• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Persalinan adalah kejadian fisiologis normal untuk melahirkan bayi. Sectio caesarea merupakan tindakan mengeluarkan bayi melalui insisi pada dinding abdomen dan uterus untuk menyelamatkan ibu dan bayi atas beberapa indikasi medis seperti gawat janin, persalinan lama, plasenta previa, mal presentase janin atau letak litang, panggul sempit, prolaps tali pusat dan preeklamsi. Kasus persalinan dengan sectio caesarea semakin banyak dilakukan dan semakin tinggi tingkat keberhasilannya (Sulfianti et al., 2020)

Faktor yang berhubungan dengan terjadinya persalinan secara sectio caesarea dengan indikasi medis dibagi menjadi indikasi medis pada ibu dan indikasi medis pada janin. Indikasi medis persalinan secara sectio caesarea pada ibu antara lain: kehamilan pada ibu usia lanjut, preeklamsia dan eklamsia. Indikasi medis persalinan secara sectio caesarea pada janin antara lain janin lebih dari satu (kehamilan gemelli), ukuran janin besar, adanya gawat janin, kelainan letak janin, plasenta previa, serta malpresentasi janin (Setia & Arifin, 2021)

Preeklamsia merupakan salah satu indikasi dilakukannya tindakan Sectio Caesarea.

Dimana Sectio Caesarea merupakan suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh dan berat janin diatas 500 gram. Preeklampsia adalah hipertensi pada usia kehamilan 20 minggu atau setelah persalinan dengan tekanan darah ≥ 140/90 mmHg yang di lakukan pengukuran 2 kali selang 4 jam di sertai dengan proteinuria 300 mg protein dalam urin selama 24 jam. Preeklampsia dapat bermula pada masa antenatal, intrapartum, atau postpartum. Preeklampsia dibagi menjadi preeklampsia ringan dan preeklampsia berat.

Preeklampsia termasuk dalam triad of mortality, yaitu selain perdarahan dan infeksi. Tetapi untuk mendeteksi preeklampsia dapat dilihat dari gambaran klinik, dimulai dengan kenaikan berat badan diikuti edema kaki atau tangan, kenaikan tekanan darah, dan proteinuria (Sumampouw et al., 2019)

Preeklampsia pada awalnya penyakit ringan sepanjang kehamilan, namun pada akhir kehamilan berisiko terjadinya kejang yang dikenal eklampsia. Jika eklampsia tidak ditangani secara cepat dan tepat, terjadilah kegagalan jantung, kegagalan ginjal dan perdarahan otak yang berakhir dengan kematian (D. Pratiwi, 2020)

Di negara berkembang, sectio caesarea merupakan pilihan terakhir untuk menyelamatkan ibu dan janin pada saat kehamilan dan atau persalinan kritis. Indikasi dilakukan SC salah

(2)

satunya adalah preeklamsia/eklamsia yaitu 95 ibu dari 449 ibu atau 21,16% dan persalinan SC paling banyak pada kelompok ibu primigravida karena pada primigravida beresiko terjadi preeklamsia. Pasien dengan preeklampsia/eklamsia sering dilakukan SC yang diputuskan secara mendadak, tanpa perawatan preoperatif yang memadai dan tanpa direncanakan sebelumnya. Hal ini yang menyebabkan angka mortalitas (kematian) maternal (ibu) dan neonatal pada sectio caesarea menjadi tinggi. Angka kematian ibu karena SC yang terjadi sebesar 15,6% dari 1.000 ibu (Ambarwati & Irdrawati, 2017)

Sekitar 800 perempuan setiap hari meninggal akibat kehamilan dan persalinan. Hampir semua kematian ibu (99%) terjadi di negara berkembang, komplikasi utama yang menyumbang 80% dari seluruh kematian ibu adalah perdarahan hebat setelah melahirkan, infeksi, preekampsia, eklampsia, dan aborsi. Di negara berkembang, seorang wanita tujuh kali lebih mungkin untuk mengalami preeklampsia dibandingkan wanita di negara maju.

Preeklampsia di negara berkembang didiagnosis (3 – 5%) dan di dunia di diagnosis (7.5%).

Menurut WHO di Indonesia, pada tahun 2010 hipertensi pada ibu hamil adalah 21,5%, pada tahun 2011 hipertensi pada ibu hamil adalah 24,7%, pada tahun 2012 ada 26,9% sedangkan pada tahun 2013 adalah 27,1%.11 Pada data tersebut sejak tahun 2010 hingga 2013 terjadi peningkatan kejadian hipertensi pada kehamilan, ini menandakan resiko terjadinya preeklampsia meningkat (Lombo et al., 2017)

Masalah preeklamsia bukan hanya berdampak pada ibu saat hamil dan pada saat melahirkan, namun juga dapat menimbulkan komplikasi atau masalah serius pasca persalinan yang diakibatkan oleh disfungsi endotel di berbagai organ. Dampak utama pada janin yaitu berkurangnya asupan nutrisi janin yang diakibatkan oleh tidak memadainya aliran darah Rahim ke plasenta dimana hal ini akan beresiko terhadap keterlambatan pertumbuhan bayi di dalam kandungan, kelahiran bayi premature, hingga bayi lahir mati. Preeklamsia berat juga dapat meningkatkan resiko masalah jangka panjang pada bayi yang memiliki keterkaitan dengan kelahiran premature seperti gangguan belajar, tuli, epilepsy, cerebral palsy, dan kebutaan (Widiastuti, 2019).

Menurut (Wulandari et al., 2021) menunjukkan bahwa faktor risiko terjadinya preeklamsia berat (PEB) meliputi berbagai faktor, seperti primigravida, mola hidatidosa, usia ibu (<20 tahun atau >35 tahun), paritas, frekuensi ANC, kehamilan ganda, riwayat hipertensi sebelum hamil, penyakit ginjal, diabetes gestasional, obesitas, kenaikan berat badan berlebih selama kehamilan, riwayat keluarga yang pernah mengalami preeklampsia.

Ny. M (31 tahun) adalah salah satu ibu yang melakukan persalinan dengan metode sectio caesarea. Hal ini dikarenakan pada saat hamil sampai menjelang proses melahirkan tekanan

(3)

darah meningkat. Dalam kasus tersebut peran perawat maternitas sangat dibutuhkan terhadap pasien dengan kondisi post SC.

Tindakan operasi sectio caesarea menyebabkan nyeri dan mengakibatkan terjadinya terputusnya kontinuitas jaringan. Nyeri yang timbul setelah dilakukan tindakan SC terjadi sebagai akibat adanya torehan jaringan yang mengakibatkan kontuinitas jaringan terputus dan stimulasi ujung saraf oleh bahan kimia yang dilepas pada saat operasi atau terjadinya iskemi jaringan akibat gangguan aliran darah ke salah satu bagian jaringan

.

Nyeri yang dialami dapat menimbulkan berbagai masalah, salah satunya dapat mempengaruhi terhadap masalah laktasi. Nyeri terkadang disertai oleh aktivitas system saraf simpatis yang akan memperlihatkan gejalagejala seperti peningkatan tekanan darah, peningkatan respirasi, peningkatan denyut jantung, diaphoresis dan dilatasi pupil. Klien yang mengalami nyeri akut akan memperlihatkan respon emosi dan perilaku seperti menangis, mengerang, kesakitan, mengerutkan wajah atau menyeringai (Santiasari et al., 2021)

Peran perawat yang pertama adalah sebagai educator. Perawat harus memberikan edukasi kepada pasien terkait dengan manajemen nyeri paska operasi agar pasien mampu melakukan aktivitas tanpa khawatir jika merasakan nyeri. Peran perawat yang kedua yaitu care giver.

Perawat akan merawat pasien dan memenuhi kebutuhan dasarnya dalam pemulihan dan penyembuhan pasien. Selain itu perawat juga akan membantu pasien dalam menangani permasalahan yang timbul terkait dengan perawatan paska SC (Gobel et al., 2018)

Pemberian asi setelah melahirkan merupakan suatu upaya untuk merangsang pengeluaran asi. Asi yang keluar pada hari-hari pertama post partum disebut kolostrum. Kolostrum merupakan cairan yang encer dan seringkali berwarna kuning atau dapat pula jernih lebih menyerupai darah daripada susu, sebab mengandung sel hidup yang dapat membunuh kuman penyakit. Keberhasilan dalam pemberian asi merupakan suatu reaksi kompleks antara rangsangan mekanik, saraf serta rangsangan hormonal yaitu hormon prolaktin dan oksitosin.

Hormon prolaktin berpengaruh terhadap produksi asi, sedangkan oksitosin berpengaruh terhadap pengeluaran asi. Hisapan bayi pada puting susu ibu akan merangsang pengeluaran hormon oksitosin, selain itu pengeluaran hormon ini dipengaruhi oleh reseptor yang terletak pada sistem duktus. Apabila duktus melebar atau menjadi lunak maka secara reflektoris dikeluarkan oksitosin oleh hipofise posterior yang berperan untuk memeras air susu dari alveoli. Selain itu, hormon oksitosin dapat dirangsang melalui pijatan pada tulang belakang ibu bayi (Rofi’ah et al., 2016)

(4)

Pijat oksitosin adalah pemijatan pada tulang belakang yang di mulai pada tulang belakang sampai tulang costae kelima – keenam dan merupakan usaha untuk merangsang homon prolaktin dan oksitosin setelah melahirkan, maka pijat oksitosin merupakan salah satu solusi untuk mengatasi ketidaklancaran produksi ASI. Pijat pada bagian tulang belakang akan memberikan kenyamanan pada ibu, mengurangi bengkak, mengurangi sumbatan asi, merangsang pelepasan hormon oksitosin, serta mempertahankan produksi asi ketika ibu dan bayi sakit. Pijatan atau rangsangan pada tulang belakang akan merangsang hipofise posterior mengeluarkan hormon oksitosin, selanjutnya akan merangsang kontraksi sel mioepitel di payudara untuk mengeluarkan air susu. Pijatan ini juga akan memberikan efek relaksasi, menghilangkan ketegangan dan stress sehingga hormon oksitosin keluar dan akan membantu pengeluaran asi . Kegagalan dalam pengeluaran asi seringkali terjadi akibat ketegangan dan stress karena nyeri saat persalinan dan setelahnya (Sulaeman et al., 2019)

Berdasarkan uraian data diatas, menjadikan landasan bagi penulis untuk mengangkat permasalahan mengenai ibu melahirkan dengan sectio caesarea. Adapun isi dari karya ilmiah ini adalah penjabaran dari Asuhan Keperawatan pada Ny M dengan p1001 Ab000 Post SC dengan indikasi Preeklamsi Berat di Ruang Sakinah Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan

1.2 Rumusan Masalah

“Bagaimana asuhan keperawatan pada Ny. M Dengan P1001 Ab000 Post SC Dengan Indikasi Preeklamsi Berat Di Ruang Sakinah Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan ?”

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui analisa data dari asuhan keperawatan pada kasus Ny. M Dengan P1001 Ab000 Post SC Dengan Indikasi Preeklamsi Berat Di Ruang Sakinah Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari hasil penulisan karya ilmiah ini adalah

1. Untuk mengidentifikasi pengkajian pada Ny. M Dengan P1001 Ab000 Post SC Dengan Indikasi Preeklamsi Berat Di Ruang Sakinah Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan

2. Untuk mengidentifikasi diagnosis keperawatan pada Ny. M Dengan P1001 Ab000 Post SC Dengan Indikasi Preeklamsi Berat Di Ruang Sakinah Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan

(5)

3. Untuk mengidentifikasi rencana keperawatan pada Ny. M Dengan P1001 Ab000 Post SC Dengan Indikasi Preeklamsi Berat Di Ruang Sakinah Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan

4. Untuk mengidentifikasi implementasi terhadap Ny. M Dengan P1001 Ab000 Post SC Dengan Indikasi Preeklamsi Berat Di Ruang Sakinah Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan

5. Untuk mengidentifikasi evaluasi dari hasil implementasi yang telah dilakukan terhadap Ny. M Dengan P1001 Ab000 Post SC Dengan Indikasi Preeklamsi Berat Di Ruang Sakinah Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penulisan karya ilmiah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penyedia layanan kesehatan maupun tenaga medis yang terlibat dalam menangani kasus post sc dengan indikasi preeklamsi berat

1.4.1 Bagi Pelayanan Kesehatan

Hasil penulisan karya ilmiah ini diharapkan dapat dijadikan sumber informasi maupun referensi dalam menangani kasus post sc dengan indikasi preeklamsi berat

1.4.2 Bagi Tenaga Medis

Khususnya Perawat Hasil dari penulisan karya ilmiah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk tenaga medis khususnya perawat dalam merawat pasien yang mengalami post sc dengan indikasi preeklamsi berat. Selain itu, hasil karya ilmiah ini diharapkan dapat dijadikan sumber referensi untuk penulis karya ilmiah selanjutnya.

Referensi

Dokumen terkait

Mobil listrik yang telah ada untuk proyek akhir ini memiliki lantai yang kurang berfungsi dengan baik karena terbuat dari bahan triplek dan desain lantai yang telah

Faktor-faktor lingkungan seperti tanah, alat mekanisasi seperti traktor dan alatnya, keahlian operator dalam mengoperasikannya serta faktor musim sangat mempengaruhi

Berdasarkan data awal yang diperoleh berkaitan dengan melengkapi cerita rumpang pada siswa kelas IVC SDN Sukamaju, maka ditemukan rumusan masalahnya adalah sebagai

beberapa sumber dan penulis berkaitan dengan kompensasi, juga mengacu dari hasil terapan dari praktisi. SDM dengan tim yang menjadi penaut aspek teoritis dan perkuliahan

PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA INGGRIS ANAK MELALUI MEDIA KARTU GAMBAR (FLASH CARD) PADA KELOMPOK B DI RA BAROKAH KLODRAN KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2011/ 2012” ini

Abdul Muthalib Sulaiman Prof... Nabilah

Hasil peneltian yang hasilkan ialah budaya lokal yang terdapat dalam pengurusan jenazah muslim di Surakarta yang harus ditinggalkan karena tidak sesuai dengan

Seiring dengan meningkatnya pemahaman dan kesadaran sebagian besar pihak dalam pengelolaan perikanan tuna, khususnya pemerintah, dalam hal ini Kementerian Kelautan Perikanan,