• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN BAHASA ARAB UNTUK MEMAHAMI MAKNA AL-QUR AN (Analisis QS. Yusuf Ayat 2)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PEMBELAJARAN BAHASA ARAB UNTUK MEMAHAMI MAKNA AL-QUR AN (Analisis QS. Yusuf Ayat 2)"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBELAJARAN BAHASA ARAB UNTUK MEMAHAMI MAKNA AL-QUR’AN (Analisis QS. Yusuf Ayat 2)

Anah Patimah

Program StudiPendidikan Agama Islam Universitas Wiralodra Email: anahpatimah99@gmail.com

Abstrak

BahasaArab merupakan sumber terpenting dalam memahami Al-Qur‟an. Dalam ilmu Tafsir, Bahasa Arab mempunyai urgensi antara lain, mengetahui makna semantik dari ayat Al-Qur‟an, dan mengetahui maksud yang terkandung dari ayat tersebut. Bahasa Arab juga digunakan sebagai rujukan dalam memahami dan menafsirkan Al-Qur‟an.

Bahas Arab dan Al-Qur‟an merupakan kesatuan yang tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya.

Al-Qur‟an turun dengan menggunakan Bahasa Arab dialek Quraisy. Dialek Quraisy yang berasal dari kabilah Quraisy yang menduduki kota Makkah dan telah mendapatkan tempat yang utama di antara dialek-dialek Arab utara, merupakan kontributor utama kelahiran bahasa Arab fushha melalui bahasa an-Naqsy dan sastra jahili. Khalifah Utsman bin Affan menetapkan dialek Quraisy itu satu-satunya dialek yang digunakan untuk menuliskan Al-Qur‟an.

Kata Kunci: Bahasa Arab, Al-Qur‟an, Yusuf ayat 2 Pendahuluan

Bahasa Arab merupakan sumber terpenting dalam memahami Al-Qur‟an. Dalam ilmu tafsir, Bahasa Arab mempunyai urgensi antara lain, mengetahui makna semantic dari ayat Al-Qur‟an, dan mengetahui maksud yang terkandung dari ayat tersebut.Bahasa Arab juga digunakan sebagai rujukan dalam memahami dan menafsirkan Al-Qur‟an.

Menurut al-Qasimy bahasa Arab dalam Al-Qur‟an adalah bahasa yang digunakan dan dikenal pada saat Al-Qur‟an diturunkan tanpa melihat perkembangan bahasa Arab yang ada pada masa modern.1 Bahasa Arab merupakan salah satu cabang bahasa semit,

1 Intan Sari Dewi, “Bahasa Arab Dan Urgensinya Dalam Memahami Al-Qur‟an,” Kontemplasi, 2016.

(2)

tumbuh dan berkembang jauh sebelum agama islam datang yang dibawa oleh Nabi Muhammda SAW.2

Bahasa Arab termasuk rumpun bahasa semit, sama dengan Bahasa Ibrani, Aramiya, Suryani Kaldea, dan Babilonia. Kata-kata bahasa Arab pada umumnya berdasarkan tiga huruf mati yang dapat dibentuk dengan berbagai bentuk. Pakar bahasa Arab, „Utsman Ibn Jinni (932-1002 M) menekankan bahwa pemilihan huruf-huruf kosa kata Arab bukan suatu kebetulan, tetapi mengandung falsafah bahasa yang unik.3BahasaArab dan Al-Qur‟an merupakan kesatuan yang tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya. Dalam belajar Al-Qur‟an, bahasa Arab adalah syarat mutlak yang harus dikuasai, demikian halnya dengan belajar bahasa Al-Qur‟an berarti belajar bahasa Arab. 4

Al-Qur‟an sendiri merupakan firman Allah SWT yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW. melalui Malaikat Jibril untuk dijadikan pedoman hidup bagi seluruh kaum muslimin, tentu dan pasti memiliki kandungan ajaran-ajaran pokok menyangkut segala aspek kehidupan manusia. Kemudian ajaran-ajaran pokok itu dikembangkan sesuai dengan nalar masing-masing individu maupun kelompok bahkan oleh suatu bangsa untuk memecahkan problem kemanusiaan seperti masalah pendidikan.5

Metodologi

Penulis menggunakan metode studi pustaka atau Library Research dalam penulisannya. Studi pustaka atau kepustakaan dapat diartikan sebagai serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian. Menurut M. Nazir (1998) bahwa: studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan. Metode studi kepustakaan merupakan metode yang cocok dalam penelitian ini.6 Dengan mengkaji beberapa teori yang terkait dengan keilmuan Bahasa Arab dalam segi fonologi, morfologi, sintaksis dan semantiknya.

Serta mengamati penggunaan teori keilmuan tersebut dalam teks Al-Qur‟an. Sehingga akan nampak bahwa Bahasa Arab merupakan Bahasa yang fasih dalam struktur tata Bahasa Al-Qur‟an.

Pembahasan dan Hasil

Al-Qur‟an turun menggunakan bahasa Quraisy. Pada masa jahiliah atau pra-Islam, setiap tahun di sekitar Makkah diadakan pasar-pasar tempat berkompetisi hasil karya sastra Arab. Kompetisi ini dilakukan oleh berbagai kabilah Arab, masing-masing memiliki dialek tersendiri, karena perbedaan tepat tinggal dan kebutuhan sosial-budaya. Karena masing-masing datang dengan dialeknya, maka dalam kompetisi tahunan itu mereka

2 Karim Hafid, “Relevansi Kaidah Bahasa Arab dalam Memahami Al-Qur‟an,” Tafsere, 2016.

3 Quraish Shihab, “Tafsir Al-Misbah,” Hunafa: Jurnal Studia Islamika, 2009, Https://doi.org/10.1177/0146107909106758.

4 Nandang Sarip Hidayat, “Problematika Pembelajaran Bahasa Arab.”

5 Darmadji, “Tafsir Al-Qur‟an Tentang Teori Pendidikan Islam: Perspektif Pendidikan Islam di Indoesia,” Anzdoc, 2013.

6 Supriyadi Supriyadi, “Community of Practitioners: Solusi Alternatif Berbagi Pengetahuan Antar Pustakawan,” Lentera Pustaka: Jurnal Kajian Ilmu Perpustakaan, Informasi Dan Kearsipan, 2017, Https://doi.org/10.14710/lenpust.v2i2.13476.

(3)

mengutamakan dialek Quraisy, mengingat dialek Quraisy itu telah dikenal dan dipaikai secara meluas oleh seluruh kabilah Arab. Dengan kompetisi tahunan yang berlangsung pada masa sebelum islam diberbagai suq jama‟ dari (aswaq) di Makkah dan sekitarnya, pemurnian dan pertumbuhan bahasaArab dialek Quraisy menjadi Bahasa fushhah.

Dialek Quraisy yang berasal dari kabilah Quraisy yang menduduki kota Makkah dan telah mendapatkan tempat yang utama di antara dialek-dialek Arab utara, merupakan kontributor utama kelahiran Bahasa Arab fushha melalui Bahasa al-naqsy dan sastra jahili.7Al-Qur‟an turun dengan menggunakan Bahasa Arabdialek Quraisy dan beberapa dialek lainnya, tapi dialek Quraisy lebih dominan. Khalifah Utsman bin Affan menetapkan dialek Quraisy itu satu-satunya dialek yang digunakan untuk menuliskan Al- Qur‟an. Hadits pun kemudian ditulis dalam dialek Quraisy. Dengan demikian Al-Qur‟an dan Hadits ditulis dalam dialek Quraisy. 8

Pada masa pemerintahan dinasti Usmaniyah, Bahasa Arab dialek Quraisy itu dijadikan Bahasa standar dalam administrasi pemerintahan.9 Sejak periode pertama abad pertama hijriyah, pertumbuhan Bahasa Arab standar (al-lugah al-musytarikah) ini mengalami perkembangan baru, yaitu Bahasa standar Bahasa ArabQuraisy dijadikan Bahasa karang-mengarang. Kedudukan Bahasa Quraisy ini semakin kukuh sejak turunnya Al-Qur‟an. Dialek ini terus berkembang seiring meningkatnya intensitas interaksi masyarakat Arab dari berbagai kabilah melalui pasar-pasar mereka yang sekaligus dijadikan pasar festival seni dan sastra. Pasar-pasar zaman pra-islam seluruhnya berjumlah delapan dan yang sangat terkenal sebagai ajang untuk kebolehan para sastrawan dalam bidang puisi dan pidato adalah ukadz, majannah, marbad, dzulmajaz dan khaibar.10Pertemuan dan interaksi antar anggota berbagai kabilah melalui perjalanan, perdagangan dan festival seni dan sastra telah melahirkan sebuah lingua franca, Bahasa pergaulan bersama (al-lughat al-musytarakah) yang dijadikan medium komunikasi lintas kabilah.11

Ada beberapa pandangan mengenai proses terbentuknya lingua franca antar berbagai kabilah yang memiliki berbagai dialek lokal yaitu: Pertama, Menurut Faris, 1963:52, pandangan bahwa diantara berbagai dialek kabilah itu, dialek Quraisy adalah yang paling fasih, dominan dan dipahami oleh berbagai kabilah diseluruh jazirah Arab pada masa pra-islam. Kedua, Menurut Wafi, tt.:112, dialek Quraisy mengungguli dialek- dialek lain dan menjadi Bahasa sastra lintas kabilah. Karena itu tidak mengherankan jika Al-Qur‟an diturunkan menggunakan dialek Quraisy, dan Nabi Muhammad SWA. yang diutus sebagai Rasul juga berasal dari kabilah ini. Ketiga, Menurut Husain, 1952:133-136, pandangan bahwa dominasi dialek Quraisy terhadap dialek-dialek lain hanya terjadi di zaman pra-islam, tetapi tidak demikian setelah datangnya islam. Dominasi itu karena tempat tinggal kabilah Quraisy (Makkah), menjadi tempat pelaksanaan ibadah haji, kota dagang dan pusat kesatuan politik yang otonom terhadap kekuatan-kekuatan lain.

Kekuatan politik, ekonomi dan agama itu memperkokoh dialek Quraisy dihadapan dialek-dialek lain. Keempat, Menurut Al-Rajihi 1973:119-121, pandangan yang tidak

7 Mochammad Mu‟izzuddin, “Kontribusi Dialek Quraisy Dan Dialek Tamim Terhadap Bahasa Arab Fushha,”

Alqalam, 2007, https://doi.org/10.32678/alqalam.v24i2.1635.

8 Karim Hafid, “Relevansi Kaidah Bahasa Arab dalam Memahami Al-Qur‟an,” Tafsere, 2016.

9 Ash-Shiddieqy, Sejarah Dan Pengantar Ilmu Tafsir.

10 Achmad Tohe, “Bahasa Arab Fusha Dan Amiyah Serta,” Bahasa Dan Seni, 2005.

11 Ash-Shiddieqy, Sejarah Dan Pengantar Ilmu Tafsir.

(4)

mengakui dialek Quraisy sebagai lingua franca atau Bahasa bersama bagi seluruh kabilah Arab. Menurut Al-Rajihi, asumsi bahwa dialek Quraisy adalah lingua franca bagi seluruh kabilah Arab hanya untuk mengagungkan kabilah Muhammad SAW. Sebagai Rasul.

Sebagaibukti masyarakat Hijaz dan suku Quraisy adalah salah satunya, cenderung meringankan bacaan hamzah, sedangkan kabilah lain membacanya dengan jelas.

Semenara itu, pembacaan hamzah secara jelas di dalam warisan puisi pra-islam maupun dalam qira‟at (macam-macam cara membaca) Al-Qur‟an lebih banyak ditemui dibanding pembacaannya yang lemah atau ringan.12

Q.S Yusuf ayat 2 dengan ayat 3

اأَو هُ إِ نْ أَ انْ هُ نَّ أَ أَ ا نًيًّ إِ أَ أَ ا نًآ نْ هُ اهُا أَ نْ أَ نْآأَ ا نَّآإِ

﴿ا ٢

“Sesungguhnya kami menurunkannya berupa Al-Qur‟an dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya”.

Sehubungan dengan turunnya ayat ini, terdapat hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir bahwa Ibnu Abbas, berkata:“Para sahabat bertanya, „Wahai Rasulullah, andaikan engkau bercerita kepada kami. „Maka turunlah ayat, „Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik.‟”(HR Ibnu Jarir).13

اأَ إِ أَ ا إِ نْ أَ ا نْ إِ ا أَ نْ هُ ا نْوإِ أَ ا أَوهٰ نْ هُ نْ ا أَ هٰ اأَ نْ أَ إِ اآ أَ نْ أَ نْ أَ اآ أَ إِ اإِ أَ أَ نْ ا أَ أَ نْ أَ اأَ نْ أَ أَ ا صُّ هُ أَآاهُ نْ أَآ اأَ نْ إِ إِ هٰ نْ ا

﴿ ٣

“Kami menceritakan kepadamu (Muhammad) kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al- Qur‟an ini kepadamu, dan sesungguhnya engkau sebelum itu termasuk orang yang tidak mengetahui.”

Imam Ahmad meriwayatkan dari Abdullah bin Tsabit, “Umar datang kepada Rasulullah SAW seraya berkata, „Wahai Rasulullah, aku bertemu dengan saudaraku dari Bani Quraizhah, kemudian dia menuliskan untukku suatu ungkapan yang menghimpun seluruh isi Taurat, apakah tidak keberatan jika aku menyampaikannya kepadamu?‟ Maka berubahlah wajah Rasulullah SAW. Aku berkata kepada Umar, „Apakah engkau tidak melihat perubahan pada wajah Rasulullah SAW?‟ Umar berkata, „Kami ridha Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai Agama, dan Muhammad sebagai Rasul.‟ Maka beliau tampak senang lalu bersabda,

„Demi yang jiwaku dalam genggaman-Nya. Andaikan Musa berada ditengah-tengah kalian, kemudian kalian mengikutinya dan meninggalkan aku, niscaya sesatlah kamu.

Sesungguhnya kamu adalah umat bagianku dan aku adalah Nabi yang menjadi bagianmu.‟” (HR. Ahmad)14

Tafsir Al-Qur‟an Q.S Yusuf ayat 2

اأَو هُ إِ نْ أَ انْ هُ نَّ أَ أَ ا نًيًّ إِ أَ أَ ا نًآ نْ هُ اهُا أَ نْ أَ نْآأَ ا نَّآإِ

﴿ا ٢

“Sesungguhnya kami menurunkannya berupa Al-Qur‟an dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya”.

12 Achmad Tohe, “Bahasa Arab Fusha Dan Amiyah Serta,” Bahasa Dan Seni, 2005.

13 Muhammad Nasib Rifa‟i, “Kemudahan Dari Allah: Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir,” Gema Insani, 1999.

14 Ash-Shiddieqy, Sejarah Dan Pengantar Ilmu Tafsir.

(5)

Pembukaan dari surat ini adalah sama dengan pembukaan surat Yunus. Bedanya, bahwa Al-Qur‟an di sini disifati sebagai Al-Mubin (kitab yang nyata), sedangkan pada surat Yunus disifati sebagai Al-Hakim (kitab yang penuh hikmah).15 Hal itu, karena pokok pembicaraan pada Surah Yusuf ini adalah berupa kisah seorang Nabi yang mengalami nasib yang berganti-ganti, antara kesengsaraan dan kebahagiaan, yang pada semua itu beliau menjadi teladan terbaik. Sedang pokok pembicaraan pada surat yunus adalah prinsip-prinsip agama, berupa pengesaan Allah dan peneguhan wahyu dari risalah, di samping berita tentang pembangkitan dan pembalasan, semua itu sangat sesuai bila disifati dengan penuh hikmah.

Sa‟ad Ibnu Abu Waqqas meriwayatkan sebuah hadits sehubungan dengan latar belakang turunnya ayat ini. Yaitu, bahwa Rasulullah SAW. Selama beberapa masa membacakan Al-Qur‟an kepada para sahabatnya. Kemudian mereka (para sahabat) berkata meminta: “Wahai Rasulullah, bilakah Anda menceritakan kisah-kisah kepada kami, sehingga hal tersebut merupakan selingan bagi kami dan memberikan pengetahuan kepada kami tentang nasihat-nasihat dan pelajaran-pelajaran yang terkandung di dalam kisah-kisah itu”.

Tafsir Al-Maraghi, oleh Ahmad Mushthafa Al-Maraghi: “Sesungguhnya kami telah menurunkan kitab ini kepada Nabi berkebangsaan Arab, supaya menerangkan kepada kalian dengan bahasamu sendiri, Bahasa Arab. Hal-hal yang diterangkan adalah yang belum kamu ketahui, yaitu hukum-hukum agama, berita-berita para Rasul Allah, hikmah urusan kemasyarakatan, prinsip-prinsip kemajuan dan tata kesopanan berpolitik, supaya kamu memikirkan makna-maknanya dan memahami ajaran yang diajarkannya, berupa kebutuhan- kebutuhan rohani dan hal-hal yang ingin dicapai oleh akal. Juga persucian jiwa dan kebaikan keadaan masyarakat atau orang-seorang, yang membawa mereka kepada kebahagiaan di dunia atau di akhirat”.16

Tafsir Al-Mishbah, oleh M. Quraish Shihab: “Sesungguhnya kami menurunkannya, yakni kitab itu berupa Al-Qur‟an dengan berbahasa Arab, agar kamu memahamin-nya dengan menggunakan akalmu.”17Firman-Nya :)اهُا أَ نْ أَ نْآأَ (anzalnahu/ menurunkannya dapat juga dipahami dalam arti kalam Allah SWT. Yang Qadim itulah yang diturunkannya dalam bentuk Bahasa Arab. Dalam konteks Al-Qur‟an – Allah SWT. Memilih Bahasa Arab untuk menjelaskan petunjuk atau informasi yang Allah SWT. Akan sampaikan, agar supaya mintra bicara memahaminya. Petunjuk dan informasi yang dimiliki-Nya sejak semula itulah yang dinamai Kalam Nafsiy Allah.

Secara jelas dan tegas ayat ini menyatakan bahwa Al-Qur‟an berbahasa Arab dan Allah SWT yang memilih bahasa itu.18 Jika demikian, wahyu Ilahi kepada Nabi Muhammad SAW yang disampaikan ini,19 bukan hanya penyampaian kandungan maknanya, tetapi sekaligus dengan redaksi, kata demi kata, yang kesemuanya dipilih dan disusun langsung oleh Allah SWT. Dipilihnya Bahasa Arab untuk menjelaskan petunjuk Allah SWT. Dalam Al-Kitab ini disebabkan karena masyarakat pertama yang ditemui Al- Qur‟an adalah masyarakat berbahasa Arab. Tidak ada satu ide yang yang bersifat universal

15 Salahuddin Hamid, Study Ulumul Qur‟an (Jakarta: Intimedia Cipta Nusantara, 2002).

16 Ahmad Mushthafa Al-Maraghi, “Terjemah Tafsir Al-Maraghi,” PT. Karya Toha Putra Semarang, 1993.

17 Shihab, “Tafsir Al-Misbah.”

18 Maulana Kausar Niazi, Menuju Pemahaman Al-Qur‟an (Jakarta: Pustaka Alhusna, 1983).

19 Muhammad Nasib Rifa‟i, “Kemudaan Dari Allah: Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir,”Gema Insani, 1999.

(6)

sekalipun kecuali menggunakan Bahasa masyarakat pertama yang ditemuinya. Demikian juga dengan Al-Qur‟an.

Tafsir Ibnu Katsir, oleh Muhammad Nasib Ar-Rifa‟I: “Karena bahasa Arab merupakan Bahasa yang paling baku, jelas, komperhensif, dan paling jauh cakupan makna yang terdapat dalam benak. Oleh karena itu, Allah menurunkan kitab yang paling mulia dengan Bahasa yang paling mulia pula kepada Rasul yang paling mulia melalui malaikat yang paling mulia pula. Dan hal itu terjadi di wilayah bumi yang paling mulia serta penurunannya dimulai pada bulan yang paling mulia di antara bulan pada satu tahun, yaitu pada bulan Ramadhan”.

Penutup

BahasaArab merupakan sumber terpenting dalam memahami Al-Qur‟an. Dalam ilmu tafsir, Bahasa Arab mempunyai urgensi antara lain, mengetahui makna semantik dari ayat Al-Qur‟an, dan mengetahui maksud yang terkandung dari ayat tersebut. Bahasa Arab juga digunakan sebagai rujukan dalam memahami dan menafsirkan Al-Qur‟an.

BahasaArab dan Al-Qur‟an merupakan kesatuan yang tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya.Al-Qur‟an turun dengan menggunakan Bahasa Arab dialek Quraisy. Dialek Quraisy yang berasal dari kabilah Quraisy yang menduduki kota Makkah dan telah mendapatkan tempat yang utama di antara dialek-dialek Arab utara, merupakan kontributor utama kelahiran bahasa Arab fushha melalui bahasa al-naqsy dan sastra jahili.

Khalifah Utsman bin Affan menetapkan dialek Quraisy itu satu-satunya dialek yang digunakan untuk menuliskan Al-Qur‟an.Sehubungan dengan turunnya QS. yusuf ayat 2, terdapat hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir bahwa Ibnu Abbas, berkata:“Para sahabat bertanya, „Wahai Rasulullah, andaikan engkau bercerita kepada kami. „Maka turunlah QS. Yusuf ayat 3, „Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik.‟” (HR Ibnu Jarir).

Keterangan dari beberapa kitab tafsir.Tafsir Al-Maraghi: “Sesungguhnya kami telah menurunkan kitab ini kepada Nabi berkebangsaan Arab, supaya menerangkan kepada kalian dengan bahasamu sendiri, Bahasa Arab. Hal-hal yang diterangkan adalah yang belum kamu ketahui, yaitu hukum-hukum agama, berita-berita para Rasul Allah, hikmah urusan kemasyarakatan, prinsip-prinsip kemajuan dan tata kesopanan berpolitik, supaya kamu memikirkan makna-maknanya dan memahami ajaran yang diajarkannya, berupa kebutuhan-kebutuhan rohani dan hal-hal yang ingin dicapai oleh akal. Juga persucian jiwa dan kebaikan keadaan masyarakat atau orang-seorang, yang membawa mereka kepada kebahagiaan di dunia atau di akhirat”.Tafsir Al-Misbah: “Sesungguhnya kami menurunkannya, yakni kitab itu berupa Al-Qur‟an dengan berbahasa Arab, agar kamu memahamin-Nya dengan menggunakan akalmu.”Tafsir Ibnu Katsir: “Karena bahasa Arab merupakan Bahasa yang paling baku, jelas, komperhensif, dan paling jauh cakupan makna yang terdapat dalam benak. Oleh karena itu, Allah menurunkan kitab yang paling mulia dengan Bahasa yang paling mulia pula kepada Rasul yang paling mulia melalui malaikat yang paling mulia pula. Dan hal itu terjadi di wilayah bumi yang paling mulia serta penurunannya dimulai pada bulan yang paling mulia di antara bulan pada satu tahun, yaitu pada bulan Ramadhan”.

Daftar Pustaka

Ash-Shiddieqy, M. Hasbi. Sejarah dan Pengantar Ilmu Tafsir. Jakarta: Bulan Bintang, 1961.

(7)

Dewi, Intan Sari. “Bahasa Arab dan Urgensinya dalam Memahami Al-Qur‟an.”Kontemplasi, 2016.

Hamid, Salahuddin. Study Ulumul Qur‟an. Jakarta: Intimedia Cipta Nusantara, 2002.

Maulana Kausar Niazi. Menuju Pemahaman Al-Qur‟an. Jakarta: Pustaka Alhusna, 1983.

Mu‟izzuddin, Mochammad. “Kontribusi Dialek Quraisy Dan Dialek Tamim Terhadap Bahasa Arab Fushha.”Alqalam, 2007. Https://doi.org/10.32678/alqalam.v24i2.1635.

Nandang Sarip Hidayat. “Problematika Pembelajaran Bahasa Arab.”PemikiranIslam, 2012.

Shihab, Quraish. “Tafsir Al-Misbah.”Hunafa: Jurnal Studia Islamika, 2009.

Https://doi.org/10.1177/0146107909106758.

Supriyadi, Supriyadi. “Community of Practitioners: Solusi Alternatif Berbagi Pengetahuan Antar Pustakawan.”Lentera Pustaka: Jurnal Kajian Ilmu Perpustakaan, Informasi Dan Kearsipan, 2017. Https://doi.org/10.14710/lenpust.v2i2.13476.

Tohe, Achmad. “Bahasa Arab Fusha dan Amiyah Serta.” Bahasa dan Seni, 2005.

Referensi

Dokumen terkait

metode atau model sosialisasi dari Pemimpin Opini kepada masyarakat desa tentang Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional

Telah dilakukan penelitian jenis-jenis burung ordo Passeriformes yang diperjual- belikan di pasar burung Palembang Sumatera Selatan, penelitian bertujuan untuk

Bagi menanamkan nilai-nilai positif dan bertanggungjawab dalam soal pembangunan belia, kakitangan JBSNPP juga perlu mempunyai komitmen yang tinggi untuk memberi

Hubungan negatif antara variabel Tingkat upah terhadap Kesempatan Kerja yang diperoleh dalam penelitian ini didukung oleh penelitian Lestari (2010), berdasarkan

Suplementasi daun bangun-bangun (Coleus amboinicus Lour) dalam ransum sampai level 9 g/kg bobot badan pada kambing PE, dapat memperbaiki metabolisme dan meningkatkan produksi

Pendekatan fenomenologi menggunakan pola pikir subjektivisme yang tidak hanya memandang masalah dari suatu gejala yang tampak, akan tetapi berusaha menggali makna

Usia yang masih muda pada umumnya belum mempunyai pegangan dalam hal sosial-ekonomi, padahal jika seseorang telah menikah, maka keluarga tersebut harus dapat berdiri sendiri