PERHITUNGAN OEE (OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENES) PERHITUNGAN OEE (OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENES)
PADA MESIN TRUPUNCH V 5000 I PADA MESIN TRUPUNCH V 5000 I
MENUJU TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM) MENUJU TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM)
Study Kasus Pada PT XYZ Study Kasus Pada PT XYZ
Muhammad Kholil
Muhammad Kholil(1)(1) , Rudini Mulya , Rudini Mulya(2)(2) Program Studi Teknik Industri Program Studi Teknik Industri Universitas Mercubuana
Universitas Mercubuana – – Jakarta Jakarta Email:
Email:11 ) )[email protected] [email protected] , ,22 ) )[email protected]@gmail.com
Abstrak
Abstrak
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk merumuskan efektivitas dan efisiensi kinerja dariPenelitian ini dilakukan bertujuan untuk merumuskan efektivitas dan efisiensi kinerja dari mesin Trupunch V 5000 I di PT. XYZ berdasarkan nilai Overall Equipment Effectiveness (OEE). Faktor yang mesin Trupunch V 5000 I di PT. XYZ berdasarkan nilai Overall Equipment Effectiveness (OEE). Faktor yang mempengaruhi penurunan efektivitas peralatan disebut Six Big Losses, yaitu Breakdown Loss, Set mempengaruhi penurunan efektivitas peralatan disebut Six Big Losses, yaitu Breakdown Loss, Set Up/Adjustment Loss, Idling and Minor Stoppages, Reduce speed losses, Yield/Scrap Losses, Rework.Pada Up/Adjustment Loss, Idling and Minor Stoppages, Reduce speed losses, Yield/Scrap Losses, Rework.Pada laporan skripsi ini Penulis menerapkan metode Overall Equipment Effectiveness (OEE) untuk mengetahui laporan skripsi ini Penulis menerapkan metode Overall Equipment Effectiveness (OEE) untuk mengetahui efektivitas dan efisiensi kinerja dari mesin Trupunch V 5000efektivitas dan efisiensi kinerja dari mesin Trupunch V 5000 I. Dalam penelitian ini dilakukan pengumpulan dataI. Dalam penelitian ini dilakukan pengumpulan data dengan mengambil data kerusakan mesin Trupunch V 5000 I dan mengolah data seperti mencari nilai OEE, dengan mengambil data kerusakan mesin Trupunch V 5000 I dan mengolah data seperti mencari nilai OEE, korelasi dan regresi serta menggunakan diagram fishbone.Berdasarkan dari hasil peritungan OEE faktor Six Big korelasi dan regresi serta menggunakan diagram fishbone.Berdasarkan dari hasil peritungan OEE faktor Six Big Losses yang memberikan kontribusi terbesar pada mesin Trupunch V 5000 I adalah Reduce Speed Losses Losses yang memberikan kontribusi terbesar pada mesin Trupunch V 5000 I adalah Reduce Speed Losses dengan rata-rata nilai sebesar 28,97%, diikuti dengan Yield/Scrap Losses sebesar 16,39%, diikuti dengan Idling dengan rata-rata nilai sebesar 28,97%, diikuti dengan Yield/Scrap Losses sebesar 16,39%, diikuti dengan Idling and Minor Stoppages sebesar 7,67%, diikuti dengan Set Up/Adjustment Loss sebesar 2,93 %, dikiuti dengan and Minor Stoppages sebesar 7,67%, diikuti dengan Set Up/Adjustment Loss sebesar 2,93 %, dikiuti dengan breakdown losses sebesar 2,53 % dan rework losses sebesar 0,69 %.
breakdown losses sebesar 2,53 % dan rework losses sebesar 0,69 %.
Kata Kunci: Mesin Trupunch V 5000 I, Overall Equipment Effectiveness (OEE), Six Big Losses, Regresi dan Kata Kunci: Mesin Trupunch V 5000 I, Overall Equipment Effectiveness (OEE), Six Big Losses, Regresi dan
Korelasi.
Korelasi.
Abstrac
Abstrac This This study study was was aimed aimed to to formulate formulate the the effectiveness effectiveness and and efficiency efficiency of of the the performance performance of of thethe engine V 5000 I Trupunch in PT. XYZ
engine V 5000 I Trupunch in PT. XYZ based on the value of Overall Equipmebased on the value of Overall Equipment Effectiveness (OEE). Factorsnt Effectiveness (OEE). Factors affecting the decline in effectiveness of equipment called the Six Big Losses, namely Breakdown Loss, Set Up / affecting the decline in effectiveness of equipment called the Six Big Losses, namely Breakdown Loss, Set Up / Loss
Loss Adjustment, Adjustment, Idling Idling and and Minor Minor Stoppages, Stoppages, Reduce Reduce speed speed losses, losses, Yield Yield / / Losses Losses Scrap, Scrap, Rework.This Rework.This paperpaper reports on the authors apply the method of Overall Equipment Effectiveness (OEE) to examine the effectiveness reports on the authors apply the method of Overall Equipment Effectiveness (OEE) to examine the effectiveness and efficiency of the performance of the engine V 5000 Trupunch I. I
and efficiency of the performance of the engine V 5000 Trupunch I. I n this research, data collection by retrievingn this research, data collection by retrieving data Trupunch V 5000 engine failure and process the data as I find the value of OEE, correlation and data Trupunch V 5000 engine failure and process the data as I find the value of OEE, correlation and regression, and using fishbone diagrams.Based on the results peritungan Six Big Losses OEE factors that regression, and using fishbone diagrams.Based on the results peritungan Six Big Losses OEE factors that contribute most to the machine I was Trupunch V 5000 Speed Reduce Losses with an average value of 28.97%, contribute most to the machine I was Trupunch V 5000 Speed Reduce Losses with an average value of 28.97%, followed
followed by by Yield Yield / / Scrap Scrap Losses Losses amounted amounted to to 16.39%, 16.39%, followed followed by by idling idling and and Minor Minor Stoppages Stoppages by by 7.67%,7.67%, followed by
followed by Set Set Up Up / / Loss Loss Adjustment Adjustment for for 2.93%, 2.93%, breakdown dikiuti breakdown dikiuti with losses with losses of 2.53of 2.53% and % and rework losrework losses ses ofof 0.69%.
0.69%.
Keywords: Mechanical Trupunch
Keywords: Mechanical Trupunch V 5000 V 5000 I, Overall Equipment I, Overall Equipment Effectiveness (OEE), Six Effectiveness (OEE), Six Big Losses, RBig Losses, R egressionegression and Correlation.
and Correlation.
1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
Usaha perbaikan pada industri manufaktur, dilihat dari segi peralatan adalah dengan meningkatkan efektivitas mesin/peralatan yang ada seoptimal mungkin. Pada prakteknya, seringkali usaha perbaikan yang dilakukan tersebut hanya pemborosan, karena tidak menyentuh akar permasalahan yang sesungguhnya. Hal ini disebabkan karena tim perbaikan tidak mendapatkan dengan jelas permasalahan yang terjadi dan faktor-faktor yang menyebabkannya. Untuk itu diperlukan suatu metode yang mampu mengungkapkan permasalahan dengan jelas agar dapat melakukan peningkatan kinerja peralatan dengan optimal.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, perumusan masalah yang menjadi objek kajian dalan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah efektivitas dan efisiensi kinerja dari mesin Trupunch V 5000 I di PT.
XYZ berdasarkan nilai Overall Equipment Effectiveness (OEE) ?
2. Faktor apa yang memberikan kontribusi terbesar terhadap nilai OEE dari six big losses pada mesin Trupunch V 5000 I?
3. Bagaimana solusi perbaikan yang dapat dilakukan PT. XYZ dengan menggunakan diagram sebab akibat?
1.3 Batasan Masalah
Pembahasan terhadap suatu masalah yang dikemukakan harus ada suatu pembatasan agar ruang lingkupnya tidak menyimpang, terarah dan mudah dipahami sehingga tujuan dari kerja praktek dapat tercapai dengan optimal. Adapun batasan – batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Penelitian yang dilakukan tidak sampai pada perhitungan biaya.
2. Penelitian yang dilakukan hanya sampai pada pemberian usulan perbaikan.
3. Pendefinisian permasalahan utama dilakukan dengan menggunakan diagram sebab akibat.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Merumuskan efektivitas dan efisiensi kinerja dari mesin Trupunch V 5000 I di PT.
XYZ berdasarkan nilai Overall Equipment Effectiveness (OEE).
2. Untuk merumuskan faktor-faktor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap nilai OEE dari six big losses pada mesin Trupunch V 5000 I.
3. Untuk mengetahui solusi perbaikan yang dapat dilakukan PT. XYZ dengan menggunakan diagram sebab akibat?
2. Landasan Teori 2.1 Pemeliharaan
Menurut Patrick (2001, p407), maintenance adalah suatu kegiatan untuk memelihara dan menjaga fasilitas yang ada serta memperbaiki, melakukan penyesuaian atau penggantian yang diperlukan untuk mendapatkan suatu kondisi operasi produksi agar sesuai dengan perencanaan yang ada.
2.2 Total Productive Maintenance (TPM) Total Productive Maintenance mula mula berasal dari pemikiran PM ( Preventive Maintenance dan Production Maintenance), dari Amerika masuk ke Jepang dan berkembang menjadi suatu sistem baru khas Jepang yang kemudian dikenal sebagai TPM (Total Productive Maintenance). Total Productive Maintenance adalah konsep pemeliharaan yang melibatkan seluruh pekerja yang bertujuan mencapai efektifitas pada seluruh sistem produksi melalui partisipasi dan kegiatan pemeliharaan yang produktif, proaktif, dan terencana. [Suzaki Kyoshi, 1999]
2.3 Overall Equipment Effectiveness
Overall Equipment Effectiveness (OEE) merupakan metode yang digunakan sebagai alat ukur dalam penerapan program TPM guna menjaga peralatan pada kondisi ideal dengan menghapuskan six big losses peralatan.
Pengukuran OEE ini didasarkan pada pengukuran tiga rasio utama, yaitu:
1. Availability Ratio
Availability ratio merupakan suatu rasio yang menggambarkan pemanfaatan waktu yang tersedia untuk kegiatan operasi mesin atau peralatan. Dengan demikian formula yang digunakan untuk mengukur availability ratio adalah:
Availability =
x 100 % Availability =
x 100 % Loading time adalah waktu yang tersedia (available time) perhari atau perbulan dikurangi dengan waktu downtime mesin yang direncanakan ( planned downtime).
Loading Time = Total Available Time – Planned Downtime
Operation time merupakan hasil pengurangan loading time dengan waktu downtime mesin (non-operation time). Dengan kata lain, operation time adalah waktu operasi yang tersedia setelah waktu-waktu downtime mesin dikeluarkan dari total available time yang direncanakan.
2. Performance Ratio
Performance ratio merupakan suatu ratio yang menggambarkan kemampuan dari peralatan dalam menghasilkan barang. Tiga faktor penting yang dibutuhkan untuk menghitun performance efficiency adalah:
a. Ideal cycle time (waktu siklus ideal) b. Processed amount (jumlah produk
yang diproses)
c. Operation time (waktu operasi mesin) Formula pengukuran rasio ini adalah:
Performance Rate (P) =
x 100 %
3. Quality Ratio atau Rate of Quality Product . Quality ratio atau rate of quality product merupakan suatu rasio yang menggambarkan kemampuan peralatan dalam menghasilkan produk yang sesuai dengan standar. Formula yang digunakan untuk pengukuran rasio ini adalah:
Rate of quality =
x 100
%
2.4 Enam Kerugian Utama(
S ix B ig Los s es
).Tujuan dari perhitungan six big losses ini adalah untuk mengetahui nilai efektivitas keseluruhan (Overall Equipment Effectiveness / OEE). Dari nilai OEE ini dapat diambil langkah-langkah untuk memperbaiki atau mempertahankan nilai tersebut. Keenam kerugian tersebut dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu:
1. Downtime Losses, terdiri dari :
a. Breakdown Losses/Equipment Failures adalah kerusakan mesin/peralatan yang tiba-tiba atau kerusakan yang tidak diinginkan tentu saja akan menyebabkan kerugian, karena kerusakan mesin akan menyebabkan mesin tidak beroperasi menghasilkan output. Hal ini akan mengakibatkan waktu yang terbuang sia- sia dan kerugian material serta produk cacat yang dihasilkan semakin banyak.
Breakdown Losses =
x 100%
b. Setup and Adjusment Losses/ kerugian karena pemasangan dan penyetelan, semua waktu set up termasuk waktu
penyesuaian (adjustment ) dan juga waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan-kegiatan pengganti satu jenis produk ke jenis produk berikutnya untuk proses produksi selanjutnya.
Set up/Adjusment Losses =
x 100%
2. Speed Loss, terdiri dari :
a. Idling and Minor Stoppage Losses disebabkan oleh kejadian-kejadian seperti pemberhentian mesin sejenak, kemacetan mesin, dan idle time dari mesin. Kenyataannya, kerugian ini tidak dapat dideteksi secara langsung tanpa adanya alat pelacak.
Idling and minor stoppages losses =
x 100%
b. Reduced Speed Losses adalah kerugian karena mesin tidak bekerja optimal (penurunan kecepatan operasi) terjadi jika kecepatan aktual operasi mesin/peralatan lebih kecil dari kecepatan optimal atau kecepatan mesin yang dirancang.
Reduce speed losses =
x 100%
3. Defect Loss, terdiri dari :
a. Rework Losses adalah kerugian yang disebabkan karena adanya produk cacat maupun karena kerja produk diproses ulang. Produk cacat yang dihasilkan akan mengakibatkan kerugian material, mengurangi jumlah produksi, biaya tambahan untuk pengerjaan ulang dan limbah produksi meningkat.
Rework Losses =
x 100%
b. Reduced Yield Losses adalah kerugian waktu dan material yang timbul selama waktu yang dibutuhkan oleh mesin/peralatan untuk menghasilkan produk baru dengan kualitas produk yang telah diharapkan. Kerugian yang timbul tergantung pada faktor-faktor seperti keadaan operasi yang tidak stabil, tidak tepatnya penanganan dan pemasangan mesin/peralatan ataupun operator tidak mengerti dengan kegiatan proses produksi yang dilakukan.
Reduced Yield Losses =
x
100%
Diagram 2.1 Hubungan Antara Enam Kerugian Besar Dalam Peralatan & Keefektifan Seluruh Peralatan
2.5 Fishbone Diagram / Diagram Sebab Akibat
Instrumen dasar dalam peningkatan kualitas yang lain adalah diagram Ishikawa.
Dinamakan Ishikawa sesuai dengan nama penemunya yang berasal dari negara jepang yang bernama “Kaaru Ishikawa” pada tahun 1943. Diagram Ishikawa juga dikenal sebagai diagram sebab akibat atau Fishbone. Fungsi dasarnya adalah untuk mengidentifikasi dan mengorganisasi penyebab-penyebab yang mungkin timbul dari suatu efek spesifik dan kemudian memisahkan akar penyebabnya.
Diagram Fishbone terdiri dari 2 macam yaitu:
1. Standar Fishbone: mengidentifikasi penyebab-penyebab yang mungkin dari suatu masalah yang tidak diinginkan dan bersifat spesifik.
2. Diagram fishbone terbalik: mengidentifikasi tindakan yang harus dilakukan untuk menghasilkan efek atau hasil yang diinginkan.
Langkah-langkah dalam pembuatan diagram sebab akibat atau fishbone adalah sebagai berikut:
1. Definisikan masalah yang ada, langkah ini dapat menggunakan dari hasil diagram pareto.
2. Gambarkan kotak masalah (kepala ikan) dan panah utama serta garis-garis samping (tulang ikan)
3. Tuliskan pernyataan masalah tersebut pada kepala ikan yang merupakan akibat.
4. Spesifikasi kategori utama yang merupakan sumber-sumber penyebab timbulnya masalah dan tuliskan pada tulang ikan.
5. Identifikasi penyebab-penyebeb sekunder yang mempengaruhi penyebab utama dan tuliskan pada tulang ikan yang lebih kecil.
6. Analisis sebab-sebab timbulnya permasalahan dan kemudian diambil tindakan korektifnya untuk perbaikan.
Diagram 2.2 Contoh Fishbone Berikut ini manfaat fishbone diagram:
1. Merupakan alat yang luar biasa untuk mengumpulkan ide dan input-input kelompok, merupakan metode dasar dari brainstorming terstruktur.
2. Dengan mengelompokan penyebab- penyebab yang mungkin, maka kelompok dapat memikirkan banyak kemungkinan ketimbang hanya memfokuskan pada beberapa area tipikal.
3. Membantu dimulainya fase analyze.
Dengan menggunakan fishbone diagram, maka dapat digunakan untuk mengidentifikasi beberapa penyebab dengan lebih fokus untuk memulai analisis proses dan data. Fishbone diagram juga membawa kita kembali ke isu variasi. Kita perhatikan bahwa sebuah proses memiliki dua tipe variasi.
Selanjutnya akar-akar penyebab masalah yang ditemukan dimasukan ke dalam fishbone diagram yang telah mengkategorikan sumber- sumber penyebab berdasarkan prinsip 7M, yaitu:
1. Manpower (tenaga kerja), yaitu berkaitan dengan kekurangan dalam pengetahuan, kekurangan dalam keterampilan dasar yang berkaitan dengan mental dan fisik, kelelahan, stress, ketidakpedulian dan lain- lain.
2. Machines (mesin-mesin) dan peralatan, yaitu berkaitan dengan tidak ada sistem perawatan preventif terhadap mesin-mesin produksi, termasuk fasilitas dan peralatan lain, tidak sesuai dengan spesifikasi tugas, tidak dikalibrasi dan lain-lain.
3. Methods (Metode kerja), yaitu berkaitan dengan tidak ada prosedur dan metode kerja yang benar, tidak jelas, tidak diketahui, tidak terstandarisasi, tidak cocok dan lain-lain.
4. Materials (bahan baku dan bahan pendukung), yaitu berkaitan dengan ketiadaan spesifikasi kualitas dari bahan baku dan bahan pendukung yang digunakan, ketiadaan penanganan yang efektif terhadap bahan baku dan bahan pendukung tersebut dan lain-lain.
5. Media, yaitu berkaitan dengan tempat dan waktu kerja yang tidak memperhatikan aspek-aspek kebersihan, kesehatan, keselamatan kerja, kekurangan lampu penerangan, ventilasi yang buruk dan lain- lain.
6. Motivation (motivasi), yaitu berkaitan dengan ketiadaan sikap kerja yang benar dan professional, yang dalam hal ini disebabkan sistem balas jasa dan penghargaan yang tidak adil kepada tenaga kerja.
7. Money (keuangan), yaitu berkaitan dengan ketiadaan dukungan financial (keuangan) yang cukup guna memperlancar proses pembuatan produk yang berkualitas (Gaspersz, 2002:241).
2.6 Regresi
Analisa Regresi digunakan untuk mempelajari dan mengukur hubungan statistik yang terjadi antara dua atau lebih variabel.
Dalam analisa regresi, suatu persamaan regresi hendak ditentukan dan digunakan untuk menggambarkan pola atau fungsi hubungan yang terdapat antar variabel. Sumbu Y : variabel terikat (variabel yang akan diestimasi nilainya) Sumbu X : variabel bebas (variabel yang diasumsikan member pengaruh terhadap variasi variabel terikat) Untuk mempelajari hubungan – hubungan antara variabel bebas maka regresi linier terdiri dari dua bentuk, yaitu:
1. Analisis regresi sederhana (Simple analysis regresi )
2. Analisis regresi berganda (Multiple analysis regresi ).
2.7 Korelasi
Korelasi adalah derajat hubungan linier antara dua variabel atau lebih dari data hasil pengamatan. Dua variabel dikatakan berkorelasi apabila perubahan dalam satu variabel diikuti oleh perubahan variabel lain, baik yang searah maupun tidak. Hubungan antara variabel dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis :
1. Korelasi positif, terjadi apabila perubahan antara variabel yang satu diikuti oleh variabel lainnya dengan arah yang sama (berbanding lurus). Artinya apabila variabel yang satu meningkat, maka akan diikuti peningkatan variabel lainnya.
2. Korelasi negatif, terjadi korelasi negatif apabila perubahan antara variabel yang satu diikuti oleh variabel lainnya dengan arah yang berlawanan (berbanding terbalik). Artinya apabila variabel yang satu meningkat, maka akan diikuti penurunan variabel lainnya.
3. Korelasi nihil, terjadi korelasi nihil apabila perubahan antara variabel yang satu diikuti oleh variabel lainnya dengan arah yang tidak teratur (acak). Artinya apabila variabel yang satu meningkat, kadang diikuti dengan peningkatan pada variabel lain dan kadang diikuti dengan penurunan pada variabel lain.
Analisa korelasi digunakan untuk mengukur seberapa kuat atau derajat kedekatan, suatu relasi yang terjadi antar variabel, dengan keterangan interval kekuatan hubungan sebagai berikut (Sugiyono) :
Tabel 2.1 Interval Kekuatan Interval
Kekuatan Keterangan
0 Tidak ada korelasi 0,00 - 0,25 Korelasi sangat lemat 0,25 - 0,50 Korelasi cukup 0,50 - 0,75 Korelasi kuat 0,75 - 0,99 Korelasi sangat kuat
1 Korelasi sempurna
Gambar 2.2 Beberapa Bentuk Diagram Pancar
bekerja sehingga peluang mesin tersebut rusak menjadi lebih tinggi.
b. Manusia/operator
Kurangnya konsentrasi operator dalam bekerja sehingga mengakibatkan produktifitas yang menurun.
c. Lingkungan
Tingkat kebisingan sangat tinggi mengakibatkan pekerja kurang berkonsentrasi.
Kurangnya pencahayaan di dalam pabrik sehingga mengganggu penglihatan.
d. Metode
Proses set up mesin tidak sesuai dengan standar, set up hanya seadanya yang penting mesin masih tetap berjalan.
Pemakaian mesin secara terus menerus sehingga hanya sedikit waktu untuk mesin tersebut beristirahat.
e. Material
Kurangnya ketersediaan material di line produksi dikarenakan crane yang diperlukan tidak sesuai dengan kebutuhan.
Idling and Minor Stoppage Losses Manusia
Lingkungan
Mesin/peralatan
Metode Material
Kurang Konsentrasi
Kurang Teliti
Sering Gangguan
Kecepatan Mesin berkurang
Banyak Part Aus
Kurangnya crane
Kurang Pencahayaan
Lingkungan Kotor
Set Up Tidak Sesuai Standar
Pemakaian Mesin Secara Terus Menerus
6. Kesimpulan dan Saran 6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan dan analisa data sebelumnya pada mesin Trupunch V 5000 I di PT. Laser Metal Mandiri (LMM), maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Dengan melihat nilai rata-rata hasil perhitungan OEE pada mesin Trupunch V 5000 I yaitu sebesar 48,59 %, dapat disimpulkan bahwa efektifitas mesin Trupunch V 5000 I jauh dari standar worldclass (85 %).
2. Faktor six big losses yang memberikan kontribusi terbesar terhadap nilai OEE pada mesin Trupunch V 5000 I adalah Reduce
Speed Losses dengan rata-rata nilai sebesar 28,97%.
3. Usulan pebaikan yang dihasilkan dari analisa diagram sebab akibat terhadap faktor yang menjadi prioritas utama adalah : a. Langkah perbaikan terhadap faktor
mesin/peralatan
Mengoptimalkan preventive maintenance.
b. Langkah perbaikan terhadap faktor tenaga kerja
Memberikan pelatihan kepada para operator.
Memberikan reward dan punishment untuk pekerja.
Perusahaan perlu mengadakan gathering karyawan.
c. Langkah perbaikan terhadap faktor lingkungan
Membersihkan area kerja sebelum dan sesudah proses produksi.
d. Langkah perbaikan terhadap faktor metode
Pelaksanaan set up mesin harus sesuai dengan aturan yang telah dibuat.
Fokus pemeliharaan pada mesin yang digunakan secara kontinu.
e. Langkah perbaikan terhadap faktor material
Meningkatkan inspeksi produk pada setiap stasiun kerja agar tidak menjadi masalah dalam stasiun kerja yang lain.
6.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan berdasarkan penelitian ini yang mungkin akan berguna sebagai masukan yang bermanfaat bagi perusahaan adalah sebagai berikut : 1. Melakukan perhitungan OEE pada setiap
mesin secara rutin, agar diperoleh informasi yang akurat untuk melakukan pemeliharaan dan perawatan secara terus menerus dalam upaya peningkatan efektifitas penggunaan mesin/peralatan.
2. Melakukan pelatihan kepada seluruh operator untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan mereka dalam menanggulangi permasalahan yang terjadi pada mesin produksi sehingga perusahaan dapat menerapkan autonomous maintenance untuk meningkatkan produktivitas mesin.
3. Menanamkan kesadaran kepada seluruh karyawan untuk berperan aktif dalam peningkatan produktivitas dari tingkat operator hingga top management .