• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI PENGELOLAAN PRASARANA DAN SARANA AIR LIMBAH DALAM MEWUJUDKAN ECO-AIRPORT DI BANDAR UDARA ADISUTJIPTO YOGYAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "EVALUASI PENGELOLAAN PRASARANA DAN SARANA AIR LIMBAH DALAM MEWUJUDKAN ECO-AIRPORT DI BANDAR UDARA ADISUTJIPTO YOGYAKARTA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI PENGELOLAAN PRASARANA DAN SARANA AIR LIMBAH DALAM MEWUJUDKAN ECO-AIRPORT

DI BANDAR UDARA ADISUTJIPTO YOGYAKARTA Aufa Haqqu Hablillah

Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam Indonesia Yogyakarta Email: 12513058@students.uii.ac.id

ABSTRAK

Bandara Adisutjipto Yogyakarta merupakan salah satu bandar udara yang ada di Indonesia ikut serta dalam menerapkan bandar udara berwawasan ramah lingkungan (eco-airport). Eco-airport dicanangkan untuk menyelenggarakan bandar udara yang dapat mendukung tercapainya pembangunan berkelanjutan (sustainable development).

Dari beberapa komponen eco-airport, salah satunya terkait tentang pengelolaan prasarana dan sarana air limbah (black water dan grey water) yang ada di bandara. Penelitian ini mengevaluasi terhadap pengelolaan prasarana dan sarana air limbah secara langsung dari sumber potensi air limbah, pengaliran air limbah hingga unit pengolahan air limbah domestik di Bandara Adisutjipto Yogyakarta.

Metode yang dilakukan dalam evaluasi ini menggunakan wawancara, observasi dan skoring. Objek dari evaluasi ini adalah pengelolaan air limbah di Terminal A (domestik), Terminal B (internasional) dan Kantor Administrasi Bandara Adisutjipto Yogyakarta, dengan waktu penelitian dari Maret – September 2016. Penilaian dilakukan dengan skoring tiap lokasi yang ada di Bandara Adisutjipto Yogyakarta, yang kemudian di rata-rata dari ketiga lokasi tersebut dan didapatkan peringkat dari skala penilaian yang ditentukan bahwa bandara dapat dikatakan eco-airport atau masih ada hal-hal ditingkatkan menuju eco- airport dalam pengelolaan air limbah.

Penilaian yang dilakukan menunjukkan lokasi Kantor Administrasi berada di peringkat tertinggi dari lokasi yang lainnya dengan mendapatkan katagori Hijau Tua (total 88 dari 100), disusul dengan Terninal A yang mendapatkan katagori Hijau Tua (total 83 dari 100) dan terakhir Terninal B dengan katagori Kuning (total 69 dari 100). Secara rata-rata Bandara Adisutjipto Yogyakarta mendapatkan total skoring 80 dari 100 dan mendapatkan katagori Hijau Muda dalam hal mewujudkan eco-airport dalam pengelolaan air limbah.

Kata kunci : eco-airport, pengelolaan air limbah, evaluasi, pembangunan berkelanjutan

ABSTRACT

Adisucipto Internasional Airport is one of the airports in Indonesia participated in implementing the airport vision of environmentally friendly (eco-airport). Eco-airport launched to organize airport to support the achievement of sustainable development.

Of some components of eco-airport, one of which related on the management of infrastructure and facilities for waste water (black water and gray water) present at the airport This research evaluates against the management of the infrastructure and means of wastewater directly from potential sources of waste water, waste water stream to a domestic waste water treatment unit at Adisucipto Internasional Airport. The method used in this evaluation using interviews, observation and scoring. The object of this evaluation is the management of wastewater in A Terminal (domestic), B Terminal (international) and Administration Office at Adisucipto Internasional Airport, with research time from March to September 2016. The assessment was conducted by scoring each existing location in Adisucipto Internasional Airport, which then the average of the three locations and obtained the rank of the scale of assessment determined that the airport can be said to be eco-airport or are there things improved towards eco-airport in wastewater management.

Assessment conducted showing the location of the Office of Administration is in the highest ranks of the location of the others by obtaining the category Dark Green (total 88 out of 100), followed by A Terninal that gets the category Dark Green (total 83 out of 100) and last B Terninal in the category Yellow (total of 69 out of 100). On average Yogyakarta Adisucipto Airport obtain total scoring 80 out of 100 and got the category of the Young Greens in terms of realizing eco-airport in wastewater management.’

Keywords : eco-airport, waste water management, evaluation, sustainable development

(2)

1. PENDAHULUAN

Dalam aktivitas manusia modern saat ini sangat mengutamakan mobilitas yang cepat, baik itu untuk urusan pekerjaan ataupun urusan berpergian untuk berwisata.

Karena kebutuhan seperti itu, diperlukan moda transportasi yang dapat mendukung dan menyesuaikan dengan kebutuhan manusia serta memiliki fasilitas penunjang yang layak. Transportasi yang sesuai untuk kebutuhan adalah denga pesawat terbang karena sangat efisien dalam memindahkan manusia dari suatu tempat ke tempat lainnya. Karena tingginya angka penggunaan pesawat terbang di Indonesia, maka harus diperhatikan mengenai bandar udara (bandara) sebagai tempat penyedia fasilitas bagi pesawat terbang dan bagi pengguna jasa penerbangan baik itu domestik maupun internasional.

Menurut Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: SKEP/124/Vl/2009, bandara adalah kawasan di daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu yang digunakan sebagai tempat pesawat udara mendarat dan lepas landas, naik turun penumpang, bongkar muat barang dan tempat perpindahan intra dan antar moda transportasi, yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan penerbangan serta fasilitas pokok dan fasilitas penunjang lainnya. Sedangkan, bandara berwawasan lingkungan (eco-airport) adalah bandara yang telah dilakukan pengukuran yang terukur terhadap beberapa komponen yang berpotensi menimbulkan dampak terhadap lingkungan untuk menciptakan lingkungan yang sehat di bandar udara dan sekitarnya. Maka dari itu, dalam setiap kegiatan pelaksanaan dan pengembangan pembangunan bandara harus memperhatikan eco-airport sehingga bandara dapat berfungsi secara efektif dan efisien tidak hanya di tinjau dari aspek teknis tapi juga dari aspek lingkungan.

Salah satu penilaian eco-airport yaitu dalam pengelolaan air limbah, keberadaan prasarana dan sarana sanitasi di bandara, serta pemanfaatan air limbah dengan sistem 3R (Reduce, Reuse, Recycle) dalam hal ini Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah memiliki peran penting untuk mewujudkan tujuan dari pelaksanaan konsep eco-airport kepada PT. Angkasa Pura I (Persero) sebagai pengelola Bandara Adisutjipto Yogyakarta.

Sehingga, dengan ini suatu organisasi akan berjalan

dengan baik dari waktu ke waktu atau periode yang telah ditentukan.

2. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah metode gabungan antara kualitatif dan kuantitatif yang dilakukan secara bersamaan dengan tujuan untuk saling melengkapi gambaran hasil studi mengenai fenomena yang diteliti untuk memperkuat analisis penelitian.

Metode kualitatif yang dilakukan berupa melakukan penilaian berdasarkan pendekatan deduktif-induktif kualitas dari prasarana-sarana air limbah Bandara Adisutjipto Yogyakarta.

Sedangkan, metode kuantitatif yang dilakukan pada pengukuran atau perhitungan dan analisis sebab- akibat yang ditimbulkan dari pengelolaan air limbah Bandara Adisutjipto Yogyakarta.

Pada penelitian ini dilakukan analisis dengan berpedoman pada beberapa persyaratan atau teori yang ada dalam tinjauan pustaka, data pendukung baik primer maupun sekunder yang diperoleh dari kajian terhadap Bandara Adisutjipto Yogyakarta.

2.1 Pengumpulan Data 2.1.1 Studi Literatur

Tahapan ini dilakukan dengan cara mencari, mengumpulkan dan mempelajari data atau informasi yang diperoleh dari buku, tulisan ilmiah, jurnal maupun peraturan-peraturan terkait yang berhubungan dengan air limbah domestik, bandara, serta acuan-acuan tentang studi dasar penerapan eco-airport dari dalam maupun dari luar negeri yang selanjutnya akan digunakan sebagai referensi guna mempermudah dan memperkuat dasar dari penelitian.

2.1.2 Pengumpulan Data Primer

Pengumpulan data ini diperoleh dari kegiatan wawancara, pengamatan secara langsung di lapangan.

Metode yang digunakan sebagai berikut:

(3)

1. Wawancara

Wawancara langsung dengan pihak-pihak terkait yaitu bagian Safety Health Environment Bandara Adisutjipto Yogyakarta, orang-orang yang berkaitan langsung dengan kegiatan operasi pengelolaan air limbah Bandara Adisutjipto Yogyakarta.

2. Observasi

Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung atau peninjauan di lokasi terkait dengan prasarana dan sarana air limbah di wilayah Bandara Adisutjipto Yogyakarta.

3. Skoring

Proses skoring ini diadaptasi dari Greenship Existing Building Version 1.0 Ringkasan Tolok Ukur terkait dengan konservasi air dan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan dan Bandar Udara Sehat. Skor tertinggi pada jawaban yang tepat atau sesuai dengan peraturan-peraturan mengenai pengelolaan air limbah. Data ini didapatkan dari hasil wawancara dan hasil observasi

2.1.3 Pengumpulan Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder diperoleh dengan mencari data yang dibutuhkan dari pihak Bandara Adisutjipto Yogyakarta. Data sekunder yang diperlukan berhubungan dengan sistem pengelolaan air limbah domestik dari peta Bandara Adisutjipto Yogyakarta, jumlah penumpang Terminal A dan B pada tahun 2015, dan jumlah penghuni Kantor Bandara Adisutjipto Yogyakarta serta data-data terkait teknis pengelolaan dan pengolahan air limbah.

2.1.2 Pengolahan dan Analisis Data

Untuk diawal pengolahan data dilakukan perhitungan kuantitas air limbah yang dihasilkan dari setiap lokasi di Bandara Adisutjipto Yogyakarta. Perhitungan kuantitas air limbah tersebut menggunakan rumus dibawah ini:

Debit air limbah = jumlah pegawai/penumpang x (pemakaian air bersih x 80%)

Tabel 2.1 Pemakaian Air pada Gedung

Sumber: SNI 03-7065-2005

Pengolahan data dari perhitungan, wawancara yang dilakukan dan pengamatan secara langsung diolah dengan cara analisis deskiptif. Analisis deskiptif ini merupakan metode statistik untuk mengetahui informasi dari data penelitian yang dapat ditarik kesimpulan dalam bentuk tabel maupun grafik.

Hasil penilaian yang dilakukan mengenai pengelolaan air limbah domestik di kawasan Bandara Adisutjipto Yogyakarta menggunakan cara skoring dari 15 pertanyaan yang dirangkai berdasarkan No Penggunaan

Gedung

Pemakaian Air

Satuan

1 Rumah tinggal 120 Liter/penghuni/hari 2 Rumah susun 100 Liter/penghuni/hari

3 Asrama 120 Liter/penghuni/hari

4 Rumah sakit 500 Liter/tempat tidur pasien/hari

5 SD 40 Liter/siswa/hari

6 SMP 50 Liter/siswa/hari

7 SMU/SMK dan lebih tinggi

80 Liter/siswa/hari

8 Ruko/rukan 100 Liter/penghuni dan pegawai/hari 9 Kantor/pabrik 50 Liter/pegawai/hari 10 Toserba, toko

pengecer

5 Liter/m2

11 Restoran 15 Liter/kursi

12 Hotel berbintang 250 Liter/tempat tidur/hari 13 Hotel melati/

penginapan

150 Liter/tempat tidur/hari

14 Gedung

pertunjukan/

bioskop

10 Liter/kursi

15 Gedung

serbaguna

25 Liter/kursi 16 Stasiun, terminal 3 Liter/penumpang

tiba dan pergi 17 Peribadatan 5 Liter/orang (belum

dengan air wudhu)

(4)

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Pelabuhan Dan Bandar Udara Sehat serta penilaian tolok ukur Green Building Council Indonesia (Konsil Bangunan Hijau Indonesia) dalam Greenship Rating Tools untuk Gedung Terbangun Versi 1.0 pada tahun 2011. Peringkat tiap terminal dan kantor administrasi di Bandara Adisutjipto Yogyakarta merupakan nilai total yang didapatkan dari 15 pertanyaan. Penilaian untuk setiap gedung di area Bandara Adisutjipto Yogyakarta diberikan secara skoring penilaian terhadap 3 kriteria yaitu dengan rincian sebagai berikut pada Tabel 2.2.

Penilaian skoring ini adalah jenis penelitian yang dibuat oleh peneliti berdasarkan kondisi yang ada dilokasi dan wawancara dengan pihak terkait. Sistem penilaian skoring dibuat menurut acuan tentang eco- airport. Setiap pertanyaan dalam sistem skoring ini memiliki angka penilaian yang berbeda mengacu pada Tabel 2.2. Hasil penilaian masing-masing pertanyaan dikali faktor pembobot yang tersedia kemudian dijumlahkan secara total sehingga diperoleh nilai akhir yang dapat dijadikan peringkat indikator untuk tiap gedung. Dari lima belas pertanyaan yang ada diberikan menyesuaikan dengan penilaian tiap soal berbeda beda seperti pada Tabel 2.3

Total penilaian tersebut maksimal poinnya adalah 100 poin dan minimal 31 poin. Total penilaian tersebut dapat dikategorikan seperti tabel:

Tabel 2.2 Lembar Skoring Penilaian

Tabel 2.3 Penentuan Nilai Skoring

NILAI (Skor x Bobot) A

1

1)Adanya surat pernyataan yang memuat komitmen dari manajemen

puncak 4 1 4

2)Adanya kampanye dalam rangka mendorong konservasi air (stiker,

poster, email ). 3 1 3

B 1

1) Black water yang terolah 4 3 12

2) Grey water yang terolah 4 3 12

2

1) Limpasan air hujan diolah atau digunakan kembali 4 2 8

2) Pengaliran limpasan air hujan 4 2 8

3

1)

Menunjukkan bukti laboratorium 6 bulan terakhir dari hasil pengolahan air limbah yang sesuai dengan kriteria air limbah yang diperbolehkan dialirkan ke badan air

4 1 4

2)Effluent air limbah tidak melebihi nilai ambang batas dari parameter

fisik, kimia dan biologi 4 1 4

C 1

1)

Adanya Standard Operation Prosedure (SOP) dalam pelaksanaan mengenai pemeliharaan dan pemeriksaan sistem plambing secara berkala untuk mencegah terjadinya kebocoran dan pemborosan air.

4 2 8

2

1) Toilet dan peturasan tersedia dengan jumlah yang cukup 2 3 6 2)Toilet dan peturasan dalam keadaan bersih dan memenuhi syarat

kesehatan 3 3 9

3) Toilet laki-laki terpisah dengan perempuan 2 3 6

3

1) Tersedia sarana cuci tangan yang berfungsi di semua toilet 2 2 4 2)Tersedia air bersih yang cukup dan mengalir lancar di semua sarana

cuci tangan 3 1 2

4

1)Tersedianya keran air pada lokasi tersebut menggunakan fitur auto

stop 3 3 9

100 PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN AIR LIMBAH CAIR

Sarana Cuci Tangan

Water Tap Efficiency

TOTAL NO

Pengelolaan limbah cair

Pengelolaan air hujan (drainase)

Kualitas Effluent Air Limbah

PENYEDIAAN PRASARANA DAN SARANA AIR LIMBAH Water Monitoring Control

Sarana toilet dan peturasan

INDIKATOR DAN UPAYA PENINGKATAN SKOR

MAKSIMUM BOBOT KEBIJAKAN PENGELOLAAN AIR DARI MANAJEMEN PUNCAK BANDARA

Komitmen Manajemen Puncak Bandara

Pertanyaan 1, 3-9

Pertanyaan 10, 12-13

Pertanyaan 2, 11, 14

dan 15

A 4 A 2 A 3

B 3 B 1 B 2

C 2 C 1

D 1

(5)

Tabel 2.4 Skala Penilaian

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pentingnya pengelolaan prasarana dan sarana air limbah yang ada di Bandara Adisutjipto Yogyakarta dilakukan sebagai salah satu pendukung dalam mewujudkan Eco-Airport di Indonesia yang telah dicanang Direktur Jendral Perhubungan Udara Republik Indonesia.

Penelitian ini dilakukan dengan menilai kondisi fisik yang dilihat dari sumber, pengaliran dan pengolahan air limbah yang ada di kawasan Bandara Adisutjipto Yogyakarta.

Air limbah yang dihasilkan dari kegiatan bandara berupa limbah cair domestik yang diolah terlebih dahulu sesuai dengan baku mutu yang berlakuk dan agar tidak terjadinya pencemaran lingkungan di sekitar aktivitas bandara. Pengolahan air limbah domestik di Terminal A, Terminal B dan Kantor Administrasi untuk black water dilakukan penampungan di septic tank yang kemudian dialirkan ke sumur resapan. Untuk grey water dipisahkan antara grey water dari aktivitas dapur atau kantin yang mengandung minyak dan lemak semuanya dialirkan langsung ke sumur resapan, kecuali di Kantor Administrasi yang melakukan treatment sebelum ke sumur resapan dengan grease trap. Kemudian grey water dari non dapur

yang berasal dari toilet ataupun kantin dialirkan ke sumur resapan, sedangkan grey water yang dihasilkan dari mushola atau masjid yang digunakan untuk wudhu dialirkan ke sungai melalui saluran drainase bandara.

3.1 Kuantitas Air Limbah Domestik

Kuantitas air limbah domestik yang dihasilkan dari Terminal A, Terminal B dan Kantor Administrasi Bandara Adisutjipto seperti Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Skala Penilaian

Keterangan:

1) Asumsi jumlah penumpang pada hari puncak 14.000 orang, terbagi dalam : 7.000 orang kedatangan dan 7.000 orang keberangkatan

2) Asumsi jumlah penumpang / pegawai yang dilayani oleh restoran / kantin (contoh restoran, 14.000 x 30%

= 4.200 orang)

3) Pemakaian air untuk bandara (Soufyan M.

Noerbambang dan Takeo Morimura. 1991.

Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing) 4) Pemakaian air untuk restoran (SNI-03-7065-2005 :

Tata Cara Perencanaan Sistem Plumbing)

5) Pemakaian air untuk kantor (SNI-03-7065-2005 : Tata Cara Perencanaan Sistem Plumbing)

6) Volume air bersih dalam liter per hari = jumlah orang x asumsi kebutuhan air

7) Volume air bersih dalam m3 per hari = (liter/hari) / 1.000

8) Asumsi air limbah yang dihasilkan adalah 80% dari volume pemakaian air bersih (Direktorat Jenderal Ciptakarya PU. 2006. Dasar-dasar Teknik dan Pengelolaan Air Limbah)

(6)

3.2 Penyelenggaraan Pengelolaan Air Limbah Cair

Sumber air limbah domestik baik itu black water maupun grey water di tiap gedung hampir sama secara keseluruhan, maka dari itu tipe pengolahannya memiliki tipe yang serupa. Di bawah ini tabel sumber-sumber air limbah domestik dari tiap-tiap gedung beserta unit pengolahannya:

Tabel 4.3 Sumber Air Limbah Domestik

Sumber: Hasil Penelitian, 2016

Tabel 4.4 Pengolahan Air Limbah Domestik

Sumber: Hasil Penelitian, 2016 Keterangan:

 : Ada ST : Septick Tank X : Tidak ada SR : Sumur Resapan

SD : Saluran Drainase S : Sungai

GT : Grease Trap

Hasil penilaian yang dilakukan mengenai pengelolaan air limbah domestik di kawasan Bandara Adisutjipto Yogyakarta menggunakan cara skoring dari lima belas

pertanyaan yang dirangkai berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Pelabuhan Dan Bandar Udara Sehat serta penilaian tolok ukur Green Building Council Indonesia (Konsil Bangunan Hijau Indonesia) dalam Greenship Rating Tools untuk Gedung Terbangun Versi 1.0 pada tahun 2011.

Peringkat tiap terminal dan kantor administrasi di Bandara Adisutjipto Yogyakarta merupakan nilai total yang didapatkan dari lima belas pertanyaan.

Tabel 4.7 Hasil Penilaian Pengelolaan Prasarana dan Sarana Air Limbah

Dari hasil ini menunjukkan bahwa Terminal A dan Kantor Administrasi mendapatkan total skor 83 dan 88 dan mendapatkan katagori penilaian hijau tua yang dapat diartikan untuk sebagian besar telah memenuhi persyaratan eco airport di bidang pengelolaan dan pengolahan air limbah serta kelengkapan prasarana dan sarana air limbah.

Sebagian besar hasil yang dicapai telah sesuai dengan ketentuan / peraturan / persyaratan yang berlaku.

Sedangkan untuk Terminal B harus puas mendapatkan skor 69 dengan katagori penilaian kuning yang berarti telah melakukan upaya dalam pengelolaan dan pengolahan air limbah serta kelengkapan prasarana dan sarana air limbah. Akan tetapi, dikarenakan tidak adanya hasil uji laboratorium terhadap effluent yang dihasilkan dari dengan ketentuan / peraturan / persyaratan yang berlaku.

Secara rata-rata Bandara Adisutjipto Yogyakarta dalam pencapaian menuju eco-airport mendapatkan poin 80 dengan katagori hijau muda yang artinya Bandara Adisutjipto Yogyakarta secara

(7)

keseluruhan telah melakukan upaya memenuhi persyaratan eco airport di bidang pengelolaan dan pengolahan air limbah serta kelengkapan prasarana dan sarana air limbah. Sebagian besar hasil yang dicapai telah sesuai dengan ketentuan / peraturan / persyaratan yang berlaku.

Oleh karena itu, diperlukan program rencana yang terstuktur dan secara sistematis untuk meningkatkan penilaian untuk mewujudkan eco- airport di bandara ini dari segi pengelolaan dan pengolahan air limbah domestik yang dihasilkan.

3.3 Pencapaian Bandara Adisutjipto Menuju Eco- Airport

3.3.1 Analisis Gap

Dari kondisi eksisting yang dilakukan menunjukkan gap untuk mewujudkan eco-airport di Bandara Adisutjipto Yogyakarta. Kebijakan yang diambil oleh manajemen puncak untuk komitmen dalam pengelolaan air limbah menjadi titik awal yang harus dilakukan dan menunjukkan adanya upaya secara berjangka. Dengan Standard Operational Procedures (SOP) tentang perbaikan secara berkala dan tanggung jawab dalam penanganan air limbah yang jelas antara pihak bandara dengan pihak-pihak terkait langsung dengan kegiatan operasi pengelolaan air limbah domestik bandara.

Penambahan sarana toilet seperti kloset duduk / jongkok baik itu permanen / sementara, perlu dilakukan secara bertahap untuk mengantisipasi kenaikan penumpang di musim liburan yang berpotensi menurunkan tingkat kenyamanan dalam pengunaan fasilitas umum di Bandara Adisutjipto Yogyakarta. Penambahan sarana air limbah lainnya seperti grease trap di Terminal A dan Terminal B dari aktivitas kantin maupun dapur dapat dilakukan dengan cara pembuatan surat untuk setiap kegiatan yang dilakukan yang mempunyai potensi menghasilkan limbah minyak maupun lemak, diwajibkan memiliki grease trap agar tidak terjadi penyumbatan pada pipa maupun saluran air limbah milik bandara. Kemudian untuk menurunkan hasil effluent air limbah domestik yang ada di Bandara Adisutjipto diperlukan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Terpadu dalam proses pengolahan air limbah domestik yang dapat mencemari lingkungan sekitar bandara.

Untuk meminimalisir penggunaan air bersih, tidak adanya pemanfaatan air limbah grey water baik itu dari air hujan maupun dari kamar mandi menjadi poin penting dalam penerapan eco-airport sehingga diperlukan teknologi untuk melakukan recycle atau penampungan air tersebut untuk dapat digunakan kembali menjadi sumber air bersih. Dan penggunaan teknologi keran air auto-stop yang tidak merata, menjadi penggunaan air di Bandara Adisutjipto Yogyakarta meningkat. Dengan penggunaan teknologi keran air auto-stop dapat menggurangi air limbah yang dihasilkan secara signifikan.

4. PENUTUP 4.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah:

1. Semua black water yang dihasilkan di Bandara Adisutjipto Yogyakarta diolah di septic tank.

2. Kurang dari 50% grey water yang diolah di Terminal A dan Terminal B, untuk Kantor Administrasi sekitar 50-75% grey water yang terolah.

3. Masalah terbesar adalah rusaknya alat saniter seperti urinoir dan water closet yang tidak dapat digunakan maksimal dan adanya genangan dibeberapa titik saat terjadi hujan lebat.

4. Bandara Adisutjipto Yogyakarta secara rata- rata pada penilaian skoring yang dilakukan mendapatkan nilai 80 (hijau muda).

4.2 Saran

Saran untuk penelitian selanjutnya yaitu:

1. Dilakukan perencanaan terhadap seluruh komponen eco-airport di Bandara Adisutjipto Yogyakarta.

2. Dilakukan pengamatan pengaruh secara langsung kualitas air limbah yang telah diolah (effluent) dari pengolahan air limbah Bandara Adisutjipto Yogyakarta.

(8)

4.3 Rekomendasi

Rekomendasi yang dapat diberikan kepada pihak Bandara Adisutjipto Yogyakarta berupa:

1. Dilakukan penambahan sarana toilet baik itu permanen maupun sementara yang cukup untuk mengantisipasi jumlah penumpang pada musim liburan.

2. Dilakukan pemeriksaan dan pemeliharaan kelengkapan alat saniter, unit pengolahan air limbah, saluran dan perpipaan.

3. Pembuatan instalasi pengolahan air limbah untuk menurunkan kualitas air effluent yang melebihi baku mutu yang berlaku.

4. Dilakukan pemasangan grease trap pada grey water yang mengandung minyak dan lemak pada aktivitas dapur / kantin di Terminal A dan Terminal B.

5. Dilakukan penerapan daur ulang air limbah terutama grey water dan air hujan untuk mengurangi dampak pencemaran air limbah dan limpasan air hujan pada masyarakat 6. Penambahan keran air pada wastafel / wash

basin yang memiliki fitur auto-stop dalam upaya penghematan air bersih.

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, S. A. 2012. Penerbangan dan Bandar Udara. Yogyakarta: Graha Ilmu

Adisasmita, S. A. 2014. Tatanan Bandar Udara Nasional. Yogyakarta: Graha Ilmu

Anonim. 2015. Galeri Foto Bandara.

http://www.adisutjipto-airport.co.id. Diakses pada tanggal 21 Mei 2016

Direktorat Jenderal Ciptakarya PU, 2006. Dasar-dasar Teknik dan Pengelolaan Air Limbah. Buku Pedoman. Jakarta: Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman

Heathrow Internasional Airport Corporation. 2014 Responsible Heathrow Performance Summary.

London: Heathrow Airport Limited

International Civil Aviation Organization (ICAO). 1999.

Aerodrome Standars Aerodrome Design and Operations Annex 1. Montreal: ICAO

Japan International Cooperation Agency. 2009. Basic Study on Eco-Airport Plan in Developing Countries. Japan Airport Consultants, Inc

Kansai Internasional Airport Corporation. 2015. Kansai International Airport Smart Island Report 2015.

Kansai: New Kansai International Airport Company, Ltd

Konsil Bangunan Hijau Indonesia. 2011. Greenship Existing Building Version 1.0 Ringkasan Tolok Ukur. Jakarta: Konsil Bangunan Hijau Indonesia Narita Internasional Airport Corporation. 2015. Narita

Internasional Airport Environment Report 2015.

Narita City: NAA

Nishiyama, T. 2014. Eco-Airport in Japan. Montreal:

International Civil Aviation Organization

Pusat Bahasa Depdiknas. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga). Jakarta: Balai Pustaka Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta No 7

Tahun 2010 Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri, Pelayanan Kesehatan dan Jasa Pariwisata

Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan dan Bandar Udara Sehat

Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor:

SKEP/77/VI/2005 tentang Persyaratan Teknis Pengoperasian Fasilitas Teknik Bandar Udara Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor:

SKEP/124/Vl/2009 Tentang Pedoman Pelaksanaan Bandar Udara Ramah Lingkungan (Eco Airport) Pratiwi, G. I. 2012. Audit Sistem Pengelolaan Air

Limbah Domestik di Kampus Terpadu UII

(9)

Menuju Green Campus. Skripsi. Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam Indonesia Yogyakarta

Rachman, R. M. 2007. Kajian Manajemen Lingkungan Bandar Udara Ahmad Yani Semarang. Tesis.

Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang Soufyan M. Noerbambang dan Takeo Morimura. 1991.

Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing. Jakarta : Pradnya Paramita

Slamet, Juli Soemirat. 2011. Kesehatan Lingkungan.

Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada Press Theavesia. 2015. Japan Shortlists 20 Bidders for New

Kansai Airport Concession.

https://aveasia.wordpress.com. Diakses pada tanggal 4 Agustus 2016

Metcalf dan Eddy. 1991 Wastewater Engineering Edition III: Treatment and Reuse. New York:

McGraw Hill Inc.

Gambar

Tabel 2.1 Pemakaian Air pada Gedung
Tabel 2.2 Lembar Skoring Penilaian
Tabel 3.1 Skala Penilaian
Tabel 4.3 Sumber Air Limbah Domestik

Referensi

Dokumen terkait

Jika kita bandingkan antara solar (B-0) dengan B-10, terlihat dengan jelas bahwa B-10 lebih baik dari pada solar karena pada kondisi optimum (putaran 2550 rpm) B-10 mampu

tahun; 3) Kabupaten Bantul mayoritas merupakan wilayah discharge yaitu dengan perbandingan luasan wilayah discharge dan recharge adalah 31.546,3 ha (discharge) dan

Pada tabel 3.3 menunjukkan bahwa kebanyakan responden hanya kadang-kadang saja mempertanyakan lokasi toko-toko, restoran , ataupun fasilitas umum dan informasi acara yang

KTKC Koreksi Total Praktik Khutbah & Ceramah 25000.00 TCWS Tata Cara Wudhu Dan Shalat Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasalam 25000.00 LSK Larangan Shalat di Masjid yang dibangun di

kete nteraman ji wa kepada orang yang melakukannya. Semak i n dekat seseorang kepada Tuhan, dan semakln b anya k ibadahnya, maka akan semakin tenteraml ah jiwanya

دﻮﺟﻮﻟا ةﺪﺣو : wahdat al-wujûd Huruf Kapital Meskipun dalam system tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam alih aksara ini huruf kapital tersebut

Rangka batang kayu merupakan sistem berbentang satu arah yang paling banyak digunakan karena dapat dengan mudah menggunakan banyak variasi

Penelitian ini dapat ditarik kesimpulan yaitu ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan berbicara dan sikap moral yang dimiliki siswa,yaitu lingkungan