• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN TINJAUAN TEORITIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN TINJAUAN TEORITIS"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

6 BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN TINJAUAN TEORITIS

A. Tinjauan Penelitian Terdahulu

((Krisnata Dwi dan Supramono, 2012) melakukan penelitian tentang likuiditas, leverage, komisaris independen, dan manajemen laba terhadap agresivitas pajak dengan populasi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2006-2010. Menggunakan teknik sample purposive sampling pada 192 perusahaan. Hasil analisis regresi menunjukan bahwa manajemen laba dan leverage berpengaruh positif terhadap agresivitas pajak sedangkan likuiditas dan komisaris independen tidak berpengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak.

(Imam Fadli, 2016) melakukan penelitian tentang pengaruh likuiditas, leverage, komisaris independen, manajemen laba dan kepemilikan institusional terhadap agresivitas pajak dengan populasi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2013. Menggunakan teknik sample purposive sampling pada 120 perusahaan. Hasil pada penelitian ini adalah likuiditas, leverage, komisaris independen dan manajemen laba berpengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak sedangkan kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak.

(Agus Purwanto, 2016) melakukan penelitian tentang pengaruh likuiditas, leverage, manajemen laba dan kompensasi rugi fiscal terhadap agresivitas pajak dengan populasi perusahaan pertanian dan pertambahan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2013. Menggunakan teknik sample purposive sampling pada 57 perusahaan. Hasil pada penelitian ini adalah leverage dan manajemen laba berpengaruh positif terhadap agresivitas pajak sedangkan likuiditas dan komisaris independen tidak berpengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak.

(Ida Bagus Putu Fajar Adisamartha, 2018) melakukan penelitian tentang pengaruh likuiditas, leverage, intensitas perusahaan dan intensitas asset tetap pada

(2)

7 tingkat agresivitas wajib pajak badan dengan populasi perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2014. penelitian ini dilakukan menggunakan sample purposive sampling pada 131 perusahan. Hasil dari penelitian tersebut adalah likuiditas, intensitas perusahaan dan intensitas asset tetap berpengaruh pada agresivitas pajak sedangkan leverage tidak berpengaruh terhadap agresivitas pajak.

(Irvan Tiaras dan Henryanto Wijaya, 2015) melakukan penelitian tentang pengaruh likuiditas, leverage, manajemen laba, komisaris independen dan ukuran perusahaan terhadap agresivitas pajak dengan populasi perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2011. Dengan menggunakan teknik purposive sampling pada 148 data perusahaan terpilih. Hasil dari penelitian tersebut adalah leverage, likuiditas, dan komisaris independen tidak berpengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak sedangkan manajemen laba dan ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap agresivitas pajak.

B. Teori dan Kajian Pustaka

1. Teori Keagenan (Agency Theory)

Teori keagenan menyatakan bahwa perusahaan yang memisahkan fungsi pengelolaan dan kepemilikan akan rentan terhadap konflik keagenan (Jensen dan Meckling, 1976). Pada model teori keagenan sistem dibuat dengan tujuan agar kedua pihak dari manajemen dan pemilik agar dapat terlibat, serta yang dimaksud dengan agen yakni perusahaan dan principal adalah Negara.

Secara konseptual, teori keagenan memiliki hubungan dengan manajemen laba.

Pada teori keagenan, manajemen laba menyajikan laporan keuangan yang dapat dimotivasi oleh dua motivasi : opportunistic dan signaling. Pada motivasi opportunistic, manajemen laba membuat laba lebih tinggi dari yang sebenarnya dengan kompensasi. Sementara pada motivasi signaling, manajemen cenderung membuat laba yang mempunyai kualitas dengan adanya evaluasi kinerja serta sebagai signal bagi pemegang saham (Sunarto, 2009).

(3)

8 2. Pajak

Menurut Undang Undang No.16 Pasal 1 angka 1 Tahun 2009 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan, menyebutkan bahwa pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang undang, dan tidak mendapatkan imbalan secara langsung melainkan untuk keperluan Negara demi kemakmuran selutuh rakyat dalam bidang sosial maupun ekonomi. Kontribusi pajak yang tinggi berasal dari pendapatan yang tinggi pula, hal ini dimaksudkan untuk melaksanakan pemerataan pajak.

3. Fungsi Pajak

Menurut buku perpajakan Indonesia, Universitas Muhammadiyah Malang (2015) fungsi pajak bagi Negara adalah sebagai berikut :

a. Penerimaan/Anggaran (Budgeting).

Pajak adalah sumber pendapatan Negara yang berfungsi untuk mendapatkan anggaran pendapatan dan belanja Negara (APBN), untuk melaksanakan tugas tugas Negara yakni memakmurkan dan mensejahterakan rakyat dimana Negara dikatakan sukses ketika rakyatnya makmur dan sejahtera, baik secara ekonomi maupun sosial, memberi keadilan sebagaimana rakyat meminta keadilan dalam berbagai aspek. Untuk merealisasikan dan menjalankan fungsi tersebut Negara membutuhkan biaya yang diperoleh dari rakyat.

b. Mengatur (Regulasi)

Tugas pemerintah adalah mengatur pertumbuhan ekonomi, pemerintahan, dan memberikan fasilitas keringanan pajak mulai dari pembebasan, keringanan, dan penundaan pembayaran pajak bagi para investasi barang dan jasa atau bagi aktivitas investasi asing bagi Negara. Untuk barang luar negeri pemerintah menetapkan bea masuk yg cukup tinggi guna melindungi barang dalam negeri dari persaingan barang luar negeri.

(4)

9 c. Retribusi Pendapatan

Dana yang didapatkan pemerintah dari pemungutan pajak pada wajib pajak pribadi dan badan akan dikembalikan ke rakyat melalui pengeluaran dalam bentuk pembangunan dan anggaran pendapatan dan belanja Negara (APBN).

4. Leverage

Leverage merupakan penggunaan sumber dana yang memiliki beban tetap, dengan harapan akan memberi tambahan keuntungan yang lebih besar dari beban tetap, sehingga keuntungan pemegang saham bertambah, menurut Beneish dan Press dalam (Herawaty dan Baridwan, 2007). Menurut (Bringham dan Huston, 2015) penggunaan leverage dalam perusahaan dapat menimbulkan beban bunga (Interest) yang dapat menjadi pengurang beban pajak penghasilan untuk wajib pajak badan, sehingga pajak yang dibayarkan lebih rendah.

Menurut (Keown, 2005) leverage adalah menggunakan sumber dana yang memiliki beban tetap (Fixed rate of return) untuk mengharapkan keuntungan yang lebih tinggi dibanding biaya tetap sehingga dapat meningkatkan keuntungan.

Perbandingan rasio total hutang terhadap harta idealnya sebesar 40%. (Bringham dan Houston, 2007) mengatakan ada beberapa jenis cara pengukuran leverage, diantaranya:

a. Debt to Equity Ratio

Debt to Equity Ratio (DER) adalah kondisi dimana perusahaan membayar kewajibannya dengan menggunakan investasi modal yang berasal dari kreditor. Pada jenis pengukuran ini menggambarkan perbandingan antara hutang dan modal pribadi.

Dari penjelasan diatas diperoleh rumus perhitungan Debt to Equity Ratio adalah sebagai berikut:

𝑫𝒆𝒃𝒕 𝒕𝒐 𝑬𝒒𝒖𝒊𝒕𝒚 𝑹𝒂𝒕𝒊𝒐 (𝐃𝐄𝐑) =

𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐇𝐮𝐭𝐚𝐧𝐠 𝐌𝐨𝐝𝐚𝐥 𝐒𝐞𝐧𝐝𝐢𝐫𝐢

(5)

10 b. Time Interest Earned

Rasio ini memperhitungkan seberapa banyak tingkat laba operasi ditambahkan dengan penyusutan yang dapat membayar hutang bunga perusahaan. Dari penjelasan diatas dapat diperoleh rumus perhitungan Time Interest Earned adalah sebagai berikut :

𝑻𝒊𝒎𝒆𝑰𝒏𝒕𝒆𝒓𝒆𝒔𝒕 𝑬𝒂𝒓𝒏𝒆𝒅 = c. Debt Service Coverage

𝐋𝐚𝐛𝐚 𝐨𝐩𝐞𝐫𝐚𝐬𝐢 + 𝐩𝐞𝐧𝐲𝐮𝐬𝐮𝐭𝐚𝐧

𝐛𝐮𝐧𝐠𝐚

Debt Service Coverage (DSC) adalah kondisi dimana kewajiban financial timbul akibat menggunakan hutang bukan hanya karena tidak membayar bunga dan sewa guna (Leasing). Adapun kewajiban dalam bentuk pembayaran angsuran pokok pinjaman. Dari penjelasan diatas dapat diperoleh rumus perhitungan Debt Service Coverage adalah sebagai berikut :

𝑫𝑺𝑪 = 𝐋𝐚𝐛𝐚 𝐎𝐩𝐞𝐫𝐚𝐬𝐢 + 𝐏𝐞𝐧𝐲𝐮𝐬𝐮𝐭𝐚𝐧

𝐀𝐧𝐠𝐬𝐮𝐫𝐚𝐧 𝐏𝐨𝐤𝐨𝐤 𝐏𝐢𝐧𝐣𝐚𝐦𝐚𝐧 𝐁𝐮𝐧𝐠𝐚 + 𝐒𝐞𝐰𝐚

𝐆𝐮𝐧𝐚 (𝟏 − 𝐓)

5. Manajemen Laba

Manajemen laba merupakan keputusan manajer yang digunakan untuk memilih kebijakan akuntansi tertentu yang dianggap bisa mendapatkan tujuan yang diinginkan perusahaan, baik untuk mengurangi kerugian ataupun untuk meningkatkan laba (Dian Agustia, 2013). Definisi ini memberikan gambaran bahwa manajemen laba adalah sesuatu yang diusahakan untuk dilakukan perusahaan dengan tujuan memperoleh profit sesuai keinginan dan tujuan.

Manajemen laba merupakan variable dummy, yakni variable yg mempunyai sifat dikotomi atau kategorial (Kuncoro,2013). Menurut penelitian (Kuncoro, 2013)

(6)

11 manajemen laba dapat diukur menggunakan variable dummy. Variable dummy

dibagi menjadi 2 kategori, yakni perusahaan dengan range small profit firms pada range 0 sampai dengan 0,06 akan diberi kode 1 dan perusahaan dalam range small loss firms pada range -0,09 sampai dengan 0 akan diberi kode 2.

6. Agresivitas Pajak

Tindakan yang dilakukan perusahaan untuk mengurangi pendapatan kena pajak melalui perencanaan pajak (Tax planning) baik secara legal yang dilakukan dengan penghindaran pajak (Tax avoidance) maupun ilegal yang dilakukan dengan menggelapkan pajak (Tax evasion) disebut agresivitas pajak perusahaan (Frank,2009). Walaupun tidak semua tindakan yang dilakukan melanggar peraturan, namun semakin banyak celah yang digunakan perusahan tersebut dianggap semakin agresif terhadap pajak (Krisnata dwi,2012).

Untuk mengetahui agresivitas pajak perusahaan dapat diukur dengan menggunakan proksi Effective Tax Rates (ETR), Cash ETR, GAAP ETR, Book Tax Differences (BTD). Proksi ETR menjadi nilai dan tolak ukur adanya agresivitas pajak apabila ETR mendekati nol. ETR yang rendah menandakan beban pajak perusahaan lebih kecil dari pendapatan sebelum pajak. Yg artinya jika semakin rendah ETR yg dimiliki perusahaan maka tingkat agresivitas pajak semakin tinggi.

7. Penghindaran Pajak Melalui Leverage

Penambahan jumlah utang akan menimbulkan munculnya beban bunga yang harus dibayarkan oleh perusahaan, menurut (Adelina, 2012) komponen pada beban bunga akan mengurangi laba sebelum pajak, sehingga beban pajak yang seharusnya dibayarkan perusahaan menjadi berkurang. Tax avoidance dapat dilakukan karena tidak melanggar peraturan perundang undangan perpajakan. penghindaran pajak dilakukan dengan mencari celah dalam undang undang perpajakan yang akan mempengaruhi penerimaan Negara dari skor pajak (Mangonting, 1999). Kebijakan yang diambil perusahaan memiliki peran yang signifikan terhadap tingkat

(7)

12 dibagi menjadi 2 kategori, yakni perusahaan dengan range small profit firms pada range 0 sampai dengan 0,06 akan diberi kode 1 dan perusahaan dalam range small loss firms pada range -0,09 sampai dengan 0 akan diberi kode 2.

8. Agresivitas Pajak

Tindakan yang dilakukan perusahaan untuk mengurangi pendapatan kena pajak melalui perencanaan pajak (Tax planning) baik secara legal yang dilakukan dengan penghindaran pajak (Tax avoidance) maupun ilegal yang dilakukan dengan menggelapkan pajak (Tax evasion) disebut agresivitas pajak perusahaan (Frank,2009). Walaupun tidak semua tindakan yang dilakukan melanggar peraturan, namun semakin banyak celah yang digunakan perusahan tersebut dianggap semakin agresif terhadap pajak (Krisnata dwi,2012).

Untuk mengetahui agresivitas pajak perusahaan dapat diukur dengan menggunakan proksi Effective Tax Rates (ETR), Cash ETR, GAAP ETR, Book Tax Differences (BTD). Proksi ETR menjadi nilai dan tolak ukur adanya agresivitas pajak apabila ETR mendekati nol. ETR yang rendah menandakan beban pajak perusahaan lebih kecil dari pendapatan sebelum pajak. Yg artinya jika semakin rendah ETR yg dimiliki perusahaan maka tingkat agresivitas pajak semakin tinggi.

9. Penghindaran Pajak Melalui Leverage

Penambahan jumlah utang akan menimbulkan munculnya beban bunga yang harus dibayarkan oleh perusahaan, menurut (Adelina, 2012) komponen pada beban bunga akan mengurangi laba sebelum pajak, sehingga beban pajak yang seharusnya dibayarkan perusahaan menjadi berkurang. Tax avoidance dapat dilakukan karena tidak melanggar peraturan perundang undangan perpajakan. penghindaran pajak dilakukan dengan mencari celah dalam undang undang perpajakan yang akan mempengaruhi penerimaan Negara dari skor pajak (Mangonting, 1999). Kebijakan yang diambil perusahaan memiliki peran yang signifikan terhadap tingkat

(8)

13 penghindaran pajak perusahaan, seperti halnya menentukan pembiayaan perusahaan melalui utang atau leverage.

10. Penghindaran Pajak Melalui Manajemen Laba

laba adalah sebagai dasar ukur perhitungan pengenaan pajak. Semakin tinggi laba yang diperoleh pada suatu perusahaan maka akan semakin tinggi kewajiban pajak yang harus dibayarkan (Belkaoui, 2006). Menurut (Scoot, 2006) earning management hal yang sering dilakukan perusahaan yakni dengan menggunakan celah dari standar akuntansi. Earning management mempunyai akibat atas ketidaksesuaian pada laporan keuangan dengan kondisi sebenarnya sehingga dapat merugikan pihak pihak yang berkepentingan. Hal ini diperkuat atas pernyataan Subramanyam (2008) yg menyatakan bahwa earning management sebagai kosmetik akibat dari laba yang dilaporkan tidak sesuai dengan laba yang diperoleh perusahaan.

Menurut (Rahman, 2013) salah satu motivasi earning management adalah meminimalisir pengeluaran pajak. Manajemen melakukan earning management dengan maksud dan tujuan meminimalkan pengeluaran pajak karena pajak dianggap sebagai beban perusahaan. Perusahaan memilih penghindaran pajak melalui cara legal dengan tax avoidance dengan alasan lebih aman dan tidak melanggar peraturan perundang undangan. Tax avoidance adalah penghindaran pajak yang dilakukan secara legal dan tidak melanggar peraturan perundang undangan (Rakosa, 2014).

11. Cara Melakukan Tax Avoidance

Para ahli perpajakan mengemukakan beberapa cara untuk melakukan tax avoidance :

a. Menunda Penghasilan, hal ini dilakukan dengan tujuan agar dapat menunda pembayaran pajak

(9)

14 b. Tax arbitrage, dengan memanfaatkan perbedaan tarif yg terkait dengan wajib

pajak badan dan orang pribadi.

c. Tax arbitrage, dengan memanfaatkan perlakuan pajak yang berbeda. Menunda penghasilan bertujuan untuk menunda pengeluaran pembayaran pajak. Cara lain dari penghindaran pajak adalah tax arbitrage dengan membedakan tarif wajib pajak badan dan wajib pajak orang pribadi. Hal ini dapat terjadi apabila perbedaan perlakuan tersebut dapat mengakibatkan kewajiban pajak yang berbeda. Seperti perbedaan perlakuan pajak berdasarkan net income dan omset usaha.

d. Tax Evasion (Legal) melakukan kecurangan yang melanggar Undang Undang Perpajakan (UUP) dengan memanipulasi jumlah penghasilan yang lebih rendah (understatement of income) dari sebenarnya pas Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) di satu pihak dan melaporkan biaya yang lebih besar (Overstatement of income) di pihak lainnya. Hal yang mempengaruhi wajib pajak melakukan tax evasion adalah tarif pajak yang terlalu tinggi. Adapun wajib pajak yang tidak melaporkan penghasilannya. Wajib pajak biasanya melakukan tax evasion dengan cara membuat faktur palsu, tidak mencatat seluruh total penjualan, dan membuat laporan keuangan palsu. Hal ini dilakukan karena kecil kemungkinan diketahui oleh fiscus dan pelaporan keuangan dilakukan secara mandiri.

12. Kerangka Pikir

Pada penelitian ini kerangka pikir yg digunakan sesuai dengan uraian pada penelitian terdahulu serta kajian teori menunjukkan bahwa variable variable yg dimaksud adalah (X1) Leverage, (X2) Manajemen laba dan (Y) Agresivitas Pajak.

dapat dipaparkan sebagai berikut.

(10)

15 1.1 Gambar Kerangka Pemikiran

C. Perumusan Hipotesis

1. Pengaruh Leverage Terhadap Agresivitas Pajak

Menurut (Krisnata Dwi, Supramono, 2012) leverage berpengaruh positif terhadap agresivitas pajak. Sumber dana perusahaan berasal dari kewajiban dan ekuitas dan profit yang diperoleh perusahaan dipengaruhi atas sumber dana yang digunakan. Memanfaatkan utang untuk meminimalkan beban pajak menyebabkan perusahaan agresif terhadap pajak. Jika perusahaan memiliki utang yg tinggi maka akan mendapatkan kompensasi berupa potongan atas bunga pinjaman sesuai pada ketentuan Pasal 6 Ayat (1) huruf a UU Nomor 36 tahun 2008. Sehingga pada perusahaan dengan beban hutang tinggi dapat meminimalisir pengeluaran beban pajak karena semakin besar hutang maka semakin kecil beban pajak yang harus dikeluarkan.

Menurut (Keown, 2005) leverage adalah menggunakan sumber dana yang memiliki beban tetap (Fixed rate of return) untuk mengharapkan keuntungan yang lebih tinggi dibanding biaya tetap sehingga dapat meningkatkan keuntungan.

Perbandingan rasio total hutang terhadap harta idealnya sebesar 40%. Hasil penelitian (Agus Purwanto, 2016) secara parsial menunjukkan hasil bahwa leverage berpengaruh positif signifikan terhadap agresivitas pajak. Sehingga perusahaan sengaja berhutang tinggi untuk mengurangi beban pajak. Atas hasil penelitian terdahulu, hipotesis yang diajukan sebagai jawaban sementara terhadap rumusan masalah peneliti adalah sebagai berikut:

Manajemen Laba (X2)

Agresivitas Pajak (Y) Leverage (X1)

(11)

16 H1 : Leverage berpengaruh Positif terhadap Agresivitas Pajak

2. Pengaruh Manajemen Laba Terhadap Agresivitas Pajak

Manajemen laba dilakukan dengan tujuan memaksimalkan dan meminimalkan profit agar tujuan perusahaan dapat tercapai. Perusahaan akan mengharapkan penghasilan setinggi tingginya dari total beban yang telah dikeluarkan pada satu periode. Namun untuk mengurangi beban pajak yg harus dikeluarkan perusahaan, tindakan yg diambil yakni dengan melakukan agresivitas pajak. Ketika perusahaan telah memperoleh laba yang cukup tinggi maka manajer akan meminimalisir pengeluaran pajak dengan memutar balikkan fakta yang ada di lapangan. Hal ini dilakukan seiring bertambahnya laba perusahaan maka beban pajak yang akan dibayarkan semakin besar pula.

Salah satu motivasi manajemen melakukan manajemen laba adalah motivasi perpajakan (Scoot,2000). Perusahaan dengan tingkat pendapatan yang cenderung meningkat akan melakukan decreasing, sebaliknya jika perusahaan cenderung mengalami penurunan laba maka akan melakukan income increasing (Suyanto,2012). Karena laba yang tinggi dengan pengeluaran seminim mungkin merupakan tolak ukur keberhasilan perusahaan sesuai dengan tujuan perusahaan.

Menurut penelitian yg dilakukan oleh Agus Purwanto pada perusahaan pertanian dan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011- 2013, hasil pengujian diperoleh bahwa pengujian menunjukkan nilai 0,033>0,05. Diperkuat dengan hasil t hitung lebih besar daripada t tabel yakni (2,184>2,007) yang berarti positif. Hal ini menjukkan variable manajemen laba berpengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak.

Berikut adalah hipotesis penelitian terdahulu yang dapat disimpulkan sebagai jawaban sementara terhadap rumusan masalah peneliti adalah sebagai berikut :

H2 : Manajemen Laba berpengaruh Positif terhadap Agresivitas Pajak.

Referensi

Dokumen terkait

Inkuiri dipilih sebagai basis pengembangan dari model, karena menurut Arends (2012) model pembelajaran inkuiri merupakan model pembelajaran yang dikembangkan

Maka Pejabat Pengadaan Dinas Perumahan Dan Kawasan Permukiman Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun Anggaran 2017 menyampaikan Pengumuman Pemenang pada paket tersebut diatas

Hubungan antara kualitas pelayanan terhadap kepuasan pelanggan PDAM Tirta Mon Pase untuk faktor pelayanan bersifat nyata, faktor dapat dipercaya, dan faktor dapat menjamin

Dengan mempelajari dan memperhatikan hasil evaluasi Pejabat Pengadaan dalam Berita Acara Hasil Pengadaan (BAHP) dan Keputusan Pejabat Pengadaaan Barang/Jasa Dinas Sosial

• World Bank (2011), Program Keluarga Harapan: Main Findings from the Impact Evaluation of Indonesia’s pilot Household Conditional Cash Transfer Program. • World

Sebaliknya, bidang gaya normal diberi tanda negatif, bila gaya normal yang bekerja ‘ tekan ‘ dan diarsir sejajar dengan sumbu batang yang mengalami gaya normal.. Gaya Melintang

Manfaat persediaan menurut Rangkuti (2000:2) yaitu :.. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang/bahan yang dibutuhkan perusahaan. Menghilangkan resiko dari materi

Berdasarkan hasil pengamatan pada 2 unit kapal penumpang tersebut belum memenuhi Standar Pelayanan Minimum kapal laut yang diatur dalam Peraturan Menteri Nomor