• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi siswa smp terhadap kompetensi kepribadian guru BK (studi deskriptif pada siswa SMP Taman Dewasa Jetis Kelas VIII tahun ajaran 2016 2017)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Persepsi siswa smp terhadap kompetensi kepribadian guru BK (studi deskriptif pada siswa SMP Taman Dewasa Jetis Kelas VIII tahun ajaran 2016 2017)"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

i

PERSEPSI SISWA SMP TERHADAP KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU BK

(Studi Deskriptif Pada Siswa Kelas VIII SMP Taman Dewasa Jetis Tahun Ajaran 2016/2017)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh :

YOHANES LUKAS KALU 121114083

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

PERSEMBAHAN

Karya sederhana ini saya persembahkan untuk:

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria,

Bapak Mere Lamberthus dan Ibu Kale Yasinta,

Keluarga, Sahabat, Teman, dan

(5)

v

MOTTO

“Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun

juga, tetapi nyatakanlah dalam segala keinginanmu

kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan

ucapan syukur”

(Filipi 4:6)

Bukan kebahagiaan yang menjadikan kita bersyukur

tapi bersyukur yang membuat kita bahagia

(6)
(7)
(8)

viii

ABSTRAK

PERSEPSI SISWA SMP TERHADAP KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU BK

(Studi Deskriptif Pada Siswa Kelas VIII SMP Taman Dewasa Jetis Tahun Ajaran 2016/2017)

Yohanes Lukas Kalu Universitas Sanata Dharma

2017

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur persepsi siswa VIII Sekolah Menengah Pertama Taman Dewasa Jetis Tahun Ajaran 2016/2017 terhadap kompetensi kepribadian guru BK, untuk mengidentifikasi butir instrumen penelitian kompetensi kepribadian yang perolehan skornya rendah dan menganalisis perolehan persentase aspek kompetensi guru BK.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif deskriptif. Subyek pada penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VIII SMP Taman Dewasa Jetis yang berjumlah 126 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner. Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi Kepribadian Guru BK. Uji instrumen berupa uji validitas dan reliabilitas dengan nilai koefisien reliabilitas 0,924. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik kategorisasi jenjang ordinal.

(9)

ix ABSTRACT

HIGH SCHOOL STUDENTS’ PERCEPTIONS TOWARDS GUIDANCE AND

COUNSELING TEACHERS’ PERSONALITY COMPETENCE (A Descriptive Study on Class VIII Students of SMP Taman Dewasa Jetis

Batch 2016/2017)

Yohanes Lukas Kalu Sanata Dharma University

2017

This study aims to: 1) measure class VIII students of SMP Taman Dewasa Jetis Batch 2016/2017 perceptions towards the guidance and counseling teacher personality competence; 2) identify the instrument item of the personality competence study with low scores; 3) analyze the percentage of guidance and counseling teacher competence aspect.

This is a descriptive quantitative study. Subjects in this study were 126 students of class VIII SMP Taman Dewasa Jetis. Data collection technique was conducted using questionnaires. The questionnaire used is a questionnaire on the Students' Perceptions towards the Counseling and Guidance Teacher Personality Competence. Instrument's test are in the form of validity and reliability tests with reliability coefficient value of 0.924. Data analysis technique used is the ordinal level categorization technique.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang selalu menyertai

dan membimbing penulis serta melimpahkan rahmat yang tak terhingga

dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul “Persepsi Siswa Kelas VIII Terhadap Kompetensi Kepribadian Guru BK di SMP Taman Dewasa Jetis

Tahun Ajaran 2016/2017”. Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan,

Program Studi Bimbingan dan Konseling.

Dalam proses penyusunan skripsi ini mendapatkan berbagai

masukan, kritik, dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

2. Bapak Dr. Gendon Barus, M.Si. selaku Ketua Program Studi

Bimbingan dan Konseling, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

3. Bapak Juster Donal Sinaga, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing yang

telah banyak meluangkan waktu dengan kesabaran dalam memberikan

bimbingan, pengarahan, kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi

ini.

4. Seluruh Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling yang telah

(11)
(12)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... vii

ABSTRAK ... viii

B. Identifikasi Masalah ...

C. Pembatasan Masalah ...

(13)

xiii

F. Manfaat Penelitian ...

G. Defenisi Operasional ... 6

7

BAB II LANDASAN TEORI

A. Hakikat Persepsi...

1. Pengertian Persepsi ...

2. Objek Persepsi ...

3. Aspek-Aspek Persepsi ...

4. Faktor yang Mempengaruhi Persepsi ...

5. Proses Terjadinya Persepsi ...

6. Peranan Persepsi Terhadap Terbentuk Perilaku ...

B. Hakikat Kompetensi Kepribadian Guru Bimbingan dan Konseling...

1. Pengertian Kompetensi Kepribadian Guru Bimbingan dan

Konseling ...

2. 12 Kualitas Guru Bimbingan dan Konseling ...

3. Aspek-Aspek Kompetensi Kepribadian Guru Bimbingan dan

Konseling ...

C. Hakikat Remaja sebagai Pelajar SMP...

1. Pengertian Remaja ...

2. Ciri-Ciri Remaja ...

3. Tugas Perkembangan Remaja ...

4. Persepsi Remaja Pada Umumnya ...

D. Kajian Penelitian yang Relevan ...

(14)

xiv

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian...

B. Tempat dan Waktu Penelitian ...

C. Subyek Penelitian...

D. Teknik Pengumpulan Data ...

E. Validitas dan Reliabilitas ...

1. Validitas ...

2. Reliabilitas Instrumen ...

F. Teknik Analisis Data... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ...

1. Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi Kepribadian Guru

Bimbingan dan Konseling ...

2. Butir Item Terendah dari Instrumen Penelitian Persepsi Siswa

Terhadap Kompetensi Guru Bimbingan dan Konseling ...

3. Aspek Kompetensi Kepribadian Guru BK yang Perolehan

Persentase Rendah Menurut Persepsi Siswa ...

B. Pembahasan...

1. Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi Kepribadian Guru BK ...

2. Analisis Butir Item Terendah dari Instrumen Penelitian Persepsi

(15)

xv

3. Analisis Aspek-Aspek Kompetensi Keribadian Guru BK yang

Perolehan Persentase Rendah Menurut Persepsi Siswa...

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ...

B. Saran ...

DAFTAR PUSTAKA... 60

64

65

(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Jumlah Subyek Penelitian ...38

Tabel 2 Penentuan Skor Tiap Alternatif Jawaban. ...39

Tabel 3 Kisi-Kisi Kuesioner Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi Kepribadian Guru BK ...40

Tabel 4 Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian ...43

Tabel 5 Kisi-kisi Instrumen setelah Uji Validitas ...44

Tabel 6 Kualifikasi Reliabilitas...46

Tabel 7 Norma Penggolongan Kategorisasi Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi Kepribadian Guru BK ...47

Tabel 8 Kategori Skor Subjek Penelitian ...48

Tabel 9 Kategori Skor Item Penelitian ...49

Tabel 10 Kategori Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi Kepribadian Guru BK ...50

Tabel 11 Kategori Item Instrumen Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi Kepribadian Guru BK ...52

(17)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Grafik 1 Kategori Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi

Kepribadian Guru BK ... 50

(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Kuesioner Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi Guru BK ... 68

LAMPIRAN 2 Tabulasi Data Hasil Penelitian ... 74

LAMPIRAN 3 Reliabilitas dan Validitas ... 83

(19)
(20)

1

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini dipaparkan latar belakang, identifikasi masalah, batasan masalah,

rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi istilah.

A. Latar Belakang Masalah

Layanan Bimbingan dan Konseling, pada dasarnya adalah proses

interaksi timbal balik antara konselor sebagai pihak yang membantu dan konseli

sebagai pihak yang di bantu. Tugas seorang konselor adalah sebagai pribadi

yang akan membantu konseli untuk mencapai tugas perkembangannya, maka

dalam aktivitas bimbingan dan konseling sangat dibutuhkan kompetensi tertentu

yang harus dimiliki oleh seorang konselor.

Merujuk pada peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia

Nomor 27 tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi

Konselor Pasal 1 Ayat 1 yang berbunyi: “Untuk diangkat sebagai konselor, seseorang wajib memenuhi standar kualifikasi akademik dan kompetensi

konselor yang berlaku secara nasional” Pasal 2 yang berbunyi: “Penyelenggara pendidikan yang satuan pendidikannya mempekerjakan konselor wajib

menerapkan standard kualifikasi akademik dan kompetensi konselor

sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri paling lambat 5 tahun setelah

(21)

Apabila ditata kedalam empat kompetensi pendidik sebagaimana

tertuang dalam Permendiknas no 27 tahun 2008, ada empat kompetensi yang

harus dimiliki oleh konselor, yaitu; kompetensi pedagogik, kompetensi

sosial, kompetensi profesional dan salah satunya adalah kompetensi kepribadian.

Kinerja guru BK dipengaruhi oleh kualitas penguasaan keempat kompetensi

tersebut yang dilandasi oleh sikap, nilai, dan kecenderungan pribadi yang

mendukung .Jika guru BK menguasai keempat kompetensi tersebut maka tidak

perlu diragukan akan kualitas keberhasilan BK di sekolah (Mulyasa, 2007: 10).

Carkhuff (Winkel& Hastuti, 2004:184) mengatakan bahwa barangkali kualitas

kepribadian yang membuat seseorang mampu bergaul dengan orang lain

dalam kehidupan sehari-hari serta membuat seseorang disukai dan disenangi

oleh orang lain, sama dengan kualitas kepribadian yang membuat konselor

sekolah efektif dalam pekerjaannya.

Berdasarkan hasil wawancara terhadap 6 siswa SMP Taman Dewasa

Jetis, tiga orang diantarnya berpendapat bahwa, guru BK hanya bertugas untuk

mencari siswa-siswi yang bermasalah. Guru BK berusaha untuk mencari

bukti-bukti atau berusaha agar siswa mengaku bahwa ia telah berbuat sesuatu yang

tidak pada tempatnya, kurang wajar, atau merugikan, ada pula. Misalnya guru

BK memaksa agar siswa mengakui bahwa ia merokok atau membolos kemudian

memarahi mereka jika mereka terbukti melakukan kesalahan, ada pula yang

(22)

bagi siswa, guru BK tidak terlibat dalam ekstrakurikuler, ada siswa yang takut

untuk berkonsultasi atau bertemu dengan guru BK, cara mengajar guru BK

membosankan karena berisi ceramah atau nasehat dan tiga orang lainnya

berpendapat bahwa guru BK adalah pribadi yang baik, guru BK selalu membantu

mereka apabila sedang mengalami kesusahan, misalnya ketika adik kelas dipalak

oleh kakak kelas, guru BK akan membantu menyelesaikan masalah ini, ketika

ada siswa yang sakit guru ikut membantu siswa yang sakit.

Adanya perbedaan persepsi antara keenam siswa merupakan hal yang

wajar karena adanya pengalaman-pegalaman yang berbeda dan

perasaan-perasaan yang berbeda sesuai yang terhadap guru BK. Persepsi dapat dikemukan

karena perasaan, kemampuan berpikir, pengalaman-pengalaman individu tidak

sama, maka dalam persepsi sesuatu stimulus, hasil persepsi mungkin akan

berbeda antara individu satu dengan individu yang lain. Persepsi itu bersifat

individual (Davidoff,1981;Rogers 1965).

Siswa mempersepsi negatif terhadap pribadi guru BK di sekolah akan

berpengaruh terhadap perilaku mereka terhadap guru BK misalnya enggan untuk

berkonsultasi dengan BK karena mereka beranggapan guru itu galak. Sedangkan

siswa yang memiliki persepsi yang positif terhadap guru BK akan dengan senang

hati berkonsultasi dengan guru BK karena merasa diterima oleh guru BK, karena

mereka memiliki pengalaman yang baik dengan guru BK. Berdasarkan uraian

(23)

perbedaan persepsi antara siswa yang satu lain terhadap kompetensi pribadi yang

dimiliki oleh guru BK.

Berdasarkan hal yang dipaparkan di atas peneliti tertarik untuk

mengadakan penelitian tentang “Persepsi Siswa SMP Terhadap Kompetensi

Kepribadian Guru BK”

B. Identifikasi Masalah

Bertolak dari latar belakang di atas, terkait dengan persepsi siswa terhadap

kompetensi kepribadian guru BK penulis dapat mengidentifikasi masalah

sebagai berikut:

1. Adanya pandangan siswa yang mengatakan bahwa guru BK itu galak.

2. Adanya pandangan siswa yang mengatakan bahwa guru BK hanya bisa

menasehati dan tidak memberi contoh bagi siswa.

3. Guru BK tidak terlibat dalam ekstrakurikuler.

4. Siswa takut untuk berkonsultasi atau bertemu dengan guru BK.

5. Guru memaksa siswa agar mengakui kesalahannya dan memarahi mereka

jika mereka terbukti melakukan kesalahan.

(24)

C. Pembatasan Masalah

Penelitian ini berfokus pada persepsi siswa terhadap kompetensi

kepribadian guru BK khususnya di SMP Taman Dewasa Jetis. Persepsi siswa

terhadap kompetensi guru BK adalah pengalaman siswa dalam mengamati

kemampuan kepribadian guru BK yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan,

individualitas dan kebebasan memilih, menunjukkan integritas dan stabilitas

kepribadian yang kuat dapat dilakukan dengan menampilkan kepribadian dan

perilaku yang terpuji, menampilkan kinerja berkualitas tinggi, cerdas, kreatif,

mandiri, dan berpenampilan menarik.

D. Rumusan Masalah

Dari identifikasi yang telah penulis jabarkan di atas dapat dirumuskan

beberapa rumusan masalah sebagai berikut:

1. Seberapa positif persepsi siswa Kelas VIII SMP Taman Dewasa Jetis tahun

ajaran 2016/2017 terhadap kompetensi kepribadian guru BK?

2. Butir instrumen persepsi siswa terhadap kompetensi guru BK mana sajakah

yang teridentifikasi perolehan skornya rendah?

3. Aspek kompetensi kepribadian guru BK mana saja yang teridentifkasi

(25)

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan beberapa masalah penelitian yang telah dirumuskan di atas,

penelitian ini memiliki tujuan yaitu untuk:

1. Mengukur persepsi siswa Kelas VIII SMP Taman Dewasa Jetis tahun ajaran

2016/2017 terhadap kompetensi kepribadian guru BK.

2. Mengindetifikasi butir item instrumen penelitian kompetensi kepribadian

guru BK yang perolehan skornya rendah.

3. Menganalisis aspek kompetensi kepribadian guru BK.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini kiranya dapat digunakan untuk menambah wawasan di

bidang bimbingan dan konseling khususnya dalam membangun kompetensi

kepribadian.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru BK, hasil penelitian ini kiranya menjadikan bahan refleksi

dalam meningkatkan kompetensi kepribadian.

b. Bagi peneliti, hasil penelitian ini menjadi masukan yang sangat berharga

(26)

c. Bagi dosen, hasil penelitian ini kiranya menjadi masukan agar dapat

memotivasi atau membimbing mahasiswa BK universitas Sanata Dharma

agar mengembangkan kompetensi kepribadian sebagai calon guru BK.

d. Bagi mahasiswa BK universitas Sanata Dharma, hasil penelitian ini

menjadi masukan yang sangat berharga untuk mengembangkan kompetensi

kepribadian sebagai calon guru BK.

G. Definisi Istilah

Beberapa istilah dalam penelitian didefenisikan sebagai berikut:

1. Persepsi adalah proses kognisi yang terjadi dalam individu, terhadap

rangsangan atau stimulus yang diterima melalui panca indera sehingga

menghasilkan sesuatu yang bermakna.

2. Kompetensi kepribadian adalah kemampuan individu yang stabil, dewasa,

arif, menjadi teladan, mengevaluasi kinerja sendiri, mengembangkan diri, dan

religius yang menjadi modeling bagi orang lain.

3. Guru BK adalah tenaga profesional yang memberikan bantuan kepada

siswa-siswi dalam mencapai tugas perkembanganya dan membantu memecahkan

(27)

8 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini dipaparkan hakikat persepsi, hakikat kompetensi kepribadian

guru bimbingan dan konseling, dan hakikat remaja.

A. Hakikat Persepsi 1. Pengertian Persepsi

Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan,

penginderaan adalah suatu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui

alat penerima atau juga disebut proses sensoris. Namun proses itu tidak

berhenti begitu saja, melainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses

selanjutnya merupakan proses persepsi (Walgito, 2005: 99).

Moskowitz dan Orgel (Walgito, 2005:100) menjelaskan bahwa

persepsi merupakan proses integrated dalam diri individu terhadap stimulus

yang diterimanya, persepsi juga merupakan pengorganisasian,

penginterpretasian terhadap stimulus yang diinderanya sehingga merupakan

sesuatu yang berarti, dan merupakan respon yang integrated dalam diri

individu. Karena persepsi merupakan aktivitas yang integrated dalam diri

individu, maka apa yang ada dalam diri individu akan ikut aktif dalam

persepsi. Berdasarkan hal tersebut, maka dalam persepsi dapat dikemukan

karena perasaan, kemampuan berpikir, pengalaman-pengalaman individu

(28)

mungkin akan berbeda antara individu satu dengan individu lain. Persepsi itu

bersifat individual (Davidoff, 1981; Rogers, 1965).

Persepsi merupakan proses saat seseorang mengatur dan

mengiterpretasikan kesan-kesan sensorik mereka guna memberikan arti

lingkungan bagi mereka. Selain itu persepsi merupakan proses penilaian

seseorang terhadap objek tertentu (Kuswana, 2011:220). Jadi dapat

disimpulkan bahwa persepsi adalah proses dimana individu mengatur dan

menginterpretasikan kesan dari indera, dalam menilai suatu atau memberi arti

terhadap lingkungan atau objek tertentu.

Young (Kuswana, 2011:220) berpendapat bahwa persepsi merupakan

aktivitas mengindra, mengiterpretasikan, dan memberikan penilaian pada

objek-objek fisik maupun objek sosial. Pengindraan tersebut tergantung pada

stimulus fisik dan stimulus sosial yang ada di lingkungannya. Jadi dapat

disimpulkan bahwa persepsi adalah poses pengindraan terhadap stimulus fisik

dan stimulus sosial, menginterprestasikan dan memberikan penilaian pada

objek-objek fisik dan objek sosial.

Rahmat (2005) menyebutkan persepsi dibagi menjadi dua bentuk yaitu

positif dan negatif. Apabila objek yang dipersepsi sesuai dengan penghayatan

dan dapat diterima secara rasional dan emosional maka manusia akan

mempersepsikan positif atau cenderung menyukai atau dan menanggapi

(29)

penghayatan maka persepsinya negatif atau cenderung menjauhi, menolak dan

menanggapinya secara berlawanan terhadap objek persepsi tersebut.

Robbins (2002) menambahkan bahwa persepsi positif merupakan

penilaian individu terhadap suatu objek atau informasi dengan pandangan

yang positif atau sesuai dengan yang diharapkan dari objek yang dipersepsi

atau dari aturan yang ada. Penyebab mulculnya persepsi negatif dapat mulcul

karena adanya ketidakpuasan individu terhadap objek yang menjadi sumber

persepsinya, adanya ketidaktahuan individu serta tidak adanya pengalaman

individu terhadap terhadap objek yang dipersepsikan dan sebaliknya,

penyebab mulculnya persepsi positif seseorang karena adanya kepuasan

individu terhadap objek yang menjadi sumber persepsinya, adanya

pengetahuan individu, serta adanya pengelaman individu terhadap objek yang

dipersepsikan.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa, persepsi

adalah proses mengindera, menginterprestasikan dan pemberian nilai oleh

individu terhadap rangsangan yang diterimanya dari objek. Objek yang

dimaksud adalah segala sesuatu yang ada disekitar manusia dan manusia juga

merupakan objek dari persepsi, dalam hal ini yang menjadi objek persepsi

(30)

2. Objek Persepsi

Objek persepsi dapat dibedakan atas objek yang non manusia dan

manusia. Objek persepsi yang berujud manusia ini disebut person perception

atau juga ada yang menyebutkan sebagai social perception, sedangkan

persepsi yang berobjekkan non manusia, hal ini sering disebut non social

perception.

Pada objek persepsi manusia, manusia yang dipersepsi mempunyai

kemampuan-kemampuan, perasaan ataupun aspek-aspek seperti halnya pada

orang yang mempersepsi. Orang yang dipersepsi akan dapat mempengaruhi

pada orang yang mempersepsi. Karena itu pada objek yang dipersepsi yaitu

manusia yang dipersepsi, lingkungan yang melatarbelakangan objek persepsi,

dan perseptor sendiri akan sangat menentukan dalam hasil persepsi (Walgito,

2005: 108-109). Misalnya guru BK yang baik, perhatian, dan peduli terhadap

siswa akan didekati siswa dan guru BK yang galak, cuek, suka menghukum

siswa yang bermasalah akan dijauhi siswa.

3. Aspek-Aspek Persepsi

Aspek-aspek persepsi berupa rangsangan, tanggapan, dan perilaku

(Walgito, 1994:54).

a. Rangsang

Rasangan dapat berasal dari luar diri individu, dapat pula berasal dari

dalam individu. Rangsangan yang berasal dari luar individu mengenai alat

(31)

syaraf penerima atau rangsangan sebagai reseptor, lalu meneruskan ke

syaraf penerima atau sensoris, sedangkan rangsangan yang berasal dari

dalam individu langsung mengenai penerima.

b. Tanggapan

Tanggapan terjadi dalam suatu proses yang disebut proses persepsi. Proses

persepsi bermula dari adanya objek yang menimbulkan rangsangan, lalu

rangsangan diterima oleh reseptor. Tahap ini disebut kelaman, karena

terjadinya secara alamiah. Rangsangan yang diterima oleh reseptor

diteruskan ke syaraf sensori setelah mengalami penyeleksian, dan

dilanjutkan oleh syaraf ke otak sebagai pusat kesadaran. Tahap ini disebut

proses fisiologis, karena terjadi dalam diri individu.

Proses terakhir terjadi di otak, yang memungkinkan individu menyadari

sepenuhnya rangsangan yang diterima melalui reseptor, tahap ini disebut

tahap psikologis karena berhubungan dengan penyadaran. Proses yang

terjadi di otak juga merupakan proses persepsi sebenarnya. Setiap

rangsangan yang disadari kemudian ditanggapi oleh individu melalui syaraf

motorik.

c. Perilaku

Proses persepsi merupakan suatu penilaian, pendapat, dan pandangan.

Setiap nilai, pendapat dan pandangan yang dianggap penting oleh individu

menuntut individu untuk melaksanakannya. Persepsi perlu dilihat dalam

(32)

4. Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Menurut Fauzi (Suciati, 2015:88-89), ada beberapa faktor yang

mempengaruhi persepsi, yaitu:

a. Perhatian

Dalam menangkap stimulus ada perbedaan fokus dari setiap individu. Hal

ini bisa dibuktikan ketika anda berangkat dari rumah ke kampus. Berapa

banyak stimulus yang anda lihat dan anda dengar. Ketika anda keluar dari

rumah, mungkin anda melihat teman anda bergurau bersama dengan

sahabatnya, di perjalanan anda melihat seorang wanita dengan penuh

kerepotan mengantar tiga anaknya ke sekolah, anda juga melihat seorang

remaja ditilang polisi karena tidak menggunakan helm, serta masih banyak

stimulus lagi. Apakah dari sekian banyak stimulus anda persepsikan, anda

maknai? Tentu tidak, namun stimulus yang paling berkesan dan anda

perhatikan saja yang anda persepsikan. Peristiwa yang masuk ke otak

adalah remaja yang kena tilang polisi, sebab hal ini sesuai dengan

pengelaman masa lalu anda, yang membuat anda jera untuk berkendara

tidak lengkap. Dalam hal persepsi siswa terhadap kompetensi kepribadian

guru BK, tentu tidak semua stimulus dimaknai, namun yang dimaknai

(33)

b. Harapan

Harapan terhadap rangsangan yang akan timbul. Ekspektasi terhadap

munculnya rangsangan menyebabkan individu bisa memiliki perbedaan

persepsi. Misalnya ketika siswa memiliki harapan bahwa guru BK bisa

membantu dia menyelesaikan masalah, maka berkonsultasi dengan guru

BK dianggap sebagai solusi terhadap keinginanya. Namun bagi siswa yang

sering dimarahi guru BK, berkonsultasi dengan guru BK akan dianggap

sesuatu yang menakutkan karena dia sering dimarahi.

c. Kebutuhan

Kebutuhan-kebutuhan yang sesaat maupun menetap akan mempengaruhi

persepsi seseorang. Rasa lapar menyebabkan seseorang akan berpikir untuk

mencari menu dan memesan makanan ketika ia sampai di kantin. Persepsi

siswa terhadap seorang guru BK juga dipengaruh oleh sebuah kebutuhan,

misalnya siswa yang belum membayar uang sekolah persemester, dan pada

saat itu dia dituntut untuk segera untuk membayar uang SPP, siswa akan

berpikir untuk mencari bantuan kepada guru BK agar guru membantu

mencari solusi atas permasalahannya.

d. Sistem nilai

Sistem nilai yang ada di masyarakat sangat menentukan jenis persepsi yang

muncul. Penilaian baik dan buruk terhadap sebuah objek menentukan

(34)

baik terhadap guru BK, maka mereka akan memberi makna yang buruk

kepada guru BK yang berperilaku buruk.

e. Ciri kepribadian

Sebuah kepribadian yang berbeda akan berakibat pemberian persepsi yang

berbeda terhadap orang lain. Seorang dengan kepribadian penakut akan

memaknai kata-kata teguran atasannya sebagai sebuah kemarahan. Namun

bagi seorang yang pemberani, kata-kata teguran atasannya adalah jalan

masuk untuk bisa lebih dekat dalam bergaul. Misalnya seorang guru BK

yang mudah tersinggung akan memaknai siswa yang selalu bercanda

dengannya adalah suatu penghinaan buatnya. Namum bagi seorang guru

BK yang mudah bergaul akan memaknai candaan siswa adalah hal yang

biasa buatnya.

Sedangkan menurut Gibson, Ivancevich, dan Donnely (1996)

faktor-faktor persepsi pada dasarnya dibagi menjadi dua yaitu faktor-faktor-faktor-faktor internal

dan faktor eksternal.

a. Faktor internal

Faktor internal yang mempengaruhi persepsi yang terdapat dalam diri

individu, yang mencakup beberapa hal antara lain:

1) Fisiologis.

Informasi masuk melalui alat indera, selanjutnya informasi yang

diperoleh ini akan mempengaruhi dan melengkapi usaha memberikan

(35)

mempersepsi pada tiap orang berbeda-beda sehingga interpretasi

terhadap lingkungan juga berbeda.

2) Perhatian.

Individu memerlukan sejumlah energy yang dikeluarkan untuk

memperhatikan atau memfokuskan pada bentuk fisik dan fasilitas

mental yang ada suatu objek. Energi tiap orang-orang sehingga

perhatian seseorang terhadap objek juga berbeda dan hal ini akan

mempengaruhi persepsi terhadap suatu objek.

3) Minat.

Persepsi terhadap suatu objek bervariasi tergantung pada seberapa

banyak energi atau perceptual vigilance yang digerakan untuk

mempersepsi. Perceptual vigilance merupakan kecenderungan

seseorang untuk memperhatikan tipe tertentu dari stimulus atau dapat

dikatakan sebagai minat.

4) Kebutuhan yang searah.

Faktor ini dapat dilihat dari bagaiman kuatnya seseorang individu

mencari obyek-obyek atau pesan yang dapat memberikan jawaban

sesuai dengan dirinya.

5) Pengalaman dan ingatan.

Pengalaman dapat dikatakan tergantung pada ingatan dalam arti sejauh

mana seseorang dapat mengingat kejadian-kejadian lampau untuk

(36)

6) Suasana hati.

Keadaan emosi mempengaruhi perilaku seseorang, mood ini

menunjukan bagaimana persaan seseorang dalam menerima, bereaksi

dan mengingat.

b. Faktor eksternal.

Faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi, merupakan

karakteristik dari lingkungan dan obyek-obyek yang telibat didalamnya.

Elemen-elemen tersebut dapat mengubah sudut pandang seseorang

terhadap dunia sekitarnya dan mempengaruhi bagaimana seseorang

merasakannya atau menerimanya. Faktor-faktor eksternal yang

mempengaruhi persepsi adalah:

1) Ukuran dan penempatan dari objek atau stimulus.

Faktor ini menyatakan bahwa semakin besarnya hubungan obyek, maka

semakin mudah untuk dipahami. Bentuk ini akan mempengaruhi

persepsi individu dan dengan melihat bentuk ukuran suatu obyek

individu akan mudah untuk perhatian pada gilirannya membentuk

persepsi.

2) Warna dari obyek-obyek

Obyek-obyek yang mempunyai cahaya lebih banyak, akan lebih mudah

dipahami (to be perceived) dibandingkan dengan yang sedikit.

(37)

Stimulus dari luar akan memberi makna, lebih sering diperhatikan

dibadingkan dengan yang hanya sekali dilihat. Kekuatan dari stimulus

merupakan daya dari suatu obyek yang bisa mempengaruhi persepsi.

5. Proses Terjadinya Persepsi

Persepsi terbentuk melalui proses psikologis yaitu diawali dengan penerimaan stimulus mengenai suatu objek melalui indera, stimulus tersebut

oleh syaraf sensori diteruskan ke otak untuk diorganisir, dianalisis dan

diinterpretasikan. Buss (1992) mengemukan bahwa persepsi yang terdiri

pengekstrasian informasi dari lingkungan dapat dianalisis ke dalam empat

tahap, yaitu: (1) adanya stimulus, (2) proses pada reseptor yang meliputi yang

meliputi seleksi dan pemberian kode ke dalam implus-implus diteruskan ke

otak, diberi kode lanjut dan pengkodean dalam otak, dan (4) pengalaman atau

informasi sebagai hasil proses, pengelaman adalah kesadaran atas stimuli dan

informasi adalah pengetahuan yang dapat digunakan segera atau disimpan

sebagai potensi yang digunakan. Dengan demikian persepsi terbentuk karena

adanya stimulus atau objek, saraf sensori dan otak sebagai pengolah informasi

yang diterima dari indera untuk diinterpretasikan.

Menurut Walgito (2005:90), proses terjadinya persepsi yaitu objek

menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indera atau perseptor.

Perlu dikemukan bahwa antara objek dan stimulus itu menjadi dalam hal

tekanan. Benda sebagai objek langsung mengenai kulit, sehingga akan terasa

(38)

oleh satu stimulus saja, melainkanberbagai macam stimulus yang ditimbulkan

oleh keadaan sekitar, akan tetapi tidak stimulus itu mendapatkan respon

individu, hanya beberapa stimulus yang menarik yang akan diberi respon. Hal

ini dikarenakan individu mengadakan seleksi stimulus mana yang dipilih oleh

individu, individu menyadari dan memberikan respon sebagai reaksi terhadap

stimulus tersebut.

6. Peranan Persepsi Terhadap Terbentuknya Perilaku

Salah satu faktor yang mempengaruhi cara kita bereaksi terhadap

orang lain adalah apakah kita memandang diri kita sama dengan orang lain.

Apabila kita melihat orang lain mirip dengan diri kita, maka kita cenderung

tertarik padanya, namum jika orang lain itu memiliki ciri yang tidak kita

sukai, maka secara psikologis akan menjauhinya Schimel & Arndt (Shelley,

2009:45).

Terkadang kualitas yang kita pakai sebagai dasar mengevaluasi orang

lain adalah kualitas yang paling kita ingat karena kita tidak punya hubungan

apapun dengan orang yang kita evaluasi. Misalnya, ketika Ellen baru saja

memutuskan pacarnya Todd, karena dia banyak mengatur, Ellen mungkin

akan menilai masa pacaran yang lalu hanya berdasarkan ingatan bahwa si

Todd orangnya terlalu mengatur; tendensi untuk menggunakan karakteristik

yang paling diingat untuk menilai orang lain sangat sulit diubah Staple &

(39)

Psikologi gestalt mencoba mencoba mengenali prinsip-prinsip yang

mengatur bagaimana pikiran kita membuat peyimpulan tentang dunia dari

data indarwi (membuat data indrawi jadi bermakna). Atribusi merupakan

tindakan penafsiran; apa yang terberi (kesan dari data yang indrawi)

dihubungkan kembali kepada sumber asalnya. Misalnya ketika saya bertemu

dengan dengan seseorang yang menampilkan ekspresi wajah tidak ramah dan

posisi tubuh yang terkesan berjarak dari orang lain, maka saya menyimpulkan

bahwa orang itu tidak ramah yang menyebabkan saya menjauhinya.

(Sarwono, 2009:31).

B. Hakikat Kompetensi Kepribadian Guru Bimbingan dan Konseling

1. Pengertian Kompetensi Kepribadian Guru Bimbingan dan Konseling

Menurut Mulyasa (2014:30), kompetensi kepribadian adalah

kemampuan personal yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa

menjadi teladan bagi anak didik, dan berakhlak mulia. Hal serupa juga

dikatakan oleh Mulyasa (2013:45), kompetensi kepribadian adalah

kepribadian pendidik yang mantap, stabil, dewasa arif, dan berwibawa,

menjadi teladan bagi peserta didik, dan beraklak mulia. Dalam

Undang-Undang tentang guru dan dosen (Undang-Undang-Undang-Undang, No.14 2005) disebutkan

(40)

mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa, serta menjadi teladan peserta

didik.

Kompetensi kepribadian adalah seperangkat perilaku yang berkaitan

dengan kemampuan individu dalam mewujudkan dirinya sebagai pribadi yang

mandiri untuk melakukan transformasi diri, identitas diri, dan pemahaman

diri. Kompetensi kepribadian meliputi kemampuan untuk mengolah diri,

memahami diri, mengendalikan diri, dan menghargai diri. (Kunandar,

2009:55). Kompetensi kepribadian adalah salah satu kompetensi yang harus

dimiliki oleh seorang guru yang berkaitan dengan tingkah laku pribadi guru

itu sendiri yang kelak harus memiliki nilai-nilai luhur sehingga terlihat dalam

perilaku sehari-hari (Fachruddin Saudagar dan Ali idrus, 2011:42).

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa

kompetensi kepribadian Guru BK adalah kemampuan yang dimiliki seorang

Guru BK berupa stabil, dewasa, arif, menjadi teladan; mengevaluasi kinerja

sendiri, mengembangkan diri, dan religius, yang dapat dilihat dalam perilaku

atau kehidupan sehari-hari, yang akan menjadi model yang baik bagi peserta

(41)

2. 12 Kualitas Kepribadian Guru Bimbingan dan Konseling

Cavanagh (Yusuf, 2010: 37-44) mengemukakan bahwa karakteristik

kualitas kepribadian guru BK sebagai berikut:

a. Pemahaman diri (self-knowledge)

Pemahaman diri ini berarti guru BK memahami dirinya dengan baik, dia

memahami secara pasti apa yang dia lakukan, mengapa dia melakukan hal

itu, dan masalah apa yang harus diselesaikan. Guru BK harus mampu

memahami dirinya dengan baik karena dengan memahami dirinya, guru

BK mampu juga memahami diri konseli dengan baik pula. Pemahaman diri

sangat penting, karena beberapa alasan sebagai berikut:

1) Guru BK yang memiliki persepsi yang akurat tentang dirinya

cenderung akan memiliki persepsi yang akurat juga tentang orang lain

khususnya konseli.

2) Guru BK yang terampil dalam memahami dirinya, maka dia akan

terampil juga memahami orang lain.

3) Guru BK yang memahami dirinya, maka dia akan mampu

mengajarkan cara memahami diri kepada orang lain.

4) Pemahaman tentang diri memungkinkan guru BK untuk dapat merasa

(42)

b. Kompeten (competent)

Kompeten diartikan bahwa guru BK harus memiliki kualitas fisik,

intelektual, emosional, sosial, dan moral sebagai pribadi yang berguna.

Guru BK yang berkompeten akan mampu menjalani hidup dengan baik

karena ia memiliki kemampuan untuk berpikir dan bertindak secara baik

sebagai pribadi yang berguna baik diri sendiri dan orang lain.

c. Kesehatan psikologis

Guru BK dituntut memiliki kesehatan psikologis yang lebih baik dari

konseli. Hal ini penting karena kesehatan psikologis (psychological healt)

guru BK akan mendasari pemahamannya terhadap perilaku dan

keterampilannya. Guru BK yang kesehatan psikologisnya baik memiliki

kualitas sebagai berikut:

1) Memperoleh pemuas dan kebutuhan rasa aman, cinta, kekuatan, dan

seks.

2) Dapat mengatasi masalah-masalah pribadi yang dihadapinya.

3) Menyadari kelemahan dan keterbatasan kemampuan dirinya.

Guru BK yang memiliki kesehatan psikologis yang baik, akan mampu

bertanggung jawab penuh atas hidupnya dengan baik.

d. Dapat dipercaya (trustworthiness)

Kualitas ini berarti bahwa guru BK tidak menjadi ancaman

penyebab kecemasan bagi konseli. Guru BK yang dipercaya cenderung

(43)

1) Memiliki pribadi yang konsisten

2) Dapat dipercaya oleh orang lain, baik ucapannya maupun

perbuatannya.

3) Tidak pernah membuat orang lain kecewa.

4) Bertanggung jawab, mampu merespon orang lain secara utuh, tidak

ingkar janji, dan mampu membantu secara penuh.

e. Jujur (honest)

Guru BK dituntut untuk bersikap transparan (terbuka), autentik, dan

asli (guine). Guru BK yang jujur memiliki karakteristik sebagai berikut:

1) Bersikap kongruen, artinya sifat-sifat dirinya yang dipersepsi oleh

dirinya sendiri sama seperti yang dipersepsikan oleh orang lain.

2) Memiliki pemahaman yang jelas tentang makna kejujuran.

Guru BK yang memiliki sikap kongruen yaitu yang menampilkan

kepribadian secara apa adanya dan alami. Guru BK yang menampilkan

kepribadiannya secara alami tidak buat-buat akan terlihat nyaman dan

santai saat menjalankan kehidupan sehari-hari.

f. Kekuatan (strength)

Kekuatan atau kemampuan konselor sangat penting dalam menjalin

hubungan dengan konseli, sebab dengan hal itu konseli akan merasa aman.

Konseli akan memandang guru BK sebagai orang yang tabah dalam

menghadapi masalah, dapat mendorong konseli untuk mengatasi

(44)

Kekuatan yang harus dimiliki oleh guru BK bukan berarti kekuatan fisik,

akan tetapi merupakan kekuatan jiwa atau mental.

Guru BK yang memiliki kekuatan jiwa atau mental adalah guru BK

yang tidak terpengaruh dengan situasi yang diciptakan oleh konseli pada

saat konseling berlangsung misalnya pada konseling, konseli menceritakan

masalah yang sangat sedih yang membuat konseli itu menangis, pada saat

itu guru BK tidak terpengaruh dengan situasi sedih yang dialami oleh

konseli dan tidak turut menangis bersama konseli. Sebaliknya guru BK

harus tabah dan menguatkan konseli agar konseli tegar mengahadapi

masalah.

g. Bersikap hangat

Bersikap hangat itu adalah ramah, penuh perhatian, dan memberikan kasih

sayang. Guru BK yang ramah, penuh perhatian dan memberikan kasih

sayang akan membuat konseli merasa nyaman dan diterima oleh guru BK

h. Sabar (patience)

Melalui kesabaran guru BK dalam menjalin hubungan dengan konseli

dapat konseli untuk mengembangkan dirinya secara alami. Sikap sabar

guru BK menunjukan lebih memperhatikan diri konseli daripada hasilnya.

Salah satu ciri yang menunjukan bahwa guru BK memiliki kesabaran

adalah mampu mengontrol emosi atau tidak marah terhadap konseli yang

(45)

i. Kepekaan (sensitivity)

Guru BK menyadari tentang adanya dinamika psikologis yang tersembunyi

atau sifat-sifat mudah tersinggung, baik pada konseli maupun pada dirinya

sendiri. Guru BK yang memiliki kepekaan, tidak akan mudah terpengaruh

emosinya oleh situasi yang membuatnya tidak nyaman. Guru BK yang

peka akan menyadari pada situasi mana ia akan mudah tersinggung dengan

apa yang dilakukan atau dikatakan oleh konseli kepada dirinya dan

menyadari pada saat mana konseli mudah merasa tersinggung dengan apa

yang dilakukan atau dikatakan oleh guru BK.

3. Aspek-Aspek Kompetensi Kepribadian Guru Bimbingan dan Konseling

Bertolak dari Undang-Undang No.20/2003 Pasal 1 (1) yang

menyatakan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktik

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian dirinya, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Maka pendidikan yang didalamnya termasuk guru bimbingan dan konseling,

sepantasnya adalah pribadi-pribadi yang memiliki karakteristik sebagaimana

yang tertuang dalam Permendiknas No 19 Tahun 2005 sebagai berikut:

a. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa yaitu dengan

(46)

Maha Esa; konsisten dalam menjalankan kehidupan beragama dan toleran

terhadap pemeluk agama lain; berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur.

b. Menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, individualitas,

kebebasan memilih yaitu dengan mengaplikasikan pandangan positif dan

dinamis tentang manusia sebagai makhluk spiritual, bermoral, sosial,

individual, dan berpotensi; menghargai dan mengembangkan potensi positif

individu, pada umumnya dan konseli pada khususnya;peduli terhadap

kemaslahatan manusia pada umumnya dan konseli pada khususnya;

menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sesuai dengan hak asasinya;

toleran terhadap permasalahan konseli; bersikap demokratis.

c. Menunjukkan intergritas dan stabilitas kepribadian yang kuat adalah

menampilkan kepribadian dan perilaku yang terpuji (seperti berwibawa,

jujur, sabar, ramah, konsisten); menampilkan emosi yang stabil; peka;

bersikap empati; serta menghormati keragaman dan perubahan. Guru

bimbingan dan konseling yang berperilaku berwibawa, jujur, sabar, ramah

dan konsisten akan memberikan contoh yang baik bagi siswa.

d. Menampilkan kinerja berkualitas tinggi dapat dilakukan dengan

menampilkan tindakan yang cerdas, kreatif, inovatif, dan produktif;

bersemangat; berdisiplin, dan mandiri; berpenampilan menarik, dan

menyenangkan; berkomunikasi secara efektif. Beberapa hal di atas adalah

indikator yang yang dibutuhkan oleh seorang guru bimbingan dan

(47)

mampu membantu memecahkan masalah konseli dan mampu mengambil

keputusan atau tindakan yang tepat dalam menghadapi permasalah konseli

yang beragam, guru BK juga harus mampu membuat sesuatu yang baru

dan berguna bagi klien dalam proses bimbingan. Ketika proses bimbingan

berlangsung guru BK harus mampu menciptakan suasana yang

menyenangkan dan berpenampilan menarik agar dapat menarik minat

siswa dalam mengikuti bimbingan dan siswa tidak cepat bosan mengikuti

bimbingan.

C. Hakikat Remaja sebagai Pelajar SMP

1. Pengertian Remaja

Pediatri (2010) menyebutkan Adolescent atau remaja merupakan

periode kritis peralihan dari anak menjadi dewasa. Pada remaja terjadi

perubahan hormonal, fisik, psikologis maupun sosial yang berlangsung secara

sekuensial, sedangkan menurut Santrock remaja adalah sebagai masa

perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup

perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional ( Santrock, 2003: 26).

Menurut Jose (2010) remaja adalah masa transisi dari anak-anak

menjadi dewasa. Pada periode ini berbagai perubahan terjadi baik perubahan

hormonal, fisik, psikologis maupun sosial, sedangkan menurut Sarwono

(48)

batasan usia 11-24 tahun belum menikah. Berdasarkan pendapat-pendapat di

atas, dapat disimpulkan bahwa remaja adalah masa dimana terjadi peralihan

dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Dimana terjadi perubahan fisik

maupun perubahan pada psikisnya.

2. Ciri-Ciri Remaja

Paplia dan Olds (Marliani, 2015:168-169), mengemukan ciri-ciri

khusus masa remaja yang mencakup: perkembangan fisik, perkembangan

kognitif, dan perkembangan kepribadian dan sosial. Masa remaja adalah suatu

masa perubahan. Pada masa masa suatu masa perubahan. Pada masa remaja

terjadi perubahan yang cepat, baik secara fisik maupun psikologis, sebagai ciri

dari perkembangan masa remaja, bebarapa ciri khusus mengenai pada

perubahan yang terjadi selama masa remaja adalah sebagai berikut:

a. Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal

yang dikenal dengan sebagai masa storm & stress. Peningkatan emosional

ini merupakan hasil perubahan fisik, terutama hormon yang terjadi pada

masa remaja. Dari segi kondisi sosial, peningkatan emosi merupakan

tanda bahwa remaja berada dalam kondisi baru yang berbeda dari masa

sebelumnya. Pada masa ini banyak tuntuntan dan tekanan yang dtunjukan

pada remaja, misalnya mereka diharapkan untuk tidak bertingkah seperti

anak-anak, lebih mandiri dan bertanggung jawab.

b. Perubahan yang cepat secara fisik juga disertai dengan kematangan

(49)

dan kemampuan mereka sendiri. Perubahan fisik yang terjadi secara cepat,

baik perubahan internal seperti system sirkulasi, percernaan, dan system

respirasi maupun perubahan ekternal, seperti tinggi badan, berat badan,

dan proporsi tubuh sangat berpengaruh terhadap konsep diri remaja.

c. Perubahan dalam hak yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan

orang lain. Selama masa remaja, banyak hal yang menarik bagi dirinya

yang dibawa dari masa kanak-kanak diganti dengan hal menarik yang baru

dan lebih matang. Hal ini disebabkan adanya tanggung jawab yang lebih

besar pada masa remaja. Oleh karena itu remaja diharapkan untuk

mengarahkan ketertarikan mereka pada hal-hal yang lebih penting.

Perubahan juga terjadi dalam hubungan dengan orang lain. Remaja tidak

lagi berhubungan hanya dengan individu dari jenis kelamin yang sama,

tetapi juga dengan lawan jenis dan orang dewasa.

d. Perubahan nilai, yang semula mereka anggap penting pada masa

kanak-kanak menjadi kurang penting kerana sudah mendekati dewasa.

e. Pada umumnya remaja bersikap ambivalen dalam menanggapi perubahan

yang terjadi. Di satu sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi disisi

lain meraka takut akan tanggung jawab yang menyertai kebebasan

tersebut, serta meragukan kemampuannya untuk memikul tanggung jawab

(50)

3. Tugas Perkembangan Remaja

Menurut Hurlock (1991) tugas perkembangan masa remaja di

fokuskan pada upaya meninggalkan sikap perilaku kekanak-kanakan serta

untuk mencapai kemampuan bersikap dan berperilaku. Adapun tugas-tugas

perkembangan masa remaja yaitu:

1) Mampu menerima keadaan fisiknya;

2) Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa;

3) Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan

jenis;

4) Mencapai kemandirian ekonomi;

5) Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat

diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat;

6) Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat

diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat;

7) Memahami dan menginternalisasi nilai-nilai orang dewasa dan orang tua;

8) Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk

memasuki dunia dewasa.

9) Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan.

10) Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan

(51)

4. Persepsi Remaja Pada Umumnya

Pada umumnya remaja memusatkan perhatian pada cara seseorang

menggunakan proses kognitifnya seperti perhatian, persepsi, ingatan,

pemikiran, penalaran, harapan, untuk memahami dunia social meraka. Remaja

mempersepsikan sesuat berdasarkan egosentrismenya. Egosntrime remaja

(adolencent egocentrism) menggambarkan meningkatnya kesadaran diri

remaja yang terwujud pada keyakinan mereka bahwa orang lain memiliki

perhatian amat besar, seberapa besar mereka terhadap diri mereka, dan

terhadap perasaan akan keunikaan pribadi mereka. (Santrock, 2003:121-122).

David Elkin (Santrock, 2003:122) mengemukan bahwa egosetrisme

remaja dapat dibagi menjadi dua jenis berpikir social yaitu imaginary

audience dan personal fable. Imaginary audience (penonton imajiner)

menggambarkan peningkatan kesadaran remaja yang tampil pada keyakinan

mereka bahwa orang lain memiliki perhatian yang amat besar terhadap diri

mereka. Gejala penonton imajiner mencakup berbagai perilaku untuk

mendapat perhatian; keinginan agar kehadirannya diperhatikan, disadari orang

lain dan menjadi pusat perhatian. Misalnya, gadis SMP, saat berjalan

memasuki kelas akan berpikir dan bahwa bahwa semua orang sedang melihat

penampilannya. Remaja merasa bahwa mereka adalah pemeran utamanya

sedangkan orang lain adalah penontonya.

Menurut David Ekind (Santrock, 2003:122) personal fable (dongeng

(52)

yang dimiliki. Perasaan akan keunikan pribadi mereka membuat mereka

merasa bahwa tidak ada seorang pun yang dapat memahami perasaan mereka.

Misalnya, seorang gadis remaja beranggapan bahwa ibunya tidak dapat

merasakan kepedihan hatinya yang dirasakannya karena putus cinta. Sebagai

cara untuk mempertahankan adanya keunikan pribadinya, remaja mungkin

mengarang cerita penuh fantasi mengenai diri mereka, menenggelamkan diri

mereka dalam dunia yang jauh dari realitas.

Menurut Barenboim (Santrock, 2003:124) remaja mengartikan

kepribadian seseorang dengan tiga cara yang berbeda yaitu: pertama, ketika

remaja diberi informasi mengenai orang lain, mereka cenderung akan

mempertimbangkan baik informasi yang sudah dimilikinya maupun informasi

yang baru diterimanya, dan buka semata-mata mengadalkan informasi yang

konkret yang dimilikinya saat itu saja. Kedua, remaja cenderung lebih

menganali perbedaan konseptual atau situasional dari kepribadian, dan tidak

beranggapan bahwa kepribadian bersifat selalu tetap. Ketiga, remaja

cenderung tidak sekedar merima sifat yang tampil di permukaan untuk

mendapatkan gambaran yang mantap mengenai kepribadian yang lebih

mendalam, kompleks, bahkan tersembunyi.

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa pada

umumnya remaja cenderung mempersepsikan sesuatu berdasarkan

egosentrisme dan tidak realistis, karena menganggap bahwa tidak seorangpun

(53)

seseorang remaja cenderung cenderung akan mempertimbangkan baik

informasi yang sudah dimilikinya maupun informasi yang baru diterimanya,

remaja cenderung lebih menganali perbedaan konseptual atau situasional dari

kepribadian, dan tidak beranggapan bahwa kepribadian bersifat selalu tetap,

cenderung tidak sekedar merima sifat yang tampil di permukaan untuk

mendapatkan gambaran yang mantap mengenai kepribadian yang lebih

mendalam, kompleks, bahkan tersembunyi.

D. Kajian Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang

dilakukan oleh Arryanto Wisnu (2014) tentang “Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi Kepribadian Guru BK SMP Negeri di Kecamatan Trucuk”. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) sebanyak 70,67%

subjek memiliki persepsi bahwa kompetensi kepribadian guru BK berada pada

kategori sangat tinggi,(2) sebanyak 27,33% subjek memiliki persepsi bahwa

kompetensi kepribadian guru BK berada pada kategori tinggi, (3) 0,67% subjek

memiliki persepsi bahwa kompetensi kepribadian guru BK berada pada kategori

cukup tinggi, (4) 0,67% subjek memiliki persepsi bahwa kompetensi kepribadian

guru BK berada pada kategori rendah, (5) 0,67% subjek memiliki persepsi bahwa

(54)

Hasil analisis butir item dari instrumen penelitian persepsi siswa kelas VIII

SMP Negeri di Kecamatan Trucuk terhadap kompetensi kepribadian guru BK

menunjukkan sebanyak 42 item (92%) berada pada kategori sangat tinggi, 12

item (8 %) berada pada kategori tinggi, dan tidak ada item yang berada pada

kategori cukup tinggi, rendah, maupun sangat rendah, namun terdapat item yang

memiliki skor terendah yaitu pada indikator bersikap demokratis terhadap siswa.

Skripsi Sisrianti Yusri (2014) tentang “Persepsi Siswa Tentang Kompetensi Kepribadian Guru Bimbingan dan Konseling di SMPN 5 Pariam”. Berdasarkan

penelitian ini menunjukan bahwa gambaran persepsi siswa tentang kompetensi

kepribadian Guru BK/Konselor secara rata-rata siswa menyatakan bahwa 46,83%

GuruBK/Konselor selalu menampilkan kompetensikepribadiannya, 30,99%

siswa menyatakan Guru BK/Konselor sering menampilkan kompetensi

kepribadiannya, 20,77% siswa menyatakan kadang-kadang dan 1,41% siswa

yang menyatakan Guru BK/Konselor tidak pernah menampilkan kompetensi

kepribadiannya

E. Kerangka Berpikir

Persepsi adalah proses mengindera, menginterprestasikan dan pemberian

nilai oleh individu terhadap rangsangan yang diterimanya dari objek. Objek yang

dimaksud adalah segala sesuatu yang ada disekitar manusia dan manusia juga

(55)

adalah guru BK. Persepsi dibagi menjadi dua bentuk yaitu persepsi yang positif

dan persepsi yang negatif, persepsi siswa terhadap guru BK khususnya terhadap

kompetensi kepribadiaan guru BK tentu ada yang positif maupun negatif.

Persepsi positif merupakan penilaian individu terhadap suatu objek atau

informasi sesuai dengan apa yang diharapkan dari objek yang dipersepsi atau

kesesuian objek yang dipersepsi dengan aturan yang ada Siswa akan memiliki

persepsi yang positif apabila guru BK memiliki kualitas atau kompetensi

kepribadian yang baik. Apabila dalam keseharian guru BK memiliki kompetensi

kepribadian yang baik, siswa memberikan persepsi yang positif terhadap guru

BK dan membuat guru BK disukai dan disenangi oleh siswa pada umunya atau

konseli pada khususnya.

Persepsi negatif dapat mulcul karena adanya ketidakpuasan individu

terhadap objek yang menjadi sumber persepsinya atau karena ketidaktahuan

individu serta tidak adanya pengelaman individu terhadap objek yang

dipersepsikan. Apabila dalam keseharian guru BK kurang mengusai kompetensi

kepribadian akan menimbulkan suatu persepsi yang negatif terhadap guru BK,

karena siswa merasa kurang puas terhadap guru BK. Persepsi siswa terhadap

keberadaan layanan bimbingan dan konseling persepsi siswa terhadap

keberadaan layanan bimbingan dan konseling cederung negatif, istilah “polisi sekolah” guru BK menjadi umum. Persepsi siswa mengenai bimbingan dan

konseling dikaitkan dengan kinerja dan kepribadian guru BK juga belum jelas

(56)

36 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi beberapa hal yang berkaitaan dengan metodologi penelitan

antara lain jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, instrumen penelitian, dan

kisi-kisi instrumen.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif deskriptif. Penelitian

kuantitatif deskriptif ini bertujuan untuk menjelaskan, meringkas berbagai

kondisi, berbagai situasi, dan berbagai variabel yang timbul di masyarakat yang

menjadi objek penelitian itu berdasarkan apa yang terjadi (Bungin, 2011:44).

Menurut Sugioyono (2000), penelitian deskriptif adalah penelitian yang

dilakukan untuk memberikan gambaran terhadap satu objek yang diteliti melalui

data data sampel dan populasi sebagaimana adanya dengan melakukan analisis

dan membuat kesimpulan yang berlaku secara umum. Penelitian ini juga

termasuk penelitian deskriptif kuantitatif yaitu data diperoleh dari analisis skor

jawaban subjek pada alat instrumen yang dipakai.

Penelitian deskriptif bertujuan mengambarkan secara sistematik dan

akurat fakta dan karakteristik mengenai populasi atau situasi atau kejadian.

Penelitian ini bertujuan untuk mengambarkan secara jelas situasi atau kejadian

(57)

deskriptif sehingga tidak bermaksud mencari penjelasan, menguji hipotesis,

membuat prediksi, maupun mempelajari implikasinya (Azwa, 2012:7).

Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan persepsi siswa kelas VIII

SMP Taman Dewasa Jetis tahun ajaran 2016/2017 terhadap kompetensi

kepribadian guru BK, karena peneliti ingin mengetahui seberapa positif persepsi

siswa kelas VIII SMP Taman Dewasa Jetis tahun ajaran 2016/2017 terhadap

kompetensi kepribadian guru BK.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian di SMP Taman Dewasa Jetis. Penelitian dilaksanakan

pada tanggal, 25 Juli 2016 dan tanggal, 28 Juli 2016 peneliti menyebarkan

kuesioner pada siswa kelas VIII SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta Tahun

Ajaran 2016/2017. Pada bulan Mei-Juni 2016 peneliti membuat kuesioner dan

dikonsultasikan pada dosen pembimbing

C. Subyek Penelitian

Subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa VIII SMP Taman Dewasa Jetis tahun ajaran 2016/2017. Menurut Sugiyono (2012

117), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini populasi

(58)

anggota populasi penelitian dijadikan sebagai sumber penelitian. Jumlah siswa

dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1.

Jumlah Subjek Penelitian

NO KELAS JUMLAH

1. VIII 1 25

2. VIII 2 25

3. VIII 3 25

4. VIII 4 26

5. VIII 5 25

JUMLAH 126

D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian itu berupa

kuesioner. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada

responden untuk dijawab. Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner Persepsi

Siswa Terhadap Kompetensi Kepribadian Guru BK yang berbentuk tertutup.

Alternatif jawaban yang disediakan dalam kuesioner ini berpedoman pada

teknik penyusunan skala likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap,

pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena

sosial. Untuk menghindari responden memilih jawaban yang memiliki skor

netral, maka jumlah alternatif yang disediahkan dimodifikasi dari lima alternatif

menjadi empat alternatif jawaban. Ada alternative jawaban yang digunakan

(59)

tidak setuju (STS) dengan bobot setiap altenatif jawaban adalah sebagai berikut

(Sugiyono, 2011:135).

Tabel 2.

Penentuan Skor Tiap Alternatif Jawaban.

NO Pernyataan

Alternatif jawaban

S (Sangat Setuju)

S (Setuju)

TS (Tidak Setuju)

STS

(Sangat Tidak Setuju)

1. Favorabel 4 3 2 1

2. Unfavorabel 1 2 3 4

Item-item Kuesioner Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi Guru BK disusun berdasarkan aspek-aspek kompetensi kepribadian guru BK menurut

depertemen Pendidikan Nasional 2007 (Penataan Pendidikan Profesional

Konselor dan Layanan BK dalam Jalur Pendidikan Formal) seperti tampak pada

(60)

Tabel 3

Kisi-Kisi Kuesioner Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi Kepribadian Guru BK (Sebelum uji coba)

No Aspek-Aspek Kompetensi

Kepribadian Guru BK Indikator

Item

Favorabel Unfavorabel

1 Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha

2 Menghargai dan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan,

3 Menunjukan stabilitas dan integritas yang kuat.

Menampilkan perilaku berwibawa

47, 54, 63 52, 57

Menampilkan perilaku jujur 15, 58 53

Menampilkan perilaku ramah 55 30, 39

Menampilkan perilaku

4 Menampilkan kinerja yang berkualitas tinggi.

Cerdas. 9, 60

Kreatif-Inovatif. 25 51

Berdisplin.

Berkomunikasi secara efektif. 12, 32 38, 29

JUMLAH 36 32

(61)

E. Validitas dan Reliabilitas

1. Validitas

Validitas suatu instrumen penelitian adalah derajat yang

menunjukkan dimana suatu tes mengukur apa yang hendak diukur

(Arikunto, 2009:122). Instrumen yang valid berarti alat ukur dapat

digunakan untuk memperoleh data yang valid. Instrumen tersebut dapat

digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2009:

173).

Azwar (2012, 175) membagi validitas menjadi 3 yaitu validitas isi,

validitas konstruk, dan validitas berdasarkan kriteria. Penelitian ini

menggunakan validitas isi (content validity). Validitas isi menunjukan sejauh

mana item-item dalam kuesioner mencakup semua isi yang hendak diukur

dan isi dari kuesioner tersebut juga harus relevan dan tidak keluar dari

batasan tujuan penelitian. Validitas isi didasarkan pada pertimbangan yang

dilakukan seorang ahli (expert judgement), guna menelaah secara logis

kesesuaian dan ketepatan rumusan setiap butir pernyataan kuesioner agar

setiap item pernyataan yang dibuat tepat dengan aspek tujuan dan isi

indikator atributnya sebagaimana dikontruk dalam kisi-kisi instrumen,

sehingga dapat dinyatakan baik (Nurgiyantoro, 2009). Instrumen persepsi

siswa terhadap kompetensi guru BK dikontruksi berdasarkan aspek-aspek

kompetesi kepribadian guru BK kemudian validasi item dilakukan oleh

(62)

Menurut Arikunto (2002), suatu instrumen yang valid mempunyai

tingkat validitas yang tinggi, dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan

data dari variabel yang diteliti secara tepat. Selanjutnya Arikunto (2002:160)

menjelaskan bahwa untuk menguji tingkat validitas dari kuesioner dengan

taraf signifikan (α = 5%) digunakan rumus koefisien korelasi product

moment sebagai berikut :

∑ ∑ ∑

√{ ∑ ∑ } { ∑ ∑ }

Keterangan:

= korelasi produk moment = nilai setiap butir

= nilai dari jumlah butir

= jumlah responden

Koefisien korelasi validitas item diukur menggunakan SPSS versi

16.0 agar perhitungan jadi lebih cepat dan mudah. Menurut Azwar (2012:

95), item yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 dianggap

memuaskan. Berdasarkan ketentuan tersebut dapat dikatakan bahwa item

yang valid adalah item yang memiliki nilai korelasi ≥ 0,30. Sementara itu, suatu item dikatakan tidak valid jika memiliki nilai korelasi < 0,30. Hasil

perhitungan uji coba yang telah dilakukan peneliti menunjukkan bahwa dari

68 item yang dikembangkan terdapat 14 item yang koefisien validitasnya <

0,30. Ke 14 item tersebut dieliminasi atau tidak disertakan dalam

(63)

yang memiliki koefisien validitas ≥ 0,30. Sehingga dinyatakan valid dan digunakan untuk pengambilan data penelitian sesungguhnya. Adapun

item-item yang valid dan gugur dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.

Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian

No Aspek Indikator Nomor Item

Valid Gugur 1 Beriman dan bertakwa

kepada Tuhan Yang Maha

3 Menunjukan stabilitas dan

integritas yang kuat. Menampilkan perilaku berwibawa

47, 54 ,5 63

57

Menampilkan perilaku jujur 15, 58 53

Menampilkan perilaku ramah 30, 55 39

Menampilkan perilaku konsisten 22, 64, 66

Menampilkan emosi yang stabil. 21, 65 8

Berempati. 18, 67, 59 28, 35

4 Menampilkan kinerja yang berkualitas tinggi.

Cerdas. 9 60

Kreatif-Inovatif. 25 51

Berdisplin. 13,50

Berkomunikasi secara efektif. 12, 32, 38 29

(64)

Setelah diadakan pengujian validitas maka didapatkan kisi-kisi kuesioner

seperti berikut ini:

Tabel. 5.

Kisi-kisi Instrumen setelah Uji Validitas (Setelah uji coba)

No

1 Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

dan integritas yang kuat. Menampilkan perilaku berwibawa

47, 54, 63 52

Menampilkan perilaku jujur 15, 58

Menampilkan perilaku ramah 55 30

Menampilkan perilaku konsisten 64, 66 22

Menampilkan emosi yang stabil. 21 65

Berempati. 18, 67 59

Berkomunikasi secara efektif. 12, 32 38

JUMLAH 34 20

Gambar

Grafik 2  Aspek-Aspek Kompetensi Kepribadian Guru BK................................. 54
Tabel 1. Jumlah Subjek Penelitian
Tabel 2. Penentuan Skor Tiap Alternatif Jawaban.
Tabel 3
+7

Referensi

Dokumen terkait

2 Pembangunan Laboratorium MAN 2 Boyolali Rp 129,240,000.00 Simo Pengadaan Langsung Kecil Mei APBN Tahun Anggaran 2013 3 Pembangunan Perpustakaan Man 2 Boyolali Rp

Populasi dalam penelitian ini yaitu pengrajin gula kelapa yang pernah memiliki anak usia minimal 22 tahun (212 pengrajin). Penentuan jumlah sampel menggunakan

Perihal : Rencana Umum Pengadaan (RUP) Anggaran Tahun 2013. NO Nama Paket

Salah satu akibat dari pembuangan limbah dari kegiatan budidaya udang intensif ke perairan adalah terjadinya kekeruhan yang diakibatkan oleh tingginya padatan

(5) Direktur Jenderal melaporkan secara tertulis kepada Menteri atas setiap permohonan izin prinsip yang dianggap disetujui, paling lambat 1 (satu) hari kerja setelah

lembaga, dan proses sosial yang ada di dalam masyarakat, sedangkan pengertian linguistik adalah bidang ilmu yang mempelajari bahasa atau bidang ilmu yang mengambil bahasa

Namun untuk mempercepat hasil penjumlahan, digunakan algoritma penjumlahan dengan dimulai dari MSB  LSB.  Untuk mendapatkan hasil logaritma basis 2 dari

[r]