i
PERSEPSI SISWA SMP TERHADAP KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU BK
(Studi Deskriptif Pada Siswa Kelas VIII SMP Taman Dewasa Jetis Tahun Ajaran 2016/2017)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh :
YOHANES LUKAS KALU 121114083
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
PERSEMBAHAN
Karya sederhana ini saya persembahkan untuk:
Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria,
Bapak Mere Lamberthus dan Ibu Kale Yasinta,
Keluarga, Sahabat, Teman, dan
v
MOTTO
“Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun
juga, tetapi nyatakanlah dalam segala keinginanmu
kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan
ucapan syukur”
(Filipi 4:6)
Bukan kebahagiaan yang menjadikan kita bersyukur
tapi bersyukur yang membuat kita bahagia
viii
ABSTRAK
PERSEPSI SISWA SMP TERHADAP KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU BK
(Studi Deskriptif Pada Siswa Kelas VIII SMP Taman Dewasa Jetis Tahun Ajaran 2016/2017)
Yohanes Lukas Kalu Universitas Sanata Dharma
2017
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur persepsi siswa VIII Sekolah Menengah Pertama Taman Dewasa Jetis Tahun Ajaran 2016/2017 terhadap kompetensi kepribadian guru BK, untuk mengidentifikasi butir instrumen penelitian kompetensi kepribadian yang perolehan skornya rendah dan menganalisis perolehan persentase aspek kompetensi guru BK.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif deskriptif. Subyek pada penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VIII SMP Taman Dewasa Jetis yang berjumlah 126 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner. Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi Kepribadian Guru BK. Uji instrumen berupa uji validitas dan reliabilitas dengan nilai koefisien reliabilitas 0,924. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik kategorisasi jenjang ordinal.
ix ABSTRACT
HIGH SCHOOL STUDENTS’ PERCEPTIONS TOWARDS GUIDANCE AND
COUNSELING TEACHERS’ PERSONALITY COMPETENCE (A Descriptive Study on Class VIII Students of SMP Taman Dewasa Jetis
Batch 2016/2017)
Yohanes Lukas Kalu Sanata Dharma University
2017
This study aims to: 1) measure class VIII students of SMP Taman Dewasa Jetis Batch 2016/2017 perceptions towards the guidance and counseling teacher personality competence; 2) identify the instrument item of the personality competence study with low scores; 3) analyze the percentage of guidance and counseling teacher competence aspect.
This is a descriptive quantitative study. Subjects in this study were 126 students of class VIII SMP Taman Dewasa Jetis. Data collection technique was conducted using questionnaires. The questionnaire used is a questionnaire on the Students' Perceptions towards the Counseling and Guidance Teacher Personality Competence. Instrument's test are in the form of validity and reliability tests with reliability coefficient value of 0.924. Data analysis technique used is the ordinal level categorization technique.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang selalu menyertai
dan membimbing penulis serta melimpahkan rahmat yang tak terhingga
dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul “Persepsi Siswa Kelas VIII Terhadap Kompetensi Kepribadian Guru BK di SMP Taman Dewasa Jetis
Tahun Ajaran 2016/2017”. Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan,
Program Studi Bimbingan dan Konseling.
Dalam proses penyusunan skripsi ini mendapatkan berbagai
masukan, kritik, dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;
2. Bapak Dr. Gendon Barus, M.Si. selaku Ketua Program Studi
Bimbingan dan Konseling, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;
3. Bapak Juster Donal Sinaga, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing yang
telah banyak meluangkan waktu dengan kesabaran dalam memberikan
bimbingan, pengarahan, kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi
ini.
4. Seluruh Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling yang telah
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... vii
ABSTRAK ... viii
B. Identifikasi Masalah ...
C. Pembatasan Masalah ...
xiii
F. Manfaat Penelitian ...
G. Defenisi Operasional ... 6
7
BAB II LANDASAN TEORI
A. Hakikat Persepsi...
1. Pengertian Persepsi ...
2. Objek Persepsi ...
3. Aspek-Aspek Persepsi ...
4. Faktor yang Mempengaruhi Persepsi ...
5. Proses Terjadinya Persepsi ...
6. Peranan Persepsi Terhadap Terbentuk Perilaku ...
B. Hakikat Kompetensi Kepribadian Guru Bimbingan dan Konseling...
1. Pengertian Kompetensi Kepribadian Guru Bimbingan dan
Konseling ...
2. 12 Kualitas Guru Bimbingan dan Konseling ...
3. Aspek-Aspek Kompetensi Kepribadian Guru Bimbingan dan
Konseling ...
C. Hakikat Remaja sebagai Pelajar SMP...
1. Pengertian Remaja ...
2. Ciri-Ciri Remaja ...
3. Tugas Perkembangan Remaja ...
4. Persepsi Remaja Pada Umumnya ...
D. Kajian Penelitian yang Relevan ...
xiv
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian...
B. Tempat dan Waktu Penelitian ...
C. Subyek Penelitian...
D. Teknik Pengumpulan Data ...
E. Validitas dan Reliabilitas ...
1. Validitas ...
2. Reliabilitas Instrumen ...
F. Teknik Analisis Data... 36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ...
1. Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi Kepribadian Guru
Bimbingan dan Konseling ...
2. Butir Item Terendah dari Instrumen Penelitian Persepsi Siswa
Terhadap Kompetensi Guru Bimbingan dan Konseling ...
3. Aspek Kompetensi Kepribadian Guru BK yang Perolehan
Persentase Rendah Menurut Persepsi Siswa ...
B. Pembahasan...
1. Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi Kepribadian Guru BK ...
2. Analisis Butir Item Terendah dari Instrumen Penelitian Persepsi
xv
3. Analisis Aspek-Aspek Kompetensi Keribadian Guru BK yang
Perolehan Persentase Rendah Menurut Persepsi Siswa...
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...
B. Saran ...
DAFTAR PUSTAKA... 60
64
65
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Jumlah Subyek Penelitian ...38
Tabel 2 Penentuan Skor Tiap Alternatif Jawaban. ...39
Tabel 3 Kisi-Kisi Kuesioner Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi Kepribadian Guru BK ...40
Tabel 4 Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian ...43
Tabel 5 Kisi-kisi Instrumen setelah Uji Validitas ...44
Tabel 6 Kualifikasi Reliabilitas...46
Tabel 7 Norma Penggolongan Kategorisasi Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi Kepribadian Guru BK ...47
Tabel 8 Kategori Skor Subjek Penelitian ...48
Tabel 9 Kategori Skor Item Penelitian ...49
Tabel 10 Kategori Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi Kepribadian Guru BK ...50
Tabel 11 Kategori Item Instrumen Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi Kepribadian Guru BK ...52
xvii
DAFTAR GAMBAR
Grafik 1 Kategori Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi
Kepribadian Guru BK ... 50
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 Kuesioner Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi Guru BK ... 68
LAMPIRAN 2 Tabulasi Data Hasil Penelitian ... 74
LAMPIRAN 3 Reliabilitas dan Validitas ... 83
1
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini dipaparkan latar belakang, identifikasi masalah, batasan masalah,
rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi istilah.
A. Latar Belakang Masalah
Layanan Bimbingan dan Konseling, pada dasarnya adalah proses
interaksi timbal balik antara konselor sebagai pihak yang membantu dan konseli
sebagai pihak yang di bantu. Tugas seorang konselor adalah sebagai pribadi
yang akan membantu konseli untuk mencapai tugas perkembangannya, maka
dalam aktivitas bimbingan dan konseling sangat dibutuhkan kompetensi tertentu
yang harus dimiliki oleh seorang konselor.
Merujuk pada peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
Nomor 27 tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi
Konselor Pasal 1 Ayat 1 yang berbunyi: “Untuk diangkat sebagai konselor, seseorang wajib memenuhi standar kualifikasi akademik dan kompetensi
konselor yang berlaku secara nasional” Pasal 2 yang berbunyi: “Penyelenggara pendidikan yang satuan pendidikannya mempekerjakan konselor wajib
menerapkan standard kualifikasi akademik dan kompetensi konselor
sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri paling lambat 5 tahun setelah
Apabila ditata kedalam empat kompetensi pendidik sebagaimana
tertuang dalam Permendiknas no 27 tahun 2008, ada empat kompetensi yang
harus dimiliki oleh konselor, yaitu; kompetensi pedagogik, kompetensi
sosial, kompetensi profesional dan salah satunya adalah kompetensi kepribadian.
Kinerja guru BK dipengaruhi oleh kualitas penguasaan keempat kompetensi
tersebut yang dilandasi oleh sikap, nilai, dan kecenderungan pribadi yang
mendukung .Jika guru BK menguasai keempat kompetensi tersebut maka tidak
perlu diragukan akan kualitas keberhasilan BK di sekolah (Mulyasa, 2007: 10).
Carkhuff (Winkel& Hastuti, 2004:184) mengatakan bahwa barangkali kualitas
kepribadian yang membuat seseorang mampu bergaul dengan orang lain
dalam kehidupan sehari-hari serta membuat seseorang disukai dan disenangi
oleh orang lain, sama dengan kualitas kepribadian yang membuat konselor
sekolah efektif dalam pekerjaannya.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap 6 siswa SMP Taman Dewasa
Jetis, tiga orang diantarnya berpendapat bahwa, guru BK hanya bertugas untuk
mencari siswa-siswi yang bermasalah. Guru BK berusaha untuk mencari
bukti-bukti atau berusaha agar siswa mengaku bahwa ia telah berbuat sesuatu yang
tidak pada tempatnya, kurang wajar, atau merugikan, ada pula. Misalnya guru
BK memaksa agar siswa mengakui bahwa ia merokok atau membolos kemudian
memarahi mereka jika mereka terbukti melakukan kesalahan, ada pula yang
bagi siswa, guru BK tidak terlibat dalam ekstrakurikuler, ada siswa yang takut
untuk berkonsultasi atau bertemu dengan guru BK, cara mengajar guru BK
membosankan karena berisi ceramah atau nasehat dan tiga orang lainnya
berpendapat bahwa guru BK adalah pribadi yang baik, guru BK selalu membantu
mereka apabila sedang mengalami kesusahan, misalnya ketika adik kelas dipalak
oleh kakak kelas, guru BK akan membantu menyelesaikan masalah ini, ketika
ada siswa yang sakit guru ikut membantu siswa yang sakit.
Adanya perbedaan persepsi antara keenam siswa merupakan hal yang
wajar karena adanya pengalaman-pegalaman yang berbeda dan
perasaan-perasaan yang berbeda sesuai yang terhadap guru BK. Persepsi dapat dikemukan
karena perasaan, kemampuan berpikir, pengalaman-pengalaman individu tidak
sama, maka dalam persepsi sesuatu stimulus, hasil persepsi mungkin akan
berbeda antara individu satu dengan individu yang lain. Persepsi itu bersifat
individual (Davidoff,1981;Rogers 1965).
Siswa mempersepsi negatif terhadap pribadi guru BK di sekolah akan
berpengaruh terhadap perilaku mereka terhadap guru BK misalnya enggan untuk
berkonsultasi dengan BK karena mereka beranggapan guru itu galak. Sedangkan
siswa yang memiliki persepsi yang positif terhadap guru BK akan dengan senang
hati berkonsultasi dengan guru BK karena merasa diterima oleh guru BK, karena
mereka memiliki pengalaman yang baik dengan guru BK. Berdasarkan uraian
perbedaan persepsi antara siswa yang satu lain terhadap kompetensi pribadi yang
dimiliki oleh guru BK.
Berdasarkan hal yang dipaparkan di atas peneliti tertarik untuk
mengadakan penelitian tentang “Persepsi Siswa SMP Terhadap Kompetensi
Kepribadian Guru BK”
B. Identifikasi Masalah
Bertolak dari latar belakang di atas, terkait dengan persepsi siswa terhadap
kompetensi kepribadian guru BK penulis dapat mengidentifikasi masalah
sebagai berikut:
1. Adanya pandangan siswa yang mengatakan bahwa guru BK itu galak.
2. Adanya pandangan siswa yang mengatakan bahwa guru BK hanya bisa
menasehati dan tidak memberi contoh bagi siswa.
3. Guru BK tidak terlibat dalam ekstrakurikuler.
4. Siswa takut untuk berkonsultasi atau bertemu dengan guru BK.
5. Guru memaksa siswa agar mengakui kesalahannya dan memarahi mereka
jika mereka terbukti melakukan kesalahan.
C. Pembatasan Masalah
Penelitian ini berfokus pada persepsi siswa terhadap kompetensi
kepribadian guru BK khususnya di SMP Taman Dewasa Jetis. Persepsi siswa
terhadap kompetensi guru BK adalah pengalaman siswa dalam mengamati
kemampuan kepribadian guru BK yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan,
individualitas dan kebebasan memilih, menunjukkan integritas dan stabilitas
kepribadian yang kuat dapat dilakukan dengan menampilkan kepribadian dan
perilaku yang terpuji, menampilkan kinerja berkualitas tinggi, cerdas, kreatif,
mandiri, dan berpenampilan menarik.
D. Rumusan Masalah
Dari identifikasi yang telah penulis jabarkan di atas dapat dirumuskan
beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1. Seberapa positif persepsi siswa Kelas VIII SMP Taman Dewasa Jetis tahun
ajaran 2016/2017 terhadap kompetensi kepribadian guru BK?
2. Butir instrumen persepsi siswa terhadap kompetensi guru BK mana sajakah
yang teridentifikasi perolehan skornya rendah?
3. Aspek kompetensi kepribadian guru BK mana saja yang teridentifkasi
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan beberapa masalah penelitian yang telah dirumuskan di atas,
penelitian ini memiliki tujuan yaitu untuk:
1. Mengukur persepsi siswa Kelas VIII SMP Taman Dewasa Jetis tahun ajaran
2016/2017 terhadap kompetensi kepribadian guru BK.
2. Mengindetifikasi butir item instrumen penelitian kompetensi kepribadian
guru BK yang perolehan skornya rendah.
3. Menganalisis aspek kompetensi kepribadian guru BK.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini kiranya dapat digunakan untuk menambah wawasan di
bidang bimbingan dan konseling khususnya dalam membangun kompetensi
kepribadian.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru BK, hasil penelitian ini kiranya menjadikan bahan refleksi
dalam meningkatkan kompetensi kepribadian.
b. Bagi peneliti, hasil penelitian ini menjadi masukan yang sangat berharga
c. Bagi dosen, hasil penelitian ini kiranya menjadi masukan agar dapat
memotivasi atau membimbing mahasiswa BK universitas Sanata Dharma
agar mengembangkan kompetensi kepribadian sebagai calon guru BK.
d. Bagi mahasiswa BK universitas Sanata Dharma, hasil penelitian ini
menjadi masukan yang sangat berharga untuk mengembangkan kompetensi
kepribadian sebagai calon guru BK.
G. Definisi Istilah
Beberapa istilah dalam penelitian didefenisikan sebagai berikut:
1. Persepsi adalah proses kognisi yang terjadi dalam individu, terhadap
rangsangan atau stimulus yang diterima melalui panca indera sehingga
menghasilkan sesuatu yang bermakna.
2. Kompetensi kepribadian adalah kemampuan individu yang stabil, dewasa,
arif, menjadi teladan, mengevaluasi kinerja sendiri, mengembangkan diri, dan
religius yang menjadi modeling bagi orang lain.
3. Guru BK adalah tenaga profesional yang memberikan bantuan kepada
siswa-siswi dalam mencapai tugas perkembanganya dan membantu memecahkan
8 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Pada bab ini dipaparkan hakikat persepsi, hakikat kompetensi kepribadian
guru bimbingan dan konseling, dan hakikat remaja.
A. Hakikat Persepsi 1. Pengertian Persepsi
Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan,
penginderaan adalah suatu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui
alat penerima atau juga disebut proses sensoris. Namun proses itu tidak
berhenti begitu saja, melainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses
selanjutnya merupakan proses persepsi (Walgito, 2005: 99).
Moskowitz dan Orgel (Walgito, 2005:100) menjelaskan bahwa
persepsi merupakan proses integrated dalam diri individu terhadap stimulus
yang diterimanya, persepsi juga merupakan pengorganisasian,
penginterpretasian terhadap stimulus yang diinderanya sehingga merupakan
sesuatu yang berarti, dan merupakan respon yang integrated dalam diri
individu. Karena persepsi merupakan aktivitas yang integrated dalam diri
individu, maka apa yang ada dalam diri individu akan ikut aktif dalam
persepsi. Berdasarkan hal tersebut, maka dalam persepsi dapat dikemukan
karena perasaan, kemampuan berpikir, pengalaman-pengalaman individu
mungkin akan berbeda antara individu satu dengan individu lain. Persepsi itu
bersifat individual (Davidoff, 1981; Rogers, 1965).
Persepsi merupakan proses saat seseorang mengatur dan
mengiterpretasikan kesan-kesan sensorik mereka guna memberikan arti
lingkungan bagi mereka. Selain itu persepsi merupakan proses penilaian
seseorang terhadap objek tertentu (Kuswana, 2011:220). Jadi dapat
disimpulkan bahwa persepsi adalah proses dimana individu mengatur dan
menginterpretasikan kesan dari indera, dalam menilai suatu atau memberi arti
terhadap lingkungan atau objek tertentu.
Young (Kuswana, 2011:220) berpendapat bahwa persepsi merupakan
aktivitas mengindra, mengiterpretasikan, dan memberikan penilaian pada
objek-objek fisik maupun objek sosial. Pengindraan tersebut tergantung pada
stimulus fisik dan stimulus sosial yang ada di lingkungannya. Jadi dapat
disimpulkan bahwa persepsi adalah poses pengindraan terhadap stimulus fisik
dan stimulus sosial, menginterprestasikan dan memberikan penilaian pada
objek-objek fisik dan objek sosial.
Rahmat (2005) menyebutkan persepsi dibagi menjadi dua bentuk yaitu
positif dan negatif. Apabila objek yang dipersepsi sesuai dengan penghayatan
dan dapat diterima secara rasional dan emosional maka manusia akan
mempersepsikan positif atau cenderung menyukai atau dan menanggapi
penghayatan maka persepsinya negatif atau cenderung menjauhi, menolak dan
menanggapinya secara berlawanan terhadap objek persepsi tersebut.
Robbins (2002) menambahkan bahwa persepsi positif merupakan
penilaian individu terhadap suatu objek atau informasi dengan pandangan
yang positif atau sesuai dengan yang diharapkan dari objek yang dipersepsi
atau dari aturan yang ada. Penyebab mulculnya persepsi negatif dapat mulcul
karena adanya ketidakpuasan individu terhadap objek yang menjadi sumber
persepsinya, adanya ketidaktahuan individu serta tidak adanya pengalaman
individu terhadap terhadap objek yang dipersepsikan dan sebaliknya,
penyebab mulculnya persepsi positif seseorang karena adanya kepuasan
individu terhadap objek yang menjadi sumber persepsinya, adanya
pengetahuan individu, serta adanya pengelaman individu terhadap objek yang
dipersepsikan.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa, persepsi
adalah proses mengindera, menginterprestasikan dan pemberian nilai oleh
individu terhadap rangsangan yang diterimanya dari objek. Objek yang
dimaksud adalah segala sesuatu yang ada disekitar manusia dan manusia juga
merupakan objek dari persepsi, dalam hal ini yang menjadi objek persepsi
2. Objek Persepsi
Objek persepsi dapat dibedakan atas objek yang non manusia dan
manusia. Objek persepsi yang berujud manusia ini disebut person perception
atau juga ada yang menyebutkan sebagai social perception, sedangkan
persepsi yang berobjekkan non manusia, hal ini sering disebut non social
perception.
Pada objek persepsi manusia, manusia yang dipersepsi mempunyai
kemampuan-kemampuan, perasaan ataupun aspek-aspek seperti halnya pada
orang yang mempersepsi. Orang yang dipersepsi akan dapat mempengaruhi
pada orang yang mempersepsi. Karena itu pada objek yang dipersepsi yaitu
manusia yang dipersepsi, lingkungan yang melatarbelakangan objek persepsi,
dan perseptor sendiri akan sangat menentukan dalam hasil persepsi (Walgito,
2005: 108-109). Misalnya guru BK yang baik, perhatian, dan peduli terhadap
siswa akan didekati siswa dan guru BK yang galak, cuek, suka menghukum
siswa yang bermasalah akan dijauhi siswa.
3. Aspek-Aspek Persepsi
Aspek-aspek persepsi berupa rangsangan, tanggapan, dan perilaku
(Walgito, 1994:54).
a. Rangsang
Rasangan dapat berasal dari luar diri individu, dapat pula berasal dari
dalam individu. Rangsangan yang berasal dari luar individu mengenai alat
syaraf penerima atau rangsangan sebagai reseptor, lalu meneruskan ke
syaraf penerima atau sensoris, sedangkan rangsangan yang berasal dari
dalam individu langsung mengenai penerima.
b. Tanggapan
Tanggapan terjadi dalam suatu proses yang disebut proses persepsi. Proses
persepsi bermula dari adanya objek yang menimbulkan rangsangan, lalu
rangsangan diterima oleh reseptor. Tahap ini disebut kelaman, karena
terjadinya secara alamiah. Rangsangan yang diterima oleh reseptor
diteruskan ke syaraf sensori setelah mengalami penyeleksian, dan
dilanjutkan oleh syaraf ke otak sebagai pusat kesadaran. Tahap ini disebut
proses fisiologis, karena terjadi dalam diri individu.
Proses terakhir terjadi di otak, yang memungkinkan individu menyadari
sepenuhnya rangsangan yang diterima melalui reseptor, tahap ini disebut
tahap psikologis karena berhubungan dengan penyadaran. Proses yang
terjadi di otak juga merupakan proses persepsi sebenarnya. Setiap
rangsangan yang disadari kemudian ditanggapi oleh individu melalui syaraf
motorik.
c. Perilaku
Proses persepsi merupakan suatu penilaian, pendapat, dan pandangan.
Setiap nilai, pendapat dan pandangan yang dianggap penting oleh individu
menuntut individu untuk melaksanakannya. Persepsi perlu dilihat dalam
4. Faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Menurut Fauzi (Suciati, 2015:88-89), ada beberapa faktor yang
mempengaruhi persepsi, yaitu:
a. Perhatian
Dalam menangkap stimulus ada perbedaan fokus dari setiap individu. Hal
ini bisa dibuktikan ketika anda berangkat dari rumah ke kampus. Berapa
banyak stimulus yang anda lihat dan anda dengar. Ketika anda keluar dari
rumah, mungkin anda melihat teman anda bergurau bersama dengan
sahabatnya, di perjalanan anda melihat seorang wanita dengan penuh
kerepotan mengantar tiga anaknya ke sekolah, anda juga melihat seorang
remaja ditilang polisi karena tidak menggunakan helm, serta masih banyak
stimulus lagi. Apakah dari sekian banyak stimulus anda persepsikan, anda
maknai? Tentu tidak, namun stimulus yang paling berkesan dan anda
perhatikan saja yang anda persepsikan. Peristiwa yang masuk ke otak
adalah remaja yang kena tilang polisi, sebab hal ini sesuai dengan
pengelaman masa lalu anda, yang membuat anda jera untuk berkendara
tidak lengkap. Dalam hal persepsi siswa terhadap kompetensi kepribadian
guru BK, tentu tidak semua stimulus dimaknai, namun yang dimaknai
b. Harapan
Harapan terhadap rangsangan yang akan timbul. Ekspektasi terhadap
munculnya rangsangan menyebabkan individu bisa memiliki perbedaan
persepsi. Misalnya ketika siswa memiliki harapan bahwa guru BK bisa
membantu dia menyelesaikan masalah, maka berkonsultasi dengan guru
BK dianggap sebagai solusi terhadap keinginanya. Namun bagi siswa yang
sering dimarahi guru BK, berkonsultasi dengan guru BK akan dianggap
sesuatu yang menakutkan karena dia sering dimarahi.
c. Kebutuhan
Kebutuhan-kebutuhan yang sesaat maupun menetap akan mempengaruhi
persepsi seseorang. Rasa lapar menyebabkan seseorang akan berpikir untuk
mencari menu dan memesan makanan ketika ia sampai di kantin. Persepsi
siswa terhadap seorang guru BK juga dipengaruh oleh sebuah kebutuhan,
misalnya siswa yang belum membayar uang sekolah persemester, dan pada
saat itu dia dituntut untuk segera untuk membayar uang SPP, siswa akan
berpikir untuk mencari bantuan kepada guru BK agar guru membantu
mencari solusi atas permasalahannya.
d. Sistem nilai
Sistem nilai yang ada di masyarakat sangat menentukan jenis persepsi yang
muncul. Penilaian baik dan buruk terhadap sebuah objek menentukan
baik terhadap guru BK, maka mereka akan memberi makna yang buruk
kepada guru BK yang berperilaku buruk.
e. Ciri kepribadian
Sebuah kepribadian yang berbeda akan berakibat pemberian persepsi yang
berbeda terhadap orang lain. Seorang dengan kepribadian penakut akan
memaknai kata-kata teguran atasannya sebagai sebuah kemarahan. Namun
bagi seorang yang pemberani, kata-kata teguran atasannya adalah jalan
masuk untuk bisa lebih dekat dalam bergaul. Misalnya seorang guru BK
yang mudah tersinggung akan memaknai siswa yang selalu bercanda
dengannya adalah suatu penghinaan buatnya. Namum bagi seorang guru
BK yang mudah bergaul akan memaknai candaan siswa adalah hal yang
biasa buatnya.
Sedangkan menurut Gibson, Ivancevich, dan Donnely (1996)
faktor-faktor persepsi pada dasarnya dibagi menjadi dua yaitu faktor-faktor-faktor-faktor internal
dan faktor eksternal.
a. Faktor internal
Faktor internal yang mempengaruhi persepsi yang terdapat dalam diri
individu, yang mencakup beberapa hal antara lain:
1) Fisiologis.
Informasi masuk melalui alat indera, selanjutnya informasi yang
diperoleh ini akan mempengaruhi dan melengkapi usaha memberikan
mempersepsi pada tiap orang berbeda-beda sehingga interpretasi
terhadap lingkungan juga berbeda.
2) Perhatian.
Individu memerlukan sejumlah energy yang dikeluarkan untuk
memperhatikan atau memfokuskan pada bentuk fisik dan fasilitas
mental yang ada suatu objek. Energi tiap orang-orang sehingga
perhatian seseorang terhadap objek juga berbeda dan hal ini akan
mempengaruhi persepsi terhadap suatu objek.
3) Minat.
Persepsi terhadap suatu objek bervariasi tergantung pada seberapa
banyak energi atau perceptual vigilance yang digerakan untuk
mempersepsi. Perceptual vigilance merupakan kecenderungan
seseorang untuk memperhatikan tipe tertentu dari stimulus atau dapat
dikatakan sebagai minat.
4) Kebutuhan yang searah.
Faktor ini dapat dilihat dari bagaiman kuatnya seseorang individu
mencari obyek-obyek atau pesan yang dapat memberikan jawaban
sesuai dengan dirinya.
5) Pengalaman dan ingatan.
Pengalaman dapat dikatakan tergantung pada ingatan dalam arti sejauh
mana seseorang dapat mengingat kejadian-kejadian lampau untuk
6) Suasana hati.
Keadaan emosi mempengaruhi perilaku seseorang, mood ini
menunjukan bagaimana persaan seseorang dalam menerima, bereaksi
dan mengingat.
b. Faktor eksternal.
Faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi, merupakan
karakteristik dari lingkungan dan obyek-obyek yang telibat didalamnya.
Elemen-elemen tersebut dapat mengubah sudut pandang seseorang
terhadap dunia sekitarnya dan mempengaruhi bagaimana seseorang
merasakannya atau menerimanya. Faktor-faktor eksternal yang
mempengaruhi persepsi adalah:
1) Ukuran dan penempatan dari objek atau stimulus.
Faktor ini menyatakan bahwa semakin besarnya hubungan obyek, maka
semakin mudah untuk dipahami. Bentuk ini akan mempengaruhi
persepsi individu dan dengan melihat bentuk ukuran suatu obyek
individu akan mudah untuk perhatian pada gilirannya membentuk
persepsi.
2) Warna dari obyek-obyek
Obyek-obyek yang mempunyai cahaya lebih banyak, akan lebih mudah
dipahami (to be perceived) dibandingkan dengan yang sedikit.
Stimulus dari luar akan memberi makna, lebih sering diperhatikan
dibadingkan dengan yang hanya sekali dilihat. Kekuatan dari stimulus
merupakan daya dari suatu obyek yang bisa mempengaruhi persepsi.
5. Proses Terjadinya Persepsi
Persepsi terbentuk melalui proses psikologis yaitu diawali dengan penerimaan stimulus mengenai suatu objek melalui indera, stimulus tersebut
oleh syaraf sensori diteruskan ke otak untuk diorganisir, dianalisis dan
diinterpretasikan. Buss (1992) mengemukan bahwa persepsi yang terdiri
pengekstrasian informasi dari lingkungan dapat dianalisis ke dalam empat
tahap, yaitu: (1) adanya stimulus, (2) proses pada reseptor yang meliputi yang
meliputi seleksi dan pemberian kode ke dalam implus-implus diteruskan ke
otak, diberi kode lanjut dan pengkodean dalam otak, dan (4) pengalaman atau
informasi sebagai hasil proses, pengelaman adalah kesadaran atas stimuli dan
informasi adalah pengetahuan yang dapat digunakan segera atau disimpan
sebagai potensi yang digunakan. Dengan demikian persepsi terbentuk karena
adanya stimulus atau objek, saraf sensori dan otak sebagai pengolah informasi
yang diterima dari indera untuk diinterpretasikan.
Menurut Walgito (2005:90), proses terjadinya persepsi yaitu objek
menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indera atau perseptor.
Perlu dikemukan bahwa antara objek dan stimulus itu menjadi dalam hal
tekanan. Benda sebagai objek langsung mengenai kulit, sehingga akan terasa
oleh satu stimulus saja, melainkanberbagai macam stimulus yang ditimbulkan
oleh keadaan sekitar, akan tetapi tidak stimulus itu mendapatkan respon
individu, hanya beberapa stimulus yang menarik yang akan diberi respon. Hal
ini dikarenakan individu mengadakan seleksi stimulus mana yang dipilih oleh
individu, individu menyadari dan memberikan respon sebagai reaksi terhadap
stimulus tersebut.
6. Peranan Persepsi Terhadap Terbentuknya Perilaku
Salah satu faktor yang mempengaruhi cara kita bereaksi terhadap
orang lain adalah apakah kita memandang diri kita sama dengan orang lain.
Apabila kita melihat orang lain mirip dengan diri kita, maka kita cenderung
tertarik padanya, namum jika orang lain itu memiliki ciri yang tidak kita
sukai, maka secara psikologis akan menjauhinya Schimel & Arndt (Shelley,
2009:45).
Terkadang kualitas yang kita pakai sebagai dasar mengevaluasi orang
lain adalah kualitas yang paling kita ingat karena kita tidak punya hubungan
apapun dengan orang yang kita evaluasi. Misalnya, ketika Ellen baru saja
memutuskan pacarnya Todd, karena dia banyak mengatur, Ellen mungkin
akan menilai masa pacaran yang lalu hanya berdasarkan ingatan bahwa si
Todd orangnya terlalu mengatur; tendensi untuk menggunakan karakteristik
yang paling diingat untuk menilai orang lain sangat sulit diubah Staple &
Psikologi gestalt mencoba mencoba mengenali prinsip-prinsip yang
mengatur bagaimana pikiran kita membuat peyimpulan tentang dunia dari
data indarwi (membuat data indrawi jadi bermakna). Atribusi merupakan
tindakan penafsiran; apa yang terberi (kesan dari data yang indrawi)
dihubungkan kembali kepada sumber asalnya. Misalnya ketika saya bertemu
dengan dengan seseorang yang menampilkan ekspresi wajah tidak ramah dan
posisi tubuh yang terkesan berjarak dari orang lain, maka saya menyimpulkan
bahwa orang itu tidak ramah yang menyebabkan saya menjauhinya.
(Sarwono, 2009:31).
B. Hakikat Kompetensi Kepribadian Guru Bimbingan dan Konseling
1. Pengertian Kompetensi Kepribadian Guru Bimbingan dan Konseling
Menurut Mulyasa (2014:30), kompetensi kepribadian adalah
kemampuan personal yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa
menjadi teladan bagi anak didik, dan berakhlak mulia. Hal serupa juga
dikatakan oleh Mulyasa (2013:45), kompetensi kepribadian adalah
kepribadian pendidik yang mantap, stabil, dewasa arif, dan berwibawa,
menjadi teladan bagi peserta didik, dan beraklak mulia. Dalam
Undang-Undang tentang guru dan dosen (Undang-Undang-Undang-Undang, No.14 2005) disebutkan
mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa, serta menjadi teladan peserta
didik.
Kompetensi kepribadian adalah seperangkat perilaku yang berkaitan
dengan kemampuan individu dalam mewujudkan dirinya sebagai pribadi yang
mandiri untuk melakukan transformasi diri, identitas diri, dan pemahaman
diri. Kompetensi kepribadian meliputi kemampuan untuk mengolah diri,
memahami diri, mengendalikan diri, dan menghargai diri. (Kunandar,
2009:55). Kompetensi kepribadian adalah salah satu kompetensi yang harus
dimiliki oleh seorang guru yang berkaitan dengan tingkah laku pribadi guru
itu sendiri yang kelak harus memiliki nilai-nilai luhur sehingga terlihat dalam
perilaku sehari-hari (Fachruddin Saudagar dan Ali idrus, 2011:42).
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
kompetensi kepribadian Guru BK adalah kemampuan yang dimiliki seorang
Guru BK berupa stabil, dewasa, arif, menjadi teladan; mengevaluasi kinerja
sendiri, mengembangkan diri, dan religius, yang dapat dilihat dalam perilaku
atau kehidupan sehari-hari, yang akan menjadi model yang baik bagi peserta
2. 12 Kualitas Kepribadian Guru Bimbingan dan Konseling
Cavanagh (Yusuf, 2010: 37-44) mengemukakan bahwa karakteristik
kualitas kepribadian guru BK sebagai berikut:
a. Pemahaman diri (self-knowledge)
Pemahaman diri ini berarti guru BK memahami dirinya dengan baik, dia
memahami secara pasti apa yang dia lakukan, mengapa dia melakukan hal
itu, dan masalah apa yang harus diselesaikan. Guru BK harus mampu
memahami dirinya dengan baik karena dengan memahami dirinya, guru
BK mampu juga memahami diri konseli dengan baik pula. Pemahaman diri
sangat penting, karena beberapa alasan sebagai berikut:
1) Guru BK yang memiliki persepsi yang akurat tentang dirinya
cenderung akan memiliki persepsi yang akurat juga tentang orang lain
khususnya konseli.
2) Guru BK yang terampil dalam memahami dirinya, maka dia akan
terampil juga memahami orang lain.
3) Guru BK yang memahami dirinya, maka dia akan mampu
mengajarkan cara memahami diri kepada orang lain.
4) Pemahaman tentang diri memungkinkan guru BK untuk dapat merasa
b. Kompeten (competent)
Kompeten diartikan bahwa guru BK harus memiliki kualitas fisik,
intelektual, emosional, sosial, dan moral sebagai pribadi yang berguna.
Guru BK yang berkompeten akan mampu menjalani hidup dengan baik
karena ia memiliki kemampuan untuk berpikir dan bertindak secara baik
sebagai pribadi yang berguna baik diri sendiri dan orang lain.
c. Kesehatan psikologis
Guru BK dituntut memiliki kesehatan psikologis yang lebih baik dari
konseli. Hal ini penting karena kesehatan psikologis (psychological healt)
guru BK akan mendasari pemahamannya terhadap perilaku dan
keterampilannya. Guru BK yang kesehatan psikologisnya baik memiliki
kualitas sebagai berikut:
1) Memperoleh pemuas dan kebutuhan rasa aman, cinta, kekuatan, dan
seks.
2) Dapat mengatasi masalah-masalah pribadi yang dihadapinya.
3) Menyadari kelemahan dan keterbatasan kemampuan dirinya.
Guru BK yang memiliki kesehatan psikologis yang baik, akan mampu
bertanggung jawab penuh atas hidupnya dengan baik.
d. Dapat dipercaya (trustworthiness)
Kualitas ini berarti bahwa guru BK tidak menjadi ancaman
penyebab kecemasan bagi konseli. Guru BK yang dipercaya cenderung
1) Memiliki pribadi yang konsisten
2) Dapat dipercaya oleh orang lain, baik ucapannya maupun
perbuatannya.
3) Tidak pernah membuat orang lain kecewa.
4) Bertanggung jawab, mampu merespon orang lain secara utuh, tidak
ingkar janji, dan mampu membantu secara penuh.
e. Jujur (honest)
Guru BK dituntut untuk bersikap transparan (terbuka), autentik, dan
asli (guine). Guru BK yang jujur memiliki karakteristik sebagai berikut:
1) Bersikap kongruen, artinya sifat-sifat dirinya yang dipersepsi oleh
dirinya sendiri sama seperti yang dipersepsikan oleh orang lain.
2) Memiliki pemahaman yang jelas tentang makna kejujuran.
Guru BK yang memiliki sikap kongruen yaitu yang menampilkan
kepribadian secara apa adanya dan alami. Guru BK yang menampilkan
kepribadiannya secara alami tidak buat-buat akan terlihat nyaman dan
santai saat menjalankan kehidupan sehari-hari.
f. Kekuatan (strength)
Kekuatan atau kemampuan konselor sangat penting dalam menjalin
hubungan dengan konseli, sebab dengan hal itu konseli akan merasa aman.
Konseli akan memandang guru BK sebagai orang yang tabah dalam
menghadapi masalah, dapat mendorong konseli untuk mengatasi
Kekuatan yang harus dimiliki oleh guru BK bukan berarti kekuatan fisik,
akan tetapi merupakan kekuatan jiwa atau mental.
Guru BK yang memiliki kekuatan jiwa atau mental adalah guru BK
yang tidak terpengaruh dengan situasi yang diciptakan oleh konseli pada
saat konseling berlangsung misalnya pada konseling, konseli menceritakan
masalah yang sangat sedih yang membuat konseli itu menangis, pada saat
itu guru BK tidak terpengaruh dengan situasi sedih yang dialami oleh
konseli dan tidak turut menangis bersama konseli. Sebaliknya guru BK
harus tabah dan menguatkan konseli agar konseli tegar mengahadapi
masalah.
g. Bersikap hangat
Bersikap hangat itu adalah ramah, penuh perhatian, dan memberikan kasih
sayang. Guru BK yang ramah, penuh perhatian dan memberikan kasih
sayang akan membuat konseli merasa nyaman dan diterima oleh guru BK
h. Sabar (patience)
Melalui kesabaran guru BK dalam menjalin hubungan dengan konseli
dapat konseli untuk mengembangkan dirinya secara alami. Sikap sabar
guru BK menunjukan lebih memperhatikan diri konseli daripada hasilnya.
Salah satu ciri yang menunjukan bahwa guru BK memiliki kesabaran
adalah mampu mengontrol emosi atau tidak marah terhadap konseli yang
i. Kepekaan (sensitivity)
Guru BK menyadari tentang adanya dinamika psikologis yang tersembunyi
atau sifat-sifat mudah tersinggung, baik pada konseli maupun pada dirinya
sendiri. Guru BK yang memiliki kepekaan, tidak akan mudah terpengaruh
emosinya oleh situasi yang membuatnya tidak nyaman. Guru BK yang
peka akan menyadari pada situasi mana ia akan mudah tersinggung dengan
apa yang dilakukan atau dikatakan oleh konseli kepada dirinya dan
menyadari pada saat mana konseli mudah merasa tersinggung dengan apa
yang dilakukan atau dikatakan oleh guru BK.
3. Aspek-Aspek Kompetensi Kepribadian Guru Bimbingan dan Konseling
Bertolak dari Undang-Undang No.20/2003 Pasal 1 (1) yang
menyatakan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktik
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian dirinya, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Maka pendidikan yang didalamnya termasuk guru bimbingan dan konseling,
sepantasnya adalah pribadi-pribadi yang memiliki karakteristik sebagaimana
yang tertuang dalam Permendiknas No 19 Tahun 2005 sebagai berikut:
a. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa yaitu dengan
Maha Esa; konsisten dalam menjalankan kehidupan beragama dan toleran
terhadap pemeluk agama lain; berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur.
b. Menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, individualitas,
kebebasan memilih yaitu dengan mengaplikasikan pandangan positif dan
dinamis tentang manusia sebagai makhluk spiritual, bermoral, sosial,
individual, dan berpotensi; menghargai dan mengembangkan potensi positif
individu, pada umumnya dan konseli pada khususnya;peduli terhadap
kemaslahatan manusia pada umumnya dan konseli pada khususnya;
menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sesuai dengan hak asasinya;
toleran terhadap permasalahan konseli; bersikap demokratis.
c. Menunjukkan intergritas dan stabilitas kepribadian yang kuat adalah
menampilkan kepribadian dan perilaku yang terpuji (seperti berwibawa,
jujur, sabar, ramah, konsisten); menampilkan emosi yang stabil; peka;
bersikap empati; serta menghormati keragaman dan perubahan. Guru
bimbingan dan konseling yang berperilaku berwibawa, jujur, sabar, ramah
dan konsisten akan memberikan contoh yang baik bagi siswa.
d. Menampilkan kinerja berkualitas tinggi dapat dilakukan dengan
menampilkan tindakan yang cerdas, kreatif, inovatif, dan produktif;
bersemangat; berdisiplin, dan mandiri; berpenampilan menarik, dan
menyenangkan; berkomunikasi secara efektif. Beberapa hal di atas adalah
indikator yang yang dibutuhkan oleh seorang guru bimbingan dan
mampu membantu memecahkan masalah konseli dan mampu mengambil
keputusan atau tindakan yang tepat dalam menghadapi permasalah konseli
yang beragam, guru BK juga harus mampu membuat sesuatu yang baru
dan berguna bagi klien dalam proses bimbingan. Ketika proses bimbingan
berlangsung guru BK harus mampu menciptakan suasana yang
menyenangkan dan berpenampilan menarik agar dapat menarik minat
siswa dalam mengikuti bimbingan dan siswa tidak cepat bosan mengikuti
bimbingan.
C. Hakikat Remaja sebagai Pelajar SMP
1. Pengertian Remaja
Pediatri (2010) menyebutkan Adolescent atau remaja merupakan
periode kritis peralihan dari anak menjadi dewasa. Pada remaja terjadi
perubahan hormonal, fisik, psikologis maupun sosial yang berlangsung secara
sekuensial, sedangkan menurut Santrock remaja adalah sebagai masa
perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup
perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional ( Santrock, 2003: 26).
Menurut Jose (2010) remaja adalah masa transisi dari anak-anak
menjadi dewasa. Pada periode ini berbagai perubahan terjadi baik perubahan
hormonal, fisik, psikologis maupun sosial, sedangkan menurut Sarwono
batasan usia 11-24 tahun belum menikah. Berdasarkan pendapat-pendapat di
atas, dapat disimpulkan bahwa remaja adalah masa dimana terjadi peralihan
dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Dimana terjadi perubahan fisik
maupun perubahan pada psikisnya.
2. Ciri-Ciri Remaja
Paplia dan Olds (Marliani, 2015:168-169), mengemukan ciri-ciri
khusus masa remaja yang mencakup: perkembangan fisik, perkembangan
kognitif, dan perkembangan kepribadian dan sosial. Masa remaja adalah suatu
masa perubahan. Pada masa masa suatu masa perubahan. Pada masa remaja
terjadi perubahan yang cepat, baik secara fisik maupun psikologis, sebagai ciri
dari perkembangan masa remaja, bebarapa ciri khusus mengenai pada
perubahan yang terjadi selama masa remaja adalah sebagai berikut:
a. Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal
yang dikenal dengan sebagai masa storm & stress. Peningkatan emosional
ini merupakan hasil perubahan fisik, terutama hormon yang terjadi pada
masa remaja. Dari segi kondisi sosial, peningkatan emosi merupakan
tanda bahwa remaja berada dalam kondisi baru yang berbeda dari masa
sebelumnya. Pada masa ini banyak tuntuntan dan tekanan yang dtunjukan
pada remaja, misalnya mereka diharapkan untuk tidak bertingkah seperti
anak-anak, lebih mandiri dan bertanggung jawab.
b. Perubahan yang cepat secara fisik juga disertai dengan kematangan
dan kemampuan mereka sendiri. Perubahan fisik yang terjadi secara cepat,
baik perubahan internal seperti system sirkulasi, percernaan, dan system
respirasi maupun perubahan ekternal, seperti tinggi badan, berat badan,
dan proporsi tubuh sangat berpengaruh terhadap konsep diri remaja.
c. Perubahan dalam hak yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan
orang lain. Selama masa remaja, banyak hal yang menarik bagi dirinya
yang dibawa dari masa kanak-kanak diganti dengan hal menarik yang baru
dan lebih matang. Hal ini disebabkan adanya tanggung jawab yang lebih
besar pada masa remaja. Oleh karena itu remaja diharapkan untuk
mengarahkan ketertarikan mereka pada hal-hal yang lebih penting.
Perubahan juga terjadi dalam hubungan dengan orang lain. Remaja tidak
lagi berhubungan hanya dengan individu dari jenis kelamin yang sama,
tetapi juga dengan lawan jenis dan orang dewasa.
d. Perubahan nilai, yang semula mereka anggap penting pada masa
kanak-kanak menjadi kurang penting kerana sudah mendekati dewasa.
e. Pada umumnya remaja bersikap ambivalen dalam menanggapi perubahan
yang terjadi. Di satu sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi disisi
lain meraka takut akan tanggung jawab yang menyertai kebebasan
tersebut, serta meragukan kemampuannya untuk memikul tanggung jawab
3. Tugas Perkembangan Remaja
Menurut Hurlock (1991) tugas perkembangan masa remaja di
fokuskan pada upaya meninggalkan sikap perilaku kekanak-kanakan serta
untuk mencapai kemampuan bersikap dan berperilaku. Adapun tugas-tugas
perkembangan masa remaja yaitu:
1) Mampu menerima keadaan fisiknya;
2) Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa;
3) Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan
jenis;
4) Mencapai kemandirian ekonomi;
5) Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat
diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat;
6) Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat
diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat;
7) Memahami dan menginternalisasi nilai-nilai orang dewasa dan orang tua;
8) Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk
memasuki dunia dewasa.
9) Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan.
10) Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan
4. Persepsi Remaja Pada Umumnya
Pada umumnya remaja memusatkan perhatian pada cara seseorang
menggunakan proses kognitifnya seperti perhatian, persepsi, ingatan,
pemikiran, penalaran, harapan, untuk memahami dunia social meraka. Remaja
mempersepsikan sesuat berdasarkan egosentrismenya. Egosntrime remaja
(adolencent egocentrism) menggambarkan meningkatnya kesadaran diri
remaja yang terwujud pada keyakinan mereka bahwa orang lain memiliki
perhatian amat besar, seberapa besar mereka terhadap diri mereka, dan
terhadap perasaan akan keunikaan pribadi mereka. (Santrock, 2003:121-122).
David Elkin (Santrock, 2003:122) mengemukan bahwa egosetrisme
remaja dapat dibagi menjadi dua jenis berpikir social yaitu imaginary
audience dan personal fable. Imaginary audience (penonton imajiner)
menggambarkan peningkatan kesadaran remaja yang tampil pada keyakinan
mereka bahwa orang lain memiliki perhatian yang amat besar terhadap diri
mereka. Gejala penonton imajiner mencakup berbagai perilaku untuk
mendapat perhatian; keinginan agar kehadirannya diperhatikan, disadari orang
lain dan menjadi pusat perhatian. Misalnya, gadis SMP, saat berjalan
memasuki kelas akan berpikir dan bahwa bahwa semua orang sedang melihat
penampilannya. Remaja merasa bahwa mereka adalah pemeran utamanya
sedangkan orang lain adalah penontonya.
Menurut David Ekind (Santrock, 2003:122) personal fable (dongeng
yang dimiliki. Perasaan akan keunikan pribadi mereka membuat mereka
merasa bahwa tidak ada seorang pun yang dapat memahami perasaan mereka.
Misalnya, seorang gadis remaja beranggapan bahwa ibunya tidak dapat
merasakan kepedihan hatinya yang dirasakannya karena putus cinta. Sebagai
cara untuk mempertahankan adanya keunikan pribadinya, remaja mungkin
mengarang cerita penuh fantasi mengenai diri mereka, menenggelamkan diri
mereka dalam dunia yang jauh dari realitas.
Menurut Barenboim (Santrock, 2003:124) remaja mengartikan
kepribadian seseorang dengan tiga cara yang berbeda yaitu: pertama, ketika
remaja diberi informasi mengenai orang lain, mereka cenderung akan
mempertimbangkan baik informasi yang sudah dimilikinya maupun informasi
yang baru diterimanya, dan buka semata-mata mengadalkan informasi yang
konkret yang dimilikinya saat itu saja. Kedua, remaja cenderung lebih
menganali perbedaan konseptual atau situasional dari kepribadian, dan tidak
beranggapan bahwa kepribadian bersifat selalu tetap. Ketiga, remaja
cenderung tidak sekedar merima sifat yang tampil di permukaan untuk
mendapatkan gambaran yang mantap mengenai kepribadian yang lebih
mendalam, kompleks, bahkan tersembunyi.
Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa pada
umumnya remaja cenderung mempersepsikan sesuatu berdasarkan
egosentrisme dan tidak realistis, karena menganggap bahwa tidak seorangpun
seseorang remaja cenderung cenderung akan mempertimbangkan baik
informasi yang sudah dimilikinya maupun informasi yang baru diterimanya,
remaja cenderung lebih menganali perbedaan konseptual atau situasional dari
kepribadian, dan tidak beranggapan bahwa kepribadian bersifat selalu tetap,
cenderung tidak sekedar merima sifat yang tampil di permukaan untuk
mendapatkan gambaran yang mantap mengenai kepribadian yang lebih
mendalam, kompleks, bahkan tersembunyi.
D. Kajian Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang
dilakukan oleh Arryanto Wisnu (2014) tentang “Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi Kepribadian Guru BK SMP Negeri di Kecamatan Trucuk”. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) sebanyak 70,67%
subjek memiliki persepsi bahwa kompetensi kepribadian guru BK berada pada
kategori sangat tinggi,(2) sebanyak 27,33% subjek memiliki persepsi bahwa
kompetensi kepribadian guru BK berada pada kategori tinggi, (3) 0,67% subjek
memiliki persepsi bahwa kompetensi kepribadian guru BK berada pada kategori
cukup tinggi, (4) 0,67% subjek memiliki persepsi bahwa kompetensi kepribadian
guru BK berada pada kategori rendah, (5) 0,67% subjek memiliki persepsi bahwa
Hasil analisis butir item dari instrumen penelitian persepsi siswa kelas VIII
SMP Negeri di Kecamatan Trucuk terhadap kompetensi kepribadian guru BK
menunjukkan sebanyak 42 item (92%) berada pada kategori sangat tinggi, 12
item (8 %) berada pada kategori tinggi, dan tidak ada item yang berada pada
kategori cukup tinggi, rendah, maupun sangat rendah, namun terdapat item yang
memiliki skor terendah yaitu pada indikator bersikap demokratis terhadap siswa.
Skripsi Sisrianti Yusri (2014) tentang “Persepsi Siswa Tentang Kompetensi Kepribadian Guru Bimbingan dan Konseling di SMPN 5 Pariam”. Berdasarkan
penelitian ini menunjukan bahwa gambaran persepsi siswa tentang kompetensi
kepribadian Guru BK/Konselor secara rata-rata siswa menyatakan bahwa 46,83%
GuruBK/Konselor selalu menampilkan kompetensikepribadiannya, 30,99%
siswa menyatakan Guru BK/Konselor sering menampilkan kompetensi
kepribadiannya, 20,77% siswa menyatakan kadang-kadang dan 1,41% siswa
yang menyatakan Guru BK/Konselor tidak pernah menampilkan kompetensi
kepribadiannya
E. Kerangka Berpikir
Persepsi adalah proses mengindera, menginterprestasikan dan pemberian
nilai oleh individu terhadap rangsangan yang diterimanya dari objek. Objek yang
dimaksud adalah segala sesuatu yang ada disekitar manusia dan manusia juga
adalah guru BK. Persepsi dibagi menjadi dua bentuk yaitu persepsi yang positif
dan persepsi yang negatif, persepsi siswa terhadap guru BK khususnya terhadap
kompetensi kepribadiaan guru BK tentu ada yang positif maupun negatif.
Persepsi positif merupakan penilaian individu terhadap suatu objek atau
informasi sesuai dengan apa yang diharapkan dari objek yang dipersepsi atau
kesesuian objek yang dipersepsi dengan aturan yang ada Siswa akan memiliki
persepsi yang positif apabila guru BK memiliki kualitas atau kompetensi
kepribadian yang baik. Apabila dalam keseharian guru BK memiliki kompetensi
kepribadian yang baik, siswa memberikan persepsi yang positif terhadap guru
BK dan membuat guru BK disukai dan disenangi oleh siswa pada umunya atau
konseli pada khususnya.
Persepsi negatif dapat mulcul karena adanya ketidakpuasan individu
terhadap objek yang menjadi sumber persepsinya atau karena ketidaktahuan
individu serta tidak adanya pengelaman individu terhadap objek yang
dipersepsikan. Apabila dalam keseharian guru BK kurang mengusai kompetensi
kepribadian akan menimbulkan suatu persepsi yang negatif terhadap guru BK,
karena siswa merasa kurang puas terhadap guru BK. Persepsi siswa terhadap
keberadaan layanan bimbingan dan konseling persepsi siswa terhadap
keberadaan layanan bimbingan dan konseling cederung negatif, istilah “polisi sekolah” guru BK menjadi umum. Persepsi siswa mengenai bimbingan dan
konseling dikaitkan dengan kinerja dan kepribadian guru BK juga belum jelas
36 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisi beberapa hal yang berkaitaan dengan metodologi penelitan
antara lain jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, instrumen penelitian, dan
kisi-kisi instrumen.
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif deskriptif. Penelitian
kuantitatif deskriptif ini bertujuan untuk menjelaskan, meringkas berbagai
kondisi, berbagai situasi, dan berbagai variabel yang timbul di masyarakat yang
menjadi objek penelitian itu berdasarkan apa yang terjadi (Bungin, 2011:44).
Menurut Sugioyono (2000), penelitian deskriptif adalah penelitian yang
dilakukan untuk memberikan gambaran terhadap satu objek yang diteliti melalui
data data sampel dan populasi sebagaimana adanya dengan melakukan analisis
dan membuat kesimpulan yang berlaku secara umum. Penelitian ini juga
termasuk penelitian deskriptif kuantitatif yaitu data diperoleh dari analisis skor
jawaban subjek pada alat instrumen yang dipakai.
Penelitian deskriptif bertujuan mengambarkan secara sistematik dan
akurat fakta dan karakteristik mengenai populasi atau situasi atau kejadian.
Penelitian ini bertujuan untuk mengambarkan secara jelas situasi atau kejadian
deskriptif sehingga tidak bermaksud mencari penjelasan, menguji hipotesis,
membuat prediksi, maupun mempelajari implikasinya (Azwa, 2012:7).
Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan persepsi siswa kelas VIII
SMP Taman Dewasa Jetis tahun ajaran 2016/2017 terhadap kompetensi
kepribadian guru BK, karena peneliti ingin mengetahui seberapa positif persepsi
siswa kelas VIII SMP Taman Dewasa Jetis tahun ajaran 2016/2017 terhadap
kompetensi kepribadian guru BK.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian di SMP Taman Dewasa Jetis. Penelitian dilaksanakan
pada tanggal, 25 Juli 2016 dan tanggal, 28 Juli 2016 peneliti menyebarkan
kuesioner pada siswa kelas VIII SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta Tahun
Ajaran 2016/2017. Pada bulan Mei-Juni 2016 peneliti membuat kuesioner dan
dikonsultasikan pada dosen pembimbing
C. Subyek Penelitian
Subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa VIII SMP Taman Dewasa Jetis tahun ajaran 2016/2017. Menurut Sugiyono (2012
117), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini populasi
anggota populasi penelitian dijadikan sebagai sumber penelitian. Jumlah siswa
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1.
Jumlah Subjek Penelitian
NO KELAS JUMLAH
1. VIII 1 25
2. VIII 2 25
3. VIII 3 25
4. VIII 4 26
5. VIII 5 25
JUMLAH 126
D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian itu berupa
kuesioner. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada
responden untuk dijawab. Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner Persepsi
Siswa Terhadap Kompetensi Kepribadian Guru BK yang berbentuk tertutup.
Alternatif jawaban yang disediakan dalam kuesioner ini berpedoman pada
teknik penyusunan skala likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena
sosial. Untuk menghindari responden memilih jawaban yang memiliki skor
netral, maka jumlah alternatif yang disediahkan dimodifikasi dari lima alternatif
menjadi empat alternatif jawaban. Ada alternative jawaban yang digunakan
tidak setuju (STS) dengan bobot setiap altenatif jawaban adalah sebagai berikut
(Sugiyono, 2011:135).
Tabel 2.
Penentuan Skor Tiap Alternatif Jawaban.
NO Pernyataan
Alternatif jawaban
S (Sangat Setuju)
S (Setuju)
TS (Tidak Setuju)
STS
(Sangat Tidak Setuju)
1. Favorabel 4 3 2 1
2. Unfavorabel 1 2 3 4
Item-item Kuesioner Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi Guru BK disusun berdasarkan aspek-aspek kompetensi kepribadian guru BK menurut
depertemen Pendidikan Nasional 2007 (Penataan Pendidikan Profesional
Konselor dan Layanan BK dalam Jalur Pendidikan Formal) seperti tampak pada
Tabel 3
Kisi-Kisi Kuesioner Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi Kepribadian Guru BK (Sebelum uji coba)
No Aspek-Aspek Kompetensi
Kepribadian Guru BK Indikator
Item
Favorabel Unfavorabel
1 Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
2 Menghargai dan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan,
3 Menunjukan stabilitas dan integritas yang kuat.
Menampilkan perilaku berwibawa
47, 54, 63 52, 57
Menampilkan perilaku jujur 15, 58 53
Menampilkan perilaku ramah 55 30, 39
Menampilkan perilaku
4 Menampilkan kinerja yang berkualitas tinggi.
Cerdas. 9, 60
Kreatif-Inovatif. 25 51
Berdisplin.
Berkomunikasi secara efektif. 12, 32 38, 29
JUMLAH 36 32
E. Validitas dan Reliabilitas
1. Validitas
Validitas suatu instrumen penelitian adalah derajat yang
menunjukkan dimana suatu tes mengukur apa yang hendak diukur
(Arikunto, 2009:122). Instrumen yang valid berarti alat ukur dapat
digunakan untuk memperoleh data yang valid. Instrumen tersebut dapat
digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2009:
173).
Azwar (2012, 175) membagi validitas menjadi 3 yaitu validitas isi,
validitas konstruk, dan validitas berdasarkan kriteria. Penelitian ini
menggunakan validitas isi (content validity). Validitas isi menunjukan sejauh
mana item-item dalam kuesioner mencakup semua isi yang hendak diukur
dan isi dari kuesioner tersebut juga harus relevan dan tidak keluar dari
batasan tujuan penelitian. Validitas isi didasarkan pada pertimbangan yang
dilakukan seorang ahli (expert judgement), guna menelaah secara logis
kesesuaian dan ketepatan rumusan setiap butir pernyataan kuesioner agar
setiap item pernyataan yang dibuat tepat dengan aspek tujuan dan isi
indikator atributnya sebagaimana dikontruk dalam kisi-kisi instrumen,
sehingga dapat dinyatakan baik (Nurgiyantoro, 2009). Instrumen persepsi
siswa terhadap kompetensi guru BK dikontruksi berdasarkan aspek-aspek
kompetesi kepribadian guru BK kemudian validasi item dilakukan oleh
Menurut Arikunto (2002), suatu instrumen yang valid mempunyai
tingkat validitas yang tinggi, dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan
data dari variabel yang diteliti secara tepat. Selanjutnya Arikunto (2002:160)
menjelaskan bahwa untuk menguji tingkat validitas dari kuesioner dengan
taraf signifikan (α = 5%) digunakan rumus koefisien korelasi product
moment sebagai berikut :
∑ ∑ ∑
√{ ∑ ∑ } { ∑ ∑ }
Keterangan:
= korelasi produk moment = nilai setiap butir
= nilai dari jumlah butir
= jumlah responden
Koefisien korelasi validitas item diukur menggunakan SPSS versi
16.0 agar perhitungan jadi lebih cepat dan mudah. Menurut Azwar (2012:
95), item yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 dianggap
memuaskan. Berdasarkan ketentuan tersebut dapat dikatakan bahwa item
yang valid adalah item yang memiliki nilai korelasi ≥ 0,30. Sementara itu, suatu item dikatakan tidak valid jika memiliki nilai korelasi < 0,30. Hasil
perhitungan uji coba yang telah dilakukan peneliti menunjukkan bahwa dari
68 item yang dikembangkan terdapat 14 item yang koefisien validitasnya <
0,30. Ke 14 item tersebut dieliminasi atau tidak disertakan dalam
yang memiliki koefisien validitas ≥ 0,30. Sehingga dinyatakan valid dan digunakan untuk pengambilan data penelitian sesungguhnya. Adapun
item-item yang valid dan gugur dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.
Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian
No Aspek Indikator Nomor Item
Valid Gugur 1 Beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha
3 Menunjukan stabilitas dan
integritas yang kuat. Menampilkan perilaku berwibawa
47, 54 ,5 63
57
Menampilkan perilaku jujur 15, 58 53
Menampilkan perilaku ramah 30, 55 39
Menampilkan perilaku konsisten 22, 64, 66
Menampilkan emosi yang stabil. 21, 65 8
Berempati. 18, 67, 59 28, 35
4 Menampilkan kinerja yang berkualitas tinggi.
Cerdas. 9 60
Kreatif-Inovatif. 25 51
Berdisplin. 13,50
Berkomunikasi secara efektif. 12, 32, 38 29
Setelah diadakan pengujian validitas maka didapatkan kisi-kisi kuesioner
seperti berikut ini:
Tabel. 5.
Kisi-kisi Instrumen setelah Uji Validitas (Setelah uji coba)
No
1 Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
dan integritas yang kuat. Menampilkan perilaku berwibawa
47, 54, 63 52
Menampilkan perilaku jujur 15, 58
Menampilkan perilaku ramah 55 30
Menampilkan perilaku konsisten 64, 66 22
Menampilkan emosi yang stabil. 21 65
Berempati. 18, 67 59
Berkomunikasi secara efektif. 12, 32 38
JUMLAH 34 20