13 Oktober 2000
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 10/PJ.7/2000
TENTANG
PENEGASAN KEBIJAKSANAAN PEMERIKSAAN TAHUN 2000 (SERI PEMERIKSAAN 03-00) DIREKTUR JENDERAL PAJAK,
Sehubungan dengan masih adanya keragu-raguan dalam pelaksanaan atas Kebijaksanaan Pemeriksaan Tahun 2000 yang telah ditetapkan (Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor : SE-04/PJ.7/2000 tanggal 12 April 2000), maka untuk menjaga keseragaman dan kelancaran pelaksanaannya perlu diberikan beberapa penegasan sebagai berikut :
1. Umum 1.1.
Surat
Pemberitahuan atau Permohonan Perpanjangan Jangka waktu Penyelesaian Pemeriksaan dibuat oleh Kepala Unit Pelaksana Pemeriksaan Pajak dan dikirimkan kepada :
a. Kepala Kantor Wilayah DJP, dalam hal
pemeriksaan dilakukan oleh KPP atau
Karikpa;
b. Direktur Pemeriksaan Pajak, dalam hal pemeriksaan dilakukan oleh Kelompok Fungsional Kanwil DJP atau Kantor Pusat DJP.
Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022
1.2.
Terhadap Pemeriksaan khusus yang dilakukan atas dasar Instruksi Direktur
Pemeriksaan Pajak, maka Surat Pemberitahuan atau Permohonan Perpanjangan Jangka Waktu Penyelesaian Pemeriksaan di buat oleh Kepala Unit Pelaksana Pemeriksaan Pajak dan dikirimkan ke Direktur
Pemeriksaan Pajak.
Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022
1.3.
Sesuai dengan butir 1.3 huruf b Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor. SE- 04/PJ.7/2000 tanggal 12 April 2000 kesimpulan hasil pemeriksaan harus dituangkan dalam Daftar Kesimpulan Hasil Pemeriksaan (DKHP).
Pembuatan DKHP dilakukan segera setelah Laporan Pemeriksaan Pajak (LPP) diselesaikan dan lembar asli DKHP harus dikirimkan ke Direktorat
Pemeriksaan Pajak dan Kantor Wilayah DJP atasannya paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya setelah bulan diselesaikannya LPP. Mengingat bahwa pemantauan penerimaan DKHP dari UPPP menunjukkan hasil yang belum memuaskan dengan ini dihimbau kepada para Kepala UPPP untuk mengawasi pengisian DKHP oleh para pemeriksa di masing-masing unit dan proses pengiriman DKHP tersebut ke Direktorat
Pemeriksaan Pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022
1.4.Untuk tujuan penerbitan LP2, Pemeriksaan Ulang diberikan nomor kode Kriteria Pemilihan SPT sebagai berikut :
2991 untuk Pemeriksaan Ulang terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi.
2992 untuk Pemeriksaan Ulang terhadap Wajib Pajak Badan.
2. Pemeriksaan Rutin.
Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022
Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022
2.1.
Pemeriksaan Rutin Kriteria Seleksi : Mengingat bahwa program aplikasi Sistem Kriteria Seleksi SPT Untuk Diperiksa (Sistem Kriteria
Seleksi) sudah mulai
diaktifkan pada tanggal 31 Agustus 2000, maka
penentuan Wajib Pajak yang akan diperiksa melalui Pemeriksaan Rutin-Kriteria Seleksi (kode pemeriksaan 08 dan 09) dilaksanakan melalui proses scoring oleh program
komputer di Kantor Pusat DJP.
Wajib Pajak yang terpilih untuk diperiksa melalui Sistem Kriteria Seleksi disusun dalam daftar
Persediaan Wajib Pajak Kriteria
Seleksi. Daftar Persediaan Wajib Pajak Kriteria Seleksi tersebut dibuat oleh Tim Alokasi
Pemeriksaan Rutin Kriteria Seleksi di Direktorat Pemeriksaan Pajak dan dikirimkan kepada Kepala Kantor
Wilayah DJP untuk
ditentukan Unit Pelaksana Pemeriksaan Pajak-nya sesuai dengan Rencana Pemeriksaan masing-masing unit. Penentuan Unit Pelaksana Pemeriksaan Pajak (UPPP) dilakukan dengan
memperhatikan volume
pekerjaan pada masing-masing unit dan pelaksanaan pemeriksaan untuk tahun pajak lainnya.
Apabila
terhadap Wajib Pajak yang sama namun untuk tahun pajak yang berbeda sedang dilakukan pemeriksaan, maka pemeriksaan berdasarkan Sistem Kriteria Seleksi atas Wajib Pajak tersebut agar dilaksanakan oleh UPPP yang sama.
Setelah alokasi UPPP
dilakukan, daftar tersebut dikembalikan ke Direktur Pemeriksaan Pajak untuk diproses
penerbitan LP2- nya.
Berdasarkan daftar tersebut Kepala Kantor Wilayah DJP dapat
memberikan penugasan pemeriksaan kepada UPPP yang telah ditunjuk.
Pemeriksaan dapat dilaksanakan terlebih dahulu sambil
menunggu diterbitkannya LP2 oleh Direktorat Pemeriksaan Pajak. LP2 akan langsung dikirimkan ke UPPP yang telah
ditentukan.
Mengingat Kantor
Wilayah DJP belum
seluruhnya dapat
terhubung (on line) dengan Kantor Pusat, maka untuk sementara waktu seluruh LP2 tetap diterbitkan oleh Direktorat Pemeriksaan Pajak.
Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022
2.2.
Daftar
Nominatif SPT Tahunan PPh Pasal 21 yang setelah
dilakukan proses editing menyatakan Lebih Bayar Pada
prinsipnya pembuatan Daftar Nominatif Wajib Pajak hanya meliputi Pemeriksaan Rutin sebagaimana dimaksud pada butir 2.1 huruf b dan huruf c Surat Edaran Direktur
Jenderal Pajak nomor : SE- 04/PJ.7/2000 tanggal 12 April 2000 (Seri
Pemeriksaan 01-00), namun mengingat daftar nominatif tersebut belum mencakup SPT Tahunan PPh Pasal 21 yang setelah
dilakukan proses editing menyatakan Lebih Bayar dan sistem kriteria seleksi tidak
mencakup SPT Tahunan PPh Pasal 21 maka Kepala Kantor Pelayanan Pajak diminta juga untuk membuat Daftar
Nominatif SPT Tahunan PPh Pasal 21 yang setelah
dilakukan proses editing menyatakan Lebih Bayar.
Daftar
Nominatif SPT Tahunan PPh Pasal 21 yang setelah
dilakukan proses editing menyatakan Lebih Bayar tersebut
dilakukan secara bulanan dan harus dikirimkan kepada Kepala Kantor
Wilayah DJP atasannya dengan tembusan kepada Direktur Pemeriksaan Pajak dan Kepala Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak terkait paling lambat setiap tanggal 15 bulan berikutnya.
Berdasarkan persetujuan Kepala Kantor Wilayah DJP, Kantor
Pelayanan Pajak dapat melakukan pemeriksaan terhadap SPT Tahunan PPh Pasal 21 yang setelah
dilakukan proses editing menyatakan Lebih Bayar tersebut.
Sehubungan dengan pelaksanaan pemeriksaan tersebut, Kepala Kantor Pelayanan Pajak di minta untuk
melakukan pengawasan terhadap penyampaian SPT Tahunan PPh Wajib Pajak dan SPT Tahunan PPh Pasal 21 yang setelah
dilakukan proses editing menyatakan Lebih Bayar tersebut. Dalam hal perbedaan jangka waktu penyampaian SPT tersebut diperkirakan cukup lama (lebih dari 3 bulan), maka pemeriksaan terhadap SPT Tahunan PPh Pasal 21 yang setelah
dilakukan proses editing menyatakan Lebih Bayar tersebut dapat dilakukan terlebih dahulu tanpa
menunggu disampaikannya SPT Tahunan PPh Wajib Pajak.
Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022
2.3.
Terhadap SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang
Pribadi/Badan atau SPT Tahunnan PPh Pasal 21 yang setelah
dilakukan proses editing menyatakan Lebih Bayar, jangka waktu penyelesaiannya diperlakukan sama dengan SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi atau Badan sebelum dilakukan proses editing.
2.4.
Jangka waktu penyelesaian pemeriksaan SPT Lebih Bayar
sebagaimana dimaksud pada butir 2.4 huruf a Surat Edaran Direktur
Jenderal Pajak Nomor SE- 04/PJ.7/2000 tanggal 12 April 2000 (Seri
Pemeriksaan 01-00), diserahkan sepenuhnya kepada Kepala Kantor
Wilayah DJP sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022
2.5.
Terdapat kesalahan ketik pada ketentuan sebagaimana dimaksud dalam butir 2.3 huruf k Surat Edaran
Direktur Jenderal Nomor : SE- 04/PJ.7/2000 tanggal 12 April 2000 (Seri
Pemeriksaan 01-00)
sehingga perlu diubah sebagai berikut :
''....Wajib Pajak yang
mengajukan permohonan sehubungan dengan pelaksanaan kewajiban perpajakannya, antara lain permohonan pemberian NPWP, pengukuhan atau
pencabutan Pengusaha Kena Pajak (PKP),
keberatan atau banding, penentuan Wajib Pajak berlokasi di daerah
terpencil, pemusatan tempat terutang PPh Pasal 21 dan pemusatan tempat
terhutang PPN serta untuk tujuan lain (butir 2.1 huruf e angka 2)...''
Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022
3.
Pemeriksaan Khusus
Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022
Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022
3.1.
Sesuai dengan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor: SE- 05/PJ.33/2000 tanggal 24 Juli 2000, kriteria Pemeriksaan Khusus
terhadap Wajib Pajak Domisili yang
menyampaikan SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi/Badan atau Wajib Pajak Domisili dan Lokasi yang
menyampaikan SPT Tahunan PPh Pasal 21 setelah
berakhirnya jangka waktu penyampaian SPT yang ditetapkan dalam Surat Teguran sehingga SPT tersebut
dianggap sebagai data, sebagaimana dimaksud dalam butir 1.3 huruf a angka 1) point ke-10 dan butir 3.1 huruf c angka (1) dan angka (2) Surat Edaran
Direktur Jenderal Pajak Nomor: SE- 04/PJ.7/2000 tanggal 12 April 2000 (Seri
Pemeriksaan 01-00) dinyatakan tidak berlaku lagi.
Penegasan ini dilaksanakan mulai dengan SPT Tahunan PPh
TahunPajak 1999.
Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022
3.2.
Untuk menunjang penerimaan pajak tahun anggaran 2000, ketentuan mengenai persetujuan Direktur Pemeriksaan Pajak untuk melakukan Pemeriksaan Khusus sebagaimana dimaksud dalam butir 3.3 Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak nomor : SE- 04/PJ.7/2000 tanggal 12 April 2000 (Seri
Pemeriksaan 01-00) lebih disederhanakan.
Surat Persetujuan Direktur Pemeriksaan Pajak untuk melakukan Pemeriksaan Khusus Kode 14
(berdasarkan analisis
terhadap SPT dan atau data/keterangan lainnya) yang semula dibuat per Wajib Pajak diubah menjadi surat persetujuan secara kolektif, yang dapat mencakup seluruh Wajib Pajak yang diusulkan untuk diperiksa.
Surat persetujuan tersebut beserta lampirannya, yang berupa daftar Wajib Pajak yang disetujui untuk dilakukan Pemeriksaan Khusus akan dikirimkan ke Unit Pelaksana Pemeriksaan Khusus melalui
faksimili. Surat persetujuan yang dikirimkan melalui faksimili tersebut dapat digunakan sebagai dasar penerbitan Surat Perintah Pemeriksaan Pajak sambil menunggu diterimanya LP2 dari Direktorat Pemeriksaan Pajak.
Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022
4.
Pemeriksaan Tahun Berjalan
Pemeriksaan Tahun Berjalan agar ditekankan pada : a.
Wajib Pajak yang terkena pajak final, seperti pengembang, persewaan tanah dan atau bangunan, kontraktor dan sebagainya, dengan kriteria :
- tidak
memasukkan laporan bulanan; dan -
potensial dalam peningkatan penerimaan PPh
b. Pemotong/pemungut PPh Pasal 21, Pasal 22, Pasal 23, Pasal 26 dan PPh final, dengan kriteria : -
setoran akhir PPh Pasal 21 sangat menonjol;
-
Wajib Pajak yang menyelenggarakan undian;
-
Klinik/rumah sakit
besar/lembaga pendidikan;
-
pengusaha hiburan yang mempekerjakan artis asing;
-
Wajib Pajak yang pemenuhan kewajiban pemungutan PPh Final-nya dianggap kurang wajar;
-
Wajib Pajak penyelenggara pameran dan penyelenggara kebudayaan atau kesenian;
Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022
-
Wajib Pajak yang menjadi peserta pameran, nama- nama peserta pameran
diketahui antara lain dari brosur Asosiasi
Perusahaan Pameran Indonesia;
-
Bendaharawan, sesuai Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 1 tahun 2000 tanggal 1 Februari 2000 tentang
Intensifikasi Pemungutan dan Penyetoran PPh, PPN dan PPnBM yang dipungut oleh
bendaharawan daerah dan pemegang kas daerah terhadap pelaksanaan APBD;
-Wajib Pajak yang mempekerjakan Tenaga Kerja Asing.
5.
Pemeriksaan Bukti Permulaan
Untuk tujuan penerbitan LP2, Pemeriksaan Bukti Permulaan diberi nomor kode Kriteria Pemilihan SPT sebagai berikut 2311 untuk Pemeriksaan Bukti Permulaan terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi untuk Pemeriksaan Bukti Permulaan terhadap Wajib Pajak Badan
6.
Lain-lain
Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022
6.1.
Pajak dapat mengajukan permohonan kepada Kepala Unit Pelaksana Pemeriksaan Pajak untuk membahas hasil temuan Tim Pemeriksa dengan Tim Pembahas, apabila terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil pemeriksaan (baik PL maupun PSL) dengan tanggapan Wajib Pajak.
Tim Pembahas beranggotakan para Supervisor atau Kepala Seksi lain yang ada di UPPP yang bersangkutan.
6.2.
Ketentuan peer review atas hasil pemeriksaan pada tingkat Kantor Wilayah DJP sebagaimana dimaksud dalam butir 5 Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor: SE- 06/PJ.7/1999 tanggal 11 Agustus 1999 agar segera dilaksanakan.
Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022
6.3.
Terdapat kesalahan penomoran lampiran pada Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak nomor : SE- 04/PJ.7/2000 tanggal 12 April 2000 (Seri Pemeriksaan 01-00) sehingga perlu diralat sebagai berikut :
NONomor Lampiran yang
tertulis pada SE-
04/PJ.7/2000 Nomor Lampiran yang seharusnya tertulis
1. Lampiran 6 Lampiran 17 2. Lampiran 7 Lampiran
6
3. Lampiran 8 Lampiran 7
4. Lampiran 9 Lampiran 8
5. Lampiran 10Lampiran 9
6. Lampiran 11
Lampiran 10 7. Lampiran 12Lampiran
11 8. Lampiran 13Lampiran
12 9. Lampiran
14
Lampiran 13 10. Lampiran
15
Lampiran 14 11.Lampiran 16Lampiran
15 12.Lampiran 17Lampiran
16
Demikian untuk dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
DIREKTUR JENDERAL, ttd.
MACHFUD SIDIK