• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1.1 Latar Belakang

Manusia adalah makhluk yang selalu mencari manusia lain untuk hidup bersama. Sudah menjadi hal biasa bahwa dua orang manusia dengan jenis kelamin berbeda memiliki daya saling menarik untuk hidup bersama. Konteks hidup bersama dalam perspektif masyarakat ternyata membutuhkan suatu aturan, seperti syarat peresmian, bagaimana tata pelaksanaan, bagaimana kelanjutan dan bagaimana terhentinya hidup bersama itu (Rahmi, 2016). Aturan tersebut yang memunculkan pengertian, Pernikahan adalah suatu ikatan yang sah dalam hukum negara antara seorang perempuan dan laki-laki dalam ikatan suami istri untuk memenuhi tuntutan agama berupa cinta, kasih sayang dan keamanan guna mencapai kebahagiaan yang bersifat abadi (Iqbal, 2018).

Menurut Pasal 1 UU Pernikahan Tahun 1974 perkawinan adalah ikatan lahir dan batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Dari sebuah pernikahan maka terbentuklah sebuah keluarga. Tujuan dari sebuah pernikahan menyatukan perbedaan watak dan kepribadian dari kedua pasangan. Jika kedua pihak dapat memahami kemudian membicarakan permasalahan dengan baik maka hubungan suami istri akan berlanjut secara akur (Marzuki, 2016)

Sebaliknya ketika pernikahan tidak berjalan sesuai apa yang diharapkan tidak sedikit pasangan yang mengambil keputusan untuk berpisah dalam artian ini adalah bercerai. Perceraian adalah berpisahnya suami istri yang disebabkan oleh adanya ketidakstabilan dalam perkawinan (Zuhdiyati, 2011). Perceraian juga dapat diartikan sebagai berakhirnya suatu hubungan suami dan istri yang diputuskan secara sah oleh

(2)

hukum atau agama karena sudah tidak ada rasa keinginan untuk memiliki, saling percaya satu sama lain sehingga menyebabkan tidak rasa saling memahami dalam rumah tangga (P. E. Ramadhani & Krisnani, 2019).

Bedasarkan data Direktorat Jendral Kependudukan dan Pencatatan Sipil terdapat 3,97 Juta penduduk perkawinan cerai. hingga akhir juni 2021 Jumlah itu setara dengan 1,46% dari total populasi Indonesia yang mencapai 272,29 juta jiwa. Di tengah pandemi Covid-19 yang berlanjut, angka gugatan dan talak perceraian di Provinsi Jambi maupun Kota Jambi mengalami peningkatan. Berikut data Pengadilan Tinggi Agama Jambi mencakup Wilayah Provinsi Jambi.

Grafik 1.1 Data Pengadilan Tinggi Agama Jambi 2021

Sumber: Pengadilan Tinggi Agama Jambi 2021

Dapat dilihat dari Grafik 1.1, dijelaskan bahwa terdapat peningkatan laporan perkara perceraian di wilayah Provinsi Jambi pada tahun 2019 untuk cerai gugat sebanyak 2.436 . Kemudian pada tahun 2020 tercatat 2.837 cerai gugat. Dilanjutkan pada tahun 2021 terdapat peningkatan dari tahun sebelumnya sebanyak 3.358 untuk cerai gugat artinya terjadi peningkatan yang signifikan pada cerai gugat untuk

Data Perceraian Provinsi Jambi

4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500 0

3358

2436 2837

Cerai Gugat Cerai Talak

980 948 1006

2019 2020

Tahun

2021

Jumlah Perkara Perceraian

(3)

Provinsi Jambi pada setiap tahunya. Data dari Pengadilan Agama (PA) Kelas IA Jambi dari tahun 2019 hingga 2021.

Grafik 1.2 Data Pengadilan Agama Jambi 2021

Sumber: Data Pengadilan Agama Jambi 2021

Terhitung sejak Januari hingga Desember 2021 ini yang tertinggi tercatat ada 981 gugatan cerai yang masuk, Kemudian pada tahun 2020 ada 972 gugatan cerai yang masuk dan dibandingkan dengan tahun 2019 hanya ada 968 gugatan cerai.

Artinya untuk kasus perceraian di Kota Jambi juga mengalami peningkatan khususnya pada gugatan perceraian. Faktor penyebab perceraian yang terjadi di wilayah Jambi berdasarkan data Pengadilan Tinggi Agama Jambi selama tiga tahun terakhir perselisihan dan pertengkaran terus-menerus oleh kedua pasangan, meninggalakan salah satu pihak, terjadi kekerasan dalam rumah tangga diikuti dengan masalah perekonomian pada pasangan.

Hal ini sesuai dengan penggalian data awal yang dilakukan peneliti kepada I (22 tahun) merupakan mahasiswa yang orang tuanya bercerai dan menikah lagi pada

Data Perceraian Kota Jambi

Gugatan Perceraian Permohonan Perceraian 1200

1000 800 600

968 972 981

400 200

128 167 177

0

2019 2020

TAHUN

2021

JUMLAH PERKARA PERCERAIAN

(4)

tanggal 14 Desember 2021.

“...Jadi kondisinya saat itu bapak aku punya usaha namun bapak aku mengalami kebangkrutan. jadi orang tua waktu pisah itu posisi lagi di Jakarta bersama mama. Mama aku bukan asli orang jambi tapi orang jakarta. kemudian saat itu di jemput oleh bapak dan di ajak pulang ke Jambi. Aku tidak tau kalo sebenanrnya mereka itu pisah gitu”. ( I, 22 Tahun - diwawancarai pada 14 Desember 2021 Pukul 14.07)

Faktor orang tua I bercerai dikarenakan penurunan kondisi ekonomi yang dialami pada salah satu pasangan, sehingga memutuskan dengan jalan berpisah.

Adapun dalam penelitian (Mone, 2019) faktor perceraian pada pasangan yakni tekanan psikologis baik suami dan istri pada pekerjaan, masalah finansial keluarga, adanya perlakuan emosional seperti perilaku marah pada salah satu pasangan, kekhawatiran terdapat perselingkuhan oleh salah satu pasangan, perilaku egois dan tidak mau berdiskusi mengenai permasalahan keluarga.

Berbagai dampak dirasakan kedua pasangan setelah mengambil keputusan bercerai akan mempengaruhi status di masyarakat, penurunan kemampuan ekonomi, perasaan tidak aman, pengucilan, pandangan negatif dan label sosial (Rathi et al., 2018).Walaupun dalam beberapa kasus perceraian dianggap sebagai alternatif terbaik dari pada harus membesarkan anak dalam keluarga yang tidak harmonis (Dermawan dan Sutaryo, 2011).

Perceraian tidak hanya berdampak pada orang tua, tetapi juga perkembangan psikologis anak sehingga menimbulkan perasaan cemas, bingung, gelisah, malu dan sedih (Azizah, 2017). Sementara itu, (Syamsul et al., 2019) dalam studi mereka tentang dampak perceraian. anak mengembangkan presepsi mereka sendiri dan mengarah pada perasaan sakit hati, kekecewaan, tekanan, ketakutan dan kemarahan jika orang tua gagal memberikan pemahaman tentang perceraian yang terjadi.

Dari hasil wawancara awal yang dilakukan pada partisipan I, mengatakan adakalanya merasa seorang diri saat tidak ada dukungan dari orang lain, ketika mengingat kembali kondisi yang telah dialami menimbulkan perubahaan pada keadaan psikologisnya.

“...Terkadang saya merasakan sedih iya, kesepian iya kaya tidak ada tempat untuk berbagi

(5)

merasa menanggung beban sendiri. Sulitlah menjalani hari-hari yang biasanya seorang anak yang mendapatkan kasih sayang dari ibu dan ayah”. (I, 22 Tahun - diwawancarai pada 14 Desember 2021 pukul 14.07)

“...Dampaknya sedih walaupun itu terjadi sudah lama gitu, tetapi itu tetap berpengaruh sampai sekarang. Pengaruhnya ke kesehatan mental saya sih yang saya rasakan kdang merasa stres sendiri kaya merasa depresi sendiri”. (I, 22 Tahun - diwawancarai pada 14 Desember 2021 Pukul 14.07)

Kemudian hasil wawancara pada mahasiswa yang orang tuanya bercerai dan menikah kembali, yaitu R mengatakan bahwa dampak dari perceraian orang tua terhadap diri adalah perasaan sedih dan sakit yang masih dirasakan hingga sekarang.

“... Yang aku rasoin sedih rasonyo sakit sampe sekarang, kadang perasaan itu muncul walapun kejadiannyo sudah 3 tahun yang lalu masih teringatlah kadang kalau malam hari saat sendiri dan aku takut terjadi pado aku nanti”. (R, 21 Tahun - diwawancarai pada 3 Maret 2022 Pukul 16.30)

(Purwanto & Hendriyani, 2020) anak yang orang tua nya bercerai harus lebih menyesuaikan diri terhadap masalah yang dihadapi dibandingkan dengan anak korban orang tua tidak bercerai. Dampak akibat dari perceraian orang tua akan berpengaruh terhadap anak saat memasuki kehidupan dewasa awal sering memunculkan perasaan- perasaan negatif seperti sedih, kecewa dan stres yang menjadikan pengalaman yang tidak ingin diulangi oleh individu. Sedangkan perceraian orang tua yang dialami mahasiswa berdampak pada kesulitan individu dalam meningkatkan nilai indeks prestasi dan juga mempengaruhi motivasi belajar ( Fasikhah dan Fatimah, 2013).

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada partisipan mengalami perceraian orang tua, hal tersebut diungkapkan oleh kedua partisipan yaitu mengalami permasalahan pada akademiknya.

“..Aku tu lebih kaya dak fokus dengan perkuliahan, ditambah gara-gara yang aku alami selamo ini berpengaruh ke kuliah aku jadi dak serius belajar kemudian efeknyo ip dapat cukup.

Dan kemarin sempat grafik nyo menurun”. (I, 22 Tahun-diwawancarai pada 22 Januari 2020 Pukul 17.00)

“...Waktu pas hari pertamo aku tau orang tuo aku bercerai, aku sedih nangis di depan kawan dekat aku kebetulan saat itu di kampus posisi nyo. setelah itu aku kaya dak mood be kuliah beberapo hari”. (R, 21 Tahun-diwawancarai pada 3 Maret 2022 Pukul 14.30)

Setelah berpisah dari pasangan, tidak jarang bagi seseorang untuk kembali membina rumah tangga dengan orang baru. Menikah kembali adalah suatu proses

(6)

menjalin hubungan antara suami dan istri dengan pasangan baru yang sebelumnya telah pernah menikah, memerlukan penyesuaian kepada pasangan saat menempuh kehidupan (Hurlock, 1999). Menikah lagi menjadikan jalan pintas individu untuk mendapatkan kesejahteraan ekonomi, status sosial, kebutuhan biologis hingga pendidikan anak-anak (Wulandari et al., 2021).

Dilihat dari tujuan menikah kembali pada pasangan, Orang tua yang memutuskan menikah lagi juga harus membangun keluaraga baru dengan pasangan sekaligus menjalin hubungan baik dengan anak hasil pernikahan sebelumnya.

Sebaliknya jika orang tua kurang dalam memperhatikan anak setelah memutuskan menikah lagi, dapat menimbulkan masalah baru anak akan mempresepsikan pernikahan kedua yang dilakukan orang tuanya dengan hilangnya rasa sayang dari orang tua kandung (Praptiningsih, 2018).

Pada perolehan wawancara pertama yang dilangsungkan kepada I sebagai partisipan, mengatakan bagaimana perasaan ketika salah satu orang tua I yang telah menikah kembali, tidak memperdulikan dirinya memunculkan rasa benci hingga merasakan kesepian, I tidak merasakan rumah sebagai tempat ternyaman ketika sedang mengalami permasalahan lebih memilih untuk menenangkan diri di luar dengan mengisi kegiatan positif.

“…Jujur ya saya merasa gara-gara mamaku menikah lagi muncul rasa benci dan mati rasa soalnyo, kareno kayak mama aku pun sudah tidak peduli dengan aku, tidak mau tau tentang aku”. (I, 22 Tahun – diwawancarai pada 14 Desember 2021 Pukul 14.07)

“...Sekarang aku tinggal berduo dengan bapak aku, aku meraso kesepian, mama aku la idak menghubungi aku. Ditambah kadang ado be kalo aku lagi di rumah konflik samo bapak, jadi setiap aku ado permasalahan aku idak langsung pulang kerumah. Keluar dulu menenangkan pikiran dan banyak mengisi dengan kegiatan positif biar senang lagi”. (I, 22 Tahun – diwawancarai pada 22 Januari 2022 Pukul 17.00)

Berbagai macam permasalahan yang dirasakan oleh anak korban perceraian orang tua dan menikah lagi untuk bertahan dalam kondisi tersebut. individu harus mencari dan memaknai kebahagiaan dibalik keadaan menyedihkan yang ditanggung.

Karena setiap manusia senantiasa mengharapkan kebahagiaan pada hidupnya, namun

(7)

kebahagiaan ini tidak terwujud begitu saja, dibutuhkan keberhasilan individu untuk memenuhi keingianan untuk hidup bermakna. Artinya makna hidup merupakan kunci menuju kebahagiaan, individu yang berusaha untuk mencapainya akan merasakan hidup bermakna dan dirinya akan menemukan kebahagiaan (Rahmadi, 2020). Di sisi lain, seseorang yang tidak berhasil memperoleh motivasi ini akan merasakan kekecewaan, kehampaan hidup, merasakan hidup yang tidak bermakna dan akhirnya tidak bahagia (Bastaman, 2007).

Kebahagiaan merupakan perasaan senang atau puas dirasakan oleh individu terhadap kondisi yang ada, dengan memunculkan kesadaran untuk tidak mengeluh bahkan meratapi kondisi yang telah terjadi. Dengan mengubahnya menjadi emosi positif, keceriaan, memiliki tujuan dan penuh akan harapan masa depan sehingga mempunyai keyakinan untuk menjalani kehidupan sehari-hari (Suyasa, 2011).

Sedangkan menurut Froh dkk, (2010) kebahagiaan tidak semata mengarah pada perasaan gembira yang dialami melainkan juga memperoleh pemenuhan akan fisik, sosial, psikologis dan emosional.

Hal tersebut sejalan dengan pemaknaan kebahagiaan yang dirasakan partisipan mahasiswa korban perceraian orang tua dan menikah lagi di Kota Jambi adalah bersyukur dengan kehidupan yang di jalani, memiliki keinginan akan masa depan serta merasakan kebahagiaan saat terlibat aktif di berbagai kegiatan yang berguna untuk orang lain.

“...Alhamdulilah aku di kelilingi dengan orang-orang yang positif selamo ni. Kan bagaimanapun kita harus terus berjalan kedepan. tujuan aku sekarang mentamatkan kuliah aku dan selesai itu kerjo biar biso bahagiain bapak aku , buat apo terus mengingat masa lalu dan berdiam be di tempat nanti aku tertinggal di belakang”. (I, 22 Tahun- diwawancarai pada 22 Januari 2022 Pukul 17.00)

“...Alasannyo sih suko be membantu kegiatan sosial gitu, setidaknyo aku biso berguna buat orang lain. dengan menolong orang tu menimbulkan rasa senang dah tu bahagia, dan niat aku tu dengan menolong orang supaya jadi berguna untuk orang lain”. (I, 22 Tahun- diwawancarai pada 22 Januari 2022 Pukul 17.00)

“…Sekarang mencari kebahagiaan nyo dengan cara sendiri misal kumpul samo teman, mengikuti kegiatan perkuliahan samo komunitas yang tugasnyo menskrining warga-warga

(8)

yang megalami masalah kesehatan. Memberikan penyuluhan ke warga tentang phbs. Itulah senang be pas terlibat kegiatan itu di masyarakat”. (R, 21 Tahun – diwawancarai pada 3 Maret 2022 Pukul 14.30)

Berdasarkan penjelasan teori dan permasalahan yang ditemukan, mengenai pentingnya kebahagiaan pada mahasiswa yang orang tuanya bercerai dan menikah lagi di Kota Jambi dalam menghadapi permasalahan seperti perasaan sedih, penurunan indeks prestasi, menurunnya motivasi belajar dan stress yang terkadang selalu menghantui saat teringat kondisi yang telah dialami. Serta ditambah adanya perasaan benci muncul terhadap salah satu orang tua yang memutuskan menikah lagi akibat tidak ada kepedulian orang tua terhadapnya.

Hal tersebut dapat mempengaruhi diri mahasiswa korban perceraian orang tua dalam menjalani dan memaknai kebahagiaan. Oleh karena itu, menjadi dasar peneliti untuk mengangkat tema penelitian berjudul kebahagiaan mahasiswa yang orang tuanya bercerai dan menikah lagi di Kota Jambi. Diharapkan penelitian ini bisa menjadi acuan serta referensi bagi studi berikutnya, terkait bagaimana gambaran kebahagiaan mahasiswa yang orang tuanya bercerai dan menikah lagi di Kota Jambi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan dan latar belakang yang telah dijabarkan oleh peneliti, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana gambaran kebahagiaan mahasiswa yang orang tuanya bercerai dan menikah lagi di Kota Jambi?

2. Bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi kebahagiaan mahasiswa yang orang tuanya bercerai dan menikah lagi di Kota Jambi?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui dan mendeskripsikan bagaimana gambaran kebahagiaan mahasiswa yang orang tuanya bercerai dan menikah lagi di Kota Jambi.

2. Mengetahui dan mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi kebahagiaan mahasiswa yang menghadapi perceraian orang tua dan menikah

(9)

lagi di Kota Jambi.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih positif bagi dunia keilmuan akademik dengan memperkaya sumber-sumber keilmuan, khususnya mengenai kebahagiaan pada bidang Psikologi, terutama pada Psikologi Sosial, Psikologi Pendidikan, dan Psikologi Klinis/Abnormal.

2. Sebagai sarana untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan memperluas wawasan bagi peneliti ketika menerapkan ilmu yang telah diperoleh menegenai kebahagiaan mahasiswa yang orang tuanya bercerai dan menikah lagi di Kota Jambi.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Institusi

Hasil ini diharapkan dapat menambah sumber informasi tambahan dan pengetahuan tentang bagaimana kebahagiaan mahasiswa yang orang tuanya mengalami perceraian dan menikah lagi di Kota Jambi.

2. Bagi Partisipan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan anak korban perceraian orang tua dan menikah lagi supaya dapat lebih memahami mengenai kebahagiaan bagi dirinya dan untuk mengetahui pentingnya kebahagiaan pada hidup.

3. Bagi Orang Tua

Hasil penelitian ini diharapkan orang tua bisa memperhatikan anak korban perceraian dan menikah lagi dengan tetap mempertahankan sebuah hubungan kedekatan dan komunikasi baik dalam keluarga yang terjalin antara orang tua dan anak.

(10)

4. Bagi Masyakarat

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan masyarakat bagaimana kebahagiaan anak korban perceraian orang tua dan menikah lagi dengan bisa memahami dan memberikan dukungan.

5. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan menumbuhkan wawasan serta pengetahuan peneliti dalam menerapkan ilmu yang diperoleh mengenai kebahagiaan mahasiswa yang orang tuanya bercerai dan menikah lagi di Kota Jambi.

6. Bagi Peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi bagi peneliti selanjutnya, yang tertarik untuk meneliti mengenai kebahagiaan khususnya pada mahasiswa yang orang tuanya bercerai dan menikah lagi di Kota Jambi.

1.5 Ruang Lingkungan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Partisipan penelitian adalah mahasiswa yang orang tuanya bercerai dan menikah lagi di Kota Jambi berjumlah 3 responden. Partisipan dipilih dengan teknik purposive sampling, yakni teknik dengan memilih responden dengan kriteria tertentu yang telah disesuaikan dengan kebutuhan penelitian. Penelitian ini melihat bagaiamana kebahagiaan pada mahasiswa yang orang tuanya bercerai dan menikah lagi di Kota Jambi.

Pentingnya kebahagiaan bagi mahasiswa dalam menghadapi permasalahan seperti perasaan sedih, penurunan indeks prestasi, motivasi belajar serta perasaan benci pada salah satu orang tua. Hal tersebut mempengaruhi mahasiswa korban perceraian dalam menjalani dan memaknai kebahagaiaan. Proses penelitian ini akan berlangsung selama 3 (tiga) bulan mulai dari pengumpulan data sampai dengan

(11)

proses analisis data dan interpretasi data, pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan observasi dan wawancara untuk melengkapi data penelitian ini.

Analisis data akan menggunakan Interpretative Phenomenological Analysis (IPA).

1.6 Keaslian Penelitian

Penelitian ini membahas kebahagiaan mahasiswa yang orang tuanya bercerai dan menikah kembali di Kota Jambi. Terdapat penelitian yang sebelumnya berkaitan dengan tema ini, Jurnal penelitian yang telah terpublikasi menunjukan bahwa kebahagiaan merupakan topik yang menarik untuk diteliti.

Beberapa penelitian berikut dipergunakan oleh peneliti sebagai tinjauan dalam penelitian ini. Sebagai bahan pertimbangan terkait keaslian antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya atau juga bersifat melengkapi.

(12)

Publikasi Penelitian 1 Pemaknaan kebahagiaan oleh

Remaja Broken Home

Sarah Hafiza. Marty Mawarpury

Jurnal Ilmiah Psikologi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh

2018 Penelitian ini menunjukan bahwa kebahagiaan berupa kehidupan menyenangkan dan nyaman , kehidpan yang bermakna dan keterlibatan diri.

2 Kebahagiaan Anak Broken Home Almaida Kusuma Jurnal Pendidikan 2021 Penelitian ini menjunjukan Wardani Tambusai Universitas bahwa kebahagiaan pada PGRI Semarang anak broken home meliputi terealisasinya ekspetasi atau harapan dalam lingkungan keluarga. sedangkan faktor yang mempengaruhi kebahgian yakitu tercipatanya hubungan yang positif dengan orang lain, keterlibatan pada karir dan aktivitas, penemuan makna hidup, optimis pada masa depan, serta resiliensi bangkit atas kegagalan yang pernah dicapai.

(13)

Universitas Muhammadiyah Surakarta

untuk memaafkan dan memaknai perceraian orang tua secara positif remaja korban perceraian memiliki harapan hidup yang realistis dan optimis.

4 Peran Rasa Syukur terhadap Kebahagiaan Remaja Korban Perceraian (Studi Kasus pada SMA-IT Jaisyul Quran Boarding School Nagreg)

Arifa Nurhazizah Jurnal Riset Agama Fakultas Ushuluddin Prodi tasawuf Psikotrapi UIN Sunan Gunung Djati Bandung

2022 Penelitian ini menunjukan bahwa rasa syukur sangat berperan penting dalam menghadirkan kebahagiaan pada remaja korban perceraian orang, dapat terasa pengaruhnya dalam menjalani kehidupan sosial akademis siswa-siswi.

5 Dampak Perceraian Orang Tua bagi Perilaku Mahasiswa Universitas Airlangga

Clarisaa Sylvia Dewi

Jurnal Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga

2016 Penelitian ini menjukan bahwa perceraian orang tua memiliki dampak positif yaitu perilaku , kerja keras, pribadi mandiri. Sedangkan, dampak negative besikap apatis, pendiam dan melawan kepada orang tua.

(14)

Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu yang telah dijelaskan, peneliti menemukan perbedaan dan persamaan dengan penelitian yang dilakukan. kesamaan dari segi variable adalah kebahagiaan, namun secara keseluruhan berbeda, dari kelima penelitian diatas tidak satupun memiliki lokasi yang sama. Pada penelitian pertama, ke dua dan ke tiga ada perbedaan terletak pada isu utama sebatas pada kebahagiaan partisipan remaja broken home serta makna kebahagiaan yang akan dibahas dan dianalisa. Dimana pada penelitian ini memusatkan perhatian pada bagaimana gambaran kebahagiaan dari mahasiswa korban perceraian orang tua ditambah memiliki orang tua yang memutuskan menikah lagi.

Perbedaan pada penelitian keempat melihat rasa syukur terhadap kebahagiaan siswa remaja dengan latar belakang perceraian orang tua, kelima hanya melihat dampak positif serta negatif akibat perceraian orang tua, partisipan penelitian yang akan diteliti adalah mahasiswa yang orang tuanya bercerai dan menikah lagi di Kota Jambi. Memiliki karakteristik subjek dan lokasi penelitian berbeda dari penelitian yang ada, penelitian ini berlokasi di Kota Jambi. Beberapa hal yang telah dideskripsikan menjadi bukti keaslian dari penelitian ini dan menjelaskan bahwa penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya, artinya penelitian ini merupakan penelitian orisinal atau asli dari peneliti sendiri.

Referensi

Dokumen terkait

Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskriptifkan variabel-variabel dalam penelitian ini, yaitu book-tax differences sebagai variabel dependen dan variabel

Hasil penelitian menunjukkan pendapatan bersih yang diperoleh usaha pembuatan keripik keladi Di Desa Makuang, Kecamatan Messawa, Kabupaten Mamasa dalam melakukan usahanya sebesar Rp

Penyajian berita pada media massa termasuk berita kriminal pembunuhan pada harian Pekanbaru MX harus bertolak dari Kode Etik Jurnalistik (KEJ), sehubungan dengan

[r]

- SAHAM SEBAGAIMANA DIMAKSUD HARUS DIMILIKI OLEH PALING SEDIKIT 300 PIHAK & MASING2 PIHAK HANYA BOLEH MEMILIKI SAHAM KURANG DARI 5% DARI SAHAM DISETOR SERTA HARUS DIPENUHI

Aset berwujud dalam bentuk bahan atau perlengkapan yang dimaksud adalah berupa peralatan medis dan obat-obatan yang terdapat pada persediaan rumah sakit. Akuntansi persediaan

[r]