PROFIL PERESEPAN ANTIBIOTIK DI PUSKESMAS PAMANUKAN PERIODE BULAN OKTOBER – DESEMBER
TAHUN 2014
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan sebagai syarat menyelesaikan Program Diploma III
Jurusan Farmasi
Disusun oleh:
TITIN ROHATININGSIH P17335112202
KEMENTERIAN KESEHATAN RI POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG
JURUSAN FARMASI
2015
Yang bertandatangandibawahinimenyatakanbahwa:
KaryaTulis Ilmiah dengan judul
PROFIL PERESEPAN ANTIBIOTIK DI PUSKESMAS PAMANUKAN PERIODE BULAN OKTOBER – DESEMBER TAHUN 2014
Disusunoleh : TITIN ROHATININGSIH
P17335112202
Telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan pada sidang KaryaTulisIlmiah
Pembimbing
Widyastiwi, Apt. M.Si NIP: 19900605 201402 2 002
Mengetahui KetuaJurusanFarmasi
Dra. Mimin Kusmiyati, M.Si NIP: 19630811 199403 2 001
INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG
LEMBAR PENGESAHAN KARYA TULIS ILMIAH
Karya Tulis Ilmiah ini telah diajukan pada sidang Karya Tulis Ilmiah
Program Pendidikan Diploma III Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Bandung
Tanggal 30 Juli 2015
PROFIL PERESEPAN ANTIBIOTIK DI PUSKESMAS PAMANUKAN PERIODE BULAN OKTOBER – DESEMBER 2014
Disusun oleh : TITIN ROHATININGSIH
P17335112202
Penguji : Tanda Tangan
Ketua : Widyastiwi, M.Si, Apt.
NIP : 19900605 201402 2 002 ( _____________ )
Anggota : M.H. Roseno, Apt., M.Si
NIP : 19730701 200501 1 008 ( _____________ )
Anggota : Ardi Rustamsyah, Apt., M.Si
( _____________ )
iii
PERIODE BULAN OKTOBER – DESEMBER TAHUN 2014 TITIN ROHATININGSIH
P17335112202
ABSTRAK
Antibiotika adalah zat – zat kimia yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman, sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat dapat menimbulkan masalah resistensi dan efek obat yang tidak dikehendaki. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui profil peresepan antibiotik di Puskesmas Pamanukan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif dengan data yang digunakan adalah data primer yang berasal dari seluruh lembaran resep pasien rawat jalan di Puskesmas Pamanukan pada Bulan Oktober – Desember tahun 2014 yang mengandung antibiotik. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh resep pasien rawat jalan yang mengandung antibiotik.
Jumlah resep antibiotik yang diamati sebanyak 1277 lembar resep (23,32% dari total kunjungan pasien), jumlah pasien laki – laki 624 (48,86%), perempuan 653 (51,14 %). Bentuk sediaan antibiotik tablet dan kapsul sebanyak 671 resep (52,55) dan sirup sebanyak 606 resep (47,45%). Diperoleh data penggunaan antibiotik yang digunakan di Puskesmas Pamanukan yaitu Amoksisilin sebanyak 382 resep (29,91%), Sefadroksil sebanyak 165 resep (12,92%), Kotrimoksazol sebanyak 257 resep (20,13%), Siprofloksasin sebanyak 116 resep (9,08%), Kloramfenikol dan Tiamfenikol sebanyak 122 resep (9,55%), Klindamisin sebanyak 29 resep (2,27%0, Metronidazol sebanyak 47 resep (3,68%), Sefiksim, Doksisiklin, Eritromisin masing – masing sebanyak 1 resep (0,08%), kombinasi amoksisilin- metronidazol sebanyak 156 resep (12,22%). Antibiotik paling banyak diresepkan untuk usia 0 – 5 tahun sebanyak 511 resep (40,02%), sedangkan berdasarkan diagnosa penyakit, antibiotik, antibiotik yang paling banyak diresepkan yaitu untuk ISPA sebanyak 363 resep (28,42%). Pemakaian antibiotik yang paling sering digunakan yaitu dari golongan beta laktam Amoksisilin sebanyak 382 resep (29,91). Persentase peresepan antibiotik untuk ISPA non Pneumonia di Puskesmas Pamanukan rata – rata diatas 80% setiap bulannya masih di atas 20%.
Hal ini tidak sesuai dengan standar Penggunaan Obat Rasional dari Kementerian Kesehatan.
Kata kunci : Antibiotik, Profil peresepan, Pasien rawat jalan
iv
PRESCRIPTION PROFILE OF ANTIBIOTIC IN PAMANUKAN PUBLIC HEALTH CENTER ON OCTOBER– DECEMBER 2014
TITIN ROHATININGSIH P 17335112202
ABSTRACT
Antibiotic are chemical compunds which have an endanger effect or resist the growth of biotic the toxicity of antibiotics for human relative minimum. Irrational use of antibiotics can cause resistency and can cause unintended side effect of drugs. The purpose of this study was to determine the prescription profile of antibiotic use in Pamanukan Public Health Center . This method of this study was descriptive quantitative using primary data from all of out patient prescription in Pamanukan Public Health Center on October – Desember 2014 which contained antibiotic. Samples of this study were all of outpatients prescription which contained antibiotics. There were 1277 total of antibiotic prescriptions that analyzed (23,32% from total of patients visit), total of men patients were 642 prescriptions (48,86%), total of women patients were 653 prescription (51,14%). For antibiotic tablet and capsules there were 671 prescriptions (52,55%), and for syrups there were 606 prescriptions (47,45%).
From this study it known that total of antibiotic used in Pamanukan Public Health Center were Amoxicillin 382 prescriptionss (29,91%), Cefadroxil were 165 prescriptions (12,92%), Cotrimoxazole were 257 prescriptions (20,13%), Ciprofloxacin were 116 prescription (9,08%), Chloramphenicole and Thiamphenicole were 122 prescriptions (9,55%), Clyndamicin were 29 prescriptions (2,27%), Metronidazole were 47 prescriptions (3,68%), Cefixime, Doxicycline and Erythromycine for each one was 1 prescription (0,08%), combination of Amoxicillin and Metronidazole were 156 prescriptions (12,22%).
The highest number of antibiotic prescription for 0-5 years old were 511prescription (40,02%), meanwhile based on disease diagnose, antibiotic for URI (Upper Respiratory Infection) were 363 prescription (28,42%). Antibiotic with the highest number of use was from betalactam category it was amoxicillin were 382 prescription (29,91%). The percentage of antibiotic prescription for URI non Pneumonia average 80% every month, still more than 20%, it was inappropriate with the standard rational drug use from Kemenkes RI.
Keyword :antibiotic, prescription profile, out patient
v
Alhamdulillahirobbil’alamiin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT atas segala ridho dan karunia-Nya, proposal Karya Tulis Ilmiah berjudul “Profil Peresepan Antibiotik di Puskesmas Pamanukan Periode Bulan
Oktober – Desember Tahun 2014”, dapat diselesaikan dengan baik. Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menempuh ujian akhir guna mendapatkan gelar Ahli Madya Farmasi pada Program Diploma III Farmasi Politeknik Kesehatan Bandung.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dra. Hj. Mimin Kusmiyati, M.Si., selaku Ketua Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Bandung.
2. Widyastiwi, Apt. M.Si., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan pengarahan, nasehat, serta dukungan, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
3. Dokter Ira Lindayanti, selaku Kepala Puskesmas Pamanukan yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian.
4. Ibu hj. Ely Badriah selaku Kasubag TU Puskesmas Pamanukan yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian.
5. Seluruh Staf Puskesmas Pamanukan yang telah memberikan banyak bantuan.
6. Almarhum ayah tercinta yang pada masa hidupnya sampai akhir hayatnya senantiasa mencurahkan doa, perhatian, tenaga, dorongan semangat, kasih sayang dan keikhlasan yang tulus.
vi
7. Ibunda tercinta yang selalu mencurahkan doa, perhatian, tenaga, dorongan semangat, kasih sayang dan keikhlasan yang tulus.
8. Bapak/Ibu dosen dan seluruh staf jurusan Farmasi Poltekkes Bandung yang telah mendukung dan membantu proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
9. Suami dan anak-anakku yang telah memberikan dorongan dan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
10. Adikku yang selalu memberikan dorongan dan dukungan baik secara materil maupun moril
11. Teman-teman seperjuangan yang telah memberikan masukan serta motivasi dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan ini masih terdapat kekurangan.
Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat baik bagi kalangan akademis, khususnya bagi mahasiswa farmasi, masyarakat pada umumnya dan bagi dunia pengetahuan.
Bandung, Juli 2015
Penulis
vii
ABSTRAK ... iii
ABSTRACT... iv
KATA PENGANTAR ...v
DAFTAR ISI... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
DAFTAR GAMBAR ...x
DAFTAR TABEL... xi
DAFTAR SINGKATAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN ...1
1.1 Latar Belakang...1
1.2 Rumusan Masalah ...3
1.3 Tujuan Penelitian...4
1.4 Manfaat Penelitian...4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...6
2.1 Profil Puskesmas Pamanukan...6
2.2 Pengertian Resep ...7
2.3 Obat ...8
2.4 Antibiotik...8
BAB III METODE PENELITIAN ...13
3.1 Jenis Penelitian ...13
3.2 Populasi dan Sampel...13
3.3 Tempat dan Waktu...13
3.4 Cara Pengumpulan Data ...14
3.5 Pengolahan dan Analisis Data ...14
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...15
4.1 Hasil Penelitian...15
4.2 Pembahasan ...22
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...29
viii
5.1 Kesimpulan...29
5.2 Saran ...30
DAFTAR PUSTAKA ...31
LAMPIRAN ...32
ix
Lampiran 1 Sebaran Data Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin ... 32
Lampiran 2 Sebaran Data Pasien Berdasarkan Kategori Umur ... 32
Lampiran 3 Sebaran Data Pasien Berdasarkan Diagnosis Penyakit .... 33
Lampiran 4 Data Penggunaan Antibiotik Berdasarkan Zat Aktif ... 33
Lampiran 5 Penggunaan Antibiotik Berdasarkan Bentuk Sediaan ... 34
Lampiran 6 Data Penggunaan Antibiotik Golongan Beta Laktam ... 34
Lampiran 7 Data Penggunaan Antibiotik Golongsn Sefalosforin ... 35
Lampiran 8 Data Penggunaan Antibiotik Golongan Sulfonamida ... 35
Lampiran 9 Data Penggunaan Antibiotik Golongan Kuinolon ... 36
Lampiran 10 Data Penggunaan Antibiotik Golongan Kloramfenikol dan Tiamfenikol ... 36
Lampiran 11 Data Penggunaan Antibiotik Golongan Tetrasiklin ... 37
Lampiran 12 Data Penggunaan Antibiotik Golongan Makrolida ... 37
Lampiran 13 Data Penggunaan Antibiotik Golongan Klindamisin ... 38
Lampiran 14 Data Penggunaan Antibiotik Golongan Metronidazol ... 38
Lampiran 15 Data Penggunaan Antibiotik Kombinasi ... 39
Lampiran 16 Data Penggunaan Antibiotik Dengan Diagnosa Terbanyak Berdasarkan Umur ... 39
Lampiran 17 Contoh Lembar Resep yang mengandung antibiotik ... 40
Lampiran 18 Data Resep yang mengandung antibiotik di Puskesmas Pamanukan periode Oktober – Desember 2014 ... 41
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Peta Wilayah Puskesmas Pamanukan ... 7
xi
Tabel 4.1 Sebaran Data pasien Berdasarkan Jenis Kelamin ... 15
Tabel 4.2 Sebaran Data Pasien Berdasarkan Kategori Umur ... 16
Tabel 4.3 Sebaran Data Pasien Berdasarkan Diagnosis Penyakit ... 16
Tabel 4.4 Data Penggunaan Antibiotik Berdasakan Zat Aktif ... 17
Tabel 4.5 Penggunaan Antibiotik Berdasarkan Bentuk sediaan ... 17
Tabel 4.6 Data Penggunaan Antibiotik Golongan Beta Laktam ... 18
Tabel 4.7 Distribusi Penggunaan Antibiotik Golongan Sefalosforin . 18 Tabel 4.8 Distribusi Penggunaan Antibiotik Golongan Sulfonamida 19 Tabel 4.9 Distribusi Penggunaan Antibiotik Golongan Kuinolon ... 19
Tabel 4.10 Distribusi Penggunaan Antibiotika Golongan Kloramfenikol dan Tiamfenikol ... 20 Tabel 4.11 Distribusi Penggunaan Antibiotik Golongan Klindamisin 20 Tabel 4.12 Distribusi Penggunaan Antibiotik Golongan Metronidazol 21 Tabel 4.13 Data Penggunaan Antibiotik Dengan Diagnosa Terbanyak 21
xii
DAFTAR SINGKATAN
SINGKATAN NAMA Pemakaian pertama kali
pada halaman
UGD Unit Gawat Darurat 6
PONED Pelayanan Obstetrik Neonatal Emergensi Dasar
6
USG Ultrasonography 6
ISPA Inspeksi Saluran Pernapasan Atas 17
ISK Inspeksi Saluran Kencing 17
GE Gastro Enteritis 17
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemakaian antibiotik sudah lazim digunakan oleh masyarakat tanpa memahami bagaimana seharusnya menggunakan antibiotika tersebut, pengobatan dengan antibiotika yang semakin luas sudah menjadi permasalahan yang penting diseluruh dunia. Saat ini sudah hampir sebagian besar masyarakat telah familiar dengan istilah antibiotik.
Antibiotik adalah zat kimiawi dihasilkan oleh fungi dan bakteri yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman, sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil (Tjay, T.H dan Kirana Rahardja,2007).
Antibiotik merupakan obat yang paling banyak digunakan terkait dengan banyaknya kejadian infeksi bakteri. Penggunaan antibiotik dapat menimbulkan masalah resistensi dan efek obat yang tidak dikehendaki.
Konsumsi antibiotik yang tidak tuntas dapat menyebabkan resistensi kuman.
Resistensi merupakan kemampuan bakteri dalam menetralisir dan melemahkan daya kerja antibiotik. Masalah resistensi selain berdampak pada morbiditas dan mortalitas juga memberi dampak negatif terhadap sosial dan ekonomi yang sangat tinggi. Kebanyakan masyarakat tidak mengetahui hal ini, sehingga terkadang menghentikan konsumsi antibiotik saat gejala penyakit sudah hilang, padahal belum sesuai durasi yang dianjurkan, atau mengonsumsi antibiotik dengan tidak teratur dan terputus-putus.
2
Pemakaian antibiotik yang tidak rasional dapat menimbulkan dampak membahayakan bagi kesehatan masyarakat. Gangguan organ tubuh yang bisa terjadi adalah gangguan saluran cerna, gangguan ginjal, gangguan fungsi hati, gangguan sumsum tulang, gangguan darah dan sebagainya. Pemakaian antibiotik berlebihan atau irasional juga dapat membunuh kuman (flora normal) yang berguna yang ada dalam tubuh kita, sehingga tempat yang semula ditempati oleh bakteri ini akan diisi oleh bakteri berbahaya atau oleh jamur, kejadian ini disebut superinfeksi.
Apabila hal ini berlangsung dalam waktu yang lama, maka resistensi bakteri didalam tubuh terus meningkat. Pengobatan terhadap infeksi lanjutan akan membutuhkan jenis-jenis antibiotik yang lebih spesifik dan dapat menyulitkan proses medikasi. Biaya pengobatan pun akan meningkat karena penanganan khusus harus diberikan terhadap bakteri yang telah resisten terhadap antibiotik.
Puskesmas adalah suatu organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna dengan biaya yang dapat ditanggung oleh pemerintah dan masyarakat. Upaya kesehatan tersebut diselenggarakan dengan menitikberatkan pada pelayanan masyarakat luas guna mencapai derajat kesehatan yang optimal tanpa mengabaikan mutu pelayanan pada perorangan.
Yang dimaksud dengan pelayanan adalah pelayanan kesehatan yang meliputi Promotif (peningkatan upaya kesehatan), Preventif (pencegahan penyakit), Kuratif (penyembuhan penyakit) dan Rehabilitatif (pemulihan kesehatan) yang ditujukan
pada semua golongan umur dan jenis kelamin.Wilayah Puskesmas Pamanukan dilalui jalan nasional sehingga mobilitas penduduk tinggi dan memudahkan masuknya penyakit menular, rawan terjadi kecelakaan lalu lintas serta merupakan daerah rawan banjir. Karena itu angka kesakitan cukup tinggi sehingga diperlukan layanan pengobatan yang berkualitas, efektif dan efisien. Antibiotik merupakan obat yang paling banyak digunakan terkait dengan banyaknya kejadian infeksi bakteri. Dari jumlah pasien yang berobat ke puskesmas Pamanukan rata-rata 30%
mendapatkan antibiotik.
Untuk mengetahui distribusi penggunaan antibiotik dan dalam rangka pencegahan kejadian resistensi antibiotik diperlukan data-data tentang penggunaan antibiotik.Karena itu, perlu diketahui distribusi penggunaan antibiotik. Peningkatan resistensi antibiotik merupakan permasalahan yang membutuhkan perhatian khusus. Resistensi antibiotik terjadi akibat pola penggunaan atau pola peresepan antibiotik yang tidak tepat, sehingga perlu dilakukan strategi penggunaan antibiotik untuk mencegah kejadian resistensi antibiotik.
Berdasarkan pemaparan diatas, peneliti tertarik untuk meneliti profil peresepan pemakaian antibiotik di puskesmas Pamanukan kecamatan Pamanukan Kabupaten Subang.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah profil peresepan antibiotik di puskesmas Pamanukan kecamatan Pamanukan Kabupaten Subang pada bulan Oktober–Desember tahun 2014?
4
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui profil peresepan pemakaian antibiotik di puskesmas pamanukan kecamatan Pamanukan Kabupaten Subang pada bulan Oktober–
Desember tahun 2014.
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Untuk mengetahui jumlah dan persentase kunjungan pasien yang berobat yang mendapatkan antibiotik di Puskesmas Pamanukan.
2) Untuk mengetahui jenis, jumlah dan persentase antibiotik yang digunakan di Puskesmas Pamanukan.
3) Untuk mengetahui jumlah dan persentase antibiotik yang paling sering digunakan berdasarkan usia, jenis kelamin dan jenis penyakit di Puskesmas Pamanukan.
4) Untuk mengetahui kombinasi penggunaan antibiotik yang paling sering diresepkan.
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Penulis
Bermanfaat sebagai aplikasi seluruh ilmu dan pengetahuan yang didapat selama kuliah di Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Bandung dalam sebuah penelitian.
1.4.2 Bagi Akademik
Bermanfaat untuk menambah khazanah dan pengembangan ilmu pengetahuan serta aplikasi peresepan obat antibiotik khususnya sebagai data otentik atau referensi pada Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Bandung.
1.4.3 Bagi Puskesmas
Bermanfaat sebagai informasi pada perencanaan, pengambilan keputusan dan pelaksanaannya baik bagi Puskesmas maupun bagi Instansi Dinas Kesehatan.
6 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Profil Puskesmas Pamanukan
Puskesmas Pamanukan merupakan puskesmas dengan tempat perawatan yang berada di Desa Rancasari kecamatan Pamanukan Kabupaten Subang. Puskesmas Pamanukan memiliki kelengkapan fasilitas seperti UGD perawatan Poned, Laboratorium, USG kandungan, Ronsen, klinik rawat jalan. Terdapat 8 desa yang berada di wilayah kerja Puskesmas Pamanukan. Jumlah kunjungan pasien yang berkunjung ke Puskesmas Pamanukan yaitu 25.898 orang pada tahun 2013. Rata- rata kunjungan pasien perhari di klinik rawat jalan yaitu 60-80 orang. Dari jumlah pasien tersebut rata-rata 30% nya mendapatkan antibiotik.
Puskesmas Pamanukan berada tidak jauh dari jalur pantura, dan dapat ditempuh satu jam perjalanan dari kota kabupaten. Wilayah Puskesmas Pamanukan dengan kepadatan penduduk 575.111 orang dan luas wilayah 2.353.186 Ha (Profil PKM Pamanukan 2013) yang dilalui jalan nasional sehingga mobiditas penduduk tinggi dan memudahkan masuknya penyakit menular, rawan terjadi kecelakaan lalulintas serta merupakan daerah rawan banjir. Karena itu angka kesakitan cukup tinggi sehingga diperlukan layanan pengobatan yang berkualitas, efektif dan efisien.
Gambar 2.1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Pamanukan
2.2 Pengertian Resep
Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter, dokter gigi, dokter hewan yang diberi ijin berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku kepada Apoteker Pengelola Apotek (APA) untuk menyiapkan dan atau membuat, meracik serta menyerahkan obat kepada pasien (Syamsuni,2006).
Resep menurut Permenkes RI No.35 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi, kepada apoteker baik dalam paper maupun elektronik untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku.
8
2.3 Obat
Obat adalah semua bahan tunggal atau campuran yang digunakan oleh semua makhluk untuk bagian dalam maupun bagian luar, guna mencegah, meringankan, maupun menyembuhkan penyakit (Syamsuni,2006).
Menurut Undang-undang yang dimaksud dengan obat adalah suatu bahan atau campuran bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menentukan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah atau rohaniah pada manusia atau hewan, termasuk memperelok tubuh atau bagian tubuh manusia. Obat generik adalah obat dengan nama resmi yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia untuk zat berkhasiat yang dikandungnya.
2.4 Antibiotik 2.4.1 Definisi
Antibiotik ( anti = lawan, bios = hidup ) adalah zat-zat kimia yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman, sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil (Tjay, T. H, 2007).
Antibiotik (=antimikroba) memperlihatkan toksisitas selektif, artinya obat ini merugikan parasit tanpa merugikan inang. Obat mikroba sering disebut sebagai bakteriostatik atau bakterisidal. Bakteriostatik menggambarkan suatu obat yang sewaktu-waktu menghambat pertumbuhan mikroorganisme, contohnya tetrasiklin dan sulfonamid. Bakterisidal yaitu obat yang menyebabkan kematian mikroorganisme, contohnya beta-laktam (penisilin, sefalosporin) dan
aminoglikosida. Penggolongan antibiotik secara umum dapat dikelompokkan berdasarkan mekanisme kerja dan struktur kimianya.
2.4.2 Mekanisme kerja antibiotik 1) Penghambatan sintesa dinding sel.
Contoh : basitrasin, sefalosporin, sikloserin, penisilin, vankomisin.
2) Perubahan permeabilitas membrane sel atau transport aktif melalui membran sel.
Contoh : amfoterisin B, azoles, polien, polimiksin.
3) Penghambatan sintesis protein (yaitu penghambatan translasi dan transkipsi material genetik).
Contoh: aminoglikosida, tetrasiklin, makrolida (eritromisin), kloramfenikol, linkomisin.
4) Penghambatan sintesis asamnukleat.
Contoh : kuinolon, pirimetamin, rifampisin, sulfonamid, trimetoprim.
2.4.3 Penggolongan antibiotik berdasarkan struktur kimia
Berdasarkan struktur kimianya , antibiotik dikelompokan sebagai berikut : 1) Golongan aminoglikosida
Antara lain amikasin, dibekasin, gentamisin, kanamisin, streptomisin, tobramisin.
2) Golongan beta-laktam
Antara lain golongan karbapenem (ertapenem, imipenem, meropenem), golongan sefalosporin (sefaleksin, sefazolin, sefuroksim, sefadroksil,
10
seftazidim), golongan beta-laktam monosiklik dan golongan penisilin (penisilin dan amoksisilin).
3) Golongan glikopeptida
Antara lain vankomisin, teikoplanin, ramoplanin dan dekaplanin.
4) Golongan poliketida
Antara lain golongan makrolida (eritromisin, azitromisin, klaritromisin, roksitromisin), golongan ketolida (telitromisin), golongan tetrasiklin (doksisiklin, oksitetrasiklin dan klortetrasiklin).
5) Golongan polimiksin
Antara lain polimiksin dan kolistin.
6) Golongan kinolon (fluorokinolon)
Antara lain asam nalidiksat, siprofloksasin, ofloksasin, norfloksasin, levofloksasin dan norvafloksasin.
7) Golongan streptogramin
Antara lain pristinamycin, virginiamycin, mikamycin.
8) Golongan oksazolidinon, antara lain linezolid.
9) Golongan sulfonamida
Seperti sulfadiazin, sulfametizol, trimetoprim-sulfametoksazol (cotrimoxazole).
10) Antibiotik lain yang penting, seperti kloramfenikol, klindamisin dan asam fusidat.
2.4.4 Resistensi Antibiotik
Terdapat banyak mekanisme berbeda yang menjadikan mikroorganisme resisten terhadap obat-obatan, yaitu : (Katzung,B.G.1998)
1) Mikroorganisme menghasilkan enzim yang merusak aktivitas obat, contoh stafilokokus yang resisten terhadap penisillin G menghasilkan beta-laktamase yang merusak obat tersebut.
2) Mikroorganisme mengubah permeabilitasnya terhadap obat, contoh tetrasiklin tertimbun dalam bakteri yang rentan tetapi tidak bakteri yang resisten.
3) Mikroorganisme mengembangkan suatu perubahan struktur bagi obat, contoh resistensi kromosom tehadap aminoglikosida berhubungan dengan hilangnya (atau perubahan) protein spesifik pada 30S ribosom bakteri yang bertindak sebagai reseptor pada organisme yang rentan.
4) Mikroorganisme mengembangkan perubahan jalur metabolik yang langsung dihambat oleh obat ini, contoh beberapa bakteri yang resisten terhadap sulfonamida tidak membutuhkan PABA ekstraselular, tapi seperti sel mamalia, dapat menggunakan asam folat yang telah dibentuk sebelumnya.
5) Mikroorganisme mengembangkan perubahan enzim yang dapat melakukan fungsi metabolismenya tetapi lebih sedikit dipengaruhi oleh obat daripada enzim pada kuman yang rentan, contoh pada beberapa bakteri yang rentan terhadap sulfonamid, dihidropteroat sintetase mempunyai afinitas yang jauh lebih tinggi terhadap sulfonamid daripada PABA.
Asal resistensi dapat berupa genetik maupun non genetik. Resistensi non genetik dapat berasal dari berubahnya bentuk suatu mikroba menjadi inaktif
12
sehingga resisten terhadap obat-obat yang yang kerjanya pada proses reflikasi bakteri. Sedangkan resistensi genetik dapat diturunkan dari mikroba satu ke keturunannya melalui mutasi kromosom atau dari satu mikroba ke mikroba lain melalui plasmid.
Resistensi silang terjadi dari satu jenis antibiotik ke antibiotik jenis lain, misal suatu mikroba resisten terhadap suatu jenis antibiotik dapat resisten terhadap jenis yang lain. Reaksi silang ini dapat terjadi pada jenis-jenis yang berhubungan secara kimia maupun tidak.
13
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan data yang digunakan adalah data primer yang berasal dari seluruh lembaran resep pasien rawat jalan di Puskesmas Pamanukan pada bulan Oktober - Desember tahun 2014 yang mengandung antibiotik.
3.2 Populasi dan sampel 3.2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua resep pasien rawat jalan yang masuk ke bagian Farmasi Puskesmas Pamanukan pada bulan Oktober - Desember tahun 2014 yang mengandungantibiotik.
3.2.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah semua resep pasien rawat jalan yang mengandung antibiotik pada bulan Oktober – Desember tahun 2014.
3.3 Tempat dan Waktu
Penelitian dilakukan di Puskesmas Pamanukan Kecamatan Pamanukan Kabupaten Subang pada bulan Juni tahun 2015.
14
3.4 Cara Pengumpulan Data
1) Mengumpulkan, memilah resep pasien rawat jalan di Puskesmas Pamanukan pada bulan Oktober -Desember tahun 2014 yang mengandung antibiotik.
2) Memberi nomor resep.
3) Mencatat resep yang mengandung antibiotik, dan melakukan pendataan yang akan disajikan meliputi usia, jenis kelamin, diagnosis, jenis antibiotik serta signatura resep tersebut
3.5 Pengolahan dan Analisis Data
Dari resep yang mengandung antibiotik yang telah dicatat, kemudian dilakukan pencatatan sebagai berikut :
1) Mengelompokkan antibiotik berdasarkan zat aktif.
2) Mengelompokkan antibiotik berdasarkan penggunaannya yang paling sering.
3) Mengelompokkan antibiotik berdasarkan penggunaannya menurut usia, jenis kelamin dan jenis penyakit.
4) Mengelompokkan antibiotik yang penggunaannya dikombinasi.
5) Melakukan perhitungan dan persentase.
6) Menyajikan data dalam bentuk tabel.
7) Membahas hasil pengamatan dan menyimpulkan data.
15
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Pada bagian ini penulis akan menyajikan hasil penelitian yang sudah dilakukan dengan menggunakan data primer yang diambil dari resep pasien rawat jalan di Puskesmas Pamanukan Kabupaten Subang yang mengandung antibiotik pada bulan Oktober – Desember tahun 2014 sebanyak 1277 lembar.
Jumlah total resep rawat jalan periode Oktober – Desember 2014 yaitu sebanyak 5477 lembar.
Persentase resep yang mengandung antibiotik :
% = 1277 / 5477 x 100 = 23,32 %
4.1.1 Data Demografi Pasien
Tabel 4.1 Sebaran data pasien berdasarkan jenis kelamin
No Jenis kelamin Jumlah Presentase(%)
1 Laki-laki 624 51,14
2 Perempuan 653 48,86
Total 1277 100
16
Tabel 4.2 Sebaran Data Pasien Berdasarkan Kategori Umur
No. Kategori umur Jumlah
Resep Persentase (%)
1 0 – 5 tahun 511 40,02
2 6 – 11 tahun 184 14,41
3 12 – 16 tahun 78 6,11
4 17 – 25 tahun 90 7,05
5 26 – 35 tahun 134 10,49
6 36 – 45 tahun 141 11,04
7 46 – 55 tahun 99 7,75
8 56 – 65 tahun 29 2,27
9 Diatas 65 tahun 11 0,86
Total 1277 100
Tabel 4.3. Sebaran Data Pasien Berdasarkan Diagnosis Penyakit
No. Diagnosis Penyakit
Jumlah lembar resep Persentase (%)
1 ISPA 363 28,42
2 Pneumonia 152 11,9
3 Tonsilofaringitis 89 6,97
4 Febris 95 7,44
5 Typoid 30 2,35
6 Abses 44 3,45
7 Penyakit Gigi 309 24,2
8 GE 26 2,04
9 ISK 19 1,49
10 Bronchitis 36 2,82
11 Lain – lain 114 8,93
Total 1277 100
4.1.2 Data penggunaan antibiotik 1) Berdasarkan zat aktif
Tabel 4.4. Penggunaan Antibiotik Berdasarkan Zat Aktif No Zat aktif Jumlah lembar resep Persentase
(%)
1 Amoksisilin 382 29,91
2 Sefadroksil 165 12,92
3 Kotrimoksazol 257 20,13
4 Siprofloksasin 116 9,08
5 Kloramfenikol 23 1,8
6 Thiamfenikol 99 7,75
7 Klindamisin 29 2,27
8 Metronidazole 47 3,68
9 Sefiksim 1 0,08
10 Doksisiklin 1 0,08
11 Eritromisin 1 0,08
12 Amoksisilin- Metronidazol
156 12,22
Total 1277 100
2) Berdasarkan bentuk sediaan
Tabel 4.5. Penggunaan Antibiotik Berdasarkan Bentuk Sediaan
No. Bentuk Sediaan Jumlah lembar resep Persentase (%)
1 Tablet dan kapsul 671 52,55
2 Sirop 606 47,45
Total 1277 100
18
3) Penggunaan Antibiotik
a. Golongan Beta Laktam (Amoksisilin)
Tabel 4.6. Data Penggunaan Antibiotik Gol.Beta Laktam No Diagnosis Penyakit Jumlah lembar
resep
Persentase (%)
1 ISPA 132 34,56
2 Pneumonia 30 7,85
3 Tonsilofaringitis 31 8,12
4 Febris 32 8,38
5 Bronchitis 14 3,66
6 Abses 12 3,14
7 Penyakit gigi 96 25,13
8 Typoid 1 0,26
9 Lain – lain 34 8,9
Total 382 100
b. Golongan Sefalosforin (sefadroksil – Sefiksim )
Tabel 4.7. Data Penggunaan Antibiotik Gol.Sefalosforin No Diagnosis penyakit Jumlah
lembar resep
Persentase (%)
1 ISPA 66 39,76
2 Pneumonia 38 22,89
3 Tonsilofaringitis 23 13,86
4 Febris 9 5,42
5 Typoid 1 0,6
6 Abses 4 2,41
7 Bronchitis 6 3,62
8 ISK 1 0,6
9 Lain – lain 18 10,84
Total 166 100
c. Golongan Sulfonamida (Kotrimoksazol)
Tabel 4.8. Data Penggunaan Antibiotik Gol. Sulfonamida No Diagnosis penyakit Jumlah lembar
resep
Persentase (%)
1 ISPA 79 30,74
2 Pneumonia 71 27,62
3 Febris 24 9,34
4 Typoid 9 3,5
5 GE 26 10,12
6 Bronchitis 2 0,78
7 Tonsilofaringitis 13 5,06
8 Lain – lain 33 12,84
Total 257 100
d. Golongan Kuinolon (Siprofloksasin)
Tabel 4.9. Data Penggunaan Antibiotik Gol. Kuinolon No Diagnosis penyakit Jumlah lembar
resep
Persentase (%)
1 ISPA 27 23,28
2 Pneumonia 1 0,86
3 Tonsilofaringitis 10 8,62
4 Typoid 4 3,45
5 Febris 9 7,76
6 Abses 18 15,52
7 Bronchitis 13 11,2
8 ISK 16 13,79
9 Lain – lain 18 15,52
Total 116 100
20
e. Golongan Kloramfenikol &Tiamfenikol
Tabel 4.10. Data Penggunaan Antibiotik Gol. Kloramfenikol&Tiamfenikol No Diagnosis penyakit Jumlah lembar
resep
Persentase (%)
1 ISPA 59 48,36
2 Pneumonia 12 9,84
3 Febris 21 17,21
4 Tonsilofaringitis 11 9,02
5 Typoid 15 12,29
6 Bronchitis 1 0,82
7 ISK 1 0,82
8 Lain – lain 2 1,64
Total 121 100
f. Golongan Tetrasiklin (Doksisiklin) ISK = 1 resep
g. Golongan Makrolida (Eritromisin) Tonsilofaringitis = 1 resep
h. Klindamisin
Tabel. 4.11. Data Penggunaan Antibiotik Gol.Klindamisin No Diagnosis penyakit Jumlah lembar
resep
Persentase (%)
1 Penyakit gigi 16 55,17
2 Abses 9 31,03
3 Lain – lain 4 13,8
Total 29 100
i. Metronidazol
Tabel. 4.12. Data Penggunaan Antibiotik Gol.Metronidazol No Diagnosis penyakit Jumlah lembar
resep
Persentase (%)
1 Abses 1 2,13
2 Lain-lain 5 10,64
3 Penyakit Gigi 41 87,23
Total 47 100
j. Data penggunaan antibiotik kombinasi (Amoksisilin – Metronidazol) Penyakit gigi = 156 resep
k. Penggunaan Antibiotik Dengan Diagnosa Penyakit Terbanyak Berdasarkan Umur.
Tabel 4.13. Data Penggunaan Antibiotik Dengan Diagnosa Terbanyak Berdasarkan Umur.
No Umur ISPA Peny.gigi Pneumonia Febris Tonsilo- faringitis
1 0-5 188 36 137 44 20
2 6-11 60 52 13 18 18
3 12-16 20 23 1 5 9
4 17-25 19 33 - 5 10
5 26-35 26 56 - 7 10
6 36-45 19 62 1 5 13
7 46-55 17 42 - 6 9
8 56-65 10 5 - 4 -
9 >65 4 - - 1 -
Total 363 309 152 95 89
22
4.2 Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi penggunaan antibiotik di Puskesmas Pamanukan dan untuk mencegah kejadian resistensi antibiotik. Dari hasil yang telah didapat, diketahui bahwa jumlah resep rawat jalan periode Oktober – Desember 2014 adalah sebanyak 5477 lembar. Sedangkan jumlah resep yang mengandung antibiotik adalah sebanyak 1277 lembar resep, seluruh lembar resep pada periode tersebut dijadikan sampel dalam penelitian ini. Persentase resep yang memakai antibiotik terhadap total jumlah resep rawat jalan tersebut adalah sebanyak 23,32 %. Dari hasil penelitian, peneliti mengelompokkan data primer yang diambil dari resep rawat jalan yang mengandung antibiotik periode Oktober – Desember 2014 untuk mengetahui jenis dan jumlah antibiotik yang paling sering digunakan berdasarkan data demografi pasien yaitu jenis kelamin, kategori umur dan diagnosis penyakit. Dari hasil penelitian didapat hasil untuk penggunaan antibiotik berdasarkan jenis kelamin yaitu untuk laki – laki 624 resep (48,86%) dan untuk perempuan 653 resep (51,14%). Sedangkan berdasarkan kategori umur, penggunaan antibiotik paling sering yaitu untuk umur 0 – 5 tahun yaitu 511 lembar resep (40,02%), Dan penggunaan antibiotik paling sering berdasarkan diagnosis penyakit yaitu untuk penyakit ISPA sebanyak 363 lembar resep (28,42%).
Bila dikaitkan antara usia dan diagnosis pada pasien usia 0 – 5 tahun (40,02%) diagnosis yang paling sering ditemui adalah penyakit ISPA.
Penggunaan antibiotik dengan diagnosis ISPA untuk umur 0-5 tahun yaitu sebanyak 188 resep. Penyakit ISPA adalah penyakit yang diakibatkan adanya
infeksi pada sistem pernafasan atas. Penyebab terjadinya ISPA adalah virus, bakteri dan jamur. Terapi yang diberikan pada penyakit ini biasanya pemberian antibiotik walaupun kebanyakan ISPA disebabkan oleh virus yang dapat sembuh dengan sendirinya tanpa pemberian obat-obatan terapeutik, pemberian antibiotik dapat mempercepat penyembuhan penyakit ini dibandingkan hanya pemberian obat-obat simptomatik, selain itu dengan pemberian antibiotik dapat mencegah terjadinya infeksi lanjutan dari bakteri. Pemberian dan pemilihan antibiotik pada penyakit ini harus diperhatikan dengan baik agar tidak terjadi resistensi. Penyakit ISPA sering terjadi pada usia 0-5 tahun karena pada usia tersebut rentan terhadap penularan penyakit dan sistem pertahanan tubuh masih rendah. Penyebab ISPA selain disebabkan oleh virus, bakteri dan jamur juga disebabkan oleh faktor lingkungan dan pola hidup yang kurang bersih. ISPA yang berlanjut ke pneumonia sering terjadi pada anak-anak terutama bila terdapat gizi kurang dan dikombinasi dengan lingkungan yang kurang sehat. Kunjungan pasien yang berobat ke Puskesmas Pamanukan setiap tahunnya yang tertinggi adalah penyakit ISPA, ini mungkin disebabkan karena wilayah Pamanukan yang berada tidak jauh dari jalur pantura dengan lalu lintas yang selalu padat sehingga menyebabkan pencemaran udara, yang dapat memicu terjadinya penyakit ISPA. Selain itu merupakan daerah rawan banjir dan padat pemukiman penduduk sehingga memudahkan terjadinya penularan penyakit.
Data penggunaan antibiotik yang paling sering digunakan berdasarkan bentuk sediaan yaitu tablet dan kapsul sebanyak 671 lembar resep (52,55%) dan sirup sebanyak 606 lembar resep (47,45%), dimana persentasenya tidak beda jauh,
24
Tujuan penggunaan antibiotik bentuk sediaan tablet atau kapsul adalah untuk pasien anak usia 6 tahun keatas, remaja dan dewasa. Sedangkan sirup digunakan untuk bayi dan anak-anak. Beberapa kasus untuk anak usia 7 tahun keatas masih menggunakan bentuk sediaan sirup dengan alasan tidak bisa menelan tablet, sehingga dosis yang diberikan kurang sesuai atau pemberian kurang maksimal karena dengan sediaan satu botol dengan dosis yang lebih tinggi, penggunaan tidak terpenuhi untuk minimal 3 hari pengobatan. Karena keterbatasan sediaan, Puskesmas tidak bisa memberikan lebih dari satu botol untuk satu pasien setiap kali berobat.
Data penggunaan antibiotik berdasarkan zat aktif yang paling sering digunakan adalah dari golongan beta laktam, yaitu amoksisilin sebanyak 382 resep. Dan penggunaan terbanyak adalah untuk kasus ISPA sebanyak 132 resep.
Amoksisilin adalah aminopenicillin semisintetik dari kelompok antibiotik dari golongan beta laktam, memiliki spektrum aktivitas antibakteri yang luas melawan berbagai mikroorganisme gram positif dan gram negatif, bekerja melalui penghambatan terhadap biosintesis dinding sel mukopeptida. Amoksisilin dapat diindikasikan untuk penyakit ISPA, ISK dan infeksi kulit dan jaringan lunak. Jadi penggunaan antibiotik Amoksisilin untuk terapi ISPA sudah tepat. Amoksisilin diabsorpsi baik secara oral. Padahal saat ini resistensi antibiotik Amoksisilin sudah sangat tinggi. Masyarakat bisa dengan mudah membeli dan menggunakan Amoksisilin tanpa resep dari dokter, karena Amoksisilin banyak dijual bebas.
Sedangkan untuk penggunaan pada kasus penyakit gigi Amoksisilin sering dikombinasikan dengan Metronidazole karena kebanyakan masyarakat sebelum
datang berobat ke Puskesmas telah mengobati sendiri penyakitnya dengan membeli Amoksisilin yang dijual bebas di Apotek dengan obat analgetik, sehingga ketika datang berobat ke Puskesmas sudah resisten dengan Amoksisilin.
Selain itu pasien yang datang berobat gigi selalu datang dengan keluhan ingin segera ditindak dengan dicabut atau ditambal. Pemberian antibiotik kombinasi pada pengobatan kasus pasien gigi yaitu sebagai profilaktis antibiotik sebelum tindakan pencabutan atau penambalan gigi untuk mencegah infeksi bakteri.
Penggunaan antibiotik golongan sefalosforin yang terbanyak juga untuk kasus ISPA yaitu sebanyak 66 resep. Sefadroksil merupakan golongan sefalosforin generasi ke-1 yang diindikasikan untuk ISK,infeksi kulit, dan pilihan kedua untuk ISPA untuk pasien yang alergi terhadap beta laktam penisillin. Untuk tonsilofaringitis, selain digunakan Amoksisilin (31 resep), juga digunakan Sefadroksil sebanyak 23 resep. Tonsilofaringitis adalah radang pada tenggorokan yang terletak di bagian faring dan tonsil, atau disebut dengan radang tenggorokan, yang disebabkan olah bakteri dan atau virus.
Kotrimoksazol merupakan kombinasi antibiotik trimetoprim dan sulfametoksazol yang berkhasiat bakterisid, memperkuat khasiat (potensiasi) serta menurunkan resistensi dengan kuat. Penggunaannya untuk kasus ISPA dan pneumonia sudah tepat sesuai dengan standar terapi untuk pengobatan ISPA dan pneumonia.Penggunaan untuk ISPA yaitu sebanyak 79 resep (30,74%) dan Pneumonia sebanyak 71 resep (27,62%). Dan untuk infeksi saluran cerna, kasus GE sebanyak 26 resep (10,12%) menggunakan antibiotik Kotrimoksazol. GE (Gastroenteritis) adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang
26
memberikan gejala diare dengan atau tanpa disertai muntah. Atau buang air besar yang tidak normaldalam bentuk tinja yang encer dengan frekwensi yang lebih banyak dari biasanya.
Penggunaan antibiotik golongan kuinolon yaitu siprofloksasin untuk ISK sebanyak 16 resep (13,79%) sudah tepat, dan juga bisa diindikasikan untuk kasus ISPA dan abses infeksi jaringan kulit. ISK (Infeksi Saluran Kemih) adalah infeksi yang diakibatkan oleh bakteri aerob dari flora usus. Penggunaan untuk kasus bronchitis sebanyak 13 resep, bronchitis adalah penyakit pernafasan dimana saluran lendir pada saluran bronkial paru-paru menjadi meradang, dengan gejala batuk disertai dahak dan sesak nafas. Golongan kuinolon jangan diberikan pada anak usia dibawah 16 tahun, karena dapat menimbulkan penyimpangan pada pembentukan tulang rawan.
Golongan kloramfenikol dan tiamfenikol untuk kasus ISPA sebanyak 59 resep (48,36%) masih cukup tinggi, sedangkan untuk kasus Febris sebanyak 21 resep (17,21%) dan Typoid sebanyak 15 resep (12,29%) sudah tepat sesuai indikasi. Febris adalah suatu keadaan suhu tubuh diatas batas normal, atau biasa disebut dengan demam. Diagnosa febris disini masih dalam tahap observasi tapi sudah diberikan antibiotik. Typoid atau tifus adalah suatu infeksi atau suatu penyakit demam akut yang disebabkan oleh bakteri Salmonella thypi dan Salmonella paratyphi Tiamfenikol diindikasikan untuk infeksi typus, infeksi perut dan Gonore. Kloramfenikol adalah antibiotik spektrum luas yang berkhasiat bakteriostatis diindikasikan untuk infeksi typus, meningitis dan infeksi anaerob, namun penggunaannya sudah tidak direkomendasikan karena toksisitasnya yang
tinggi, yaitu efek samping depresi sumsum tulang belakang yang dapat menyebabkan penghambatan pembentukan sel darah merah dan anemia aplastis fatal. Selain itu penggunaan pada bayi baru lahir dapat menyebabkan gray baby syndrome Lebih baik menggunakan antibiotik lain yang lebih aman dengan efektivitas sama. Penggunaan golongan tetrasiklin yaitu doksisiklin sebanyak 1 resep yaitu untuk kasus ISK sudah tepat. Dan golongan makrolida yaitu eritromisin untuk kasus tonsilofaringitis sebanyak 1 resep.
Penggunaan antibiotik klindamisin lebih banyak diindikasikan untuk kasus pasien gigi sebanyak 16 resep (55,17%) dan abses jaringan kulit sebanyak 9 resep (31,03%), penggunaannya di Puskesmas Pamanukan merupakan pilihan kedua untuk kasus penyakit yang resisten terhadap amoksisilin, dan untuk kasus gigi pilihan antibiotik yang digunakan selain klindamisin yaitu kombinasi amoksisilin dan metronidazol. Abses adalah suatu penimbunan nanah biasanya terjadi akibat suatu infeksi bakteri. Jika bakteri menyusup ke dalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi infeksi. Sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan sel-sel yang terinfeksi.
Persentase peresepan dengan antibiotik non pneumonia di Puskesmas Pamanukan masih cukup tinggi rata-rata perbulan diatas 80%, masih diatas 20%, hal ini tidak sesuai dengan standar penggunaan obat rasional, karena kebanyakan pasien yang datang dengan kasus ISPA selalu diberi antibiotik dengan alasan untuk mempercepat penyembuhan, padahal penyakit ISPA dapat disembuhkan dengan istirahat yang cukup dan pola makan yang sehat.
28
Tujuan persentase peresepan dengan antibiotik yaitu mengukur tingkat penggunaan antibiotik yang umumnya digunakan secara berlebihan dan banyak menghabiskan biaya. Sesuai penelitian WHO, penggunaan antibiotik yang berlebihan dapat dipengaruhi oleh faktor kebiasaan dokter meresepkan antibiotik, permintaan pasien dan ketidakpastian diagnosis. Oleh sebab itu diperlukan evaluasi, standar terapi untuk penggunaan antibiotik dan peningkatan sarana untuk penegakan diagnosis infeksi pada fasilitas pelayanan kesehatan.
Oleh sebab itu persentase peresepan antibiotik diharapkan menjadi serendah mungkin untuk menghindari akibat yang tidak diinginkan yaitu resistensi antibiotik yang merugikan baik dari segi ekonomi yaitu bertambahnya biaya terapi maupun segi klinis yaitu bertambahnya keparahan penyakit.
29
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dari hasil penelitian tentang pemakaian antibiotik di Puskesmas Pamanukan periode bulan Oktober – Desember tahun 2014 maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Persentase kunjungan pasien yang mendapatkan antibiotik adalah 23,32%.
2. Jenis, jumlah dan persentase antibiotik yang digunakan di Puskesmas Pamanukan adalah Amoksisilin sebanyak 382 resep(29,91%), Sefadroksil sebanyak 165 resep (12,92%), Kotrimoksazol sebanyak 257 resep (20,13%), Siprofloksasin sebanyak 116 resep (9,08%), Kloramfenikol dan Tiamfenikol sebanyak 122 resep (9,55%), Klindamisin sebanyak 29 resep (2,27%), Metronidazol sebanyak 47 resep (3,68%), Sefiksim sebanyak 1 resep (0,08%), Doksisiklin sebanyak 1 resep (0,08%), Eritromisin sebanyak 1 resep (0,08%), kombinasi Amoksisilin dan Metronidazol sebanyak 156 resep (12,22%).
3. Persentase pemakaian antibiotik yang paling sering berdasarkan jenis kelamin yaitu perempuan sebanyak 653 resep (51,14%) dan laki-laki sebanyak 624 resep (48,86%).
4. Persentase pemakaian antibiotik yang paling sering berdasarkan kategori umur yaitu usia 0 – 5 tahun sebanyak 511 resep (40,02%). Dan diagnosis
30
terbanyak dari resep untuk anak usia 0 – 5 tahun yaitu penyakit ISPA sebanyak 188 resep.
5. Persentase pemakaian antibiotik yang paling sering digunakan berdasarkan diagnosis penyakit yaitu ISPA sebanyak 363 resep (28,42%).
6. Persentase data pemakaian antibiotik yang paling sering digunakan yaitu dari golongan betalaktam Amoksisilin yaitu sebanyak 382 resep (29,91%).
5.2 Saran
1. Diharapkan dapat dilakukan penelitian lebih lanjut tentang penggunaan antibiotik di Puskesmas yang sesuai standar penggunaan obat rasional, analisis kesesuaian dosis, kesesuaian indikasi serta kemungkinan potensi interaksi yang mungkin terjadi dari penggunaan kombinasi antibiotik.
2. Penggunaan antibiotik secara rasional lebih ditingkatkan untuk mencegah resistensi antibiotik.
31
Budiman. 2013. Penelitian Kesehatan. Bandung : PT. Refika Aditama.
Departemen Kesehatan RI. 2002. Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas.
Katzung, Bertram.G. 1998. Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi IV cetakan ke-1.
Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Puskesmas Pamanukan. 2013. Laporan Tahunan Puskesmas Pamanukan Tahun 2013.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor. 35 Tahun 2014
Riyanto, A. 2011. Aplikasi Metode Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika.
Syamsuni, H.A. 2007. Ilmu Resep . cetakan I. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Tjay, T.H dan Kirana Rahardja. 2007. Obat-obat Penting. Cetakan pertama Edisi ke-6. Jakarta : Elex Media Komputindo.
World Health Organization. 1993. How to Investigate of Drug Use in Health Facilities. Geneva: World Health Organization.Melalui http://apps.who.int/medicinedocs/en/d/Js2289e/.
World Health Organization. 2011.The World Medicine Situation. Geneva: World Health Organization. Melalui http://apps.who.int/medicinedocs/en/d/
s16073e/.
32
Lampiran 1
Sebaran Data Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin
Lampiran 2
Sebaran Data Pasien Berdasarkan Kategori Umur
Lampiran 3
Sebaran Data Pasien Berdasarkan Diagnosis Penyakit
Lampiran 4
Data Penggunaan Antibiotik Berdasarkan Zat Aktif
34
Lampiran 5
Data Penggunaan Antibiotik Berdasarkan Bentuk Sediaan
Lampiran 6
Data Penggunaan Antibiotik Golongan Beta Laktam
Lampiran 7
Distribusi Penggunaan Antibiotik Golongan Sefalosforin
Lampiran 8
Distribusi Penggunaan Antibiotik Golongan Sulfonamida
36
Lampiran 9
Distribusi Penggunaan Antibiotik Golongan Kuinolon
Lampiran 10
Distribusi Penggunaan Antibiotik Golongan Kloramfenikol dan Tiamfenikol
Lampiran 11
Distribusi Penggunaan Antibiotik Golongan Tetrasiklin
Lampiran 12
Distribusi Penggunaan Antibiotik Golongan Makrolida ISK
Tonsilofaringitis
38
Lampiran 13
Distribusi Penggunaan Antibiotik Golongan Klindamisin
Lampiran 14
Distribusi Penggunaan Antibiotik Golongan Metronidazol
i
Lampiran 15
Distribusi Penggunaan Antibiotik Kombinasi
Lampiran 16
Data Penggunaan Antibiotik Dengan Diagnosa Terbanyak Berdasarkan Umur Peny. Gigi
40
LAMPIRAN 17
CONTOH LEMBAR RESEP YANG MENGANDUNG ANTIBIOTIK.
Lampiran 18:
Data Resep Yang Mengandung Antibiotik di Puskesmas Pamanukan Periode Oktober sampai Desember 2014
No L/P Usia Diagnosa Antibiotik Bentuk Sediaan
1 P 5 ISPA Kotrimoksazol sirup
2 P 28 Tonsilofaringitis Sefadroksil kapsul
3 L 6 ISPA Sefadroksil sirup
4 L 44 Febris Siprofloksasin tablet
5 L 43 Abses Siprofloksasin tablet
6 L 4 GE Kotrimoksazol sirup
7 P 6 bulan Pneumonia Amoksisilin sirup
8 P 29 ISK Siprofloksasin tablet
9 P 2,5 Pneumonia Kotrimoksazol sirup
10 P 6 ISPA Amoksisilin sirup
11 P 32 Tonsilofaringitis Amoksisilin tablet
12 L 24 Bronchitis Sefadroksil kapsul
13 L 50 Tonsilofaringitis Amoksisilin tablet
14 L 46 Typoid Siprofloksasin tablet
15 L 7 ulkusgigi Amoksisilin tablet
16 P 26 Peridontitis Metronidazol tablet
17 P 8 ulkusgigi Amoksisilin tablet
18 P 35 Pulvitisakut Amoksisilin-Metronidazol tablet
19 L 8 Abses Metronidazol tablet
20 P 50 Abses Klindamisin tablet
21 L 2 ISPA Tiamfenikol sirup
22 P 2,5 Typoid Kotrimoksazol sirup
23 p 70 Abses Siprofloksasin tablet
24 L 9 Tonsilofaringitis Amoksisilin tablet
25 P 30 Gingivitis Metronidazol tablet
26 L 7 Abses Metronidazol sirup
27 P 6 ISPA Amoksisilin sirup
28 L 5 ISPA Tiamfenikol sirup
29 L 4 bln ISPA Kotrimoksazol sirup
30 P 10 Febris Amoksisilin tablet
31 P 28 Bronchitis Siprofloksasin tablet
32 P 3 ISPA Amoksisilin sirup
33 P 4 bln ISPA Tiamfenikol sirup
42
Lanjutan lampiran 18
No L/P Usia Diagnosa Antibiotik BentukSediaan
34 P 5 bln ISPA Tiamfenikol sirup
35 P 8 bln ISPA Tiamfenikol sirup
36 L 9 bln Pneumonia Tiamfenikol sirup
37 P 5 ISPA Kotrimoksazol sirup
38 P 4 ISPA Kotrimoksazol sirup
39 L 6 Pneumonia Kotrimoksazol sirup
40 P 6 Bln Pneumonia Kotrimoksazol sirup
41 P 2,5 ISPA Tiamfenikol sirup
42 L 3 Pneumonia Kotrimoksazol sirup
43 L 2 ISPA Sefadroksil sirup
44 L 3 GE Kotrimoksazol sirup
45 P 4,5 ISPA+GE Kotrimoksazol sirup
46 P 3 Pneumonia Amoksisilin sirup
47 P 50 Abses Amoksisilin tablet
48 L 2 Bronchitis Amoksisilin sirup
49 P 4 Pneumonia Kotrimoksazol sirup
50 L 20 bln Febris Kotrimoksazol sirup
51 L 58 Post ext Amoksisilin tablet
52 P 50 Pulvitisakut Amoksisilin-Metronidazol tablet
53 P 60 Peridontitis Metronidazol tablet
54 L 7 Abses+ISPA Sefadroksil sirup
55 L 1 ISPA Tiamfenikol sirup
56 P 25 ISPA Tiamfenikol tablet
57 L 4 ISPA Sefadroksil sirup
58 L 30 ISPA Amoksisilin tablet
59 L 38 Gonore Sefiksim tablet
60 P 40 Gonore Siprofloksasin tablet
61 P 1 ISPA+GE Kotrimoksazol sirup
62 L 15 bln GE Kotrimoksazol sirup
63 P 28 ISPA Amoksisilin tablet
64 L 4 Tonsilofaringitis Kotrimoksazol sirup
65 L 3 ISPA Sefadroksil sirup
66 L 3 ISPA Amoksisilin sirup
67 L 7 ISPA+Varicella Sefadroksil sirup
68 P 3 Bronchitis Sefadroksil Sirup
Lanjutan lampiran 18
No L/P Usia Diagnosa Antibiotik Bentuk Sediaan
69 P 38 Bronchitis Amoksisilin tablet
70 L 10 ISPA Amoksisilin tablet
71 L 48 Abses Siprofloksasin tablet
72 P 6 Parotitis Sefadroksil sirup
73 L 50 Febris Kloramfenikol kapsul
74 P 40 Pulvitisakut Klindamisin kapsul
75 L 48 Pulvitisakut Klindamisin kapsul
76 L 38 Pulvitisakut Amoksisilin-Metronidazol tablet
77 P 1 ISPA Tiamfenikol sirup
78 L 19 ISPA Siprofloksasin tablet
79 P 3 ISPA Sefadroksil sirup
80 P 3 ISPA+GE Kotrimoksazol sirup
81 L 5 Tonsilofaringitis Kotrimoksazol sirup
82 L 31 ISPA Siprofloksasin tablet
83 L 6 Fluor albus Amoksisilin sirup
84 P 3 Pneumonia Sefadroksil sirup
85 P 4 Tonsilofaringitis Amoksisilin sirup
86 L 48 ISPA Sefadroksil tablet
87 P 7 ISPA+Varicella Amoksisilin sirup
88 P 27 Pulvitisakut Amoksisilin-Metronidazol tablet
89 P 42 Pulvitisakut Amoksisilin-Metronidazol tablet
90 L 15 Pulvitisakut Amoksisilin-Metronidazol tablet
91 L 1 ISPA+Konstipasi Kotrimoksazol sirup
92 P 1 Pneumonia Amoksisilin sirup
93 P 3 ISPA Amoksisilin sirup
94 L 52 Tonsilofaringitis Amoksisilin tablet
95 L 19 bln Bronchitis Tiamfenikol sirup
96 P 8 Febris Kotrimoksazol tablet
97 L 28 ISK Siprofloksasin tablet
98 P 6 bln Febris Kotrimoksazol sirup
99 P 3 Febris Sefadroksil sirup
100 P 37 Pulvitisakut Amoksisilin-Metronidazol tablet
101 P 2 1/2 Pneumonia Tiamfenikol sirup
102 P 1 Febris Tiamfenikol sirup
103 L 1 Pneumonia Tiamfenikol sirup