• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. LANDASAN TEORI " # $ Gambar 2.1 Proses penilaian usaha

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "2. LANDASAN TEORI " # $ Gambar 2.1 Proses penilaian usaha"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

2.1. Pengertian Penilaian Usaha dan Obyek Penilaian Usaha

Penilaian usaha adalah suatu proses untuk memperkirakan nilai suatu perusahaan, baik yang bersifat going concern (berjalan atau beroperasi) maupun yang tidak, termasuk berbagai kepentingan dan kepemilikan (business ownership interest), serta transaksi dan kegiatan yang memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan. Obyek yang dinilai adalah perusahaan (business entity) serta berbagai kepentingan dan transaksi atau kegiatan yang memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan baik tertutup maupun terbuka. (SPI 12.2.1.1) (SPI 2002:191).

2.1.1. Proses Penilaian Usaha

Gambar 2.1 Proses penilaian usaha Sumber: Rinaldy (2005:3)

Proses awal adalah dengan mengetahui alasan penugasan penilaian.

Setelah itu proses selanjutnya adalah dengan memahami dunia bisnis yang dibagi tiga tahap, yaitu:

1. Macroeconomic Analysis

Memahami faktor-faktor ekonomi yang memengaruhi perusahaan, misalnya: kurs,tingkat pajak, inflasi, tingkat suku bunga.

2. Industry Analysis

Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan industri, misalnya: produk substitusi, demand, supply.

!

" #

$

(2)

3. Company Analysis

Mengetahui posisi perusahaan sekarang (laba, arus kas, cost of capital, apakah menjadi market leader)

Tahap selanjutnya adalah dengan melakukan analisis dan normalisasi laporan keuangan perusahaan. Setelah itu dengan menggunakan metode penilaian yang tepat, dilakukan penilaian. Setelah selesai melakukan penilaian, maka perlu dilakukan penyusunan laporan penilaian.

2.2. Ruang Lingkup Penilaian Usaha

Sesuai dengan pengertian yang dijelaskan diatas ruang lingkup penilaian usaha mencakup penilaian atas:

a. Penilaian perusahaan (badan usaha).

Penilaian perusahaan adalah penilaian atas semua hutang yang berbunga dan ekuitas, modal yang ditanamkan (invested capital) dalam perusahaan. Dari pengertian tersebut dapat juga diartikan sebagai penilaian atas seluruh aktiva dan kewajiban yang yang nilai perusahaan adalah nilai aktiva dikurangi dengan nilai kewajiban tak berbunga dalam bentuk antara lain hutang dagang dan penerimaan diterima di muka. Dalam Kasus hutang tak berbunga yang diperkirakan berubah menjadi ekuitas (hybrid) harus diperlakukan secara khusus. (PPI 12.2.2.1) (SPI 2002:316).

b. Penilaian penyertaan dalam perusahaan (ekuitas).

Penilaian penyertaan (ekuitas) adalah penilaian atas “net worth”

dalam pengertian akuntansi, yaitu nilai seluruh harta dikurangi dengan nilai kewajiban. Dalam konteks pengertian nilai perusahaan, nilai ekuitas tersebut adalah juga sama dengan nilai perusahaan dikurangi dengan nilai hutang berbunga. (PPI 12.2.2.2) (SPI 2002:317).

c. Penilaian aktiva tak berwujud.

Penilaian aktiva tak berwujud dilakukan secara khusus atau dalam konteks penilaian perusahaan atau penyertaan dalam perusahaan atau penyertaan dalam perusahaan berdasarkan pendekatan aktiva. Untuk melakukan penilaian atas aktiva tak berwujud, perlu adanya hak-hak secara hukum (a specific bundle of legal right) yang melekat dan terkait

(3)

atas keberadaan aktiva tak berwujud tersebut (legal existence). (PPI 12.2.2.3) (SPI 2002:317).

d. Penilaian atas transaksi material.

Dalam penilaian atas transaksi material, opini yang dihasilkan oleh proses penilaian bukan dalam bentuk nilai, tetapi dalam bentuk pernyataan kewajaran (fairness opinion) penilai atas transaksi yang dinilai.

Menegaskan pernyataan tersebut apakah transaksi yang dinilai wajar atau tidak. (PPI 12.2.2.4) (SPI 2002:318).

e. Penilaian kerugian ekonomis yang diakibatkan oleh suatu kegiatan atau peristiwa tertentu (economic damage).

Penilaian atas kerugian ekonomis adalah penilaian atas timbulnya biaya dan kerugian dan atau kehilangan manfaat ekonomi yang ditimbulkan oleh terjadinya suatu peristiwa yang relevan. Kerugian ekonomis biasanya dihitung dari perbedaan yang terjadi antara apa atau berapa yang seharusnya diperoleh oleh seseorang/ perusahaan yang merasa dirugikan karena peristiwa atau perbuatan yang dilakukan oleh orang/

perusahaan lain dan dengan apa atau berapa yang seharusnya diperoleh secara nyata. (PPI 12.2.2.5) (SPI 2002:318).

2.3. Standar Nilai

Standar nilai dalam penilaian usaha adalah:

• Nilai Pasar Wajar (Fair Market Value)

Adalah perkiraan jumlah uang tunai/ekuivalennya yang dapat diperoleh dari suatu transaksi jual beli perusahaan/ saham/ sekuritas/ kepentingan dalam perusahaan antara yang berminat membeli dengan yang berminat menjual dimana keduanya memiliki kapasitas untuk melakukan suatu transaksi, bertindak tanpa ada keterpaksaan dan mesing-masing memiliki fakta dan informasi yang relevan. (SPI 12.3.1.37.1) (SPI 2002:195).

• Nilai Wajar (Fair Value)

Adalah nilai dari perusahaan atau saham yang berlaku secara khusus untuk kasus adanya pemegang saham yang berbeda pendapat atau nilai yang berhak diterima seorang (sekelompok) pemegang saham yang menolak

(4)

atas suatu tindakan yang dilakukan oleh pemegang saham mayoritas.

(SPI 12.3.1.40.1) (SPI 2002:196).

• Nilai Investasi (Investment Value)

Adalah nilai dari suatu perusahaan/ saham/ kepentingan dalam perusahaan yang besifat spesifik terhadap seorang investor, didasarkan pada atau terkait dengan persyaratan tertentu dari sekelompok investor, contoh untuk tujuan akuisisi strategis dan merger. (SPI 12.3.1.33.1) (SPI 2002:195).

• Nilai Likuidasi (Liquidation Value)

Adalah perkiraan jumlah uang tunai bersih atau yang bersifat ekuivalen yang dapat diperoleh jika usaha suatu perusahaan dihentikan dan aktiva- aktivanya dijual secara terpisah-pisah dalam suatu proses penjualan yang bersifat normal. (SPI 12.3.1.34.1) (SPI 2002:195).

• Nilai Likuidasi Paksa (Forced Liquidation Value)

Adalah perkiraan jumlah uang tunai bersih atau yang bersifat ekuivalen yang dapat diperoleh jika usaha suatu perusahaan dihentikan dan aktiva- aktivanya dijual secara terpisah-pisah dalam waktu yang sesingkat mungkin, misalnya melalui pelelangan. (SPI 12.3.1.35.1) (SPI 2002:195).

2.4. Rasio Industri dan Keuangan

Rasio keuangan adalah suatu persentase atau pengali (multiples) yang menunjukkan hubungan antara laporan keuangan perusahaan dengan perusahaan lainnya yang sejenis dan digunakan sebagai bahan perbandingan. Analisa rasio keuangan merupakan salah satu cara dalam mengeliminasi risiko yang berkenaan dengan ukuran besar kecilnya perusahaan. Adapun rasio-rasio keuangan yang digunakan adalah sebagai berikut:

2.4.1. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas adalah rasio yang mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan dalam membayar hutang jangka pendeknya (Sundjaja &

Barlian,2003:134). Jenis rasio likuiditas adalah sebagai berikut:

• Current Ratio adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban lancar dengan aktiva lancar yang tersedia. Semakin

(5)

tinggi rasio ini berarti semakin besar kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendek.

Current Ratio = Current asset

Current Liabilities (2.1)

• Quick Ratio adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban lancar dengan aktiva yang lancar benar-benar likuid.

Semakin tinggi rasio ini berarti semakin cepat kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendek dengan aktiva yang mudah dicairkan.

Quick Ratio = Current asset-Inventory

Current Liabilities (2.2)

• Cash Ratio adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban lancar dengan kas yang dimiliki oleh perusahaan.

Semakin tinggi rasio ini berarti semakin besar kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendek.

Cash Ratio = Cash

Current Liabilities (2.3)

• Account Payable Turnover adalah rasio yang menunjukkan banyaknya perputaran hutang yang terjadi dalam besarnya COGS selama satu tahun.

Semakin kecil angka rasio ini, maka akan semakin baik, karena hal ini menunjukkan semakin besar porsi hutang yang digunakan.

Account Payable Turnover = Cost of Goods Sold

Account Payable (2.4)

• Payment Period adalah Rasio yang menunjukkan berapa lama periode pembayaran hutang perusahaan. Semakin lama payment period, akan semakin baik. Karena ada kemungkinan untuk mendanai COGS, perusahaan tidak perlu mendanai dengan modal sendiri melainkan dari hutang.

Payment Period = 365

Account Payable Turnover (2.5)

• Operating Cycle menunjukkan lamanya siklus operasi suatu perusahaan dalam satu tahun. Semakin cepat siklus operasi, maka akan semakin baik.

Operating Cycle = Average Colloection Period + Inventory Period (2.6)

(6)

• Cash to Cash Period menunjukkan lamanya periode dalam satu siklus operasi dimana perusahaan menggunakan kasnya untuk mendanai siklus operasi tersebut. Semakin cepat periode, maka akan semakin baik.

Cash to Cash Period = Operating Cycle – Payment Period (2.7)

• Net Working Capital merupakan modal kerja bersih yang didapatkan dari selisih antara aktiva lancar dengan kewajiban lancar.

Net Working Capital = Current Asset – Current Liability (2.8)

• Net Working Capital to Asset adalah rasio yang mengukur seberapa besar net working capital perusahaan dapat mendanai total asset-nya.

Net Working Capital to Asset = Net Working Capital

Total Asset (2.9) 2.4.2. Rasio Efektifitas

Rasio efektifitas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan aset untuk mendapatkan laba. Jenis rasio efektifitas adalah sebagai berikut:

• Asset Turnover adalah rasio yang menunjukkan tingkat efektivitas perusahaan menggunakan seluruh aktiva untuk menciptakan penjualan dan mendapatkan laba. Semakin tinggi rasio ini, maka akan semakin baik.

Asset Turnover = Sales

Total Asset (2.10)

• Net Fixed Asset Turnover adalah rasio yang menunjukkan tingkat efektivitas perusahaan menggunakan aktiva tetap yaitu tanah, bangunan, mesin, kendaraan bermotor, peralatan, dan inventaris untuk menciptakan penjualan dan mendapatkan laba. Semakin tinggi rasio ini, maka akan semakin baik.

Net Fixed Asset Turnover = Sales

Net Fixed Asset (2.11)

• Net Working Capital Turnover adalah rasio yang menunjukkan tingkat efektivitas perusahaan menggunakan modal kerja yaitu selisih antara aktiva lancar dan hutang lancar untuk menciptakan penjualan dan mendapatkan laba.

Semakin tinggi rasio ini, maka akan semakin baik.

Net Working Capital Turnover = Sales

Net Working Capital (2.12)

(7)

• Account Receivable Turnover adalah rasio yang menunjukkan perputaran piutang untuk mengukur seberapa besar tingkat penjualan secara kredit dalam total penjualan perusahaan selama satu tahun. Semakin tinggi perputaran piutang maka semakin tinggi pula penjualan tunai perusahaan, ini berarti jumlah dana yang tersedia di dalam kas lebih besar dan kemungkinan piutang tak tertagih semakin mengecil dan sebaliknya.

Account Receivable Turnover = Sales

Account Receivables (2.13)

• Average Collection Period adalah rasio yang menunjukkan rata-rata hari yang diperlukan untuk mengubah piutang menjadi kas, yang ditentukan dengan cara membagi piutang dengan rata-rata penjualan harian. Semakin tinggi rasio ini semakin tidak baik bagi perusahaan, ini berarti kebijakan kebijakan kredit terlalu liberal yang dapat berakibat timbul piutang tak tertagih dan investasi dalam piutang menjadi terlalu besar.

Average Collection Period = 365

Account Receivable Turnover (2.14)

• Inventory Turnover adalah rasio yang menunjukkan banyaknya perputaran persediaan yang terjadi dalam besarnya COGS selama satu tahun. Semakin tinggi perputaran persediaan perusahaan maka semakin efisien kinerja perusahaan.

Inventory Turnover = Cost of Goods Sold

Inventory (2.15)

• Inventory Period menunjukkan berapa lama persediaan ada di gudang sebelum semuanya habis terjual. Semakin lama inventory period, maka kondisi perusahaan semakin tidak baik.

Inventory Period = 365

Inventory Turnover (2.16)

2.4.3. Rasio Solvabilitas

Rasio solvabilitas adalah rasio yang mengukur kemampuan jangka panjang perusahaan dalam memenuhi kewajibannya. Jenis rasio solvabilitas adalah sebagai berikut:

(8)

• Equity Multiplier menunjukkan seberapa banyak asset Perusahaan yang didanai dari equity (ekuitas) Perusahaan.

Equity Multiplier = Total Asset

Total Equity (2.17)

• Debt to Asset Ratio adalah rasio yang mengukur jumlah aktiva perusahaan yang dibiayai oleh hutang atau modal yang berasal dari kreditur. Semakin besar rasio maka semakin besar pula resiko yang dihadapi, karena jumlah hutang perusahaan yang harus dilunasi semakin besar pula.

Debt to Asset Ratio = Total Debt

Total Asset (2.18)

• Debt Equity Ratio adalah merupakan rasio utang yang diukur dari perbandingan utang dengan ekuitas atau modal sendiri.

Debt Equity Ratio = Total Debt

Total Equity (2.19)

• Times Interest Earned Rasio ini menunjukkan hubungan antara laba sebelum bunga dan pajak (Laba Operasi) dengan beban bunga hutang jangka panjang.

Rasio ini menggambarkan besarnya jaminan keuntungan untuk membayar bunga hutang jangka panjang, atau dengan kata lain rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menutupi beban bunga. Semakin besar rasio ini semakin baik kemampuan perusahaan membayar bunga hutang jangka panjangnya, rasio yang baik dan aman di atas 1.

Times Interest Earned = Operating Income

Interest Expense (2.20)

2.4.4. Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Jenis rasio profitabilitas adalah sebagai berikut:

• Net Profit Margin adalah rasio yang mengukur tingkat laba bersih setelah ditambahkan dan dikurangkan oleh pendapatan dan beban lain-lain serta pajak perusahaan dibandingkan dengan jumlah penjualan. Dari rasio Net Profit Margin dapat diketahui jumlah pajak yang dikenakan, tingkat bunga hutang

(9)

perusahaan, serta beban lain-lain mempengaruhi tingkat laba bersih yang dihasilkan oleh perusahaan.

Net Profit Margin = Net Income

Sales (2.21)

• Gross Profit Margin adalah rasio yang mengukur tingkat penjualan setelah dikurangi dengan biaya produksi langsung atau beban pokok penjualan sehingga didapatkan laba kotor kemudian dibandingkan dengan jumlah penjualan.

Gross Profit Margin = Gross Profit

Sales (2.22)

• Operating Profit Margin adalah rasio yang memperlihatkan bagaimana biaya tidak langsung seperti beban penjualan dan beban administrasi dan umum mempengaruhi laba yang dihasilkan perusahaan dibandingkan dengan total nilai penjualan

Operating Profit Margin = Operating Income

Sales (2.23)

• Return On Asset adalah rasio yang mengukur kemampuan manajemen perusahaan menggunakan aktivanya untuk menghasilkan laba.

Return On Asset = Net Income

Total Asset (2.24)

• Return On Equity adalah mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan, yang dipengaruhi oleh besar kecilnya utang perusahaan.

Return On Equity = Net Income

Total Equity (2.25)

• Leverage Index adalah rasio yang memperlihatkan seberapa besar tingkat pengembalian ekuitas terhadap total asset.

Leverage Index = Return On Equity

Return On Asset (2.26)

(10)

2.4.5. Rasio Pasar

Rasio Pasar adalah rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar respon pasar terhadap earning yang dihasilkan oleh perusahaan. Jenis rasio pasar adalah sebagai berikut:

• Earning Per Share adalah besarnya laba yang diberikan kepada pemegang saham. EPS didapatkan dengan mengurangkan laba bersih dengan pembayaran deviden dibagi dengan jumlah saham yang beredar.

Earning Per Share = Net Income

Shares Outstanding (2.27)

• Price Earning Ratio adalah rasio yang menunjukkan perbandingan antara harga saham di pasar perdana atau harga perdana yang ditawarkan dibandingkan dengan pendapatan yang diterima. PER yang tinggi menunjukkan ekspektasi investor tentang prestasi perusahaan di masa yang akan datang cukup tinggi.

Price Earning Ratio = Market Price

Earning Per Share (2.28)

• Earning Yield adalah tingkat pengembalian terhadap investor.

Earning Yield = Earning Per Share

Market Price (2.29)

• Internal Growth Rates adalah rata-rata pertumbuhan maksimum yang dapat dicapai tanpa adanya pendanaan dari luar dalam bentuk apapun baik hutang berbunga maupun penambahan ekuitas.

Internal Growth Rates = (ROA x b)

[1 – (ROA x b)] (2.30)

• Sustainable Growth Rates adalah rata-rata pertumbuhan maksimum yang dapat dicapai tanpa adanya penambahan ekuitas (contohnya: penerbitan saham). Dalam hal ini pendanaan berupa hutang berbunga dapat digunakan.

Sustainable Growth Rates = (ROE x b)

[1 – (ROE x b)] (2.31)

(11)

2.5. Penyesuaian Laporan Keuangan

Pada dasarnya karakteristik laporan keuangan perusahaan terbuka disusun dengan perlakuan akuntansi yang agresif untuk membukukan laba yang maksimal dan “diatur” dengan cara konservatif pada tahun-tahun dimana laba riil terjadi dan agresif pada tahun-tahun sulit. Tujuan penyesuaian laporan keuangan adalah (SPI 12.6.1) (SPI 2002:201):

• Untuk memberi gambaran tentang operasi yang normal

• Untuk mengetahui kekuatan ekonomi perusahaan yang sesungguhnya.

• Dapat dibandingkan dengan perusahaan sejenis.

Jenis penyesuaian laporan keuangan adalah sebagai berikut:

• Penyesuaian normalisasi. Yaitu penyesuaian memperoleh laporan keuangan yang mencerminkan operasi normal dari badan usaha yang dinilai. Contoh:

penyesuaian kebijakan akuntansi dan eliminasi pos-pos non periodik. (PPI 12.6.1.3.5) (SPI 2002:330).

• Penyesuaian kendali. Yaitu penyesuaian terhadap laporan keuangan berdasarkan asumsi pada pengelolaan perusahaan yang lebih baik. Penyesuaian ini hanya dapat dilakukan oleh pemegang saham mayoritas, misalnya penyesuaian bonus manajemen yang terlalu besar. (PPI 12.6.1.3.5) (SPI 2002:330).

• Pemisahan pos-pos operasi dan non operasi. Yaitu pemisahan pos-pos atau akun-akun yang tidak berhubungan secara langsung dengan kegiatan operasional perusahaan. Contoh: deposito, pendapatan bunga.

2.6. Modal Kerja Bersih

Definisi modal kerja yaitu aktiva lancar yang mewakili bagian dari investasi yang berputar dari satu bentuk ke bentuk lainnya dalam melaksanakan suatu usaha, atau modal kerja adalah kas/ bank, surat-surat berharga yang mudah diuangkan (misal giro, cek, deposito), piutang dagang dan persediaan yang tingkat perputarannya tidak melebihi 1 tahun atau jangka waktu operasi normal perusahaan. Siklus operasi adalah peralihan modal kerja perusahaan yang berulang dari kas ke persediaan ke piutang dan kembali ke kas (Sundjaja &

Barlian, 2003:187).

(12)

Definisi modal kerja bersih adalah selisih antara aktiva lancar dan pasiva lancar perusahaan. Jika aktiva lancar melebihi pasiva lancar, perusahaan mempunyai modal kerja bersih positif. Secara umum modal kerja bersih merupakan bagian dari aktiva lancar yang dibiayai dengan dana jangka panjang, yang terdiri atas hutang jangka panjang dan modal saham. Karena pasiva lancar menunjukan sumber dana jangka pendek, sehingga jika aktiva lancar melebihi aktiva lancar maka kelebihannya dibiayai dengan dana jangka panjang. Jika aktiva lancar lebih kecil dari pasiva lancar, perusahaan mempunyai modal kerja bersih negatif (Sundjaja & Barlian, 2003:187). Dengan kata lain modal kerja bersih merupakan bagian dari aktiva tetap yang dibiayai dengan pasiva lancar.

2.7. Risiko dan Tingkat Bunga

Risiko adalah kemungkinan adanya kerugian atau variabilitas pendapatan dihubungkan dengan aktiva tertentu (Sundjaja & Barlian,2003:64). Semua jenis investasi selalu punya risiko, tidak ada investasi yang bebas risiko, risiko selalu melekat pada investasi besar atau kecil, dan juga dapat dikatakan hasil yang tinggi risikonya juga tinggi.

2.7.1. Preferensi risiko

Menurut Sundjaja dan Barlian, ada 3 perilaku risiko dasar yaitu:

a. Mengabaikan risiko yaitu perilaku terhadap risiko dimana tidak ada perubahan dalam pengembalian yang diperlukan untuk peningkatan risiko.

b. Menghindari risiko yaitu perilaku terhadap risiko dimana peningkatan pengembalian akan diperlukan untuk peningkatan risiko.

c. Mencari risiko yaitu perilaku terhadap risiko dimana penurunan pengembalian dapat diterima untuk peningkatan risiko.

2.7.2. Jenis-Jenis Risiko

Menurut Sundjaja dan Barlian, teori pasar modal membagi risiko menjadi dua komponen:

a. Risiko yang dapat didiversifikasi atau risiko yang tidak sistematik. Adalah ketidakpastian atas tingkat pendapatan dimasa depan yang disebabkan oleh faktor-faktor selain pengaruh pasar atau bagian dari risiko aktiva yang dihubungkan dengan penyebab acak yang dapat dihilangkan melalui

(13)

diversifikasi atas portfolio investasi. Misalnya, pemogokan, perkara hukum, tindakan-tindakan pengaturan, kerugian.

b. Risiko yang tidak dapat didiversifikasikan atau risiko yang sistematik.

Adalah ketidakpastian atas tingkat pendapatan dimasa depan yang disebabkan oleh sensitifitas pendapatan atas sebuah investasi terhadap pergerakan pendapatan atas semua investasi yang ada di pasar secara keseluruhan atau bagian relevan dari risiko aktiva yang diakibatkan oleh faktor pasar yang mempengaruhi semua perusahaan dan tidak dapat dihilangkan melalui diversifikasi (Sundjaja & Barlian,2003:87). Seperti contoh suku bunga, perang, inflasi, kebijaksanaan pemerintah, perubahan politik nasional maupun internasional. Karenanya investor (atau perusahaan) lebih memperhatikan risiko yang tidak dapat didiversifikasi yang mencerminkan kontribusi aktiva terhadap risiko portfolio. Tolak ukur risiko sistematis disebut Beta. Beta mengukur sensitifitas tingkat pendapatan dari sebuah perusahaan terhadap pergerakan tingkat pendapatan pasar secara keseluruhan.

Beta dapat dihitung sendiri dengan formula sebagai berikut (Pratts, 2001):

Beta = Covariance (Saham A, IHSG) (2.32) Variance IHSG

Keterangan:

Covariance (Saham A,IHSG): (Return saham A–Rata-rata Return saham A) x (Return IHSG–Rata-rata Return IHSG)

Variance IHSG: (Return IHSG-Rata-rata Return IHSG)2 Return Saham A mencakup capital gain dan deviden.

2.7.3. Tingkat Bunga

Lembaga keuangan dan pasar menciptakan mekanisme dimana dana bergerak antara pemberi dana dan peminjam dana. Tingkat aliran dana akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan hasil hasil dari interaksi antara berbagai faktor ekonomi seperti penawaran dana, keseimbangan perdagangan, kebijakan ekonomi yang mempengaruhi biaya uang yaitu tingkat bunga dan pengembalian yang diinginkan. Umumnya pada tingkat bunga rendah, makin banyak dana mengalir akan mengakibatkan pertumbuhan

(14)

ekonomi meningkat, sedangkan pada tingkat bunga tinggi, makin sedikit dana mengalir akan mengakibatkan pertumbuhan ekonomi rendah.

• Tingkat bunga adalah kompensasi yang dibayarkan oleh peminjam dana kepada yang memberi pinjaman. Dari sudut peminjam kompensasi tersebut merupakan biaya dari dana yang dipilih. (Sundjaja & Barlian,2003:57).

• Hasil yang diharapkan adalah hasil yang diharapkan dari dana yang diinvestasikan, umumnya investor menginginkan pengembalian yang minimal sama dengan tingkat bunga tabungan/ deposito yang berlaku pada bank umum. (Sundjaja & Barlian,2003:57).

• Tingkat bunga sebenarnya adalah suatu tingkat yang menciptakan keseimbangan antara penawaran tabungan dan permintaan investasi dana dalam suatu situasi yang sempurna, tanpa ada inflasi, dimana dana yang ditawarkan dan yang diminta tidak mempunyai preferensi likuiditas dan hasilnya pasti. (Sundjaja & Barlian,2003:58).

• Tingkat bunga nominal adalah tingkat bunga yang dibebankan oleh pemberi dana dan dibayar oleh peminta dana (tingkat bunga yang tertera). (Sundjaja &

Barlian,2003:59).

• Tingkat bunga bebas risiko adalah pengembalian yang diinginkan atas aktiva yang tidak mempunyai risiko. Di Indonesia contohnya tingkat bunga Sertifikat Bank Indonesia. (Sundjaja & Barlian,2003:60).

2.8. Pendekatan dan Metode dalam Penilaian Usaha.

2.8.1. Pendekatan Pendapatan.

Pendekatan penilaian berdasarkan pendapatan dikembangkan berdasarkan hubungan antara nilai kini (Present value) dengan nilai mendatang (future value).

Konsep time value of money $1 hari ini lebih berharga daripada $1 setahun kemudian atau nilai $1 hari ini sama dengan $ 1.21 dua tahun mendatang (jika diasumsikan tingkat bunga 10 %). Formula dasarnya adalah:

PV = FV/(1 + k)n (2.33) Konsep dasar dari pendekatan pendapatan adalah nilai dari suatu bisnis tergantung dari nilai manfaat ekonomis yang akan diperoleh dimasa yang akan

(15)

datang yang didiskontokan menjadi nilai kini dengan suatu tingkat diskonto yang sesuai.

2.8.1.1. Metode Diskonto Pendapatan Ekonomi Mendatang (Discounted Cash Flow Method)

Dasar pemikiran metode discounted cash flow adalah:

a. Nilai dari suatu aktiva/ investasi adalah nilai sekarang (present value) atas arus kas yang diharapkan akan diperoleh dari investasi atau aktiva tersebut di masa datang.

b. Nilai sebuah bisnis ditentukan oleh kemampuannya menghasilkan arus kas dimasa mendatang.

c. Suatu investasi baru memiliki nilai jika investasi tersebut dapat memberikan pengembalian yang lebih besar dibandingkan dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk memperoleh pendanaan untuk membiayai investasi tersebut.

Metode discounted cash flow dapat digunakan untuk menentukan nilai perusahaan ( invested capital ) maupun nilai ekuitas ( equity value )

a. Untuk memperoleh nilai perusahaan

Nilai perusahaan Nilai sekarang Nilai pasar ( invested capital ) = Arus kas operasi + aktiva non

bersih dimasa datang operasional

periode eksplisit + periode ( masa proyeksi ) kontinuitas

Gambar 2.2

Skema untuk menentukan nilai perusahaan Sumber: Rinaldy (2005:4)

b. Untuk memperoleh nilai ekuitas

Nilai Ekuitas = Nilai perusahaan

-

Nilai pasar hutang ( equity value ) ( invested capital ) berbeban bunga

Gambar 2.3

Skema untuk menentukan nilai ekuitas Sumber: Rinaldy (2005:4)

(16)

Variabel-variabel dalam perhitungan discounted cash flow, yaitu:

a. Pembilang (Numerator)

Pembilang adalah variabel dalam metode diskonto pendapatan ekonomi mendatang. Pembilang dalam metode diskonto pendapatan ekonomi mendatang adalah pendapatan ekonomis yang diharapkan diperoleh di masa yang akan datang. Pendapatan ekonomis yang digunakan adalah arus kas bersih.

Arus kas adalah jumlah kas yang tersedia, yang dapat diperoleh dari sebuah perusahaan atau bisnis tanpa mengganggu jalannya operasi perusahaan atau menghalangi tercapainya proyeksi arus kas bersih di masa mendatang.

Arus kas bersih adalah arus kas yang tersedia bagi penyedia kapital (hutang dan ekuitas) yang telah bebas dari kewajiban untuk mempertahankan operasi saat ini dan mengantisipasi pertumbuhan perusahaan. (SPI 12.3.1.8.1) (SPI 2002:192).

Arus kas untuk invested capital (net cash flow to invested capital) atau sering juga disebut free operating cash flow adalah arus kas bersih yang tersedia bagi seluruh pemegang hutang dan pemegang saham.

Laba akuntansi adalah pendapatan atau laba yang dihasilkan dari proses pencatatan sesuai dengan standar akuntansi. (SPI 12.3.1.25.1) (SPI 2002:194).

Laba akuntansi berupa laba bersih, laba sebelum bunga dan pajak, laba sebelum bunga, pajak, dan penyusutan tidak digunakan sebagai pendapatan ekonomis atau pembilang dalam metode diskonto pendapatan ekonomi mendatang. Laba akuntansi tidak menunjukkan jumlah kas yang sebenarnya tersedia bagi investor karena:

• Adanya beban non kas dan hutang piutang

• Untuk perusahaan yang sedang berkembang (Growing), jumlah pengeluaran modal biasanya lebih besar daripada beban penyusutan, demikian pula dengan modal kerja yang selalu meningkat.

• Untuk perusahaan yang memiliki siklus (Cyclical), laba bersih akan lebih tinggi di tahun-tahun tertentu dan sebaliknya arus kas akan lebih tinggi di tahun-tahun yang lain.

(17)

Arus kas operasional bersih untuk menentukan nilai perusahaan:

Laba bersih setelah Pajak

+ Biaya/beban non kas (depresiasi,amortisasi)

- Investasi aktiva tetap (dan atau aktiva tidak lancar lainnya)

- Perubahan modal kerja bersih (selisih aktiva lancar dan hutang lancar suatu tahun, dikurangi selisih aktiva lancar dan hutang lancar tahun sebelumnya) + Beban bunga x (1 – tarif pajak perusahaan)

= Arus kas bersih untuk kapital (2.34) Arus kas untuk ekuitas (net cash flow to equity) adalah arus kas bersih yang tersedia bagi seluruh pemegang saham saja.

Arus kas bersih untuk menentukan nilai ekuitas:

Laba bersih setelah Pajak

+ Biaya/beban non kas (depresiasi,amortisasi)

- Investasi aktiva tetap (dan atau aktiva tidak lancar lainnya)

- Perubahan modal kerja bersih (selisih aktiva lancar dan hutang lancar suatu tahun, dikurangi selisih aktiva lancar dan hutang lancar tahun sebelumnya) + Perubahan bersih dalam hutang jangka panjang

= Arus kas bersih untuk ekuitas (2.35)

b. Penyebut (Denominator)

Penyebut adalah variabel dalam metode diskonto pendapatan ekonomi mendatang. Penyebut dalam metode diskonto pendapatan ekonomi mendatang adalah tingkat diskonto (biaya modal). Tingkat diskonto adalah suatu angka yang mencerminkan tingkat pendapatan yang diharapkan oleh para investor atas investasi yang dilakukan pada perusahaan yang bersangkutan atau biaya modal atas investasi tersebut. Tingkat diskonto yang dipilih harus sesuai dengan jenis pendapatan ekonomis yang dipilih. Dalam istilah ekonomi, biaya modal adalah biaya oportunitas atau opportunity cost (semakin tinggi resiko, semakin besar pula hasil yang diharapkan).

c. Biaya Modal

Definisi biaya modal:

(18)

a. Tingkat pendapatan yang diharapkan oleh pasar.

b. Biaya oportunitas atau opportunity cost (semakin tinggi risiko, semakin besar pula hasil yang diharapkan).

c. Prinsip substitusi (principle of substitution).

d. Karakteristik Biaya Modal

a. Forward looking (memperhatikan keadaan di masa depan).

b. Function of the investment (fungsi dari investasi).

c. Based on market value, not book value (didasarkan pada nilai pasar bukan nilai buku).

d. Stated in nominal terms (sudah mengandung unsur inflasi).

e. Komponen Biaya Modal

a. Tingkat pendapatan secara riil yang diharapkan oleh investor atas suatu investasi yang tidak mengandung risiko.

b. Tingkat inflasi yang diharapkan.

c. Risiko.

f. Komponen Biaya Modal Berdasarkan Struktur Modal a. Biaya hutang.

b. Biaya modal sendiri atau biaya ekuitas.

Langkah untuk menentukan struktur modal:

• Analisis atas struktur modal historis dari perusahaan yang dinilai.

• Analisis atas struktur modal perusahaan terbuka yang sebanding

• Pandangan atau rencana manajemen

g. Biaya Modal Rata-rata Tertimbang Atau Weighted Average Cost Of Capital (WACC)

Biaya modal rata-rata tertimbang mencerminkan rata-rata biaya modal yang diharapkan dimasa akan datang. Biaya modal rata-rata tertimbang diperoleh dengan menimbang biaya dari setiap jenis modal tertentu sesuai dengan

(19)

proporsinya dalam struktur modal perusahan. Langkah-langkah untuk menghitung biaya modal rata-rata tertimbang:

a. Menentukan bobot masing-masing komponen dalam struktur modal berdasarkan nilai pasar masing-masing komponen.

b. Mengestimasi biaya hutang.

c. Mengestimasi biaya ekuitas.

Rumus :

WACC = (Ke x We) + ([Kd x (1 – t)] x Wd) (2.36) Ke : Biaya ekuitas.

We : % ekuitas dalam struktur modal, dihitung berdasarkan nilai pasarnya.

Kd : Biaya hutang sesudah pajak.

t : Tingkat pajak.

Wd : % hutang dalam struktur modal, dihitung berdasarkan nilai pasarnya.

h. Biaya Hutang

Macam-macam bentuk hutang dan biayanya:

Hutang bank → tingkat bunga

Hutang bank dalam mata uang asing → tingkat bunga yang disesuaikan

Obligasi konversi → kupon + yield

Saham preferen → yield saham preferen

Khususnya untuk hutang bank, umumnya biaya hutang sama dengan tingkat bunga yang harus dibayar oleh perusahaan. Apabila tingkat bunga hutang sangat rendah dibandingkan dengan tingkat bunga hutang yang berlaku di pasar, penilai sebaiknya mempertimbangkan tingkat bunga hutang yang normal pada waktu melakukan penilaian.

Pembiayaan dengan hutang (selain saham preferen) memberikan “tax shield” bagi perusahaan. Besarnya “tax shield” tesebut sesuai dengan marginal tax rate dari perusahaan yang bersangkutan. Formula untuk menghitung biaya hutang setelah “tax shield”:

Kdt = kd x (1-t) (2.37)

(20)

Penilai harus mempertimbangkan bahwa untuk perusahaan yang masih mengalami rugi sehingga tidak membayar pajak maka perusahaan tersebut tidak menikmati adanya “tax shield”.

i. Biaya Modal Sendiri atau Biaya Ekuitas

Biaya modal sendiri atau biaya ekuitas terdiri dari:

1. Tingkat bunga bebas resiko (risk free rate) 2. Premi resiko, yang mencakup:

• Premi resiko ekuitas secara umum

• Size premium – premi resiko sehubungan dengan besarnya perusahaan

• Specific company risk premium – premi resiko yang sifatnya unik bagi sebuah perusahaan

Premi resiko adalah perbedaan antara tingkat pendapatan yang diharapkan investor saat melakukan investasi yang beresiko dengan tingkat pendapatan yang diharapkan saat melakukan investasi yang tidak beresiko. Metode yang umum digunakan untuk menentukan premi resiko adalah berdasarkan data historis.

Mengestimasi biaya modal sendiri dengan menggunakan:

a. Build-up model Formula:

E(Ri) = Rf + RPm + RPs + Rpu (2.38) Keterangan:

E(Ri) = tingkat pendapatan yang diharapkan oleh pasar atas sekuritas i Rf = tingkat pendapatan bebas resiko per tanggal penilaian

RPm = premi resiko pasar (yang dihitung dengan mengurangkan return pasar dengan tingkat bunga bebas resiko)

RPs = resiko premium untuk ukuran kecil

Rpu = resiko premium untuk perusahaan tertentu

b. Arbitrage Pricing Model

Teori arbitrage pricing model menyatakan bahwa tingkat pendapatan sebuah portfolio investasi tidak hanya dipengaruhi oleh indeks pasar seperti teori capital asset pricing model, tetapi dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.

(21)

Formula:

Ke = Rf + [E(F1)-Rf] β1 + [E(F2)-Rf] β2 +…[E(Fn)-Rf] βn (2.39)

c. Model Penilaian Aset Kapital (Capital Asset Pricing Model)

Umumnya model penilaian aset kapital berdasarkan pada data historis untuk memperkirakan tingkat pengembalian yang diharapkan. Beta yang dikembangkan dengan menggunakan data dari aktiva tertentu seperti untuk pasar, mungkin atau tidak sebenarnya mencerminkan variabilitas dari tingkat pengembalian masa depan. Model penilaian aset kapital menghubungkan risiko yang tidak dapat didiversifikasikan dan pengembalian untuk semua aktiva.

Dengan menggunakan koefisien beta ( ), untuk mengukur risiko yang tidak dapat didiversifikasi model penilaian aset kapital ditulis dengan persamaan:

P

t =

P

br + [ t x (

P

psr

P

br)] (2.40)

P

t : Pengembalian untuk aktiva (t) yang diperlu.

P

br : Pengembalian bebas risiko.

t : Koefisien beta untuk aktiva (t).

P

psr : Pengembalian atas portfolio pasar dari aktiva.

Pengembalian untuk aktiva (Pt) merupakan fungsi yang meningkat dari beta ( t) untuk mengukur risiko yang tidak dapat didiversifikasi. Semakin tinggi risiko, semakin tinggi pengembalian yang diperlukan. Semakin rendah risiko, semakin rendah tingkat pengembalian yang diinginkan. Model MPAK dibagi menjadi dua bagian: (1) Tingkat bebas risiko, Pbr dan (2) Premi risiko pasar [ t x (Ppsr – Pbr). (Ppsr – Pbr) adalah bagian dari premi risiko yang disebut premi risiko pasar sebab menunjukan premi yang harus diterima investor untuk untuk mengambil risiko rata-rata dari pasar portfolio investasi.

Penilaian usaha ini menggunakan model penilaian aset kapital.

Estimasi nilai yang dihasilkan metode discounted cash flow adalah sebagai berikut:

a. Estimasi nilai yang dihasilkan dari perhitungan dengan menggunakan metode DCF dapat berupa fair market value, atau investment value.

b. Dalam konteks analisis untuk merger dan akuisisi, seringkali digunakan definisi nilai investment value. Metode DCF dapat digunakan dalam hal

(22)

ini karena proyeksi dan tingkat diskonto yang digunakan dapat disesuaikan khusus untuk investor tertentu.

c. Metode DCF juga dapat digunakan untuk menentukan fair market value jika proyeksi dan tingkat diskonto yang digunakan dapat disesuaikan khusus untuk investor tertentu.

d. Estimasi nilai yang dihasilkan dengan metode DCF dapat mencerminkan minority value atau control value perbedaan antara keduanya terutama pada proyeksi yang digunakan.

e. Tingkat diskonto yang digunakan dalam metode DCF umumnya diambil dari transaksi di pasar yang sangat likuid, jadi discount for lack of marketability harus dikenakan jika melakukan penilaian atas perusahaan non publik.

f. Tingkat diskonto ini untuk penilaian atas kepemilikan minoritas umumnya lebih besar daripada jika penilaian dilakukan untuk kepemilikan mayoritas.

Nilai sekarang dari arus kas operasi bersih dapat dihitung dengan cara:

n

PV = Ei (2.41)

i=1 (1+k)I keterangan:

PV = Nilai kini

= Penjumlahan terhadap

n = Periode terakhir pendapatan ekonomis diharapkan Ei = Pendapatan ekonomis yang diharapkan pada periode i

k = Tingkat diskon atau tingkat pengembalian pasar yang diharapkan i = Periode (dalam tahun) di masa depan, dimana pendapatan ekonomis

diharapkan

j. Estimasi Nilai Kontinuitas

Setelah proyeksi neraca dan laporan laba rugi selesai dibuat maka nilai kontinuitas harus ditentukan dengan rumus sebagai berikut:

Nilai kontinuitas = Eo (1+g) (2.42) (k-g)

(23)

Formula di atas menghitung nilai arus kas perusahaan dari titik tak terhingga sampai ke tahun terakhir masa proyeksi eksplisit bukan sampai tahun sekarang. Maka untuk mendapatkan nilai sekarang harus didiskonto dengan tingkat diskonto yang digunakan dalam masa proyeksi.

Nilai kontinuitas harus mencerminkan estimasi atas kondisi ekonomi, industri dan kondisi perusahaan dalam jangka panjang. Dan parameter ini harus didasarkan pada kondisi yang sudah stabil.

2.8.1.2. Metode Kapitalisasi Pendapatan Ekonomi Mendatang (Capitalized Future Economic Income Method)

Merupakan penyederhanaan proses diskonto menjadi proses kapitalisasi dengan asumsi:

a. Pendapatan ekonomi mendatang nilainya konstan atau meningkat dengan suatu tingkat pertumbuhan yang konstan.

b. Periode proyeksi atau umur investasi adalah tak terhingga (selamanya).

Rumus dalam mengestimasi nilai dengan menggunakan metode kapitalisasi:

PV = [ Eo (1 + g) ]/(k – g) (2.43) PV = nilai sekarang

Eo = economic earning yang diharapkan pada tahun 0 (periode sebelum

tanggal penilaian) K = tingkat diskonto (WACC)

G = tingkat pertumbuhan

• Economic earning harus mencerminkan economic earning yang normal dengan tingkat pertumbuhan yang stabil atau sustainable.

• Eo sebenarnya bukan berarti economic earning aktual pada tahun 0 tapi lebih merupakan economic earning yang telah disesuaikan sehingga mencerminkan tingkat yang normal.

Penentuan tingkat pertumbuhan dalam metode kapitalisasi.

• Metode kapitalisasi pendapatan mengimplikasikan bahwa tingkat pertumbuhan yang akan digunakan merupakan suatu tingkat pertumbuhan jangka panjang yang dapat dipertahankan (sustainable). Secara teknis angka tersebut adalah merupakan tingkat pertumbuhan yang bersifat kekal (perpetual).

(24)

• Beberapa faktor yang umum digunakan untuk menentukan tingkat pertumbuhan antara lain: tingkat inflasi, tingkat pertumbuhan konsumsi produk, dan lain-lain.

• Selain faktor internal yang menunjukan kinerja historis serta kapasitas dan kapabilitas perusahaan, tingkat pertumbuhan yang akan dipilih juga terutama harus mempertimbangkan faktor-faktor eksternal yang mungkin dapat memiliki pola/ kecenderungan yang berbeda dengan kondisi sebelumnya antara lain: kondisi makro ekonomi, prospek industri dan regulasi pasar, siklus produk perusahaan, perkembangan teknologi dan introduksi produk baru.

2.8.2. Pendekatan Pasar (Market Approach)

Nilai ekuitas (dan nilai perusahaan atau kapital) diperkirakan dengan cara mengalikan suatu ukuran nilai (value measure) yang diperoleh dari data transaksi jual beli yang pernah atau sedang terjadi dari perusahaan-perusahaan yang digunakan sebagai pembanding pada suatu variabel nilai. Pendekatan pasar didasarkan pada asumsi bahwa transaksi yang bersifat wajar (arms-length) dari perusahaan yang sepadan dan sebanding dapat menyajikan bukti empirik yang kuat tentang nilai pasar dari perusahaan yang dinilai.

Pada pendekatan pasar ada 2 jenis nilai yang dapat diperoleh, yaitu nilai perusahaan (nilai kapital atau struktur kapital) dan nilai ekuitas (nilai seluruh aktiva dikurangi dengan nilai seluruh kewajiban). Dalam menilai perusahaan tertutup (closely held company), perlu dikenakan diskon marketabilitas (discount for lack of marketability). Pengenaan diskon minoritas dan premi kendali dilakukan kasus per kasus. Ada 2 metode dalam pendekatan pasar, yaitu:

2.8.2.1. Metode Pembanding Perusahaan Terbuka (Guideline Traded Company Method)

Mengaplikasikan key valuation measures atau market multiples perusahaan publik (mis: P/E) kepada variabel keuangan fundamental perusahaan yang dinilai. Indikasi nilai yang dihasilkan dari metode pembanding perusahaan terbuka adalah indikasi nilai minoritas.

Dalam metode pembanding perusahaan terbuka variabel keuangan digunakan sebagai penyebut dalam value multiple – untuk model ekuitas,

(25)

pembilangnya adalah harga pasar saham, untuk model kapital, pembilangnya adalah MVIC (Market Value of Invested Capital).

Variabel keuangan untuk model ekuitas: Penjualan bersih, NIAT (Net Income After Tax), Gross Cash Flow ( NIAT + biaya/beban non kas ), Net Cash Flow (equity)/FCFE, NIBT (Net Income Before Tax), Gross Cash Flow Before Taxes (Earning Before Depreciation and Taxes / EBDT), Deviden.

Variabel keuangan untuk model kapital: Penjualan bersih, EBIT (Earning Before Interest and Taxes), EBITDA (Earning Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization), Net Cash Flow (invested capital)/FCFF, Revenues.

Variabel keuangan dari neraca: Nilai buku (ekuitas atau kapital), Tangible Book Value (ekuitas atau kapital), Adjusted Book Value (ekuitas atau kapital), Adjusted Tangible Book Value (ekuitas atau kapital).

2.8.2.2. Metode Pembanding Perusahaan Merger dan Akuisisi.

Merupakan variasi dari metode pembanding perusahaan terbuka, dimana pembanding yang digunakan adalah transaksi saham mayoritas yang umumnya (tetapi tidak selalu) merupakan kepemilikan mutlak (100%), perusahaan pembanding dapat bersifat terbuka maupun tertutup. Metode pembanding perusahaan merger dan akuisisi mengaplikasikan berbagai transaksi saham pengendali dengan variabel keuangan fundamental perusahaan yang dinilai.

Indikasi nilai yang dihasilkan dalam metode pembanding perusahaan merger dan akuisisi adalah indikasi nilai mayoritas. Standar nilai yang dihasilkan adalah nilai pasar wajar dan nilai investasi.

2.8.3. Pendekatan Aktiva/Neraca (Asset-Based Approach)

Pendekatan aktiva/neraca adalah cara umum dalam mengestimasi nilai dari obyek penilaian yang ditentukan berdasarkan laporan keuangan historis obyek penilaian, dimana seluruh aktiva dan pasiva disesuaikan menjadi nilai pasar wajar (NPW) atau nilai pasar (NP). Aplikasi pendekatan aktiva/ neraca didasarkan pada asumsi bahwa nilai perusahaan/ ekuitas dapat diperoleh dan direalisasikan berdasarkan penjualan secara hipotesis dari aktiva sebagai bagian dari usaha yang berjalan (going concern).

(26)

Ada 2 model yang umum dalam pendekatan berdasarkan aktiva/ neraca, yaitu model ekuitas yang langsung memperoleh nilai ekuitas dan model kapital yang memperoleh nilai perusahaan/ kapital. Ada 2 metode dalam pendekatan berdasarkan aktiva atau neraca:

2.8.3.1. Penilaian Aktiva Bersih (Net Asset Valuation Method)

• Seluruh aktiva dan kewajiban dinilai secara individual atau satu per satu (termasuk tiap aktiva tak berwujud) sesuai nilai pasar atau nilai pasar wajar.

• Tiap aktiva tak berwujud harus diidentifikasikan dan dinilai satu per satu.

• Nilai ekuitas adalah nilai pasar atau nilai pasar wajar seluruh aktiva dikurangi dengan nilai pasar atau nilai pasar wajar seluruh kewajiban.

Metode penyesuaian aktiva bersih biasanya digunakan untuk menilai ekuitas perusahaan-perusahaan yang:

• Nilainya sangat bergantung pada (sangat ditentukan oleh) nilai aktiva berwujud (a heavy based on fixed assets company) contohnya perusahaan real estate.

• Bersifat perusahaan induk (holding company).

• Tidak memiliki riwayat pendapatan yang mantap.

• Memiliki pendapatan yang berfluktuasi.

• Dipertanyakan kemampuannya untuk melanjutkan operasi yang bersifat going concern atau perusahaan yang baru mulai (start up company), perusahaan yang berada dalam kesulitan (trouble companies).

2.8.3.2. Metode Kapitalisasi Kelebihan Pendapatan (Excess Earning Method) Pada prinsipnya sama dengan metode penyesuaian aktiva bersih, tetapi aktiva tak berwujud dianggap sebagai satu kesatuan dan dinilai secara kolektif dengan proses kapitalisasi. Metode kapitalisasi kelebihan pendapatan digunakan untuk badan usaha yang bersifat operasi dengan tingkat keuntungan yang cukup.

Konsep dasar metode kapitalisasi kelebihan pendapatan:

• Seluruh aktiva (diluar aktiva tak berwujud) dan kewajiban dinilai secara individual/ satu per satu = nilai pasar atau nilai pasar wajar

• Aktiva tak berwujud dinilai secara kolektif sebagai satu kesatuan (going concern value) atau biasa disebut big pot theory goodwill

(27)

• Nilai ekuitas adalah nilai pasar atau nilai pasar wajar aktiva berwujud bersih (net tangible asset value) ditambah dengan nilai pasar atau nilai pasar wajar aktiva tak berwujud.

• Metode ini cocok untuk badan usaha yang bersifat operasi (operating company) dengan tingkat keuntungan yang cukup dan pendapatan (dengan tingkat pertumbuhan) yang relatif stabil.

• Indikasi nilai yang dihasilkan adalah indikasi nilai kendali.

• Excess earnings negatif mengindikasikan goodwill negatif (nilai perusahaan lebih kecil nilai total aktivanya).

2.9. Hubungan Penilaian Usaha dengan Standar Akuntasi

Penilaian usaha biasanya digunakan sebagai dasar untuk membuat alokasi berbagai aset untuk membantu dalam penyusunan laporan keuangan. Dalam hal ini penilaian usaha mencerminkan nilai pasar (wajar) dari semua komponen neraca sebuah perusahaan untuk memenuhi standar akuntansi, dengan mempertimbangkan konversi yang menyatakan pengaruh perubahan harga. Dalam beberapa contoh, penilaian usaha memberikan dasar untuk memperkirakan keausan aktiva tetap. Dalam hal ini penilaian usaha boleh jadi atau bukan merupakan alasan utama penilaian (SPI 12.4) (SPI 2002:198).

(28)

2.10. Kerangka Proses Penilaian

Gambar 2.4

Kerangka Pemikiran Proses Penilaian Sumber: Rinaldy (2005:47)

Discounted Cash Flow Method

Numerator

Denominator

Arus Kas Bersih Periode Kontinuitas - Growth - AKB Normal - Tk. Diskonto Normal

Ekuitas Invested Capital

Tingkat Diskonto (Biaya Modal)

Struktur Modal - Proporsi Hutang dan Ekuitas Berdasarkan nilai pasar

Biaya Hutang - Tax shield

- Denominasi mata uang

Biaya Ekuitas - CAPM * Risk Free Rate * Beta

* Premi risiko pasar Periode Eksplisit

Referensi

Dokumen terkait

Infeksi kecacingan adalah parasit pada manusia atau hewan yang sebagian besar menyerang anak usia 1-10 tahun yang disebabkan adanya iklim tropis, kelembaban udara yang

Layanan reservasi melalui GDS tetap dapat dilakukan selama migrasi sistem, kecuali pembukuan yang dibuat pada saat migrasi sistem akan berada dalam status

Data juga menunjukkan bahwa tingkat kepemimpinan transformasional dan kinerja karyawan untuk responden dengan lama kerja 3 – 5 tahun masuk dalam kategori tinggi,

( Mansjoer, 2007 ) ( Mansjoer, 2007 ) Abses adalah pengumpulan nanah yang terlokalisir sebagai akibat dari infeksi Abses adalah pengumpulan nanah yang terlokalisir sebagai akibat

Sedangkan menurut Manullang (2013: 37) terdapat lima macam lingkungan yang mempengaruhi aktivitas bisnis, yaitu lingkungan fisik, lingkungan perekonomian,

dari siklus I ke siklus II dapat diketahui bahwa aktivitas belajar siswa telah mengalami kemajuan dan siswa terlihat aktif selama proses belajar

10) Penyelesaian perselisihan; dan 11) Pengakhiran kerja sama. Dalam perjanjian kerja sama, Bupati dapat menyatakan bahwa pelaksanaan yang bersifat teknis ditangani oleh

1) Menguji reaksi pasar terhadap harga saham dari perusahaan publik yang melakukan pengumuman aksi korporasi pemecahan saham di Bursa Efek Indonesia.. 2) Menguji