PENGARUH PREE CHLORINATION TERHADAP ANGKA
LEMPENG TOTAL BAKTERI PADA AIR SUNGAI BELAWAN
TUGAS AKHIR
OLEH:
SARINTAN TARIGAN NIM 122410043
PROGRAM STUDI DIPLOMA III
ANALIS FARMASI DAN MAKANAN
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, Tuhan Semesta Alam
yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan tugas akhir ini. Tugas akhir ini disusun untuk salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Analis Farmasi dan Makanan di
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, dengan judul Pengaruh Pree
Chlorination Terhadap Angka Lempeng Total Bakteri Pada Air Sungai Belawan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Sumadio
Hadisahputra, Apt, selaku dekan fakultas farmasi Universitas Sumatera Utara Medan
dan kepada Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.Apt., Sc.,Apt, selaku ketua program
studi DIII Analis Farmasi Dan Makanan. Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada Ibu Dra. Erly Sitompul, M.Si., Apt, Selaku dosen pembimbing yang telah
banyak memberikan bimbingan dan pengarahan dengan penuh perhatian hingga
Tugas Akhir ini selesai, terima kasih kepada Dosen dan Pegawai Fakultas Farmasi
Program Diploma III Analis Farmasi dan Makanan yang berupaya mendukung
kemajuan mahasiswa dan kepada seluruh Staf dan Pegawai PDAM Tirtanadi Sungal
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan kegiatan
PKL dan bimbingan dalam melaksanakan PKL. Serta kepada Sahabat yang telah
memberikan dukungan, semangat, saling bertukar pikiran
Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan
Ginting dan kepada adik saya tersayang Ayu Tarigan yang selalu mendukung dan
memberikan semangat dengan penuh kasih sayang dan cinta serta moril.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan Tugas Akhir ini masih
ada kekurangan dan akhir kata penulis berharap semoga Tugas Akhir ini bermanfaat
bagi kemajuan ilmu pengetahuan maupun sebagai bahan perbandingan bagi yang
memerlukannya
Medan, April 2015
Penulis
(Sarintan Tarigan)
PENGARUH PREE CHLORINATION TERHADAP ANGKA LEMPENG TOTAL BAKTERI PADA AIR SUNGAI BELAWAN
Abstrak
Tempat dan sumber air bersih semakin sulit didapatkan, semakin tinggi nilai pencemarannya, dan semakin tinggi biaya untuk pengolahan dan pemurnian air tersebut.
Air baku memegang peranan yang penting dalam industri air minum. Air baku merupakan awal dari suatu proses dalam penyediaan dan pengolahan air bersih.
Air intake merupakan air yang telah diberikan pree chlorination dan telah mengalami proses sedimentasi, sebagai salah satu proses dalam pengolahan air bersih.
Air adalah salah satu sumber kontaminan mikroorganisme. Mikroorganisme yang patogen dapat menimbulkan penyakit bagi manusia. Sehingga dengan penambahan klorin pada pengolahan air dapat membunuh bakteri yang patogen maupun yang non patogen. Tujuan dari penulisan tugas akhir ini untuk mengetahui daya bunuh klorin sebagai desinfektan terhadap mikroorganisme di dalam air sebelum pengolahan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/ Menkes/Per/IV/ 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum bahwa air minum tidak boleh mengandung bakteri patogen dan memiliki kekeruhan < 5 NTU/ maka air sungai belawan yang telah ditambahkan klorin masih diperlukan pengolahan lebih lanjut seperti
penambahan tawas sebagai koagulan, penyaringan serta penambahan post
chlorination agar air tersebut dapat memenuhi persyaratan.
Sampel yang digunakan adalah air sungai Belawan sebelum dan sesudah
pemberian pree chlorination. Pemeriksaan sampel dilakukan dengan metode analisis
angka lempeng total bakteri.
Berdasarkan hasil analisis angka lempeng total bakteri setelah pemberian klorin jumlahnya menurun. Hal ini menunjukkan klorin efektif sebagai desinfektan.
5.1 Kesimpulan ... 22
5.2 Saran ... 22
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Pengolahan Air di Perkotaan ... 14
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Gambar Sampel ... 24
2. Diagram Alir ... 25
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492 Menkes/ per/ IV/ 2010
tanggal 19 April 2010 tentang persyaratan kualitas air minum .... 29
4. Gambar Alat ... 33
5. Gambar Tahap Pengujian ... 35
PENGARUH PREE CHLORINATION TERHADAP ANGKA LEMPENG TOTAL BAKTERI PADA AIR SUNGAI BELAWAN
Abstrak
Tempat dan sumber air bersih semakin sulit didapatkan, semakin tinggi nilai pencemarannya, dan semakin tinggi biaya untuk pengolahan dan pemurnian air tersebut.
Air baku memegang peranan yang penting dalam industri air minum. Air baku merupakan awal dari suatu proses dalam penyediaan dan pengolahan air bersih.
Air intake merupakan air yang telah diberikan pree chlorination dan telah mengalami proses sedimentasi, sebagai salah satu proses dalam pengolahan air bersih.
Air adalah salah satu sumber kontaminan mikroorganisme. Mikroorganisme yang patogen dapat menimbulkan penyakit bagi manusia. Sehingga dengan penambahan klorin pada pengolahan air dapat membunuh bakteri yang patogen maupun yang non patogen. Tujuan dari penulisan tugas akhir ini untuk mengetahui daya bunuh klorin sebagai desinfektan terhadap mikroorganisme di dalam air sebelum pengolahan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/ Menkes/Per/IV/ 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum bahwa air minum tidak boleh mengandung bakteri patogen dan memiliki kekeruhan < 5 NTU/ maka air sungai belawan yang telah ditambahkan klorin masih diperlukan pengolahan lebih lanjut seperti
penambahan tawas sebagai koagulan, penyaringan serta penambahan post
chlorination agar air tersebut dapat memenuhi persyaratan.
Sampel yang digunakan adalah air sungai Belawan sebelum dan sesudah
pemberian pree chlorination. Pemeriksaan sampel dilakukan dengan metode analisis
angka lempeng total bakteri.
Berdasarkan hasil analisis angka lempeng total bakteri setelah pemberian klorin jumlahnya menurun. Hal ini menunjukkan klorin efektif sebagai desinfektan.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan dibumi ini, tidak akan
ada kehidupan seandainnya dibumi tidak ada air. Air yang relatif bersih sangat
didambakan oleh manusia, baik untuk keperluan sehari-hari, untuk keperluan industri,
untuk kebersihan sanitasi kota, maupun untuk keperluan pertanian dn lain
sebagainnya (Wardhana, 1995).
Rumus kimia air dilingkungan laboratorium adalah H2O, tetapi pada kenyatannya
dialam rumus tersebut menjadi H2O + X berbentuk karakteristika biologik (bersifat
hidup) ataupun berbentuk karakteristika non biologik (bersifat mati). Air, baik yang
kita anggap jernih sampai terhadap air yang keadaannya sudah kotor atau tercemar,
didalamnya akan terkandung sejumlah kehidupan (Suriawiria, 1996).
Tempat dan sumber air bersih semakin sulit didapatkan, semakin tinggi nilai
pencemarannya, dan semakin tinggi biaya untuk pengolahan dan pemurnian air
tersebut. Nilai air yang memenuhi syarat untuk kepentingan kehidupan ditentukan
berdasarkan syarat fisik, persyaratan kimia dan persyaratan biologis dari WHO,
APPHA (American Public Health Association) Amerika Serikat, atau Departemen
Kesehatan RI (Suriawiria, 2005).
Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hidup orang banyak,
tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup yang lain.
Air dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan, harus dilakukan secara bijaksana
dengan memperhitungkan kepentingan generasi sekarang maupun generasi
mendatang (Effendi, 2003).
Air minum adalah air yang digunakan untuk konsumsi manusia. Menurut
Departemen Kesehatan, syarat-syarat air minum adalah tidak berasa, tidak berbau,
tidak berwarna, tidak menganding mikroorganisme yang berbahaya, dan tidak
mengandung logam berat. Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan
yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum (Permenkes, 2002).
Jumlah air bersih yang tersedia sangat terbatas, karena berbagai kegiatan
manusia dapat menimbulkan pencemaran air. Parameter persyaran air, salah satunya
adalah parameter biologi. Parameter ini ditentukan oleh mikroorganisme yang
patogen maupun yang nonpatogen. Air yang kotor dapat diolah secara kimia untuk
memenuhi persyaratan biologis tersebut. Berdasarkan hal tersebut maka penulis
berminat untuk menuliskan tentang “Pengaruh Pree Chlorination Terhadap Angka
Lempeng Total Bakteri Pada Air Sungai Belawan” untuk melihat daya bunuh
mikroba oleh klorin sebagai desinfektan pada pengolahan air, namun untuk layak
digunakan air tersebut masih harus diolah lagi, seperti penambahan tawas,
1.2 Tujuan dan Manfaat
1.2.1 Tujuan
Tujuan dari penentuan angka lempeng total (ALT) bakteri pada air bahan baku
setelah pemberian klorin adalah untuk melihat pengaruh klorin dalam mematikan
bakteri.
1.2.2 Manfaat
Dengan pemeriksaan ini kita dapat mengetahui pengaruh pemberian klorin
terhadap mikroba sehimgga klorin dapat digunakan sebagai desinfektan pada
pengolahan air minum serta dapat menambah pengetahuan penulis dalam melakukan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Air
Rumus kimia dari air adalah merupakan perpaduan dua atom H (hidrogen) dan
satu atom O (oksigen) dengan formula atau rumus molekul H2O. Air yang berada
dialam ditemukan dengan wujud padat, cair, dan gas. Pada tekanan atmosfer (76
cm-Hg) dan didinginkan sampai 0 . Dalam keadaan normal (murni), air bersifat netral
dan dapat melarutkan berbagai zat. Air akan pecah menjadi unsur H dan O pada suhu
2500 (Manik, 2009).
Air di dalamnya biasanya logam berikatan dalam senyawa kimia atau dalam
bentuk ion, bergantung pada kompartemen tempat logan tersebut berada. Tingkat
kandungan logam pada setiap kompartemen sangat bervariasi, bergantung pada
lokasi, jenis kompartemen dan tingkat pencemarannya. konsentrasi logam dalam air
dan biota yang hidup didalamnya telah banyak dilaporkan, biasannya tingkat
konsentrasi logam berat dalam air dibedakan menurut tingkat pencemarannya, yaitu
polusi berat, polusi sedang dan nonpolusi. Perairan dengan tingkat polusi berat
biasannya memiliki kandungan logam berat dalam air, dan organisme yang hidup
didalamnya cukup tinggi. Polusi sedang, kandungan logam berat dalam air dan biota
yang hidup didalamnya berada dalam batas marjinal, sedangkan pada tingkat
nonpolusi, kandungan logam berat dalam air dan organisme yang hidup di dalamnya
2.2 Pencemaran Air
Pencemaran air adalah masuknya bahan yang tidak diinginkan kedalam air (oleh
kegiatan mausia dan atau secara alami) yang mengakibatkan turunnya kualitas air
tersebut sehingga tidak dapat digunakan sesuai dengan peruntukannya. Pencemaran
air tidak hanya menimbulkan dampak negatif terhadap makhluk hudup, tetapi juga
mengakibatkan ganguan estetika, seperti air yang mengandung minyak atau bahan
lain yang mengapung. Bahan pencemar yang masuk ke suatu perairan biasanya
merupakan limbah suatu aktivitas (Manik, 2009).
Menurut sumbernya, limbah sebagai bahan pencemar air dibedakan sebagai:
1. Limbah domestik ( limbah rumah tangga, perkantoran, pertokoan, pasar, dan
pusat perdagangan)
2. Limbah industri, pertambangan, dan transportasi
3. Limbah laboratorium dan rumah sakit
4. Limbah pertanian dan peternakan
5. Limbah pariwisata (Manik, 2009).
Kekeruhan dan warna dapat terjadi karen adanya zat-zat koloid berupa zat-zat
yang terapung serta terurai secara halus, kehadiran zat organik, lumpur atau karena
tingginya kandungan logam besi dan mangan. Amonia dalam air dapat berasal dari
adanya rembesan dari lingkungan yang kotor, dari salurn air pembuangan domestik.
Amonia terbentuk karena adanya pembusukan zat organik secara bakterial atau
terdapat dalam tanah dan mudah larut dalam air terutama bila bersifat asam (Kodoatie
dan Robert, 2010).
Indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalah adanya
perubahan atau standar yang dapat diamati melalui:
1. adanya perubahan suhu air
2. adanya perubahan pH atau konentrasi ion Hidrogen
3. adanya perubahan warna, bau, dan rasa air
4. timbulnya endapan, koloidal, bahan terlarut
5. adanya mikroorganisme
6. meningkatnya radioaktivitas air lingkungan (Wardhana, 1995).
Pencemaran yang berasal dari rumah tangga (umumnya dalam bentuk pencemar
organik), atau yang berasal dari pabrik, industri serta kegiatan lainnya (umumnya
dalam bentuk pencemar non organik) kalau mengenai badan air (sungai, danau, dan
sebagainya), akan menyebabkan penurunan terhadap kualitas dan kesehatan air.
Sumber air tersebut secara langsung tidak dapat digunakan untuk kepentingan rumah
tangga, kalaupun dapat harus melalui pengolahan terlebih dahulu, yang tentu saja ada
biaya pengolahan yang mungkin besar, bergantung kepada nilai pencemarannya.
Pencemaran lain yang secara tidak langsung membawa akibat terhadap krisis air
adalah yang diakibatkan oleh pencemaran udara yang berbentuk senyawa penyebab
penipisan lapisan ozon (O3) di udara, atau penyebab efek rumah kaca, secara
langsung akibatnya akan terasa oleh penduduk bumi, yaitu peningkatan panas bumi
2.3 Mikroorganisme didalam Air
Bakteri umumnya uniseluler/ sel tunggal, tidak mepunyi khlorofil, berkembang
biak dengan pembelahan sel secara transversal atau biner. Bakteri hidup bebas secara
kosmopoltan dimana-mana, khususnya di udara, ditanah, di dalam air, pada
bahan-bahan makanan, pada tubuh manusia, hewan ataupun tumbuhan., ada pula yang hidup
besimbiosis dengan jasad-hidup lain, baik hewan ataupun tanaman. Bakteri sifat
hidupnya secara umum adalah saprofitik pada sisa/buangan hewan ataupun tanaman
ynag sudah mati, tetapi banyak juga yang parasitik pada hewan, manusia dan tanaman
dengan menyebabkan banyak jenis penyakit. Bakteri termasuk kedalam divisi
Schizophyta yang terbagi kedalam beberapa kelas, antara lain Pseudomonadales,
Chlamydobacteriales, Eubacteriales, Actinomycetales, Spirochetales dan
Rickettsiales (Suriawiria, 1996).
Mikroba yang terdapat di dalam suatu tempat dapat langsung mempengaruhi
lingkungannya, baik lingkungan fisik, lingkungan kimia ataupun lingkungan
biologisnya. Aktivitas mikroorganisme dipengaruhi oleh lingkungan dapat
mengakibatkan perubahan sifat morfologi dan sifat fisiologi mikroorganisme.
Golongan bakteri ada yang sangat tahan terhadap perubahan lingkungan, sehingga
cepat dapat menyesuaikan dengan golongan baru, ada pula golongan mikroorganisme
yang sama sekali peka terhadap perubahan lingkungan hingga tidak dapat
menyesuaikan diri. Faktor lingkungan penting artinya di dalam usaha mengendalikan
kegiatan mikroorganisme, baik untuk kepentingan dan proses ataupun pengendalian
Faktor abiotik yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri, yaitu:
1. Temperatur
Pada umumnya batas daerah temperatur bagi kehidupan mikroorganisma terletak
antara 0oC dan 90oC, sehingga untuk masing-masing mikroorganisme dikenal nilai
temperatur minimum, optimum dan maksimum. Temperatur minimum suatu jenis
mikroorganisma ialah nilai paling rendah di mana kegiatan mikroorganisma masih
berlangsung. Temperatur optimum adalah nilai yang paling sesuai/ baik untuk
kehidupan mikroorganisma. Temperatur maksimum adalah nilai tertinggi yang masih
dapat digunakan untuk aktivitas mikroorganisma, tetapi pada tingkatan fisiologi yang
paling minimal.
2. Kelembaban
Mikroorganisme mempunyai nilai kelembaban optimum. Pada umumnya untuk
pertumbuhan ragi dan bakteri diperlukan kelembaban yang tinggi di atas 85%, sedang
untuk jamur dan aktinomiset diperlukan kelembaban yang rendah di bawah 80%.
3. Tekanan Osmosa
Pada umumnya larutan hipertonis menghambat pertumbuhan, karena dapat
menyebabkan plasmolisa. Bakteri memerlukan nilai pH antara 6,5-7,5, ragi antara
4,0-4,5, sedang jamur dan aktinomiset tertentu mempunyai daerah pH yang luas.
4. Logam Berat
Ion-ion logam berat seperti Hg, Ag, Cu, Au, Zn, Li dan Pb walaupun pada kadar
yang sangat rendah akan bersifat toksis terhadap mikroorganisma, karena ion-ion
5. Radiasi
Cahaya mempunyai daya merusak kepada sel mikroorganisme yang tidak
mempunyai daya merusak kepada sel mikroorganisme yang tidak mempunyai pigmen
fotosintesa. Cahaya dengan gelombang pendek dapat berpengaruh terhadap jasad
hidup.
6. Tegangan Muka
Tegangan muka mempengaruhi cairan sehingga permukaanya akan menyerupai
membran yang elastis, sehingga dapat mempengaruhi kehidupan mikroorganisme.
7. Tekanan Hidrostatik dan Mekanik
Tekanan yang tinggi akan menyebabkan meningkatnya beberap reaksi kimia,
pengecilan volume koloid organik anzim, molekul dan juga menaikkan viskositas
cairan serta disosiasi elektrolit.
Faktor biotik yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri:
1. Bebas Hama
Hewan percobaan yang bebas mikroorganisma disebut mengalami kehidupan
aksenik atau tanpa benda-benda asing
2. Asosiasi
Simbiosa adalah asosiasi di antara dua atau lebih jasad, di mana sedikitnya satu
jenis mendapat keuntungn, sedang jenis lainnya mengalai kerugian, atau mungkin
2.4 Persyaratan Air
2.4.1 Persyaratan Biologis untuk Air
Ditentukan baik oleh kehadiran mikroorganisme yang patogen, maupun juga
yang nonpatogen. Mikroorganisme nonpathogen secara relatif tidak berbahaya bagi
kepentingan kesehatan, namun karena golongan ini sering dalam jumlah berlebihan
dapat mempengaruhi rasa , bau dan lain-lain, timbal balik justru dapat berakibat
menyulitkan pengelolaan air (water treatment) (Ryadi, 1984).
Mikroorganisme koliform yang ada di dalam air sekalipun tidak patogen, pada
saat ini masih tetap digunakan sebagai indikator untuk mengetahui sejauh mana air
telah terkontaminasi oleh bahan-bahan buangan organik, khususnya bahan-bahan
fekal. Dasar penggunan indikator koliform ini adalah bahwa secara karakteristik
bakteri ini adalah merupakan penghuni tetap feses dan sebaliknya feses manusia
merupakan media penyebaran dari beberapa jenis bakteri patogen, khususnya bila
feses ini berasal dari orang-orang yang disebut karier (Ryadi, 1984).
Persyaratan higenis kadar e-coli yang diperbolehkan tergantung pada media
cairan. Jenis koliform ini pada umunya bersifat aerob, dan hanya sedikit secara
fakultatif anaerob, merupakan gram negatif, serta tidak membentuk spora, berbentuk
rod shape (lonjong), dan mengadakan fermentasi dengan laktosa dalam waktu 48 jam
pada temperatur 35oC.
2.4.2 Persyaratan Fisis untuk Air
Ditentukan oleh faktor kekeruhan (turbidity), warna, bau (odor) maupun rasa.
subyektif, dengan jalan air diencerkan secara berturut-turut sampai pengeenceran
berapakah ia masih tetap bau pada larutan yang paling encer. Jumlah pengenceran itu
akan merupakan angka bau (odor number) dari air yang diperiksa (Ryadi, 1984).
2.4.3 Persyratan Kimia untuk Air
Bahan-bahan kimia pada umumnya mudah larut dalam air, maka tercemarnya
air oleh bahan-bahan kimia yang terlarut khususnya timbal balik perlu dinilai
kadarnya untuk mengetahui sejauh mana bahan-bahan terlarut itu mulai dapat
dikatakan membahayakan eksistensi organisme maupun mengganggu bila digunakan
untuk suatu keperluan (misalnya untuk air industri/ water processing) (Ryadi, 1984).
Flor sebagai contoh adalah unsur yang penting, hadirnya didalam air minum
masih harus memenuhi persyaratan kadar maksimal yang diperbolehkan dan kadar
minimal yang di perlukan. Hasil pengamatan dalam epidemilogi suatu penyakit gigi
di Amerika yang menggunakan kadar alamiah flour antara 3-8 mg/liter ternyata telah
menimbulkan kelainan gigi berupa kerusakan email, dan kelainan-kelainan warna
(Ryadi, 1984).
2.5 Klasifikasi Air
Dalam upaya pengendalian pencemaran air, maka mutu air diklasifikasikan
menjadi empat kelas, yaitu:
a) Kelas satu, yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air
minum dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama
b) Kelas dua, yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air
untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan
mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut,
c) Kelas tiga,yaitu air yang peruntukannya dapt digunakan untuk
pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman,
dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut.
d) Kelas empat, yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi
pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut (Manik, 2009).
2.6Klorin
Desinfeksi bertujuan untuk membunuh bakteri patogen yang penyebarannya
melalui air, seperti bakteri penyebab typhus, kolera, disentri, dan lain-lain. Metode
tersebut merupakan salah satu cara untuk membunuh bakteri patogen, karena ada tiga
cara, yakni:
- Cara Kimia, dengan penambahan bahan kimia
- Cara Fisika, dengan pemanasan dengan air, sinar ultraviolet
- Cara Mekanis, dengan pengendapan ( bakteri berkurang 25-75 %), saringan
Klorin dalam bentuk asam hipoklorus 40 hingga 80 kali lebih efektif pada
kondisi pH yang asam. Klorin cair didapat dalam suatu klorimator. Klorimator kecil
memasukkan gas tersebut secara langsung kedalam air, sedangkan klorimator besar
biasannya melarutkan gas didalam air, kemudian mengisi larutan. Klorimator harus
dipelihara pada suhu paling sedikit 70 oF (21 oC) untuk mencegah kondisasi gas
klorin di pipa-pipa pengisian pengatur otomatik maupun manual untuk pemakaian
klorin dapat diperoleh (Linsley dan Joseph, 1996).
Klorinasi awal, yaitu pemakaian klorin sebelum pengolahan, akan
menyempurnakan koagulasi, mengurangi beban filter dan tumbuhnya ganggang,
sedangkan klorinasi akhir adalah pemakaian klorin setelah pengolahan, merupakan
metode yang umum yang sering digunakan. Klorin yang dipakai sedemikian rupa
sehingga meninggalkan residu besar yang berlebihan (superklorinasi) sering
dipergunakan untuk menghilangkan rasa dan bau tertentu, superklorinasi harus diikuti
dengan deklorinasi yang biasanya berupa pengolahan dengan sulfur dioksida atau
dengan melewatkan air yang bersagkutan melalaui suatu filter butiran karbon yang
diaktifkan (Linsley dan Joseph, 1996).
Klorin banyak digunakan dalam pengolahan air bersih dan air limbah sebagai
oksidator dan desinfektan. Sebagai oksidator digunakan untuk menghilangkan bau,
rasa, dan warna pada pengolahan air bersih dan untuk mengoksidasi Fe (II) dan Mn
(II) yang banyak terkandung dalam air tanah menjadi Fe (III) dan Mn (III) (Waluyo,
Klor memiliki beberapa kualitas yang mendukung penggunaannya dalam
persediaan air, keunggulannya adalah bahwa klor adalah senyawa bakterisida yang
sangat efektif bahkan bila digunakan dalam konsentrasi 1 ppm. Klor juga cukup stabil
(tanpa adanya bahan organik yang berkelebihan) dan cukup murah (Volk,w dan
Margaret, F.W. 1989).
2.7Pengolahan Air
Air Yang Belum Diolah
Gambar 2.1. Pengolahan air di perkotaan (Volk,w dan Margaret, F.W. 1989).
Sungai dapat tercemar pada daerah permukaan air akan tetapi pada sungai yang
besar dengan arus air yang deras, sejumlah kecil bahan pencemaran mengalami
pengenceran sehingga tingkat pencemaran menjadi sangat rendah. Hal tersebut
menyebabkan konsumsi oksigen terlarut yang diperlukan oleh kehidupan air dan
biodegradasi akan cepat diperbarui, tetapi terkadang sebuah sungai mengalami
pencemaran yang berat sehingga air mengandung bahan pencemar yang sangat besar,
akibatnya proses pengenceran dan biodegradasi akan sangat menurun jika arus air
Oksigen terlarut juga dapat menurun akibat dari proses tersebut. Suhu yang tinggi
dalam air menyebabkan laju proses biodegradasi yang dilakukan oleh bakteri
pengurai aerobik menjadi naik dan dapat menguapkan bahan kimia ke udara
(Darmono, 2001).
Netralisasi pH adalah suatu upaya agar pH air menjadi normal, setelah pH
mendekati normal barulah proses pengolahan dapat dilakukan secara efektif. Fungsi
dari pengaturan pH dalam instalasi air minum bertujuan untuk mengendalikan korosif
perpipaan dalam sistem distribusi. Korosif membentuk racun bila pH kurang dari 6,5
atau lebih dari 9,5 (Waluyo, 2009).
Sedimentasi adalah proses pengendapan partikel-partikel padat yang tersuspensi
dalam cairan atau zat cair karena pengaruh gravitasi (gaya berat) secara alami.
Sedimentasi berguna untuk mereduksi bahan-bahan tersuspensi (kekeruhan) dari
dalam air dan dapat berfungsi untuk mereduksi kandungan organisme (patogen)
tertentu dalam air (Waluyo, 2009).
Koagulasi atau flokulasi adalah proses pengumpulan partikel-partikel halus yang
tidak dapat diendapkan secara gravitasi, menjadi partikel yang lebih besar sehingga
dapat dengan menambahkan bahan koagulan. Partikel-partikel tersebut kemudian
dihilangkan melalui proses sedimentasi dan filtrasi. Koagulasi berguna untuk
memudahkan partikel-partikel tersuspensi yang tidak dapat mengendap secara
gravitasi dan sangat lembut (seperti koloidal) di dalam air menjadi partikel-partikel
Filtrasi adalah proses penyaringan untuk menghilangkan zat padat tersuspensi
(yang diukur dengan kekeruhan) dari air melalui media berpori. Zat padat tersuspensi
dihilangkan pada waktu air melalui suatu lapisan materi berbentuk butiran yang
dinamakan media filter. Proses ini dinamakan perkolasi (Waluyo, 2009).
Sumber daya air yang dikelola terdiri dari upaya merencanakan, melaksanakan,
memantau, dan mengevaluasi penyelenggaraan konservasi sumber daya air,
pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air. Sumber daya air
dikelola berdasarkan asas kelestarian, keseimbangan, kemanfaatan umum,
keterpaduan dan keserasian, keadilan, kemandirian, serta transparansi dan Sumber
daya air dikelola secara menyeluruh, terpadu dan berwawasan lingkungan hidup
dengan tujuan mewujudkan kemanfaatan sumber daya air yang berkelanjutan untuk
sebesar-besar kemakmuran rakyat bumi (Kodoatie dan Robert, 2010).
8. Angka Lempeng Total
Angka lempeng total, yaitu perhitungan jumlah tidak berdasarkan kepada jenis,
tetapi secara kasar terhadap golongan atau kelompok besar mikroorganisme umum
seperti bakteri, fungi, mikroalge ataupun terhadap kelompok bakteri tertentu. Angka
lempeng total bakteri ditentukan berdasarkan penanaman bahan dalam jumlah dan
pengenceran tertentu kedalam media yang umum untuk bakteri. Setelah melakukan
masa inkubasi pada temperatur kamar selama waktu maksimal 4 x 24 jam,
perhitungan koloni dilakukan, diamati bahwa tiap koloni berasal dari sebuah sel,
maka jumlah sel mewakili dan terdapat di dalam bahan yang dianalisis (Suriawiria,
BAB III
METODE PENGUJIAN
3.1 Tempat
Tempat dilaksanakannya pengujian Angka Lempeng Total dari air sungai
belawan ialah di laboratorium mikrobiologi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera
Utara pada tanggal 20 Februari 2015 dan pengamatannya dilakukan pada tanggal 21
Februari 2015.
3.2 Sampel, Alat, dan Bahan
3.2.1 Sampel
Sampel yang digunakan merupakan air badan air sungai belawan.
3.2.2 Alat
Alat – alat yang digunakan seperti cawan petridish, tabung reaksi, pipet
inokulum, rak tabung reaksi, beaker gelas, erlenmeyer, gelas ukur, kapas, oven,
autoklaf, inkubator.
3.2.3 Bahan
Bahan – bahan yang digunakan sebagai berikut: NaCl sebagai media pengencer,
3.3 Pembuatan media
3.3.1 Pembuatan media NaCl
Komposisi: Natrium Klorida 0,9 g
Air suling ad 100 ml
Cara pembuatan:
Natrium klorida ditimbang sebanyak 0,9 g lalu dilarutkan dengan air suling
steril sedikit demi sedikit dalam erlenmeyer 100 ml sampai larut sempurna,
disterilkan di autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit (Sonnenwirth, 1980).
3.3.1 Pembuatan media PCA
Komposisi: PCA 2,35 g
Aquadest 100 ml
Timbang PCA sebanyak 2,35 g dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer 100
ml. Dilarutkan dengan 100 ml aquades, lalu di homogenkan. Dipanaskan sambil
diaduk hingga larutan mendidih dan terlarut sempurna. Ditutup dengan aluminium
foil. Disterilisasi dengan autoklaf pada suhu 121oC selama 20 menit.
3.4 Prosedur
3.4.1 Sterilisasi Alat
Alat-alat yang digunakan disterilkan terlebih dahulu sebelum di pakai. Alat-alat
gelas disterilkan di dalam oven pada suhu 170oC selama 1 jam. Media disterilkan di
3.4.2 Pengenceran
Disetrilkan seluruh alat dan bahan yang digunakan. Dilakukan dengan
pengenceran 10-1 menggunakan media pengencer NaCl. Diisi tabung reaksi 10-1
menggunakan media NaCl sebanyak 9 ml tutup menggunakan pendopol. Disterilkan
media tersebut didalam autoklaf selama 15 menit pada suhu 121 0C diamkan sampai
dingin. Dipipet 1 ml sampel air sungai belawan masukkan kedalam pengenceran 10-1
lalu homogenkan sebelum dilakukan pengujian.
3.4.3 Pengujian sampel
Persiapan dan homogenisasi dilakukan dan dibuat tingkat pengenceran
menggunakan larutan pengencer NaCl. Sebanyak 1 ml dipipet dari pengenceran 10-1
ke dalam cawan petri steril kemudian tuangkan 15 ml media PCA yang masih cair
dengan suhu (45±1) ke dalam masing-masing cawan petri. Goyangkan cawan petri
dengan hati-hati (putar dan goyang ke depan, ke belakang, ke kanan dan ke kiri)
sehingga contoh pembenihan tercampur merata dan memadat. Biarkan sampai
campuran dalam cawan petri memadat. Masukkan semua cawan petri dengan posisi
terbalik ke dalam inkubator pada suhu 37 selama 24. Jika memungkinkan inkubasi
dilakukan dalam udara yang diperkaya dengan CO2 dalam suatu jar anaerob. Catat
pertumbuhan koloni pada setiap cawan petri yang mengandung 25 koloni sampai
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Analisis
Dari hasil pengujian yang dilakukan menggunakan sampel air sungai belawan
didapat angka lempeng total.
Tabel 1. Data Hasil Analisia
SAMPEL pH Turbidity
(Kekeruhan) Sisa Klor
HASIL ALT bakteri
Tanpa penambahan zat kimia 7,1 106 NTU 0 mg/L 90
Penambahan pree chlotination 6,8 32,7 NTU 0,10 mg/L 42
4.2 Pembahasan
Analisa bakteri pada badan air yang belum ditambahkan klorin dengan metode
angka lempeng total adalah 900 cfu/ml, sedangkan setelah penambahan klorin hanya
420 cfu/ml. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh penambahan klorin sebagai
desinfektan dengan berkurangnya jumlah bakteri. Jika dilihat dari pH, pada air sungai
yang belum ditambahkan klorin 7,2 sedangkan pH setelah pemberian pree clorination
adalah 6,9 serta kekeruhan sebelum penambahan klorin 106 NTU dan setelah
penambahan klorin 32,7 NTU. Sehingga dapat dilihat bahwa klorin juga berpengaruh
terhadap pH.
Klorin telah terbukti sebagai disinfektan yang ideal. Klorin akan membinasakan
kebanyakan makhluk mikroskopis jika dimasukkan ke dalam air. Klorin dalam
bentuk asam hipoklorus 40 hingga 80 kali lebih efektif daripada ion hipoklorit, maka
disinfeksi dengan klorin akan paling efektif pada pH asam. Air akan mengalami
disinfeksi cukup baik bila residu klor bebas sebanyak 0,2 mg/l. residu klor yang lebih
besar dapat menimbulkan bau yang tidak enak. Klor akan sangat efektif jika pH air
rendah, tetapi jika persediaan air mengandung fenol maka penambahan klorin ke air
akan mengakibatkan rasa yang kurang enak akibat pembentukan senyawa-senyawa
klorofenol. Rasa ini dapat dihilangkan dengan menambahkan amoniak ke air sebelum
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pengujian angka lempeng total bakteri yang diperoleh dapat
disimpulkan bahwa klorin dapat membunuh bakteri secara efektif, dimana jumlah
sesudah pemberian klorin lebih sedikit dibandingkn sebelum penambahan klorin.
5.2 Saran
Sebaiknya air sungai belawan yang telah ditambahkan pree chlorination diolah
lebih lanjut seperti penambahan tawas, penyaringan serta penambahan post
chlorination agar dapat digunakan masyarakat karena angka lempeng total dan
DAFTAR PUSTAKA
Darmono, (2001). Lingkungan Hidup Dan Pencemaran. Jakarta : Universitas
Indonesia- Press. Halaman. 28-34.
Effendi, H. (2003). Telaah Kualitas Air. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Halaman. 1.
Kodoatie, R dan Roestan S. (2010). Tata Ruang Air. Yogyakarta : Penerbir Andi. Halaman. 349.
Lay, W.B. (1992). Analisis Mikrobiologi di Laboratorium. Jakarta: Penerbit PT. Raja
Grafindo Persada. Halaman. 32.
Linsley, R.Y dan Joseph, B.F. (1996). Teknik Sumber Daya Air. Diterjemahkan oleh
Djoko Sasongko. Jakarta: Erlangga. Halaman. 127-130.
Manik, K.E.S. (2009). Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta: Djambatan.
Halaman. 32, 131 145-146.
Permenkes. (2002). Syarat-Syarat Dan Pengawasan Kualitas Air Minum. Halaman.
1-20.
Ryadi, S. (1984). Pencemaran Air. Surabaya: Karya Anda. Halaman. 8-13.
Sonnenwirth, A.C. (1980). Growohl’s Clinical Laboratory Methods and Diagnostic.
Vol 2. London: the CV Mosby Company. Halaman. 1578.
Suriawiria, unus (1996). Mikrobiologi Air. Bandung: Penerbit : P.T Alumni.
Halaman. 86-87.
Suriawiria, Unus.(2005). Air Dalam Kehidupan Dan Lingkungan Yang Sehat.
Bandung: Penerbit: P.T Alumni. Halaman 3, 13
Volk,w dan Margaret, F.W. (1989). Mikrobiologi dasar. Edisi kelima jilid 2. Jakarta:
Penerbit Erlangga. Halaman. 266
Waluyo, L. (2009). Mikrobiologi Lingkungan. Malang: UMM Press. Halaman
159-166.
Wardhana, 2001. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta : Penerbit ANDI.
Lampiran I. Gambar Sampel
Lampiran II. Diagram Alir
I. Pembuatan Media
a. Pembuatan Media NaCl 9%
Dimasukkan kedalam erlemeyer 100 ml
Dilarutkan dengan air suling steril sedikit demi
sedikit hingga larut
Disterilkan di autoklaf pada suhu 121oC selama 15
menit.
b. Pembuatan Media PCA
Ditimbang sebanyak 2,35 g
Dimasukkan ke dalam erlemeyer 100 ml
Dilarutkan dengan 100 ml air suling sampai homogen
Dipanaskan sambil diaduk sampai terlarut sempurna,
ditunggu hingga mendidih
Ditutup dengan aluminium foil dan disterilkan dengan
autoklaf pada suhu 121oC selama 20 menit.
0,9 g NaCl
NaCl 9%
Serbuk PCA
II. Prosedur Sterilisasi
a. Sterilisasi Alat
dibungkus dengan perkamen
dimasukkan kedalam oven pada suhu
170oc selama 1 jam
b. Sterilisasi Media
dimasukkan kedalam autoklaf pada suhu
121oc selama 15 menit
Alat – alat gelas
Hasil
Media
c. Pengenceran
Disterilkan seluruh alat dan bahan yang digunakan
Diberi label 10-1, 10-3, dan 10-5 pada tabung reaksi
Diisi 9 ml NaCl pada tabung reaksi 10-1 dan diisi
9,9 ml NaCl pada tabung reaksi 10-3 dan 10-5
Ditutup menggunakan pendopol
Disterilkan media tersebut didalam autoklaf pada
suhu 121oC selama 15 menit, didinginkan
Dipipet 1 ml sampel air sungai Belawan dan
dimasukkan kedalam pengenceran 10-1 ,
dihomogenkan
Dipipet 0,1 ml dari pengenceran 10-1 lalu masukkan
kedalam pengenceran 10-3, dihomogenkan
Dipipet 0,1 ml dari pengenceran 10-3 lalu masukkan
kedalam pengenceran 10-5, dihomogenkan.
Pengenceran 10-5
III. Pengujian Sampel
← Dilakukan persiapan dan homogenisasi
← Dibuat tingkat pengenceran menggunakan larutan
pengencer NaCl
← Dipipet 1 ml dari pengenceran 10-1 ke dalam cawan
petri steril
← Dituangkan 15 ml media PCA yang masih cair
dengan suhu (45±1) ke dalam masing-masing cawan
petri
← Digoyangkan cawan petri dengan hati-hati (putar dan
goyang ke depan, ke belakang, ke kanan dan ke kiri)
sehingga contoh pembenihan tercampur merata dan
memadat
← Dibiarkan sampai campuran dalam cawan petri
memadat
← Dimasukkan semua cawan petri dengan posisi
terbalik ke dalam inkubator pada suhu 37 selama 24
jam. Inkubasi dilakukan dalam udara yang diperkaya
dengan CO2 dalam suatu jar anaerob
← Dicatat pertumbuhan koloni pada setiap cawan petri
yang mengandung 25 koloni sampai dengan 250
koloni setelah 24 jam Larutan NaCl
Lampiran III. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492 / Menkes / Per / IV / 2010
Tanggal 19 April 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.
I. PARAMETER WAJIB
No Jenis Parameter Satuan
Kadar maksimum yang diperbolehkan
1 Parameter yang berhubungan
langsung dengan kesehatan
a. Parameter Mikrobiologi
1 ) E. Coli Jumlah per100
ml sampel
0
2 ) Total Bakteri Koliform Jumlah per
100 ml sampel
2 Parameter yang tidak langsung
berhubungan dengan kesehatan
a. Parameter Fisik
1 ) Bau Tidak berbau
2 ) Warna TCU 15
5 ) Mangan mg / l 0,4
No Jenis Parameter Satuan
Kadar maksimum yang
diperbolehkan 1 KIMIAWI
a. Bahan Anorganik
No Jenis Parameter Satuan
Ethylenediaminetetraacetic acid (EDTA)
1,2-Dibromo-3-chloropropane ( DBCP ) mg / l 0,001
2,4 Dichloropenoxyacetic acid ( 2,4-D ) mg / l 0,03
Chlorophenoxy herbicides selain 2,4-D dan MCPA
2,4-DB mg / l 0,090
Dichlorprop mg / l 0,10
Fenoprop mg / l 0,009
No Jenis Parameter Satuan
Kadar maksimum yang
diperbolehkan
2,4,5-Trichlorophenoxyacetic acid mg / l 0,009
d. Desinfektan dan Hasil Sampingannya
Lampiran IV. Gambar Alat
Autoklaf Oven
LAF Cawan petri
Lampiran V. Tahapan Pengujian
Penambahan media Media NaCl
Lampiran VI. Skema pengolahan air PDAM IPA Sunggal