• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PEMASARAN UDANG WINDU (Penaeus monodon) (Kasus: Kelurahan Belawan Sicanang, Kecamatan Medan Belawan, Kota Medan, Sumatera Utara)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS PEMASARAN UDANG WINDU (Penaeus monodon) (Kasus: Kelurahan Belawan Sicanang, Kecamatan Medan Belawan, Kota Medan, Sumatera Utara)"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

OLEH:

RIO RAHMAN RAIS 160304085 AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2020

(2)

SKRIPSI

RIO RAHMAN RAIS 160304085 AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana Di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

RIO RAHMAN RAIS 160304085 AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2020

(3)
(4)
(5)

PEMASARAN UDANG WINDU (PENAEUS MONODON) (Kasus:

Kelurahan Belawan Sicanang, Kecamatan Medan Belawan, Medan, Sumatera Utara) Dibimbing oleh Ibu Dr.Ir.Tavi Supriana,M.S sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Ir.Mozard B.darus,M.Sc sebagai Anggota Komisi Pembimbing. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis saluran pemasaran, menganalisis fungsi pemasaran Untuk mengetahui besar biaya pemasaran, marjin pemasaran, Share Margin, dan sebaran harga (Price Spread) dan juga untuk mengetahui kendala-kendala yang di hadapi dalam pemasaran udang windu di daerah penelitian. Metode yang digunakan analisis kuantitatif dan analisis kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa petambak udang windu di Kelurahan Belawan Sicanang melakukan 3 saluran pemasaran yang terdiri dari saluran 1 : Petambak-Pedagang Pengumpul-Pedagang Pengecer-Konsumen, Saluran 2 : Petambak-Pedagang Pengecer-Konsumen dan Saluran 3 : Petambak-Pedagang Pengumpul-Konsumen. Petambak melakukan 5 fungsi pemasaran, Pedagang Pengumpul dan Pedagang Pengecer melakukan 7 fungsi pemasaran. Harga jual ditingkat konsumen pada saluran 1 adalah sebesar Rp. 100.800, pada saluran II sebesar Rp.97.500, dan pada saluran III sebesar Rp.95.500. Share Margin yang di peroleh di tiap-tiap saluran pemasaran antara lain, saluran 1 memperoleh Share Margin sebesar 84,33%, Saluran II sebesar 87,69%, dan saluran III sebesar 89,01%. Kendala-kendala yang dihadapi petambak dalam memasarkan udang windu antara lain, bibit udang windu yang sulit didapatkan karena penjual bibit tidak memberikan jadwal yang pasti dalam memasok bibit ke petambak, cuaca yang basah atau masa penghujan mempengaruhi proses budidaya udang windu dan menyebabkan penurunan produksi, terbatasnya infrastruktur seperti jembatan ataupun jalan yang rusak pada daerah tersebut, Tidak terorganisir denganbaiknya Gabungan Kelompok Perikanan, limbah dari PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) yang berada dekat dengan lokasi tambak mempengaruhi kualitas air tambak dan harga jual petambak cenderung fluktuatif.

Kata Kunci: Udang Windu, Fungsi Pemasaran, Share Margin.

(6)

MARKETING ANALYSIS OF WINDU SHRIMP (PENAEUS MONODON) (Case: Kelurahan Belawan Sicanang, Kecamatan Medan Belawan, Medan, North Sumatra) Supervised by Ibu Dr.Ir.Tavi Supriana, MS as a Chair of the Advisory Commission and Bapak Ir.Mozard B.Darus, M.Sc as a Member of the Advisory Commission. This study aims to analyze the marketing channel, analyze the marketing function. To determine the amount of marketing costs, marketing margin, Share Margin, and price distribution (Price Spread) and also to determine the obstacles faced in marketing tiger prawns in the region research.

The methods used is quantitative analysis and qualitative analysis.

The results showed that tiger prawn farmers in Kelurahan Belawan Sicanang carried out 3 marketing channels consisting of Channel 1: Farmer-Collector Traders -Retailer-Consumer, Channel 2: Farmer-Retailer-Consumer and Channel 3: Farmer-Collector traders-Consumer. Farmers perform 6 marketing functions, Collector Traders and Retailers perform 8 marketing functions. The selling price at the consumer level on channel 1 is Rp. 100,800, Rp. 97,500 on channel II, and Rp. 95,500 on channel III. Share Margin obtained in each marketing channel, among others, channel 1 gets a Share Margin of 84.33%, Channel II is 87.69%, and channel III is 89.01%, the obstacles faced by farmers in marketing tiger prawns among others, seed fries that are hard to come by, lack of infrastructure, unorganized cooperatives, wet weather during the rainy season, waste from Electric Steam Power Plant Industry, the selling price of farmers tends to fluctuate.

Keywords: Tiger Prawns, Marketing Function, Share Margin

(7)

Rio Rahman Rais, lahir di Rantauprapat pada tanggal 15 Februari 1998. Penulis merupakan anak ketiga dari 3 bersaudara dari Bapak Haramonang Siahaan dan Ibu Hj.Elyana Rambe

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut:

1. Tahun 2004 masuk SD Negeri 112143 Rantauprapat dan lulus pada tahun 2010.

2. Tahun 2010 masuk SMP Negeri 1 Rantauprapat dan lulus pada tahun 2013.

3. Tahun 2013 masuk SMA Negeri 3 Rantauprapat dan lulus pada tahun 2016 4. Tahun 2016 menempuh pendidikan di Program Studi Agribisnis Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur SBMPTN.

5. Mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Naman Jahe, Kecamatan Salapian, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara dari bulan Juli 2019 – Agustus 2019.

6. Melaksanakan Penelitian di Kelurahan Sicanang, Kecamatan Medan Belawan Pada Juni 2020.

(8)

Bismillahirrahmanirrahim. Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul skripsi ini adalah “Analisis Pemasaran Udang Windu (Penaeus Monodon) (Kasus: Kelurahan Sicanang, Kecamatan Medan Belawan, Medan, Sumatera Utara)”. Dibimbing oleh Ibu Dr.Ir.Tavi Supriana,M.S sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Ir.Mozard B.Darus,M.Sc sebagai Anggota Komisi Pembimbing.. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur penulis menyampaikan terimakasih dan penghargaan kepada :

1. Kedua orang tua tercinta Ayah Haramonang Siahaan dan Ibunda Hj.Elyana Rambe. yang selalu memberikan semangat, nasehat, doa yang tiada putus- putusnya serta dukungan baik secara materi maupun non materi yang tiada henti - hentinya, juga kasih sayang dan perhatiannya yang membawa penulis hingga sampai pada proses akhir pendidikan sarjana ini.

2. Ibu Dr.Ir.Tavi Supriana,M.S selaku ketua komisi pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dengan penuh kesabaran, memotivasi penulis tanpa mengenal lelah, serta mendukung dan membantu penulis sejak masa perkuliahan hingga dalam penyelesaikan skirpsi ini. Kebijaksanaan, ketegasan dan ketepatan sikap Ibu menjadi

(9)

3. Bapak Ir.Mozard B.darus,M.Sc, selaku anggota komisi pembimbing yang dengan kesediaan waktu membimbing, memberikan motivasi, memberikan pengarahan dan memberi kemudahan kepada penulis selama penulisan skripsi ini. Kesabaran dan keikhlasan Bapak menjadi panutan bagi penulis.

4. Bapak Dr.Ir.Satia Negara Lubis, M.Ec selaku Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian USU dan Bapak Ir.M.Jufri,MSi selaku Sekertaris Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian USU yang memberikan banyak kemudahan selama mengikuti masa perkuliahan.

5. Seluruh dosen Fakultas Pertanian USU khususnya Program Studi Agribisnis yang telah memberikan ilmu-ilmu yang bermanfaat kepada penulis selama masa perkuliahan.

6. Teman-teman seperjuangan Agribisnis stambuk 2016, yang telah banyak membantu dan menjadi penyemangat penulis selama masa perkuliahan dan penyelesaian skripsi ini.

7. Sampel yang sudah meluangkan waktunya untuk memberikan informasi yang penulis butuhkan untuk menyelesaikan skripsi.

(10)

skripsi ini. Penulis juga berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca dan pihak-pihak yang membutuhkan. Amin.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Medan, September 2020

Penulis

(11)

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL... iii

DAFTAR GAMBAR ... iii

DAFTAR LAMPIRAN ... v

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Kegunaan Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sekilas Tentang Udang Windu ... 8

2.2 Landasan Teori ... 12

2.2.1 Pemasaran... 12

2.2.2 Saluran dan Lembaga Pemasaran ... 16

2.2.3 Fungsi Pemasaran ... 17

2.2.4 Marjin Pemasaran, Keuntungan dan Biaya Pemasaran ... 19

2.3 Penelitian Terdahulu ... 20

2.4 Kerangka Pemikiran ... 22

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian... 25

3.2 Metode Pengumpulan Data ... 25

3.3 Metode Penentuan Sampel ... 25

3.4 Metode Analisis Data ... 26

3.5 Definisi dan Batasan Operasional ... 28

3.5.1 Definisi ... 28

3.5.2 Batasan Operasional ... 29

BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL 4.1 Luas dan Letak Geografis Sicanang ... 30

4.2 Keadaan Penduduk ... 30

4.3 Pendidikan ... 32

4.4 Kesehatan ... 33

4.5 Sosial Ekonomi ... 34

4.6 Karakteristik Sampel ... 34

4.6.1 Jenis Kelamin ... 35

4.6.2 Umur... 35

4.6.3 Tingkat Pendidikan ... 36

4.6.4 Luas Tambak ... 36

(12)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Saluran Pemasaran Udang Windu ... 37 5.2 Fungsi-fungsi Pemasaran ... 40 5.3 Analisis Margin, Price Spread dan Share Margin udang windu .... 41 5.4 Kendala-kendala Yang Dihadapi Produsen Udang Windu ... 46

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ... 47 6.2 Saran ... 48 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(13)

No Judul Halaman 1.1 Perkembangan Data Luas Tambak Tingkat Provinsi di

Pulau Sumatera,Indonesia 1

1.2 Produksi Udang Windu Provinsi Sumatera Utara 2010-

2016 2

3.1 Jumlah Sampel Saluran Pemasaran Udang Windu Di

Daerah Penelitian, tahun 2020. 26

4.1 Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kelurahan

Belawan Sicanang 31

4.2 Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kelurahan

Belawan Sicanang

31 4.3 Komposisi Penduduk Menurut Agama di Kelurahan

Belawan Sicanang 32

4.4 Komposisi Pendidikan 33

4.5 Kondisi Prasarana Kesehatan 34

4.6 Kondisi Sosial Ekonomi 34

4.7 Jenis Kelamin Responden 35

4.8 Umur Responden 35

4.9 Tingkat Pendidikan Responden 36

4.10 Luas Tambak Responden 36

5.1 Fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan oleh Petambak dan Lembaga Pemasaran Udang Windu di Kelurahan Belawan Sicanang

40 5.2 Analisis Margin Price Spread, dan Share margin

Pemasaran Udang Windu pada saluran I, II dan III 42 5.3 Rekapitulasi Volume Penjualan, Harga beli, Biaya

Pemasaran, Profit Margin, Harga Jual dan Margin Pemasaran Udang Windu pada saluran I

43 5.4 Rekapitulasi Volume Penjualan, Harga beli, Biaya

Pemasaran, Profit Margin, Harga Jual dan Margin Pemasaran Udang Windu pada saluran II

44 5.5 Rekapitulasi Volume Penjualan, Harga beli, Biaya

Pemasaran, Profit Margin, Harga Jual dan Margin Pemasaran Udang Windu pada saluran III

45

(14)

No Judul Halaman

2.1 Skema Kerangka Pemikiran 24

5.1 Skema Saluran Pemasaran Udang Windu Di Daerah Penelitian

37

5.2 Skema Saluran I Pemasaran Udang Windu 38

5.3 Skema Saluran II Pemasaran Udang Windu 39

5.4 Skema Saluran III Pemasaran Udang Windu 39

(15)

No Judul

1 Karakteristik Pengolah Udang Windu

2 Karakteristik Pedagang Pengumpul Udang Windu

3 Karakteristik Pedagang Pengecer Udang Windu

4 Pemasaran Udang Windu

5 Analisis Biaya

6 Fungsi-Fungsi Pemasaran Yang Dilakukan Lembaga

Pemasaran Udang Windu

(16)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Perkembangan budidaya perikanan tambak relatif cepat dibandingkan dengan komoditas perikanan lain, hal ini ditentukan oleh empat hal, yaitu adanya daya serap pasar yang tinggi, sehingga memungkinkan keuntungan yang besar, adanya margin usaha yang besar, dikuasainya teknologi pembenihan dan berkembangnya industri dan sarana produksi lain, sehingga pengadaan sarana produksi dapat relatif tepat harga, tepat waktu, tepat jumlah, dan tepat mutu, serta adanya kesesuaian sumberdaya alam di Indonesia (Ibrahim, 2012).

Berikut ini merupakan tabel produksi menurut subsektor perikanan budidaya di Indonesia dari tahun 2009 hingga 2014

Berikut ini adalah data mengenai luas tambak di Pulau Sumatera.

Tabel 1.1 Perkembangan data luas tambak tingkat provinsi di Pulau Sumatera, Indonesia

Provinsi Luas Tambak (ha)

2011 2012 2013 2014

Aceh 51.519 49.271 51.696 50.527

Sumatera Utara 4.547 4.791 4.665 4.499

Sumatera Barat 17 17 13 13

Riau 1.624 964 525 429

Jambi 1.499 1.487 29.836 324

Sumatera Selatan

33.151 29.836 320 29.838

Bengkulu 339 348 219 322

Lampung 35.158 37.963 53 38.063

Bangka Belitung 142 214 23.819 147

Kepulauan Riau 38 48 324 1.007

Jumlah 128.044 124.939 111.470 125.169

Sumber : Badan Pusat Statistik Indonesia, 2015

Tabel 1 menunjukkan perkembangan luas lahan perikanan budidaya tambak di Wilayah Sumatera dari tahun 2011-2014 Salah satu komoditas tambak unggulan

(17)

di hampir seluruh wilayah Sumatera dalam sektor perikanan adalah komoditas udang. Hal ini dikarenakan permintaan udang yang terus meningkat searah dengan meningkatnya produksi udang, baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun kebutuhan luar negeri. Kebutuhan udang diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya kebutuhan untuk konsumsi langsung maupun kebutuhan industri seperti makanan, farmasi, kosmetik, dan lain-lain. Komoditas udang unggulan saat ini yang dibudidayakan di media tambak adalah udang windu dan udang vaname (Kordi, 2011).

Udang windu yang sering disebut dengan Black Shrimp merupakan spesies udang laut yang dapat memiliki ukuran besar. Pada alam bebas, udang windu dapat mencapai ukuran 35 cm dengan berat 260 gram, sedangkan pada pemeliharaan di tambak, panjang tubuhnya hanya dapat mencapai 20 cm dengan berat 140 gram.

Komoditas udang windu (Penaeus Monodon) mempunyai prospek yang cerah di masa yang akan datang karena udang windu merupakan primadona ekspor non migas yang memberikan kontribusi bagi peningkatan devisa negara dari sektor perikanan (Kordi, 2011).

Tabel 1.2.Produksi Udang Windu Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2016

Tahun Produksi (Ton)

2010 7.165,3

2011 7.579,6

2012 7.579,6

2013 9.627,3

2014 8.325,9

2015 5.635,1

2016 11,423

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara, 2017

(18)

Tabel 1.2 menjelaskan bahwa produksi udang windu di Sumatera Utara tahun 2010-2016 meningkat di tahun 2011-2013, dan pada tahun 2014-2015 mengalami penurunan produksi udang windu yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti adanya penurunan permintaan, iklim yang berubah-ubah dan lain sebagainya, tetapi pada tahun 2016 produksi udang windu kembali mengalami peningkatan.

Wilayah pesisir dan lautan mempunyai peran yang penting sebagai sumber penghidupan bagi penduduk Indonesia. Kedua wilayah ini diperkirakan menjadi tumpuan bagi pembangunan bangsa Indonesia di masa depan. Hal ini disebabkan, oleh sebagian besar wilayah Indonesia merupakan wilayah pesisir dan laut yang memiliki berbagai sumber daya serta jasa lingkungan yang beragam. Ada beberapa sumber daya alam pesisir yang dapat dikelola dan dikembangkan, diantaranya sumber daya perikanan yang mencakup sumber daya perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Perikanan budidaya meliputi budidaya payau, pantai dan laut. Semakin menurunnya produksi yang dihasilkan oleh perikanan tangkap, maka usaha pemanfaatan lahan tambak, khususnya budidaya air payau (tambak udang) sangat diharapkan mampu menopang target jumlah produksi nasional perikanan di Indonesia (Alikodra, 2005).

Di Indonesia budidaya udang sudah lama dilakukan oleh para petani tambak.

Udang merupakan komoditas primadona dalam bidang perikanan yang dapat meningkatkan devisa negara melalui ekspor komoditas perikanan. Tingginya permintaan udang didalam dan diluar negeri menjadikan Indonesia sebagai pengirim udang terbesar di dunia. Indonesia mempunyai luas wilayah serta adanya sumber daya alam yang mendukung untuk dapat mengembangkan usaha budidaya udang (Nuhman, 2009).

(19)

Udang merupakan salah satu bahan makanan sumber protein hewani bermutu tinggi yang sangat digemari oleh konsumen dalam negeri maupun luar negeri.

Salah satu jenis udang yang merupakan primadona komoditas ekspor non-migas dari sektor perikanan adalah udang windu (Penaeus Monodon). Komoditas perikanan ini merupakan salah satu produk ekspor Indonesia dengan Negara tujuan utama adalah Jepang, Eropa, dan Amerika Serikat (Mahmud et al, 2007)

Permintaan akan konsumsi masyarakat akan udang di Indonesia meningkat dikarenakan udang merupakan salah satu makanan yang mengandung gizi tinggi dan unsur yodium yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan fisik dan mental dan udang juga mengandung protein dalam jumlah besar, kandungan gizi udang seperti Energi, Protein, Lemak, Karbohidrat, Kalsium, Fosfor, Zat besi, Vitamin A, Vitamin B, Vitamin C dan Air. Sehingga makanan yang olahan dari udang bermanfaat dan sehat bagi tubuh manusia (Suprapti, 2008).

Tingginya permintaan akan udang didalam maupun luar negeri yang terus meningkat dari tahun ke tahun bisa menjadikan Sumatera Utara sebagai pengirim terbesar di Indonesia, dikarenakan Sumatera Utara mempunyai luas wilayah, ketersediaan lahan pertambakan dan potensi sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia yang memungkinkan untuk mengembangkan usaha budidaya udang. Wilayah Medan memiliki luas 265,10 km2 merupakan ibukota Provinsi Sumatera Utara adalah salah satu provinsi di Indonesia yang memilki wilayah pesisir dan lautan. Wilayah Kota Medan terbagi menjadi 21 kecamatan dan 151 kelurahan. Medan Belawan adalah salah satu kecamatan di Kota Medan yang merupakan wilayah pesisir.

(20)

Risiko yang sering dihadapi petambak udang adalah risiko harga, risiko produksi, dan risiko pendapatan yang saling berkaitan. Risiko harga dilihat dari harga pasaran udang yang tidak sesuai dengan produksi udang yang dipanen, sehingga tidak dapat menutup biaya operasional yang telah dikeluarkan selama masa budidaya. Pada risiko produksi, petani atau petambak tidak dapat menentukan jumlah pasti output yang dapat dihasilkan dalam satu kali proses produksi pada saat awal perencanaan. Petambak dalam berusahatani memiliki tujuan untuk memaksimalkan pendapatan. Pendapatan ini merefleksikan nilai yang diperoleh petani yang dikurangi dengan biaya usahataninya (Suratiyah, 2015).

Udang windu merupakan jenis udang yang potensial dan merupakan komoditas unggulan di sektor perikanan, sebagaian besar petambak di kelurahan Belawan Sicanang masih menggunakan tambak tradisional yang dibangun pada lahan pasang surut dekat rawa hutan bakau, sehingga sangat rentan dengan penyebaran virus dan penyakit yang tidak jarang menyebabkan kematian pada udang windu. Sementara tingginya permintaan udang windu berbanding terbalik dengan penerimaan yang diterima oleh petambak.

Pemasaran sering diartikan dengan penjualan. Pengertian pemasaran sebenarnya lebih luas dan kegiatan penjualan. Bahkan sebaliknya, penjualan adalah sebagian dari kegiatan pemasaran. Pemasaran tidak hanya meliputi kegiatan menjual barang dan jasa saja, tetapi mencakup beberapa kegiatan lain yang cukup kompleks seperti riset mengenai perilaku konsumen, riset mengenai potensi pasar, kegiatan untuk mengembangkan produk baru, dan kegiatan mendistribusikan dan mempromosikan barang yang dijual.

(21)

Harga jual udang windu di Kelurahan Belawan Sicanang ditingkat petambak sebagai produsen Rp 85.000 sedangkan ditingkat pedagang pengecer sebesar 95.000, sehingga posisi petambak udang windu sebagai produsen yang paling tidak diuntungkan, disebabkan adanya perbedaan harga yang diterima antara petambak dan pedagang pengecer yang jauh berbeda. Dalam hal ini petambak udang windu tidak dapat berbuat banyak, karena petambak hanya sebagai penerima harga (Price Taker), sehingga peranan pedagang pengecer lebih menonjol dan keuntungan yang diperoleh pedagang pengecer lebih besar dari keuntungan yang diterima petambak dan permasalahan ini menyebabkan kerugian bagi petambak.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang bagaimanakah saluran pemasaran, fungsi-fungsi pemasaran dan kendala apa yang dihadapi petambak dalam pemasaran udang windu hasil produksi tambak mereka di Kelurahan Belawan Sicanang?

1.2 Identifikasi Masalah

1. Bagaimana saluran pemasaran udang windu di daerah penelitian?

2. Bagaimana fungsi-fungsi pemasaran udang windu di daerah penelitian?

3. Berapa besar biaya pemasaran, marjin pemasaran, Share Margin dan sebaran harga (Price Spread) di daerah penelitian?

4. Apa kendala-kendala yang di hadapi dalam pemasaran udang windu di daerah penelitian?

(22)

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui saluran pemasaran udang windu di daerah penelitian 2. Untuk mengetahui fungsi-fungsi pemasaran udang windu di daerah

penelitian

3. Untuk mengetahui besar biaya pemasaran, marjin pemasaran, Share Margin, dan sebaran harga (Price Spread) di daerah penelitian 4. Untuk mengetahui kendala-kendala yang di hadapi dalam pemasaran

udang windu di daerah penelitian

1.4 Kegunaan Penelitian

1. Memberikan informasi yang dapat menambah pengetahuan mengenai pemasaran udang windu bagi orang yang ingin memulai usaha tambak udang windu

2. Bagi penulis sebagai bahan tambahan wawasan dan pengetahuan, serta melatih kemampuan berfikir dan mendapatkan pengalaman tentang permasalah yang dibahas dilapangan dengan teori yang telah didapat dari perkuliahan

3. Bagi pembaca, sebagai bahan referensi dan tambahan informasi tentang analisis pemasaran udang windu

(23)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sekilas Tentang Udang Windu

Penaeus Monodon atau udang windu termasuk ke dalam golongan Crustaceae (udang-udangan) atau udang Penaide. Udang windu secara internasional dikenal sebagai Black Tiger, Tiger Shrimp atau Tiger Prawn. Istilah Tiger ini muncul karena corak tubuhnya berupa garis-garis loreng mirip harimau, tetapi warnanya hijau kebiruan. (Sihaloho, 2016).

Udang windu (Penaeus Monodon) merupakan asli Indonesia yang harus tetap dikembangkan. Meskipun saat ini, produksinya masih kalah dengan udang vannamei (Litopenaeus Vannamei), tetapi pasar untuk udang windu masih terbuka lebar, sehingga tetap perlu didukung dengan ketersediaan induk dan benih yang kontiyu. Udang windu merupakan salah satu komoditas unggulan di Asia (FAO 2008). Hal ini dikarenakan udang windu memiliki beberapa kelebihan, diantaranya memiliki ukuran panen yang lebih besar, rasa yang manis, gurih, dan kandungan gizi yang tinggi. Besarnya potensi budidaya dari udang windu memacu para petambak untuk memaksimalkan produksi (Amri 2003).

Klasifikasi udang windu adalah sebagai berikut (Agung, 2007):

Phylum : Arthropoda

Sub phylum : Mandibulata

Class : Crustaceae

Sub class : Malacostraca

Ordo : Decapoda

(24)

Sub ordo : Matantia

Famili : Penaidae

Genus : Penaeus

Species : Penaeus monodon

Udang windu memiliki kulit tubuh yang keras dari bahan khitin. Tubuh udang windu dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian kepala dan bagian badan.

Bagian kepala menyatu dengan bagian dada disebut Cephalothorax yang terdiri dari 13 ruas, yaitu 5 ruas di bagian kepala dan 8 ruas di bagian dada.

Cephalothorax dilindungi oleh khitin yang tebal atau disebut karapas. Bagian badan dan abdomen terdiri dari 6 ruas, tiap-tiap ruas (segmen) mempunyai sepasang anggota badan (kaki renang) yang beruas-ruas pula. Pada ujung ruas keenam terdapat ekor kipas 4 lembar dan satu telson yang berbentuk runcing (Agung, 2007).

Dalam dunia perdagangan, udang windu (Penaeus Monodon) dikenal dengan sebutan udang pancet, jumbo Tiger Prawn, Giant Tiger Prawn, Black Tiger Prawn atau Black Tiger Shrimp. Secara morfologi, tubuh udang windu terbagi menjadi dua bagian yaitu bagian kepala hingga dada dan abdomen yang meliputi bagian perut dan ekor. Bagian kepala dada disebut Cephalothorax, dibungkus kulit kitin yang tebal yang disebut Carapace. Bagian ini terdiri dari kepala dengan 5 segmen dan dada dengan 8 segmen. Bagian abdomen terdiri atas 6 segmen dan 1 telson (Murtidjo 2003).

(25)

Ditinjau dari morfologinya, tubuh udang windu (P.Monodon) terbagi menjadi dua bagian, yakni bagian kepala yang menyatu dengan bagian dada (kepala-dada) disebut Celphalothorax dan bagian perut (Abdomen) yang terdapat ekor dibagian belakangnya. Semua bagian badan beserta anggota-anggotanya terdiri dari ruas- ruas (segmen). Kepala sampai dada terdiri dari 13 ruas, yaitu kepalanya sendiri dan 1 telson (Sihaloho, 2016).

Seluruh tubuh tertutup oleh kerangka luar yang disebut Eksoskeleton, yang terbuat dari zat Chitin. Bagian kepala ditutupi oleh cangkang kepala yang ujungnya meruncing disebut Rostrum. Kerangka tersebut mengeras, kecuali pada sambungan-sambungan antara dua ruas tubuh yang berdekatan. Hal ini dapat memudahkan udang windu untuk dapt lebih leluasa bergerak dan bebas bergerak (Sihaloho, 2016).

Udang betina lebih cepat tumbuh daripada udang jantan, sehingga pada umur yang sama tubuh udang betina lebih besar daripada tubuh udang jantan (Soetomo, 2000).

Kelangsungan hidup adalah perbandingan antara jumlah individu yang hidup pada akhir periode pemeliharaan dan jumlah individu yang hidup pada awal priode pemeliharaan dalam populasi yang sama. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya prosentase kelangsungan hidup adalah faktor biotik dan abiotik seperti kompetitor, kepadatan populasi, penyakit, umur, kemampuan organisme dalam beradaptasi dan penanganan manusia (Effendie 2000).

Udang windu (P.Monodon) bersifat Euryhaline yakni bisa hidup di laut yang berkadar garam tinggi hingga perairan payau yang berkadar garam rendah. Udang

(26)

windu (P.Monodon) juga bersifat Benthik, yaitu hidup pada permukaan dasar laut yang lumer (Soft) terdiri dari campuran lumpur dan pasir terutama perairan berbentuk teluk dengan aliran sungai yang besar dan pada stadium post larva ditemukan di sepanjang pantai dimana pasang terendah dan tertinggi berfluktuasi sekitar 2 m dengan aliran sungai kecil, dasarnya berpasir atau pasir lumpur (Amri, 2003)

Pada siang hari, udang hanya membenamkan diri pada lumpur maupun menempelkan diri pada sesuatu benda yang terbenam dalam air (Soetomo, 2000)

Apabila keadaan lingkungan tambak cukup baik, udang jarang sekali menampakkan diri pada siang hari. Apabila udang tampak aktif bergerak di waktu siang hari, hal tersebut merupakan tanda-tanda bahwa ada hal yang tidak wajar terjadi pada organisme budidaya. Ketidaksesuaian ini disebabkan oleh jumlah makanan yang kurang, kadar garam meningkat, suhu meningkat, kadar oksigen menurun atau karena timbulnya senyawa-senyawa beracun (Sihaloho, 2016).

Pertumbuhan dan kehidupan udang sangat dipengaruhi suhu air. Umumnya dalam batas-batas tertentu kecepatan pertumbuhan udang meningkat sejalan dengan naiknya suhu air, sedangkan derajat kelangsungan hidupnya bereaksi sebaliknya terhadap kenaikan suhu. Artinya, derajat kelangsungan hidup udang menurut pada kenaikan suhu. Kisaran suhu terbaik bagi pertumbuhan dan kehidupan udang antara 28°-30°C, walaupun Udang Windu masih dapat hidup dalam suhu 18°C dan 36°C. Namun dalam tingkat suhu tersebut udang sudah tidak aktif.

(Kordi, 2010).

(27)

Jenis hama yang potensial menggangu usaha budidaya udang dalam budidaya ini predator atau pemangsa adalah ikan,ular air,burung,serangga,cacing dan siput.

Sedangkan jenis penyakit yang menyerang udang adalah virus,bakteri,parasit dan jamur. Virus dan baktri merupakan jenis penyakit yang sangat berbahaya bagi udang (Kordi, 2010).

2.2 Landasan Teori 2.2.1 Pemasaran

Pemasaran adalah semua kegiatan yang berkaitan dengan usaha memasarkan produk, termasuk juga jalur pemasaran/tata niaganya. Pasar dapat diartikan sebagai suatu organisasi tempat para penjual dan pembeli dapat dengan mudah saling berhubungan. Bagi pengusaha, pasar merupakan tempat melempar hasil produksinya (Rahim dan Hastuti, 2007).

Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan pokok yang dilakukan oleh perusahaan untuk menghadapi persaingan dan mempertahankan kelangsungan hidup usahanya agar bisa terus berkembang dan memperoleh laba sesuai dengan keinginan perusahaan. “Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial di mana pribadi atau organisasi memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran nilai dengan yang lain” (Kotler, 2008).

Pemasaran merupakan salah satu faktor yang menentukan tingkat pendapatan petani dari semua penjualan produksi usahataninya. Pemasaran atau marketing pada prinsipnya adalah aliran barang dari produsen ke konsumen. Aliran barang ini dapat terjadi karena adanya lembaga pemasaran (Rahim dan Hastuti, 2007).

(28)

Konsep pemasaran adalah suatu falsafah manajemen dalam bidang pemasaran yang berorientasi kepada kebutuhan dan keinginan konsumen dengan didukung oleh bagian-bagian lain secara terpadu sehingga dapat memproduksi dan menjual barang yang memberikan kepuasan kepada konsumen. Dengan pandangan ini ada 4 (empat) hal yang terdapat dalam konsep pemasaran, yaitu orientasi pada konsumen (kebutuhan dan keinginan konsumen), kegiatan pemasaran yang terpadu, kepuasan konsumen/langganan dan tujuan perusahaan jangka panjang (Simanjuntak, 2005).

Pemasaran adalah ujung tombak dari kegiatan produksi, karena penilaian terakhir dari usaha adalah produksi diberikan oleh pembeli atau pemakai, karena itu setiap orang yang terlibat dalam organisasi, terlepas dari bobot keterlibatannya, juga terlibat dalam masalah pemasaran. Pemasaran ialah bagaimana memuaskan pembeli dan bukan memuaskan produsen. Karena itu pada dasarnya manajemen pemasaran lebih banyak merupakan seni (art) daripada ilmu (science). Dengan demikian sulit untuk mendapatkan ilmu yang universal tentang pemasaran, karena sangat dipengaruhi oleh perkembangan waktu, teknologi, komoditas dan seterusnya. Cara pendekatan yang digunakan bermacam-macam, antara lain pendekatan yang dinamakan Product Mix” yang didalam literatur elementer mengenai pemasaran diistilahkan dengan “The Four p’s”, yaitu ”Product, Place, Price and Promotion” (Mangoensokarjo dan Semangun,2003).

Pada analisis ekonomi, data penerimaan biaya dan pendapatan usaha sangat perlu diketahui. Penerimaan usaha adalah perkalian antara produksi yang dihasilkan dengan harga jual yang berlaku saat itu. Biaya usaha adalah semua pengeluaran yang dipergunakan baik mempengaruhi ataupun tidak mempengaruhi jumlah

(29)

produksi yang dihasilkan dan pendapatan usaha merupakan selisih antara penerimaan usaha dan pengeluaran (Soekartawi, 2006).

Pemasaran merupakan hal-hal yang sangat penting setelah selesainya produksi pertanian. Kondisi pemasaran menghasilkan suatu siklus atau lingkungan pasar suatu komoditas. Bila pemasarannya tidak lancar dan tidak memberikan harga yang layak bagi petani, maka kondisi ini akan mempengaruhi motivasi petani, akibatnya penawaran akan berkurang, kurangnya penawaran akan menaikkan harga. Setelah harga naik, motivasi petani akan naik, mengakibatkan harga akan jatuh kembali (Ceteris Paribus) (Ginting, 2006).

Pemasaran pertanian adalah proses aliran komoditi yang disertai perpindahan hak milik dan penciptaan guna waktu, guna tempat dan guna bentuk, yang dilakukan oleh lembaga pemasaran dengan melaksanakan satu atau lebih fungsi-fungsi pemasaran. Ditinjau dari aspek ekonomi kegiatan pemasaran pertanian dikatakan sebagai kegiatan produktif sebab pemasaran dapat meningkatkan guna waktu, guna tempat, guna bentuk dan guna kepemilikan. (Sudiyono, 2004).

Pemasaran sebagai suatu proses sosial dan manjerial yang membuat individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan, lewat penciptaan dan pertukaran timbal balik produk dan nilai dengan orang lain (Sunarto, 2003).

Sehingga dapat diterangkan bahwa arti pemasaran adalah jauh lebih luas daripada arti penjulan. Pemasaran mencakup usaha perusahaan yang dimulai dengan mengidentifisir kebutuhan konsumen yang perlu dipuaskan, menentukan produk yang hendak diproduksi, menentukan harga produk yang sesuai, menentukan cara- cara promosi dan penyaluran/penjulan produk tersebut. Jadi, kegitan pemasaran

(30)

adalah kegiatan-kegiatan yang saling berhubungan sebagai suatu sistem (Dharmmesta dan Handoko, 2008 ).

Ditinjau dari aspek ekonomi kegiatan pemasaran pertanian dikatakan sebagai kegiatan produktif sebab pemasaran pertanian dapat meningkatkan guna waktu (Time Utility), guna tempat (Place Utility), guna bentuk (Form Utility) dan guna pemilikan (Possession Utility). Komoditi pertanian yang sudah mengalami peningkatan guna waktu, guna tempat dan guna bentuk baru dapat memenuhi kebutuhan konsumen, apabila sudah terjadi pemindahan hak milik dari produsen atau lembaga pemasaran kepada konsumen (Sudiyono, 2002).

Pemasaran adalah salah satu dari kegiatan-kegiatan pokok yang dilakukan oleh para pengusaha dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, untuk berkembang dan mendapatkan laba. Berhasil tidaknya dalam pencapaian tujuan bisnis tergantung pada keahlian mereka di bidang pemasaran, produksi, keuangan, maupun di bidang lain (Rahim dan Hastuti, 2007).

Sistem pemasaran biasanya berkisar pada kegiatan antara pemasok barang dan jasa, perusahaan dan pasar. Hubungan ketiga komponen ini biasanya dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan kegiatan lain. Sistem pemasaran berkaitan erat dengan system manajemen informasi. Sistem informasi pasar sangat penting bagi pemasaran bukan saja dilihat dari kepentingan informasi itu sendiri tetapi juga kegunaan informasi tersebut untuk pengembangan perusahaan dan tentu saja penting untuk pengembangan manajemen pemasaran (Soekartawi, 2002).

(31)

2.2.2 Saluran dan Lembaga Pemasaran

Saluran pemasaran merupakan suatu jalur dari lembaga-lembaga pemenyalur yang mempunyai kegiatan menyalurkan barang dari produsen ke konsumen. Penyalur ini secara aktif akan mengusahakan perpindahan bukan hanya secara fisik tapi dalam arti agar barang-barang tersebut dapat dibeli konsumen (Sudiyono, 2004).

Saluran pemasaran merupakan suatu jalur dari lembaga-lembaga penyalur yang mempunyai kegiatan menyalurkan barang dari produsen ke konsumen. Sedangkan lembaga tataniaga adalah badan atau usaha atau individu yang menyelenggarakan tataniaga, menyalurkan jasa dan komoditi dari produsen ke konsumen akhir.

Menurut Tjetjep Nurasa dan Deri Hidayat (2005), ada beberapa bentuk saluran yang ada dan digunakan yaitu:

1.Produsen-Konsumen

Saluran ini adalah bentuk saluran yang paling pendek dan sederhana karena tanpa perantara. Produsen dapat menawarkan barang atau jasa kepada konsumen langsung. Saluran ini disebut sebagai saluran tataniaga langsung. Bentuk saluran ini tidak memerlukan tambahan biaya yang akan dipergunakan untuk biaya pengangkutan atau perantara. Bentuk penjualan ini sangat disenangi oleh konsumen, karena harga biasanya lebih murah.

2.Produsen-Pengecer-Konsumen

Dalam saluran ini, produsen menginginkan suatu lembaga lain, maksudnya dalam hal ini adalah pengecer yang menyampaikan produknya ke konsumen, dimana pengecer langsung membeli produk tanpa melalui pedagang besar dan menjualnya kepada konsumen.

(32)

3.Produsen-Pedagang Besar-Konsumen

Jenis saluran ini dilaksanakan oleh produsen yang tidak ingin menjual secara langsung tetapi tetap menginginkan suatu lembaga guna menyalurkan produknya, sehingga dalam hal ini produsen menjual kepada pedagang besar saja, kemudian pedagang besarlah yang menjual kembali kepada pengecer hingga akhirnya sampai ditangan konsumen.

4.Produsen-Agen-Pedagang Besar-Pengecer-Konsumen

Jenis saluran ini yang sering dipakai para produsen dengan melibatkan agen didalamnya. Disini agen fungsinya adalah sebagai penyalur yang kemudian mengatur sistem penjualannya kepada saluran pedagang besar selanjutnya sistem penjualan pedagang besar kepada pengecer dan kemudian sampai ketangan konsumen. Saluran tataniaga ini sering dipergunakan untuk produk yang tahan lama.

5.Produsen-Agen-Pengecer-Konsumen

Dalam saluran ini produsen memilih agen yang akan dipertemukan produsen untuk menjalankan kegiatan penjualan kepada pengecer dan selanjutnya pengecer menjual kepada konsumen.

2.2.3 Fungsi Pemasaran

Lembaga pemasaran adalah orang atau badan usaha atau lembaga yang secara langsung terlibat didalam mengalirkan barang dari produsen ke konsumen.

Lembaga-lembaga pemasaran ini dapat berupa tengkulak, pedagang pengumpul,

(33)

pedagang besar dan pedagang pengecer. Lembaga-lembaga dapat didefinisikan sebagai berikut :

a) Tengkulak, yaitu lembaga pemasaran yang secara langsung berhubungan dengan petani, tengkulak melakukan transaksi dengan petani baik secara tunai, ijon maupun dengan kontrak pembelian.

b) Pedagang pengumpul, yaitu membeli komoditi pertanian dari tengkulak biasanya relatif kecil.

c) Pedagang besar, yaitu melakukan proses pengumpulan komoditi dari pedagang pengumpul, juga melakukan proses distribusi ke agen penjualan ataupun pengecer.

d) Pedagang pengecer merupakan lembaga pemasaran yang berhadapan langsung dengan konsumen (Sudiyono, 2002).

Fungsi pemasaran sebagai penghubung antara kebutuhan dan keinginan konsumen dengan produk yang ditawarkan oleh produsen, dirasakan sangat penting.

Kebutuhan manusia yang banyak dan beraneka ragam merupakan tantangan bagi para produsen untuk mampu memahami keinginan dan kebutuhan konsumen.

Keadaan ini menciptakan suatu kondisi persaingan diantara para pemasar atas produk yang dipasarkannya. Pemasar sebaiknya mengetahui serta memahami konsumen dengan baik sehingga produk dan pelayanan yang paling memuaskan akan diminati oleh konsumen sehingga akan menghasilkan laba dari penjualan dan pemasaran produk yang dilakukannya. Dengan demikian kegiatan pemasaran akan menguntungkan bagi kedua belah pihak yaitu memperoleh kepuasan bagi konsumen dan memperoleh laba dari produk yang laku di pasar.

(34)

2.2.4 Marjin pemasaran, Keuntungan dan Biaya Pemasaran

Marjin pemasaran dapat ditinjau dari dua sisi, yaitu sudut pandang harga dan biaya pemasaran. Pada analisis pemasaran sering menggunakan konsep marjin pemasaran yang dipandang dari sisi harga. Marjin pemasaran merupakan selisih harga yang dibayarkan konsumen akhir dan harga yang diterima petani produsen.

Dengan menganggap bahwa selama proses pemasaran terdapat beberapa lembaga pemasaran yang terlibat dalam aktivitas pemasaran, maka dapat dianalisis distribusi marjin pemasaran diantara lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat (Sudiyono, 2002)

Menurut Sudiyono (2002) marjin pemasaran didefinisikan dengan dua cara yaitu : a. Marjin pemasaran merupakan perbedaan harga antara harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima petani, secara sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut : M = Pr – Pf

Keterangan:

M : Marjin

Pr : Harga di tingkat konsumen (Rp) Pf : Harga di tingkat produsen (Rp)

b. Marjin pemasaran terdiri dari komponen yang terdiri dari biaya-biaya yang diperlukan lembaga-lembaga pemasaran untuk melakukan fungsi-fungsi pemasaran dan keuntungan lembaga pemasaran. Secara sistematis marjin pemasaran dapat dirumuskan sebagai berikut :

M = Bp + Kp

Keterangan : M : Marjin (Rp/kg) Bp : Biaya pemasaran (Rp/kg)

(35)

Kp : Keuntungan pemasaran (Rp/kg)

2.3 Penelitian Terdahulu

Penelitian oleh Ahmad Bangun (2010) Analisis Efisiensi Pemasaran Udang Windu (studi kasus: Desa Panimbang, Serang, Banten). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui macam/jenis saluran pemasaran udang windu di daerah penelitian, untuk menganalisis lembaga pemasaran dalam menjalankan fungsi- fungsi pemasaran tersebut, untuk menganalisis struktur dan perilaku pasar pemasaran udang windu di daerah penelitian,untuk mengetahui saluran pemasaran mana yang paling efisien dalam pemasaran udang windu. Untuk mengetahui saluran pemasaran komoditas udang windu (Penaeus Monodon) diamati melalui beberapa lembaga pemasaran yang turut berkontribusi pada penyaluran atau transformasi hasil panen dari produsen ke konsumen akahir. Saluran pemasaran yang diteliti meliputi produsen, pedagang pengumpul, pedagang pengecer, konsumen lembaga, dan konsumen rumah tangga. Banyaknya lembaga yang berkontribusi pada aktifitas pemasaran akan berpengaruh terhadap penerimaan pendapatan yang diterima oleh masing – masing lembaga tersebut. Untuk mengetahui fungsi-fungsi pemasaran dapat dilihat dari masing-masing fungsi yang dilakukan oleh lembaga pemasaran dalam menyalurkan udang windu dari produsen ke konsumen akhir. Fungsi-fungsi pemasaran tersebut dilakukan oleh lembaga pemasaran meliputi fungsi fisik, fungsi pertukaran, dan fungsi fasilitas, dan untuk mengetahui bagaimana Share Margin Profit produsen disetiap saluran pemasaran dihitung dengan menggunakan rumus seperti: Mji = Cij+πi, atau Mji = Psi-Pbi, dan rumus hitungan pemasaran total : Mj= ∑Mji, dengan Mj = Marjin pemasaran total. Mji = Marjin pada lembaga pemasaran ke i, Psi = Harga

(36)

penjualan pada lembaga pemasaran ke-i, Pbi = Harga pembelian pada harga pembelian pada lembaga pemasaran ke-i

Penelitian oleh Noviana Citra Dewayanti (2003) Analisis Pemasaran Ikan Laut Segar di Kabupaten Cilacap (Studi Kasus: Kecamatan Cilacap Selatan, Cilacap)). Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bentuk saluran pemasaran ikan laut segar di Kabupaten Cilacap, untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya marjin pemasaran ikan laut segar di Kabupaten Cilacap dan untuk mengetahui saluran pemasaran ikan laut segar yang paling efisien di Kabupaten Cilacap. Penelitian ini menggunakan teknik survei dengan nelayan dan pedagang perantara sebagai unit analisisnya. Data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari nelayan, depot, pedagang besar dan pedagang pengecer. Data sekunder diperoleh dari BPS, Dinas Perikanan dan Kelautan, HNSI,TPI, kantor kecamatan dan kantor kepala desa. Teknik menarik sampel dilakukan secara cluster random sampling.

Daerah sampel untuk kecamatan terpilih adalah Kecamatan Cilacap Selatan karena mempunyai jumlah nelayan terbesar. Dari kecamatan terpilih diambil dua desa sampel dan lima pasar pengecer yang berada di Kabupaten Cilacap. Jumlah keseluruhan responden adalah 62 responden yaitu nelayan 20 responden, depot 7 responden, pedagang besar 15 responden dan pedagang pengecer 20 responden.

Alat analisis yang digunakan untuk ketiga masalah tersebut adalah regresi linear berganda, Uji Chow dan Farmer’s Share (bagian yang diterima nelayan).

Penelitian oleh Mikhen Desvi (2014) Analisis Efisiensi Pemasaran Hasil Perikanan Tangkap (Studi Kasus : Pangkalan Pendaratan Ikan Muara Angke, DKI Jakarta). Penelitian ini bertujuan untuk, Menganalisis peranan TPI dalam

(37)

pemasaran hasil perikanan tangkap, mengetahui saluran pemasaran hasil perikanan tangkap yang terjadi di TPI dan bukan TPI pada Pangkalan Pendaratan Ikan Muara Angke, Menganalisis tingkat efisiensi pemasaran setiap saluran pemasaran ikan melalui TPI dan bukan melalui TPI. Untuk mengetahui mekanisme saluran pemasaran, peranan TPI, dan dampak peranan TPI dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dengan menanyakan langsung kepada responden sampel yang ada di lapangan. Marjin pemasaran digunakan untuk melihat perbedaan harga di setiap lembaga pemasaran dalam satu saluran pemasaran, ukuran efisiensi pemasaran lainnya dengan menggunakan indikator Fisherman’s Share untuk melihat seberapa besar persentase bagian yang diterima nelayan. Semakin tinggi nilai dari Fisherman’s Share, maka nelayan lebih diuntungkan, Sedangkan untuk mengetahui tingkat efisiensi saluran pemasaran, dilakukananalisis deskriptif dengan menggunakan analisis rasio keuntungan dan biaya pada masing-masing lembaga pemasaran. Jika nilai rasio keuntungan dan biaya pada masing-masing lembaga pemasaran dalam satu saluran pemasaran cenderung sama atau merata, maka saluran pemasaran tersebut bisa dikatakan efisien.

2.4 Kerangka Pemikiran

Udang windu dibudidayakan di kolam yang berisikan air payau. Tiap lembaga pemasaran akan melakukan fungsi pemasaran yang berbeda satu sama lain yang dicirikan oleh aktivitas yang dilakukan. Dengan adanya pelaksanaan fungsi pemasaran, maka akan terbentuk biaya pemasran. Besarnya biaya pemasaran menentukan tingkat harga yang diterima produsen dan lembaga pemasaran. Atas jasa lembaga-lembaga pemasaran maka tiap lembaga akan mengambil keuntungan

(38)

(Profit). Dari biaya pemasaran dan harga jual akan didapatkan margin keuntungan yang merupakan pengukuran untuk efisiensi pemasaran. Berarti semakin banyak lembaga pemasaran yang berperan dalam pemasaran udang windu.

Biaya pemasaran suatu produk biasanya diukur secara kasar dengan Share Margin. Marjin pemasaran adalah suatu istilah yang digunakan untuk menyatakan perbedaan harga yang dibayar kepada penjual pertama dan harga yang dibayar oleh pembeli terakhir.

(39)

Marjin Pemasaran Biaya Pemasaran

Pedagang Pengecer Pedagang Pengumpul

Petambak

Kendala- kendala yang dihadapi Fungsi-fungsi

Pemasaran:

1.Pembelian 2.Penjualan 3.Transportasi 4.Pengemasan 5.Penyimpanan 6.Pembiayaan 7. Pengolahan 8. Penyortiran 9.Informasi Pasar

Konsumen

Secara skematis kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran Price Spread

Share Margin Keterangan:

: Menyatakan pengaruh

(40)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Lokasi Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara Purposive Sampling maksudnya daerah dipilih berdasarkan tujuan tertentu yang dipandang sesuai dengan tujuan penelitian (pemilihan sampel secara sengaja) yaitu di Kelurahan Belawan Sicanang, Kecamatan Belawan, Medan Provinsi Sumatera Utara. Alasan penentuan daerah ini dipilih adalah karena Kelurahan Belawan Sicanang merupakan Kelurahan yang penduduknya bermata pencaharian sebagai petambak dan termasuk juga petambak udang windu (Penaeus Monodon).

3.2 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan pihak pihak yang terkait dengan penelitian ini ataupun Sampel dengan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu sesuai dengan tujuan dan kebutuhan penelitian.

Sedangkan data sekunder diperoleh melalui Badan Pusat Statistik Kota Medan, hasil studi pustaka baik berupa buku, jurnal terkait dengan penelitian yang dilakukan

3.3 Metode Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah petambak udang windu di Kelurahan Belawan Sicanang. Metode penentuan sampel adalah metode sensus karena semua populasi dijadikan sampel, pada awalnya jumlah petambak udang windu di Kelurahan Belawan Sicanang sebanyak 37 orang, namun 7 orang petambak sudah

(41)

tidak aktif bertambak udang windu dan lebih beralih ke tambak ikan nila, oleh karena itu jumlah sampel petambak udang windu menjadi 30 orang petambak.

Pedagang sampel ditetapkan dengan metode Snowball Sampling, yaitu survey penelusuran dengan mengikuti arus pemasaran dan langsung kepada pelaku pasar.

Berdasarkan penelusuran ditetapkan untuk udang windu ada 2 pedagang pengumpul dan 5 pedagang pengecer. Berikut jumlah sampel saluran pemasaran udang windu dapat dilihat pada Tabel 3.1

Tabel 3.1 Jumlah Sampel Saluran Pemasaran Udang Windu Di Daerah Penelitian, tahun 2020.

No Uraian Udang Windu

1 Petambak 30

2 Pedagang Pengumpul 2

3 Pedagang Pengecer 5

Jumlah 37

Sumber: Pra Survey 2020

3.4 Metode Analisis Data

Untuk menyelesaikan masalah 1 dan 2 digunakan analisi deskriptif (dengan cara menggambarkan) berdasarkan survey di daerah penelitian yaitu dengan menganalisis:

a. Jenis-jenis saluran pemasaran pada masing-masing saluran pemasaran yang terdapat didaerah penelitian

b. Fungsi-fungsi pemasaran yang digunakan pedagang.

Untuk menyelesaikan masalah 3, yaitu biaya pemasaran dan marjin pemasaran produk udang windu di tingkat lembaga pemasaran dalam saluran pemasaran di Medan Belawan, yaitu dengan menghitung besarnya biaya, marjin pemasaran,

(42)

sebaran harga (Price Spread) dan Share Margin tiap lembaga perantara pada berbagai saluran pemasaran terpilih, dengan bantuan rumus :

a. Biaya Pemasaran

Bp = Bp1 + Bp2 + ... + Bpn Keterangan :

Bp = Biaya pemasaran produk udang windu

Bp1+...+Bpn = Biaya pemasaran produk udang windu di tiap-tiap lembaga pemasaran ke-n

b. Keuntungan Pemasaran

Kp = Kp1 + Kp2 + ... + Kpn Keterangan:

Kp = Keuntungan pemasaran produk udang windu

Kp1+…+Kpn = Keuntungan pemasaran produk udang windu ditiap lembaga pemasaran ke-n

c.

Marjin Pemasaran

M = Pr – Pf atau M = Bp + Kp Keterangan :

M = Marjin pemasaran produk udang windu

Pr = Harga produk udang windu yang ditingkat konsumen Pf = Harga produk udang windu yang ditingkat produsen Bp : Biaya pemasaran (Rp/kg)

Kp : Keuntungan pemasaran (Rp/kg)

(43)

d. Persentase Marjin (Share Margin)

Untuk menghitung Share Margin yang diterima oleh masing-masing lembaga pemasaran digunakan rumus :

Keterangan :

Sm = Share Margin (%)

Pp = Harga yang diterima produsen dan pedagang (Rp)

Pk = Harga yang dibayar oleh konsumen (Rp) (Soekartawi, 2002).

e. Sebaran Harga atau Price Spread diperoleh dengan mengelompokkan biaya – biaya tataniaga menurut komponen biaya yang sama.

Untuk masalah 4, dianalisis secara deskriptif, untuk mengetahui kendala – kendala yang dihadapi petambak udang windu.

3.5 Definisi dan Batasan Operasional Definisi

1. Petambak adalah orang yang aktif melakukan pekerjaan dalam budidaya ikan.

2. Petambak udang windu adalah petambak yang mengusahakan atau membudidayakan udang windu baik secara komersial ataupun sampingan.

3. Pemasaran udang windu adalah segala kegiatan dan usaha yang berhubungan dengan perpindahan produksi fisik komoditi udang windu dari produsen / petambak kepada konsumen akhir.

(44)

4. Konsumen adalah pembeli udang windu yang merupakan konsumen akhir yang langsung membeli udang windu dari produsen, pedagang besar ataupun pedagang pengecer.

5. Fungsi Pemasaran adalah aktivitas, usaha atau jasa-jasa yang dilaksanakan dalam proses penyebaran barang-barang atau jasa-jasa.

6. Saluran pemasaran adalah kumpulan lembaga-lembaga pemasaran yang berperan dalam menyampaikan barang-barang dari produsen ke konsumen.

7. Biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran dalam menyalurkan asam glugur dari produsen ke konsumen akhir.

8. Marjin pemasaran adalah perbedaan antara harga yang diterima oleh produsen dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen.

9. Price Spread (Sebaran Harga) adalah semua ongkos yang dikeluarkan dalam kegiatan penyampaian barang dari produsen ke konsumen.

10. Share Margin adalah persentase Price Spread terhadap harga beli konsumen.

11. Kendala-kendala adalah faktor-faktor yang dapat menghalangi / mengurangi kelancaran pemasaran udang windu.

Batasan Operasional

1. Daerah penelitian adalah Kelurahan Belawan Sicanang, Kecamatan Belawan, Medan Provinsi Sumatera Utara.

2. Waktu Penelitian adalah tahun 2020.

3. Sampel adalah petambak udang windu dan pedagang pengecer yang berperan menyampaikan hasil produksi kepada konsumen akhir.

4. Data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder.

(45)

BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL

4.1 Luas dan Letak Geografis Kelurahan Belawan Sicanang

Belawan Sicanang adalah Kelurahan di Kecamatan Medan Belawan, Kota Medan, Sumatra Utara, Indonesia. Secara topografi Kelurahan Belawan Sicanang berada dalam kisaran ketinggian antara 1-1,5 meter dari permukaan laut. Iklim di wilayah ini termasuk iklim tropis dengan musim hujan antara bulan November- April dan musim kemarau antara bulan Mei-Oktober. Serta Curah hujan rata-rata 0,10 mm per hari dan Temperatur suhu udara rata-rata sekitar 320C.

Luas wilayah Kelurahan Belawan Sicanang memiliki 1.510 Ha yang terbagi dalam 20 (Dua Puluh) Lingkungan dengan jumlah penduduk 19.423 jiwa. Jarak Kelurahan Belawan Sicanang dari Kantor Kecamatan yaitu 4,5 Km dan 28 Km dari Kantor Walikota.

Letak Geografis dan Batas-Batas Wilayah Kelurahan Belawan Sicanang adalah sebagai berikut :

Sebelah Utara berbatasan dengan Sungai Pante, Sungai Belawan

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Labuhan Deli, Kelurahan Terjun

Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Bahari, Kelurahan Bahagia

Sebelah Barat berbatasan dengan Sungai Belawan, Kecamatan Hamparan Perak

4.2 Keadaan Penduduk

Penduduk Kelurahan Belawan Sicanang berjumlah 19423 jiwa dengan jumlah rumah tangga sebanyak 4008 kepala keluarga. Dengan distribusi penduduk

(46)

menurut jenis kelamin di Kelurahan Belawan Sicanang pada tahun 2017 dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kelurahan Belawan Sicanang

NO Jenis Kelamin Jumlah Jiwa

1 2

Laki-laki Perempuan

9.265 10.158

Total 19423

Sumber: Kantor Kelurahan Belawan Sicanang Tahun 2017

Dari Tabel 4.1 dilihat bahwa penduduk Kelurahan Belawan Sicanang yang paling banyak adalah penduduk dengan jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 10.158 sedangkan jumlah penduduk yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 9.265.

Penduduk Kelurahan Belawan Sicanang pada umumnya memiliki sumber mata pencaharian dari sub sektor perikanan yaitu sebagai nelayan/petambak. Selain itu, sebagian penduduk memiliki mata pencaharian sebagai Pegawai Negeri Sipil, TNI/POLRI, Buruh/Swasta termasuk di dalam nya nelayan/petambak, Pengrajin, Pedagang, Penjahit, Tukang Batu dan lain-lain. Dengan distribusi penduduk Kelurahan Belawan Sicanang berdasarkan mata pencaharian dapat di lihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2 Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kelurahan Belawan Sicanang

NO Jenis Pekerjaan Jumlah

1 Pegawai Negeri Sipil 96

2 TNI/POLRI 13

3 Buruh/Swasta 2.179

4 Pengrajin 130

5 Pedagang 73

6 Penjahit 35

7 Tukang Batu 116

8 Lain-lain 16.781

Total 19.423

Sumber: Kantor Kelurahan Belawan Sicanang Tahun 2018

(47)

Komposisi penduduk Kelurahan Belawan Sicanang berdasarkan agama yang dianut dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Komposisi Penduduk Menurut Agama di Kelurahan Belawan Sicanang

NO Agama Jumlah

1 Islam 12.723

2 Kristen Protestan 5.880

3 Katholik 820

4 Budha -

5 Hindu -

Total 19.423

Sumber: Kantor Kelurahan Belawan Sicanang Tahun 2018

Dari Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa penduduk yang ada di Kelurahan Belawan Sicanang mayoritas menganut Agama Islam yaitu sebanyak 12.723 serta tidak ada yang menganut Agama Budha dan Hindu.

4.3 Pendidikan

Kelurahan Belawan Sicanang terdapat fasilitas pendidikan berupa :

-Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Kelurahan Belawan Sicanang berjumlah 2 unit yaitu :

1.Pendidikan PAUD Ceria Mandiri di Kelurahan Belawan Sicanang berjumlah 1 unit.

2.Pendidikan PAUD Karya Bahari di Lingkungan IV berjumlah 1 unit.

Pendidikan PAUD Binaan PKK Kelurahan Belawan Sicanang 1 unit.

-Pendidikan TK Kelurahan Belawan Sicanang berjumlah 3 unit yaitu : 1.Pendidikan TK IQRO di Jl. PLTU berjumlah 1 unit.

2.Pendidikan TK Karya Bahari di Lingkungan IV TK Karya Bahari berjumlah 1 unit.

3.Pendidikan TK FATIMAH AZ-ZAHRA di Lingkungan XIII berjumlah 1 unit.

(48)

4. Pendidikan TK Alquran Al-Quran Amanna di Mesjid Almuhajirin Blok 21 Belawan Sicanang.

-Pendidikan SD Kelurahan Belawan Sicanang sebanyak 8 unit yaitu:

1. Pendidikan SD di Jl. PLTU berjumlah 1 unit.

2. Pendidikan SD di Jl. Hidayah berjumlah 3 unit.

3. Pendidikan SD di Lingkungan XI berjumlah 1 unit.

4. Pendidikan SD di Lingkungan XIV berjumlah 1 unit.

5. Pendidikan SD di Lingkungan XIX berjumlah 2 unit.

-Pendidikan SLTPN Kelurahan Belawan Sicanang berjumlah 1 unit.

Komposisi pendidikan penduduk Kelurahan Belawan Sicanang dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Komposisi Pendidikan

NO Tingkat Pendidikan Jumlah

1 SD 6.024

2 SLTP 4.146

3 SLTA 3.925

4 Sarjana (S1) 54

5 S2 5

6 S3 2

7 Tidak Tamat Sekolah 1.899

8 Belum Sekolah 3.368

Total 19.423

Sumber: Kantor Kelurahan Belawan Sicanang Tahun 2018

4.4 Kesehatan

Kesehatan merupakan faktor yang terpenting di dalam kehidupan manusia.

Tersedia nya prasarana kesehatan dapat membantu dan memudahkan manusia dalam memelihara kesehatan nya. Pada tahun 2018 hingga kini di Kelurahan Belawan Sicanang terdapat prasarana kesehatan berupa puskesmas pembantu, poliklinik/balai pengobatan, apotik, posyandu, toko obat, praktek. Dengan jumlah

(49)

keseluruhan sebanyak 21. Kondisi prasarana kesehatan Kelurahan Belawan Sicanang dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Kondisi Prasarana Kesehatan

NO Jenis Prasarana Jumlah

1 Puskesmas Pembantu 1

2 Poliklinik/ Balai Pengobatan 0

3 Apotik 1

4 Posyandu 15

5 Toko Obat 3

6 Praktek 1

Total 21

Sumber: Kantor Kelurahan Belawan Sicanang Tahun 2018

4.5 Sosial Ekonomi

Sosial ekonomi adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam kelompok masyarakat yang ditentukan oleh jenis aktivitas ekonomi dan pendapatan. Tempat yang biasanya penduduk Kelurahan Belawan Sicanang melakukan aktivitas sosial ekonomi adalah di tempat usaha/jualan penduduk lain seperti pedagang kelontong, warung makanan, dan bengkel. Total usaha/jualan serta bengkel ada sebanyak 200. Kondisi sosial ekonomi Kelurahan Belawan Sicanang dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Kondisi Sosial Ekonomi

NO Jenis Usaha/ Home Industri Jumlah

1 Pedagang Kelontong 150

2 Warung Makan 40

3 Bengkel 10

Total 200

Sumber: Kantor Kelurahan Belawan Sicanang Tahun 2018

4.6 Karakteristik Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah petambak yang mengusahakan budidaya tambak udang windu di Kelurahan Belawan Sicanang dan pedagang pengumpul serta pedagang pengecer sesuai alur pemasaran. Jumlah Sampel sebanyak 30

(50)

petambak udang windu, 2 pedagang pengumpul dan 5 pedagang pengecer.

Karakteristik Sampel dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, dan luas Tambak.

4.6.1 Jenis Kelamin

Tabel 4.7 Jenis Kelamin Sampel

NO Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Laki-laki 35 94,6%

2 Perempuan 2 5,4%

Total 37 100

Sumber : Lampiran 1 (diolah), 2020

Pada Tabel 4.7 dapat dijelaskan dari 37 Sampel di Kelurahan Belawan Sicanang petambak udang windu terbanyak yaitu berjenis kelamin laki-laki sebanyak 35 jiwa dengan persentase 94,6%, sedangkan yang berjenis kelamin perempuan hanya 2 orang dengan persentase 5,4% .

4.6.2 Umur

Tabel 4.8 Umur Sampel

NO Kelompok Umur (Tahun)

Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 0-20 0 0

2 >20-30 3 8,1%

3 >30-40 5 13,5 %

4 >40-50 14 37,8%

5 >50-60 9 24,3%

6 >60 6 16,3%

Total 37 100

Sumber : Lampiran 1 (diolah), 2020

Pada tabel 4.8 dapat dijelaskan jumlah terbesar umur Sampel berada pada kelompok umur 40-50 tahun yaitu sebanyak 14 jiwa atau 37,8%, kelompok umur 50-60 tahun yaitu sebanyak 9 jiwa atau 24,3%, kelompok umur >60 tahun yaitu sebanyak 6 jiwa atau 16,3%, dan kelompok umur 30-40 tahun sebanyak 5 jiwa

(51)

atau 13,5%, sedangkan jumlah terkecil umur Sampel berada pada umur 20-30 tahun yaitu sebanyak 3 jiwa atau 8,1%.

4.6.3 Tingkat Pendidikan

Tabel 4.9 Tingkat Pendidikan Sampel NO Pendidikan

Terakhir (Tahun)

Jumlah (Jiwa)

Persentase (%)

1 SD 13 35,1

2 SMP 13 35,1

3 SMA 11 29,8

Total 37 100

Sumber : Lampiran 1 (diolah), 2020

Pada tabel 4.9 dapat dijelaskan tingkat pendidikan dari 37 Sampel di Kelurahan Belawan Sicanang terbanyak adalah tamatan SD dan SMP yaitu 15 jiwa atau 35,1%, sedangkan yang paling sedikit adalah tamatan SMA 11 jiwa atau 29,8%

saja.

4.6.4 Luas Tambak

Tabel 4.10 Luas Tambak Sampel NO Luas Lahan

(Ha)

Jumlah (Jiwa)

Persentase (%)

1 ≤ 1 18 60

2 >1-2 8 26,7

3 >2 4 13,3

Total 30 100

Sumber : Lampiran 1 (diolah), 2020

Pada tabel 4.11 dapat dijelaskan bahwa luas tambak yang dimiliki Sampel atau petambak udang windu di Kelurahan Belawan Sicanang rata-rata yaitu ≤ 1 Ha sebanyak 18 jiwa atau 60%.

(52)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Saluran Pemasaran Udang Windu

Saluran pemasaran udang windu di daerah penelitian terdiri dari beberapa lembaga pemasaran yaitu pedagang pengumpul dan pedagang pengecer. Lembaga pemasaran ini berperan untuk mendistribusikan udang windu hingga sampai ke konsumen akhir. Saluran pemasaran ini diperoleh dari informasi produsen sampel kepada siapa mereka menjualnya.

Saluran Pemasaran udang windu di Kelurahan Belawan Sicanang ada 3 yakni 1. Saluran I yaitu : Petambak - Pedagang pengumpul- Pedagang pengecer-

konsumen

2. Saluran II yaitu : Petambak - Pedagang pengecer - Konsumen 3. Saluran III yaitu; Petambak - Pedagang pengumpul - Konsumen

Dari saluran pemasaran diatas dapat disimpulkan bahwa ada 3 saluran pemasaran udang windu yaitu Saluran I, Saluran II dan saluran III, maka untuk memperjelasnya dapat kita lihat saluran pemasaran udang windu pada gambar 2.

Saluran pemasaran udang windu dapat dilihat sebagai berikut ini:

Gambar 5.1 Skema Saluran Pemasaran Udang Windu di daerah penelitian

Terdapat 3 jenis saluran pemasaran udang windu di daerah penelitian, yakni : Saluran I

Pada Saluran I dapat kita lihat bahwa saluran pemasarannya yaitu Petambak- Petambak

(2.662 Kg)

Pedagang Pengumpul

(1.487 Kg)

Pedagang Pengecer (1.175 Kg + 850

Kg)

Konsumen (2025 Kg + 637 Kg)

(53)

Pedagang Pengumpul-Pedagang Pengecer-Konsumen. Untuk memperjelasnya dapat kita lihat bagan Saluran pemasaran I dibawah ini.

Petambak –Pedagang Pengumpul-Pedagang Pengecer-Konsumen

Gambar 5.2 Skema Saluran I Pemasaran Udang Windu

Saluran pertama ini adalah petambak menjual udang windu kepada pedagang pengumpul sebanyak 1.487 Kg udang windu dengan harga jual sebesar Rp 85.000/Kg. Selanjutnya pedagang pengumpul menjual udang windu ini sebanyak 850 Kg kepada pedagang pengecer dengan harga jual sebesar Rp 90.200/Kg, kemudian Pedagang pengecer menjual lagi sebesar 850 Kg kepada konsumen dengan harga jual sebesar Rp 100.800/Kg.

Saluran II

Pada Saluran II dapat kita lihat bahwa saluran pemasarannya yaitu Petambak - Pedagang Pengecer-Konsumen. Untuk memperjelasnya dapat kita lihat bagan

Petambak (2.662 Kg)

Pedagang Pengumpul (1.487 Kg)

Pedagang Pengecer (850 Kg)

Konsumen(850 Kg)

(54)

Saluran pemasaran II dibawah ini.

Petambak-Pedagang Pengecer-Konsumen

Gambar 5.3. Skema Saluran II Pemasaran Udang Windu

Saluran kedua ini adalah petambak menjual udang windu kepada pedagang pengecer sebanyak 1.175 Kg udang windu dengan harga jual sebesar Rp 85.500/Kg. Selanjutnya pedagang pengecer menjual udang windu ini sebanyak 1.175 Kg kepada konsumen dengan harga jual sebesar Rp 97.500/Kg.

Saluran III

Pada Saluran III dapat kita lihat bahwa saluran pemasarannya yaitu Petambak- Pedagang Pengumpul-Konsumen. Untuk memperjelasnya dapat kita lihat bagan Saluran pemasaran III dibawah ini.

Petambak -Pedagang Pengumpul-Konsumen

Gambar 5.4 Skema Saluran III Pemasaran Udang Windu

Saluran ketiga ini adalah petambak menjual udang windu kepada pedagang pengumpul sebanyak 637 Kg udang windu dengan harga jual sebesar Rp

Petambak (2.662 Kg)

Pedagang Pengumpul (637 Kg)

Konsumen (637 Kg) Petambak (2.662 Kg)

Pedagang Pengecer (1.175 Kg)

Konsumen (1.175 Kg)

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui saluran dan lembaga pemasaran jangggelan, menganalisis biaya, keuntungan dan marjin pemasaran janggelan dan mengetahui

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pola saluran pemasaran, menganalisis biaya, keuntungan dan marjin pemasaran, mengkaji saluran pemasaran yang paling efisien

Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang bertujuan untuk mengetahui saluran pemasaran jagung, besar biaya, keuntungan, dan marjin pemasaran jagung pada

Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang bertujuan untuk mengetahui saluran pemasaran jagung, besar biaya, keuntungan, dan marjin pemasaran jagung pada

Pada saluran pemasaran yang kedua melibatkan satu lembaga pemasaran yaitu pedagang pengecer saja besarnya rata-rata biaya, keuntungan, marjin pemasaran dan share margin

Samakin tinggi nilai rasio semakin besar keuntungan yang diperoleh (limbong dan sitorus, 2001).Untuk melihat rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran udang windu

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui tipe saluran pemasaran biji kopi arabika, menganalisis biaya pemasaran, marjin pemasaran, dan farmer’s share untuk setiap

Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui saluran pemasaran seledri, Mengetahui besar biaya pemasaran, margin, keuntungan, farmer’s share dan efisiensi pemasaran seledri dan Mengetahui