• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pree Chlorination Terhadap Angka Lempeng Total Bakteri Pada Air Sungai Belawan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Pree Chlorination Terhadap Angka Lempeng Total Bakteri Pada Air Sungai Belawan"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PREE CHLORINATION TERHADAP ANGKA

LEMPENG TOTAL BAKTERI PADA AIR SUNGAI BELAWAN

TUGAS AKHIR

OLEH:

SARINTAN TARIGAN NIM 122410043

PROGRAM STUDI DIPLOMA III

ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, Tuhan Semesta Alam

yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan tugas akhir ini. Tugas akhir ini disusun untuk salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Analis Farmasi dan Makanan di

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, dengan judul Pengaruh Pree

Chlorination Terhadap Angka Lempeng Total Bakteri Pada Air Sungai Belawan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Sumadio

Hadisahputra, Apt, selaku dekan fakultas farmasi Universitas Sumatera Utara Medan

dan kepada Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.Apt., Sc.,Apt, selaku ketua program

studi DIII Analis Farmasi Dan Makanan. Penulis juga mengucapkan terima kasih

kepada Ibu Dra. Erly Sitompul, M.Si., Apt, Selaku dosen pembimbing yang telah

banyak memberikan bimbingan dan pengarahan dengan penuh perhatian hingga

Tugas Akhir ini selesai, terima kasih kepada Dosen dan Pegawai Fakultas Farmasi

Program Diploma III Analis Farmasi dan Makanan yang berupaya mendukung

kemajuan mahasiswa dan kepada seluruh Staf dan Pegawai PDAM Tirtanadi Sungal

yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan kegiatan

PKL dan bimbingan dalam melaksanakan PKL. Serta kepada Sahabat yang telah

memberikan dukungan, semangat, saling bertukar pikiran

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan

(4)

Ginting dan kepada adik saya tersayang Ayu Tarigan yang selalu mendukung dan

memberikan semangat dengan penuh kasih sayang dan cinta serta moril.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan Tugas Akhir ini masih

ada kekurangan dan akhir kata penulis berharap semoga Tugas Akhir ini bermanfaat

bagi kemajuan ilmu pengetahuan maupun sebagai bahan perbandingan bagi yang

memerlukannya

Medan, April 2015

Penulis

(Sarintan Tarigan)

(5)

PENGARUH PREE CHLORINATION TERHADAP ANGKA LEMPENG TOTAL BAKTERI PADA AIR SUNGAI BELAWAN

Abstrak

Tempat dan sumber air bersih semakin sulit didapatkan, semakin tinggi nilai pencemarannya, dan semakin tinggi biaya untuk pengolahan dan pemurnian air tersebut.

Air baku memegang peranan yang penting dalam industri air minum. Air baku merupakan awal dari suatu proses dalam penyediaan dan pengolahan air bersih.

Air intake merupakan air yang telah diberikan pree chlorination dan telah mengalami proses sedimentasi, sebagai salah satu proses dalam pengolahan air bersih.

Air adalah salah satu sumber kontaminan mikroorganisme. Mikroorganisme yang patogen dapat menimbulkan penyakit bagi manusia. Sehingga dengan penambahan klorin pada pengolahan air dapat membunuh bakteri yang patogen maupun yang non patogen. Tujuan dari penulisan tugas akhir ini untuk mengetahui daya bunuh klorin sebagai desinfektan terhadap mikroorganisme di dalam air sebelum pengolahan.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/ Menkes/Per/IV/ 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum bahwa air minum tidak boleh mengandung bakteri patogen dan memiliki kekeruhan < 5 NTU/ maka air sungai belawan yang telah ditambahkan klorin masih diperlukan pengolahan lebih lanjut seperti

penambahan tawas sebagai koagulan, penyaringan serta penambahan post

chlorination agar air tersebut dapat memenuhi persyaratan.

Sampel yang digunakan adalah air sungai Belawan sebelum dan sesudah

pemberian pree chlorination. Pemeriksaan sampel dilakukan dengan metode analisis

angka lempeng total bakteri.

Berdasarkan hasil analisis angka lempeng total bakteri setelah pemberian klorin jumlahnya menurun. Hal ini menunjukkan klorin efektif sebagai desinfektan.

(6)
(7)
(8)

5.1 Kesimpulan ... 22

5.2 Saran ... 22

DAFTAR PUSTAKA

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Pengolahan Air di Perkotaan ... 14

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Gambar Sampel ... 24

2. Diagram Alir ... 25

3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492 Menkes/ per/ IV/ 2010

tanggal 19 April 2010 tentang persyaratan kualitas air minum .... 29

4. Gambar Alat ... 33

5. Gambar Tahap Pengujian ... 35

(12)

PENGARUH PREE CHLORINATION TERHADAP ANGKA LEMPENG TOTAL BAKTERI PADA AIR SUNGAI BELAWAN

Abstrak

Tempat dan sumber air bersih semakin sulit didapatkan, semakin tinggi nilai pencemarannya, dan semakin tinggi biaya untuk pengolahan dan pemurnian air tersebut.

Air baku memegang peranan yang penting dalam industri air minum. Air baku merupakan awal dari suatu proses dalam penyediaan dan pengolahan air bersih.

Air intake merupakan air yang telah diberikan pree chlorination dan telah mengalami proses sedimentasi, sebagai salah satu proses dalam pengolahan air bersih.

Air adalah salah satu sumber kontaminan mikroorganisme. Mikroorganisme yang patogen dapat menimbulkan penyakit bagi manusia. Sehingga dengan penambahan klorin pada pengolahan air dapat membunuh bakteri yang patogen maupun yang non patogen. Tujuan dari penulisan tugas akhir ini untuk mengetahui daya bunuh klorin sebagai desinfektan terhadap mikroorganisme di dalam air sebelum pengolahan.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/ Menkes/Per/IV/ 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum bahwa air minum tidak boleh mengandung bakteri patogen dan memiliki kekeruhan < 5 NTU/ maka air sungai belawan yang telah ditambahkan klorin masih diperlukan pengolahan lebih lanjut seperti

penambahan tawas sebagai koagulan, penyaringan serta penambahan post

chlorination agar air tersebut dapat memenuhi persyaratan.

Sampel yang digunakan adalah air sungai Belawan sebelum dan sesudah

pemberian pree chlorination. Pemeriksaan sampel dilakukan dengan metode analisis

angka lempeng total bakteri.

Berdasarkan hasil analisis angka lempeng total bakteri setelah pemberian klorin jumlahnya menurun. Hal ini menunjukkan klorin efektif sebagai desinfektan.

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan dibumi ini, tidak akan

ada kehidupan seandainnya dibumi tidak ada air. Air yang relatif bersih sangat

didambakan oleh manusia, baik untuk keperluan sehari-hari, untuk keperluan industri,

untuk kebersihan sanitasi kota, maupun untuk keperluan pertanian dn lain

sebagainnya (Wardhana, 1995).

Rumus kimia air dilingkungan laboratorium adalah H2O, tetapi pada kenyatannya

dialam rumus tersebut menjadi H2O + X berbentuk karakteristika biologik (bersifat

hidup) ataupun berbentuk karakteristika non biologik (bersifat mati). Air, baik yang

kita anggap jernih sampai terhadap air yang keadaannya sudah kotor atau tercemar,

didalamnya akan terkandung sejumlah kehidupan (Suriawiria, 1996).

Tempat dan sumber air bersih semakin sulit didapatkan, semakin tinggi nilai

pencemarannya, dan semakin tinggi biaya untuk pengolahan dan pemurnian air

tersebut. Nilai air yang memenuhi syarat untuk kepentingan kehidupan ditentukan

berdasarkan syarat fisik, persyaratan kimia dan persyaratan biologis dari WHO,

APPHA (American Public Health Association) Amerika Serikat, atau Departemen

Kesehatan RI (Suriawiria, 2005).

Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hidup orang banyak,

(14)

tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup yang lain.

Air dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan, harus dilakukan secara bijaksana

dengan memperhitungkan kepentingan generasi sekarang maupun generasi

mendatang (Effendi, 2003).

Air minum adalah air yang digunakan untuk konsumsi manusia. Menurut

Departemen Kesehatan, syarat-syarat air minum adalah tidak berasa, tidak berbau,

tidak berwarna, tidak menganding mikroorganisme yang berbahaya, dan tidak

mengandung logam berat. Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan

yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum (Permenkes, 2002).

Jumlah air bersih yang tersedia sangat terbatas, karena berbagai kegiatan

manusia dapat menimbulkan pencemaran air. Parameter persyaran air, salah satunya

adalah parameter biologi. Parameter ini ditentukan oleh mikroorganisme yang

patogen maupun yang nonpatogen. Air yang kotor dapat diolah secara kimia untuk

memenuhi persyaratan biologis tersebut. Berdasarkan hal tersebut maka penulis

berminat untuk menuliskan tentang “Pengaruh Pree Chlorination Terhadap Angka

Lempeng Total Bakteri Pada Air Sungai Belawan” untuk melihat daya bunuh

mikroba oleh klorin sebagai desinfektan pada pengolahan air, namun untuk layak

digunakan air tersebut masih harus diolah lagi, seperti penambahan tawas,

(15)

1.2 Tujuan dan Manfaat

1.2.1 Tujuan

Tujuan dari penentuan angka lempeng total (ALT) bakteri pada air bahan baku

setelah pemberian klorin adalah untuk melihat pengaruh klorin dalam mematikan

bakteri.

1.2.2 Manfaat

Dengan pemeriksaan ini kita dapat mengetahui pengaruh pemberian klorin

terhadap mikroba sehimgga klorin dapat digunakan sebagai desinfektan pada

pengolahan air minum serta dapat menambah pengetahuan penulis dalam melakukan

(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air

Rumus kimia dari air adalah merupakan perpaduan dua atom H (hidrogen) dan

satu atom O (oksigen) dengan formula atau rumus molekul H2O. Air yang berada

dialam ditemukan dengan wujud padat, cair, dan gas. Pada tekanan atmosfer (76

cm-Hg) dan didinginkan sampai 0 . Dalam keadaan normal (murni), air bersifat netral

dan dapat melarutkan berbagai zat. Air akan pecah menjadi unsur H dan O pada suhu

2500 (Manik, 2009).

Air di dalamnya biasanya logam berikatan dalam senyawa kimia atau dalam

bentuk ion, bergantung pada kompartemen tempat logan tersebut berada. Tingkat

kandungan logam pada setiap kompartemen sangat bervariasi, bergantung pada

lokasi, jenis kompartemen dan tingkat pencemarannya. konsentrasi logam dalam air

dan biota yang hidup didalamnya telah banyak dilaporkan, biasannya tingkat

konsentrasi logam berat dalam air dibedakan menurut tingkat pencemarannya, yaitu

polusi berat, polusi sedang dan nonpolusi. Perairan dengan tingkat polusi berat

biasannya memiliki kandungan logam berat dalam air, dan organisme yang hidup

didalamnya cukup tinggi. Polusi sedang, kandungan logam berat dalam air dan biota

yang hidup didalamnya berada dalam batas marjinal, sedangkan pada tingkat

nonpolusi, kandungan logam berat dalam air dan organisme yang hidup di dalamnya

(17)

2.2 Pencemaran Air

Pencemaran air adalah masuknya bahan yang tidak diinginkan kedalam air (oleh

kegiatan mausia dan atau secara alami) yang mengakibatkan turunnya kualitas air

tersebut sehingga tidak dapat digunakan sesuai dengan peruntukannya. Pencemaran

air tidak hanya menimbulkan dampak negatif terhadap makhluk hudup, tetapi juga

mengakibatkan ganguan estetika, seperti air yang mengandung minyak atau bahan

lain yang mengapung. Bahan pencemar yang masuk ke suatu perairan biasanya

merupakan limbah suatu aktivitas (Manik, 2009).

Menurut sumbernya, limbah sebagai bahan pencemar air dibedakan sebagai:

1. Limbah domestik ( limbah rumah tangga, perkantoran, pertokoan, pasar, dan

pusat perdagangan)

2. Limbah industri, pertambangan, dan transportasi

3. Limbah laboratorium dan rumah sakit

4. Limbah pertanian dan peternakan

5. Limbah pariwisata (Manik, 2009).

Kekeruhan dan warna dapat terjadi karen adanya zat-zat koloid berupa zat-zat

yang terapung serta terurai secara halus, kehadiran zat organik, lumpur atau karena

tingginya kandungan logam besi dan mangan. Amonia dalam air dapat berasal dari

adanya rembesan dari lingkungan yang kotor, dari salurn air pembuangan domestik.

Amonia terbentuk karena adanya pembusukan zat organik secara bakterial atau

(18)

terdapat dalam tanah dan mudah larut dalam air terutama bila bersifat asam (Kodoatie

dan Robert, 2010).

Indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalah adanya

perubahan atau standar yang dapat diamati melalui:

1. adanya perubahan suhu air

2. adanya perubahan pH atau konentrasi ion Hidrogen

3. adanya perubahan warna, bau, dan rasa air

4. timbulnya endapan, koloidal, bahan terlarut

5. adanya mikroorganisme

6. meningkatnya radioaktivitas air lingkungan (Wardhana, 1995).

Pencemaran yang berasal dari rumah tangga (umumnya dalam bentuk pencemar

organik), atau yang berasal dari pabrik, industri serta kegiatan lainnya (umumnya

dalam bentuk pencemar non organik) kalau mengenai badan air (sungai, danau, dan

sebagainya), akan menyebabkan penurunan terhadap kualitas dan kesehatan air.

Sumber air tersebut secara langsung tidak dapat digunakan untuk kepentingan rumah

tangga, kalaupun dapat harus melalui pengolahan terlebih dahulu, yang tentu saja ada

biaya pengolahan yang mungkin besar, bergantung kepada nilai pencemarannya.

Pencemaran lain yang secara tidak langsung membawa akibat terhadap krisis air

adalah yang diakibatkan oleh pencemaran udara yang berbentuk senyawa penyebab

penipisan lapisan ozon (O3) di udara, atau penyebab efek rumah kaca, secara

langsung akibatnya akan terasa oleh penduduk bumi, yaitu peningkatan panas bumi

(19)

2.3 Mikroorganisme didalam Air

Bakteri umumnya uniseluler/ sel tunggal, tidak mepunyi khlorofil, berkembang

biak dengan pembelahan sel secara transversal atau biner. Bakteri hidup bebas secara

kosmopoltan dimana-mana, khususnya di udara, ditanah, di dalam air, pada

bahan-bahan makanan, pada tubuh manusia, hewan ataupun tumbuhan., ada pula yang hidup

besimbiosis dengan jasad-hidup lain, baik hewan ataupun tanaman. Bakteri sifat

hidupnya secara umum adalah saprofitik pada sisa/buangan hewan ataupun tanaman

ynag sudah mati, tetapi banyak juga yang parasitik pada hewan, manusia dan tanaman

dengan menyebabkan banyak jenis penyakit. Bakteri termasuk kedalam divisi

Schizophyta yang terbagi kedalam beberapa kelas, antara lain Pseudomonadales,

Chlamydobacteriales, Eubacteriales, Actinomycetales, Spirochetales dan

Rickettsiales (Suriawiria, 1996).

Mikroba yang terdapat di dalam suatu tempat dapat langsung mempengaruhi

lingkungannya, baik lingkungan fisik, lingkungan kimia ataupun lingkungan

biologisnya. Aktivitas mikroorganisme dipengaruhi oleh lingkungan dapat

mengakibatkan perubahan sifat morfologi dan sifat fisiologi mikroorganisme.

Golongan bakteri ada yang sangat tahan terhadap perubahan lingkungan, sehingga

cepat dapat menyesuaikan dengan golongan baru, ada pula golongan mikroorganisme

yang sama sekali peka terhadap perubahan lingkungan hingga tidak dapat

menyesuaikan diri. Faktor lingkungan penting artinya di dalam usaha mengendalikan

kegiatan mikroorganisme, baik untuk kepentingan dan proses ataupun pengendalian

(20)

Faktor abiotik yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri, yaitu:

1. Temperatur

Pada umumnya batas daerah temperatur bagi kehidupan mikroorganisma terletak

antara 0oC dan 90oC, sehingga untuk masing-masing mikroorganisme dikenal nilai

temperatur minimum, optimum dan maksimum. Temperatur minimum suatu jenis

mikroorganisma ialah nilai paling rendah di mana kegiatan mikroorganisma masih

berlangsung. Temperatur optimum adalah nilai yang paling sesuai/ baik untuk

kehidupan mikroorganisma. Temperatur maksimum adalah nilai tertinggi yang masih

dapat digunakan untuk aktivitas mikroorganisma, tetapi pada tingkatan fisiologi yang

paling minimal.

2. Kelembaban

Mikroorganisme mempunyai nilai kelembaban optimum. Pada umumnya untuk

pertumbuhan ragi dan bakteri diperlukan kelembaban yang tinggi di atas 85%, sedang

untuk jamur dan aktinomiset diperlukan kelembaban yang rendah di bawah 80%.

3. Tekanan Osmosa

Pada umumnya larutan hipertonis menghambat pertumbuhan, karena dapat

menyebabkan plasmolisa. Bakteri memerlukan nilai pH antara 6,5-7,5, ragi antara

4,0-4,5, sedang jamur dan aktinomiset tertentu mempunyai daerah pH yang luas.

4. Logam Berat

Ion-ion logam berat seperti Hg, Ag, Cu, Au, Zn, Li dan Pb walaupun pada kadar

yang sangat rendah akan bersifat toksis terhadap mikroorganisma, karena ion-ion

(21)

5. Radiasi

Cahaya mempunyai daya merusak kepada sel mikroorganisme yang tidak

mempunyai daya merusak kepada sel mikroorganisme yang tidak mempunyai pigmen

fotosintesa. Cahaya dengan gelombang pendek dapat berpengaruh terhadap jasad

hidup.

6. Tegangan Muka

Tegangan muka mempengaruhi cairan sehingga permukaanya akan menyerupai

membran yang elastis, sehingga dapat mempengaruhi kehidupan mikroorganisme.

7. Tekanan Hidrostatik dan Mekanik

Tekanan yang tinggi akan menyebabkan meningkatnya beberap reaksi kimia,

pengecilan volume koloid organik anzim, molekul dan juga menaikkan viskositas

cairan serta disosiasi elektrolit.

Faktor biotik yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri:

1. Bebas Hama

Hewan percobaan yang bebas mikroorganisma disebut mengalami kehidupan

aksenik atau tanpa benda-benda asing

2. Asosiasi

Simbiosa adalah asosiasi di antara dua atau lebih jasad, di mana sedikitnya satu

jenis mendapat keuntungn, sedang jenis lainnya mengalai kerugian, atau mungkin

(22)

2.4 Persyaratan Air

2.4.1 Persyaratan Biologis untuk Air

Ditentukan baik oleh kehadiran mikroorganisme yang patogen, maupun juga

yang nonpatogen. Mikroorganisme nonpathogen secara relatif tidak berbahaya bagi

kepentingan kesehatan, namun karena golongan ini sering dalam jumlah berlebihan

dapat mempengaruhi rasa , bau dan lain-lain, timbal balik justru dapat berakibat

menyulitkan pengelolaan air (water treatment) (Ryadi, 1984).

Mikroorganisme koliform yang ada di dalam air sekalipun tidak patogen, pada

saat ini masih tetap digunakan sebagai indikator untuk mengetahui sejauh mana air

telah terkontaminasi oleh bahan-bahan buangan organik, khususnya bahan-bahan

fekal. Dasar penggunan indikator koliform ini adalah bahwa secara karakteristik

bakteri ini adalah merupakan penghuni tetap feses dan sebaliknya feses manusia

merupakan media penyebaran dari beberapa jenis bakteri patogen, khususnya bila

feses ini berasal dari orang-orang yang disebut karier (Ryadi, 1984).

Persyaratan higenis kadar e-coli yang diperbolehkan tergantung pada media

cairan. Jenis koliform ini pada umunya bersifat aerob, dan hanya sedikit secara

fakultatif anaerob, merupakan gram negatif, serta tidak membentuk spora, berbentuk

rod shape (lonjong), dan mengadakan fermentasi dengan laktosa dalam waktu 48 jam

pada temperatur 35oC.

2.4.2 Persyaratan Fisis untuk Air

Ditentukan oleh faktor kekeruhan (turbidity), warna, bau (odor) maupun rasa.

(23)

subyektif, dengan jalan air diencerkan secara berturut-turut sampai pengeenceran

berapakah ia masih tetap bau pada larutan yang paling encer. Jumlah pengenceran itu

akan merupakan angka bau (odor number) dari air yang diperiksa (Ryadi, 1984).

2.4.3 Persyratan Kimia untuk Air

Bahan-bahan kimia pada umumnya mudah larut dalam air, maka tercemarnya

air oleh bahan-bahan kimia yang terlarut khususnya timbal balik perlu dinilai

kadarnya untuk mengetahui sejauh mana bahan-bahan terlarut itu mulai dapat

dikatakan membahayakan eksistensi organisme maupun mengganggu bila digunakan

untuk suatu keperluan (misalnya untuk air industri/ water processing) (Ryadi, 1984).

Flor sebagai contoh adalah unsur yang penting, hadirnya didalam air minum

masih harus memenuhi persyaratan kadar maksimal yang diperbolehkan dan kadar

minimal yang di perlukan. Hasil pengamatan dalam epidemilogi suatu penyakit gigi

di Amerika yang menggunakan kadar alamiah flour antara 3-8 mg/liter ternyata telah

menimbulkan kelainan gigi berupa kerusakan email, dan kelainan-kelainan warna

(Ryadi, 1984).

2.5 Klasifikasi Air

Dalam upaya pengendalian pencemaran air, maka mutu air diklasifikasikan

menjadi empat kelas, yaitu:

a) Kelas satu, yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air

minum dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama

(24)

b) Kelas dua, yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan untuk

prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air

untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan

mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut,

c) Kelas tiga,yaitu air yang peruntukannya dapt digunakan untuk

pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman,

dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan

kegunaan tersebut.

d) Kelas empat, yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi

pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang

sama dengan kegunaan tersebut (Manik, 2009).

2.6Klorin

Desinfeksi bertujuan untuk membunuh bakteri patogen yang penyebarannya

melalui air, seperti bakteri penyebab typhus, kolera, disentri, dan lain-lain. Metode

tersebut merupakan salah satu cara untuk membunuh bakteri patogen, karena ada tiga

cara, yakni:

- Cara Kimia, dengan penambahan bahan kimia

- Cara Fisika, dengan pemanasan dengan air, sinar ultraviolet

- Cara Mekanis, dengan pengendapan ( bakteri berkurang 25-75 %), saringan

(25)

Klorin dalam bentuk asam hipoklorus 40 hingga 80 kali lebih efektif pada

kondisi pH yang asam. Klorin cair didapat dalam suatu klorimator. Klorimator kecil

memasukkan gas tersebut secara langsung kedalam air, sedangkan klorimator besar

biasannya melarutkan gas didalam air, kemudian mengisi larutan. Klorimator harus

dipelihara pada suhu paling sedikit 70 oF (21 oC) untuk mencegah kondisasi gas

klorin di pipa-pipa pengisian pengatur otomatik maupun manual untuk pemakaian

klorin dapat diperoleh (Linsley dan Joseph, 1996).

Klorinasi awal, yaitu pemakaian klorin sebelum pengolahan, akan

menyempurnakan koagulasi, mengurangi beban filter dan tumbuhnya ganggang,

sedangkan klorinasi akhir adalah pemakaian klorin setelah pengolahan, merupakan

metode yang umum yang sering digunakan. Klorin yang dipakai sedemikian rupa

sehingga meninggalkan residu besar yang berlebihan (superklorinasi) sering

dipergunakan untuk menghilangkan rasa dan bau tertentu, superklorinasi harus diikuti

dengan deklorinasi yang biasanya berupa pengolahan dengan sulfur dioksida atau

dengan melewatkan air yang bersagkutan melalaui suatu filter butiran karbon yang

diaktifkan (Linsley dan Joseph, 1996).

Klorin banyak digunakan dalam pengolahan air bersih dan air limbah sebagai

oksidator dan desinfektan. Sebagai oksidator digunakan untuk menghilangkan bau,

rasa, dan warna pada pengolahan air bersih dan untuk mengoksidasi Fe (II) dan Mn

(II) yang banyak terkandung dalam air tanah menjadi Fe (III) dan Mn (III) (Waluyo,

(26)

Klor memiliki beberapa kualitas yang mendukung penggunaannya dalam

persediaan air, keunggulannya adalah bahwa klor adalah senyawa bakterisida yang

sangat efektif bahkan bila digunakan dalam konsentrasi 1 ppm. Klor juga cukup stabil

(tanpa adanya bahan organik yang berkelebihan) dan cukup murah (Volk,w dan

Margaret, F.W. 1989).

2.7Pengolahan Air

Air Yang Belum Diolah

Gambar 2.1. Pengolahan air di perkotaan (Volk,w dan Margaret, F.W. 1989).

Sungai dapat tercemar pada daerah permukaan air akan tetapi pada sungai yang

besar dengan arus air yang deras, sejumlah kecil bahan pencemaran mengalami

pengenceran sehingga tingkat pencemaran menjadi sangat rendah. Hal tersebut

menyebabkan konsumsi oksigen terlarut yang diperlukan oleh kehidupan air dan

biodegradasi akan cepat diperbarui, tetapi terkadang sebuah sungai mengalami

pencemaran yang berat sehingga air mengandung bahan pencemar yang sangat besar,

akibatnya proses pengenceran dan biodegradasi akan sangat menurun jika arus air

(27)

Oksigen terlarut juga dapat menurun akibat dari proses tersebut. Suhu yang tinggi

dalam air menyebabkan laju proses biodegradasi yang dilakukan oleh bakteri

pengurai aerobik menjadi naik dan dapat menguapkan bahan kimia ke udara

(Darmono, 2001).

Netralisasi pH adalah suatu upaya agar pH air menjadi normal, setelah pH

mendekati normal barulah proses pengolahan dapat dilakukan secara efektif. Fungsi

dari pengaturan pH dalam instalasi air minum bertujuan untuk mengendalikan korosif

perpipaan dalam sistem distribusi. Korosif membentuk racun bila pH kurang dari 6,5

atau lebih dari 9,5 (Waluyo, 2009).

Sedimentasi adalah proses pengendapan partikel-partikel padat yang tersuspensi

dalam cairan atau zat cair karena pengaruh gravitasi (gaya berat) secara alami.

Sedimentasi berguna untuk mereduksi bahan-bahan tersuspensi (kekeruhan) dari

dalam air dan dapat berfungsi untuk mereduksi kandungan organisme (patogen)

tertentu dalam air (Waluyo, 2009).

Koagulasi atau flokulasi adalah proses pengumpulan partikel-partikel halus yang

tidak dapat diendapkan secara gravitasi, menjadi partikel yang lebih besar sehingga

dapat dengan menambahkan bahan koagulan. Partikel-partikel tersebut kemudian

dihilangkan melalui proses sedimentasi dan filtrasi. Koagulasi berguna untuk

memudahkan partikel-partikel tersuspensi yang tidak dapat mengendap secara

gravitasi dan sangat lembut (seperti koloidal) di dalam air menjadi partikel-partikel

(28)

Filtrasi adalah proses penyaringan untuk menghilangkan zat padat tersuspensi

(yang diukur dengan kekeruhan) dari air melalui media berpori. Zat padat tersuspensi

dihilangkan pada waktu air melalui suatu lapisan materi berbentuk butiran yang

dinamakan media filter. Proses ini dinamakan perkolasi (Waluyo, 2009).

Sumber daya air yang dikelola terdiri dari upaya merencanakan, melaksanakan,

memantau, dan mengevaluasi penyelenggaraan konservasi sumber daya air,

pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air. Sumber daya air

dikelola berdasarkan asas kelestarian, keseimbangan, kemanfaatan umum,

keterpaduan dan keserasian, keadilan, kemandirian, serta transparansi dan Sumber

daya air dikelola secara menyeluruh, terpadu dan berwawasan lingkungan hidup

dengan tujuan mewujudkan kemanfaatan sumber daya air yang berkelanjutan untuk

sebesar-besar kemakmuran rakyat bumi (Kodoatie dan Robert, 2010).

8. Angka Lempeng Total

Angka lempeng total, yaitu perhitungan jumlah tidak berdasarkan kepada jenis,

tetapi secara kasar terhadap golongan atau kelompok besar mikroorganisme umum

seperti bakteri, fungi, mikroalge ataupun terhadap kelompok bakteri tertentu. Angka

lempeng total bakteri ditentukan berdasarkan penanaman bahan dalam jumlah dan

pengenceran tertentu kedalam media yang umum untuk bakteri. Setelah melakukan

masa inkubasi pada temperatur kamar selama waktu maksimal 4 x 24 jam,

perhitungan koloni dilakukan, diamati bahwa tiap koloni berasal dari sebuah sel,

maka jumlah sel mewakili dan terdapat di dalam bahan yang dianalisis (Suriawiria,

(29)

BAB III

METODE PENGUJIAN

3.1 Tempat

Tempat dilaksanakannya pengujian Angka Lempeng Total dari air sungai

belawan ialah di laboratorium mikrobiologi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera

Utara pada tanggal 20 Februari 2015 dan pengamatannya dilakukan pada tanggal 21

Februari 2015.

3.2 Sampel, Alat, dan Bahan

3.2.1 Sampel

Sampel yang digunakan merupakan air badan air sungai belawan.

3.2.2 Alat

Alat – alat yang digunakan seperti cawan petridish, tabung reaksi, pipet

inokulum, rak tabung reaksi, beaker gelas, erlenmeyer, gelas ukur, kapas, oven,

autoklaf, inkubator.

3.2.3 Bahan

Bahan – bahan yang digunakan sebagai berikut: NaCl sebagai media pengencer,

(30)

3.3 Pembuatan media

3.3.1 Pembuatan media NaCl

Komposisi: Natrium Klorida 0,9 g

Air suling ad 100 ml

Cara pembuatan:

Natrium klorida ditimbang sebanyak 0,9 g lalu dilarutkan dengan air suling

steril sedikit demi sedikit dalam erlenmeyer 100 ml sampai larut sempurna,

disterilkan di autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit (Sonnenwirth, 1980).

3.3.1 Pembuatan media PCA

Komposisi: PCA 2,35 g

Aquadest 100 ml

Timbang PCA sebanyak 2,35 g dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer 100

ml. Dilarutkan dengan 100 ml aquades, lalu di homogenkan. Dipanaskan sambil

diaduk hingga larutan mendidih dan terlarut sempurna. Ditutup dengan aluminium

foil. Disterilisasi dengan autoklaf pada suhu 121oC selama 20 menit.

3.4 Prosedur

3.4.1 Sterilisasi Alat

Alat-alat yang digunakan disterilkan terlebih dahulu sebelum di pakai. Alat-alat

gelas disterilkan di dalam oven pada suhu 170oC selama 1 jam. Media disterilkan di

(31)

3.4.2 Pengenceran

Disetrilkan seluruh alat dan bahan yang digunakan. Dilakukan dengan

pengenceran 10-1 menggunakan media pengencer NaCl. Diisi tabung reaksi 10-1

menggunakan media NaCl sebanyak 9 ml tutup menggunakan pendopol. Disterilkan

media tersebut didalam autoklaf selama 15 menit pada suhu 121 0C diamkan sampai

dingin. Dipipet 1 ml sampel air sungai belawan masukkan kedalam pengenceran 10-1

lalu homogenkan sebelum dilakukan pengujian.

3.4.3 Pengujian sampel

Persiapan dan homogenisasi dilakukan dan dibuat tingkat pengenceran

menggunakan larutan pengencer NaCl. Sebanyak 1 ml dipipet dari pengenceran 10-1

ke dalam cawan petri steril kemudian tuangkan 15 ml media PCA yang masih cair

dengan suhu (45±1) ke dalam masing-masing cawan petri. Goyangkan cawan petri

dengan hati-hati (putar dan goyang ke depan, ke belakang, ke kanan dan ke kiri)

sehingga contoh pembenihan tercampur merata dan memadat. Biarkan sampai

campuran dalam cawan petri memadat. Masukkan semua cawan petri dengan posisi

terbalik ke dalam inkubator pada suhu 37 selama 24. Jika memungkinkan inkubasi

dilakukan dalam udara yang diperkaya dengan CO2 dalam suatu jar anaerob. Catat

pertumbuhan koloni pada setiap cawan petri yang mengandung 25 koloni sampai

(32)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Analisis

Dari hasil pengujian yang dilakukan menggunakan sampel air sungai belawan

didapat angka lempeng total.

Tabel 1. Data Hasil Analisia

SAMPEL pH Turbidity

(Kekeruhan) Sisa Klor

HASIL ALT bakteri

Tanpa penambahan zat kimia 7,1 106 NTU 0 mg/L 90

Penambahan pree chlotination 6,8 32,7 NTU 0,10 mg/L 42

(33)

4.2 Pembahasan

Analisa bakteri pada badan air yang belum ditambahkan klorin dengan metode

angka lempeng total adalah 900 cfu/ml, sedangkan setelah penambahan klorin hanya

420 cfu/ml. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh penambahan klorin sebagai

desinfektan dengan berkurangnya jumlah bakteri. Jika dilihat dari pH, pada air sungai

yang belum ditambahkan klorin 7,2 sedangkan pH setelah pemberian pree clorination

adalah 6,9 serta kekeruhan sebelum penambahan klorin 106 NTU dan setelah

penambahan klorin 32,7 NTU. Sehingga dapat dilihat bahwa klorin juga berpengaruh

terhadap pH.

Klorin telah terbukti sebagai disinfektan yang ideal. Klorin akan membinasakan

kebanyakan makhluk mikroskopis jika dimasukkan ke dalam air. Klorin dalam

bentuk asam hipoklorus 40 hingga 80 kali lebih efektif daripada ion hipoklorit, maka

disinfeksi dengan klorin akan paling efektif pada pH asam. Air akan mengalami

disinfeksi cukup baik bila residu klor bebas sebanyak 0,2 mg/l. residu klor yang lebih

besar dapat menimbulkan bau yang tidak enak. Klor akan sangat efektif jika pH air

rendah, tetapi jika persediaan air mengandung fenol maka penambahan klorin ke air

akan mengakibatkan rasa yang kurang enak akibat pembentukan senyawa-senyawa

klorofenol. Rasa ini dapat dihilangkan dengan menambahkan amoniak ke air sebelum

(34)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil pengujian angka lempeng total bakteri yang diperoleh dapat

disimpulkan bahwa klorin dapat membunuh bakteri secara efektif, dimana jumlah

sesudah pemberian klorin lebih sedikit dibandingkn sebelum penambahan klorin.

5.2 Saran

Sebaiknya air sungai belawan yang telah ditambahkan pree chlorination diolah

lebih lanjut seperti penambahan tawas, penyaringan serta penambahan post

chlorination agar dapat digunakan masyarakat karena angka lempeng total dan

(35)

DAFTAR PUSTAKA

Darmono, (2001). Lingkungan Hidup Dan Pencemaran. Jakarta : Universitas

Indonesia- Press. Halaman. 28-34.

Effendi, H. (2003). Telaah Kualitas Air. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Halaman. 1.

Kodoatie, R dan Roestan S. (2010). Tata Ruang Air. Yogyakarta : Penerbir Andi. Halaman. 349.

Lay, W.B. (1992). Analisis Mikrobiologi di Laboratorium. Jakarta: Penerbit PT. Raja

Grafindo Persada. Halaman. 32.

Linsley, R.Y dan Joseph, B.F. (1996). Teknik Sumber Daya Air. Diterjemahkan oleh

Djoko Sasongko. Jakarta: Erlangga. Halaman. 127-130.

Manik, K.E.S. (2009). Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta: Djambatan.

Halaman. 32, 131 145-146.

Permenkes. (2002). Syarat-Syarat Dan Pengawasan Kualitas Air Minum. Halaman.

1-20.

Ryadi, S. (1984). Pencemaran Air. Surabaya: Karya Anda. Halaman. 8-13.

Sonnenwirth, A.C. (1980). Growohl’s Clinical Laboratory Methods and Diagnostic.

Vol 2. London: the CV Mosby Company. Halaman. 1578.

Suriawiria, unus (1996). Mikrobiologi Air. Bandung: Penerbit : P.T Alumni.

Halaman. 86-87.

Suriawiria, Unus.(2005). Air Dalam Kehidupan Dan Lingkungan Yang Sehat.

Bandung: Penerbit: P.T Alumni. Halaman 3, 13

Volk,w dan Margaret, F.W. (1989). Mikrobiologi dasar. Edisi kelima jilid 2. Jakarta:

Penerbit Erlangga. Halaman. 266

Waluyo, L. (2009). Mikrobiologi Lingkungan. Malang: UMM Press. Halaman

159-166.

Wardhana, 2001. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta : Penerbit ANDI.

(36)

Lampiran I. Gambar Sampel

(37)

Lampiran II. Diagram Alir

I. Pembuatan Media

a. Pembuatan Media NaCl 9%

 Dimasukkan kedalam erlemeyer 100 ml

 Dilarutkan dengan air suling steril sedikit demi

sedikit hingga larut

 Disterilkan di autoklaf pada suhu 121oC selama 15

menit.

b. Pembuatan Media PCA

Ditimbang sebanyak 2,35 g

Dimasukkan ke dalam erlemeyer 100 ml

Dilarutkan dengan 100 ml air suling sampai homogen

Dipanaskan sambil diaduk sampai terlarut sempurna,

ditunggu hingga mendidih

Ditutup dengan aluminium foil dan disterilkan dengan

autoklaf pada suhu 121oC selama 20 menit.

0,9 g NaCl

NaCl 9%

Serbuk PCA

(38)

II. Prosedur Sterilisasi

a. Sterilisasi Alat

dibungkus dengan perkamen

dimasukkan kedalam oven pada suhu

170oc selama 1 jam

b. Sterilisasi Media

dimasukkan kedalam autoklaf pada suhu

121oc selama 15 menit

Alat – alat gelas

Hasil

Media

(39)

c. Pengenceran

Disterilkan seluruh alat dan bahan yang digunakan

Diberi label 10-1, 10-3, dan 10-5 pada tabung reaksi

Diisi 9 ml NaCl pada tabung reaksi 10-1 dan diisi

9,9 ml NaCl pada tabung reaksi 10-3 dan 10-5

Ditutup menggunakan pendopol

Disterilkan media tersebut didalam autoklaf pada

suhu 121oC selama 15 menit, didinginkan

Dipipet 1 ml sampel air sungai Belawan dan

dimasukkan kedalam pengenceran 10-1 ,

dihomogenkan

Dipipet 0,1 ml dari pengenceran 10-1 lalu masukkan

kedalam pengenceran 10-3, dihomogenkan

Dipipet 0,1 ml dari pengenceran 10-3 lalu masukkan

kedalam pengenceran 10-5, dihomogenkan.

Pengenceran 10-5

(40)

III. Pengujian Sampel

← Dilakukan persiapan dan homogenisasi

← Dibuat tingkat pengenceran menggunakan larutan

pengencer NaCl

← Dipipet 1 ml dari pengenceran 10-1 ke dalam cawan

petri steril

← Dituangkan 15 ml media PCA yang masih cair

dengan suhu (45±1) ke dalam masing-masing cawan

petri

← Digoyangkan cawan petri dengan hati-hati (putar dan

goyang ke depan, ke belakang, ke kanan dan ke kiri)

sehingga contoh pembenihan tercampur merata dan

memadat

← Dibiarkan sampai campuran dalam cawan petri

memadat

← Dimasukkan semua cawan petri dengan posisi

terbalik ke dalam inkubator pada suhu 37 selama 24

jam. Inkubasi dilakukan dalam udara yang diperkaya

dengan CO2 dalam suatu jar anaerob

← Dicatat pertumbuhan koloni pada setiap cawan petri

yang mengandung 25 koloni sampai dengan 250

koloni setelah 24 jam Larutan NaCl

(41)

Lampiran III. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492 / Menkes / Per / IV / 2010

Tanggal 19 April 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.

I. PARAMETER WAJIB

No Jenis Parameter Satuan

Kadar maksimum yang diperbolehkan

1 Parameter yang berhubungan

langsung dengan kesehatan

a. Parameter Mikrobiologi

1 ) E. Coli Jumlah per100

ml sampel

0

2 ) Total Bakteri Koliform Jumlah per

100 ml sampel

2 Parameter yang tidak langsung

berhubungan dengan kesehatan

a. Parameter Fisik

1 ) Bau Tidak berbau

2 ) Warna TCU 15

(42)

5 ) Mangan mg / l 0,4

No Jenis Parameter Satuan

Kadar maksimum yang

diperbolehkan 1 KIMIAWI

a. Bahan Anorganik

(43)

No Jenis Parameter Satuan

Ethylenediaminetetraacetic acid (EDTA)

1,2-Dibromo-3-chloropropane ( DBCP ) mg / l 0,001

2,4 Dichloropenoxyacetic acid ( 2,4-D ) mg / l 0,03

Chlorophenoxy herbicides selain 2,4-D dan MCPA

2,4-DB mg / l 0,090

Dichlorprop mg / l 0,10

Fenoprop mg / l 0,009

(44)

No Jenis Parameter Satuan

Kadar maksimum yang

diperbolehkan

2,4,5-Trichlorophenoxyacetic acid mg / l 0,009

d. Desinfektan dan Hasil Sampingannya

(45)

Lampiran IV. Gambar Alat

Autoklaf Oven

(46)

LAF Cawan petri

(47)

Lampiran V. Tahapan Pengujian

Penambahan media Media NaCl

(48)

Lampiran VI. Skema pengolahan air PDAM IPA Sunggal

Gambar

Gambar 2.1.  Pengolahan air di perkotaan  (Volk,w dan Margaret, F.W. 1989).
Tabel 1. Data Hasil Analisia

Referensi

Dokumen terkait

Hasil ini tidak memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI NO.492/MENKES/PER/IV/2010 bahwa kadar maksimum yang diperbolehkan untuk

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 492/Menkes/PER/IV/2010 Tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum.. Indonesia: Departemen

pH air reservoir yang diolah agar sesuai dengan pH standar air minum menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.492/MENKES/PER/IV/2010 yakni 6,5-8,5.. EFFECT

Media Lactose Broth Hot Plate.. Peraturan Menteri

Semua sampel air minum memenuhi persyaratan kualitas air minum berdasarkan Permenkes 492/Menkes/ Per/IV/2010 dilihat dari parameter fisika dan kimia dengan

1. Berdasarkan PerMenKes No 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Air Minum dapat dikatakan kualitas airtanah pada air sumur dangkal sebagian besar telah tercemar

a) Kelas satu, yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

Pelaksanaan pengawasan depot air minum tersebut dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air