• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. PERANCANGAN. Gambar 2.1. Peta lokasi tapak di Jl. Boulevard Famili Barat, Surabaya Sumber : google earth (2012)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "2. PERANCANGAN. Gambar 2.1. Peta lokasi tapak di Jl. Boulevard Famili Barat, Surabaya Sumber : google earth (2012)"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

2. PERANCANGAN

2.1 Perancangan Tapak 2.1.1 Pemilihan Tapak a) Lokasi Tapak Terpilih

Lokasi tapak yang dipilih berada di jalan Boulevard Famili Barat, Surabaya. Kawasan Surabaya Barat ini dipilih karena kawasan ini mulai berkembang, rata-rata penduduknya merupakan etnis tionghoa, dan juga belum adanya kelenteng yang mencakup kawasan bagian Surabaya Barat ini.

Gambar 2.1. Peta lokasi tapak di Jl. Boulevard Famili Barat, Surabaya Sumber : google earth (2012)

Gambar 2.2. Peta rencana tata guna lahan UP Wiyung Kota Surabaya Sumber : Bappeko Kota Surabaya

U

U

(2)

b) Alasan Pemilihan Tapak

Pemilihan lokasi tapak ini terkait dengan fungsi proyek yang direncanakan yaitu sebagai sebuah fasilitas tempat ibadah yang membutuhkan suasana yang mendukung bagi para umatnya dalam menjalankan proses beribadah. Lokasi tapak yang terpilih berada di Jl. Boulevard Famili Barat, Surabaya. Adapun alasan pemilihan lokasi tapak ini adalah sebagai berikut :

 Kondisi tapak yang nyaman, tenang, tidak bising, dan bebas dari gangguan keramaian sehingga membuat proses beribadah dapat berjalan dengan tenang.

 Minimnya bangunan-bangunan tinggi serta adanya lahan kosong luas di sekitar tapak ini menjadikan tapak mendapat pencahayaan dan penghawaan alami yang cukup baik.

 Lokasi tapak tidak berdekatan dengan bangunan yang menghasilkan kebisingan tinggi seperti pabrik/ bengkel/ lain-lainnya.

 Lokasi berada pada kondisi keamanan yang baik.

 Lokasi berada di jangkauan pelayanan fasilitas transportasi umum (aksesibilitas cukup).

 Kualitas lingkungan cukup baik, lokasi terbebas dari polusi.

2.1.2 Data Tapak

Lokasi tapak yang dipilih ini berada di Jl. Boulevard Famili Barat, Kota Surabaya. Adapun data lokasi tapak ini adalah sebagai berikut :

 Lokasi : Jalan Boulevard Famili Barat

 Kelurahan : Babadan

 Kecamatan : Wiyung

 Kota : Surabaya

 Rencana tata guna lahan : Fasilitas umum

 KDB : 60%

 KLB :200%

 GSB jalan : 10 m

 GSB bangunan : 4 m

 Luas lahan : 1,795 ha

(3)

Sedangkan batas-batas yang mengelilingi tapak yaitu :

 Batas utara : lahan parkir Graha Melandas

 Batas timur : perumahan Graha Famili blok N

 Batas selatan : lahan kosong

 Batas barat : lahan kosong dan restoran Boncafe

Batas Utara Batas Timur

Batas Selatan Batas Barat Gambar 2.3. Batas-batas tapak

2.1.3 Kondisi Eksisting Tapak

a) Kondisi Eksisting Tapak tentang Kebisingan

Lokasi tapak ini berada pada daerah yang tingkat kebisingannya rendah karena lokasinya yang berada dalam area perumahan dan juga kondisi sekitar site yang masih merupakan lahan kosong dengan vegetasi yang cukup. Sumber kebisingan utama hanya berasal dari jalan Boulevard Famili Barat yang merupakan jalan satu-satunya menuju lokasi tapak. Sedangkan sumber kebisingan lainnya berasal dari aktivitas perumahan warga yang ada di daerah timur dan di daerah barat tapak dengan intensitas yang lebih rendah. (dapat dilihat pada gb.2.4). Tetapi kebisingan yang terjadi dapat dikatakan rendah dan dapat diatasi dengan pemberian vegetasi yang cukup dalam tapak.

(4)

Gambar 2.4. Sketsa keberadaan sumber kebisingan di sekitar tapak

b) Kondisi Eksisting Tapak tentang View

Lokasi tapak ini berada di sebelah lahan kosong sehingga hal ini tentu menjadi potensi view maksimal yang dapat dinikmati oleh pengujung dan pengguna lainnya. Tetapi dalam penataan massa tetap perlu ditambahkan view buatan yaitu dengan adanya outdoor area berupa taman terbuka pada tengah-tengah bangunan.

Gambar 2.5. Lahan kosong yang terdapat di sebelah tapak

2.1.4 Kondisi Lingkungan Sekitar Tapak

Lokasi tapak di Jl. Boulevard Famili Barat ini berada pada kawasan Kota Surabaya Barat yang mudah dicapai dan cukup dikenal oleh masyrakat Kota

Sumber kebisingan : kendaraan bermotor Intensitas : rendah Sumber kebisingan : aktivitas warga Intensitas : rendah

(5)

Surabaya pada umumnya. Hal ini tentu tidak terlepas dari adanya landmark yang menjadi penanda di daerah lokasi ini. Untuk lebih jelas tentang kondisi sekitar tapak dapat dilihat gb. 2.6 :

Gambar 2.6. Peta kondisi lingkungan sekitar tapak Sumber : google earth (2012)

(6)

2.1.5 Potensi dan Permasalahan dalam Tapak

Dengan mengetahui potensi dan permasalahan yang ada dalam tapak, perancangan kelenteng ini dapat menjadi lebih optimal sehingga dapat berfungsi dengan maksimal. Potensi yang terdapat di dalam tapak antara lain adalah sebagai berikut :

 Lokasi tapak yang berada pada daerah perumahan menyebabkan tingkat kebisingan rendah.

 Lahan kosong yang berada di sekitar tapak menjadikan view yang indah karena tidak terhalang oleh bangunan-bangunan.

 Lokasi tapak berada dalam kawasan perumahan Graha Famili yang terdapat penjagaan yang cukup sehingga keamanan dapat terjamin.

Sedangkan permasalahan yang ada dalam tapak adalah kondisi tapak yang berada di dalam area perumahan inilah yang membuat tidak semua transportasi umum dapat memasuki tapak, yaitu bus (mini bus masih dapat memasuki area ini).

2.1.6 Pengaturan Zoning dan Tata Letak Massa

Melihat dari analisa kebisingan dan view, dapat dikatakan tidak terlalu berpengaruh dalam zoning dalam tapak. Pembagian zona privat dan zona publik pada bangunan disini untuk memudahkan bagi mereka yang ingin beribadah dengan yang bertujuan wisata, dapat dilihat pada gb. 2.7 berikut :

zona privat zona publik Gambar 2.7. Hasil pengaturan zoning

Pada dasarnya perancangan bangunan kelenteng ini didasari oleh arsitektur rumah tradisional tionghoa (siheyuan) (lihat gambar 2.8). Komposisi siheyuan

(7)

adalah pola dasar yang digunakan untuk rumah tinggal, istana, kuil, biara, bisnis keluarga dan kantor pemerintah.

Gambar 2.8. Skema siheyuan

Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/Siheyuan

Pola siheyuan ini lekat dengan 4 elemen yang mendasari, yaitu :

 Well (center) : adanya ruang terbuka di tengah bangunan yang digunakan untuk berhubungan dengan langit. Biasanya berupa courtyard/halaman/taman terbuka(outdoor area).

Keterangan : : hall entrance : outdoor area

Gambar 2.9. Hasil pengaplikasian well pada tapak

(8)

 Wall (boundary) : adanya pagar yang mengelilingi bangunan untuk membedakan antara ruang dalam dan ruang luar tapak, dimana ruang dalam sudah teratur sedangkan ruang luar masih tidak teratur.

Gambar 2.10. Hasil pengaplikasian wall pada tapak

 Threshold (connector) : yang berarti sebagai penghubung antara bangunan, menjadi sebuah penanda bahwa adanya area yang berbeda, seperti zona publik menuju zona privat. Dapat terlihat dengan adanya tangga, jembatan, gerbang (gate) pada perancangan bangunan.

Gambar 2.11. Hasil pengaplikasian threshold pada tapak

 Axis (hierarchy) : Tatanan massa dari yang terdepan (entrance) merupakan zona service hingga ke belakang semakin privat. Dapat dilihat pada gb. 2.12 bahwa pembagian zona dari depan semakin ke belakang semakin privat.

(9)

Gambar 2.12. Hasil pengaplikasian axis pada tapak

2.1.7 Pencapaian ke dalam Tapak

Penentuan jalur entrance dan out pada tapak perlu memperhatikan kondisi lingkungan sekitar tapak dan jalur pencapaian penggunanya. Pencapaian menuju tapak dapat dilalui melalui Jl. Mayor Jendral Sungkono, Jl. Mayor Jendral HR.

Muhammad, Jl. Bukit Darmo Boulevard, Jl. Lingkar Dalam (jalan besar utama yang sering dilalui), Jl. Boulevard Famili Selatan, dan sampai pada Jl. Boulevard Famili Barat. Berikut ini adalah skema pencapaian menuju tapak (lihat gb. 2.13).

Gambar 2.13. Skema pencapaian menuju tapak

Mengacu pada skema pencapaian menuju ke tapak (gb. 2.13) dapat disimpulkan bahwa pencapaian pengunjung menuju tapak lebih dominan berasal dari selatan tapak yaitu dari Jl. Boulevard Famili Selatan ke Jl. Boulevard Famili Barat. Maka kriteria penempatan entrance dan out kendaraan bermotor hendaknya

(10)

diletakkan di area yang mudah dicapai dan dilihat oleh pengendara dari arah selatan (sisi Timur pada tapak) (gb. 2.14).

Gambar 2.14. Pencapaian entrance dan out pada tapak

Keterangan gambar 2.14 :

= Jalur pencapaian kendaraan menuju entrance = Jalur in dan out pada tapak

2.1.8 Sirkulasi di dalam Tapak

a) Sirkulasi Kendaraan di dalam Tapak

Sirkulasi kendaraan di dalam tapak hanya berada di area parkiran dan terletak di tengah tapak agar lebih efektif dikarenakan kondisi tapak yang memanjang. Sirkulasi kendaraan di dalam tapak ini merupakan sirkulasi satu arah.

Sirkulasi kendaraan satu arah ini dapat langsung drop off pengunjung maupun parkir sehingga menghindari kendaraan yang berpapasan dengan tujuan agar lebih teratur. Sirkulasi kendaraan juga dirancang agar dapat putar balik untuk menjemput kembali pengunjung pada area drop off.

U

IN OUT

(11)

Gambar 2.15. Sirkulasi kendaraan di dalam tapak

Keterangan gambar 2.15 :

= dropping area = parkir motor pengunjung

= parkir mobil pengunjung

= jalur sirkulasi kendaraan menuju dropping area/parkir

= jalur sirkulasi kendaraan menuju loading dock

= loading dock

(12)

b) Sirkulasi Pejalan Kaki di dalam Tapak

Jalur pejalan kaki di dalam tapak dibedakan menjadi 2 yaitu jalur pedestrian di area parkir dan selasar penghubung antar massa (lihat gb. 2.16). Jalur pedestrian ini menghubungkan antara area parkir pengunjung dengan area entrance hall . Sedangkan selasar penghubung ini menghubungkan tiap-tiap bangunan. Selasar ini dibedakan menjadi 2 yaitu untuk area terbuka dan jalan setapak disepanjang bangunan yang terdapat kanopi dengan tujuan supaya aktivitas tetap dapat berjalan seperti biasa apabila hujan terjadi.

Gambar 2.16. Sirkulasi pejalan kaki di dalam tapak

Keterangan gambar 2.16:

= pedestrian di area parkir menuju entrance hall

= selasar penghubung antar bangunan

(13)

2.2 Perancangan Bangunan 2.2.1 Karakteristik Kelenteng

a) Lokasi dan arah hadap kelenteng

Lokasi yang dipilih untuk perancangan kelenteng ini didasari oleh aturan-aturan feng shui berdasarkan sumber tertulis berupa buku yang ditulis oleh Stephen Skinner (52). Berikut ini adalah matriks mengenai kesesuaian feng shui dalam memilih lokasi untuk pembangunan kelenteng :

 Berada di dekat sumber mata air, baik itu berupa mata air, sungai, ataupun laut.

 Didirikan di atas tanah yang lebih tinggi bila dibandingkan di sekitarnya. Pada perancangan kelenteng ini, tanah pada tapak memiliki ketinggian yang sama dengan sekitarnya, sehingga disini tanah asal dipertinggi.

Arah hadap bangunan menghadap ke arah selatan. “Sit north face south” yang berarti duduk bersandar pada bukit, menghadap ke sungai atau laut.

b) Bentuk atap kelenteng

 Adanya hiasan pada bubungan atap kelenteng. Pada atap kelenteng ini diletakkan ornamen naga yang mengapit bola api yang ada di tengah.

Gambar 2.17. Pengaplikasian hiasan pada bubungan atap

 Bubungan atap kelenteng melengkung sebagai simbol dari ekor burung wallet.

(14)

Gambar 2.18: Bentuk bubungan atap kelenteng Sumber : http://gusbaster.blogspot.com/2011/11/

sejarah-kelenteng-dan-ciri-ciri.html

Gambar 2.19. Pengaplikasian bentuk bubungan atap kelenteng

 Nok atap harus sejajar dengan jalan, dalam artian tidak boleh tegak lurus (tusuk sate) dengan jalan.

Gambar 2.20. Contoh (kiri) dan pengaplikasian arah nok atap atap bangunan (kanan)

c) Warna dan ragam hias kelenteng

Warna pada arsitektur China mempunyai makna simbolik. Warna tertentu pada umumnya diberikan pada elemen yang spesifik pada bangunan. Meskipun banyak warna-warna yang digunakan pada bangunan, tapi warna merah dan kuning keemasan paling banyak dipakai dalam arsitektur Tionghoa di Indonesia. Warna merah banyak dipakai di dekorasi interior, dan umumnya dipakai untuk warna pilar. Merah menyimbolkan warna api dan darah, yang dihubungkan dengan kemakmuran dan keberuntungan. Merah juga simbol kebajikan, kebenaran dan

(15)

ketulusan. Warna merah juga dihubungkan dengan arah, yaitu arah Selatan, serta sesuatu yang positif. Warna kuning yang dapat dikatakan sebagai warna emas melambangkan kejayaan dan pusat. Itulah sebabnya warna merah dan emas mendominasi pada perancangan kelenteng ini. (Kelenteng – kelenteng Kuno di Indonesia 12-18).

Ragam hias yang terdapat pada bangunan yaitu berupa ukiran pada dinding di hall penerima dan lukisan pada interior kelenteng.

Gambar 2.21. Ukiran harimau emas pada dinding hall penerima

Ukiran bergambar harimau yang ada pada dinding sebelah barat hall penerima ini untuk menunjukkan arah barat pada bangunan. Harimau memiliki makna kekuatan, keagungan, keberanian, dan kemuliaan.

Gambar 2.22. Ukiran naga emas pada dinding hall penerima

Ukiran bergambar naga yang ada pada sebelah timur hall penerima ini untuk menunjukkan arah timur pada bangunan. Naga disini memiliki arti menjaga, sebagai imbol kekaisaran, kemakmuran, keperkasaan, berkat dan anugerah.

(16)

Gambar 2.23. Ukiran burung phoenix emas pada dinding hall penerima

Ukiran yang ada pada hall penerima lainnya adalah burung phoenix dimana mempunyai makna kehangatan, keberuntungan, melindungi, dan matahari. Penempatan ukiran ini adalah untuk menunjukkan arah selatan pada bangunan.

Gambar 2.24. Sepasang patung singa emas pada tangga menuju kelenteng

Sepasang patung singa emas ini mempunyai arti sebagai penjaga tempat ibadah yang sakral.

2.2.2 Konsep Perancangan a) Konsep desain

Proyek ini merupakan sebuah tempat untuk beribadah bagi etnis tionghoa yang menganut ajaran tridharma. Sehingga dalam perancangan kelenteng tridharma ini didesain berdasarkan ajaran tridharma (lihat lampiran 2). Secara inti, konsep yang diambil adalah berdasar kepada kesamaan dari ajaran ketiga nabi ini yaitu “harmonis”.

(17)

b) Transformasi bentuk

Dari konsep ini, maka pendekatan yang digunakan adalah simbolik yaitu transformasi bentuk. Transformasi mempunyai pengertian yaitu penggunaan evolusi tradisional seperti penambahan, penumpukan, pengirisan, sehingga tampilan fisik yang dihasilkan berupa simetri-asimetri, regular- irregular.

Bentukan dasar yang diambil adalah kubus maupun persegi panjang (segi 4). Karena bangunan ini merupakan tempat ibadah yang sakral, sehingga dibutuhkan kesimetrisan untuk memperkuat kesan religius, selain itu juga mempertimbangkan keefektifan ruang untuk beraktivitas di dalamnya.

Sehingga dalam tatanan massa, pola ini dimainkan dengan adanya pergeseran, penumpukan sehingga tatanan bangunan yang dihasilkan adalah simetri (lihat gb. 2.25).

Berdasarkan pada konsep, maka signified yang digunakan adalah

“harmonis”, kemudian referent adalah yang lebih spesifik dari harmonis ini yaitu suatu keteraturan tatanan, pengisian satu sama lainnya, seimbang, seirama, menyatu dan memiliki ukuran yang tidak jauh berbeda. Sehingga signifier yang dihasilkan adalah menciptakan suatu bangunan yang harmonis dengan adanya keteraturan, keseimbangan, kesatuan antar ruangan dan bangunan yang satu dengan yang lainnya.

Keterangan :

= penumpukan

= pergeseran

Gambar 2.25. Transformasi bentuk pada tatanan massa

(18)

2.2.3 Program Ruang

Fasilitas-fasilitas yang terdapat dalam kelenteng tridharma ini sesuai dengan perencanaan, kebutuhan dan zoning yang telah dibuat di awal berdasarkan aktivitas pengelola dan pengunjung (lihat lampiran 3). Fasilitas-fasilitas tersebut antara lain adalah:

a) Fasilitas Ibadah

Fasilitas ini diperuntukkan bagi para umatnya dalam menjalankan ibadahnya. Fasilitas ibadah disini terdiri dari fasilitas yang menunjang aktivitas beribadah yaitu toko peralatan sembahyang, lalu tempat penerangan jiamsi.

Berdasarkan alur aktivitas pengunjung (lihat lampiran 3), maka fasilitas-fasilitas ini diletakkan di dekat area parkir. Sedangkan tempat ibadah utama diletakkan jauh dari area parkir dan servis untuk menghindari kebisingan selain itu penempatan pada zoning privat diletakkan di utara dan menghadap ke selatan.

Keterangan :

= tempat ibadah utama

= toko peralatan sembahyang

= tempat penerangan jiamsi

Gambar 2.26. Layout plan yang menunjukkan fasilitas ibadah

b) Fasilitas Pengelola

Fasilitas ini diperuntukkan bagi pengelola, pengurus dalam mengelola kelenteng tridharma ini. Masyarakat umum bisa mendapatkan atau menanyakan informasi seputar kelenteng, ataupun mengenai peminjaman hall serbaguna untuk acara sosial ataupun pertunjukan yang berkaitan dengan budaya tionghoa. Fasilitas pengelola ini diletakkan tidak jauh dari tempat parkir dengan tujuan pengelola dan karyawan dapat lebih mudah melayani pengunjung yang ingin menanyakan

(19)

pengelola ini terdiri dari ruang tamu, ruang pengurus, ruang sekretariat, dan ruang rapat.

Keterangan :

= ruang pengurus

Gambar 2.27. Layout plan yang menunjukkan ruang pengurus

c) Fasilitas Umum

Fasilitas ini diperuntukkan bagi masyarakat umum diluar aktivitas beribadah yang berkunjung ke fasilitas ini. Fasilitas umum ini diletakan di sisi lain dari zona privat (area beribadah) seperti tempat makan, ruang display, ruang pertunjukan barongsai maupun wayang potehi, tempat peristirahatan, maupun hall serbaguna yang dapat digunakan untuk kegiatan penyuluhan, seminar, kegiatan bersama, pertunjukan dan lain-lain. Sedangkan ruang kelas untuk pengajaran ajaran tridharma, bahasa mandarin serta budaya tionghoa ini diletakkan dalam zona semi-privat.

Keterangan :

= ruang kelas

= tempat makan

= ruang barongsai

= ruang wayang potehi

dan ruang display

= tempat peristirahatan

Gambar 2.28. Layout plan yang menunjukkan fasilitas umum

(20)

Untuk tempat makan bersama ini berada dekat dengan loading dock yang langsung terhubung dari area parkir dan service, sehingga memudahkan pengiriman bahan makanan dari loading dock ke dapur dan pengiriman makanan dari dapur menuju ke ruang makan.

d) Fasilitas Servis

Fasilitas servis ini dirancang untuk dapat menunjang kelancaran seluruh aktivitas yang ada ada pada banguna pusat terapi ini sehingga pengguna dapat menggunakan ruang-ruang yang ada secara optimal. Antara lain ruang genset, ruang gardu PLN, ruang trafo, dll. Bangunan servis ini diletakkan di dekat area parkiran untuk memudahkan maintenance serta menghindari kebisingan.

Bangunan servis ini ditutupi oleh dinding sehingga tidak terekspos langsung dari area yang dilalui pengunjung karena memang ditujukan bagi karyawan yang boleh memasuki area servis ini.

Keterangan :

= area servis

Gambar 2.29. Layout plan yang menunjukkan fasilitas servis

2.2.4 Pendalaman Karakter Ruang

Pendalaman yang dipilih adalah pendalaman yang mampu menjawab tentang permasalahan perancangan yang ada. Oleh karena itu, untuk mewujudkan sebuah kelenteng yang dapat mendukung proses beribadah maka dipilih pendekatan simbolik kemudian diperdalam dengan pendalaman tentang karakter ruang. Karakter ruang ini meliputi ruang dalam dan ruang luar.

(21)

Tempat beribadah ini merupakan ruang utama dari keseluruhan bangunan. Karakter ruang kelenteng ini dibentuk berdasarkan dari segi fungsi, makna, material dan bentukan.

a) Fungsi

Fungsi kelenteng disini adalah untuk menjalankan ibadah, dimana terdapat tata cara sembahyang di dalamnya yang membedakan dengan tempat ibadah lainnya (XuanTong Ardian, 2012). Aktivitas yang berada di dalamnya adalah :

1. Membakar lilin atau hio

2. Sembahyang (berdiri ataupun berlutut)

3. Meletakkan lilin atau hio ke tempat dupa yang sudah disediakan 4. Membakar kertas

5. Menuangkan minyak

Gambar 2.30. Aktivitas yang ada di dalam kelenteng Sumber : http://img.google.com

(22)

Dan urutan dari sembahyang kepada dewa-dewa yaitu : 1. Thian Kong

2. Para Sien Bing 3. Dewa Pintu 4. Kwan Kong 5. Kongco 6. Ma Sin 7. Hauw Sin 8. Tiga Nabi

Dilihat dari aktivitas diatas, maka ruangan dibentuk untuk memberikan keefektifitasan bagi mereka dalam melaksanakan ibadahnya yaitu dengan mengelola sirkulasi dan dalam pembagian ruang-ruang dalam kelenteng seperti pada gambar berikut :

Gambar 2.31. Sirkulasi dalam kelenteng

b) Makna warna dan ragam hias

Pewarnaan interior kelenteng didominasi oleh warna merah baik dinding dan plafon. Untuk memberikan kesan intim (dekat). Pada interior maupun tampilan luar juga dominan menggunakan warna merah sesuai dengan warna yang melambangkan kekuatan, kemenangan, kemakmuran, kebahagiaan.

(23)

Gambar 2.32. Interior kelenteng

Pilar-pilar yang terdapat pada gb. 2.32 ini terdapat ukiran naga sebagai simbol pemujaan yang disakralkan. Pilar-pilar ini berulang vertikal untuk menunjuk kepada ruang utama.

Gambar 2.33. Pilar naga dalam kelenteng

Gambar 2.34. Lukisan harimau (kiri) dan naga (kanan) dalam kelenteng

Gb. 2.34 merupakan lukisan yang diletakkan dalam ruangan kelenteng untuk menandakan letak arah barat (lukisan harimau) dan arah timur (lukisan naga).

c) Material

Material yang digunakan pada dinding interior kelenteng adalah bata merah dengan alasan pemilihan material ini membuat suasana menjadi nyaman

(24)

dan dingin serta material ini kuat, kokoh, tahan lama, dan jarang terjadi keretakan. Material ini lalu difinishing dengan plesteran cat tembok warna merah.

Gambar 2.35. Material batu bata untuk interior kelenteng Sumber : http://img.google.com

Untuk plafon, berupa rangka baja ekspos dengan finishing cat merah untuk memperkuat kesan intim. Selanjutnya untuk lantai digunakan material keramik berwarna cokelat muda untuk memberi kesan sedikit cerah diantara warna merah yang dominan dalam ruang kelenteng. Pemilihan lantai keramik ini dikarenakan perawatannya yang relatif mudah, tidak mudah tergores, tidak mudah membekas bila terkena kotoran.

Gambar 2.36. Material lantai keramik untuk interior kelenteng Sumber : http://img.google.com

d) Bentukan

Bentukan atap pada kelenteng tua pada umumnya adalah tertutup, sehingga kemungkinan asap terperangkap di plafon cukup besar (lihat gambar 2.37). Sehingga atap didesain agar dapat mengeluarkan asap yang terperangkap di plafon (lihat gambar 2.38).

(25)

Gambar 2.37. Pengeluaran asap pada plafon

Gambar 2.38. Pengaplikasian pada bentuk atap kelenteng

Bentukan atap kelenteng juga didesain untuk memasukkan cahaya melalui skylight. Jatuhnya cahaya dari skylight pada lantai ini akan membentuk suatu garis vertikal dimaksudkan agar dapat menjadi pengarah menuju ruang utama.

Gambar 2.39. Titik jatuhnya cahaya pada altar thian kong

Pemasukan cahaya dimaksudkan untuk pencahayaan alami juga selain dari bukaan dan jendela yang ada pada bangunan. Sedangkan untuk pencahayaan pada malam hari digunakan lampu kuning dengan intensitas rendah sehingga tidak mengganggu proses beribadah.

(26)

2.2.5 Sistem Struktur

Untuk sistem struktur yang digunakan pada keseluruhan bangunan kelenteng ini adalah sistem struktur rangka dengan kolom balok beton.

Dimensi kolom dan balok disesuaikan dengan ketinggian bangunan dan bentang-bentang antar kolom. Sedangkan sistem konstruksi atapnya menggunakan konstruksi kuda-kuda rangka pipa baja (lihat gb. 2.40). Dan gordingnya menggunakan baja WF. Sedangkan usuk menggunakan baja hollow. Bahan penutup atap menggunakan genteng aspal.

Gambar 2.40. Aksonometri struktur

2.2.6 Sistem Utilitas

a) Sistem Utilitas Air Bersih

Sistem utilitas air bersih menggunakan sistem upfeed dengan menggunakan 1 tandon utama dan 1 pompa utama (lihat gb. 2.41). Alasan penggunaan sistem upfeed adalah karena massa bangunan terdiri dari 1 lantai.

Peletakan ruang tandon dan ruang pompa adalah di tengah tapak sehingga bisa menjangkau keseluruhan bangunan.

(27)

Gambar 2.41. Skematik sistem utilitas air bersih

Berikut adalah sistem pendistribusian air bersih dalam tapak : sumber air PDAM kota masuk ke dalam tapak. Air PDAM ini ditransfer ke tandon utama dengan menggunakan pompa. Air PDAM ini disimpan di dalam tandon utama. Dari tandon utama ini air didistribusikan ke bangunan-bangunan dengan menggunakan pompa.

b) Sistem Utilitas Air Kotor dan Kotoran

Untuk sistem pembuangan air kotor dan kotoran pada bangunan ini menggunakan sistem on site yaitu menggunakan septic tank dan resapan yang diletakkan pada tempat-tempat tertentu di dekat bangunan tersebut (lihat gb.

2.42). Sistem ini digunakan karena bangunan kelenteng ini terdiri dari banyak

(28)

massa. Selain itu dengan menggunakan septic tank dan resapan pada tiap-tiap bangunan akan memudahkan maintenance (pemeliharaan) dari salura pemipaannya. Untuk bagian dapur diberi penambahan penangkap lemak (grease trap) untuk menyaring lemak dari sisa cucian piring yang ada di dapur tempat makan.

Gambar 2.42. Skematik sistem utilitas air kotor dan kotoran

c) Sistem Utilitas Air Hujan

Sistem pembuangan air hujan yang digunakan dalam perancangan bangunan yaitu dengan memberikan bak kontrol-bak kontrol pada tiap-tiap bangunan (lihat gb. 2.43). Bak kontrol berfungsi untuk menampung air hujan dari atap bangunan. Dan kemudian akan dialirkan ke bak kontrol-bak kontrol lain untuk dibuang ke sungai yang ada diluar tapak.

(29)

Gambar 2.43. Skematik sistem utilitas air hujan

d) Sistem Utilitas Pemadam Kebakaran

Sistem utilitas pemadaman kebakaran kelenteng ini dibagi menjadi 2 yaitu hidran halaman dan hidran bangunan. Pada area ruang luar terdapat 9 titip area yang terdapat hidran halaman (lihat gb. 2.44). Hidran halaman yang dipasang pada area ruang luar ini memiliki jangkauan untuk radius ± 50 m.

Sumber air pada hidran halaman berasal dari tandon utama. Sedangkan pada tiap-tiap bangunan terdapat PAR yang dilengkapi dengan detektor kebakaran.

PAR ini diletakkan pada ruang-ruang tempat berkumpul bersama dengan tujuan mudah diambil apabila terjadi kebakaran.

(30)

Gambar 2.44. Skematik sistem utilitas pemadam kebakaran

e) Sistem Utilitas Listrik

Sistem utilitas listrik di kelenteng ini disediakan ruang-ruang tersendiri di area servis sehingga pendistribusian listrik bermula dari area servis menuju ke tiap-tiap bangunan dengan alur pendistribusian dari BBM menuju ruang genset lalu disalurkan ke ruang panel (MDP) dan juga dari PLN menuju meteran lalu ke ruang trafo, selanjutnya ke ruang panel (MDP) baru selanjutnya didistribusikan ke panel box (SDP) yang ada di tiap-tiap bangunan, setelah itu dari setiap bangunan mendistribusikan ke tiap-tiap ruangan.

(31)

Keterangan :

Gambar 2.45. Skematik sistem utilitas listrik

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan analisis pada tabel 2, dapat dilihat bahwa Kondisi Inovasi Daerah Kota Batam saat ini sudah berjalan dengan baik, namun masih diperlukannya peranan dari sumber

Makna unsur-unsur kelisanan yang terdapat pada tradisi kangkilo terbagi atas tiga yaitu: (1) makna material yang digunakan dalam pelaksanaan tradisi kangkilo yaitu makna

Pembatasan ruang yang baik dapat membantu pengguna untuk memahami isi narasi dengan lebih baik, pergerakan kamera (zoom in-zoom out, cepat-lambat) membuat elemen dinamisme

Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses belajar siswa dalam pembelajaran reading comprehension dengan menggunakan media picture series di kelas V sekolah dasar terdiri dari

37 Tabel 3 Rerata skor perubahan histopatologi sel hepar (x + SD) Rattus norvegicus pada kelompok penelitian setelah diberi pendedahan pengharum ruangan yang berbeda. 42 Tabel 4

kimia abu terbang batubara yang berkaitan dengan potensinya sebagai bahan pengganti kapur pertanian, mempelajari pengaruh pemberian abu terbang batubara berdasarkan

Bila dari hasil penelitian didapatkan korelasi yang signifikan antara ekspresi miR-21 dengan grade histopatologis di jaringan kanker payudara, maka ekspresi

Salah satu solusi yang dapat di lakukan adalah dengan membuat suatu pemahaman mendalam melalui suatu mata kuliah khususnya di jurusan Teknik Elektro dan