• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efek nefroprotektif pemberian jangka panjang infusa biji persea americana mill. terhadap kadar kreatinin dan gambaran histologi ginjal tikus terinduksi karbon tetraklorida.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efek nefroprotektif pemberian jangka panjang infusa biji persea americana mill. terhadap kadar kreatinin dan gambaran histologi ginjal tikus terinduksi karbon tetraklorida."

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

xix INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh nefroprotektif pemberian jangka panjang infusa biji alpukat (Persea americana Mill.) berdasarkan kadar kreatinin serum dan gambaran histologis ginjal tikus jantan galur Wistar yang terinduksi karbon tetraklorida (CCl4), serta mendapatkan besar dosis efektif pemberian infusa biji alpukat (Persea americanaMill.).

Jenis penelitian bersifat eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah. Penelitian ini menggunakan tikus jantan galur Wistar, umur 2-3 bulan, berat badan ± 150-250 gram. Tikus dibagi secara acak ke dalam enam kelompok perlakuan, masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor tikus. Kelompok I (kontrol nefrotoksin) diberi karbon tetraklorida 2 mL/kgBB secara

intraperitoneal. Kelompok II (kontrol negatif) diberi olive oil 2 mL/kgBB. Kelompok III (kontrol infusa) diberikan infusa biji alpukat (Persea americana

Mill.) dosis 1142,86 mg/kgBB. Kelompok IV-VI (perlakuan) berturut-turut diberi infusa biji alpukat (Persea americana Mill.) dengan dosis 360,71; 642,06; dan 1142,86 mg/kgBB secara peroral sekali sehari selama enam hari berturut-turut, pada hari ke tujuh semua kelompok perlakuan diberi induksi karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB secaraintraperitoneal. Empat puluh delapan jam pasca induksi karbon tetraklorida, darah diambil melaluisinus orbitalismata untuk diukur kadar kreatinin serum dan pengambilan ginjal untuk dilakukan pencuplikan jaringan ginjal. Kadar kreatinin serum dianalisis secara statistik dengan menggunakanOne WayANOVA dan preparat histologis dianalisis serta dideskripsikan.

Berdasarkan hasil penelitan, infusa biji Persea americana Mill. memberikan efek nefroprotektif dengan menurunkan kadar kreatinin serum pada tikus yang terinduksi karbon tetraklorida. Gambaran histologis belum dapat dibandingkan hasilnya karena gambaran hislotogis kelompok nefrotoksin tidak mengalami perubahan yang berarti secara patologis. Jadi infusa biji Persea americana Mill. dosis 360,71; 642,06; dan 1142,86 mg/kgBB memiliki efek nefroprotektif berturut-turut 100%; 80,95%; dan 61,90% berdasarkan kadar kreatinin serum. Dosis efektif infusa biji Persea americana Mill. yang memberikan efek nefroprotektif paling efektif adalah 360,71 mg/kgBB.

Kata kunci : Persea americana Mill., infusa, nefroprotektif, karbon tetraklorida, kreatinin serum

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(2)

xx ABSTRACT

The purpose of this research is to determine the nephroprotective effect of infusion of avocado’s seeds (Persea americana Mill.) based on creatinine serum level and renal histology of male rats strained Wistar induced carbon tetrachloride (CCl4), and also to determine the effective dose of infusa of avocado’s seeds

(Persea americanaMill.).

This study purely using randomized experimental design, complete with its unidirectional pattern. The subject of these studies were male rats of Wistar strain, aged 2-3 months, and ± 150-250 gram for its weight. Rats were divided into six groups randomly, each group consist of five rats. Group I (nefrotoxin control) was given carbon tetrachloride 2 mL/kgBW i.p. Group II (negative control) was given olive oil 2 mL/kgBW. Group III (infusion control) was given infusion of avocado’s seeds (Persea americana Mill.) with the highest dose (1142.86 mg/kgBW). Group IV-VI were given infusion of avocado’s seeds

(Persea americanaMill.), the doses were 360,71; 642.06; and 1142.86 mg/kgBW orally once a day during six days continuously and then in the seventh day all of these groups were induced carbon tetrachloride 2 mL/kgBW i.p. Fourty eight hours after induced carbon tetrachloride, the blood was collected from sinus orbitalis to measure the creatinine serum level and also made the renal histology. Creatinine serum level was analyzed statistically using ANOVA one way and the renal histology was analyzed microscopically also described.

Based on these result of the research, seeds infusion ofPersea americana

Mill. gave nephroprotective effect for reducing creatinine level serum of rats induced carbon tetrachloride. Renal histology results cannot be compared because renal histology of control nefrotoxin group do not change pathologically. Thus dose infusion of avocado’s seeds (Persea americana Mill.) 360,71; 642.06; and 1142.86 mg/kgBW had nephroprotective 100%, 80.95%, and 61.90% based on creatinine serum level. Effective dose of infusion of avocado’s seeds (Persea americana Mill.) which gave the most effective nephroprotective effect was 360,71 mg/kgBW.

Keywords : Persea americana Mill., infusa, nephroprotective, carbon tetrachloride, creatinine serum

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(3)

1. Pendahuluan

Tape merupakan panganan tradisional

khas Indonesia, berasal dari singkong yang

d i f e r m e n t a s i k a n d e n g a n r a g i

(Saccharomyces cerevisiae) (Rukmana,

1997). Hasil fermentasi dari mikroba

tersebut adalah etanol (C H OH) yang 2 5

merupakan alkohol dengan dua rantai karbon

dan satu gugus hidroksil (-OH). Hasanah

(2008) melaporkan bahwa lama fermentasi

pada tape dapat berdampak terhadap kadar

alkohol, dimana kadar alkohol mencapai

11,81% setelah 2 hari fermentasi. Indrayani

dkk., (2008) melaporkan bahwa konsumsi

alkohol dapat menurunkan kerusakan pada

hati tikus yang terinduksi parasetamol,

berupa penurunan kadar alanin transaminase

(ALT) dan aspartat transaminase (AST).

Hati merupakan organ terbesar dan organ

pemetabolisme yang paling kompleks di

dalam tubuh. Fungsi hati sangat penting

terutama untuk melaksanakan fungsi vital

dan mengatur homeostasis dalam tubuh

(Ward dan Daly, 2000). Dalam hubungannya

dengan fungsi hati bagi kelangsungan hidup

manusia, maka organ hati perlu mendapat

perhatian serius. Penyakit hati dapat

disebabkan antara lain oleh obat atau

hepatotoksin, infeksi virus dan reaksi

imunogenik (Williamson, Okpako dan

Evans, 1996). World Health Organization

(WHO) mencatat sekitar 180 juta manusia

terinfeksi virus hepatitis C, dengan angka

kejadian sebesar 3% (WHO, 2009).

Salah satu senyawa yang dapat digunakan

sebagai senyawa model untuk menimbulkan

kerusakan pada hati adalah karbon

tetraklorida (Janakat dan Al-Merie, 2003).

JURNAL FARMASI SAINS DAN KOMUNITAS, November 2013, hlm. 95-100 Vol. 10 No. 2 ISSN : 1693-5683

POTENSI TAPE SEBAGAI PANGANAN TRADISIONAL TERHADAP EFEK HEPATOTOKSIK TIKUS TERINDUKSI KARBON-TETRAKLORIDA

GIDION KRISNADI YOSEPH, CHRISTIANA DESTIA ANGGRAENI, NI LUH PUTU DIAN PRAWITA PUTRI, ABEDNEGO YOGA DWI PRASETYO, PHEBE HENDRA

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Abstract: The purpose of this study was to determine the effect of “Tape” that has an alcoholic compound, to the hepatotoxic effect in the rat induced Carbon Tetrachloride. And also determine which fermentation time of the Tape can give effect to the hepatotoxic in the rat induced Carbon tetrachloride. Healthy rats were randomly divided into 7 groups of 5 animals in each. Group 1 received carbon tetrachloride 2ml/kgBW treated intraperitoneal. Group 2-4 were given “Tape” suspension 18g/kgBW once daily for 6 days with different fermentation time (3, 5, 7 days). Group 5-7 were given “Tape” suspension 18g/KgBW once daily for 6 days with different fermentation

th

time and carbon tetrachloride was given on the 7 day. Blood sample from all groups was obtained by sinus orbitalis after 24 hours application for estimation the serum level of transaminase. The result showed that “Tape” suspension had a potential effect to reduce the hepatotoxicity induced by carbon tetrachloride. “Tape” suspension with 5 days fermentation was significantly decreased serum level of transaminase (P<0,05) upon carbon tetrachloride-induced hepatic damage in rats.

(4)

Senyawa CCl akan dimetabolisme di hati 4

oleh enzim sitokrom P450 dan menghasilkan

metabolit aktif berupa radikal bebas karbon

triklorometil yang bersifat toksik. Senyawa

radikal bebas ini menyebabkan peroksidasi

lipid yang memicu kerusakan membran sel

dan mitokondria, sehingga

substansi-substansi yang terdapat pada sitoplasma

seperti enzim ALT dan AST masuk ke aliran

darah.. Selain itu, radikal bebas ini dapat

mengganggu produksi lipoprotein yang

berfungsi membawa lipid keluar dari hati.

Akibatnya terjadi penumpukan lemak di hati

yang dikenal sebagai steatosis (Johnston dan

Kroening, 1998; Timbrell, 2008; Wahyuni,

2005; Arhoghro et.al., 2009).

Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu

dilakukan penelitian pengaruh alkohol yang

terkandung dalam tape terhadap efek

hepatotoksik pada tikus terinduksi karbon

tetraklorida.

2. Metode Penelitian

Bahan yang digunakan dalam pe-nelitian

ini adalah tape, larutan CMC-Na 1%, karbon

tetraklorida, minyak zaitun (olive oil), tikus

jantan (galur Wistar).

Alat yang digunakan dalam penelitian ini

adalah blender (Laboratorium

Far-makologi-Toksikologi, USD), spuit injek-si oral, spuit

injeksi intraperitoneal, dan alat-alat gelas

(Pyrex).

2.1. Pembuatan Suspensi Tape

S u s p e n s i Ta p e d i b u a t d e n g a n

mencampurkan 50 g tape ke dalam 50 ml

CMC-Na 1% dengan bantuan blender

sehingga diperoleh konsentrasi suspensi

sebesar 100%. Selanjutnya suspensi ini

dipejankan pada hewan uji tikus.

2.2. Pembuatan Toksin Karbon Tetraklorida

Menurut Janakat dan Al-Merie (2003)

dosis karbon tetraklorida yang mampu

menginduksi terjadinya kerusakan hepar

adalah 2 ml/kgBB diberikan secara

in-traperitoneal. Toksin karbon tetraklorida

dibuat dengan mencampurkan 50 ml karbon

tetraklorida dengan 100 ml minyak zaitun

(olive oil) sehingga diperoleh konsentrasi

50%.

2.3. Pengelompokkan dan Perlakuan

Hewan Uji

Penelitian ini menggunakan 35 ekor

tikus jantan (galur Wistar) dibagi secara acak

ke dalam 7 kelompok perlakuan. Kelompok 1

(K1) diberi karbon tetraklorida (CCl ) 2 4

ml/kgBB secara in-traperitoneal. Kelompok

2-4 merupakan kelompok kontrol tape (K2,

K3, K4), diberi suspensi tape dosis

18g/kgBB selama 6 hari dengan waktu

fermentasi tape yang berbeda (3, 5, 7 hari).

Kelom-pok 5-7 merupakan kelompok

perlakuan (P5, P6, P7) diberi suspensi tape

dosis 18g/KgBB selama 6 hari dengan waktu

fermentasi yang berbeda dan diinduksi

dengan karbon tetraklorida pada hari ke-7.

Pada jam ke-24 setelah pemberian karbon

tetraklorida, semua kelompok diambil

darahnya pada daerah sinus orbitalis mata

untuk penetapan aktivitas ALT dan AST.

Untuk kontrol tape pengambilan darah

dilakukan 24 jam setelah pemejanan tape hari

ke-6.

GIDION KRISNADI YOSEPH, dkk.

(5)

2.4. Analisis data

Data aktivitas serum ALT dan AST

dianalisis dengan Kolmogorov-Smirnov

untuk mengetahui distribusi data dan analisis varian untuk melihat homogenitas varian antar kelompoknya sabagai syarat analisis parametrik. Selanjutnya di-lakukan analisis

dengan Kruskal Wallis untuk mengetahui

perbedaan aktivitas serum ALT-AST antar kelompok. Kemudian dilanjutkan uji dengan

Mann Whitney untuk melihat perbedaan tiap kelompok. Hasilnya dihitung sebagai presentase hepatoprotektif. Secara umum, persen efek hepatoprotektif dihitung dengan rumus :

3. Hasil Dan Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

pengaruh pemberian tape serta pengaruh

lama fermentasi tape terhadap efek

hepatotoksik pada tikus terinduksi karbon

tetraklorida dengan melihat aktivitas serum

ALT dan AST.

3.1. Uji Hepatotoksin

Tahap awal dalam proses penelitian ini

adalah menentukan waktu pencuplikan darah

h e w a n u j i y a n g s e b e l u m n y a t e l a h

diintervensi dengan pemberian senyawa

model yang memodulasi terjadinya

hepatotoksik yaitu karbon tetraklorida.

Karbon tetraklorida diinduksikan melalui

rute intraperitoneal dengan dosis 2

ml/kgBB.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

karbon tetraklorida mampu menginduksi

terjadinya kerusakan hati (Gambar 1 dan 2).

Pengukuran jam ke-24 setelah induksi

karbon tetraklorida memberikan

pe-ningkatan serum ALT dan AST secara

signifikan bila dibandingkan dengan jam

ke-0.

Hasil yang diperoleh sudah sesuai

dengan pustaka acuan bahwa induksi CCl 4

dosis 2 ml/kgBB secara intraperitoneal

mampu meningkatkan aktivitas serum ALT

dan AST 3-5 kali lipat dari kadar awalnya

(Zimmerman, 1999).

3.2. Kontrol Tape

Pengukuran aktivitas ALT dan AST pada

kelompok kontrol tape bertujuan untuk

memastikan bahwa pemejanan tape selama 6

hari tidak memberikan peningkatan pada

aktivitas ALT dan AST yang berdampak pada

(aktivitas ALT serum kontrol hepatotoksin) - (aktivitas ALT serum perlakuan) (aktivitas ALT serum kontrol hepatotoksin) x100%

Gambar 1. Diagram Batang Rata-Rata Aktivitas

Serum ALT pada Tikus Terinduksi CCl 2ml/kgBB4

Gambar 2. Diagram Batang Rata-Rata Aktivitas

Serum AST pada Tikus Terinduksi CCl 2ml/kgBB4

(6)

kerusakan hati. Hasil pengukuran aktivitas

serum ALT/AST kontrol tape menunjukkan

bahwa tape tidak menginduksi kenaikan

aktivitas serum ALT dan AST.

Pada gambar 3 dan 4 menunjukkan

bahwa kontrol tape dengan variasi waktu

fermentasi (3, 5 dan 7 hari) memiliki nilai

aktivitas serum ALT dan AST yang lebih

kecil dibandingkan dengan nilai aktivitas

serum ALT/AST kontrol CCl . Berdasarkan 4

hal tersebut, maka tape dengan berbagai

variasi waktu fermentasi tidak menginduksi

kenaikkan aktivitas serum ALT maupun AST.

3.3. Perlakuan Tape

Hasil perlakuan tape pada tikus yang

diinduksi CCl (P5, P6, P7) menunjukkan, 4

pemberian tape dengan lama fermentasi 3, 5,

dan 7 hari memiliki pengaruh terhadap tikus

yang diinduksi hepatotoksin, karbon

tetraklorida. Pengaruh tape berupa

kemampuan menurunkan potensi karbon

tetraklorida yang menginduksi terjadinya

kerusakan hati, dilihat dari penurunan kadar

ALT dan AST serum dibanding kelompok

kontrol karbon tetraklorida. Aktivitas ALT

pada tikus yang diberi perlakuan tape

fermentasi hari ke-3 dan 7 menunjukkan

perbedaan yang tidak bermakna terhadap

kelompok perlakuan karbon tetraklorida.

Perlakuan tape dengan lama fermentasi 5 hari

mem-berikan penurunan aktivitas ALT dan

AST yang signifikan terhadap kontrol karbon

tetraklorida.

Berdasarkan hal tersebut, maka

kelompok perlakuan tape dengan waktu

fermentasi 5 hari memiliki potensi proteksi

yang lebih besar dalam mencegah terjadinya

kerusakan hati. Hal ini dilihat dari

kemampuan reduksi kenaikan aktivitas

serum ALT/AST yang seharusnya meningkat

ketika hewan uji diinduksi oleh karbon

tetraklorida sebagai senyawa model

penginduksi terjadinya kerusakan hati.

Potensi proteksi tape terhadap CCl yang 4

menginduksi hepatotoksik disajikan dalam

% hepatoprotektif untuk masing-masing

waktu fermentasi (Tabel 1).

Perhitungan persentase efek

he-patoprotektif didasarkan pada nilai ALT

karena lebih spesifik menggambarkan fungsi

hati daripada AST. Enzim AST terdapat

dalam konsentrasi tinggi pada hati, pankreas,

ginjal, paru paru, otot dan sel darah merah.

ALT juga ditemukan pada jaringan lain,

Kelompok perlakuan

Efek hepatoprotektif

(%)

Tape fermentasi 3 hari 29,5 Tape fermentasi 5 hari 87,4 Tape fermentasi 7 hari 48,2

Gambar 3. Diagram Batang Rata-Rata

Aktivitas Serum ALT

Tabel 1. Persentase efek hepatoprotektif perlakuan tape pada tikus terinduksi karbon tetraklorida GIDION KRISNADI YOSEPH, dkk.

(7)

namun jumlah yang dihasilkan di hati lebih

banyak, sehingga dapat secara spesifik

menggambarkan fungsi hati (North-Lewis,

2 0 0 8 ) . B e r d a s a r k a n n i l a i e f e k

hepatoprotektif yang dihasilkan tiap

kelompok fermentasi tape (Tabel 1), yang

memiliki persentase paling tinggi adalah

kelompok tape fermentasi 5 hari sebesar

97,4%. Adanya efek hepatoprotektif dari

tape, dapat disebabkan dari alkohol yang

dihasilkan. Hal ini sesuai dengan penelitian

Indrayani dkk., (2008) yang menyatakan

bahwa konsumsi alkohol dapat menurunkan

kerusakan pada hati tikus yang terinduksi

parasetamol, berupa penurunan kadar alanin

t r a n s a m i n a s e ( A LT ) d a n a s p a r t a t

transaminase (AST).

4.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang

dilakukan untuk membuktikan pengaruh tape

terhadap ketoksikan hati, disimpulkan bahwa

tape memiliki pengaruh terhadap efek

hepatotoksik pada tikus terinduksi karbon

tetraklorida.

Waktu fermentasi tape selama 5 hari

memberikan pengaruh paling optimal dalam

mereduksi terjadinya ketoksikan hati akibat

induksi karbon tetraklorida. Potensi proteksi

tape fermentasi 5 hari sebesar 87,4%.

Ucapan Terima Kasih

Penulis mengucapkan terima kasih

kepada Dirjen DIKTI melalui PKMP yang

telah membantu dalam pembiayaan

penelitian ini, serta semua pihak yang

membantu dalam penelitian ini.

Daftar Pustaka

Arhoghro, E.M., Ekpo, K.E., Ibeh, G.O., 2009, Effect of aqueous extract of scent leaf (Ocimum gratissimum) on carbon tetrachloride (CCl ) 4

Gambar 4. Diagram Batang Rata-Rata Aktivitas Serum AST

(8)

induced liver damage in albino Wister rats, African Journal of Pharmacy and Pharmacology, 3(11) 562-567.

Hasanah, H. 2008. Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap Kadar Alkohol Tape Ketan Hitam (Oryza sativa L var forma glutinosa) dan Tape Singkong (Manihot utilissima Pohl). Universitas Islam Negeri Malang. Hlm 91.

Indrayani dkk. 2008. Efek Parasetamol terhadap Kadar SGPT dan SGOT Darah Mencit yang Diberikan Alkohol Akut dan Alkohol Kronis. Jurnal Kongres Nasional Ikatan Farmakologi Indonesia. Vol. 21. No. 3. Edisi Juli-September. Hlm 1-3.

Janakat, S., dan Al-Merie, H. 2002. Optimization of t h e d o s e a n d r o u t e o f i n j e c t i o n , a n d characterization of the time course of carbon tetrachloride-induced hepatotoxicity in the rat. J. Pharm. Tox. Methods. 48. 41-44.

Johnston., D.E., and Kroening, C. 1998. Mechanism of Early Carbon Tetrachloride Toxicity in Cultured Rat Hepatocytes. Pharmacology & Toxicology. 83. 231-239.

North-Lewis, P. 2008. Drugs and The Liver, A Guide to D r u g H a n d l i n g i n L i v e r D y s f u n c t i o n .

Pharmaceutical Press. London. 12. 17-18.

Rukmana, R. 1997. Ubi Kayu Budi Daya dan Paskapanen. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Hlm 12.

Timbrell, J.A. 2008. Principles of Biochemical Toxicology. 4th Edition. Iinforma Health Care. USA. pp. 309-311.

Wahyuni, S. 2005. Pengaruh Daun Sambiloto (Andrographis paniculata, Ness.) terhadap Kadar SGPT dan SGOT Tikus Putih. GAMMA. 1 (1). 45-53.

Ward, F.M. dan Daly, M.J. 2000. Hepatitic Disease. in Halber, R. and Edwards C.(Eds). Clinical

nd

Pharmacy and Therapeutics. 2 Ed. Churchill Livingstone. Edinburgh. 197.

Williamson, E.M., Okpako, D.T., Evans, F.J. 1996. Pharmacological Methods in Phytotherapy R e s e a r c h S e l e c t i o n P r e p a r a t i o n a n d Pharmacological Evaluation in Plant Material. I. John Wiley & Sons Ltd. London. Hlm 47-66. World Health Organization. 2009. Initiative for

vaccine research, viral cancers, hepatitis C. .

nd

Ziemmerman, H.J., 1999, Hepatotoxicity, 2 edition, Lippincott Williams and Wilkins, Philadelphia, pp. 195-210.

GIDION KRISNADI YOSEPH, dkk.

Gambar

Gambar 2. Diagram Batang Rata-Rata Aktivitas Serum AST pada Tikus Terinduksi CCl 2ml/kgBB4
Gambar 3. Diagram Batang Rata-Rata
Gambar 4. Diagram Batang Rata-Rata Aktivitas Serum AST

Referensi

Dokumen terkait

AD\'IIRTISEMENT ON CUSTOMER SAVING DECISION AT BTN

Dalam hal ini menandakan bahwa bank sangatlah penting dalam pembangunan nasional karena fungsi bank dalam Pasal 1 angka 2 UU perbankan mendefinisikan fungsi bank

[r]

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana pada Program Studi S1 Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas

dioFij 6 Pedu &amp;pd nqopt l..

Menimbang : bahwa dalam rangka mendukung kelancaran pelaksanaan bebas Fiskal Luar Negeri bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak

Penelitian ini merupakan sebuah penelitian lapangan yang bertujuan untuk mendeskripsikan dinamika pembebasan tanah dalam proyek pembangunan jalan MERR II-C Gunung Anyar dan

Peran Perempuan Paska Perceraian di GPM Jemaat Kategorial Lanud Pattimura dari Perspektif Konseling