• Tidak ada hasil yang ditemukan

October 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "October 2017 "

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI 2017 TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA PRE-KLINIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN TENTANG PERANAN

VITAMIN C BAGI KESEHATAN KULIT

DISUSUN OLEH

WIDYA DWI RAHMADHANI C111 14 538

PEMBIMBING:

dr. Widya Widita, Sp.KK, M,Kes

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

2017

(2)

TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA PRE-KLINIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN TENTANG PERANAN

VITAMIN C BAGI KESEHATAN KULIT

Diajukan Kepada Universitas Hasanuddin Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Kedokteran

Widya Dwi Rahmadhani C111 14 538

Pembimbing :

dr. Widya Widita, Sp.KK, M,Kes

UNIVERSITAS HASANUDDIN FAKULTAS KEDOKTERAN

MAKASSAR 2017

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Telah disetujui untuk dibacakan pada seminar akhir di Laboratorium Patologi Anatomi Rumah Sakit Pendidikan Universitas Hasanuddin dengan judul :

“Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Pre-klinik Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Tentang Peranan Vitamin C Bagi Kesehatan Kulit”

Hari/Tanggal : Senin, 20 November 2017 Waktu : 09.00 wita – selesai

Tempat : Ruang Pertemuan I.K Kulit & Kelamin Rumah Sakit Pendidikan Universitas Hasanuddin (Lt.4)

Makassar, 20 November 2017

(dr. Widya Widita, Sp.KK, M,Kes)

(4)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi ini diajukan oleh :

Nama : Widya Dwi Rahmadhani

NIM : C111 14 538

Fakultas/Program Studi : Kedokteran/Pendidikan Dokter

Judul Skripsi : Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Pre-klinik Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Tentang Peranan Vitamin C Bagi Kesehatan Kulit

Telah berhasil dipertahankan di hadapan dewan penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar sarjana kedokteran pada Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

DEWAN PENGUJI

Pembimbing : dr. Widya Widita, Sp.KK, M.Kes

(...) Penguji 1 : dr. Airin Riskianty Nurdin, Sp.KK, M.Kes

(...) Penguji 2 : dr. Muji Iswanty, Sp.KK, SH,MH,Sp.KK, M.Kes

(...) Ditetapkan di : Makassar

Tanggal : 20 November 2017

(5)

BAGIAN KULIT DAN KELAMIN

RUMAH SAKIT UNIVERSITAS HASANUDDIN 2017

TELAH DISETUJUI UNTUK DICETAK DAN DIPERBANYAK

Judul Skripsi :

“Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Pre-klinik Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Tentang Peranan Vitamin C Bagi Kesehatan Kulit”

Makassar, 20 November 2017

(dr. Widya Widita, Sp.KK, M,Kes)

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala berkat dan rahmat-NYA, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Pre-klinik Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Mengenai Peranan Vitamin C Bagi Kesehatan Kulit”. Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Kedokteran.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat terselesaikan dengan baik tanpa adanya bantuan, dorongan, dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. dr. Andi Asadul Islam, Sp.BS, FICS. selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin yang telah memberikan kepercayaan kepada penulis untuk menimba ilmu di Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

2. dr. Widya Widita, Sp.KK, M,Kes selaku pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan bimbingan, motivasi, petunjuk, dan saran kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik dan berjalan dengan lancar.

3. dr. Ririn Nislawati, M.Kes.,Sp.M selaku pembimbing akademik yang telah membimbing penulis dari awal semester hingga saat ini.

4. Kedua orang tua penulis, ibu Normi. dan Ayah M. Arief Gaffar. serta saudara penulis Annisa dan Lutfiah dan keluarga besar yang selalu

(7)

5. Teman sebimbingan skripsi, Yuniarni yang selalu memberikan semangat, bantuan, dan motivasi selama mengerjakan skripsi ini.

6. Teman belajar, Alodie yang senantiasa memberikan semangat, bantuan, dan motivasi selama mengerjakan skripsi ini.

7. Teman sepergaulan, Adhel, Ikhlas, Rafly, Indra, Dilla, Yaya, perkumpulan Muehehe, perkumpulan kita kreatif yang senantiasa memberikan semangat dan menemani penulis selama mengerjakan skripsi ini.

8. Teman-teman Neutrof14vine atas dukungan dan semangat yang telah diberikan selama ini.

9. Seluruh responden mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin yang telah bersedia menyediakan waktunya untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.

10. Seluruh dosen, staf akademik, staf tata usaha, dan staf perpustakan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena dengan kerendahan hari penulis senantiasa menerima kritik dan saran yang diberikan oleh pembaca. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua serta bagi perkembangan ilmu kedepannya.

Makassar, 20 November 2017

Penulis

(8)

SKRIPSI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN November 2017 Widya Dwi Rahmadhani

dr. Widya Widita, Sp.KK, M,Kes

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Pre-klinik Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Tentang Peranan Vitamin C Bagi Kesehatan Kulit

ABSTRAK

Latar Belakang: Vitamin C atau asam askorbat merupakan antioksidan yang terdapat dalam darah dan merupakan bagian dari sistem pertahanan tubuh. Fungsi utama dari vitamin C pada kulit yaitu sebagai antioksidan kuat yang melindungi kulit terhadap pengaruh negatif yang merangsan pembentukan kolagen kulit, mejaga kekenyalan dan mencerahkan kulit. Seiring dengan perkembangan teknologi, vitamin C mulai menjadi pusat perhatian terlebih suntik vitamin C bagi kesehatan kulit. Bukan hanya suntik, pemakaian topikal dan oral juga semakin banyak digunakan. Mengkonsumsi nya bukan merupaan hal buruk namun ada beberapa hal penting yang baik untuk diketahui sebelum mengkonsumsinya sehingga tidak menimbulkan efek samping yang dapat merugikan. Tujuan:

Mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa pre-klinik fakultas kedokteran universitas hasanuddin baik vitamin C oral, topikal maupun injeksi. Metode:

Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode deksriptif kuantitatif dan melibatkan 300 sampel. Hasil: Tingkat pengetahuan mengenai peranan vitamin C dengan persentase tertinggi adalah mahasiswa dengan tingkat pengetahuan cukup sebanyak 239 orang atau sebesar 79,66%, diikuti oleh tingkat pengetahuan baik sebanyak 61 orang atau sebesar 20,33% kemudian tingkat pengetahuan kurang sebanyak 0 orang atau sebesar 0%. Apabila dibedakan berdasarkan angkatan, pada angkatan 2017 didapatkan sebanyak 62 orang atau sebesar 91% dengan pengetahuan cukup, 13 orang atau sebesar 17% dengan pengetahuan baik dan tidak ada dengan pengetahuan kurang. Pada angkatan 2016 didapatkan sebanyak 64 orang atau sebesar 85% dengan pengetahuan cukup, 11 orang atau sebesar 16% dengan pengetahuan baik dan tidak ada dengan pengetahuan kurang. Pada angkatan 2015, didapatkan 57 orang atau sebesar 76%

dengan pengetahuan cukup, 18 orang atau sebesar 24% dengan pengetahuan baik, dan tidak ada dengan pengetahuan kurang. Dan pada angkatan 2014 didapatkan sebanyak 56 orang atau sebesar 75% dengan pengetahuan cukup, 19 orang atau sebesar 25% dengan pengetahuan baik dan tidak ada dengan pengetahuan kurang.

Sedangkan apabila dibedakan berdasarkan jenis kelamin, dari 206 mahasiswa perempuan, 158 orang atau sebesar 77% dengan pengetahuan cukup, 48 orang atau sebesar 23% dengan pengetahuan baik. Sedangkan pada mahasiswa laki-laki dari 94 sampel, 81 orang atau sebesar 86% dengan pengetahuan cukup, 13 orang atau sebesar 14% dengan pengetahuan baik. Kesimpulan: Tingkat pengetahuan mahasiswa pre-klinik angkatan 2014,2015,2016 dan 2017 fakultas kedokteran

(9)

sama. Sedangkan apabila dibedakan menurut jenis kelaminnya, baik perempuan maupun laki-laki dikatakan telah memiliki pengetahuan cukup mengenai peranan vitamin C bagi kesehatan kulit.

Kata Kunci : tingkat pengetahuan, peranan vitamin i, kesehatan kulit

(10)

ESSAY FACULTY OF MEDICINE HASANUDDIN UNIVERSITY

October 2017

Widya Dwi Rahmadhani

dr. Widya Widita, Sp.KK, M,Kes

Level of knowledge, the role of vitamin i, skin health Level of Knowledge of Pre- clinical Students Faculty of Medicine Hasanuddin University About The Role Of Vitamin C For Skin Health

ABSTRACT

Background: Vitamin C or ascorbic acid is an antioxidant and found in the blood and also is part of the body's defense system. The main function of vitamin C in the skin is as a powerful antioxidant that protects the skin against the negative effects that stimulate the formation of skin collagen, keep the suppleness and brighten the skin. Along with the development of technology, vitamin C began to become the center of attention especially injection of vitamin C for skin health.

Not just injecting, topical and oral producst are also increasingly used. Consuming it is not a bad thing but there are some important things that are good to know before taking them so as not to cause side effects that can harm. Objective: To knowing the level of knowledge of pre-clinical students of Medical Faculty of Hasanuddin University either about vitamin C oral, topical or injection.. Method:

This research is a a research that using quantitative descriptive method and involves 300 samples . Result: Level of knowledge about the role of vitamin C with the highest percentage are students with sufficient level of knowledge as much as 239 people or equal to 79.66%, followed by a good knowledge level of 61 people or 20.33% and then the level of knowledge less as much 0 people or 0%

. If distinguished by force, in the class of 2017 obtained as many as 62 people or by 91% with enough knowledge, 13 people or 17% with good knowledge and none with less knowledge. In the class of 2016 it was found that 64 people or 85%

with enough knowledge, 11 people or 16% with good knowledge and none with less knowledge. In the class of 2015, 57 people or 76% with sufficient knowledge, 18 people or 24% with good knowledge, and none with less knowledge. And in the force of 2014 found as many as 56 people or by 75% with enough knowledge, 19 people or by 25% with good knowledge and none with less knowledge.

Meanwhile, if distinguished by sex, from 206 female students, 158 people or by 77% with enough knowledge, 48 people or by 23% with good knowledge. While for male students from 94 samples, 81 people or 86% with enough knowledge, 13 people or 14% with good knowledge. Conclusion: The level of pre-clinical student knowledge force 2014,2015,2016 and 2017 hasanuddin university medical faculty is sufficient. There’s nothing significant different if distinguished by class, because the end results showing same results. Meanwhile, when distinguished by sex, both women and men are said to have enough knowledge about the role of vitamin C for skin health..

Keywords: level of knowledge, the role of vitamin c, skin health.

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...i

HALAMAN PENGESAHAN ...ii

HALAMAN PERSETUJUAN CETAK ...iv

KATA PENGANTAR ...v

ABSTRAK ...vii

DAFTAR ISI ...xi

DAFTAR TABEL ...xv

DAFTAR GAMBAR...xvi

DAFTAR GRAFIK ...xvii

DAFTAR LAMPIRAN...xviii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah……..………. 1

1.2 Rumusan Masalah.……….. . 3

1.3 Tujuan Penelitian………. 3

1.3.1 Tujuan Umum……….... 3

1.3.2 Tujuan Khusus………... 4

1.4 Manfaat Penelitian………... 4

1.4.1 Bagi Peneliti………. 4

1.4.2 Bagi Mahasiswa Terkait……….. 5

1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan……….. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan……… 6

2.1.1 Pengertian………. 6

2.1.2 Tingkat Pengetahuan……….... 6

2.1.3 Cara Memperoleh Pengetahuan……….... 7

(12)

2.1.5 Cara Pengukuran Pengetahuan………. 11

2.2 Kesehatan Kulit……….. 12

2.3 Pengertian Vitamin……… 14

2.4 Vitamin C …….………….……… 14

2.5 Struktur Vitamin C………. 15

2.6 Metabolisme Vitamin C ………. 16 2.7 Peranan Vitamin C ……… 17

2.7.1 Vitamin C sebagai antioksidan………... 17

2.7.2 Vitamin C dan pembentukan kolagen………. 18

2.7.3 Vitamin C sebagai anti-aging (fotoproteksi)………… 19

2.7.4 Vitamin C sebagai agen depigmentasi……… 21

2.7.5 Vitamin C sebagai anti inflamasi……… 22

2.8 Sumber Vitamin C……… 23

2.8.1 Sumber Vitamin C alami………... 23

2.8.2 Sumber Vitamin C Buatan………. 24

2.8.2.1 Vitamin C oral………. 24

2.8.2.2 Vitamin C topikal………... 26

2.8.2.3 Vitamin C injeksi……… 29

2.9 Efek Samping Vitamin C dan Overdosis Vitamin C………. 33

2.9.1 Efek Samping Penggunaan Vitamin C……… 33

2.9.2 Overdosis Vitamin C………... 34

2.10 Kerangka Teori……… 34

BAB III KERANGKA KONSEP 3.1 Kerangka Konsep Penelitian……….. 35

3.2 Definisi Operasional……….. 35

BAB IV METODOLGI PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian……… 37

4.2 Gambaran Tempat dan Waktu Penelitian…….………….. 37

4.2.1 Tempat Penelitian……… 37

4.2.2 Waktu Penelitian……… 37

(13)

4.3.1 Jumlah Populasi….………. 37

4.3.2 Sampel Penelitian.……….. 38

4.3.3 Teknik Pengambilan Sampel………. 38

4.4 Instrumen Penelitian………... 40

4.5 Alur Penelitian……… 40

4.6 Etika Penelitian……….. 41

BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian... 42

5.2 Deskripsi Karakterisitik Sampel... 42

5.2.1 Karakteristik Sampel Menurut Angkatan... 42

5.2.2 Karakteristik Sampel Menurut Jenis Kelamin... 43

5.3 Hasil Analaisis Data... 44

5.3.1 Distribusi Pengetahuan Sampel Berdasarkan Angkatan... 44

5.3.2 Distribusi Pengetahuan Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin... 45

5.3.3 Rata-rata nilai pengetahuan sampel... 47

5.3.4 Tingkat Pengetahuan mahasiswa mengenai Vitamin C Oral, Topikal, dan Injeksi ... 48

5.3.5 Tingkat Pengetahuan... 49

BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Menurut Angkatan... 51

6.2 Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Menurut Jenis Kelamin 52 6.3 Tingkat Pengetahuan Mahasiswa... 54

6.3.1 Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Mengenai Vitamin C Oral... 54

6.3.2 Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Mengenai Vitamin C Topikal... 55

6.3.3 Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Mengenai Vitamin C Injeksi... 55 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

(14)

7.1 Kesimpulan... 56 7.2 Saran... 57 DAFTAR PUSTAKA

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Nilai Vitamin C berbagai bahan makanan……… 23

5.2.1 Distribusi Sampel Menurut Angkatan... 42

5.2.2 Distribusi Sampel Menurut Jenis Kelamin... 43

5.3.1 Distribusi Pengetahuan Sampel Berdasarkan Angkatan... 44

5.3.2 Distribusi Pengetahuan Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin... 45

5.3.3 Rata-Rata Pengetahuan... 47

5.3.4.1 Tingkat Pengetahuan Mengenai Vitamin C Oral... 48

5.3.4.1 Tingkat Pengetahuan Mengenai Vitamin C Oral... 48

5.3.4.3 Tingkat Pengetahuan Mengenai Vitamin C Injeksi... 48

5.3.5 Tingkat Pengetahuan... 49

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.4 Struktur Kimia Vitamin C ……… 16

2.10 Skema Kerangka Teori ………. 34

3.1 Skema Variabel Dependen dan Variabel Independen……….. 35

4.1 Alur Penelitian……….. 40

(17)

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

5.2.1 Distibusi Sampel Menurut Angkatan... 43

5.2.2 Distribusi Sampel Menurut Jenis Kelamin... 43

5.3.1 Distribusi Pengetahuan Sampel Berdasarkan Angkatan... 44

5.3.2 Distribusi Pengetahuan Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin... 46

5.3.5 Tingkat Pengetahuan... 49

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian ...59

Lampiran 2. Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan ...43

Lampiran 3. Kuesioner Peneltian ...44

Lampiran 4 Hasil Uji Validitas Kuisioner ...45

Lampiran 5 Hasil Uj Statistik. ...46

Lampiran 6 Biodata Diri Penulis. ...50

(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Vitamin C atau asam askorbat merupakan antioksidan non enzimatik yang dapat larut dalam air. Senyawa ini merupakan bagian dari system pertahanan tubuh terhadap senyawa oksigen reaktif dalam plasma dan sel yang petama kali diisolasi oleh Scent-Gyorgyi pada tahun 1928. Asam askorbat berperan sebagai reduktor untuk berbagai radikal bebas. Selain itu juga meminimalkan terjadinya kerusakan yang disebabkan oleh stres oksidatif (Melisa V.

Kembuan, 2012).

Vitamin C dalam tubuh manusia terdapat dalam darah (khususnya leukosit), korteks adrenal, klit, dan tulang. Tetapi, vitamin C merupakan vitamin yang disintesis oleh glukosa dalam hati dari semua jenis mamalia, kecuali manusia. Dikarenakan manusia tidak memiliki enzim gulonolaktone oksidase, yang berperan pernting untuk sintesis dari precursor vitamin c yaiu 2-keto-1-gulonolakton, sehingga manusia tidak dapat mensintesis vitamin c dalam tubuhnya sendiri. Maka dari itu pula vitamin C merupakan fresh food vitamin karena sumber utamanya adalah buah-buahan dan sayuran segar.

Tetapi dari beberapa vitamin dapat diketahui dari kepentingannya membantu aktifitas berbagai enzim, misalanya banyak bitamin B-Kompleks merupakan koenzim beberapa enzim tretenti yang terdapat dalam sel hidup (Safaryani, 2007)

(20)

Tiga fungsi utama vitamin C pada kulit yaitu sebagai anti oksidan kuat yang melindungi kulit terhadap pengaruh negatif faktor luar yang dapat merangsang pembentukan dan peningkatan produksi kolagen kulit, yang akan menjaga kekenyalan, kelenturan, serta kehausan kulit ; dan mencerahkan kulit.

Di zaman yang serba cepat ini, manusia dituntut untuk mempunyai mobilitas yang tinggi dalam kehidupannya. Perkembangan teknologi juga menyebabkan banyaknya radikal bebas berupa polusi kendaraan bermotor dan yang berasal dari gaya hidup masyarakat seperti merokok, makan junk food dan lainnya. Semua itu menyebabkan tubuh rentan terhadap berbagai gangguan kesehatan. Daya tahan mudah menurun dan serangan radikal bebas membuat sel-sel tubuh mudah rusak dan tak mampu berfungsi dengan baik.

Hal itu lah yang menjadikan seseorang merasa membutuhkan vitamin dalam dosis tinggi terutama yang berfungsi sebagai antioksidan, seperti vitamin C.

menurut Pauling (1901-1994), vitamin C dapat mencegah atau menyembuhkan berbagai macam penyakit serius. Dapat pula menyembuhkan common cold. Karena itu, pada tahun 1960 Vitamin C pernah menjadi pusat

perhatian.

Beberapa tahun belakangan ini, vitamin C menjadi salah satu vitamin yang paling banyak dikenal. Selain itu, belakangain ini praktek suntik vitamin C menjamur di Indonesia, terutama di kota-kota besar. Hal ini dikarenakan animo masyarakat terhadap vitamin C cukup tinggi. Bukan hanya secara suntik, pemakaian vitamin C secara topical dan per-oral pun banyak sekali, dapat kita lihat dari banyaknya produk-produk kesehatan dan kecantikan yang

(21)

pula yang berbentuk krim. Dan mereka memasang wanita-wanita cantik berkulit halus dan puith untuk jadi bintang iklan produk mereka.

Mengkonsumsi vitamin C bukanlah sesuatu yang buruk . akan tetapi, tubuh memiliki kemampuan terbatas dalam menampung vitamin C, sehingga apabila penggunaan vitamin C tidak sesuai dengan dosis yang dianjurkan bahkan melebih akan menimbulkan beberapa efek samping yang cukup serius.

Masalah kesehatan ini tentunya dapat menyebabkan kerugian di berbagai aspek kehidupan, mulai aspek ekonomi, budaya, psikologi hingga masalah kesehatan.

Penulis menyadari betapa pentingnya pengetahuan dan pemahaman yang cukup mengenai vitamin C, untuk menghindari kasus-kasus yang dapat terjadi apabila masyarakat mengkonsumsi vitamin C melebihi batas yang dibutuhkan oleh tubuh. Ditambah lagi mayoritas pengguna produk dengan kandungan vitamin C adalah kalangan wanita yang bertujuan untuk mempercantik diri sendiri.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana tingkat pengetahuan mahasiswa pre klinik (2014/2015/2016/2017) fakultas kedokteran universitas hasanuddin mengenai peranan vitamin C bagi kesehatan kulit?

(22)

1.3 Tinjauan Penelitian 1.3.1 Tinjauan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa pre klinik tahun 2014, 2015, 2016, dan 2017 mengenai peranan vitamin C bagi kesehatan kulit baik penggunaan secara oral, topikal atau injeksi.

1.3.2 Tinjauan Khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa preklinik fakultas kedokteran Universitas Hasanuddin prodi pendidikan dokter mengenai peranan vitamin C secara umum bagi kesehatan kulit.

2. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa preklinik fakultas kedokteran Universitas Hasanuddin prodi pendidikan dokter mengenai peranan vitamin C oral bagi kesehatan kulit.

3. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa preklinik fakultas kedokteran Universitas Hasanuddin prodi pendidikan dokter mengenai peranan vitamin C topikal bagi kesehatan kulit.

4. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa preklinik fakultas kedokteran Universitas Hasanuddin prodi pendidikan dokter mengenai peranan vitamin C injeksi bagi kesehatan kulit.

(23)

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Peneliti

a. Sebagai pengalaman dalam melaksanakan karya ilmiah dan melatih kemampuan dalam melakukan penelitian di masyarakat.

b. Menambah pengetahuan akan peranan dan efek samping dari penggunaan vitamin C bagi kesehatan kulit manusia

1.4.2 Bagi Mahasiswa Terkait

a. Dapat megetahui peranan vitamin C bagi kesehatan kulit dan efek samping dari penggunaannya baik secara oral, topikal maupun injeksi.

b. Sebagai bahan pembelajaran untuk meningkatkan pengetahuan

1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan

a. Penelitian ini dapat menjadi sumber informasi atau bahan referensi dalam melakukan penelitian selanjutnya.

b. Penelitian ini dapat menjadi bahan bacaan bagi mahasiswa untuk meningkatkan pengetahuannya akan vitamin C.

(24)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan

2.1.1 Pengertian

Pengetahuan (Knowledge) adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhaap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya) pada waktu pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga) dan indera penglihatan (mata) (Notoatmodjo, 2007)

tin

2.1.2 Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Pengetahunan mencakup enam tingkat domain kognitif tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi, yaitu :

a. Tahu (know), merupakan tingkat pengetahuan paling rendah. Tahu artinya dapat mengingatatau mengingat kemali suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Ukuran bahwa seseorang itu tahu, adalah ia dapat menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan dan menyatakan (Notoatmodjo, 2007).

b. Memahami (comprehension), artinya kemampuan untuk menjelaskan dan menginterpretasikan dengan benar tentang objek yang diketahui.

(25)

Seseorang yang telah paham tentang sesuatu harus dapat menjelaskan.

Memberikan contoh dan menyimpulkan (Notoatmodjo, 2010).

c. Aplikasi (application), yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari dalam situasi dan kondisi nyata atau dapat menggubakan hokum-hukum, rumus, metode dalam situasi nyata (Notoatmodjo, 2010).

d. Analisis (analysis), artinya adalah kemampuan untuk menguraikan objek kedalam bagian-bagian kecil, tetapi masih dalam suatu struktur objek tersebut dan masih terkait satu sama lain. Ukuran kemampuan adalah ia dapat menggambarkan, membuat bagan, membedakan, memisahkan, membuat bagan proses (Notoatmodjo, 2010).

e. Sintesis (synthetic), yaitu suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada (Notoatmodjo, 2010).

f. Evaluasi (evaluation), evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian tersebut didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan atau menggunakan kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2010).

2.1.3 Cara memperoleh Pengetahuan

Menurut Notoadmojo (2011), ada beberapa cara untuk memperoleh pengetahuan, yaitu:

(26)

a. Cara coba- Salah (Trial and Error)

Cara coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan itu tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain, dan apabila kemungkinan kedua gagal maka dicoba dengan kemungkinan ketiga. Begitu seterusnya hingga ditemukan jawaban dari masalah.

b. Cara Kekuasaan atau Otoritas

Pengetahuan yang didapatkan berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan, baik dari tradisi (turun-temurun), otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli-ahli ilmu pengetahuan. Prinsip ini adalah, orang lain menerima pendapat yang dikemukakan oleh orang yang memiliki otoritas, tanpa terlebih dahulu menguji atau membuktikan kebenarannya, baik berdasarkan fakta empiris ataupun berdasarkan penalaran sendiri.

c. Berdasarkan Pengalaman Pribadi

Pengalaman adalah guru terbaik, demikian bunyi pepatah yang mengandung maksud bahwa pengalaman itu adalah sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh pengetahuan.

d. Melalui Jalan Pikiran

Sejalan dengan perkembangan umat manusia, cara berpikir umat manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dan memperoleh pengetahuannya. Dengan

(27)

kata lain, dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi.

e. Cara Modern dalam Memperoleh Pengetahuan

Cara baru dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut “metode penelitian ilmiah”, atau lebih popular disebut metodologi penelitian (Research Methodology).

2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Mubarok (2007):

1. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang pada orang lain terhadap sesuatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya jika seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan, informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan.

(28)

2. Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung.

3. Umur

Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan dan pada aspek fisik dan psikologis (mental). Pertumbuhan pada fisik secara garis besar ada empat kategori perubahan pertama, perubahan ukuran, kedua, perubahan proporsi, ketiga, hilangnya ciri-ciri lama, keempat, timbulnya ciri-ciri baru. Ini terjadi akibat pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis atau mental taraf berpikir semakin matang dan dewasa.

4. Minat

Minat sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.

5. Pengalaman

Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Ada kecenderungan pengalaman yang kurang baik seseorang akan berusahan untuk melupakan, namun jika pengalaman terhadap obyek tersebut menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan yang sangat

(29)

mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaannya, dan akhirnya dapat pula membentuk sikap positif dalam kehidupannya.

6. Kebudayaan lingkungan sekitar

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya untuk menjaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkin masyarakat sekitarnya mempunyai sikap untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan, karena lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap pribadi atau sikap seseorang.

7. Informasi

Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru.

2.1.5 Cara Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket, menyatakan isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden :

1. Pengetahuan baik = 76 – 100%

2. Pengetahuan cukup = 60 – 75%

3. Pengetahuan Kurang = < 60% (Arikunto, 2006)

(30)

2.2 Kesehatan Kulit

Kulit adalah organ tubuh yang paling besar dan paling kelihatan. Organ ini mempunyai beberapa fungsi penting, antara lain melindungi organ-organ dakan dan mengatur suhu tubuh. Selain itu kulit juga berperan sebagai indicator yang menunjukkan bagaimana fungsi-fungsi tubuh berjalan (Kanisius, 2009). Warna kulit manusia ditentukan oleh berbagai pigmen. Jenis pigmen yang berperan dalam penentuan warna kulit adalah karetoin (kuning-orange), melanin (coklat), oksihemogloblin (merah), dan haemoglobin bentuk reduksi (biru). Pigmen melanin mempunyai peran yang paling besar dalam mennetukan warna kulit seseorang (Soepadorman, 2007)

Kulit menjalankan fungsi perlindungan, yakni melindungi tubuh dari semua pengaruh lingkungan luar, termasuk perubahan suhu yang kestrem, dan melindungi tubuh terhadap organisme-organisme penyebab penyakit, misalnya bakteri pathogen dan infeksi-infeksi, angina, dan sinar ultraviolet matahari (Kanisius, 2009). Mekanisme perlindungan alami terhadap pajaran sinar matahari yaitu melanosit beradaptasi dengan meningkatkan jumlah dan perubahan fungsinya. Terjadi proses pencoklatan secara cepat dan lambat sebagai respon terhadap radiasi UV. UVA menimbulkan reaksi pigmentasi cepat dimana reaksi cepat ini merupakan foto oksidasi dari melanin yang terlah ada, melanin hasi radiasi UVA hanya tersebar pada stratum basar. Pada reaksi pigmentasi lambat yang disebabkan oleh UVB, melanosit mengalami proliferasi, terjadi sintesis dan redistribusi melanin dalam keratinosit sekitarnya ( Ajeng titi, 2013)

(31)

Beberapa hal yang dapat mempengaruhi kesehatan dan kecantikan dari kulit, antara lain adalah pola makan dan diet yang tidak benar, Kosmetika yang tidak cocok, penyakit kulit atau jamur, sinar matahari dan pulisu udara, hormone yang tidak seimbang seperti ketika haid, hamil, atau keadaan stress, dan juga kebiasaan tertentu seperti merokok atau minum minuman beralkohol. Faktor- faktor tersebut dapat menyebabkan kulit menjadi tidak sehat, terlihat kusam, tidak bercahaya, berjerawat, bahkan mengalami penuaan dini.

Ada bebarapa ciri-ciri kulit dikatakan sehat. Meski jenisnya berbeda setiap kulit yang sehat biasanya dapat ditandai dengan : (1) Memiliki kelembaban yang cukup; (2) Senantiasa kenyal dan kencang; (3) meanmpilkan kecerahan warna kulit yan sesungguhnya ; (4) Bersih dari noda, jerawat, penyakit kulit atau jamur segar dan bercaya ; dan (5) memiliki sedikit kerutan sesuai pada usianya (Kinkin S. Basuki, 2007)

Hal-hal yang harus diperhatikan untuk kesehatan kulit : (1) peranan gizi yang sangat penting bagi kulit, termasuk pula pertumbuhan rambut karena jumlah zat makanan yang kita makan harus sesuai dengan kebutuhan masing-masing, dengan melaksanakan menu yang baik dan seimbang sehingga kulit senantiasa selalu bersinar dan cerah; (2) Hindari stres/ketegangan yang dapat mempercepat penuaan dini pada kulit, meliputi ; pembersihan secara teratur, pemakaian pelindung matahari, pelembab yang sesuai dengan jenis kulit; dan (3) perawatan kesehatan kulit yang memerlukan tindakan medis seperti mengatas/mengurangi dan merehabilitasi kerusakan (kecacatan) akibat jerawat atau penyakit kulit yang dapat menganggu penampilan kulit dan juga atau mengenal penyakit kulit secara

(32)

dini, baik yang didapat akibat kosmetik atau lingkunan ataupun yang didapat secara alamiah dari tubuh (Dr.Nico A. lomenta, 2006)

2.3 Pengertian Vitamin

Vitamin merupakan nutrient organic yang dibutuhkan dalam jumlah kecil untuk berbagai fungsi biokimiawi dan yang umumnya tidak di sintesis oleh tubuh sehingga harus dipasok dari makanan. Berdasarkan kelarutannya, vitamin dibedakan atas dua, larut dalam air dan larut dalam lemak. Vitamin yang larut dalam lemak adalah vitamin A, D, E dan K. Sedangkan yang dapat larut dalam air adalah vitamin B dan C (Dorlan, 2006).

2.4 Vitamin C

Vitamin C (L-asam askorbat) merupakan antioksidan non enzimatik yang larut dalam air. Senyawa ini merupakan bagian dari system pertahanan tubuh terhadap senyawa oksigen reaktif dalam plasma sel yang pertama kali diisoloasi oleh Scent Gyorgyi pada tahun 1928 (Melisa V Kembuan, 2010). Senyawa ini berbentuk Kristal dan bubuk putih kekuningan yang stabil pada keadaan kering (Dewoto, 2007). Vitamin C bekerja sebagai suatu koenzim dan pada keadaan tertentu merupakan reduktor dan antioksidan. Asam askorbat adalah vitamin yang dapat larut dalam air dan sangat penting untuk biosintesis kolagen, karnitin dan berbagai neurotransmitter. Vitamin C merupakan vitamin yang disintesis glukosa dalam hati dari semua jenis mamalia, kecuali manusia. Manusia tidak memiliki enzim gulonolaktone oksidase, yang berperan penting dalam sintesis preknursor vitamin C, yaitu 2-keto-1-gulonolakto, sehingga manusia tidak dapat mensintesis

(33)

Penggunaan di dalam tubuh, vitamin C terdapat dalam darah (khususnya leukosit), korteks adrenal, kulit, dan tulang. Vitamin C akan diserap di saluran cerna melalui mekanisme transport akhir (Sherwood, 2000).

Kebutuhan vitamin C berdasarkan U.S RDA antara lain untuk pria dan wanita sebanyak 60 mg/hari, bayi sebanyak 35 mg/hari, ibu hamil sebanyak 70 mg/hari, dan ibu menyusui sebanyak 95 mg/hari. Kebutuhan vitamin C meningkat 300-500% pada penyakit infeksi, TB, tukak peptic, penyakit neoplasma, pasca beda atau trauma, hipertiroid, kehamilan, dan laktasi (Kamiensky, Koegh 2006).

2.5 Struktur Vitamin C

Vitamin C pertama kali ditemukan oleh Albert Szent-Gyorgyi, seorang ilmuwan berkebangsaan Hungaria yang memenangkan Noble Prize in Physiology or Medicine pada tahun 1937 atas karyanya dalam menemukan rumus bangun

vitamin C. Beliau berhasil menemukan vitamin C saat mengisolasinya dari paprika pada tahun 1930 (Douglas, 2001).

Nama vitamin C sendiri pertama kali diusulkan oleh J.C Drummond pada tahun 1920 untuk menamakan suatu senyawa yang dapat mencegah dan mengobati penyakit “scurvy” (Ika Wuri Mahdiasanti, 2016).

Berdasarkan nomenklatur internasional IUPAC (International Union Of Pure and Applied Chemistry) vitamin C mempunyai nama sistemin 2-oxo-L-

threo-hexono-1,4-lactone-2,3-enediol or ®-3,4-dihydroxy-5-((S)-1,2- dihydroxyethyl)furan-2(5H)-one (IUPAC, 2009).

Ascorbyl palmitate digunakan dalam preparat antioksidan komersial.

Semua bentuk komersial kecuali asam askorbat ascorbyl palmitate adalah larut

(34)

dalam air. L-asam askorbat dan asam lemak ester digunakan sebagai penambah makanan, antioksidan, penyesuai rasa, pengubah dan penyesuai warna adonan.

Ascorbyl palmitate telah digunakan untuk preparat antioksidan karena lebih tinggi kelarutannya dala lemaknya. Dalam makanan, pH mempengaruhi stabilitas asam askorbat (Rizky Suganda,2011).

Struktur Kimia Vitamin C

2.6 Metabolisme Vitamin C

Asam askorbat dalam makanan sudah tersedia dan mudah diserap oleh trasnpor aktif dalam usus. Sebagian besar (80-90%) akan diserap ketika di ambil hingga 100 mg/hari, sedangkan pada tingkat yang asupan lebih tinggi (500 mg/hari) efisiensi penyerapan asam askorbat menurun dengan cepat. Asam askorbat sensitif terhadap udara, cahaya, panas dan mudah dihancurkan oleh berkepanjangan penyimpanan dan atas pengolahan makanan (Rizky Suganda,2011).

Vitamin C bersifat hidrofilik lebih berperan menjadi proteksi sel di dalam sitosol dengan cara menurunkan semistabil radikal kromanoksi dan meregenasi

(35)

Metabolit utama asam askorbat adalam asam dehydroascorbic, 2,3- diketogulonic asam dan asam oksalat. Jalur utama eliminasi asam askorbat dan metabolit adalah melalui urin. Asam askorbat akan diekskresikan tidak berubah ketika dosis tinggi asam askorbat dikonsumsi. Umumnya, asam askorbat tidak beracun namun pada keadaan dosis tinggi (2-6 g/hari) dapat menyebabkan gangguan pencernaan atau diare dimana efek sampingnya biasanya tidak serius dan dapat dengan mudah dibalik dengan mengurangi asupan asam askorbat (Rizky Suganda,2011).

2.7 Peranan Vitamin C

Vitamin C adalah vitamin yang paling sederhana, mudah berubah akibat oksidasi tetapi amat berguna bagi manusia. Ada beberapa manfaat vitamin C untuk kulit yang telah diketahui sampai saat ini, yaitu :

2.7.1 Vitamin C sebagai Antioksidan

Peranan vitamin C sebagai anti oksidan saat ini banyak di teliti. Asam askorbat dikatakan sebagai antioksidan dengan cara menetralisir spesies oksigen reaktif. Pada kulit manusia, vitamin C akan bergabung dengan suatu kompleks enizm-enzim dan antioksidan lain untuk melindungi kulit dari Reactive oxygen species(ROS). Ketika kulit terpapar sinar UV dari matahari, akan terbentuk ROS

yang terdiri dari ion superoksida, peroksida, dan oksigen single. Senyawa- senyawa tersebut merupakan radikal bebas uang dapat merusak sel-sel tubuh.

Maka dari itu, vitamin C akan melindungi kulit dari keadaan stress oksidatif yang

(36)

dihasilkan ROS dengan cara mengirimkan elektrol pada mereka sehingga radikal bebas tersebut kembali netral (Telang, 2013)

Efek antioksidan vitamin C sangat besar pada konsentrasi vitamin yang rendah, pada kondisi tersebut reaksi yang predominan adalah reaksi pemutus.

Pada konsentrasi tinggi, vitamin C menghambat secara signifikan reaksi rantai yang berlanjut antara asam askorbil dan molekul oksigen (Enodewati, 2009).

Vitamin C juga merupakan suatu donor elektron dan agen perduksi.

Dikatakan anti oksidan, karena dengan mendonorkan elektronnya, vitamin ini mencegah senyawa-senyawa lain agar tidak teroksidasi. Walaupun demikian, vitamin C sendiri akan teroksidasi dalam proses antioksidan tersebut, sehingga menghasilkan asam dehidroaskorbat (Padayatty, 2003).

Di samping itu vitamin C dapat mengaktifkan anti oksidan lain seperti vitamin E melalu pengaktifan kembali alpha-tokoferoldari radikal lipofilik secara langsung, asma askorbat dapat bekerja secara sinergis dengan vitamin E untuk menghancurkan radikal perosil lemak (Lin YJ, 2003).

2.7.2 Vitamin C dan pembentukan kolagen

Kolagen merupakan komponen utama matriks seluler dermis manusia, serabut kolagen di bentuk oleh fibroblast, mengandung ikatan yang memiliki hidroksiprolin dan hidrok silisin. kolagen tidak dapat larut dalam air, tetapi mudah dicerna dan mudah larut dalam basa (Dorland, 2000). Seperti halnya protein lain, kolagen juga mengandung rantai polipeptida. Ketika seseorang terluka, perekat kolagen (collagen glues) melekatkan jaringan yang terpisah agar bersatu, menjadi

(37)

L-asam askorbat penting untuk sintesis kolagen, yang merupakan kofaktor untuk enzim prolil dan lisis hidrosilase yang berguna untuk kestabilan dan reaksi silang intermolekuler di samping sebagai regulasi transkripsi kolagen tersebut.

Proses sintesis kolagen dimuali dengan reaksi hidroksialsi, dimana reaksi ini terjadi dalam tiga tahap, yaitu : (1) suatu struktur tiga dimensi terbentuk, dengan asam amino prolil dan glisi sebagai komponen utamanya. Struktur tiga dimensi ini belum menjadi kolagen, tetapi masih brupa prekursornya yaitu prokolagen.

Karena vitamin C dibutuhkan pada proses ini, maka vitamin C ikut berperan dalam proses pembentukan rantai peptide menjadi prokolagen. (2) Proses konversi ini membutuhkan ion hidroksida (OH-) untuk beraksi dengan hydrogen (H+). (3) Reaksi katalisis dimana reaksi hidroksilasi ini dikatalisis oleh enzim prolyl-4- hidroksilase and lilil hidroksilase (Padayatty, 2003).

Asam askorbat juga dapat meningkatkan laju transkripsi gen prokolagen dan menstabilkan m RNA prokolagen. Gangguan sistesis kolagen terjadi pada pasien skorbut. Hal ini tampak pada kesulitan dalam penyembuhan luka, gangguan pembentukan gigi, dan pecahnya kapiler akibat adhesi sel-sel endotel yang kurang baik dan mungkin juga karena gangguan pada jaringan ikat perikapiler sehingga kapiler udah pecah oleh penekanan (Kamiensky, Keogh 2006; Dewoto 2007).

Tanpa asam askorbat, maka serabut kolagen yang terbentuk di sebuah jaringan tubuh menjadi cacat dan lemah. Oleh sebab itu, vitamin ini penting untuk pertumbuhan dan kekurangan serabut di jaringan subkutan, kartilago, dan gigi (Guyton, 2007)

(38)

2.7.3 Vitamin C sebagai anti-aging (fotoproteksi)

Vitamin C juga terkenal dengan fungsinya sebagai pencegah penuaan. L- asam askorbat akan menghambat biosintesis elastin yang berperan pada penuaan kulit, memperbaiki struktur anatomis kulit dan meningkatkan jumlah nutrisi di kapiler sehingga bisa memiliki efek anti-aging yang sangat baik (Sauermann et al., 2004).

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa vitamin C berperan dalam pembentukan kolagen baik pada kulit yang masih muda maupun pada orang tua. Karena itulah vitamin C bisa mencegah timbulnya keriput sebagai tanda penuaan, yang disebabkan oleh kurangnya serabut kolagen di kulit. Vitamin C bila dikonsumsi secara teratur dapat melindungi kulit dari proses oksidasi ataupun sengatan sinar UV yaitu UVA, yang merupakan penyebab penuaan kulit bahkan bungkin pembentukan melanoma. Karena paparan kulit terhadap sinar UV akan menghasilkan ROS dan menyebabkan keadaan stress oksidatif, hal inilah yang menyebabkan sinar UV dikenal sebgaia Photoaging. Perlu diketahui, bahwa vitamin C efeketif untuk menangkal kedua jenis UV, yaitu UVA dan UVB. UVA akan menyerang lapisan dermis atau kulit yang lebih dalam, sedangkan UVB akan menyerang lapisan kulit epidermis (kulit terluar). UVA bisa bermutasi dan meruak kolagen, elastin, proteoglikan, dan struktur lapisan dermal lainnya sehingga menyebabkan photoaging dan pembentukan melanoma (bintik-bintik hitam pada wajah. Sedangkan UVB bisa menyebabkan sunburn (luka bakar akibat matahari), ROS, mutasi epidermal, dan kanker kulit (Farris, 2005 ; Telang, 2013).

Pada dasarnya, ada tiga derajat kerusakan kulit dan penuaan kulit termasuk

(39)

1. Kerusakan minimal. Kerusakan minimal berupa garus-garus halus di sekitar mata dan mulut tanpa pipi yang melorot, dan kerutan yang merupakan garis rambut secara mendalam.

2. Kerusakan sedang. Kerusakan yang muncul sebagai lebih dalam dan lebih panjang serta deretan garis di sekitar mata, dengan lebih jelas di lipatan nasolabial dan aksentuasi dari lipatan labiomental, dan juga perubahan- perubahan pigmentasi sebagai bintik-bintin berwarna di sana-sini, pipi mengendur dan kering yang keriput.

3. Kerusakan berat. Digambarkan dengan sangat dalam dan keriput panjang di mana-mana pada wajah, banyak yang mengendur, perubahan warna dari semua jenis dan gangguan pigmentasi, mata mulai tenggelam, lipatan nasolabial yang dalam dan keriput labiomental, dan juga leher kakun.

Sunscreen bisa melindungi kemerahan dan kanker kulit akibat sinar UV

bila dipergunakan dengan benar, namun ia hanya bias mencegah 55% saja dari pembentukan radikal bebas akibat paparan UV. Karena itu, diperlukan antioksidan topical, seperti vitamin C yang berfungsi untuk menghilangkan efek radikal bebas akibat UV untuk digunakan bersama dengan sunscreen yang membantu menyerap sinar UV itu sendiri (Telang, 2013).

2.7.4 Vitamin C sebagai agen depigmentasi

Vitamin C dapat memutus rantai pembentukan melanosit yaitu sel pigmen gelap di kulit. Hal ini menyebabkan vitamin C bisa digunakan untuk membantu mencerahkan kulit. Namun, vitamin C adalah senyawa yang sangat tidak stabil, sehingga sering dikombinasikan dengan agen depigmentasi lainnya seperti kedelai

(40)

dan liquorice untuk mencerahkan yang lebih baik. Namun, ketika memilih agen depigmentasi, penting bagi kita untuk membedakan antara zat yang bersifat racun terhadap melanosit dan juga yang mengganggu dalam proses melanogenesis. L- asam askorbat akan mengurangi pembentukan pigmen pada kulit dengan menghambat tirosinase. Dimana tirosinase adalah enzim yang berperan penting dalam proses pembentukan pigmen. Vitamin C atau asam askorbat berperan mengubah melanin bentuk teroksidasi yang berwarna gelap menjadi melanin bentuk tereduksi yang berwarna lebih pucat, serta mencegah pembentukan melanin dengan menghambat pembentukan dopa menjadi dopa kuinon. Dengan demikian kulit akan menjadi lebih cerah baik pada kulit normal maupun yang dengan gangguan pigmentasi (hiperpigmentasi) (Telang, 2013)

2.7.5 Vitamin C sebagai anti inflamasi

Vitamin C dapat menghambat pembentukan Nuklir Transkripsi Faktor Kappa B (NFkB) yang berasal dari keadaan stress oksidatif. Dimana NFkB adalah zat yang bertanggung jawab dalam aktifasi sejumlah sitokin pro-inflamasi seperti TNF-alfa, IL-1, IL-6, dan IL-8. Maka dari itu, peranan anti inflamasi yang dimiliki oleh vitamin C potensial dan dapat digunakan dalam kondisi seperti Acne Vulgaris dan Rosacea. Selain itu, vitamin C juga dapat mempercepat penyembuhan luka dan mencegah hiperpigmentasi pasca inflamasi yaitu penggelapan kulit yang muncul setelah terjadinya proses radang (Telang, 2013).

Selain itu pemberian vitamin C secara topikal juga dapat mencerahkan hiperpigmentasi yang sudah terlanjur muncul (Farris, 2005).

(41)

2.8 Sumber Vitamin C

Berdasarkan pemaparan peranan vitamin C bagi tubuh terutama kulit, maka perlu diketahui juga sumber-sumber yang mengandung vitamin C. Hal ini didukung juga dengan ketidakmampuan tubuh mensistesis vitamin C. Pada zaman ini, vitamin C semakin mudah untuk kita dapatkan. Bukan hanya sumber alami, bahkan sudah banyak sumber Vitamin C buatan, atau yang dimaksud adalah produk produk yang mengandung kadar vitamin C.

2.8.1 Sumber Vitamin C alami

Vitamin C alami terdapat pada buah-buahan dan sayur-sayuran. Berikut adalah daftar buah-buahan dan sayur-sayuran yang mengandung vitamin C.

Tabel 2.1 Nilai Vitamin C berbagai bahan makanan (Sumber: Daftar Analisis Bahan Makanan, FKUI, 1992)

Bahan Makanan Mg Bahan Makanan Mg

Daun singkong 275 Jambu monyet 197

Daun katuk 200 Gandaria 110

Daun melinjo 150 Jambu biji 95

Daun papaya 140 Papaya 78

Sawi 102 Manga muda 65

Kol 50 Manga masak 41

Kembang kol 65 Durian 53

Bayam 60 Kedondong 50

Kemangi 50 Jeruk manis 49

Tomat 40 Jeruk nipis 27

(42)

kangkung 30 Nanas 24

2.8.2 Sumber Vitamin C buatan

Vitamin C buatan terdapat dalam berbagai preparat, baik dalam bentuk tablet dan cairan yang mengandung 20-1500 mg maupun dalam bentuk larutan.

Penggunaan nya dapat digunakan secara oral, topikal, dan injeksi. Untuk suntikan (injeksi) terdapat vitamin C 100-500 mg. sedangkan dalam bentuk tablet berisi 500 mg dan dalam bentuk cairan berisi 1000 mg (Goodman & Gilman, 2008).

2.8.2.1 Vitamin C oral

Asupan harian vitamin C dalam makanan maupun suplemen baik dalam bentuk tablet atau cairan mengandung 50-1500 mg. Dalam bentuk tablet biasa berisi 500 mg dan dalam cairan berisi 1000 mg (Goodman & Gilman, 200)

Dalam hal kecantikan kulit, dibutuhkan dosis yang tinggi, dikarenakan agar sampai ke kulit vitamin C harus melalui saluran cerna untuk di absorbsi, kemudian didistribusi ke seluruh tubuh dan pembuluh darah. Vitamin C oral atau sediaan makanan diserap usus dan masuk ke dalam peredaran darah, terutama melalui usus kecil dalam beberapa jam setelah makan. Kadar vitamin C dalam darah hanya sebentar naik karena zat ini segera diambil jaringan dan setiap ada kelebihan akan segera dikeluarkan melalui ginjal (Suhardjo dan Kusharto, 1989).

Vitamin C sediaan oral kadar vitamin C dalam alirah darah akan berkurang karena melalui proses metabolism system pencernaan. Pada penggunaan oral,

(43)

bagian atas usus halus masuk ke peredaran darah melalui vena porta. Rata-rata penyerapan adalah 90% untuk konsumsi 20 sampai 120 mg sehari. Konsumsi tinggi sampai 12 gram (sebagai pil) hanya diserap sebayak 16%. Vitamin C kemudian dibawa ke semua jaringan termasuk kulit, konsentrasi tertinggi ada di dalam jairngan adrenal, pituitary dan retina (Almatsier, 2003).

Maka untuk memperoleh efek kecantikan kulit dibutuhkan vitamin C sekitar 1000 mg. sehingga penggunaan Vitamin C oral biasa dihubungkan dengan penurunan resiko kanker, penyakir kardiovaskuler, katarak, penyembuhan luka dan modulasi imunitas (Bauman, 2002).

Berikut adalah bentuk sediaan suplemen yang tersebar di masyarakat (Jordy, 2015) :

a. Vitacimin

Tiap tablet VITACIMIN mengandung

 Acidum Ascorbicum (vitamin C) = 250 mg

 Natrii Ascorbas (sesuai dengan Acidum Ascorbicum 250 mg)

= 281,25 mg

 Pemanis (gula murni, sakarin dan siklamat), pengisi aroma,

pewarna (FDC No.5) b. Ester C

Holisticare Ester C Tablet mengandung Ester-C 320 mg, Kalsium 32 mg, Citrus Bioflavonoid 100 mg.

c. Vitalong C

Tiap kapsil mengandung Ascidum ascorbicum 500 mg dalam bentuk lepas berkala

(44)

d. Redoxon

Tiap tablet Redoxon mengandung = (%AKG)

 Vitamin C = 1000 mg(1111%)

 Zinc = 10 mg (83%)

 Bahan tambahan =

o Pemanis buatan = Aspartame, Isomalt dan Acesulfame potassium.

o Perasa buatan Orange Flavour Ultraseal 97363-51 dan Tangerine flavor Per-maseal PHS-458830

e. CDR

Setiap tablet effervescent CDR mengandung = (%AKG)

 Kalsium (dalam bentuk kalsium karbonat 625 mg) = 250 mg (31,25%)

 Vitamin C = 1000 mg (1111%)

 Vitamin D = 300 IU (75%)

 Bahan tambahan = perasa orange permaseal, orange mandarin

f. YOU C 1000

Komposisi : Natrium klorida, fruktosa, gula, jus jeruk segar 7,2 gram, vitamin c, sodium klorida, kalsium laktat, magnesium klorida, potassium fosfat, bahan perasa, beta karotin dan pengantur keasaman dan air hingga 500 ml.

(45)

2.8.2.2 Vitamin C topikal

Vitamin C topikal tersedia di pasaran sebagai produk-produk kecantikan seperti krim, serum dan patch transdermal. Dari ketiga nya, hanya serum yang mengandung vitamin C yang aktif dalam bentuk hampir tidak berwarna. Hal ini tidak stabil dan saat terkena cahaya akan teroksidasi untuk dehidro asam askorbat (DHAA) sehingga berubah menjadi warna kuning. Stabilitas dari vitamin C dikendalikan dengan mempertahankan pH kurang dari 3,5. Karna pada pH 3,5 ini, muatan ion pada molekul akan terhapus dan ditransport dengan baik menuju stratum korneum. (Telang, 2013).

Serum vitamin C topical sendiri rata-rata merupakan serum berbasis vitamin yang sama namun dalam ukuran molekul yang jauh lebih mikro untuk membantu kemudahan penyerapannya dengan cara dioleskan (Ajeng titi, 2013).

Penggunaan vitamin C topikal biasa dugunakan untuk mencegah kerusakan karena radiasi ultra violet, terapi melasma, strie alba dan eritem post operatif laser. Beberapa penelitian terhadap tikus memperlihatkan pemakaian vitamin C topikal dapat menurunkan sel sunburn, eritema dan fotokarsinogenesis (Fitra Deny, Sri Lestari KS, Zainal Hakim, 2006)

Dari sudut pandang klinis, penting untuk diketahui bahwa khasiat vitamin C serum sebanding dengan konsentrasinya tetapi hanya sampai pada konsetrasi 20%. Penggunaan vitamin yang teratur dengan jumlah yang memadai sangat penting untuk bisa mendapatkan fotoproteksi yang baik. Hal ini bisa didapatkan dengan penggunaan setiap 8 jam. Paparan terhadap sinar UV bisa mengurangi ketersediaan vitamin C di kulit. Karena ia seharusnya dipergunakan setelah

(46)

terpapar oleh UV, bukan sebelumnya, vitamin C juga mungkin perlu digunakan bersama-sama dengan sunscreen yang bisa menyerap sinar UV (Telang, 2013).

Sebuah studi tahun 2003 oleh University of Franche-Comte di Perancis dan diterbitkan di Perpustakaan Nasional of Medicine AS dilakukan dalam rangka untuk menentukan dampak dari solusi pencerah kulit, salah satu keuntungan menggunakan vitamin C dalam bentuk serum topikal adalah bahwa lapisan dermis kulit wajah mampu memperlihatkan reaksi spontan dari vitamin C topikal hingga 72 jam setelah aplikasi. Tekstur dan nada kulit dapat menunjukkan perbaikan terlihat hanya setelah beberapa hari (Ajeng titi, 2013).

Perlu diketahui, bahwa tidak semua krim dan serum vitamin C yang ada di pasaran memiliki derifat vitamin C yang efektif, bahkan beberapa diantaranya tidak bisa diubah menjadi bentuk aktif sehingga tidak memiliki manfaat untuk kulit. Karena kebanyakan produk kosmetik menggunakan L-asam askorbat dengan konsentrasi 5%. Bentuk yang paling stabil adalah magnesium asorbyl phosphate (MAP), karena molekul ini mudah diserap kulit serta memiliki efek hidrasi sehingga bisa menjaga kelembaban kulit. Derifat lain yang juga stabil adalah Ascorbyl 6 palmiatate, disodium isostearyl 2-0 L-ascorbyl phosphate, ascorbic acid sulfate, dan tetraisopalmitoyl ascorbic acid (Telang, 2013).

Ketika akan dilakukan aplikasi vitamin C serum, pengguna harus menyadari bahwa semua produk tidak diciptakan sama. Agar serum menjadi efektif, beberapa faktor yang terlibat karena khasiat serum tergantung dari tingkat keasaman perumusannya. Hal ini menjadi dasar rekomendasi bahwa pH kulit wajah harus sekitar 3.5 atau kurang. Agar efektif, solusinya harus mengandung

(47)

setidaknya 10% konsentrasi vitamin C, dengan konsentrasi 20% ideal ddengan dosis 2-3 tetes (1 tetes = 0,3 – 0,5 ml) (Ajeng titi, 2013).

Berdasarkan kelarutannya, walaupun secara mendasar vitamin C merupakan vitamin yang larut dalam air, serum-serum yang menggunakan vitamin C dosis tinggi ini ada yang bersifat larut dalam air (L-ascorbic acid) ataupn Ascorbil palmitate yang larut dalam minyak. Pemilihannya tentu harus disesuaikan dengan kebutuhan pengguna yang bersangkutan. Selain itu penyimpanan dan pengemasannya termasuk pemilihan. Botol yang berwarna gelap menjadi factor yang sangat penting karena meski berukuran mikro dan cukup stabil sebagai bahan aktifnya, derivate-derivat vitamin C ini juga akan dapat tergradasi oleh keadaan lingkungan yang ekstrim (Ajeng titi, 2013).

Namun, dikarenakan pHnya asam dan konsentrasi tinggi, vitamin C topikal dapat menyebabkan rasa menyengat ringan pada aplikasi pertama.

Keluhan ini akan hilang sendiri pada pemakaian yang terus-menerus. Sedangkan alergi terhadap vitamin C jarang (Baumann, 2002).

Selain itu untuk seseorang yang memiliki kulit sensitive, diharapkan dilakukan pengujian pada area kecil dari kulit dengan vitamin C serum sebelum mengaplikasikannya secara bebas karena dapat menyebabkan efek samping yang paling umumnya adalah rasa menyengat.(Anonim, 2013). Cara pemakaiannya sendiri harus benar-benar diperhatikan seperti sebaiknya membersihkan wajah dulu untuk kemudahan penyerapannya, dan penggunaannya juga cukup beberapa tetes (untuk serum) untuk selanjutnya dioleskan merata hanya pada kulit (Ajeng titi, 2013).

(48)

2.8.2.3 Vitamin C Injeksi

Selain penggunaan oral dan topikal, vitamin C juga tersedia dalam sediaan injeksi atau suntikan. Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi, atau serbuk yang dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu digunakan secara perenteral dengan cara menembus atau merobek jaringan ke dalam atau melalui kulit atau selaput lendir. Tujuan pemberian injeksi pada umumnya untuk mempercepat proses penyerapan (absorbsi) dan distribusi obat, sehingga diharapkan akan mendapatkan efek obat yang cepat (Groves, M. 1988)

Sediaan larutan injeksi memiliki penyaratan seperti harus aman, jernih, isohidris, isotonis, tidak berwarna, steril dan bebas dari pirogen. Sediaan injeksi harus isotonis dikarenakan apabila hipertonis saat injeksi disuntikkan, cairan di dalam sel ditarik keluar dari sel sehingga sel akan mengkerut, sednagkan apabila larutan hipotonis disuntikkan maka air dari larutan injeksi akan diserap dan masuk ke dalam sel yang mengakibatkan sel akan lisis (Lukas, 2011).

Kelebihan dari penggunaan injeksi selain memiliki onset kerja yang cepat, efek dari obat diramalkan dengan pasti. Selain itu biovailabilitas sempurna atau hampir sempurna. Penggunaan injeksi juga dapat diberikan kepada penderita sakit keras atau yang sedang dalam keadaan koma, selain itu resiko kerusakan obat dalam tractus gastrointestinal dapat dihindari (Anief, 2001). Kelebihan dari injeksi vitamin C dalam bentuk Laroscorbine ini dibanding secara topikal atau oral yaitu penyerapan vitamin C lebih baik karena langsung mengikuti peredaran darah, namun, ia juga mudah hilang dalam proses metabolisem tubuh (Ajeng titi, 2013).

Penyuntikan dapat dilakukan secara intradermal, intramuskular, intravena,

(49)

injeksi lambat dan dibatasi dengan efek sistemik yang dapat dibandingkan karena absorbsinya terbatas, maka penggunaannya biasa untuk aksi lokal dalam kulit untuk obat yang sensitif atau untuk menentukan sensitivitas terhadap mikroorganisme. Pada suntikan intramuskular, kecepatan aksi onset sedikit lebih normal dibandingkan intravena, tetapi lebih besar dibandingkan subkutan. Pada suntikan intravena, dimana ketika tidak ada absorbsi, puncak konsentrasi dalam darah terjadi dengan segera sehingga efek yang diinginkan dari obat diperoleh hampir sekejap. Pada suntikan subkutan atau injeksi hipodermik diberikan di bawah kulit. Parenteral diberikan dengan rute ini mempunyai perbandingan aksi onset lambat dengan absorbsi sedikit daripada yang diberikan dengan IV atau IM.

Dan penyuntikan intrakutan dimana injeksi yang dimasukkan secara langsung ke dalam epidermis di bawah stratum corneum digunakan untuk memberi volume kecil (0,1-0,5 ml) bahan-bahan diagnostik atau vaksin (Anonim, 1979)

Penggunaan vitamin C secara injeksi secara signifikan dapat memperlihatkan peningkatan tingkat kecerahan kulit wajah. Asam L-askorbat diketahui menghambat pembentukan melanin dan mengurangi oksidasi melanin.

Tetapi dikarenakan asam L-askorbat tidak mudah untuk masuk ke dalam kulit, pada sediaan injeksi di gunakan untuk memudahkan masuknya vitamin C dalam aliran darah dan mengalir ke seluruh tubuh tanpa mengurangi kegunaannya sebagai agen pencerah kulit dan fototerapi (T. Hakozaki, et al., 2010).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Padayatty SJ dkk menemukan bahwa puncak konsentrasi vitamin C plasma lebih tinggi setelah pemberian secara intravena dibandingkan pemberian oral. Untuk dosis oral maksimum yang dapat ditoleransi setaip 4 jam yaitu 3 gram, namun untuk intravena adalah 50 gram.

(50)

Tingkat prediksi konsentrasi urin dari vitamin c dari pemberian intravena adalah 140 kali lipat lebih tinggi daripada dosis oral (MaHTAS, 2012)

Sebelumnya tidak ada persetujuan USFDA untuk penggunaan injeksi vitamin C sebagai kosmetik terutama untuk anti penuaan, agen pemutih dan anti keriput. Namun pada tahun 2010, berdasarkan survei yang dilakukan Padayatty SJ dkk, dari total 199 hasil, hanya 59 melaporkan bahwa setelah melakukan injeksi pasien merasakan kelesuan dan kelelahan, dan seorang dokter mencatat trdapat perubahan status mental pada 20 pasiennya, namun tidak memberikan rincian lengkapnya. Efek samping yang paling banyak dilaporkan oleh dokter berdasarkan hasil survei tersebut yaitu kelesuan dan kelelahan, iritasi pembuluh darah, dan mual muntah (MaHTAS, 2012).

Saat ini penggunaan vitamin injeksi untuk mencerahkan atau memutihkan kulit sudah banyak dilakukan di rumah-rumah kecantikan atau oleh dokter kulit, dosis yang digunakan berkisar antara 1000-4000 mg/sekali suntik, sedangkan dosis vitamin C yang diperlukan untuk menjaga kesehatan tubuh hanya berkisar 50-75 mg/hari. Vitamin C berlebih dalam suntik vitamin tidak hanya berkerja pada kulit saja, tetapi untuk seluruh tubuh, ini berarti organ-organ lain seperti lambung, hati dan ginjal pun akan terkena dampak dari kelebihan vitamin C ini (Aguirre, May, 2008).

Namun, sediaan injeksi juga memiliki kelemahan. Seperti, pasien akan merasakan rasa nyeri ketika dilakukan penyuntikan. Kemudian akan memberikan efek psikologis pada penderita yang takut disuntik. Kekeliruan pemberian obat atau dosis hampir tidak mungkin diperbaiki, terutama ketika sesudah pemberian

(51)

intravena. Dan juga obat hanya dapat diberikan kepada penderita dirumah sakit, atau ditempat praktik dokter dan perawat yang berkompeten (Anief, 2001).

Selain itu, untuk penggunaan injeksi vitamin C sebaiknya didahului dengan pemeriksaan laboratorium seperti pemeriksaan darah guna melihat fungsi hati, pemeriksaan urin guna melihat fungsi ginjal dan memberikan kestioner untuk mengeliminasi adanya riwayat alergi (Ajeng titi, 2013).

2.9. Efek Samping dan Overdosis Vitamin C 2.9.1 Efek Samping Vitamin C

Pemberian vitamin C pada keadaan normal tidak terlalu menunjukan efek samping yang jelas. Tetapi pada keadaan defisiensi pemberian vitamin akan menghilangkan gejala penyakit dengan cepat, efek samping penggunaan vitamin C sebelum makan adalah rasa nyeri pada epigastrium (Goodman & Gilman, 2006).

Tanda dan gejala pada dewasa adalah mual, muntah, diare, muka memerah, pusing, lemah, dan gangguan tidur. Reaksi toksik yang utama pada bayi baru lahir (Infant) adalah ruam kulit (WHO, 2007)

Keracunan besi juga termasuk efek samping dari penggunaan vitamin C.

Karena vitamin C dapat meningkatkan absorbsi besi seperti pada orang dengan penyakit gangguan kelebihan besi. Pada penderita defisiensi glucose-6-phospate dehydrogenase (G6PD), dapat menyebakan keadaan anemia hemolitik setelah

mengkonsumsi zat pengoksidasi tertentu (Cook, 2001).

(52)

Selama puluha tahun, vitamin C dosis tinggi dapat menstimulasi pembentukan oxalate dan meningkatkan absorbs konsumsi oxalate, yang memungkinkan mengakibatkan batu ginjal (Massey, 2005).

Selama kehamilan bulan pertama, vitamin C dosis tinggi dapat meningkatkan produksi progesterone dari corpus luteum. Karena dapat memblok fungsi tersebut, vitamin C dosis tinggi secara teori dapat mengakibatkan keguguran (Ovcharov, 1974).

2.9.2 Overdosis Vitamin C

Overdosis vitamin C (>1000 mg/hari) dapat menimbulkan efek toksik yang serius, yaitu batu ginjal, hiperoksaluria, diare yang berlangsung terus menerus (severe diarrhea), iritas mukosa saluran cerna. Untuk mengatasinya, penderitanya cukup meminum air yang banyak agar vitamin C yang dikonsumsinya segera dilarutkan oleh air dan diekskresikan melalui urine, keringan, dan feses (Fernandes, 2006). Dosis toksi vitamin C baru tercapai bila diberikan 100-200 kali lipat dari sosi yang disarankan. Karenanya vitamin C ini memiliki profil keamanan yang sangat tinggi (Telang, 2013)

FAO/WHO (2002) dalam Warner, 2007 menyatakan bahwa kelebihan vitamin C dapat berefek pada sistem saluran kemih, akan tetapi mekanisme yang mendasari hal ini belum dipahami dengan baik. Selain itu, konsumsi vitamin C secara berlebihan pada orang yang berolahraga tidak disarankan (Peake, 2003).

(53)

2.10 Kerangka Teori

VITAMIN

VITAMIN C

STRUKTUR METABOLISME

PERANAN SUMBER

- Sebagai antioksidan - Pembentukan

kolagen - Anti-Aging - Agen

depigmentasi - Anti Inflamasi

ALAMI BUATAN

- ORAL - TOPIKAL - INJEKSI

(54)

BAB 3

KERANGKA KONSEP 4.1 Kerangka Konsep Penelitian

Keterangan : Variabel Dependen Variabel Independen

Gambar 3. 1 Skema Variabel Dependen dn Variabel Independen

4.2 Definisi Operasional 1. Angkatan

Definisi : Pengelompokan yang didasarkan pada masa tertentu Alat ukur : Kuesioner

Cara ukur : Mengisi kuesioner angkatan responden

TINGKAT PENGETAHUAN

MAHASISWA PRE-KLINIK

Pengetahuan tentang Peranan vitamin C bagi kesehatan kulit

 Pengertian vitamin C

 Peranan vitamin C

 Kesehatan kulit

 Sediaan vitamin c

 Efek samping

Penggunaan vitamin C - Angkatan

- Jenis kelamin

Referensi

Dokumen terkait

Dalam lima tahun terakhir (2011-2015) belum ada studi yang mencoba mengidentifikasi skripsi para mahasiswa program studi Pendidikan Seni Rupa dari aspek jenis

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar pendidikan kewarganegaraan pada materi sistem pemerintahan pusat dengan menggunakan kombinasi model

Bab IV, ngadeskripsikeun ngeunaan timuan jeung pedaran hasil panalungtikan, nu eusina medar semantik formal tina paribasa Sunda, semantik formal tina paribasa

Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa Prodi Bahasa Jepang dengan jumlah sampel sebanyak 13 orang baik laki-laki maupun perempuan.Teknik pengumpulan data yang

PPS Desa Kedungjambangan dalam rangka Pemilu Anggota DPR, DPD, DPRD PPS Desa Kedungjambangan dalam rangka Pemilu Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kab/Kota Tahun 2014.

Masjid Jami Nurul Farah Masjid Al-Islam RS-PELNI Masjid Al-kheir SDN 01,03 petamburan Pos Forkabi 1.. JAKARTA TIMUR Pos FPI. Rusun Petamburan

Hasil penelitian selama 21 hari terakhir sebelum dipanen, terhadap konsumsi pakan, pertambahan berat badan dan konversi pakan menunjukkan adanya perbedaan antar perlakuan,

Kerangka konseptual dengan mengembangkan model TAM yang dikemukakan Davis (1989), dengan menggabungkan Model Teorotis aspek perilaku dalam teknologi informasi, yaitu kemudahan