• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA STORY TELLING MELALUI MEDIA BONEKA PADA PEMBELAJARAN BAHASA Peningkatan Kemampuan Menyimak Isi Cerita Story Telling Melalui Media Boneka Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas I SD N Watubonang 01 Kecam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA STORY TELLING MELALUI MEDIA BONEKA PADA PEMBELAJARAN BAHASA Peningkatan Kemampuan Menyimak Isi Cerita Story Telling Melalui Media Boneka Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas I SD N Watubonang 01 Kecam"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA STORY TELLING

MELALUI MEDIA BONEKA PADA PEMBELAJARAN BAHASA

INDONESIA SISWA KELAS I SD N WATUBONANG 01

KECAMATAN TAWANGSARI TAHUN 2012/2013

NASKAH PUBLIKASI

Untuk memenuhi sebagai persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1

PGSD

Disusun Oleh

NUR FITRIA

A 510 090 224

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(2)
(3)
(4)

ABSTRAK

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA STORY TELLING MELALUI MEDIA BONEKA PADA PEMBELAJARAN

BAHASA INDONESIA SISWA KELAS I SD N WATUBONANG 01 KECAMATAN TAWANGSARI TAHUN 2012/2013

NUR FITRIA, A 510 090 224, Jurusan PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2013, 145 halaman

Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui peningkatan kemampuan meyimak isi cerita story telling melalui media boneka pada pembelajaran Bahasa Indonesia. Jenis penelitian ini termasuk Penelitian Tindakan Kelas. Subyek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa tahun 2012/2013. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan tes, observasi, wawancara dan dokumentasi. Instrumen yang digunakan adalah dengan soal tes, pedoman wawancara dan pedoman observasi. Teknik analisis data terdiri dari reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil tindakan kelas ini adalah terjadinya peningkatan prosentase siswa melalui (a) Meningkatkan kemampuan menyimak siswa di dalam setiap siklusnya yaitu, yang meliputi a) siswa tertarik dengan media dan cerita story telling yang digunakan guru sebelum dilakukan tindakan sebesar 42,85% (6 siswa), pada siklus I sebesar 64,28% (6 siswa) dan di akhir pelaksanaan tindakan mencapai 92,85% (13 siswa), b) perhatian siswa terfokus pada aktivitas menyimak isi cerita story telling (tidak berbicara dengan teman, tidak mengantuk, dan lain-lain sebelum dilakukan tindakan sebesar 42,85% (6 siswa), pada siklus I sebesar 57,14% (8 siswa) dan di akhir pelaksanaan tindakan mencapai 78,55 (11 siswa), c) menjawab dengan benar pertanyaan berkaitan dengan isi cerita story telling sebelum dilakukan tindakan sebesar 28,57% (4 siswa), pada siklus I sebesar 42,86% (6 siswa) dan di akhir pelaksanaan tindakan sebesar 85,71% (12 siswa), d) menceritakan kembali isi cerita story telling yang telah disampaikan dengan runtut sebelum dilakukan tindakan sebesar 28,57% (4 siswa), pada siklus I sebesar 35,71% (5 siswa) dan di akhir pelaksanaan tindakan mencapai 78,57% (11 siswa), (b) Meningkatkan hasil belajar siswa yang berupa kemampuan mengerjakan soal-soal dengan benar dan tes lisan dengan menceritakan kembali isi cerita story telling sdengan benar peningkatan yang terjadi yaitu : prosentase ketuntasan yang diperoleh pada pra siklus sebanyak 5 siswa atau sebesar 35,71%, prosentase ketuntasan yang diperoleh siklus I sebanyak 10 siswa atau sebesar 71,43%, prosentase ketuntasan yang diperoleh pada siklus II sebanyak 13 siswa atau sebesar 92,86%.

(5)

1. PENDAHULUAN

Suatu proses belajar mengajar merupakan suatu proses berkesinambungan dan tidak terbatas pada penyampaian materi pelajaran di kelas, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana agar materi yang diterima siswa di kelas dapat diterapkan dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kegiatan belajar dan mengajar di Sekolah Dasar keterampilan menyimak menjadi salah satu bagian keterampilan berbahasa yang harus diajarkan kepada peserta didik dan dikuasai oleh peserta didik. Salah satu bentuk keterampilan menyimak tersebut adalah keterampilan menyimak isi cerita story telling.

Kualitas pemahaman anak terhadap isi cerita yang disampaikan oleh gurunya, tergantung dari cara guru menyampaikannya cerita tersebut. Penggunaan media pembelajaran dan pengembangannya dapat dikatakan berhasil, harus dilihat dari sudut input , proses, hingga output pembelajaran. Hal ini selain membutuhkan kesungguhan guru untuk mau mengembangkan metode-metode pembelajarannya, sesuai dengan kriteria siswa yang dihadapi, juga dituntut adanya kreativitas dan kecerdasan guru yang tinggi untuk mengkreasikan sumber-sumber pembelajaran yang ada dan memanfaatkannya secara proporsional.

(6)

mendongeng terlalu lama membuat anak merasa cepat bosan dan tidak antusias lagi.

Namun masih banyak permasalahan-permaslahan yang terjadi dalam proses belajar mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia terutama pada kegiatan story telling antara lain: (1) Sebagian besar dari siswa juga tidak faham tentang

apa yang diceritakan oleh guru. (2) Siswa cenderung asyik berbicara sendiri ketika guru sedang membacakan subuah cerita. (3) Siswa merasa bingung ketika disuruh menceritakan kembali isi cerita tersebut. (4) Siswa merasa kesulitan memahami tokoh-tokoh dan watak yang ada dalam cerita. (5) Kejenuhan siswa akibat metode dan media pembelajaran yang digunakan dalam bercerita tidak bervariasi. (6) Kemampuan masing-masing siswa dalam memahami isi cerita berbeda-beda. (7) Sebagian besar peserta didik mengalami kesulitan dan takut untuk mengungkapkan pendapat dengan bahasa yang baik dan benar ketika guru memberi pertanyaan atau meminta peserta didik menceritakan kembali cerita yang telah mereka simak.

(7)

2. METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian

1. Tempat Penelitian

Setting atau lokasi tempat dilaksanakan Penelitian Tindakan Kelas ini adalah di kelas I SD N Watubonang I, yang beralamatkan di desa Tengklik RT 02/ RW V Kelurahan Watubonang Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo Kode Pos 57561.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2012 sampai dengan Februari 2013.

B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Sesuai dengan variabel yang diambil dalam penelitian, jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif (kemampuan menyimak) dan data kuantitatif (hasil belajar).

C. Teknik Pengumpulan Data

Metode yang digunakan peneliti untuk pengumpulan data adalah metode observasi, wawancara, dokumentasi, dan tes.

1. Observasi

(8)

pelaksanaan tindakan. Kegiatan observasi ini menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan.

Menurut Rubino (2009: 75) ada empat jenis observasi dalam penelitian tindakan kelas:

a. Observasi berpartisipasi, artinya observer berpartisipasi dalam kehidupan oerang-orang yang akan diobservasi.

b. Observasi non partisipasi artinya observer melakukan observasi di luar aktivitas observasi.

c. Quasi observasi berpartisipasi artinya observer berpura-pura ikut dalam kegiatan observasi yang secara nyata ia berfunsgi dalam kegiatan observer.

d. Observasi sistematik dan non sistematik artinya dalam melakukan observasi kerangkanya yang akan diperoleh telah dirumuskan, sebaliknya non sistematik semua gejala yang tampak dicatat.

2. Wawancara

(9)

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto dan data yang relevan dalam penelitian. Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang bersumber dari dokumen dan arsip. Dokumen dalam penelitian ini berupa daftar nama siswa, silabus Bahasa Indonesia kelas I, RPP mata pelajaran Bahasa Indonesia dan daftar nilai. Dokumen sebagai bahan dalam perencanaan penelitian sampai dengan pelaksanaan tindakan.

4. Tes

Metode tes adalah metode yang digunakan untuk mengukur tingkat pengetahuan, ketrampilan, kemampuan atau bakat siswa melalui sejumlah pertanyaan atau latihan. Metode tes ini digunakan pada akhir pembelajaran untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang telah dipelajari.

(10)

3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan pada Siklus I sampai II mengenai penggunaan media boneka pada kegiatan menyimak isi story telling dalam pembelajaran Bahasa Indonesia yang diterapkan pada siswa kelas I SD Negeri Watubonang 01. Dengan demikian maka hipotesis tindakan dengan pencapaian indikator menyimak dengan pencapaian ≥ 75% dapat dibuktikan kebenarannya sebagai berikut:

1. Dengan penggunaan media boneka pada pembelajaran Bahasa Indonesia

siswa kelas I SD Negeri Watubonang 01 tahun ajaran 2012/ 2013 meningkat.

Dibuktikan dengan peningkatan indikator menyimak isi cerita story telling di

setiap siklusnya.

a. Siswa tertarik dengan media dan cerita story telling yang digunakan guru

yaitu pada pra siklus 42,85%, siklus I 64,28% dan siklus II 92,85%.

b. Perhatian siswa terfokus pada aktivitas menyimak isi cerita story telling

(tidak berbicara dengan teman, tidak mengantuk, dan lain-lain) yaitu pada

pra siklus 42,85%, siklus I 57,14% dan siklus II 78,57%.

c. Siswa menjawab pertanyaan dengan benar berkaitan dengan isi cerita

story telling yaitu pada pra siklus 28,57%, siklus I 42,86% dan siklus II

85,71%.

d. Siswa menceritakan kembali isi cerita story telling yang telah disampaikan

dengan runtut yaitu pada pra siklus 28,57%, siklus I 35,71% dan siklus II

(11)

2. Dengan penggunaan media boneka dengan baik dan benar maka kemamapuan

menyimak isi cerita story telling pada pembelajaran Bahasa Indonesia siswa

kelas I SD Negeri Watubonang 01 Tawangsari tahun ajaran 2012/ 2013

meningkat. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan ketuntasan dari Pra

Siklus ke Siklus I sampai Siklus II, yaitu: nilai siswa pra siklus hingga siklus

II menunjukkan peningkatan kemampuan menyimak isi cerita story telling

menggunakan media boneka dengan melihat tabel perolehan nilai siswa yang

selalu meningkat tiap siklusnya dan rata-rata nilai siswa yang mengalami

peningkatan cukup signifikan.

a. Pra Siklus

Nilai siswa pada pembelajaran menyimak isi cerita story telling siswa

kelas I pada pra siklus perolehan nilai tertinggi antara 71 s/d 80 sebanyak

5 siswa, nilai 61 s/d 70 sebanyak 6 siswa, nilai 51 s/d 60 ada 3 siswa, dan

nilai terendah adalah 41 s/d 50 sebanyak 1 siswa.

b. Siklus I

Nilai siswa pada pembelajaran menyimak isi cerita story telling siswa

kelas I pada siklus I perolehan nilai tertinggi antara 81 s/d 90 sebanyak 2

siswa, nilai 71 s/d 80 sebanyak 8 siswa, nilai 61 s/d 70 ada 3 siswa, dan

nilai terendah adalah 51 s/d 60 sebanyak 1 siswa.

(12)

Nilai siswa pada pembelajaran menyimak isi cerita story telling siswa kelas I

pada siklus II perolehan nilai tertinggi antara 81 s/d 90 sebanyak 5 siswa, nilai 71

s/d 80 sebanyak 7 siswa, nilai 61 s/d 70 ada 1 siswa, dan nilai terendah adalah 51

s/d 60 sebanyak 1 siswa.

Hal itu menunjukkan bahwa kemampuan menyimak isi cerita story

telling dibuktikan dengan nilai hasil belajar yang menglami peningkatan

ketuntasan dari pra siklus ke siklus I dan siklus II, prosentase ketuntasan

yang diperoleh pada pra siklus sebanyak 5 siswa atau sebesar 35,71%,

prosentase ketuntasan yang diperoleh siklus I sebanyak 10 siswa atau

sebesar 71,43%, prosentase ketuntasan yang diperoleh pada siklus II

sebanyak 13 siswa atau sebesar 92,86%.

4. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan secara kolaborasi antara

peneliti dan guru kelas I SD Negeri Watubonang 01 tentang peningkatan

kemampuan menyimak isi cerita story telling pada pembelajaran Bahasa

Indonesia siswa kelas I. Dapat disimpulkan sebagai berikut :

Melalui media boneka dapat meningkatkan kemampuan menyimak isi

cerita story telling pada pembelajaran Bahasa Indonesia, hal ini dapat dilihat dari

indikator kemampuan menyimak siswa dapat memenuhi target dan dibuktikan

dengan hasil belajar siswa dapat memenuhi nilai KKM.

(13)

a) Siswa tertarik dengan media dan cerita story telling yang digunakan guru

yaitu pada pra siklus 42,85%, siklus I 64,28% dan siklus II 92,85%.

b) Perhatian siswa terfokus pada aktivitas menyimak isi cerita story telling

(tidak berbicara dengan teman, tidak mengantuk, dan lain-lain) yaitu pada

pra siklus 42,85%, siklus I 57,14% dan siklus II 78,57%.

c) Siswa menjawab pertanyaan dengan benar berkaitan dengan isi cerita

story telling yaitu pada pra siklus 28,57%, siklus I 42,86% dan siklus II

85,71%.

d) Siswa menceritakan kembali isi cerita story telling yang telah disampaikan

dengan runtut yaitu pada pra siklus 28,57%, siklus I 35,71% dan siklus II

78,57%.

Dalam penelitian ini yang menjadi keberhasilan dalam penelitian ini

adalah peningkatan motivasi , sekurang-kurangnya ≥75% siswa mengalami

peningkatan dalam kemampuan menyimak isi cerita story telling pada

pembelajaran Bahasa indonesia. Dengan perincian indikator berupa:

a) Adanya peningkatan siswa tertarik dengan media dan cerita story telling

yang digunakan guru sebesar ≥75%.

b) Adanya peningkatan perhatian siswa terfokus pada aktivitas menyimak isi

cerita story telling (tidak berbicara dengan teman, tidak mengantuk, dan

lain-lain) sebesar ≥75%.

c) Adanya peningkatan siswa menjawab pertanyaan dengan benar berkaitan

(14)

d) Adanya peningkatan siswa menceritakan kembali isi cerita story telling

yang telah disampaikan dengan runtut sebesar ≥75%.

Dari indikator pencapaian yang diharapkan peneliti sudah sesuai

target yaitu keberhasilan sekurang-kurangnya 11 siswa atau sebesar

78,57%, sudah tercapai pada siklus II sehingga tidak perlu dilakukan tindak

lanjut lagi karena sudah sesuai dengan harapan peneliti.

2. Presentase kemampuan menyimak isi cerita story telling melalui media

boneka pada pembelajaran Bahasa Indonesia dibuktikan dengan Hasil

Belajar Siswa yang diperoleh pada pra siklus adalah 35,71%, siklus I

adalah 71,43%, pada siklus II prosentase ketuntasan yang diperoleh adalah

92,86%. Sehingga tidak perlu dilakukan tindak lanjut lagi karena sudah

sesuai dengan harapan peneliti.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsini. 2005. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Arsyad, Azhar. 2006. Media Pembelajaran. Jakarta : Raj Grafindo Persada.

Cakra, Heru. 2012. Mendongeng dengan Mata Hati. Surabaya: Mumtaz Media.

Moleong, Lexy J. 1991. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

(15)

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini menyimpulkan bahwa melalui penggunaan media wayang dapat meningkatkan kemampuan menyimak cerita dalam pembelajaran bahasa Indonesia siswa kelas V

Berdasarkan uraian hasil penelitian tindan kelas yang dilaksanakan melalui prasiklus, siklus I, dan Siklus II menunjukan bahwa dengan penggunaan media boneka

Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang bertujuan untuk meningkatkan Kemampuan Menyimak Bahasa Indonesia Murid Kelas V SD

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan media boneka tangan terhadap kemampuan menyimak dongeng siswa kelas

Dalam prosesnya, penelitian ini mengangkat data dan permasalahan perkembangan kemampuan menyimak melalui bercerita dengan media boneka tangan pada anak usia 4-5 tahun di

Dengan metode story telling dapat meningkatkan perilaku anti korupsi di TK B Az Zahra Kebayoran Baru Jakarta Selatan. Hal ini dibuktikan dengan data hasil pra siklus I,

Pada tindakan II, dalam aktivitas pembelajaran untuk mengembangkan keterampilan menyimak melalui penerapan media boneka, terlihat sedikit peningkatan dalam

Proses pelaksanaan pembelajaran pada siklus I dan siklus II dengan menggunakan aplikasi Fun Easy Learn Deutsch, telah menunjukkan bahwa terdapat peningkatan pada kemampuan menyimak