• Tidak ada hasil yang ditemukan

EKSPLORASI OBJEK WISATA DI KECAMATAN SEI BINGAI, KABUPATEN LANGKAT SUMATERA UTARA SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "EKSPLORASI OBJEK WISATA DI KECAMATAN SEI BINGAI, KABUPATEN LANGKAT SUMATERA UTARA SKRIPSI"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

EKSPLORASI OBJEK WISATA

DI KECAMATAN SEI BINGAI, KABUPATEN LANGKAT SUMATERA UTARA

SKRIPSI

DEBBY DAMAYANTHI NAINGGOLAN 141201088

[

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2018

(2)

EKSPLORASI OBJEK WISATA

DI KECAMATAN SEI BINGAI, KABUPATEN LANGKAT SUMATERA UTARA

SKRIPSI

OLEH :

DEBBY DAMAYANTHI NAINGGOLAN 141201088

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2018

(3)

EKSPLORASI OBJEK WISATA

DI KECAMATAN SEI BINGAI, KABUPATEN LANGKAT SUMATERA UTARA

SKRIPSI

OLEH :

DEBBY DAMAYANTHI NAINGGOLAN 141201088

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar sarjana di Fakultas Kehutanan

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2018

(4)
(5)

i

ABSTRACT

DEBBY DAMAYANTHI NAINGGOLAN : Tourism Object Exploration in Sei Bingai District, Langkat Regency, North Sumatra. Supervised by RAHMAWATY and ABDUL RAUF.

Forest have many benefits for human being, one of them is the use of environmental services in the form of ecotourism. Ecotourism activities can affect the land capability to support tourism activities. The purpose of this research was to identify tourism object, analytical land suitability to tourism land and to choose the best of tourism object with the Process Hierarchy Analysis (AHP) method.

This research was conducted in Sei Bingai District, Langkat Regency, North Sumatra, with recording of tracking paths and land suitability for tourism. The analysis was used the AHP method to choose the best tourist objects. The results was found 7 tourist objects, one of them is Teroh Waterfall which is in demand by visitors. Land Suitability for tourism, Pemandian Namo Sira-sira was a good classes and other tourism objects included in medium classes for tourist land. In addition, AHP was carried out to determine the best tourist attraction with 10 respondents consisting of tour guide, surrounding communities and visitors. The result of this research showed Sei Bingai District had diverse tourism objects. The limitied factor of tourist land suitability was slope and soil texture. The best tourism object with AHP method in Sei Bingai Subdistrict was Waterfall by observed the distance factor.

Kata kunci : Analytical Hierachy, Land Suitability, Process Tourism Object

(6)

ii

ABSTRAK

DEBBY DAMAYANTHI NAINGGOLAN: Eksplorasi Objek Wisata di Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Dibimbing oleh RAHMAWATY dan ABDUL RAUF.

Hutan mempunyai banyak manfaat bagi kehidupan manusia, salah satunya adalah pemanfaatan jasa lingkungan berupa ekowisata. Kegiatan ekowisata dapat mempengaruhi kemampuan lahan untuk mendukung aktivitas wisata. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi objek wisata beserta pemetaan jalur tracking, menganalisis kesesuaian lahan unuk wisata dan menentukan objek wisata terbaik dengan metode Analisis Hirearki Proses (AHP). Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, dengan perekaman jalur tracking dan kesesuaian lahan untuk wisata. Penelitian ini mengunakan metode AHP untuk menentukan objek wisata terbaik. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat 7 objek wisata sepanjang jalur tracking, salah satunya adalah Air Terjun Teroh-teroh yang diminati oleh pengunjung.

Kesesuaian lahan untuk wisata, Pemandian Namo Sira-sira termasuk kelas baik dan objek wisata lain termasuk kelas sedang untuk lahan wisata. Selain itu, AHP dilakukan untuk menentukan objek wisata terbaik dengan 10 responden yang terdiri dari pengelolah wisata, masyarakat sekitar wisata dan pengunjung.

Kesimpulan penelitian ini menunjukan bahwa Kecamatan Sei Bingai memiliki objek wisata yang beragam. Faktor pembatas kesesuaian lahan wisata adalah kelerengan dan tekstur tanah. Selain itu wisata terbaik dengan metode AHP di Kecamatan Sei Bingai adalah Air Terjun dengan memperhatikan faktor jarak.

Kata kunci : Analisis Hierarki Proses, Kesesuaian Lahan, Objek Wisata

(7)

iii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Medan pada tanggal 18 Agustus 1996 dari pasangan Bapak Raymond Nainggolan dan Ibu Dewi Sari Meliala. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara. Pada tahun 2008 Penulis lulus dari SD Taman Siswa Medan, tahun 2011 lulus dari SMP Methodist 1 Medan dan tahun 2014 lulus dari SMA Methodist 1 Medan. Tahun 2014 Penulis melanjutkan kuliah di Universitas Sumatera Utara (USU) sebagai mahasiswa di Program Studi Kehutanan Fakultas Kehutanan melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN).

Penulis melakukan Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di kawasan Hutan Mangrove Nagalawan Kabupaten Serdang Bedagai pada tahun 2015 selama 10 hari. Penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Taman Nasional Baluran (TNB) di Situbondo, Jawa Timur pada tanggal 28 Januari - 28 Februari 2018 selama 1 bulan. Penulis melaksanakan penelitian di Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat dengan judul “Eksplorasi Objek Wisata di Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara” sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kehutanan.

(8)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul :

“Eksplorasi Objek Wisata di Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara”. Penulisan skripsi ini merupakan tugas akhir dalam pendidikan Strata Satu (S1) dan syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan Universitas Sumatera Utara.

Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, dukungan dan bimbingan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Kedua orang tua atas dukungan dari segi moril maupun materil serta kasih sayang dan doa yang tulus. Setiap hal yang diberikan kedua orang tua kepada penulis merupakan semangat dalam perjuangan menyelesaikan skripsi ini.

2. Ibu Rahmawaty, S.Hut., M.Si., Ph.D dan Bapak Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP selaku Dosen Pembimbing yang senantiasa meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan ilmu, serta memberikan kritik dan saran terhadap penulisan skripsi ini.

3. Dekan Fakultas Kehutanan Ibu Siti Latifah, S.Hut., M.Si., Ph.D, Ibu Dr. Deni Elfiati, SP., MP dan Ibu Dr. Evalina Herawati, S.Hut., M.Si

selaku dosen penguji serta dosen-dosen lainnya yang telah memberi ilmu selama masa perkuliahan.

(9)

v

4. Rekan tim penelitian Rizky Amalia, Jon Viktor, Muhammad Iddhian, Sintike Barus dan Eral Jantua yang telah membantu pelaksanaan dan meyumbangkan semangat serta kerjasama yang baik saat penelitian, serta teman - teman mahasiswa/i Fakultas Kehutanan USU angkatan 2014.

Terakhir, penulis hendak menyapa setiap nama yang tidak dapat penulis cantumkan satu per satu, terimakasih atas doa dan dukungan yang senantiasa mengalir tanpa sepengetahuan penulis. Terimakasih kepada orang-orang yang turut bersuka cita atas keberhasilan penulis menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa pembuatan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi materi maupun teknik penulisan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca demi penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya bidang kehutanan.

Medan, Oktober 2018 Penulis

Debby Damayanthi Nainggolan

(10)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

Manfaat Penelitian ... 2

TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Tempat Penelitian ... 3

Wisata…. ... 3

Penerapan Sistem Informasi Geografis ... 4

Evaluasi Kesesuaian Lahan ... 5

Analisis Hierarki Proses ... 7

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ... 10

Alat dan Bahan ... 10

Metode Penelitian... 11

Perekaman Jalur Tracking dan Inventarisasi Flora ... 11

Evaluasi Lahan untuk Wisata ... 11

Kuisioner Analisis Hierarki Proses ... 13

HASIL DAN PEMBAHASAN Pemetaan Jalur Tracking Objek Wisata ... 16

Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Wisata... 19

Pemilihan Objek Wisata Terbaik ... 22

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 25

Saran... ... 25

DAFTAR PUSTAKA ... 26

LAMPIRAN ... 28

(11)

vii

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Wisata USDA(1968) ... .. 5

2. Skala Saaty Tingkat Kepentingan 1-9 ... .. 13

3. Daftar Responden AHP ... 13

4. Objek Wisata di Kecamatan Sei Bingai ... 16

5. Data Jarak Antar Objek Wisata ... 19

6. Hasil Matching Data Lapangan dengan Kriteria Kesesuaian Lahan Berdasarkan USDA (1968) ... .. 20

7. Peringkat Hasil Pemilihan Responden Berdasarkan Kriteria ... … 22

8. Peringkat Hasil Pemilihan Responden Berdasarkan Alternatif ... 23

\

(12)

viii

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Peta Lokasi Penelitian ... 10

2. Bagan Analisis Hierarki Proses ... 13

3. Prosedur Pengolahan Kuisioner AHP ... 15

4. Objek Wisata Kolam Abadi ... 17

5. Objek Wisata Air Terjun Teroh-teroh ... ... 17

6. Peta Jalur Tracking Objek Wisata ... ... 18

7. Hasil Analisis Hierarki Objek Wisata Terbaik ... .. 22

(13)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman 1. Dokumentasi Objek Wisata di Kecamatan Sei Bingai ... 28

(14)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hutan mempunyai banyak manfaat bagi kehidupan manusia. Salah satu manfaatnya adalah kegiatan ekowisata karena memiliki potensi objek wisata seperti keindahan alam yang unik dan objek-objek yang menarik lainnya.

Kekayaan akan flora dan fauna yang beragam juga merupakan salah satu daya tarik yang banyak diminati oleh masyarakat luas (Rahmawaty, 2004).

Pengembangan suatu daerah dapat disesuaikan dengan peraturan pemerintah daerah dan kebiasaan budaya dengan potensi dan kekhasan daerah masing-masing. Pemerintah daerah bebas berkreasi dan berekspresi dalam rangka membangun daerahnya, dengan tidak melanggar ketentuan hukum dan undang- undang yang berlaku.

Kegiatan pariwisata memang memberikan dampak positif bagi perekonomian daerah. Keberadaan pariwisata juga dapat menyerap tenaga kerja.

Namun disisi lain aktivitas pariwisata memberikan tekanan lingkungan. Berbagai aktivitas-aktivitas wisata akan berpengaruh terhadap kondisi lingkungan sekitar objek wisata. Kemampuan lahan untuk mendukung aktivitas wisatawan memiliki batasan toleransi. Pemanfaatan yang melebihi daya dukung akan menyebabkan degradasi lingkungan. Sehingga evaluasi kemampuan lahan khususnya untuk wisata perlu dilakukan, agar wisata alam dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama atau berkelanjutan.

Sumatera Utara merupakan daerah wisata yang menawarkan banyak objek wisata dengan berbagai karakteristik. Dalam hal ini Kabupaten Langkat salah satu daerah yang memiliki banyak potensi dalam pengembangan berupa objek wisata

(15)

2

dan kebudayaan yang dapat di jadikan sebagai salah satu cara dalam menarik wisatawan. Kabupaten Langkat, khususnya Kecamatan Sei Bingai, merupakan salah satu tempat yang memiliki banyak potensi yang dapat dijadikan sebagai objek wisata. Dari beberapa objek wisata yang terdapat di Kecamatan Sei Bingai, terdapat objek wisata yang kurang diminati oleh pengunjung dikarenakan sarana dan prasarana yang belum cukup memadai, sehingga masyarakat yang berada sekitar objek wisata tidak mendapatkan feedback dari wisatawan. Dari permasalahan yang diuraikan, perlu dilakukan penelitian ini.

Tujuan penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk :

1. Mengidentifikasi objek wisata yang terdapat di Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat.

2. Menganalisis kesesuaian lahan untuk wisata berdasarkan kriteria kesesuaian lahan.

3. Menentukan jenis objek wisata terbaik dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

Manfaat penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai bahan referensi untuk pengembangan objek wisata di Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat.

(16)

3

TINJAUAN PUSTAKA

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat.

Kecamatan Sei Bingai berjarak kira-kira 62 km dari Kota Medan, dapat ditempuh dengan waktu kurang lebih 2 jam. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kecamatan Sei Bingai tahun 2017 Kecamatan Sei Bingai memiliki luas 333,17 km2. Kecamatan Sei Bingai merupakan kawasan penyangga dari Taman Nasional Gunung Leuser. Secara geografis kecamatan Sei Bingai berada di 0301910”- 03034’30” lintang utara dan 98021’14”- 98031’30” lintang timur, terletak 106 meter diatas permukaan laut. Kecamatan Sei Bingai berbatasan dengan Kota Binjai pada sebelah utara, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Karo, sebelah barat dengan Kecamatan Kuala, Salapian dan Selesai serta sebelah Timur dengan Kabupaten Deli Serdang. Kecamatan Sei Bingai terdiri dari 16 desa (Badan Pusat Statistika, 2017).

Wisata

Menurut UU 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Penetapan kawasan strategis pariwisata dilakukan dengan memperhatikan aspek sumber daya pariwisata alam dan budaya yang potensial menjadi daya tarik pariwisata, potensi pasar, lokasi strategis yang berperan menjaga persatuan bangsa dan keutuhan wilayah, perlindungan terhadap lokasi tertentu yang mempunyai peran strategis dalam menjaga fungsi dan daya

(17)

4

dukung lingkungan hidup, lokasi strategis yang mempunyai peran dalam usaha pelestarian dan pemanfaatan aset budaya, kesiapan dan dukungan masyarakat dan kekhususan dari wilayah.

Penerapan Sistem Informasi Geografis (SIG)

Istilah sistem informasi geografis diartikan sebagai suatu sistem berdasarkan komputer yang mempunyai kemampuan untuk menangani data yang bereferensi geografi (gereference) dalam hal pemasukan, manajemen data, memanipulasi dan mengalisis serta pengembangan produk dan percetakan. Dalam pengertian lain sistem informasi geografis diartikan sebagai sekumpulan perangkat keras komputer (hardware), perangkat lunak (software), data-data geografis, dan sumberdaya manusia yang terorganisir yang secara efisien mengumpulkan, menyimpan, meng-update, memanipulasi, menganalisis dan menampilkan semua bentuk data yang bereferensi geografis. Sistem ini sering digunakan khususnya dalam pemetaan wilayah, tata ruang kota maupun berbagai peta tematik lainnya. Sistem informasi geografi memiliki berbagai kelebihan antara lain memudahkan data untuk dipanggil kembali dan mampu menggabungkan data atribut dan data spasial (Inopianti dan Ramdan, 2016).

Metode weighted overlay merupakan analisis spasial dengan menggunakan teknik overlay beberapa peta yang berkaitan dengan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penilaian kerentanan. Salah satu fungsi dari weighted overlay ini adalah untuk menyelesaikan masalah multikriteria seperti pemilihan lokasi optimal atau pemodelan kesesuaian. Weighted Overlay merupakan salah satu fasilitas yang ada dalam ArcGIS 10.3 yang mengkombinasikan berbagai

(18)

5

macam input dalam bentuk peta grid dengan pembobotan (weigted factor) dari AHP expert (Adininggar et al., 2016).

Evaluasi Kesesuaian Lahan

Evaluasi lahan merupakan bagian dari proses perencanaan tataguna lahan.

Inti evaluasi lahan adalah membandingkan persyaratan yang diminta oleh tipe penggunaan lahan yang akan diterapkan, dengan sifat-sifat atau kualitas lahan yang dimiliki oleh lahan yang digunakan. Dengan cara ini, maka akan diketahui potensi lahan atau kelas kesesuaian/kemampuan lahan untuk tipe penggunaan lahan tersebut. Kriteria kesesuaian untuk wisata disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Wisata USDA (1968)

Sifat Tanah Kesesuaian Lahan

Baik Sedang Buruk

Drainase cepat, agak cepat, baik, agak baik. Air tanah >

50 cm

Agak baik, agak jelek, Muka air tanah < 50 cm

Jelek, sangat jelek, muka air tanah < 50 cm hingga

permukaan.

Banjir Tanpa 1-2 kali selama musim

piknik

2 kali selama musim piknik

Kemiringan 0-8 % 8-15% >15 %

Tekstur Tanah Lempung berpasir, lempung berpasir halus, lempung berpasir sangat halus, lempung, lempung berdebu

Lempung liat, lempung liat berpasir, lempung liat berdebu, pasir berlempung

Liat berpasir, liat berdebu, liat, pasir, tanah organik

Kerikil/Kerakal (2mm-25 cm)

0 – 20 % 20 – 50 % >50 %

Batuan > 25 cm 0-0,1 % 0,1-3% >3%

Sumber: Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007).

Rayes (2007) menyatakan bahwa karakteristik lahan (land characteristics) mencakup faktor-faktor lahan yang dapat diukur atau ditaksir besarnya seperti lereng, curah hujan, tekstur tanah, air tersedia dan sebagainya. Satu jenis karakteristik lahan dapat berpengaruh terhadap lebih dari satu jenis kualitas lahan, misalnya tekstur tanah dapat berpengaruh terhadap tersedianya air, mudah tidaknya lahan diolah, ancaman erosi dan faktor lainnya. Bila karakteristik lahan

(19)

6

digunakan secara langsung dalam evaluasi lahan, maka kesulitan dapat timbul karena adanya interaksi dari beberapa karakteristik lahan.

Faktor pembatas ketersediaan hara, curah hujan yang tinggi, dan bahaya erosi, bukanlah menjadi faktor pembatas utama dalam menilai kesesuaian lahannya, karena masih bisa dilakukan pengelolaan dengan penambahan unsur hara ke dalam tanah, pembuatan drainase, serta pembuatan teras dan menanam sejajar kontur. Sedangkan yang menjadi faktor pembatas utama dalam penilaian kelas kesesuaian lahan, untuk cabai merah pada areal penggunaan lain di kecamatan Sitellu Tali Urang Julu adalah tekstur tanah, dikarenakan tekstur tanah tidak akan berubah dalam waktu yang singkat, contohnya tekstur pasir sulit dirubah menjadi lempung atau tekstur liat sulit dirubah menjadi pasir (Harahap et al., 2018).

Kelas kemampuan lahan ditentukan berdasarkan faktor-faktor fisik tanah dan lingkungan, dan kemudian dikategorikan menurut faktor penghambat yang dijumpai dilahan tersebut, serta sejumlah ciri-ciri tanah dan lingkungan. Kelas kemampuan tanah ini sifatnya lebih umum dibandingkan dengan kelas kesesuaian lahan yang sifatnya lebih khusus. Kelas kemampuan lahan dapat dibagi kedalam 8 golongan yang ditetapkan berdasarkan atas intensitas faktor-faktor penghambat permanen dan sulit diubah (Tjokrokusumo, 2002).

Topografi yang dipertimbangkan dalam evaluasi lahan adalah lereng dan ketinggian tempat di atas permukaan laut. Faktor tanah dalam evaluasi kesesuaian lahan ditentukan oleh beberapa karakteristik tanah di antaranya drainase tanah, tekstur, kedalaman tanah dan retensi hara, serta beberapa sifat lainnya diantaranya alkalinitas, bahaya erosi, dan banjir/genangan. Sedangkan faktor iklim dalam

(20)

7

evaluasi lahan ditentukan oleh beberapa sifat atau karakteristik diantaranya adalah suhu udara dan curah hujan (Arsyad, 2006).

Analisis Hierarki Proses (AHP)

Analisis Hierarki Proses merupakan suatu model pendukung keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty. Model pendukung keputusan ini akan menguraikan masalah multi faktor atau multi kriteria yang kompleks menjadi suatu hirarki, menurut Saaty (1993), hirarki didefinisikan sebagai suatu representasi dari sebuah permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur multi level dimana level pertama adalah tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria, sub kriteria, dan seterusnya ke bawah hingga level terakhir dari alternatif. Dengan hirarki, suatu masalah yang kompleks dapat diuraikan ke dalam kelompok- kelompoknya yang kemudian diatur menjadi suatu bentuk hirarki sehingga permasalahan akan tampak lebih terstruktur dan sistematis. Analisis Hierarki Proses sering digunakan sebagai metode pemecahan masalah dibanding dengan metode yang lain karena alasan-alasan sebagai berikut : Struktur yang berhirarki, sebagai konsekuesi dari kriteria yang dipilih, sampai pada subkriteria yang paling dalam, memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh pengambil keputusan dan memperhitungkan daya tahan output analisis sensitivitas pengambilan keputusan (Syaifullah, 2010).

Menurut Katz (1990) hierarki tidak perlu lengkap, elemen dalam level tertentu tidak harus berfungsi sebagai atribut (kriteria) untuk elemen tingkat terakhir. Hierarki bukanlah bagan yang seperti pada umumnya. Masing-masing level dapat mewakili permasalahan yang berbeda. Satu tingkat dapat mewakili

(21)

8

faktor sosial dan faktor politik untuk dievaluasi. Pembuat keputusan dapat memasukkan atau meningkatkan elemen yang diperlukan guna memperjelas tugas dan menetapkan prioritas atau mempertajam fokus. Dalam menetapkan prioritas mensyaratkn bahwa kriteria, properti atau fitur alternatif yang dibandingkan, dan alternatif itu sendiri di bandingkan dengan alternatif yang lain yang berkaitan dengan unsur-unsur elemen dari tingkat yang lebih tinggi berikutnya.

Analisis Hierarki Proses digunakan untuk menurunkan skala rasio dari beberapa perbandingan berpasangan yang bersifat diskrit maupun kontinu.

Perbandingan berpasangan tersebut dapat diperoleh melalui pengukuran aktual maupun pengukuran relatif dari derajat kesukaan, atau kepentingan atau perasaan.

Dengan demikian metoda ini sangat berguna untuk membantu mendapatkan skala rasio dari hal-hal yang semula sulit diukur seperti pendapat, perasaan, prilaku dan kepercayaan. Penggunaan AHP dimulai dengan membuat struktur hirarki atau jaringan dari permasalahan yang ingin diteliti. Di dalam hirarki terdapat tujuan utama, kriteria-kriteria, sub kriteria-sub kriteria dan alternatif-alternatif yang akan dibahas. Perbandingan berpasangan dipergunakan untuk membentuk hubungan didalam struktur (Teknomo et al., 1999).

Masalah keputusan AHP terstruktur secara hierarkis pada tingkat yang berbeda, setiap tingkat terdiri dari sejumlah elemen keputusan yang terbatas.

Tingkat teratas hierarki mewakili tujuan keseluruhan, sementara tingkat rendah terdiri dari semua alternatif yang mungkin. Satu atau lebih tingkat menengah mewujudkan kriteria keputusan dan subkriteria. Kepentingan relatif dari elemen keputusan (bobot kriteria dan skor alternatif) dinilai secara tidak langsung dari penilaian perbandingan selama langkah kedua dari proses keputusan. Pengambil

(22)

9

keputusan diperlukan untuk memberikan preferensinya dengan membandingkan semua kriteria, subkriteria dan alternatif sehubungan dengan elemen keputusan tingkat atas. Nilai bobot dan skor diperoleh dari perbandingan ini dan direpresentasikan dalam tabel keputusan. Langkah terakhir dari AHP mengumpulkan semua prioritas lokal dari meja keputusan dengan jumlah tertimbang sederhana (Rahmawaty et al., 2011).

(23)

10

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei – Juni 2018. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.

Pengolahan dan analisis data dilakukan di Laboratorium Manajemen Hutan, Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara.

Lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Global Positioning System (GPS) sebagai perekam titik koordinat dan jalur tracking, software ArcGIS 10.3 yang digunakan untuk mengolah data pemetaan, cawan, timbangan analitik, shaker, labu ukur, pengaduk sebagai pengukuran tekstur tanah, software Expert

(24)

11

Choise sebagai mengolah data kuisioner AHP, kuisioner AHP, alat tulis dan

kamera digital sebagai alat dokumentasi.

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Peta Administrasi Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat, yang menjadi objek penelitian dan sampel tanah.

Metode Penelitian

Perekaman Jalur Tracking dan Inventarisasi Flora

Pengumpulan data dilakukan dengan mencari jalur objek wisata menggunakan GPS sebagai alat perekam jalur tracking dan perekam koordinat objek wisata. Data jalur tracking akan valid apabila langsung bertanya kepada masyarakat yang sering melalui jalur wisata tersebut. Dari para pengurus dapat diperoleh data penting lainya seperti tata cara perijinan memasuki objek wisata, alamat lengkap objek wisata, transportasi menuju objek wisata dan hal-hal penting lainya.

Titik awal perekaman jalur objek wisata dimulai dari batas awal Kecamatan Sei Bingai dengan menyalakan GPS dan mengaktifkan track record.

Selama perekaman jalur objek wisata, titik koordinat objek wisata di simpan dengan GPS. Perekaman jalur objek berakhir dengan menyimpan jalur track log yang terdapat pada GPS dan menonaktifkan track record. Hasil perekaman jalur objek wisata, diolah menggunkan software ArcGis 10.3.

Evaluasi Lahan untuk wisata Teknik Pengambilan Sampel Tanah

Sampel tanah diambil dengan menggunakan sekop atau bor tanah pada kedalaman 0-20 cm. Tanah diambil 2-5 titik di sekitar objek wisata, dicampurkan,

(25)

12

dan kemudian diaduk. Pengambilan tanah secara komposit dapat mewakili keseluruhan tanah karena mempunyai karakterisrik yang sama. Sampel tanah dimasukkan ke dalam kantong plastik besar, diberi label lokasi, waktu, dan kedalamannya dan dianalisis.

Data yang dikumpulkan meliputi data primer yang didapat dari hasil pengamatan langsung dari lapangan yaitu kandungan bahan kasar dan kedalaman efektif, sedangkan data yang dihasilkan dari analisis laboratorium adalah tekstur tanah. Cara pengujian Tekstur Tanah menurut Agus et al (2006) dengan menimbang 25 g tanah kering udara yang telah diayak dengan ayakan 10 mesh, lalu masukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml. Ditambahkan 50 ml larutan natrium pirofosfat, kocok sampai rata, lalu biarkan selama 24 jam. Setelah 24 jam goncang pada alat penggoncang (shaker) selama 15 menit. Selanjutnya pindahkan ke dalam silinder (gelas ukur) volume 500 ml dan tambahkan aquades sampai pada tanda garis. Larutan di kocok sebanyak 20 kali sebelum pembacaan lalu masukkan hydrometer ke dalam silinder dengan hati-hati untuk pembacaan pertama setelah 40 detik dari saat pengocokan. Setelah 3 jam masukkan hydrometer untuk pembacaan yang kedua, untuk mendapatkan jumlah liat. Pengukuran setiap fraksi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

% Liat + debu = Pembacaan drometer

berat conto tana 100 % liat = Pembacaan drometer

berat conto tana 100 % debu = % (liat + debu) - % liat % pasir = 100 % - % (liat + debu)

(26)

13 Kuisioner Analisis Hierarki Proses

Data kuesioner ini berfungsi untuk pengambilan data dalam menganalisis pemilihan objek wisata yang terbaik menurut masyarakat yang berada disekitar objek wisata Kecamatan Sei Bingai.

Untuk tahap awal, dalam menentukan rancangan kriteria dan alternatif analisis objek wisata terbaik diperlukan survei lokasi dan diskusi terhadap masyarakat sekitar objek wisata. Semua hal tersebut dijadikan rumusan dalam membuat bagan Hierarki dengan tujuan menentukan objek wisata terbaik di Kecamatan Sei Bingai. Bagan Analisis Hierarki Proses dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Bagan Analisis Hierarki Proses

Hasil yang diperoleh dari kuesioner terhadap responden ahli kemudian diolah menggunakan software Expert Choice 11 dengan skala kepentingan yang

Analisi Objek Wisata Terbaik

Jarak

Sungai

Waktu

Pemandangan

Sarana

Air Terjun

Biaya

Mata Air

(27)

14

sudah ditetapkan. Data yang dihasilkan berupa data perbandingan berpasangan dengan skala Saaty 1–9 dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Skala Saaty Tingkat Kepentingan 1-9 Tingkat Kepentingan Definisi

1 Sama penting

3 Sedikit lebih penting

5 Jelas lebih penting

7 Sangat jelas lebih penting

9 Pasti / mutlak lebih penting (Kepentingan yang ekstrim)

2, 4, 6, 8 Jika ragu-ragu antara dua nilai yang berdekatan 1 / (1-9) Kebalikan nilai tingkat kepentingan dari skala 1-9

Responden adalah orang yang berperan dalam mengatur ataupun pengelolah objek wisata, masyarakat yang ikut andil (pedagang di sekitar objek wisata) dan pengunjung. Daftar responden ahli dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Daftar responden AHP

No Nama Pekerjaan Umur Keterangan

1 Budiman Sitepu Wiraswasta 42 tahun Tour Guide

2 Doriano Ginting Guru 34 tahun Wisatawan

3 Sope Tarigan Petani 60 tahun Tour Guide

4 Crisna Sihombing Wiraswasta 26 tahun Wisatawan

5 Rita Sembiring Ibu rumah tangga 48 tahun Masyarakat

6 Erminta Tarigan Ibu rumah tangga 53 tahun Masyarakat

7 Fernando Bangun Wiraswasta 48 tahun Tour Guide

8 Roy Siahaan Petani 35 tahun Wisatawan

9 Indah Karo-karo Wiraswasta 67 tahun Masyarakat

10 Sinar Bangun Wiraswasta 35 tahun Tour Guide

Setelah seluruh data dari kuisioner di rekapitulasi dalam software Expert Choise, penggabungan data dilakukan. Prosedur pengolahan data kuisioner AHP dapat dilihat pada Gambar 3.

(28)

15

Gambar 3. Prosedur Pengolahan Kuisioner AHP Buka Software

Expert Choise

Pilih Create New Model

Klik kanan pada Tujuan, pilih insert child of

current node

Klik add alternative

Pilih menu Go, lalu klik Participants Table untuk memasukkan

daftar responden

Pilih Pairwise Numerical Comparisons

untuk memasukan data pada setiap responden

Pilih Pairwise Numerical Comparisons

untuk memasukan data pada setiap responden

Pilih Combine Individuals pada Participants Table

Klik Judgement (in Hierarchy) only

Untuk hasil akhir, Pilih Synthesis Result

(29)

16

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemetaan Jalur Tracking Objek Wisata

Dari hasil pengambilan data pemetaan tracking, terdapat 7 objek wisata yang ada di Kecamatan Sei Bingai, dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Objek Wisata di Kecamatan Sei Bingai

No Nama Objek Wisata Desa Koordinat Ketinggian

(mdpl) Keterangan Lintang Utara Bujur Timur

1 Pemandian Alam Jaya

Durian

Lingga 3⁰27'28",7 98⁰29'19",0 148,28 Lampiran 1(a) 2 Pemandian Pante

Tengah

Durian

Lingga 3⁰27'05",0 98⁰29'12",2 150,12 Lampiran 1(b) 3 Pemandian Namo

Sira-sira Belinteng 3⁰26'38",5 98⁰29'13",6 154,91 Lampiran 1(c)

4 Kolam Abadi Rumah

Galuh 3⁰23'24",2 98⁰24'57",5 372 Lampiran 1(d) 5 Air Terjun Teroh

teroh

Rumah

Galuh 3⁰23'33",7 98°25'05",3 384 Lampiran 1(e) 6 Kolam Barbar Sari Telagah 3⁰18'36",9 98⁰23'31",0 818,98 Lampiran 1(f) 7 View Valley Simelir Telagah 3⁰17'13",3 98°22'50",2 1071 Lampiran 1(g)

Jenis objek wisata di Kecamatan Sei Bingai terdiri dari 4 jenis, yaitu sungai, air terjun, mata air, dan pemandangan alam. Pengelolaan tempat wisata dikelola oleh masyarakat sekitar dan kelompok-kelompok pecinta alam. Prasarana berupa jalan menuju objek wisata cukup baik karena jalan yang dilalui berupa aspal, namun untuk mencapai objek wisata, ada beberapa objek wisata yang tidak bisa dilalui oleh kendaraan, seperti air terjun teroh-teroh dan kolam abadi yang harus berjalan kaki. Sarana yang disediakan di masing-masing objek wisata berbeda-beda.

Dari 7 objek wisata yang terdapat di Kecamatan Sei Bingai, objek wisata yang paling popular dan paling dikenal adalah kolam abadi dan air terjun teroh- teroh dapat dilihat pada Gambar 4 dan Gambar 5. Untuk memasuki objek wisata kolam abadi dan teroh-teroh, setiap wisatawan diwajibkan menggunakan jasa tour

(30)

17

guide. Untuk mencapai lokasi kolam abadi dan air terjun teroh-teroh, dapat dilalui

dengan pos-pos yang telah di sediakan. Dari pos pemandu wisata, ketempat objek wisata memerlukan waktu tempuh ± 30 menit dengan berjalan kaki.

Gambar 4. Objek Wisata Kolam Abadi Gambar 5. Objek Wisata Air Terjun Teroh-teroh

Menurut Panjaitan et al (2016) daya tarik merupakan faktor yang membuat wisatawan berkeinginan untuk mengunjungi dan melihat secara langsung ketempat yang mempunyai daya tarik tersebut. Pengkajian komponen daya tarik ini bertujuan untuk mengetahui gambaran bentuk-bentuk kegiatan rekreasi yang sesuai dengan daya tarik dan sumber daya yang tersedia. Kolam Abadi dan Air Terjun Teroh teroh memiliki keunikan sehingga menjadi daya tarik bagi pengunjung. Selain air terjun dan kolam abadi, terdapat objek wisata yang lain seperti pemandian namo sira-sira, pante tengah dan alam jaya yang berasal dari sungai, kolam babar sari yang berasal dari mata air, dan View Valley berupa pemandangan yang terdapat di desa Telagah, di objek wisata View Valley Simelir ini, pengunjung dalam menikmati pemandangan alam dari ketinggian 1071 mdpl.

Adapun hasil pemetaan jalur tracking dapat dilihat pada Gambar 6.

(31)

18

Gambar 5. Peta Jalur Tracking Objek Wisata

(32)

19

Dari hasil pemetaan jalur objek wisata, terdapat perbedaan jarak antar setiap objek wisata, dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Data Jarak Antara Objek Wisata

No Objek Wisata Jarak

(Km)

Beda Tinggi (mdpl)

Dari Ke

1 Sei Bingai Pemandian Alam Jaya 14 91,28

2 Pemandian Alam Jaya Pemandian Pante Tengah 1,05 1,84

3 Pemandian Pante Tengah Pemandian Namo Sira-sira 0,95 4,79 4 Pemandian Namo Sira-sira Pos 1 (Pemandu Wisata Alam) 17,58 209,32

5 Pos 1 (Pemandu Wisata Alam) Pos 2 (PETAR) 1,11 40,53

6 Pos 2 (PETAR) Pos 3 (GOA) 0,20 8,98

7 Pos 3 (GOA) Pos 4 (Paradise of Jungle) 0,14 0,14

8 Pos 4 (Paradise of Jungle) Pos 5 (Pelaruga) 0,25 6,95

9 Pos 5 (Pelaruga) Kolam Abadi 0,63 48,88

10 Kolam Abadi Air Terjun Teroh teroh 0,52 12

11 Air Terjun Teroh teroh Kolam Barbar Sari 10,26 434,98

12 Kolam Barbar Sari View Valley Simelir 3,35 252,02

Sepanjang perekaman jalur tracking, inventarisasi flora juga diamati. Flora yang terdapat disepanjang jalur tracking, merupakan milik masyarakat setempat, beberapa jenis yang dominan adalah coklat, mindi, rambutan, jambu air, mangga, tanaman pisang yang ditanam oleh masyarakat didepan halaman rumah. Adapun tanaman perkebunan berupa kelapa sawit dan karet yang dimiliki oleh masyarakat sekitar Kecamatan Sei Bingai.

Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Wisata

Untuk pengukuran evaluasi kesesuaian lahan untuk wisata, memerlukan sampel tanah. Sampel tanah diambil dari disetiap objek wisata, yaitu objek wisata Pemandian Alam Jaya, Pemandian Pante Tengah, Pemandian Namo Sira-sira, Kolam Abadi, Air Terjun Teroh-teroh, Kolam Barbar Sari dan View Valley Simelir. Hasil matching data lapangan dengan kriteria kesesuaian lahan untuk di setiap wisata dapat dilihat pada Tabel 6.

(33)

20

Tabel 6. Hasil Matching Data Lapangan dengan Kriteria Kesesuaian Lahan Berdasarkan USDA (1968)

Kesesuaian Lahan Wisata menurut USDA (1968)

Objek Wisata P. Alam Jaya P. Pante Tengah P. Namo

Sira-sira Kolam Abadi Air Terjun Teroh-teroh

Kolam Barbar Sari

View Valley Simelir Drainase

- Baik (cepat, agak cepat, baik, agak baik. Air tanah > 50 cm

- Sedang (Agak baik, agak jelek, Muka air tanah < 50 cm) - Buruk (Jelek, sangat jelek, muka air tanah < 50 cm

hingga permukaan.)

Baik (Baik)

Baik (Baik)

Baik (Baik)

Baik (Baik)

Baik (Baik)

Baik (Baik)

Baik (Baik)

Banjir

- Baik ( Tanpa Banjir)

- Sedang (1-2 kali selama musim piknik) - Buruk (2 kali selama musim piknik)

Tanpa Banjir (Baik)

Tanpa Banjir (Baik)

Tanpa Banjir (Baik)

Tanpa Banjir (Baik)

Tanpa Banjir (Baik)

Tanpa Banjir (Baik)

Tanpa Banjir (Baik) Kemiringan

- Baik (0-8 %) - Sedang (8-15%) - Buruk (>15 %)

0 – 5%

(Baik)

3- 15 % (Sedang)

2 – 5 % (Baik)

0 – 10 % (Sedang)

0 – 10 % (Sedang)

5 – 15 % (Sedang)

10 – 15 % (Sedang) Tekstur Tanah

- Baik (Lempung berpasir, lempung berpasir halus, lempung berpasir sangat halus, lempung, lempung berdebu)

- Sedang (Lempung liat, lempung liat berpasir, lempung liat berdebu, pasir berlempung)

- Buruk (Liat berpasir, liat berdebu, liat, pasir, tanah organik)

Pasir Berlempung

(Sedang)

Pasir Berlempung (Sedang)

Lempung Berpasir

(Baik)

Lempung Berpasir

(Baik)

Lempung Berpasir

(Baik)

Pasir Berlempung

(Sedang)

Pasir Berlempung (Sedang)

Kerikil/Kerakal (2mm-25 cm) - Baik (0 – 20 %) - Sedang (20 – 50 %) - Buruk (>50 %)

< 8 % (Baik)

< 5 % (Baik)

< 10 % (Baik)

3 % (Baik)

3 % (Baik)

< 10 % (Baik)

< 5%

(Baik) Batuan > 25 cm

- Baik (0-0,1 %) - Sedang (0,1-3%) - Buruk (>3%)

0 % (Baik)

0 % (Baik)

0 % (Baik)

0 % (Baik)

0 % (Baik)

0 % (Baik)

0 % (Baik) Kesimpulan ( Faktor Pembatas)

Sedang ( Tektur Tanah)

Sedang ( Kemiringan dan

Tekstur Tanah )

Baik Sedang

(Kemiringan)

Sedang (Kemiringan)

Sedang (Kemiringan)

Sedang ( Kemiringan dan

Tekstur Tanah )

20

(34)

21

Berdasarkan hasil matching evaluasi lahan dari 7 objek wisata yang ada di Kecamatan Sei Bingai terdapat satu objek wisata yang dikategorikan kelas baik sebagai lahan untuk wisata, yaitu pada objek wisata Pemandian Namo Sira-sira.

Sedangkan 6 objek wisata lainnya termasuk dalam kelas sedang untuk dijadikan tempat wisata. Pada objek wisata Pemandian Pante Tengah dan View Valley Simelir yang menjadi faktor pembatas adalah kelerengan dan tekstur tanah, untuk objek wisata yang lain, yang menjadi faktor pembatas hanya tekstur tanah.

Tekstur tanah merupakan salah satu sifat tanah yang menjadi faktor pembatas suatu lahan dapat dikategorikan sebagai lahan untuk wisata. Rayes (2006) menyatakan bahwa satu jenis karakteristik lahan dapat berpengaruh terhadap lebih dari satu jenis kualitas lahan, misalnya tekstur tanah dapat berpengaruh terhadap tersedianya air, mudah tidaknya lahan diolah, ancaman erosi dan faktor lainnya. Bila karakteristik lahan digunakan secara langsung dalam evaluasi lahan, maka kesulitan dapat timbul karena adanya interaksi dari beberapa karakteristik lahan.

Hasil data lapangan, tekstur tanah yang ditemukan adalah lempung berpasir. Tekstur tanah berlempung baik untuk manfaatkan sebagai lahan wisata.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Agus et al (2006) yang menyatakan lempung mempunyai komposisi yang seimbang antara fraksi kasar dan halus. Lempung juga sering dianggap sebagai tekstur yang optimal, hal ini disebabkan karena kapasitasnya dalam menyerap hara pada umumnya lebih baik daripada pasir, sementara drainase, aerasi dan kemudahan dalam pengelolaan lebih baik daripada liat.

(35)

22 Pemilihan Objek Wisata Terbaik

Pengambilan data AHP dilakukan dengan membagikan kuisioner.

Kuisioner dibagikan secara terpisah kepada masyarakat yang terlibat dalam pengelolahan objek wisata, kepada pengunjung objek wisata dan kepada masyarakat yang berjualan di sekitar objek wisata. Hasil kuisioner per responden diolah kedalam software Expert Choise 11 berdasarkan kriteria dan tujuan dari analisis yang ingin dicapai. Adapun hasil analisis hierarki untuk menentukan objek wisata yang terbaik menurut masyarakat dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Hasil Analisis Hierarki Objek Wisata Terbaik

Berdasarkan hasil kuisioner, urutan kriteria yang dipentingkan responden dalam memilih objek wisata dapat dilihat pada Tabel 7 dan Tabel 8.

Tabel 7. Peringkat Hasil Pemilihan Responden Berdasarkan Kriteria

Pilihan yang Terbaik Kriteria yang berpengaruh Bobot Nilai

1 Jarak 0,369

2 Biaya 0,244

3 Sarana 0,227

4 Waktu 0,160

Analisi Objek Wisata Terbaik

Jarak (0,369)

Sungai (0,261)

Waktu (0,160)

Pemandangan (0,176)

Sarana (0,227)

Air Terjun (0,303)

Biaya (0,244)

Mata Air (0,260)

(36)

23

Tabel 8. Peringkat Hasil Pemilihan Responden Berdasarkan Alternatif Pilihan yang Terbaik Alternatif yang di sediakan Bobot Nilai

1 Air Terjun 0,303

2 Sungai 0,261

3 Mata Air 0,26

4 Pemandangan 0,176

Berdasarkan hasil pemilihan menurut masyarakat dan pengunjung, yang lebih dipentingkan adalah faktor jarak, dengan nilai inconsistensy 0,1, nilai inconsistency. Nilai inconsistensy mempengaruhi hasil akhir analisis hierarki

tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan Muslem (2014) bahwa nilai inconsistensy mempengaruhi hasil dari perhitungan hierarki, nilai inconsistensy

merupakan nilai konsisten seorang responden dalam menjawab dan memilih kriteria dan alternatif. Rahmawaty (2011) menyatakan bahwa jika rasio konsistensi (CR) kurang dari 0,1, ada tingkat konsistensi yang wajar dalam perbandingan pasangan-bijaksana. Jika CR lebih dari atau sama dengan 0,1, nilai rasio tidak konsisten. Dalam kasus terakhir, yang asli nilai dalam matriks perbandingan bijak pasangan harus direvisi.

Dari hasil pembobotan disetiap elemen, bobot nilai elemen yang paling besar nilainya terdapat di faktor jarak dengan 0,369. Sedangkan bobot nilai elemen yang terkecil terdapat di faktor waktu yaitu dengan nilai 0,160. Hal ini menunjukan bahwa faktor jarak sedikit lebih penting dari faktor yang lainnya.

Adapun faktor lainnya yaitu faktor sarana dengan bobot nilai 0,227 dan faktor biaya dengan bobot nilai 0,244 yang menentukan objek wisata terbaik.

Dari hasil pembobotan nilai dari masing-masing faktor, dapat dilihat bahwa objek wisata air terjun adalah pilihan yang terbaik menurut responden dengan bobot nilai 0,303. Pilihan objek wisata yang terakhir adalah pemandangan

(37)

24

dengan bobot nilai 0,176. Adapun pilihan alternatif yang lain adalah sungai dengan bobot nilai 0,261 dan mata air dengan bobot nilai 0,260. Air terjun yang menjadi pilihan terbaik adalah Air Terjun Teroh-teroh.

Di Kecamatan Sei Bingai Air Terjun Teroh-teroh merupakan air terjun paling paling banyak dikunjungi sehingga masyarakat yang berjualan disekitar objek wisata mendapatkan keuntungan dari para pengunjung. Objek wisata air terjun sangat jarang ditemukan di Kecamatan Sei Bingai, sehingga air terjun menjadi daya tarik bagi pengunjung. Objek wisata berupa mata air, dikelola masyarakat dengan membendung mata air dan menjadikannya sebuah kolam, namun untuk memasuki objek wisata ini, prasana seperti jalan masih kurang baik, sehingga pengunjung memilih objek wisata yang mudah untuk dilalui, dan masyarakat sekitar objek wisata lebih memilih membuka usaha di tempat yang paling banyak dikunjungi.

(38)

25

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Hasil pemetaan jalur tracking objek wisata, ditemukan 7 objek wisata yang berada di Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat yaitu, Pemandian Alam Jaya, Pemandian Alam Pante Tengah, Pemandian Alam Namo Sira-sira, Kolam Abadi, Air Terjun Teroh-teroh, Kolam Babar Sari dan View Valley Simelir.

2. Berdasarkan hasil evaluasi kesesuaian lahan untuk wisata dari 7 objek wisata di Kecamatan Sei Bingai, Pemandian Namo Sira-sira termasuk kelas kesesuaian baik untuk lahan wisata, sedangkan objek wisata lainnya termasuk kelas kesesuaian sedang untuk wisata dengan faktor pembatas kelerengan dan tekstur tanah.

3. Dari hasil analisis hierarki pemilihan objek wisata terbaik, Air Terjun adalah pilihan objek wisata yang terbaik menurut masyarakat Kecamatan Sei Bingai dengan mementingkan faktor jarak dalam objek wisata tersebut.

Saran

Diharapkan adanya tindakan lanjutan mengenai pengembangan wisata yang dapat menambah referensi dalam meningkatkan objek wisata di Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat.

(39)

26

DAFTAR PUSTAKA

Adininggar F. W., A. Suprayogi dan A. P. Wijaya. 2016. Pembuatan Peta Potensi Lahan Berdasarkan Kondisi Fisik Lahan Menggunakan Metode Weight Overlay. Jurnal Geodesi. 5(2):1 – 24.

Agus. F., Yusrial dan Sutono. 2006. Sifat Fisik Tanah dan Metode Analisisnya.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementerian Pertanian.

Arsyad, S. 2006. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor.

Badan Pusat Statistika. 2017. Kecamatan Sei Bingai dalam Angka 2017. Diakses dari https://langkatkab.bps.go.id.

Harahap, F. S., A. Rauf, Rahmawaty dan S. H. Sidabukke. 2018. Evaluasi Kesesuaian Lahan pada Areal Penggunaan Lain di Kecamatan Sitellu Tali Urang Julu Kabupaten Pakpak Bharat untuk Pengembangan Tanaman Cabai Merah (Capsicum Annuum L.). Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan.

5(2):829-839.

Hardjowigeno, S dan Widiatmaka. 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan &

Perencanaan Tataguna Lahan. Universitas Gadjah Mada Press. Yogjakarta Inopianti, N dan D. Ramdan. 2016. Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis

(SIG) dan Penginderaan Jauh dalam Pemetaan Penutupan Lahan di Kabupaten Banjarnegara. Seminar Nasional Peran Geospasial dalam Membingkai NKRI 2016: 293-300.

Katz, J. M. 1990. How to Make a Decision: The Analytic Hierarchy Process.

European Journal of Operational Research. 48 : 9 – 26.

Lailissaum A., S. Kahar dan Haniah. 2013. Pembuatan Peta Jalur Pendakian Gunung Merbabu. Jurnal Geodesi. 2(4): 1-32.

Latifah, S. 2005. Prinsip-prinsip Dasar Analytical Hierarchy Process. Jurusan Kehutanan. Fakultas Pertanian USU. Medan.

Latifah S., Samsuri, dan Rahmawaty. 2018. Pengantar Analisis Spasial Dengan ArcGIS. USU Press. Medan

Muslem, I. 2014. Analysis of AHP (Analytical Hierarchy Process) Method Based on the Value of Consistency Ratio. Tesis. Universitas Sumatera Utara.

Panjaitan, U. I., A. Purwoko dan K. S. Hartini. 2016. Analisis Potensi dan Strategi Pengembangan Obyek Wisata Alam Air Terjun Teroh Teroh Desa Rumah Galuh Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat Sumatera Utara. Forestry Science Journal. 5(1):1-14.

(40)

27

Purnama, B. E. 2009. Pemanfaatan Global Positioning System untuk Pelacakan Objek Bergerak. Jurnal Sentra Penelitian Engineering dan Edukasi.

2(2):1-7.

Rahmawaty. 2004. Hutan: Fungsi dan Peranannya Bagi Masyarakat. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara.

Rahmawaty. 2011. Application of Analytical Hierarchy Process for Land Use Allocation. Indian Journal of Ecology. 38:159-165.

Rahmawaty, Teodoro, Myrna. 2011. Participatory Land Use Allocation Case Study in Besitang Watershed, Langkat, North Sumatera, Indonesia. LAP LAMBERT Academic Publishing.

Rayes, M. L. 2007. Metode Inventarisasi Sumber Daya Lahan. Jogjakarta : Penerbit Andi.

Saaty, T. L. 1993. The Analytic Hierarchy Process. McGraw-Hill: New York.

Saragih, D., P. Patana dan Rahmawaty. 2013. Evaluasi Potensi Jalur Trekking Hutan Pendidikan USU, Taman Hutan Raya Bukit Barisan, Kabupaten Karo (Evaluation of Potential Tracking Rute at Educational Forest of USU, Bukit Barisan Grand Forest Park, Regency of Karo). Peronema Forestry Science Journal. 2(1) : 88-92.

Syaifullah. 2010. Pengenalan Metode AHP ( Analytical Hierarchy Process ).

Wordpress.

Teknomo K, H. Siswanto dan S. Ari. 1999. Penggunaan Metode Analytic Hierarchy Process dalam Menganalisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Moda Ke Kampus. Jurnal Dimensi Teknik Sipil. 1(1).

Tjokrokusumo, S. W. 2002. Kelas Kesesuaian Lahan Sebagai Dasar Pengembangan Pertanian Ramah Lingkungan di Daerah Aliran Sungai.

Peneliti Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan – BPPT.

Undang-Undang Republik Indonesia. 2009. UU No. 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan. Jakarta.

United States Departement of Agriculture [USDA]. 1968. Guide for Interpreting Engineering Uses of Soils. United States. Dept. of Agriculture. Washington DC.

Lampiran 1. Dokumentasi Objek Wisata Di Kecamatan Sei Bingai

(41)

28 a. Objek Wisata Pemandian Alam Jaya

(42)

29 b. Objek Wisata Pante Tengah

(43)

30 c. Objek Wisata Pemandian Namo Sira-sira

(44)

31 d. Objek Wisata Kolam Abadi

(45)

32 e. Objek Wisata Air Terjun Teroh-teroh

(46)

33 f. Objek Wisata Kolam Barbar Sari

(47)

34 g. Objek Wisata View Valley Simelir

Referensi

Dokumen terkait

Isilah identitas sasaran (responden) monev pada kolom yang telah disediakan.. Lakukanlah diskusi dan atau wawancara terhadap minimal 5 (lima) orang siswa

[r]

[r]

[r]

Pada hari ini Jum’at tanggal Dua Puluh Empat bulan Pebruari tahun Dua Ribu Tujuh Belas, kami Pokja Pelelangan Konsultansi Pengawasan Pembangunan Gedung Kuliah Kampus II

[r]

Judul Tesis : PEMBUATAN FURFURAL DARI SEMBUNG RAMBAT ( Mikania micrantha ) DENGAN MENGGUNAKAN ASAM ORGANIK DARI BELIMBING WULUH ( Averrhoa blimbi ).. Nama Mahasiswa :

Adalah Mahasiswi Fakultas Ekonomi, Universitas Bangka Belitung yang sedang menyusun skripsi dengan judul “Pengaruh Kepemimpinan, Iklim Organisasi dan Etos Kerja