisasi warisan alam dan budaya,

8. Media untuk menyatakan syukur kepada Tuhan pemilik hidup kita.

1.7.3 Pameran Museum

Pameran merupakan suatu usaha untuk memperlihatkan secara sistematis model, contoh, barang sesungguhnya, peta atau gambar suatu tempat tertentu dalam suatu ukuran tertentu dalam suatu urutan tertentu untuk menumbuhkan perhatian pengunjung. (Patrick Forsyth, 1987 : 354).

Pameran adalah arena dimana koleksi bertemu dengan publik, museum menjadi perantara dalam proses mengkomunikasikan keduanya. Pameran adalah langkah awal untuk membuka jalur komunikasi yang bisa menjadi batu loncatan bagi museum. Tapi sayangnya, belum banyak yang meloncat dari ruang lingkup

“memamerkan”.

1. Konsep New Museology

New Museology yang pada tahun 1988 dipopulerkan oleh Andrea Hauenschild

dalam disertasinya berjudul “Claims and Reality of New Museology; Case Studies in Canada, The United States and Maxico” dari Hamburg University. Paradigma

ini kemudian berkembang menjadi teori dengan penekanan analisis pada konsep tata kelola museum, utamanya komunikasi museum yang lebih berorientasi kepada pengunjung (People based) berarti pameran yang disusun tidak hanya

(14)

14

berdasarkan apa yang koleksi bisa ceritakan, tetapi lebih kepada apa yang alasan pengunjung sudah tahu, belum tahu dan mungkin ingin tahu. Tentunya museum wajib memberitahukan semua informasi yang dimiliki dalam sebuah koleksi, tapi museum juga wajib memberikan pemahaman dengan cara yang benar. Tipe pameran people based belum banyak bisa dilakukan, karena people based style menuntut museum untuk mengenal siapa calon pengunjung mereka. Kurang lebih seperti mengenali calon atau target pelanggan, sama seperti studi pasar yang dilakukan oleh pelaku studi marketing (Schall, A et all, 2018 : 17).

. Konsep baru tersebut berlawanan denga konsep Traditional Museum, yang memperhatikan unsur pada koleksi tanpa memperhatikan unsur pandangan dan respon pengunjung sehingga tata kelola dan narasi yang dihadirkan bersifat sangat subjektif, sempit, lebih banyak mengenai masa lalu, dan tidak mengaitkan keberadaan koleksi dengan situasi hari ini, dan masa mendatang (Hauenschild 2021:35).

No Konsep new museology 1 Tujuan

 Berhubungan dengan kehidupan sehari-hari

 Perkembangan sosial 2 Prinsip

Dasar

 Berorientasi pada publik secara radikal dan ekstensif

3 Struktur Organisasi

 Sedikit Institusional

 Pembiayaan dari sumber setempat

 Desentralisasi

 Partisipasi

 Teamwork berdasarkan persamaan hak

4 Pendekatan

 Subjek merupakan kompleksitas realitas

 Interdisiplin

 Orientasi tema

(15)

15

No Konsep new museology

 Menghubungkan masa lalu dengan masa kini dan masa yang akan dating

 Bekerja sama denggan organisasi lokal dan regional

5 Tugas

 Koleksi

 Dokumentasi

 Penelitian

 Konservasi

 Sebagai mediasi

 Pendidikan

 Berkelanjutan

 Evaluasi

Gambar 1.1 Kerangka Teori

(16)

16 1.8 Alur Pemikiran

Gambar 1.2 Alur Pemikiran 1.9 Metode Penelitian

Data merupakan segala sesuatu yang dapat membantu peneliti dalam proses penelitian (Shaw & Jameson, 1999). Terdapat dua jenis data dalam suatu penelitian, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data utama berupa keramik di ruang pamer dan storage museum siginjei. Data sekunder merupakan data pendukung bagi penulis yang meliputi hasil quisioner

(17)

17

yg dsiebar secara random kepada masyarakat yg sudah dan telah menyaksikan pameran keramik di museum siginjai, jurnal terkait, dan artikel yang berkaitan dengan keramik di Museum Siginjei Jambi. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dilakukan dengan menggunakan metode arkeologi, yaitu pengumpulan data, pengolahan data, dan analisis data.

1.9.1 Jenis Penelitian

Pendekatan penelitian berupa penjelasan tentang rancangan penelitian, mulai dari jenis penelitian sampai pada tujuan penelitian. Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan induktif yang bertujuan untuk mengungkap jenis koleksi keramik yang berada di ruang pameran, mengetahui bagaimana tata kelola koleksi keramik di ruang pamer, dan memberikan saran dalam bentuk pengembangan terhadap ruang koleksi keramik Museum Siginjei Jambi pada akhir kesimpulan penelitian. Pendekatan induktif ini menggambarkan suatu masalah, menceritakan peristiwa serta melukiskan keadaan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang dikaji berdasarkan data yang diperoleh.

Pendekatan induktif efektif untuk mengajarkan konsep atau generalisasi.

Berdasarkan judulnya, yakni Evaluasi Koleksi Keramik Di Ruang Pameran Museum Siginjei Provinsi Jambi, maka penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian naturalistik atau biasa disebut dengan penelitian kualitatif. Menurut Bodgan & Taylor (dalam Zainal Arifin, 2016:41) metodologi kualitatif adalah:

Prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Menurut mereka, pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu secara holistik (utuh). Jadi dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan.

(18)

18

Sedangkan Moleong (2013:6) menyatakan bahwa:

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian, misalnya perilaku persepsi, motivasi, tindakan, dan lain lain secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.

1.9.2 Data Penelitian

Data primer penelitian ini adalah keramik di Museum Siginjai Jambi yang diuraikan atas dasar keramik-keramiknya berupa; bentuk keseluruhan ruangan, ornamen pada ruangan, dan tata ruang pada koleksi keramik. Sumber data penelitian ini diperoleh dari hasil observasi langsung ke ruang pamer keramiklogika di Museum Siginjei Jambi. Pada Penelitian ini terdapat dua jenis pengumpulan data, pengumpulan data itu terdiri dari data primer dan data skunder, berikut penjelasannya:

1.10 Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung di lokasi penelitian.

Pada kajian ini sumber dari data primer tersebut adalah melalui observasi dengan pengamatan di ruang koleksi keramologika di Museum Siginjei jambi, mulai dari jenis keramik yang berada di ruang pamer museum, jumlah koleksi keramologika yang ada di ruang pamer, dan pengambilan gambar pada ruang pamer yang menampilkan koleksi keramik dan jenis keramiknya.

(19)

19

Adapun dilakukan wawancara kepada beberapa narasumber yang meliputi Kepala museum, dan pengunjung museum. Data primer diperoleh dari kuisioner yang diberikan kepada pengunjung di Museum Siginjei Jambi.

1.11 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapat melalui media perantara atau secara tidak langsung. Penelitian ini mengambil studi literatur seperti buku-buku, dan jurnal yang telah disahkan untuk dipublikasi serta mengambil referensi dari BALAR (Balai Pelestarian), koleksi perpustakaan yang bersangkutan dengan penelitian yang diambil terkait penelitian Keramik di Museum Siginjei Jambi.

1.12 Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan tahapan selanjutnya setelah data primer dan sekunder terkumpul. Pengolahan data dilakuakan dengan mengidentifikasi data primer dan skunder yang telah dikumpulkan terdahulu yang telah ada dan diperoleh baik sebelum penelitan atau sesudah penelitian nantinya. Data-data tersebut akan disusun hingga menjadi kesimpulan bagaimana penerapan, tata kelola dan berapa banyak jenis keramik yang ada di Museum Siginjei Jambi.

1.13 Analisis

Analisis merupakan proses pengelolahan data setelah dilakukan pengumpulan data penelitian. Analisis adalah pemecahan suatu hal menjadi bagian-bagian kecil agar mudah dipahami. Dengan kata lain, analisis merupakan bagian dari penguraian data mentah menjadi kesimpulan yang dapat menjadikan solusi.

Terdapat dua analisis pada penelitian ini yaitu,jenis koleksi keramik dan bagaimana cara penerapan tata kelola keramik.

(20)

20 1.13.1 Analisis Respon Pengunjung

Analisis respon pengunjung merrupakan analisis yang dilakukan ketika peneliti sudah mendapatkan hasil kuisioner yang sebelumnya telah disebar oleh peneliti. Analisis ini akan menilai seberapa besar pengetahuan dan minat pengunjung terkait koleksi keramik yang ada di Museum Siginjei Jambi.

Pengumpulan kuisioner diambil dari masyarakat yang pernah berkunjung di Museum siginjei Jambi. Dari hasil analisis ini, data yang diperoleh tidak hanya dari observasi oleh peneliti saja. Melainkan juga dari masyarakat atau pengunjung sebagai konsumen dari museum itu sendiri (Jambi, 2018).

1.13.2 Analisis Tata Kelola Koleksi Keramik

Kegiatan analisis tata kelola keramik di Museum Siginjei Jambi merupakan tahap yang sangat penting dalam penelitian ini, sebab dalam analisis akan dapat diketahui bagaimana keletak jenis-jenis keramik mulai dari yang masih utuh hingga berupa bentuk fragmen-fragmen. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2015 pasal 13 Tentang pengelolaan museum Pemerintah Daerah, Setiap Orang, dan Masyarakat Hukum Adat yang memiliki Museum wajib mengelola Koleksi baik yang berada di dalam ruangan maupun di luar ruangan. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan mengemukakan nilai-nilai edukatif yang dapat tergandung pada koleksi keramik. Dengan mendata sumber dari keramik dan fungsinya dapat dijadikan sumber informasi terkait koleksi sebagi sarana edukasi.

(21)

21 1.14 Kesimpulan

Penarikan kesimpulan akan didapatkan setelah semua tahapan yang dimulai dari pengumpulan data, pengolahan data, dan analisis data dilakukan.

Penelitian ini dapat membentuk suatu kesimpulan umum tentang jenis keramik dan bagaimana cara mengembangkan penyajian koleksi keramik di Museum sebagai bentuk upaya meningkatkan daya tarik bagi masyarakat milinelial khususnya masyarakat Jambi.

1.15 Alur Penelitian

Gambar 1.3 Alur Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

• Frame solusi kerusakan TV mati total dan tidak ada lampu indikator yang menyala :.. o Periksa jala-jala listrik, rangkaian regulator input

Menendang bola merupakan suatu usaha untuk memindahkan bola dari seuatu tempat ke tempat lain menggunakan kaki atau menggunakan bagian kaki. Menendang bola

Agama Yahudi adalah salah satu agama yang sudah ada di Arab sebelum datangnya Islam.. Ajaran agama Yahudi

Untuk itu guna mengantisipasi akan adanya kegagalan proses maka PT.XYZ menerapkan Quality management System ISO/TS 16949 dengan tools yang digunakan seperti FMEA (

Apakah anda mengetahui program Genba (kunjungan terjadwal ke lapangan / user untuk mengetahui permasalahan yang berkaitan dengan komputer dan perangkatnya) yang sedang digalakkan

Sesuai dengan fokus masalah yang akan diteliti yaitu bagaimana erotisme ditampilkan dalam lirik lagu “Cinta Satu Malam”, “Mojok di Malam Jumat”, dan “Aw Aw”

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan yaitu data analog gelombang otak dapat digunakan sebagai perintah untuk menghidupkan atau

dengan menggunakan Unity 3D ini tidak hanya mudah dalam menggunakan atau mengerjakan suatu pekerjaaan, tetapi aplikasi Unity 3D ini juga dapat bekerja dengan aplikasi lainnya