• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP DAN PRINSIP INTEGRASI ILMU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KONSEP DAN PRINSIP INTEGRASI ILMU"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

i

KONSEP DAN PRINSIP INTEGRASI ILMU

Dosen Pengampu : Amirullah, S. Pd., M.A

Anggota Kelompok 3:

Alfiah Aulia Putri 1901025367

Afifah Handiar 1901025199

Ananda Kurnia Cipta 1901025415 Febiyanti Tiara Suci 1901025403 Tasya Humaira Azzahra 1901025187 Sahla Weny Triannisa 1901025151

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA

TAHUN 2022

(2)

ii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Alhamdulillahirabbil’alamin, Dengan Menyebut nama Allah yang maha Pengasih lagi Maha

Penyanyang. Puji syukur kkita panjatkan ehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat

dan inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep dan Prinsip Integrasi Ilmu”

Terima kasih saya ucapkan kepada Bapak Amirullah, S. Pd., M.A yang telah membantu kami baik secara moral maupun materi. Terima kasih juga saya ucapkan kepada teman-teman seperjuangan yang telah mendukung kami sehingga kami bisa menyelesaikan tugas ini tepat waktu.

Kami menyadari, bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang. Semoga makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Bekasi, 26 Maret 2022

Kelompok 3

(3)

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI... iii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Masalah ... 2

BAB 2 PEMBAHASAN ... 3

2.1 Pengertian Integrasi ilmu ... 3

2.2 Tujuan Integrasi Ilmu ... 5

2.3 Konsep Integrasi Ilmu ... 6

2.4 Landasan Integrasi ... 7

2.5 Prinsip atau Nilai Dasar Integrasi Islam ... 8

2.6 Bentuk-Bentuk Integrasi Ilmu……….…….…….……….10

BAB 3 PENUTUP ... 12

3.1 Kesimpulan ... 12

3.2 Saran ... 12

DAFTAR PUSTAKA ... 13

(4)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Agama Islam menempatkan ilmu dan ilmuwan dalam kedudukan yang tinggi, sejajar dengan orang-orang yang beriman Hal ini bisa dilihat dari banyaknya nash baik al-Qur‘an maupun al-Sunnah yang menganjurkan manusia untuk menuntut ilmu, bahkan wahyu yang pertama kali turun adalah ayat yang berkenaan dengan ilmu yakni perintah untuk membaca pada surat Al-Alaq.

Umat Islam mendapatkan semangat yang luar biasa karena banyak sekali perintah atau nash yang menyinggung masalah keilmuan. Hal ini bisa dilihat pada masa awal Islam, banyak sekali kegiatan pengembangan ilmu pengetahuan, bahkan sumber ilmu yang dikembangkan itu berasal dari agama dan peradaban selain Islam. Para ulama banyak menerjemahkan buku-buku dari Yunani dan Persia. Namun usaha yang dilakukan tidak terbatas sebagai penerjemah saja, tapi juga memberikan tambahan berupa saran dan kritik terhadap ilmu yang dipelajari dari luar tersebut dan juga mengembangkan ilmu pengetahuan yang sudah ada, sehingga memunculkan suatu teori baru.

Pengembangan ilmu tidak mungkin berdiri sendiri, tetapi selalu terkait dengan persoalan-persoalan lain termasuk agama, sebaliknya, pembahasan mengenai agama tidak akan pernah lepas dari pengaruh-pengaruh yang ditimbulkan oleh kemajuan, agama dan ilmu merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Islam mengajarkan umatnya untuk senantiasa mengamati alam dan menggunakan akal.

Pemikiran tentang integrasi atau Islamisasi ilmu pengetahuan di lakukan oleh kalangan intelektual muslim, tidak lepas dari kesadaran beragama. Secara totalitas di tengah ramainya dunia global yang sarat dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi hubungan antara ilmu dan agama mengalami perubahan sehingga umat islam menginginkan integrasi, mengusulkan agar ilmu dan agama disatukan kembali, karena telah mengakibatkan banyak sekali bencana kemanusiaan. Sedangkan pihak yang mengusulkan adanya sekulerisasi dalam kehidupan, menginginkan seluruh segi kehidupan dipisahkan dari agama, termasuk bidang ilmu pengetahuan. Bahkan ada sebagian cendekiawan muslim yang mengancam akan mengislamkan sains modern dengan mencocokkannya dengan ayat-ayat al-Qur‘an.

(5)

2 1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Integrasi ilmu ? 2. Apa tujuan dari integrasi ilmu ?

3. Bagaimana Konsep Integrasi Ilmu ? 4. Bagaimana landasan Integrasi ?

5. Bagaimana Prinsip atau Nilai Dasar Integrasi Islam ? 1.3 Tujuan Masalah

1. Mengetahui Definisi Integrasi Ilmu 2. Mengetahui Tujuan Integrasi Ilmu 3. Mengetahui Konsep Integrasi Ilmu 4. Mengetaui bagaimana Landasan Integrasi

5. Mengetahui Prinsip dan NIlai dasar dari Integrasi Islam

(6)

3

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Integrasi ilmu

Ilmu berasal dari bahasa Arab ‘ilm yang artinya pengetahuan. Menurut Hujjatul Islami Imam al-Ghazali (505/1111), ilmu merupakan pengetahuan akan sebagaimana adanya (ma’rifat al-shay ‘ala mahwabihi). menurut Profesor Syed Muhammad Naquib al-Attas dalam monografinya yang berjudul The Concept of Education in Islam, ilmu merupakan sampainya makna dalam jiwa.

Ibnu Khaldun punya pemikiran bahwa ilmu itu bisa dibagi menjadi dua macam, ilmu naqliyah (ilmu yang berdasarkan pada otoritas yang juga disebut sebagai ilmu tradisional) dan ilmu ‘aqliyah (ilmu yang didasarkan pada akal atau dalil rasional).

Ilmu yang pertama ini contohnya seperti ilmu-ilmu al-Qur’an, hadis, tafsir, ilmu kalam, tasawuf, dan ta’bir al-ru’yah. Sedangkan ilmu yang kedua yaitu ilmu-ilmu filsafat (metafisika), matematika, dan fisika, dengan segala macam pembagiannya.

Secara etimologis, integrasi merupakan kata serapan dari Bahasa Inggris integratsi integration- yang kemudian diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia menjadi integrasi yang berarti menyatu-padukan; penggabungan atau penyatuan menjadi satu kesatuan yang utuh pemaduan. Jadi Integrasi berarti kesempurnaan atau keseluruhan, yaitu proses penyesuaian di antara unsur-unsur yang saling berbeda. Ide pengintegrasian ilmu dikembangkan pertama kali oleh Muhammad Natsir. Beliau melihat bahwa mereka yang hanya mempelajari ilmu agama dan yang hanya mempelajari ilmu dunia sama-sama jauh dari agamanya. Sebab didalam Al Qur’an surat Al Qashash ayat 77, Allah memerintahkan kita agar hidup seimbang. Dengan demikian Integrasi adalah keterpaduan antara nilai-nilai agama (dalam hal ini Islam), dengan ilmu pengetahuan pada umumnya.

Integrasi adalah pengembangan keterpaduan secara nyata antara nilai-nilai agama (dalam hal ini Islam) dengan ilmu pengetahuan pada umumnya, maka yang perlu dipikirkan selanjutnya adalah bagaimana suasana Pendidikan, kultur akademik, kurikulum, sarana dan prasarana dan yang tidak kalah pentingnya adalah profil guru yang harus dipenuhi untuk mewujudkan konsep Pendidikan integrative seperti yang dimaksudkan itu. Integrasi, terpadu atau apapun sebutannya tidak hanya bersifat formal, yang hanya mencakup persoalan-persoalan sepele dan

(7)

4

artifisial, tetapi integrasi dalam kualitas berbagai komponen system penyelenggaraan Pendidikan, yang semuanya itu berujung pada terwujudnya kepribadian siswa yang integrative, yang sekligus menunjukan adanya tingkat keunggulan tertentu dibandingkan dengan yang lain.

Integrasi Ilmu adalah keterpaduan secara nyata antara nilai-nilai agama (dalam hal ini Islam) dengan Ilmu Pengetahuan Umum atau Sains. Jika dipelajari secara seksama, sesungguhnya ilmu pengetahuan di dunia ini dapat di klasifikasikan menjadi tiga golongan, yaitu ilmu alam (natural science), ilmu social (social science), dan ilmu humaniora (humanities). Ketiga jenis ilmu (ilmu alam, ilmu social, dan ilmu humaniora) berlaku secara universal, di mana saja. Hanya saja, dikalangan Islam merumuskan ilmu tersendiri yang bersumberkan pada al-Quran dan Hadits.

Integrasi ilmu adalah suatu upaya umat Islam untuk tidak tenggelam dalam dikhotomi ilmu. Dikhotomi ilmu adalah suatu ‘penyakit’ yang harus diseingkirkan karena akan menyebabkan masuknya faham-fahamsekuler ke tubuh umat Islam.

Tidak akan dapat diharapkan kebangktan umat Islam jika penyakit yang menggerogati umat Islam ini tidak jika tidak segera dihilangkan. Dengan menganut faham dikhotomi ilmu maka umat Islam akan selalu terbawa dan terseret kedalam faham sekulerisme yang menyesatkan.

Terjadinnya dikotomi ilmu dalam Islam disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya;

1. faktor perkembangan dan pembidangan ilmu pengetahuan yang bergerak sedemikian pesat sehingga membentuk berbagai cabang ilmu pengetahuan.

Hal ini menyebabkan hubungan ilmu dengan induknya semakin jauh.

2. faktor historis kemunduran umat Islam di abad pertengahan yakni tahun 1250-1800 M. Pada masa ini dominasi fuqoha dalam pendidikan Islam sangat kuat, sehingga terjadi kristalisasi dan anggapan bahwa ilmu agama tergolong fardu„ain, sedangkan ilmu umum termasuk fardu kifayah.

3. faktor internal kelembagaan pendidikan Islam yang belum mampu menghadapi kompleksitas dan perkembangan bidang ekonomi, politik, hukum dan sosial budaya, ditambah lemahnya manajemen di lembaga pendidikan Islam.

(8)

5

Maka dari itu Integrasi ilmu penting karena dengan menggabungkan berbagai ilmu tersebut, tidak ada lagi dikotomi ilmu yang dikaji maupun yang dikaji oleh para sarjana muslim

2.2 Tujuan Integrasi Ilmu

Membicarakan tentang integrasi berarti berupaya untuk memadukan antara sains dan agama untuk menciptakan format baru hubungan sains (ilmu pengetahuan) dan Islam dalam upaya membangun kembali sains Islam yang selama ini dipandang tidak ada. Agama dan sains berbeda dalam metodologi ketika keduanya mencoba untuk menjelaskan kebenaran. Metode agama umumnya bersifat subyektif, tergantung pada intuisi/pengalaman pribadi dan otoritas nabi/kitab suci. Sedangkan sains bersifat obyektif, yang lebih mengandalkan observasi dan interpretasi terhadap fenomena yang teramati dan dapat diverifikasi.

1. Islam adalah agama yang memerintahkan umatnya untuk menjadikan ajaran agama Islam dengan sumber utamanya sebagai rahmatan lil’alamin. Bagi komunitas Muslim, Islam adalah sebuah sistem agama, kebudayan, dan peradaban secara menyeluruh, ia merupakan sistem holistik yang menyentuh setiap aspek kehidupan manusia. Etika dan nilai-nilainya menyerap setiap aktivitas manusia, termasuk didalamnya ilmu pengetahuan.

2. Sedangkan yang terjadi pada intelektual spiritual Barat, menurut Hossein Nasr, itu disebabkan karena Barat telah menduniawikan (mensekulerkan) pengetahuan dan kehilangan kontak dengan yang metafisik. Sehingga, tampak keduanya memposisikan paradigma yang berbeda.Salah satu implikasi di atas memunculkan banyak reaksi dari beberapa pihak, sains modern menjadi tantangan tersendiri, terutama bagi kalangan pendidikan Islam, kemudian, hal ini menjadi isu yang besar: yakni dikotomi agama dan sains. Isu ini hanya akan berarti jika dipandang dalam konteks bangkitnya kesadaran di kalangan dunia Islam yang dihadapkan dengan sains modern. Yakni model pengkajian alam semesta yang dikembangkan oleh filosofi dan Ilmuwan Barat sejak abad ke tujuh belas, termasuk seluruh aplikasi praktisnya di wilayah teknologi.

3. Istilah Islamisasi untuk pertama kali sangat populer ketika konferensi Dunia yang pertama kali tentang Pendidikan Islam yang dilangsungkan di Makkah pada April 1977. Islamisasi adalah konsep pembebasan manusia dari tradisi-

(9)

6

tradisi yang bersifat magnis-sekuler. Yang membelenggu pikiran dan prilakunya.

4. Islamisasi dalam pengertian ini meniscayakan pada pendestruksian terhadap kekuatan-kekuatan tradisi yang tidak mempunyai kerangka argumentasi yang jelas. Sedang Islamisasi dalam kontek sains adalah suatau upaya integrasi wawasan objek sains yang harus ditempuh sebagai awal proses integrasi kehidupan kaum Muslimin.

5. Bagi al-Faruqi, pengintegrasian pengetahuan tersebut dilakukan dengan cara memasukkan pengetahuan baru dengan warisan Islam dengan melakukan eliminasi, perubahan, reintrepetasi, dan penyesuaian terhadap komponen komponennya sebagai pandangan Dunia Islam (Wolrdview Islam), serta menetapkan nilai-nilainya.

Menurut Quraish Shihab, kata ilmu dalam berbagai bentuk terdapat 854 kali dalam Al-Quran. Menurut Islam, ilmu terbagi menjadi dua yaitu : ilmu yang bersifat materi (dapat didengar, dilihat dan dirasakan). Kemudian ilmu yang bersifat materi (spiritual, keyakinan dan motivasi ketenangan jiwa). Al-Gahazali membagi ilmu menjadi dua macam yaitu Fardhu Ain (Ilmu agama) dan fardhu Kifayah (ilmu non-agama). Yang mana Fardhu Ain adalah keawajiban setiap orang menjadikan prioritas dalam mempelajari ilmu, sedaangkan fardhu kifayah itu kewajiban setiap kelompok, dimana harus ada yang melaksanakannya, apabila tidak ada sama sekali maka satu kelompok tersebut salah atau berdosa. Dapat diaartikan bajwa ilmu ahama itu harus dikuasai setiap individu yang merupakan suatu kewajiban. Ketika ilmu agama sudah di pelajari, maka boleh selanjutnya mempelajri ilmu-ilmu lain. Pada pengertian tersebut, banyak orang yang salah mengartikan atau menafsirkan dari teori tersebut mereka lebih mementingkan ilmu agama dan menomorduakan ilmu non agama.

2.3 Konsep Integrasi Ilmu

Membandingkan antara Islam dengan filsafat dan ilmu pengetahuan kontemporer, sebagaimana yang disadari oleh al-Attas terdapat persamaan khususnya dalam hal-hal Yang menyangkut sumber dan metode, kesatuan cara mengetahui secara nalar dan empiris, kombinasi realisme, idealisme dan pragmatisme sebagai fondasi kognitif bagai

(10)

7

Filsafat sains proses dan filsafat sains. Al-Attas menegaskan bahwa terdapat sejumlah perbedaan mendasar dalam pandangan hidup (divergent worldviews).

Wolrdview Islam merupakan pandangan Islam tentang realitas dan kebenaran yang bukan hanya tampak oleh mata tapi juga hati kita yang mampu menjelaskan hakekat wujud oleh karena apa yang dipancarkan Islam adalah wujud yang total baik yang fisik atau metafisik maka Wolrdview Islam berarti pandangan Islam tentang wujud (ru‟yat al-Islam lil-wujud). Terdapat perbedaan yang sangat fundamental yang tidak mungkin dikompromikan antara pandangan Islam dan Barat.

Worldview Islam tidak berdasarkan dikotomis seperti obyektif-subyektif, historis-normatif, tekstual kontekstual. Akan tetapi, realitas dan kebenaran dipahami dengan metode tauhidi di mana terdapat kesatuan antara kaidah empiris, rasional, deduktif dan induktif, sebagaiman para sarjana pada masa silam menggunakan berbagai metode dalam penyelidikan mereka. Realitas dan kebenaran dalam konsep Islam bukan semata-mata fikiran tentang alam inderawi dan peranan manusia dalam sejarah, sosial, politik dan budaya sebagaimana yang ada dalam konsep Barat sekuler mengenai dunia yang hanya menaruh perhatian terhadap dunia empiris Saja.

Naquib al-Attas beranggapan bahwa solusi dari permasalahan yang kita (Umat Islam) hadapi adalah dengan konsep integrasi agama dan sains yaitu Islamisasi.

Menurut Al-Attas, padaawalnya sains ada pada bentuknya yang Islam. Namun seiring dengan Perkembangan zaman, bentuk fithrah sains sedidit demi sedikit berubah. Perubahan itu Terjadi bersamaan dengan proses sekulerisasi masyarakat yang terjadi di Eropa yang Beberapa Tahun kemudian diekspor kedunia Islam.

Definisi sekulerisasi yang menurut Naquib al-Attas paling sesuai adalah definisi yang diberikan oleh seorang teolog Belanda, Coernelius Van Peursen yang pernah menjabat Ketua Jurusan Filsafat di Universitas Leiden. Van peursen mendefinisikan sekulerisasi sebagai Pembebasan Seseorang, pertama dari kontrol religius dan kemudian metafisis, terhadap pemikiran dan Bahasanya.

2.4 Landasan Integrasi

Integrasi agama dan sains adalah kerja-kerja kognitif dan spiritual yang terjadi secara bersamaan tanpa ada celah waktu. Sebelum “memisahkan” dan

“mengeluarkan” ide-ide dan konsep-konsep yang tidak Islami, seseorang pertama tama harus mampu mengidentifikasikan semua itu dan memilki pemahaman yang

(11)

8

mendalam mengenai pandangan dunia Islam berikjut semua ekemen dan konsep kunci nya.

Proses ini menurut Al-Attas senada dengan kalimat lā Ilāha Illallāllah (Tiada Tuhan Selain Allah) yang berisi dua Klaus yang tersambung dalam satu kalimat.

Klaus yang pertama lā Ilāha (Tiada Tuhan) adalah sebuah penolakan dari konsep- konsep serta elemen ketuhanan yang ada dalam semesta ini. Sedangkan satu satunya Tuhan yang ada dan yang diakui. Kedua aksi ini, penolakan dan afirmasi terjadi secara simultan sehingga tidak terdapat celah yang kosong antara aksi tersebut.

Dengan demikian, Integrasi agamadan sinas juga bekeerja secara simultan.

Seperti yang dijelaskan diatas, Integrasi yang digagas oleh Al Attas ini bisa dikatakan sebagai dekonstrusi atau sekularisasi dan melanjutkan dengan melakukan rekontruksi dengan cara meletakkan dan melanjutkannya dengan melakukan rekontruksi dengan cara meletakan pondasi ontology yang kokoh yang didasarkan atas prinsip kesatuan tauhid, yaitu bahwa semua pengetahuan berasal dari Allah.

Dari prinsip ini secara aksiologis diletakkan nilai-nilai moralitas adab, kemudian secara epoitomologis dimulai dengan bahsam dibangun kerangka keilmuan dengan cara mengintegrasikan semua sumber pengetahuan yang berasal dari wahyu, intuisi, rasio, maupun empiri.

Setelah mengetahui secara mendalam mengenai pandangan hidup Islam dan Barat serta konsep dan landasan Integrasi agama dan sains, maka proses integrasi baru bisa dilaksanakan.

2.5 Prinsip atau Nilai Dasar Integrasi Islam

Dalam ilmu, terdapat beberapa hal yang perlu kita ketahui dalam sebuah prinsip utama untuk mengintegrasikan ilmu dalam kehidupan yang penuh dinamika ini.

Tentu saja dalam sebuah persoalan-persoalan Islam yaitu sebuah konsep tauhid (tauhid) “La Ilaha Illallah” bermakna “tidak ada tuhan melainkan Allah”. Konsep ini telah menjadi prinsip mendasar yang telah diajarkan oleh Islam untuk manusia dan kaitannya tentang integrasi ilmu, telah menjadi suatu prinsip utama pada epistemologi Islam, sehingga menjadi pengungkap benang merah dan titik pisah antara ilmu dan agama pada pengetahuan manusia.

Dalam perspektif tauhid, ilmu yang total dan sempurna atau mutlak hrus diyakini sebagai milik Allah seperti yang ditegaskan secara mutlak sebanyak lebih kurang 30 (tiga puluh) kali dalam Alquran dengan redaksi ayat “wa huwa bi kulli

(12)

9

syay’ ‘alim”. Karenanya, sumber segala ilmu manusia dalamperspektif Islam adalah Allah Swt, sebab pada hakikatnya Ia-lah yang mengajarkan kepada manusia segala sesuatu yang mereka ketahui (QS. Al-‘alaq: 5), dan bahkan para malaikat pun mengakui bahwa mereka tak memiliki pengetahuan apapun melainkan karena diajari oleh Allah (QS. Al-Baqarah:32).

Sementara prinsip pendukungnya yaitu inklusivitas (menempatkan diri ke dalam cara pandang orang lain), dialogis, relevansi, objektivikasi, kebenaran, keadilan, istislah (kemaslahatan), dan holistik. Adapun Metode Integrasi Ilmu antara lain :

1. Menjadikan Alquran dan hadis sebagai sumber ilmu pengetahuan 2. Memperluas materi kajian agama Islam dan menghindari dikotomi ilmu 3. Menumbuhkan pribadi yang berkarakter ulul albab

4. Mendalami ayat-ayat Alquran yang berbicara tentang sains 5. Mengembangkan kurikulum pendidikan.

Kajian tidak ditunjukan kepada kepentingan praktis, tetapi didelegasi untuk tujuan tujuan memahami eksistensi alam dan manusia. Dengan ini akan mampu menghantarkan umat pada peningkatan iman kepada Tuhan yang menciptakan ilmy sekaligus sebagau sumber ilmu tersebut. Melepaskan ikatan-ikatan ilmu pengeathuan dari pengaruh sekularisme. Desekulerisasi ini akan menghadirkan pada keniscayaan kebenaran religious cesara difernesial. Dalam ketiga inilah terjadi hubungan simultan dan saling melengkapi (complementary), yang pada tahap selanjutnya membutuhkan pada susunan Langkah-langkah praktis dalam usaha integrasi agama dan sains. Dalam skala global, persoalan pokok yang dihadapi social dalam dua bentuk. Menurut Dr. Zubaedi M.Ag. M.pd dalam bukunya Islam Benturan dan Antar Peradaban, membagi dua masalah tersebut menjadi dua, yakni sekulaisasi obyektif dan sekularisasi subyektif. Sekularisasi obyektif bersifat konkret dan radikal, biasanya ditandai dengan pemisahan urusan/bidang agama ruhaniah dengan urusan/bidang material jasmaniah. Praktik ini mudah kita temukan dalam sejarah kehidupan masyarakat modern, terutama negara-negara Barat yang mempunyai pengalaman negative soal hubungan agama (gereja) dengan keilmuan.

Adapaun Sekularisasi subyektif bersifat halus, biasanya ditandai dengan perasaan atau keyakinan batin untuk tidak menghubungakan pengalaman pragmatis sahri-hari dengan pengalaman keagamaan. Ia cenderung membebaskab diri dari

(13)

10

control ataupun komitmen terhadap nilai-nilai agama. Begitu halusnya sampai orang yang mempraktikkannya kadang-kadang kurang menyadarinya.

Menurut keduanya, masa depan manusia adalah sekuler dan tramsdentalisasi atau proses dimana Tuhan menjadi impersonal. Jika dilacak, munculnya kecenderungan masyarakat modern kearah sekularistik dikondisikan oleh sains dan teknologi. Kontruksi Iptek modern yang kurang mengakomodasikan dimensi religiutas bersumber dari paraigma yang diandalkan oleh para ilmuan modern dalam membangun pengetahuan yang bercorak rasionalistik, positvistik, dan pragmatis. Cara berpikir yang lebih mementingkan hal-hal rasional-material dan menafikan hal-hal spiritual metafisik ini secara tidak sadar tealh mereduksi dimensi kemanusiaan yang secara fitrah tidak bisa lepas dari hal- hal mistis spiritualis.

Salah satu dampaknya, umat menjadi terperangkap pada jaringan system rasionalitas ilmu penegathuan dan teknelogi yang kurang humanis. Jika sudah demikian, manusia modern akan mengalami kekosongan dalam landasan moral dan kurang mampu memenuhi kebutuhan pkoknya dalam aspek nilai-nilai Ilahiyah (Transenden). Pengalaman masyarakat Barat setidak-tidaknya telah memberikan pelajaran berharga akan hal ini. Masyarakat yang kini memasuki Era Post-Industrial Society dengan merah kemakmuran material melimpah berkat perangkat teknologi yang serba mekanis dan otomatis.

2.6 Bentuk-Bentuk Integrasi Ilmu

a. Adapun Bentuk-bentuk Integrasi Keilmuan antara lain adalah :

1. Bentuk Integrasi Kelimuan Berbasis Filsafat Klasik, yaitu berusaha menggali warisan filsafat islam klasik. Tokoh yang berpengaruh dalam bentuk integrasi kelimuan ini adalah Seyyed Hosein Nasr. Menurutnya Nasr Pemikiran Muslim klasik berusaha memasukan tauhid kedalam skema teori mereka. Prinsip tauhid yaitu kesatuan tuhan dijadikan sebagai prinsip kesatuan alam tabi’i.

2. Bentuk Integrasi Kelimuan Berbasis Tasawuf. Penggagasnya ialah Syekh Muhammad Naquid al-attas yang kemudian ia istilahkan dengan konsep islamisasi ilmu. Pengetahuan atau Islamization of knowloedge yang berarti pembebasan ilmu pengetahuan dari penafsiran yang berdasarkan ideologi,makna-makna dan ungkapan- ungkapan sekuler.

(14)

11

3. Bentuk Integrasi Keilmuan berbasis Fiqih. Penggagas bentuk ini ialah al marhum, Ismail Raji al Faruqi. Pada tahun 1982 ia menulis sebuah buku berjudul “islamization of knowledge”General Principlesand Work Plan”.

diterbitkan oleh International Institut of IslamicThought washington.

Gagasan islamisasi ilmu pengetahuan berangkat dari pemikiran ulama fiqh dalam menjadikan alqur’an dan assunah sebagai puncak kebenaran. Bagi al faruqi islamisasi ilmu harus beranjak dari tauhid dan selalu menekan adanya kesatuan pengetahuan.

b. Bentuk-Bentuk Kajian Integrasi Keilmuan

1. Komaparasi, yaitu membandingkan konsep atau teori sains dengan konsep atau wawasan agama mengenai gejala-gejala yang sama

2. Induktifikasi, yaitu asumsi-asumsi dasar teori ilmiah yang di dukung oleh temuan-temuan empiric dilanjutkan pemikirannya secara teoritis abstrak kearah pemikiran metafisika atau gaib, kemudian dihubungkan dengan prinsip-prinsip agama dan Al-Quran mengenai hal tersebut.

3. Verifikasi, yaitu mengungkapkan hasil-hasil penelitian ilmiah yang menunjang dan membuktikan kebenaran-kebenaran ayat-ayat Al-Quran

(15)

12

BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Integrasi Merupakan kesempurnaan atau keseluruhan, yaitu proses penyesuaian di antara unsur-unsur yang saling berbeda. Integrasi Ilmu adalah keterpaduan secara nyata antara nilai-nilai agama (dalam hal ini Islam) dengan Ilmu Pengetahuan Umum atau Sains.

Integrasi bisa dikatakan sebagai dekonstrusi atau sekularisasi dan melanjutkan dengan melakukan rekontruksi dengan cara meletaakkan dan melanjutkannya dengan melakukan rekontruksi dengan cara meletakan pondasi ontology yang kokoh yang didasarkan atas prinsip kesatuan tauhid, yaitu bahwa semua pengetahuan berasal dari Allah.

Masa depan manusia adalah sekuler dan tramsdentalisasi atau proses dimana Tuhan menjadi impersonal. Jika dilacak, munculnya kecenderungan masyarakat modern kearah sekularistik dikondisikan oleh sains dan teknologi. Dengan demikian, pendekatan Islam pada sains dibangun di atas landasan moral dan etika yang absolut dengan sebuah bangunan yang dinamis berdiri di atasnya. Akal dan objektivitas dianjurkan dalam rangka menggali ilmu pengetahuan ilmiah, di samping menempatkan upaya intelektual dalam batas-batas etika dan nilai-nilai Islam.

3.2 Saran

Perkembangan Ilmu tidak bisa dilepaskan dari rasa kehingin tahuan yang besar diiringi dengan usaha-usaha yang sungguh-sungguh memalui penalaran, percobaan, penyempurnaan, dan berani mengambil resiko tinggi sehingga menghasilkan penemuan-penumuan yang bermanfaat bagi suatu generasi dan menjadi acuan pertimbangan bagi generasi selanjutnya untuk mengoreksi, menyempurnakan, mengembangkan, dan menemukan penemuan selanjutnya.

(16)

13

DAFTAR PUSTAKA

A. Binti Khalid, I. P. (2020). Analisis Konsep Integrasi Ilmu dalam Islam . Wardah , 35-49.

Akbarizan. (2014). Integrasi Ilmu. Riau: Suska Press .

Basya, A. (n.d.). Sumbangan Keilmuan Islam Pada Dunia. Pustaka Al-Kautsar.

Gharib Jaudah, M. (n.d.). Ilmuan Terkemuka Dalam Sejarah Islam . Pustaka Al-Kautsar.

Mayssara A, A., & Supervised, A. (2014). Pengertian Integrasi. Paper Knowledge . Toward a Media History of Documents, 16-23.

N. Jamal, I. W. (n.d.). MODEL-MODEL INTEGRASI KEILMUAN PERGURUAN TINGGI KEAGAMAAN ISLAM. 83.101.

Sarwat, A. (2019). Islam dan Teknologi. Jakarta Selatan : Rumah Fiqih .

Soleh, A. (2020). Integrasi Quantum Agama dan Sains. Malang: UIN Malika Press.

Thoyyar, H. (2012). Model-model Integrasi Ilmu dan Upaya Membangun Landasan Keilmuan Islam. Adabiyah jurnal Pendidikan Islam, 1-30.

Z. Subari, W. N. (2018). Nilai-Nilai Integrasi Ilmu Pengetahuan dalam Kurikulum 13. Edu Riligia, 247-265.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Akan tetapi kedua kawasan itu juga memiliki potensi berupa masyarakat yang mau berpartisipasi mengelola limbah yang dihasilkan.Dengan demikian selain sebagai sumber pencemar,

Oleh karena itu, semakin kecil tingkat import content of export yang dimiliki, maka variabel interaksi nilai tukar riil dengan import content of export akan memberikan

Oleh sebab itu, dengan adanya penelitian ini diharap bisa memberikan wawasan dan manfaat kepada masyarakat khususnya mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam disingkat

[r]

Sedangkan kenyataan yang ada didalam masyarakat seseorang narapidana sekali saja dia dipidana karena melakukan tindak pidana tertentu, lalu ia di masukan ke suatu

Saat teknik role play berlangsung, siswa berusaha dengan baik untuk memahami dan menguasai kelima aspek peningkatan keterampilan berbicara, yaitu pelafalan, tata

Namun suatu perkara penting yang perlu diberikan perhatian adalah bentuk dan tahap bantuan scaffolding yang perlu guru dan para ibu bapa berikan kepada MURID LINUS

Assalamu’alaikum Wr. Kami atas nama Pimpinan Universitas Billfath mengucapkan selamat datang dan terima kasih atas kepercayaan saudara telah memilih Universitas