• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peraturan Dirjen Bea dan Cukai, P - 25/BC/2006

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Peraturan Dirjen Bea dan Cukai, P - 25/BC/2006"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P - 25/BC/2006

TENTANG

PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA : NOMOR 61/PMK.010/2006 TANGGAL 24 JULI 2006 TENTANG KERINGANAN BEA MASUK ATAS IMPOR

CHASSIS BUS DENGAN MESIN TERPASANG UNTUK PEMBUATAN BUS ANGKUTAN UMUM DAN COMPLETELY KNOCK DOWN (CKD) UNTUK PEMBUATAN ANGKUTAN KOMERSIAL;

NOMOR 62/PMK.010/2006 TANGGAL 24 JULI 2006 TENTANG KERINGANAN BEA MASUK ATAS IMPOR BUS DALAM BENTUK COMPLETELY BUILT UP (CBU) UNTUK KEPERLUAN ANGKUTAN UMUM;

NOMOR 63/PMK.010/2006 TANGGAL 24 JULI 2006 TENTANG PEMBEBASAN BEA MASUK ATAS IMPOR BEBERAPA JENIS SUKU CADANG UNTUK ANGKUTAN UMUM

DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI,

Menimbang :

a. bahwa dengan terbitnya Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 61/PMK.010/2006 tanggal 24 Juli 2006 tentang Keringanan Bea Masuk Atas Impor Chassis Bus Dengan Mesin Terpasang Untuk Pembuatan Bus Angkutan Umum Dan Completely Knock Down (CKD) Untuk Pembuatan Angkutan Komersial, Nomor 62/PMK.010/2006 tanggal 24 Juli 2006 tentang Keringanan Bea Masuk Atas Impor Bus Dalam Bentuk Completely Built Up CBU) Untuk Keperluan Angkutan Umum dan Nomor 63/PMK.010/2006 tanggal 24 Juli 2006 tentang Pembebasan Bea Masuk Atas Impor Beberapa Jenis Suku Cadang Untuk Angkutan Umum maka perlu diatur petunjuk pelaksanaan keringanan/pembebasan Bea Masuk dimaksud;

b. berdasarkan uraian pada huruf a, perlu menetapkan Peraturan Dirjen Bea dan Cukai tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 61/PMK.010/2006, 62/PMK.010/2006 dan 63/PMK.010/2006.

Mengingat :

1. Undang-undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3612) sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4661);

2. Keputusan Presiden Nomor 187/M Tahun 2004;

3. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 545/KMK.01/2003 tanggal 18 Desember 2003 tentang Penetapan Sistem Klasifikasi Barang Impor;

4. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 547/KMK.01/2003 tanggal 18 Desember 203 tentang Penetapan Tarif Bea Masuk Atas Barang Impor;

5. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 61/PMK.010/2006 tanggal 24 Juli 2006 tentang Keringanan Bea Masuk Atas Impor Chassis Bus Dengan Mesin Terpasang Untuk Pembuatan Bus Angkutan Umum Dan Completely Knock Down (CKD) Untuk Pembuatan Angkutan Komersial;

6. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 62/PMK.010/2006 tanggal 24 Juli 2006 tentang Keringanan Bea Masuk Atas Impor Bus Dalam Bentuk Completely Built Up (CBU) Untuk Keperluan Angkutan Umum;

7. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 63/PMK.010/2006 tanggal 24 Juli 2006 tentang Pembebasan Bea Masuk Atas Impor Beberapa Jenis Suku Cadang Untuk Angkutan Umum.

MEMUTUSKAN :

Menetapkan :

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(2)

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61/PMK.010/2006 TANGGAL 24 JULI 2006 TENTANG KERINGANAN BEA MASUK ATAS IMPOR CHASSIS BUS DENGAN MESIN TERPASANG UNTUK PEMBUATAN BUS ANGKUTAN UMUM DAN COMPLETELY KNOCK DOWN (CKD) UNTUK PEMBUATAN ANGKUTAN KOMERSIAL, NOMOR 62/PMK.010/2006 TANGGAL 24 JULI 2006 TENTANG KERINGANAN BEA MASUK ATAS IMPOR BUS DALAM BENTUK COMPLETELY BUILT UP (CBU) UNTUK KEPERLUAN ANGKUTAN UMUM DAN NOMOR 63/PMK.010/2006 TANGGAL 24 JULI 2006 TENTANG PEMBEBASAN BEA MASUK ATAS IMPOR BEBERAPA JENIS SUKU CADANG UNTUK ANGKUTAN UMUM.

Pasal 1

(1) Atas barang impor sebagaimana tercantum dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 61/PMK.010/2006 tanggal 24 Juli 2006 diberikan keringanan Bea Masuk sehingga tarif Bea Masuknya menjadi 5% (lima perseratus).

(2) Atas barang impor sebagaimana tercantum dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 62/PMK.010/2006 tanggal 24 Juli 2006 diberikan keringanan Bea Masuk sehingga tarif akhir Bea Masuknya menjadi 5%

(lima perseratus).

(3) Atas barang impor berupa suku cadang sebagaimana tercantum dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 63/PMK.010/2006 tanggal 24 Juli 2006 diberikan pembebasan Bea Masuk sehingga tarif akhir Bea Masuknya menjadi 0% (nol perseratus).

Pasal 2

(3)

(1) Untuk mendapatkan fasilitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1, perusahaan Angkutan Umum yang terlebih dahulu telah mendapatkan penetapan perusahaan angkutan umum dana lokasi barang yang akan diimpor oleh Menteri Perhubungan, mengajukan permohonan kepada Dirjen Bea dan Cukai u.p. Direktur Fasilitas

Kepabeanan dengan tembusan kepada Dirjen Perhubungan Darat dan Dirjen Perdagangan Luar Negeri dan dilampiri : a.Penetapan

Perusahaan Angkutan Umum dan alokasi jenis barang yang diimpor yang ditetapkan oleh Menteri

Perhubungan;

b.Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) yang telah

dilegalisasi oleh instansi terkait atau memperlihatkan dokumen aslinya kepada Pejabat

Direktorat Fasilitas Kepabeanan;

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(4)

c.Fotokopi Surat Izin Usaha Angkutan Umum yang telah

dilegalisasi oleh instansi yang terkait atau

memperlihatkan dokumen aslinya kepada Pejabat

Direktorat Fasilitas Kepabeanan;

d.Daftar barang yang meliputi jenis barang, spesifikasi teknis, negara asal, pelabuhan bongkar, jumlah dan nilai barang.

(2) Direktur Fasilitas Kepabeanan meneliti berkas permohonan pembebasan dan/atau

keringanan Bea Masuk yang diajukan

pemohon.

(3) Dalam hal permohonan tidak memenuhi persyaratan, Direktur Fasilitas Kepabeanan menerbitkan surat penolakan kepada

bersangkutan.

(5)

(4) Dalam hal permohonan memenuhi persyaratan, Dirjen Bea dan Cukai u.b.

Direktur Fasilitas Kepabeanan, atas nama Menteri Keuangan menerbitkan Surat Keputusan Menteri

Keuangan tentang Pembebasan dan/atau

Keringanan Bea Masuk atas Barang Impor tertentu untuk keperluan

Angkutan Umum dengan tembusan kepada Dirjen Perhubungan Darat dan Dirjen Perdagangan Luar Negeri.

Pasal 3

(1) Jumlah dan jenis barang yang diberikan

pembebasan dan/atau

keringanan bea masuk didasarkan pada jumlah dan jenis barang yang tercantum dalam Surat Penetapan sebagaimana tersebut Pasal 2 ayat (1) butir a;

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(6)

(2) Secara keseluruhan jumlah barang yang diberikan pembebasan dan/atau

keringanan bea masuk tidak boleh melebihi jumlah yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor

61/PMK.010/2006, Nomor

62/PMK.010/2006 dan Nomor 63/PMK.010/2006 tanggal 24 Juli 2006;

(3) Pembebasan dan/atau

keringanan Bea Masuk diberikan sampai masa berlaku Peraturan Menteri Keuangan Republik

Indonesia Nomor 61/PMK.010/2006, Nomor

62/PMK.010/2006 dan Nomor 63/PMK.010/2006 berakhir.

Pasal 4

Terhadap barang impor yang diberikan pembebasan dan/atau keringanan bea masuk sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (4) berlaku tatalaksana kepabeanan di bidang impor.

Pasal 5

(7)

(1) Barang dan/atau bagian tertentu yang diberikan pembebasan dan/atau keringanan bea masuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (4) hanya dapat diimpor melalui Kantor Pelayanan Bea dan Cukai yang ditunjuk.

(2) Perubahan atau

penambahan Kantor Pelayanan Bea dan Cukai tempat pemasukan barang harus mendapat persetujuan dari Direktur Fasilitas Kepabeanan.

Pasal 6

Untuk pelaksanaan importasi barang dan/atau bagian tertentu yang telah mendapatkan fasilitas berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 61/PMK.010/2006, Nomor 62/PMK.010/2006 dan Nomor 63/PMK.010/2006 perusahaan angkutan umum dapat menunjuk importir umum atau perwakilan dari operator angkutan umum yang mempunyai kriteria dan memenuhi syarat untuk melaksanakan importasi barang mewakili perusahaan angkutan umum penerima fasilitas, dan pada pemberitahuan Impor Barang (PIB) dan dokumen pelengkap pabean lainnya (B/L, Invoice, packing list dan lainnya) dicantumkan nama importir qq nama perusahaan angkutan penerima fasilitas.

Pasal 7

Perusahaan Angkutan Umum yang mendapatkan fasilitas pembebasan dan/atau keringanan Bea Masuk diwajibkan untuk :

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(8)

(1) Menyelenggarakan pembukuan pengimporan atas barang dan/atau bagian tertentu yang

mendapatkan fasilitas berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan

Republik

Indonesia Nomor 61/PMK.010/2006, Nomor

62/PMK.010/2006 dan Nomor 63/PMK.010/2006, untuk keperluan audit di bidang kepabeanan.

(2) Menyimpan dan memelihara pembukuan, dokumen dan catatan-catatan lainnya sehubungan dengan pemberian pembebasan atau keringanan bea masuk untuk sekurang-

kurangnya 10 (sepuluh) tahun terhitung sejak realisasi impor pada tempat usahanya.

(3) Menyimpan laporan tentang realisasi impor kepada Dirjen Bea dan Cukai u.p.

Direktur Audit.

Pasal 8

Dalam hal terjadi penyalahgunaan fasilitas pembebasan dan/atau keringanan bea masuk terhadap barang impor dan/atau bagian tertentu sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (4), maka dipungut kekurangan pembayaran bea masuk dan pungutan impor lainnya dan dikenakan sanksi sesuai ketentuan yang berlaku.

(9)

Pasal 9

Peraturan Direktur Jenderal ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dan berakhir pada tanggal 9 Maret 2007.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Peraturan Direktur Jenderal ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 28 Desember 2006 DIREKTUR JENDERAL, ttd.

ANWAR SUPRIJADI NIP 120050332

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan dari praktikum ini adalah penentuan kadar basa dapat ditentukan dengan meggunakan konsentrasi larutan asam dan sebaliknya, proses titrasi yang

Jika Mira hanya membeli 1 kue A dan 1 kue B membayar dengan uang Rp 10.000,00 maka uang kembalian yang di terima Mira adalah

Struktur sosial masyarakat Kerajaan Aceh terdiri atas golongan- golongan, yaitu golongan teuku (kaum bangsawan yang memegang kekuasaan pemerintahan sipil), golongan

Jakarta, 19 Agustus 2013 Unit Layanan Pengadaan Kementerian Perindustrian Kelompok Kerja 11,. Gin Gin Agus Ginanjar

Kesimpulan dari praktikum ini adalah penentuan kadar basa dapat ditentukan dengan meggunakan konsentrasi larutan asam dan sebaliknya, proses titrasi yang terjadi merupakan

dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “PENGARUH VOLUME PERDAGANGAN SAHAM DAN EARNING PER SHARE TERHADAP HARGA SAHAM (Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Logam

Tujuan penciptaan kondisi yang ideal ini adalah menjamin meningkatnya dukungan (advokasi, regulasi, pendanaan, dan fasilitasi) berbagai pihak dalam pelaksanaan

[r]