• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGELOLAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI KANTOR DESA PATTIRO KECAMATAN MARE KABUPATEN BONE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGELOLAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI KANTOR DESA PATTIRO KECAMATAN MARE KABUPATEN BONE"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Administrasi Negara

Disusun dan Diajukan Oleh MURNIATI

Nomor Stambuk : 105610391210

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2014

(2)

Judul proposal Penelitian : Pengelolaan Pajak Bumi Dan Bangunan Di Kantor Desa Pattiro Kecamatan Mare Kabupaten Bone Nama Mahasiswa : Murniati

Nomor Stambuk : 105610391210

Program Studi : Ilmu Administrasi Negara

Menyetujui:

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Abdul Mahsyar, M.Si Samsir Rahim, S.Sos., M.Si

Mengetahui:

Dekan Ketua Jurusan

Fisipol Unismuh Makassar Ilmu Administrasi Negara

Dr. H. Muhlis Madani, M.Si Burhanuddin, S.Sos., M.Si

(3)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : Mirniati

Nomor Stambuk : 105610391210

Program Studi : Ilmu Administrasi Negara

Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa bantuan dari pihak lain atau telah ditulis/dipublikasikan orang lain atau melakukan plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya menerima sanksi akademik sesuai aturan yang berlaku, sekalipun itu pencabutan gelar akademik.

Makassar, 2014

Yang Menyatakan,

Murniati

(4)

Telah di terima oleh TIM Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmi Politik Universitas Muhammadiyah Makassar, berdasarkan Surat Keputusan/undangan menguji ujian skripsi Dekan Fisipol Universitas Muhammadiyah Makassar, Nomor:………sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana (S.1) dalam program studi Ilmu Administrasi Negara di Makassar pada hari, tanggal bulan Tahun 2014

TIM PENILAI

Ketua Sekertaris

Dr. H. Muhlis Madani, M.Si Drs. H. Muhammad Idris, M.Si

Penguji :

1. …..

2. …..

3. …..

4. …..

(5)

Halaman Persetujuan ………

Halaman Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ………...

Penerimaan Tim ………..

Abstrak ………....

Kata Pengantar ………

Daftar Isi ……….

Daftar Tebel ………

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ……….

B. Rumusan Masalah ………..

C. Tujuan dan Kegunaan ………

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Pengelolaan ………

B. Konsep Pajak ………..

C. Manfaat Pajak ……….

D. Pajak Bumi dan Bangunan ……….

E. Pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan ……….

F. Tata Cara Pelaksanaan Pemungutan Pajak ……….

G. Kerangka Fikir ………

H. Fokus Penelitian ……….

I. Defenisi Fokus Pnelitian ………

BAB III. METODE PENELITIAN

(6)

D. Informasi Penelitian ………...

E. Teknik Pengumpulan Data ……….

F. Teknik Analisis Data ………..

G. Keabhasan Data ………..

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Lokasi Penelitian ……….

1. Sejarah Terbentuknya Desa Pattiro ……….

2. Keadaan Geografis ………..

3. Keadaan Demografi ……….

4. Keadaan Sosial Budaya ………

5. Struktur Organisasi ………..

6. Tugas Dan Fungsi Pengelola Desa ………..

B. Pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan Di Kantor Desa Pattiro Kecamatan Mare Kabupaten Bone ………

C. Sistem Penagihan Pajak Bumi Dan Bangunan Di Desa Pattiro Kecamatan Mare Kabupaten Bone ………

D. Sistem Penetapan Pajak Bumi Dan Bangunan Di Desa Pattiro Kecamatan Mare Kabupaten Bone ………

E. Peningkatan Pengelolaan Pajak Bumi Dan Bangunan ………..

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN ……….

B. SARAN ……….

DAFTAR PUSTAKA ………

(7)
(8)

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengelolaan pajak bumi dan bangunan dikantor desa pattiro kecamatan mare kabupaten bone dan Bagaimana sistem penagihan pajak bumi dan bangunan serta Bagaimana sistem penetapan pajak bumi dan bangunan di Desa Pattiro Kecamatan Mare Kabupaten Bone

Tipe penelitian yang digunakan adalah deskriftif kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknis field research ( penelitian lapangan ) library research dan penelusuran data online. Data dikumpulkan dari berbagai sumber hingga didapatkan data yang cukup. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis secara kualitatif dengan menjelaskan atau menggambarkan data yang diteliti atau didapatkan dari lapangan baik dari primer yang diperoleh dari hasil wawancara, maupun dari sekunder.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengelolaan pajak bumi dan bangunan dikantor desa pattiro kecamatan mare kabupaten bone baik dengan Pengelolaan, Penagihan, Penetapan pajak dan Peningkatan Pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan, karena masyarakat sudah menyadari bahwa dirinya sudah harus membayar pajak yang telah ditetapkan oleh pihak pemerintah.

(9)
(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara republik Indonesia adalah Negara hukum berdasarkan pancasila dan undang-undang dasar 1945 yang menjunjung tinggi hak dan kewajiban setiap orang. Oleh karena itu menempatkan perpajakan sebagai salah satu perwujudan kewajiban kenegaraan dalam pembangunan nasional sebagai peran serta masyarakat dalam membiayai kelangsungan pembangunan.

Sesuai dengan ketentuan pasal 23 ayat (2) undang-undang dasar 1945,berbunyi”segala pajak untuk keperluan Negara berdasarkan undang- undang”. ketentuan perpajakan yang merupakan landasan pemungutan pajak bumi dan bangunan di tetapkan dengan undang-undang Nomor 12 tahun 1985,tentang pajak bumi dan bangunan sebagaimana telah di ubah dengan undang-undang Nomor 12 tahun 1994.Undang –undang ini merupakan landasan dalam pengenaan pajak sehubungan dengan hak atas bumi dan atau perolehan manfaat atas bumi dan/atau kepemilikan, penguasaan dan/atau perolehan manfaat atas bangunan.

Pada hakekatnya,pembayaran pajak bumi dan bangunan merupakan salah satu sarana perwujudan kegotongroyongan nasional dalam pembiayaan Negara dan pembangunan nasional sehingga dalam pengenaannya harus memperhatikan prinsip kepastian hukum,keadilan dan kesederhanaan serta di tunjang oleh system administrasi perpajakan yang memudahkan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban pembayaran pajaknya.

1

(11)

Pajak bumi dan bangunan(PBB)adalah salah satu sumber penerimaan dari sector pajak yang sangat penting artinya bagi pelaksanaan peningkatan pembangunan di daerah.pajak bumi dan bangunan adalah pajak pusat yang sebagian besar penerimaannya di serahkan pada pemerintah daerah.hal ini mengingat bahwa penerimaan pemerintah daerah dari pajak bumi dan bangunan masih merupakan sumber penerimaan yang sangat mempengaruhi kelancaran pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat di segala bidang.

Pajak bumi dan bangunan sebagai pajak objektif atau di kenal sebagai ad valorem tax, menjadikan data objek PBB yang berupa karakteristik property sangat penting peranannya dalam menentukan nilai property sebagai dasar pengenaan pajak. Kegiatan pendataan dan penilaian secara berkesinambungan merupakan langkah penting yang mutlak di perlukan dalam memelihara kualitas dan objek dan subjek pajak Bumi dan Bangunan(PBB) sehingga memudahkan melaksanakan suatu penagihan.

Upaya meningkatkan penerimaan Negara dan sektor pajak, maka pemerintah Kabupaten Bone dalam hal ini pada kantor desa terus berupaya melaksanakan penagihan terhadap wajib pajak yang belum melunasi pajak yang terutang. Namun dalam pelaksanaannya, seringkali penagihan Pajak Bumi dan Bangunan tersebut tidak mencapai target yang di harapkan, sehingga penerimaan Negara menjadi tidak maksimal.

(12)

Pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan pada Kantor Desa Kabupaten Bone nampaknya masih di pandang urgen untuk peningkatan kualitas aparat secara berkesinambungan. Hal ini berdasarkan hasil observasi awal terlihat bahwa masih banyak permasalahan yang di hadapi baik factor interen yaitu kurang akuratnya data, administrasi kurang lengkap, objek tidak jelas,sedangkan factor eksteren yaitu adanya objek pajak PBB berupa tanah atau bangunan yang tidak berpenghuni ,objek tanah dan bangunan yang di sewakan,objek pajak berupa tanah atau bangunan yang bersengketa,kesulitan dalam menyampaikan surat paksa.Fenomena ini terjadi antara lain di sebabkan karena bebagai faktor yakni aplikasi manajemen di antaranya faktor kemampuan pegawai,kurangnya intensif pegawai dan pengawasan.

Perkembangan penerimaan PBB selama 3 tahun selalu meningkat terkait dengan persoalan penerimaan PBB yang ada dikantor desa Pattiro Kecamatan Mare Kabupaten Bone dari observasi awal peneliti menemukan gambaran bahwa perkembangan pajak bumi dan bangunan (PBB) selama dekade tiga tahun terakhir ini mengalami peningkatan ketika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Tentunya dari perkembangan pajak bumi dan bangunan tersebut memberikan motivasi kepada calon peneliti untuk mengetahui seperti apa sistem pengelolaan yang dilakukan oleh aparat desa yang ada dikantor desa Pattiro Kecamatan Mare Kabupaten Bone.

Untuk meningkatkan dan memaksimalkan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan dari tunggakan,maka perlu di lakukan pengelolaan secara efisien dan efektif sehingga wajib pajak melunasi utang pajaknya.Berdasarkan uraian di

(13)

atas,maka penulis mencoba membahas apa penyebab permasalahan tersebut dan mencari solusinya serta memberikan saran yang berguna dalam rangka memaksimalkan pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan.Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk lebih jauh mengkaji:

”PENGELOLAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI KANTOR DESA PATTIRO KECAMATAN MARE KABUPATEN BONE”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka yang menjadi masalah pokok adalah:

1. Bagaimana pengelolaan pajak bumi dan bangunan Desa Pattiro Kecamatan Mare Kabupaten Bone ?

2. Bagaimana sistem penagihan pajak bumi dan bangunan di Desa Pattiro Kecamatan Mare Kabupaten Bone ?

3. Bagaimana sistem penetapan pajak bumi dan bangunan di Desa Pattiro Kecamatan Mare Kabupaten Bone ?

C. Tujuan dan Kegunaan

1. Tujuan penulisan

a. Untuk mengetahui pengelolaan pajak bumi dan bangunan kantor Desa Pattiro Kecamatan Mare Kabupaten Bone.

(14)

b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mendukung dan menghambat pengelolaan pajak bumi dan bangunan kantor Desa Pattiro Kecamatan Mare Kabupten Bone.

2. Kegunaan penulisan

a. Menjadi bahan perbandingan bagi rekan-rekan yang membahas masalah yang sama serta sebagai sumbangan pemikiran bagi masyarakat tentang pengelolaan pajak bumi dan bangunan.

b. Menjadi masukan bagi kantor Desa pattiro kecamatan mare kabupaten Bone tentang pengelolaan pajak bumi dan bangunan yang efektif dan efisien.

(15)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Pengelolaan

Menurut Atmosudirjo dan Yamin (1990:16) mengemukakan pengertian bahwa: “pengelolaan adalah pengendalian dan pemanfaatan semua sector sumber daya yang menurut suatu perencanaan yang di perlukan untuk penyelesaian suatu tujuan kerja tertentu”.

Lain halnya dengan yang di kemukakan Balderton (Prayudi Atmosudirjo dan Yamin 1990:27) bahwa:” pengelolaan sama dengan manajemen yaitu pengorganisasian dan pengarahan usaha manusia memanfaatkan secara efektif material dan fasilitas mencapai suatu tujuan”.

Kedua pendapat tersebut pada hakekatnya mengandung pengertian yang sama,hanya formulasi kalimatnya yang berbeda,sehingga dapat di tarik kesimpulan bahwa pengelolaan adalah suatu kegiatan yang di lakukan secara berencana, terorganisir, terpadu dalam memanfaatkan semua potensi yang ada untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan.

Selanjutnya dapat di jelaskan bahwa ada beberapa pendapat mengenai pengertian manajemen menurut rumusan para pakar yang dapat di himpun sebagai berikut:

1. Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha –usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumberdaya dan sumberdaya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang di tetapkan(Handoko,2001:8).

6

(16)

2. Manajemen merupakan suatu bidang ilmu pengetahuan yang berusaha secara sistematis untuk memahami mengapa dan bagaimana usaha bekerja sama untuk mencapai tujuan dan membuat system kerjasama ini lebih bermanfaat bagi kemanusiaan.(Luther Gulick dalam Handoko,2001:11).

Hal ini dapat di telusuri mulai dari fungsi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pengawasan dan penilaian pekerjaan dalam mencapai tujuan yang telah di tetapkan sebelumnya. Fungsi-fungsi manajemen tersebut akan di jelaskan sebagai berikut:

1. Perencanaan(planning)

Suatu kegiatan pengelolaan sebelum di laksanakan perlu di lakukan penyusunan perencanaan yang menurut Siagian (1991: 129) antara lain mengatakan bahwa: “Planning dapat di definisikan sebagai keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang dari pada hal-hal yang akan di kerjakan di masa yang akan dating dalam rangka pencapaian tujuan yang telah di tetapkan.

2. Pengorganisasian (organizing)

Pengorganisasian adalah keseluruhan proses pengelompokan orang- orang,alat-alat,tugas-tugas, tanggung jawab dan wewenang sedemikian rupa,sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat di gerakkan sebagai suatu kesatuan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah di tentukan”.

3. Pengawasan(controlling).

Istilah pengawasan dalam bahasa Indonesia asal katanya adalah “awas”

sehingga pengawasan merupakan kegiatan mengawasi saja dalam artian melihat

(17)

sesuatu dengan seksama.sedangkan dalam bahasa inggris pengawasan di sebut controlling yang di terjemahkan dengan istilah pengawasan dan pengendalian.

4. Penilaian (Evaluating).

Siagian (2002: 34) penilaian atau evaluasi merupakan proses di mana organisasi berupaya memperoleh informasi yang berakurat mungkin tentang kinerja para anggotanya.penilaian kinerja ini harus di lakukan dengan baik karena akan sangat bermanfaat bagi organisasi secara keseluruhan, bagi para atasan langsung dan bagi para karyawan yang bersangkutan.

Gomes (2000: 126) mengemukakan bahwa evaluasi pekerjaan adalah perbandingan pekerjaan diklasifikasikan guna menentukan kompensasi yang pantas bagi pekerjaan-pekerjaan tersebut atau berbagai prosedur sistimatik untuk menentukan nilai relatif pekerjaan serta besarnya kompensasi masing-masing.

B. Konsep Pajak

Adapun pengertian pajak yang di kutip oleh Tomas Sumarsan, S. E., M.M.

Menurut prof. Dr. P. J.A. Adriani (2013:3) pajak adalah iuran masyarakat kepaa negara (yang dapat di paksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum atau Undang-undang dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat di tuntuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.

Menurut prof. Dr. H. Rochmat Soemitro SH (2013:3) pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang dengan tiada mendapat jasa

(18)

timbal yang langsung dapat di tinjukkan dan yang digunakan umtuk membayar pengeluaran umum.

Menurut P.J.A Adrian dalam Brotodiharjo, pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terhutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran- pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan. Sedangkan istilah iuran wajib digunakan dalam definisi pajak yang dikemukakan oleh Soeparman Soemahamidjaja yakni pajak adalah iuran wajib, berupa uang atau barang, yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum. Selain itu, Rochmat Sumitro memberikan definisi pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan “surplus”nya digunakan untuk publik saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment.

Dari berbagai definisi yang di berikan terhadap pajak baik pengertian secara ekonomis atau pengertian secara yuridis dapat ditatik kesimpulan tentang ciri-ciri yang terdapat pada pengertian pajak antara lai sebagai berikut:

1. Pajak dipungut oleh negara baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah berdasarkan atas undang-undang serta aturan pelaksanaannya.

(19)

2. Pemungutan pajak mengisyaratkan adanya alih dana (sumber daya) dari sektor swasta (wajib pajak membayar pajak) ke sektor negara (pemungut pajak/administrator pajak).

3. Pemungutan pajak diperuntukkan bagi keperluan pembiayaan umum pemerintah dalam rangka menjalankan fungsi pemerintahan, baik rutin maupun pembangunan.

4. Tidak dapat ditunjukkan adanya imbalan individual oleh perintah terhadap pembayaran pajak yang di lakukan oleh para wajib pajak.

5. Selain fungsi budgeter (anggaran) yaitu fungsi mengisi kas negara/Anggaran negara yang di perlukan untuk menutup pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan, pajak juga berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan negara dalam lapangan ekonomi dan sosial.

1. Jenis-jenis Pajak

Pada umumnya Pajak dapat dikelompokkan menjadi:

a. Menurut Golongannya

a) Langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.

Contohnya: Pajak Penghasilan

b) Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh: Pajak Pertambahan nilai.

(20)

b. Menurut Sifatnya

a) Pajak subjektif, yaitu Pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Contoh: Pajak Penghasilan.

b) Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Contoh : Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas BArang mewah.

c. . Menurut Lembaga Pemungutnya

a) Pajak Pusat, yaitu Pajak yang dipungut oleh Pemerintah Pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. Contoh: Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.

b) Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Contoh:

Pajak kendaraan dan Bea balik nama kendaraan bermotor, pajak hotel dan restoran (pengganti pajak pembangunan), pajak hiburan, dan pajak penerangan jalan.

Asas-asas pemungutan pajak yang dikemukakan oleh Pudyatmoko (2000:4) bahwa pungutan pajak didasarkan pada :

1. Equality, adalah pungutan pajak yang adil dan merata.

2. Certainty, adalah Penetapan pajak yang tidak di tentukan wewenang- wewenang.

(21)

3. Conveinance, adalah pembayaran pajak sebaiknya sesuai dengan saat yang tidak menyulitkan wajib pajak.

4. Economy, biaya pungutan dan biaya pemenuhan kewajiban pajak bagi wajib pajak ditetapkan seminimum mungkin.

Dalam pelaksanaan Undang-Undang Perpajakan yakni Undang-Undang No.17 Tahun 2000, setiap wajib pajak yang memperoleh penghasilan dari kegiatan usahanya wajib menyetor ke kas negara pajak atas penghasilan yang diterimanya. Besarnya kewajiban perpajakan wajib pajak tersebut diatur dalam Undang-Undang Perpajakan dan peraturan pemerintah.

2. Fungsi pajak a. Fungsi anggaran

Sebagai sumber pendapatan Negara, pajak berfungsi untuk membiayai pengeluaran-pengeluaan Negara. Untuk menjalankan tugas-tugas rutin Negara dan melaksanakan pembangunan, Negara membutuhkan biaya. Biaya ini dapat diperoleh dari penerimaan pajak.

Dewasa ini pajak digunakan untuk pembiayaan rutin seperti belanja pegawai, belanja barang, pemeliharaan, dan lain sebagainya. Untuk pembiayaan pembangunan, uang dikeluarkan dari tabungan pemerintah, yakni penerimaan dalam negeri dikurangi pengeluaran rutin. Tabungan pemerintah ini dari tahun ke tahun harus ditingkatkan sesuai kebutuhan pembiayaan pembangunan yang semakin meningkat dan ini terutama diharapkan dari sektor pajak.

(22)

b. Fungsi mengatur

Pemerintah bisa mengatur pertumbuhan ekonomi melalui kebijaksanaan pajak. Dengan fungsi mengatur, pajak bisa digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Contohnya dalam rangka menggiring penanaman modal, baik dalam negeri maupun luar negeri, diberikan bebagai macam fasilitas keringanan pajak. Dalam rangka melindungi produksi dalam negeri, pemerintah menetapkan bea masuk yang tinggi untuk produk luar negeri.

c. Fungsi stabilitas

Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk menjalankan kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat dikendalikan. Hal ini bisa dilakukan antara lain dengan jalan mengatur peredaran uang di masyarakat, pemungutan pajak, penggunaan pajak yang efektif dan efisien.

d. Fungsi redistribusi pendapatan

Pajak yang sudah dipungut oleh Negara akan digunakan untuk membiayai semua kepentingan umum, termasuk juga untuk membiayai pembangunan sehingga dapat membuka kesempatan kerja, yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.

3. Unsur pajak

 Pajak dipungut berdasarkan undang-undang. Asas ini sesuai dengan perubahan ketiga UUD 1945 pasal 23A yang menyatakan,

(23)

"pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dalam undang-undang."

 Tidak mendapatkan jasa timbal balik (kontraprestasi perseorangan) yang dapat ditunjukkan secara langsung. Misalnya, orang yang taat membayar pajak kendaraan bermotor akan melalui jalan yang sama kualitasnya dengan orang yang tidak membayar pajak kendaraan bermotor.

 Pemungutan pajak diperuntukkan bagi keperluan pembiayaan umum pemerintah dalam rangka menjalankan fungsi pemerintahan, baik rutin maupun pembangunan.

 Pemungutan pajak dapat dipaksakan. Pajak dapat dipaksakan apabila wajib pajak tidak memenuhi kewajiban perpajakan dan dapat dikenakan sanksi sesuai peraturan perundang-undangan.

 Selain fungsi budgeter (anggaran) yaitu fungsi mengisi Kas Negara/Anggaran Negara yang diperlukan untuk menutup pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan, pajak juga berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan negara dalam lapangan ekonomi dan sosial (fungsi mengatur / regulatif).

C. Manfaat Pajak

Setelah Indonesia merdeka, kita memiliki kewenangan sendiri untuk menyusun system perpajakan yang mengutamakan kesejahteraan rakyat. Sistem perpajakan dijamindengan undang-undang. Dan karena undang-undang tersebut hanya bisa diberlakukan setelah mendapatpersetujuan DPR (Dewan Perwakilan

(24)

Rakyat), maka system perpajakan yang berlaku merupakan representasi dari kehendak rakyat.

Terdapat 3 manfaat yang sangat penting dari uang pajak yang diterima Negara sebagai berikut:

a. Sebagai sumber penerimaan Negara

Penerimaan pajak dimasukkan dalam APBN, dalam sisi penerimaan, dan dipakai untuk membiayai pengeluaran pemerintah. Sejak dasawarsa 80-an, peranan pajak jauh di atas pos-pos penerimaan yang lain seperti penerimaan migas dan PNBP (penerimaan negara bukan pajak).

b.Sebagai alat pemerataan pendapatan

Untuk mewujudkan keadilan sosial, dibutuhkan instrument-instrumen yang menjamin pemerataan sosial ekonomi. Pajak sebagai alat pemerataan pendapatan dilakukan dengan menerapkan tarif pajak progresif (tarif pajak lebih tinggi untuk golongan masyarakat yang berpendapatan tinggi). Akan tetapi, secara de facto, tariff pajak progresif hanya bisa efektif sebagai instrumen pemerataan apabila dana yang dikumpulkan kemudian dialokasikan betul-betul untuk kepentingan golongan masyarakat berpendapatan menengah ke bawah. Pengalokasian pajak untuk memperbaiki fasilitas pendidikan dan kesehatan bagi masyarakat kurang mampu, merupakan contoh betapa pajak progresif efektif sebagai instrument pemerataan.

(25)

c.alat pendorong investasi

Apabila realisasi penerimaan pajak dalam APBN ternyata lebih besar dari anggaran pengeluaran rutin, maka ada saldo yang dapat digunakan untuk membiayai investasi pemerintah. Menurut teori ekonomi, investasi akan meningkatkan pendapatan masyarakat melalui proses pelipatan (multiplying effect).

D. Pajak Bumi dan Bangunan

Menurut Soemitro dan Zainal Muttakin (2001: 8) menyatakan bahwa

“pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara(peralihan kekayaan dari sector pertikuler ke sector pemerintah). Dengan tidak mendapat jasa timbal balik yang langsung dapat di tunjuk dan yang di gunakan untuk membiayai pengeluaran umum.

Seomitro dan Mutakkqim (2001:5) mengemukakan bahwa Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak yang di kenakan atas harta benda yang tidak bergerak,maka oleh sebab itu yang di pentingkan adalah objeknya dan oleh karena itu keadaan atau status atau badan yang di jadikan objek tidak penting dan tidak mempengaruhi besarnya objek pajak.

Pendapat Tjahyono dan Husein (2001:12) yang di maksud dengan bumi dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan Bangunan adalah permukaan dan tubuh bumi yang ada di bawahnya, permukaan bumi meliputi tanah dan perairan pedalaman termasuk rawa-rawa, tambak, perairan serta laut wilayah Republik Indonesia . Sedangkan pengertian bangunan adalah

(26)

kontruksi teknik yang di tanamu di letakkan secara tetap pada tanah dan atau perairan untuk tempat tinggal, tempat usaha dan tempat yang diusahakan.

Berdasarkan pandangan dan pengertian PBB yang di kemukakan di atas,maka dapat di tarik suatu pemahaman bahwa pajak mengandung suatu unsure yaitu:

1. Iuran rakyat kepada Negara

2. Peralihan kekayaan dari sector rakyat ke sector pemerintah 3. Utang bagi wajib pajak yang membayarnya

4. Besifat paksaan yang berdasar pada undang-undang dan peraturan yang berlaku

5. Pengertian yang tidak mendapat balas jasa atau prestasi kembali 6. Sifatnya langsung dapat ditunjuk

Pajak Bumi dan Bangunan termasuk mengenakan pajak atas bumi dan bangunan. Dalam pasal 1 UU pajak bumi dan bangunan,mengemukakan bahwa bumi adalah permukaan bumi (perairan) dan tubuh bumi yang ada di bawahnya, sedangkan bangunan adalah konstruksi teknis yang tertanam atau di lekatkan secara tetap di atas tanah dan atau perairan yang di peruntukkan sebagai tempat tinggal, tempat berusaha atau tempat yang di usahakan (UU Nomor 12 Tahun 1994).

Walaupun pajak ini merupakan pajak objektif tetapi di pungut berdasarkan surat ketetapan pajak yang pada prinsipnya setiap tahun di keluarkan. Menurut Soemitro dan Muttaqin (2001: 4) bahwa alasan yang mendasari untuk di lakukan pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan adalah:

(27)

1. Dasar falsafah yang di gunakan dalam berbagai undang-undang yang berasal dari zaman colonial adalah tidak sesuai dengan pancasila.

2. Berbagai undang-undang mengenakan pajak atas harta tidak bergerak sehingga membingungkan masyarakat.

3. Undang-undang yang berasal dari zaman colonial sukar di mengerti oleh rakyat.

4. Undang-undan yang berasal dari zaman penjajahan masih tertulis dalam bahasa belanda.

5. Undang-undang zaman colonial tidak lagi sesuai dengan aspirasi dan kepribadian bangsa Indonesia.

6. Undang-undang lama tidak sesuai dengan pertumbuhan ekonomi bangsa Indonesia.

7. Undang-undang yang lama kurang memberikan kepastian hukum.

Lebih lanjut di katakan bahwa yang menjadi tujuan Pajak Bumi dan Bangunan adalah:

1. Menyerderhanakan peraturan perundang-undangan pajak sehingga mudah di mengerti oleh rakyat.

2. Memberi dasar hokum yang kuat pada pungutan pajak atas harta tidak bergerak dan sekalian menyerasikan pajak atas harta tidak gerak di semua daerah dan menghilangkan kesimpangsiuran.

3. Memberikan kepastian hokum kepada masyarakat, sehingga rakyat tahu bagaimana hak dan kewajiban;menghilangkan pajak ganda yang terjadi akibat adanya undang-undang yang sifatnya sama.

(28)

4. Memberikan penghasilan kepada daerah yang sangat di perlukan untuk menegakkan otonomi daerah dan untuk pembangunan daerah.

5. Menambah penghasilan bagi daerah.

Pajak Bumi dan Bangunan merupakan pajak yang di kenakan atas harta tidak bergerak,maka yang terpenting adalah objek pajaknya,sehingga keadaan atas status orang /badan yang di jadikan subjek pajak tidak penting dan tidak mempengaruhi dalam penetapan besarnya jumlah pajak.

Untuk itu setiap tahunnya Kantor Pelayanan Pajak mengeluarkan surat pemberitahuan pajak terhutang (SPPT) yang merupakan pajak langsung yang harus di pikul sendiri oleh wajib pajak yang namanya tercamtum dalam SPPT.

E. Pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan

Undang-undang Nomor 12 Tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan Bangunan merupakan unsur utama yang tidak di pisahkan dalam mewujudkan tatanan system perpajakn yang komprehensif. System yang di maksud adalah:

1. Tata cara pendaftaran objek pajak dari pajak bumi dan bangunan sebagaimana di atur dalam keputusan menteri keuangan RI No.19/KMK/04/1986 yakni:

a. Dalam rangka pendaftaran, kepada subjek pajak di beri blangko surat pemberitahuan objek pajak (SPOP).

b. Subjek pajak mengisi SPOP dengan jelas dan benar dan lengkap serta menandatangani dan mengembalikan SPOP kepada Kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi letak objek pajak. Dalam waktu selambat-lambatnya 30 hari,hari kerja setelah tanggal diterimanya SPOP oleh objek pajak.

(29)

2. Pengaturan Pajak Bumi dan Bangunan dilaksanakan sesuai dengan keputusan Menteri Keuangan Republic Indonesia Nomor 1005/KMK.04/1985, dikemukakan Pajak Bumi dan Bangunan yang terhitung di bayar pada Bank Pemerintah atau pada kantor Pos dan Giro.

3. Tata cara penagihan PBB,di atur dalam keputusan menteri keuangan No.

1006/KMK.04/1985.dikemukakan bahwa:

a. Tindakan pelaksanaan penagihan PBB dilakukan apabila pajak yang terutang seperti yang tercantum dalam SPPT surat ketetapan pajak,surat tagihan pajak tidak atau kurang dibayar setelah jatuh tempoh pembayaran.

b. Surat tagihan sebagaimana yang di maksud dikeluarkan setelah tujuh hari sejak jatuh tempoh pembayaran.

c. Surat teguran sebagaima yang dimaksud dikeluarkan setelah tujuh hari jatuh tempo pembayaran.

4. Wewenang penagihan PBB dilimpahkan kepada gubernur atau bupati/walikota, dilaksanakan sesuai keputusan menteri keuangan RI No.

1007/KMK.04/1995. Pelaksanaan pembagian hasil penagihan PBB sesuai dengan peraturan pemerintah Nomor 104 tahun 2000 menguraikan bahwa hasil penerimaan Negara dari PBB dengan imbalan 10% dan 90% untuk pemerintah daerah. Dengan penerimaantersebut membantu pemerintah daerah dalam meningkatkan pendapatan asli daerah di kabupaten dan kota.

Untuk melaksanakan tugas itu DPPKAD masih menghadapi berbagai kendala dan permaslahan yang ada saat ini, yaitu kurangnya penerimaan

(30)

pendapatan dari sector pajak dan retribusi daerah khususnya penerimaan PBB yang belum maksimal. Ini disebabkan hal berikut :

 Sempitnya objek pajak karena berlakunya UU No. 18 tahun 1997. ·

 Belum tercapainya target penerimaan PBB sebagai pajak terbesar.

 Belum maksimalnya kegiatan Intensifikasipada obyek pajak.

Faktor yang paling dominan dari ketiga faktor tersebut diatas adalah belum tercapainya target penerimaan PBB. Dimana PBB merupakan sumber pajak terbesar dan sekaligus sumber PADS terbesar. Hal ini disebabkan oleh masalah- masalah yang dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Lemahnya sangsi bagi wajib pajak yang belum atau tidak membayar PBB.

Pembayaran PBB oleh wajib pajak yang melebihi jatuh tempo merupakan salah satu faktor tidak tercapainya target penerimaan PBB. Ada beberapa desa yang menutup kekurangannya dengan kas desa. Hal ini untuk menghindari terkena sangsi denda, namun disatu sisi wajib pajak menjadi terdidik untuk tidak memperhatikan batas waktu pembayaran PBB.

2. Lemahnya sangsi bagi petugas pemungut yang menggunakan uang PBB.

Hal ini juga menjadi penyebab tidak tercapainya penerimaan PBB, tetapi karena tidak adanya sangsi yang tegas, ada kecenderungan dari tahun ketahun terjadi kenaikan penggunaan hasil pungutan PBB dengan berbagai alasan, namun sampai saat ini belum perna hada yang mendapat sangsi tegas dari pihak yang berwenang.

(31)

Surat pemberitahuan pajak terutang adalah surat keputusan kepala kantor pelayanan pajak bumi dan bangunan mengenai pajak terutang yang harus dibayar dalam1 tahun pajak. Sedangkan hak wajib pajak atas SPPT adalah:

a. Menerima SPPT PBB setiap tahun pajak, paling lambat bulan juni atau bulan setelah penyerahan surat pemberitahuan objek pajak.

b. Mendapatkan penjelasan segala sesuatu yang berhubungan dengan ketetapan PBB.

c. Mengajukan keberatan dan pengurangan.

d. Mendapatkan surat tanda terima setoran (STTS) dari atau tanda terima sementara dari petugas pemungut PBB kelurahan/desa yang ditunjuk resmi.

Kewajiban wajib pajak terhadap SPPT:

a. Menandatangani bukti tanda terima SPPT dan mengirimkannya kembali kepada lurah/kepala desa/dinas pendapatan/kantor penyuluhan pajak untuk diteruskan kea tau kantor pelayanan PBB yang menerbitkan SPPT.

b. Melunasi PBB pada tempat yang telah telah ditentukan.

Cara mendapatkan SPPT:

a. Mengambil sendiri di kantor kelurahan/kepala desa/di tempat wajib pajak terdaftar atau tempat lain yang ditunjuk.

b. Dalam rangka pelayanan, SPPT dapat dikirim melalui kantor pos dan giro atau diantarkan leh aparat kelurahan/desa.

(32)

Objek dan Subjek Pajak PBB adalah:

1. Objek pajak

Dalam hal ini yang menjadikan objek pajak adalah bumi dan bangunan, yang di maksud dengan klasifikasi bumi dan bangunan adalah pengelompokan bumi dan bangunan menurut nilai jualnya dan digunakan sebagai pedoman serta untuk memudahkan perhitungan pajak yang terutang.

Dalam menentukan klasifikasi bumi atau tanah diperhatikan factor-faktor sebagai berikut:

a. Letak, maksudnya disini adalah letak dari tanah tersebut yang strategis dikenakan biaya yang lebih mahal dari tanah yang berada dipedalaman.

b. Peruntukan, maksudnya untuk apa tanah tersebut digunakan.

c. Pemanfaatan

d. Kondisi lingkungan dan lain-lain.

Dalam menentukan klasifikasi bangunan juga diperhatikan oleh beberapa factor antara lain bahan yang digunakan,rekayasa, letak, kondisi lingkungan dan lain- lain:

Objek pajak tidak dikenakan PBB:

a. Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum dan tidak untuk mencari keuntungan.

b. Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis dengan itu.

(33)

c. Merupakan hutang lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah penggembalaan yang dikuasai desa dan tanah Negara yang belum dibebani suatu hak.

d. Digunakan oleh perwakilan diplomatic, konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal balik.

e. Digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional yang ditentukan oleh menteri keuangan.

Yang dimaksud dengan tidak dimaksud memperoleh keuntungan adalah bahwa objek pajak yang diusahakan untuk melayani kepentingan umum, dan nyata-nyata tidak ditujukan untuk mencari keuntungan. Hal ini dapat diketahui antara lain dari anggaran dasar dan anggaran rumah tangga dari yayasan atau badan yang bergerak dalam bidang ibadah, social, kesehatan, pendidikan, dan kebudayaan nasional tersebut.

Objek pajak yang digunakan untuk kepentingan Negara diatur lebih lanjut oleh peraturan pemerintah. Objek pajak tersebut dimiliki atau dikuasai atau digunakan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam menyelenggarakan pemerintahan. Pajak bumi dan bangunan adalah pajak Negara yang sebagian besar penerimaan merupakan pendapatan daerah yang antara lain digunakan untuk penyediaan fasilitas yang juga diminati oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah.oleh sebab itu pemerintah pusat ikut membiayai fasilitas tersebut dengan membayar pajak bumi dan bangunan.

(34)

2. Subjek pajak

Subjek pajak adalah orang atau badan yang secara nyata mempunyai satu hak atas bumi dan atau memiliki, menguasai, dan atau memperoleh manfaat atas bangunan. Dengan demikian tanda pembayaran atau pelunasan pajak bukan merupakan bukti pemeilikan hak. Setiap yang dikenakan pajak maka dia secara langsung akan menjadi wajib pajak dan apabila objek pajak belum diketahui secara jelas wajib pajaknya maka direktur jenderal pajak mempunyai wewenang untuk menentukan subjek wajib pajak apabila suatu objek pajak belum jelas wajib pajaknya.

F. Tata Cara Pelaksanaan Pemungutan Pajak a. Tarif pajak

b. Dasar pengenaan pajak

1. Dasar pengenaan pajak adalah nilai jual objek pajak

2. Besarnya nilai jual objek pajak ditetapkan setiap tiga tahun oleh menteri keuangan kecuali untuk daerah tertentu ditetapkan setiap tahun sesuai dengan perkembangan daerahnya.

3. Dasar perhitungan pajak adalah nilai jual kena pajak yang di tetapkan serendah-rendahnya 20% dengan setinggi-tingginya 100% dari nilai jual objek pajak.

Penetapan nilai jual objek pajak adalah 3 tahun sekali. Namun untuk daerah tertentu karena perkembangan pembangunan mengakibatkan kenaikan nilai jual objek pajak cukup besar, maka penetapan nilai jual ditetapkan setahun sekali.

(35)

c. Ciri dan corak tersendiri dari system pemungutan pajak sebagai berikut:

a. Bahwa pemungutan pajak merupakan perwujudan dari pengabdian dan peran serta wajib pajak untuk secara langsung dan bersama-sama meaksanakan kewajiban perpajakan yang diperlukan untuk pembiayaan Negara dan pembangunan nasional.

b. Tanggung jawab atas kewajiban pelaksanaan pemungutan pajak sebagai pencerminan kewajiban di bidang perpajakan berada pada anggota masyarakat wajib pajak sendiri. Pemerintah, dalam hal ini aparat perpajakan, sesuai dengan fungsinya berkewajiban melakukan pembinaan, pelayanan, dan pengawasan terhadap pemenuhan kewajiban perpajakan bedasarkan ketentuan yang digariskan dalam peraturan perundang- undangan perpajakan.

c. Anggota masyarakat wajib pajak diberi kepercayaan untuk dapat melaksanakan kegotongroyongan nasional melalui system menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri pajak terutang, sehingga melalui system ini administrasi perpajakan diharapkan dapat dilaksanakan dengan rapi, terkendali, sederhana dan mudah untuk dipahami oleh anggota masyarakat wajib pajak.

d. Sistem pemungutan pajak tersebut mempunyai arti bahwa penentuan penetapan besarnya pajak yang terutang dipercayakan kepada wajib pajak sendiri dan melaporkan secara teratur jumlah pajak yang terutang dan yang telah dibayar sebagaimana ditentuka dalam peraturan perundang-undangan perpajakan. Dengan system ini diharapkan pula pelaksanaan administrasi

(36)

yang terlalu membebani wajib pajak dan birokratis akan dapat dihindari.

Sejalan dengan harapan dalam upaya peningkatan pelayanan masyarakat tersebut wewenang direktur jenderal pajak yang besifat ternis administratif dapat dilimpahkan kepada aparat bawahannya.

e. Dalam undang-undang ini digariskan bahwa administrasi perpajakan berperan aktif dalam melaksanakan tugas-tugas pembinaan, pelayanan, pengawasan, dan penerapan sanksi sesuai peraturan perundang-undangan perpajakan. Pembinaan masyarakat wajib pajak dapat dilakukan melalui bebagai upaya, antara lain pemberian penyuluhan pengetahuan perpajakan baik melalui media massa maupun penerangan langsung kepada masyarakat.

d. Asas pemungutan pajak

Dalam memungut pajak dari wajib pajak, Negara menggunakan asas pemungutan pajak. Asas pemungutan pajak adalah sebagai berikut:

1. Asas sumber

Pajak dipungut tergantung kepada adanya sumber penghasilan di suatu Negara. Jika di suatu Negara terdapat sumber penghasilan, maka Negara tersebut memungut pajak tanpa melihat wajib pajak bertempat tinggal.

2. Asas domisili

Pemungutan pajak tergantung pada Negara tempat tinggal atau domisili wajib pajak. Negara di mana seorang wajib pajak betempat tinggal adalah yang berhak memungut pajak atas segala penghasilan si wajib pajak yang diperoleh dari mana pun.

(37)

3. Asas nasional

Pemungut pajak dilakukan berdasarkan kebangsaan atau kewarganegaraan dari wajib pajak.

Untuk menghindari pajak beganda (yaitu seorang wajib pajak dikenakan pajak dari bebagai Negara yang menggunakan salah satu dari ketiga asas diatas) maka diadakan suatu perjanjian perpajakan.

Kecuali asas pemungutan pajak, terdapat pula asas- asas yang digunakan dalam merumuskan undang-undang perpajakan. Asas yang melandasi pembuatan undang-undang perpajakan adalah:

1. Asas falsafah hokum

Undang-undang perpajakan harus mengabdi kepada keadilan, baik dalam arti materi perundang-undangan pajak maupun pelaksanaannya. Undang-undang perpajakan yang sudah memenuhi asas keadilan, tidak bermakna apa-apa seandainya implementasinya sangat jauh dari asas keadilan tersebut.

2. Asas yuridis

Hukum pajak haruslah dapat memberikan jaminan hukum yang perlu untuk menyatakan keadilan bagi Negara dan warganya. Inilah sebabnya, pemungutan pajak harus didasarkan atas undang-undang yang disahkan oleh lembaga legislative. Agar dapat tercapai kepastian hukum, hal-hal yang perlu mendapat perhatian secara khusus adalah sebagai berikut:

(38)

a. Hak-hak aparatur perpajakan harus dijamin dapat melaksanakan dengan lancar.

b. Harus ada sistem yang dapat mencegah kolusi antara wajib pajak dan aparatur perpajakan untuk melakukan markdown, penggelapan pajak, restitusi illegal atau segala bentuk penyalahgunaan lainnya.

c. Wajib pajak harus mendapat jaminan hukum agar tidak diperlakukan secara semena-mena oleh aparatur perpajakan.

d. Hak-hak wajib pajak harus diperhatikan.

e. Adanya jaminan terhadap kerahasiaan diri wajib pajak maupun perusahaannya.

3. Asas ekonomi

Kebijakan pemungutan pajak harus diusahakan agar jangan menghambat roda produksi dan perdagangan. Pemerintah selaku pemungut pajak harus melihat konteks makroekonomi dari pemungutan pajak, oleh karena itu, dimungkinkan pemberian fasilitas perpajakan sejauh hal tersebut positif bagi perekonomian secara luas.

4. Asas financial

Sesuai dengan fungsi budgeter (pajak sebagai penerimaan pemerintah dalam APBN), maka biaya pemungutan pajak haruslah seminimal mungkin, dan hasil pemungutan pajak hendaknya digunakan secara optimal untuk membiayai pengeluaran Negara

(39)

sebagaimana tercantum dalam APBN. Aspek rasionalitas berdasarkan cost-benefit analysis (analisis biaya manfaat) sangat penting untuk menjaga agar pemungutan pajak tidak melanggar asas financial.

e. System pemungutan pajak

Selama inin dikenal ada dua sistem pemungutan pajak,yaitu self assessment dan official assessment. Dalam system pemungutan self assessment, wajib pajak menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan undang-undang perpajakan yang berlaku.

Cirri-ciri sistem pemungutan pajak berdasarkan self assessment adalah:

1. Adanya kepastian hukum.

2. Perhitungan sederhana dan mudah dimengerti oleh wajib pajak.

3. Pelaksanaannya mudah.

4. Lebih mencerminkan asas keadilan dan merata.

5. Memperkecil kemungkinan wajib pajak tidak mampu membayar pajak akibat penghitungan yang terlalu besar.

Dalam tata cara ini, kegiatan pemungutan pajak diletakkan kepada aktivitas masyarakat sendiri. Wajib pajak diberi kepercayaan untuk:

~ menghitung sendiri pajak yang terutang

~ membayar sendiri jumlah pajak yang harus dibayar

~ melaporkan sendiri jumlah pajak nyang terutang

Bagi pemerintah, sistem self assessment lebih menguntungkan karena biaya pemungutannya relative lebih kecil apabila dibandingkan dengan sistem

(40)

official assessment. Pemerintah hanya memberikan penyuluhan-penyuluhan kepada wajib pajak, serta publikasi menyangkut tenggat waktu penyerahan SPT.

Kelemahan sistem self assessment adalah kemungkinan adanya pengecilan jumlah pajak yang harus dibayar. Modus operandi markdown bisa sangat beragam, dari penghitungan laba di bawah laba sesungguhnya, hingga manipulasi penghitungan biaya-biaya usaha yang dapat memperkecil laba dan dengan sendirinya memperkecil kewajiban pajak.

Selain sistem self assessment, terdapat juga sistem dimana jumlah pajak ditentukan oleh aparatur perpajakan. Sistem ini disebut official assessment.

Dalam sistem ini, menghitung inisiatif dan kegiatan dalam menghitung dan memungut pajak sepenuhnya terletak di tangan aparatur perpajakan.

Penerapan sistem self assessment maupun official assessment sangat dipengaruhi oleh situasi spesifik di suatu Negara. Di Indonesia, sistem self assessment dipandang lebih cocok. Sebaliknya, di Negara lain mungkin official assessment lebih tepat diterapkan. Terutama di Negara-negara yang aparatur perpajakannya sudah terlatih dengan baik, kualitas dan kuantitas SDM perpajakannya mencukupi, integritas aparat perpajakannya tidak diragukan, serta memiliki perangkat keras dan lunak yang sanggup memperkirakan jumlah pajak dengan akurat dan cepat.

G. Kerangka pikir

Masalah yang sangat penting dari suatu daerah terutama pada era otonomi sekarang ini adalah bagaimana daerah mengoptimalkan penggalian sumber pajak yang dapat digunakan dalam penyelenggaraan pemerintah maupun

(41)

pelaksanaan pembangunan di daerah. Salah satu sumber pendapatan yang dapat digali oleh pemerintah daerah adalah dari pajak.

Mengenai alur pemikiran peneliti dapat dilihat dari bagan kerangka pikir sebagai berikut

bagan kerangka pikir

H. Fokus Penelitian

Fokus penelitian digunakan sebagai dasar dalam pengumpulan data sehingga tidak terjadi biasa terhadap data yang diambil. Untuk menyamakan pemahaman dan cara pandang terhadap karya ilmiah ini, maka penulis akan memberikan penjelasan mengenai maksud dan fokus penelitian terhadap penulisan karya ilmiah ini. Fokus penelitian merupakan penjelasan dari kerangka konsep.

Pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan Kantor Desa Pattiro Kecamatan Mare Kabupaten Bone

Indikator 1. Pengelolaan 2. Penagihan 3. Penetapan pajak

Peningkatan Pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan

(42)

Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengelolaan pajak bumi dan bangunan di Desa Pattiro Kec. Mare Kab.

Bone.

Dalam penelitian karya ilmiah ini, penulis menggunakan pendekatan tujuan (goal approach) dalam mengukur keberh asilan pengelolaan pajak bumi dan bangunan di Desa Pattiro Kec. Mare Kab. Bone.

Bagaimana pengelolaan pajak bumi dan bangunan di Desa Pattiro Kec.

Mare Kab. Bone.

I. Defenisi Fokus Penelitian

1. Pengelolaan adalah suatu rangkaian untuk mencapai tujuan tertentu,dengan menggunakan orang,dana,benda dan cara secara tepat mudah,murah dan ringan tanpa mengurangi atau mengabaikan mutu waktu dan tepat.

2. Penagihan adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan pelaksanaan, penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan surat paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakn penyitaan, melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang telah disita.

3. Penetapan pajak adalah pada prinsipnya dalam sistem self assessment untuk membayar ketetapan pajak yang terutang tidak harus tergantung adanya surat ketetapan pajak.

(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian akan dilaksanakan di Desa Pattiro kecamatan Mare Kabupaten Bone. Hal ini disebabkan karena ingin mengefesienkan penelitian yang dilakukan baik dalam hal waktu, tenaga dan biaya. dengan alasan dan pertimbangan bahwa pengelolaan pajak bumi dan bangunan perlu mendapatkan perhatian dari semua kalangan yang terkait. Alasan lain dipilih sebagai tempat penelitian karena disamping Kabupaten bone tersebut mudah dijangkau oleh peneliti.

B. Jenis dan Tipe Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan yang bersifat ilmiah, melalui prosedur yang telah ditetapkan.

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah pendekatan deskriptif kualitatif, yaitu dimaksudkan untuk pengukuran yang cermat terhadap fenomena sosial tertentu.

2. Tipe Penelitian

Jenis penelitian ini adalah fenomenologi yaitu peneliti akan mendeskripsikan pengalaman yang dilakukan dan dialami oleh informan berkaitan dengan pengelolaan pajak bumi dan bangunan di Desa Pattiro kecamatan Mare Kabupaten Bone.

(44)

C. Sumber Data

Sumber data penelitian ini terutama dijaring dari sumber data primer dan data sekunder dengan proporsi sesuai dengan tujuan penelitian ini.

1. Sumber data primer

Data primer adalah sumber data utama yang digunakan untuk menjaring berbagai data dan informasi yang terkait dengan fokus yang dikaji. Hal ini dilakukan melalui metode wawancara dan observasi.

2. Sumber data sekunder

Data sekunder adalah sumber data pendukung yang diperlukan untuk melengkapi data primer yang dikumpulkan. Hal ini dilakukan sebagai upaya penyesuaian dengan kebutuhan data lapangan yang terkait dengan objek yang dikaji. Data sekunder terutama diperoleh melalui dokumentasi.

D. Informan Penelitian

Dalam penelitian ini yang dijadikan informan adalah pemerintah desa, masyarakat setempat dan tokoh masyarakat desa Pattiro kecamatan Mare Kabupaten Bone.

Adapun informan dalam penelitian ini sebanyak 9 orang, yaitu:

1. Pemerintah Desa Pattiro Kecamatan Mare Kabupaten Bone (1orang).

2. Masyarakat sekitar Daerah desa Pattiro Kecamatan Mare Kab. Bone (8 orang).

(45)

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang relevan sebagaimana yang diharapkan dalam tujuan penelitian, maka digunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Observasi (pengamatan)

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan observasi partisipatif, yaitu peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang/subyek yang sedang diamati, sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut terlibat pada sumber data. Dengan observasi partisipatif ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, sampai mengetahui tingkat makna dari setiap prilaku subyek. Jenis kegiatan yang diamati adalah bagaimana pengelolaan pajak bumi dan bangunan di Desa Pattiro Kec. Mare Kab. Bone.

2. Wawancara

Penelitian ini dilakukan dengan cara mengadakan wawancara secara langsung (tanya jawab dalam bentuk komunikasi verbal) kepada semua informan yang ada. Teknik wawancara yang digunakan adalah teknik wawancara terstruktur dengan menyiapkan bentuk-bentuk pertanyaan yang sama antar informan satu dengan yang lainnya.

3. Dokumen

Dokumentasi merupakan pengumpulan data dan bahan telaah terhadap kebijakan pemerintah daerah dalam pengelolaan pajak bumi dan bangunan di Desa Pattiro Kec. Mare Kab. Bone.

(46)

F. Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan menelaah data yang diperoleh dari berbagai sumber atau informasi dari hasil penelitian pengelolaan pajak bumi dan bangunan, baik yang diperoleh melalui data primer maupun data sekunder yang dilakukan secara deskriftif kualitatif dengan didukung tabel frekuensi yang sederhana dan didukung beberapa variabel pendukung yang dijadikan indikator dalam penelitian ini.

G. Keabsahan Data

Setelah menganalisis data, peneliti harus memastikan apakah interpretasi dan temuan penelitian akurat. Validasi temuan menurut Creswell berarti bahwa peneliti menentukan keakuratan dan kredibilitas temuan melalui beberapa strategi, antara lain member checking, triangulasi dan auditing (sugiyono, 2012 : 42).

1. Member checking adalah proses penelitian mengajukan pertanyaan pada satu atau lebih partisipan atau tujuan seperti yang telah dijelaskan di atas . Aktifitas ini juga dilakukan untuk mengambil temuan kembali pada partisipan dan menanyakan pada mereka baik lisan maupun tulisan tentang keakuran laporan penelitian. Pertanyaan dapat meliputi berbagai aspek dalam penelitian tersebut, misalnya apakah deskripsi data telah lengkap, apakah interpretasi bersifat refresentatif dan dilakukan tanpa kecenderungan.

2. Triangulasi merupakan proses penyokongan bukti terhadap bukti terhadap temuan, analisis dan interpretasi data yang telah dilakukan peneliti yang berasal dari: 1) individu (informan) yang berada (guru dan murid), 2) tipe

(47)

atau member data (wawancara, pengamatan dan dokumen), serta 3) metode pengumpulan data (wawancara, pengamatan dan dokumen).

3. external audit, yaitu untuk menghindari biasa atau hasil temuan penelitian, peneliti perlu melakukan cek silang dengan seseorang diluar penelitian.

Seseorang tersebut dapat berupa pakar yang dapat memberikan penilaian imbang dalam bentuk pemeriksaan laporan penelitian yang akurat.

(48)

BAB IV

PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Lokasi Penelitan

1. Sejarah terbentuknya Desa Pattiro

Desa Pattiro merupakan suatu desa yang terletak di Kecamatan Mare Kabpaten Bone. Pada awalnya Desa pattiro terjadi pemekaran Desa pada tahun 1994 di namakan Desa Sumaling dan pada tahun 1997 desa Depenitif. Desa Pattiro ini terbagi dari 3 dusun yaitu, dusun Kampung Baru, dusun Cempa, dan dusun Abbekkae.

2. Keadaan Geografis

Desa pattiro merupakan suatu desa yang wilayahnya terletak di wilayah pemerintahan tingkat kecamatan Mare Kabupaten Bone Sulawesi Selatan. Desa Pattiro merupakan Desa yang berbatasan Dengan desa-desa lain sebagai berikut:

a. Sebelah Utara Desa Pasaka Kecamatan Sibulue.

b. Sebelah Timur Teluk Bone.

c. Sebelah Selatan Desa Sumaling.

d. Sebelah Barat Desa Lakukang.

3. Keadaan Demografi

Apabila dilihat dari keadaan demografinya Desa Pattiro merupakan salah satu Desa yang tingkat pertumbuhan penduduknya relatif tinggi jika dibandingkan dengan daerah-daerah lain di

(49)

Kabupaten Bone. Jumlah penduduk Desa Pattiro didominasi oleh kaum perempuan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table berikut:

Tabel 1 : Jumlah penduduk Desa Pattiro Kecamatan Mare Kabupaten Bone menurut jenis kelamin.

n No Jenis kelamin Jumlah persentase 1

2

Laki-laki Perempuan

692 747

48,08%

51,91%

Jumlah 1439 100%

Sumber: Kantor Desa Pattiro 2014.

Tabel diatas memperlihatkan bahwa masyarakat Desa Pattiro lebih didominasi oleh kaum perempuan, dari 1439 warga masyarakat terdapat 692 orang berjenis kelamin laki-laki dan 747 orang berjenis kelamin perempuan.

Dilihat dari tingkat pendidikaannya maka penduduk Desa Pattiro tergolong berpendidikan tinggi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table berikut:

(50)

Table 2 : tingkat pendidikan masyarakat Desa Pattiro Kecamatan Mare Kabupaten Bone

No Tingkat pendidikan jumlah persentase

1 Tidak tamat SD 301 20,91%

2 Tamat SD 295 20,50%

3 Tamat SMP 288 20,01%

4 Tamat SMA 279 19,38%

5 Sarjana 276 19,17%

Jumlah 1439 100%

Sumber: Kantor Desa Pattiro 2014

Dari tebel diatas dapat kita lihat bahwa masyarakat Desa Pattiro tingkat pendidikannya cukup tinggi. Hal tersebut terlihat dari 1439 orang masyarakatnya 279 orang yang berpendidikan sarjana, 301 orang tidak tamat SD, 295 orang tamat SD, 288 orang tamat SMP, 276 orang tamat SMA.

Desa Pattiro dalam hal pertanian dan perkebunan cukup potensial dengan hasil pertanian terutama pada sektor tanaman pangan seperti padi, jagung, kakao, kelapa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table berikut:

(51)

Table 3 : Distribusi pertanian dan perkebunan di Desa Pattiro Kecamatan Mare Kabupaten Bone.

nn No Jenis tanaman Luas wilayah(Ha) persentase

1 Padi 546 81,77%

2 Jagung 41 6,17%

3 Kakao 49 7,39%

4 Kelapa 28 4,21%

Jumlah 664 100%

Sumber: Kantor Desa Pattiro 2014

Dari table diatas dapat telihat bahwa sektor pertnian tanaman padai menempati urutan tertinggi dari hasil komoditi yang dihasilkan di Desa Pattiro dengan luas areal 542 Ha (81.77%), kemudian di ikuti oleh komoditi tanaman kakao dengan luas areal 49 Ha (7,39%), komuditi jagung dengan luas areal 42 Ha (6,17%), komoditi kelapa dengan luas areal 28 Ha (4,21%). Selain hasi pertanian dan perkebunan tersebuat diatas masih ada beberapa hasil komoditi lain seperti pisang, dan mangga. Hasil tersebut tidak terlalu banyak jumlahnya dan ditanam secara acak.

4. Keadaan Sosial Budaya

Desa Pattiro adalah salah satu Desa yang terletak di Kecamatan Mare Kabupaten Bone Sulawesi Selatan. Berdasarkan kondisi geografisnya yang memanjang dari batas Utara kabupaten bone hingga batas selatan Kabupaten Sinjai penduduk yang mendiami daerah

(52)

tersebut tidak mempunyai perbedaan sosial budaya dalam masyarakatnya daerah tersebut hanya memakai satu bahasa yaitu bahasa bugis.

5. Struktur Organisasi

BAGAN SRTUKTUR ORGANISASI DESA

6. Tugas dan fungsi pengelola Desa a. Kepala Desa

1. Memegang teguh dan mengamalkan pancasila, melaksanakan undang – undang 1945 serta mempertahankan dan memelihara, keutuhan Negara kesatuan RI.

BPD KEPALA DESA

SEKDES

KAUR PEMBANGUNAN

AN

KAUR UMUM KAUR

KEUANGAN

KAUR PEMBANGUNA

N

KADUS I KADUS II KADUS III KADUS IV

KADUS V KADUS VI KADUS VII KADUS VIII

(53)

2. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

3. Melaksanakan kehidupan demokrasi.

4. Menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat.

5. Melaksanakan prinsip tata pemerintahan desa yang bersih.

6. Menjalin hubungan kerja dengan seluruh mitra kerja pemerintahan desa.

7. Mentaati dan menegakkan seluruh peraturan perundang-undangan.

8. Menyelenggarakan administrasi yang baik.

9. Melaksanakan dan mempertanggung jawabkan keuangan desa.

10. Melaksanakan urusan yang menjadi kewenangan desa.

11. Mengembangkan pendapatan masyarakat dan desa.

12. Membina, mengayomi dan melestarikan nilai-nilai sosial budaya dan istiadat.

13. Memberdayakan masyarakat dan kelembagaan di desa.

14. Memberikan laporan penyelenggaraan pemerintahan Desa kepada Bupati atau Walikota, memberikan laporan keterangan kepada BPD serta menginformasikan laporan penyelenggaraan pemerintahan Desa kepada masyarakat.

15. Laporan penyelenggaraan pemerintahan Desa diaampaikan kepada Bupati atau Walikota, melalua Camat satu kali dalam satu tahun.

16. Laporan pertanggung jawaban kepada BPD disampaikan satu kali dalam satu tahun dalam masyarakat BPD.

(54)

17. Menginformasikan laporan penyelenggaraan pemerintahan Desa kepada masyarakat dapat berupa selebaran yang di tempelkan pada papan penumuman atau secara lisan dalam berbagai pertemuan masyarakat Desa/radio komunikasi.

18. Laporkan hasil masa jabatan kepala Desa disampaikan kepada bupati atau wali kota melalui Camat dan kepada BPD.

b. Sekertaris Desa

1. Memberikan saran dan pendapat kepada kepala Desa.

2. Memimpin, mengkoordinir dan mengendalikan serta mengawasi semua unsure kegiatan sekertaris Desa.

3. Memberikan informasi mengenai keadaan sekertaris Desa dan keadaan umum Desa.

4. Merumuskan program kegiatan kepada kepala Desa.

5. Melaksanakan unsur surat menyurat kearsipan dan laporan.

6. Mengadakan dan melaksanakan persiapan rapat dan mencatat hasil- hasil rapat.

7. Menyusun rancangan anggan penerimaan dan belanja Desa.

8. Mengadakan kegiatan anggaran penerimaan dan belanja Desa.

9. Melaksanakan kegiatan pencatatan mutasi tanah dan pencatatan administrasi pemerintahan.

10. Melaksanakan administrasi pendudukan, administrasi pembangunan, administrasi kemasyarakatan.

11. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh kepala Desa.

(55)

c. Kepala urusan pemerintah

1. Melaksanakan kegiatan administrasi penduduk di Desa.

2. Melaksanakan dan memberikan pelayanan terhada masyarakat dalam hal KTP.

3. Melaksanakan kegiatan administrasi pemerintah.

4. Melaksanakan pencatatan kegiatan mnografi Desa.

5. Melaksanakan kegiatan kemasyarakatan antara lain pertahanan sipil.

6. Melaksanakan penyelenggaraan buku adaministrasi peraturan Desa dan keputusan Kepala Desa.

7. Melaksanakan kegiatan administrasi pembangunan berdasarkan ketentuan yang berlaku.

8. Melaksanakan, mengawasi serta membina dalam kegiatan sosial politik lainnya.

d. Kepala urusan keuangan

1. Melakukan kegiatan pencatatan mengenai penghasilan Kepala Desa dan perangkat Desa sesuai dengan peraturan perundang undangan yang berlaku.

2. Mengumpulkan dan menganalisis data sumber penghasilan Desa baru untung perkembangan.

3. Melakukan kegiatan administrasi pajak yang dikelola oleh Desa.

4. Melakukan kegiatan administrasi keuangan Desa.

5. Merencanakan penyusunan APBDES untuk dikonsultasikan dengan BPD.

(56)

6. Melaksanakan tugas lain yang di berikan oleh sekertaris desa.

e. Kepala urusan umum

1. Melaksanakan, menerima dan mengendalikan surat-surat Desa mempunyai tugas keluar serta melaksanakan tata kearsipan.

2. Melaksanakan penyediaan, penyimpanan dan pendistribusian alat-alat kantor, pemeliharaan dan perbaikan peralatan kantor.

3. Menyusun jadwal serta mengikuti perkembangan pelaksanaan piket.

4. Melaksanakan dan mengusahakan ketertiban dan kebersihan kantor dan bangunan lain mlik Desa.

5. Menyelenggarakan pengelolaan buku administrasi umum.

6. Mencatat inventarisasi kekayaan Desa.

7. Melaksanakan persiapan penyelenggaraan rapat dan peneriamaan tamu Dinas serta kegiatan kerumah tanggaan pada umumnya.

8. Melaksanakan tugas lain yang di berikan oleh sekertaris Desa.

f. Kepala urusan pembangunan

1. Melaksanakan kegatan administrasi pembangunan Desa

2. Melaksanakan pencatatan hasi swadaya masyarakat dalam pembangunan Desa.

3. Menghimpun data potensi Desa serta menganalisa dan memeliharanya untuk di kembangkan.

4. Melaksanakan pencatatan dan menpersiapkan bahan guna pembuatan daftar usulan serta mencatatat daftar proyek atau daftar isian kegian.

(57)

B. Pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan Di Kantor Desa Pattiro Kecamatan Mare Kabupaten Bone

Pengelolaan Pajak Bumi dan bangunan adalah salah satu sumber penerimaan dari sektor pajak yang sangat penting artinya bagi pelaksanaan peningkatan pembangunan di daerah. PBB adalah pajak pusat yang sebagian besar penerimaannya diserahkan pada pemerintah daerah. Hal ini mengingat bahwa penerimaan pemerintah daerah dari pajak bumi dan bangunan masih merupakan sumber penerimaan yang sangat mempengaruhi kelancaran pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat di segala bidang.

Pengelolaan adalah pengendalian dan pemanfaatan semua sektor sumber daya yang menurut suatu perencanan yang di perlukan untuk penyelesaian suatu tujuan kerja tertentu.

Seperti halnya yang dilakukan Kepala Desa Pattiro dalam meningkatkan pengelolaan pajak bumi dan bangunan, dalam hal ini pengelolaan pajak sudah terbilang baik berdasarkan system pemungutannya. Seperti yang telah kemukakan oleh Kepala Desa Pattiro yang berinisial MY yang mengatakan bahwa:

“sudah baik, karena sistem pengelolaan PBB yang di kerjakan oleh petugas dilakukan berdasarkan dengan sistem pemungutannya berdasarkan dengn objek pajak yang sudah ditentukan oleh kantor pelayanan pajak”.

(wawancara tanggal 12 )

Senada dengan hal diatas pengelolaan pajak bumi dan bangunan yang ada di Desa Pattiro, penulis dapat mewawancarai salah seorang masyarakat tentang

(58)

pengelolaan pajak bumi dan bangunan yang berinisial SH yang mengatakan bahwa:

“pengelolaan pajak yang ada di Desa kami, kami kategorikan sudah cukup baik karena kepala Desa selalu aktif dalam pekerjaan yang menyangkut tentang keadaan desa kami” (wawancara tanggal 12 )

Berdasarkan dengan wawancara diatas , maka penulis dapat menyimpulkan bahwa pengelolaan pajak bumi dan bangunan yang ada di Desa Patitiro sudah cukup baik karena kepala Desanya selalu ikut serta dalam dan aktif dalam pekerjaan yang menyangkut tentang keadaan yang ada di Desanya.

Senada dengan hal diatas penulis dapat mewawancarai salah satu petugas pengelolaan pajak bumi dan bangunan yang berinisian AR yang mengatakan bahwa:

“pengelolaan pajak bumi dan bangunan yang kami kelolah sudah cukup baik karna kami sebagai petugas selalu kerja sam dengan Kepala Desa sehingga apa yang kami kerja dapat kami selesaikan dengan baik”

(wawancara tanggal 15)

Seperti yang telah diungkapkan oleh petugas pengelolaan pajak bumi yang ada di Desa Pattiro sudah cukup baik karna adanya kerja sama antara kepala Desa dan Petugas pengelolaan pajak Bumi dan bangunan yang ada di Desa Pattiro.

Seperti yang dikemukaan oleh salah seorang masyarakat yang ada di Desa pattiro yang berinisial MU yang mengatakan bahwa:

“pengelolaan pajak yang ada di Desa kami cukup baik karena orang yang bertugas di bidang pengelolaan pajak bumi dan bangunan selalu turun di masyarakat bersosialisasi ” (wawancara tanggal 15)

Referensi

Dokumen terkait

Pada masing-masing benda kerja (diambil secara terpisah) dalam contoh uji, ketebalan lapisan rata-rata didalam lokasi acuan harus sama atau lebih besar dari nilai ketebalan

Jadi prinsip utama Vygotsky adalah (1) menekankan pada hakikat sosiokultural dalam pembelajaran, (2) ZPD dan (3) Scafolding. Tujuan Pembelajaran dan Hasil Belajar. Setiap

Kesimpulan : Kadar PGF2α mahasiswi Akper dan Akbid Harapan Mama Deli Serdang saat dismenore primer minimum 57 pg/ml dan maximum 1037pg/ml, Hal ini sesuai dengan

Infeksi kelopak atau blefaritis adalah radang yang sering terjadi pada kelopak mata (palpebra) baik itu letaknya tepat di kelopak ataupun pada tepi

Pada Pasal 112C angka 3 Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2014 pemegang kontrak karya hanya diperbolehkan untuk menjual ke luar negeri mineral logam hasil kegiatan pemurnian

Dari hasil analisa, pada skenario 1 menggunakan kolam tampungan eksisting (kolam tampungan 1,2,3,4) ditambah satu kolam tampungan rencana (kolam tampungan 5) yang dapat

Gambar 4.5 Hasil Perhitungan Leverett J-function (Jsw) vs Saturasi Air Dengan mengasumsikan Leverett J-function adalah properti dari batuan tidak akan merubah hasil

Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas karunia, rahmat, kasih setia dan perlindungan-Nya yang tak pernah berhenti, sehingga peneliti