9 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Dasar teori
1. Theory of Planned Behavior (TPB)
Sebelum seseorang memutuskan untuk melakukan pembelian, maka sebelumnya akan muncul minat beli dalam benak konsumnen tersebut (Kotler, 2013). Theory of Planned Behavior (TPB) merupakan pengembangan dari Theory of Reasoned Action (TRA) yang dicetuskan oleh Ajzen dan Fishbein. Theory of Planned Behavior (TPB) memiliki arti atau pengertian bahwa seseorang bisa bertindak berdasarkan minat ketika seseorang tersebut mempunyai control terhadap perilakunya (Azjen, 2005). Dalam teori tersebut ada 3 faktor yang menganggap teori tersebut adalah predictor terbaik dalam bereperilaku. Faktor tersebut yaitu:
a) Behavior Beliefs : hal yang diyakini bahwa suatu perilaku dari sisi positif, negatif dan sikap terhadap perilaku yang cenderung dilakukan dalam bentuk suka maupun tidak suka.
b) Normative Beliefs : keyakinan tentang harapan normative orang lain yang berpengaruh bagi orang tersebut dan dapat menjadi memotivasi untuk memenuhi harapan.
c) Control Beliefs : keyakinan seseorang mengenai hal yang dapat mendukung atau menghambat dalam berperilaku
Di dalam minat beli, Kotler (2016) mengembangkan konsep atau model AIDA untuk melihat tahapan-tahapan produsen dalam menentukan minat beli guna melakukan pembelian terhadap produk yang ditawarkan seperti:
10 a) Attention
Disini merupakan tahap awal dalam menilai suatu produk atau jasa sesuai dengan kebutuhan calon konsumen.
b) Interest
Dalam tahap ini calon konsumen akan mulai tertarik untuk membeli produk atau jasa yang ditaarkan setelah mendapkan informasi yang rinci mengenai produk yang ditawatkan.
c) Desire
Pada tahap ini calon konsumen mulai memikirkan dan berdiskusi mengenai produk atau jasa yang ditawarkan karena mulai timbul keinginan untuk membeli.
d) Action
Pada tahap terakhir calon konsumen sudah memastikan untuk membeli atau menggunakan produk atau jasa yang ditawarkan.
2. Minat Beli
Ketika seorang konsumen ingin mencari kepuasaan akan suatu produk, maka konsumen akan mencari informasi terlebih dahulu mengenai produk-produk tersebut. Jika kebutuhan konsumen kuat dan objek yang dicarinya dapat memenuhi kebutuhan sesuai yang diinginkan, maka konsumen akan membeli produk tersebut.
Menurut Kotler & Keller (2012) minat beli adalah perilaku konsumen yang muncul sebagai respon terhadap objek yang menunjukkan keinginan pelanggan untuk melakukan pembelian.Menurut Setyawan et al. (2010) ada beberapa tahapan secara psikologis terjadinya perilaku pembelian. Tahapan tersebut antara lain perhatian,
11
minat, keinginan, keputusan, dan perilaku untuk membeli. Menurut Schiffman (2015) minat beli dianggap sebagai pengukuran kemungkinan konsumen membeli produk tertentu, dimana tingginya minat beli akan berdampak pada kemungkinan yang cukup besar dalam terjadinya keputusan pembelian.
Indikator-indikator dari minat beli dijelaskan oleh komponen. Menurut Kotler
& Keller (2012) komponen-komponen tersebut adalah sebagai berikut:
1) Tertarik untuk mencari informasi tentang produk.
Konsumen yang terangsang kebutuhannya akan terdorong untuk mencari informasi yang lebih banyak. Kotler & Keller (2012) membaginya dalam dua level rangsangan. Pertama, pencarian informasi yang lebih ringan (penguatan perhatian). Kedua, level aktif mencari informasi: mencari bahan bacaan, bertanya pada teman, atau mengunjungi toko untuk mempelajari produk tertentu.
2) Mempertimbangkan untuk membeli.
Melalui pengumpulan informasi, konsumen mempelajari merek-merek yang bersaing serta fitur merek tersebut. Melakukan evaluasi terhadap pilihan-pilihan dan mulai mempertimbangkan untuk membeli produk.
3) Tertarik untuk mencoba.
Setelah konsumen berusaha memenuhi kebutuhan, mempelajari merek-Merek yang bersaing serta fitur merek tersebut, konsumen akan mencari manfaat tertentu dari solusi produk dan melakukan evaluasi terhadap produk-Produk tersebut. Evaluasi ini dianggap sebagai proses yang berorientasi kognitif. Maksudnya adalah konsumen dianggap menilai suatu
12
produk secara sangat sadar dan rasional hingga mengakibatkan ketertarikan untuk mencoba.
4) Ingin mengetahui produk.
Setelah memiliki ketertarikan untuk mencoba suatu produk, konsumen akan memiliki keinginan untuk mengetahui produk. Konsumen akan memandang produk sebagai sekumpulan atribut dengan kemampuan yang berbeda-beda dalam memberikan manfaat yang digunakan untuk memuaskan kebutuhan.
5) Ingin memiliki produk.
Para konsumen akan memberikan perhatian besar pada atribut yang memberikan manfaat yang dicarinya. Konsumen akan mengambil sikap (keputusan, preferensi) terhadap produk melalui evaluasi atribut dan membentuk niat untuk membeli atau memiliki produk yang disuka.
Ghalandari dan Norouzi (2012) mendefiniskan minat beli konsumen sebagai kemungkinan konsumen dalam memilih suatu merek kategori produk tertentu dalam situasi pembelian tertentu. Kotler & Keller (2012) mengungkapkan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi minat beli terdiri dari dua faktor eksternal, yaitu perilaku orang lain dan situasi yang tidak terduga. Minat dianggap sebagai rangsangan internal yang kuat dan memotivasi tindakan.
Menurut Ferdinand (2014), minat beli dapat didefinisikan melalui indikator- indikator sebagai berikut:
a. Minat transaksional, yaitu kecenderungan untuk membeli produk.
13
b. Minat referensial, yaitu kecenderungan seseorang untuk mereferensikan produk kepada orang lain.
c. Minat preferensial, yaitu minat yang menggambarkan perilaku seseorang yang memiliki preferensi utama pada produk tersebut. Preferensi ini hanya dapat diganti jika terjadi sesuatu dengan produk preferensinya.
3. Elektronic Word of mouth (e-WOM)
Elektronic Word of mouth (e-WOM) merupakan bentuk komunikasi pemasaran berisi tentang pernyataan positif maupun negatif yang dilakukan oleh pelanggan potensial, pelanggan maupun mantan pelanggan tentang suatu produk atau perusahaan yang tersedia bagi banyak orang melalui media internet (Hennig- Thurau et al., 2004).
Sementara itu, Pedersen et al., (2014) berpendapat bahwa Electronic Word of mouth (e- WOM) adalah perkembangan dari komunikasi Word of Mouth yang memanfaatkan kekuatan persuasi dari konsumen secara digital tentang suatu produk. Litvin et al., berpendapat lain menyatakan bahwa (e-WOM) merupakan bentuk komunikasi non formal yang sebagian diarahkan pada pelanggan melalui teknologi berbasis internet yang berkaitan dengan penggunaan atau karakteristik suatu barang atau jasa (Abd-Elaziz et al., 2015).
Berdasarkan uraian tersebut electronic word of mouth dapat disimpulkan sebagai bentuk komunikasi yang dikembangkan dari WOM secara elektronik atau dengan menggunakan internet, yang lebih dari personal selling atau periklanan konvensional dimana konsumen menggunakan internet untuk membagikan pengalaman setelah menggunakan produk atau jasa, atau konsumen dapat memanfaatkan pengalaman dari orang lain untuk melakukan pembelian. Keduanya dapat berupa positif maupun negatif,
14
jika saran positif maka dapat meningkatkan minat beli konsumen, jika saran negatif lebih memungkinkan tidak adanya minat beli yang dilakukan.
a. Indikator Electronic Word of Mouth (e-WOM)
Indikator e-WOM menurut Goyette, et al.., (2010) yaitu sebagai berikut:
1) Intensity
Liu (2006), mendefinisikan intensity (intensitas) dalam e-WOM adalah banyaknya pendapat yang ditulis oleh konsumen dalam sebuah situs jejaring sosial. Penelitian yang dilakukan oleh Goyette, et al., membagi indikator intensity sebagai berikut:
a) Frekuensi mengakses informasi dari situs jejaring sosial 2) Valence of Opinion
Valence of opinion yaitu pendapat konsumen baik positif maupun negative mengenai produk, jasa dan brand. Indikator Valence of opinion meliputi:
a) Komentar positif dari pengguna situs jejaring sosial 3) Content
Content merupakan isi informasi dari situs jejaring sosial berkaitan dengan produk dan jasa. Indikator dari content meliputi:
a) Informasi produk apa saja yang dijual 4. Social media marketing
Social media merupakan bagian dari New Media, yang mana ialah alat atau sarana untuk bertukar informasi dengan menggunakan tekhnologi internet. Menurut Zarella (2011) social media adalah konten berisi informasi, yang dibuat oleh orang yang memanfaatkan teknologi penerbitan, sangat mudah diakses dan dimaksudkan
15
untuk memfasilitasi komunikasi, pengaruh dan interaksi dengan sesama dan dengan khalayak umum. Dewasa ini, praktek pemasaran melalui social media mulai berkembang dan digunakan sebagai alat pemasaran produk mempromosikan merek dan brand suatu perusahaan. Social media merupakan tempat berkumpulnya orang- orang yang ingin berbagi informasi dan tempat untuk mencari teman baru serta berinteraksi dengan teman lainnya secara online.
Social media menurut Nasrullah (2016) adalah platform media yang memfokuskan pada eksistensi pengguna yang memfasilitasi mereka dalam beraktivitas maupun berkolaborasi. Karena itu, social media dapat dilihat sebagai medium (fasilitator) online yang menguatkan hubungan antar pengguna sekaligus sebagai sebuah ikatan sosial. Social media adalah medium di internet yang memungkinkan pengguna merepresentasikan dirinya maupun berinteraksi, bekerja sama, berbagi, berkomunikasi dengan pengguna lain, dan membentuk ikatan sosial secara virtual. Sehingga dapat disimpulkan bahwasannya dengan social media, penggunanya dapat saling berkomunikasi dan berbagi informasi dengan siapa saja dan dimana saja, tanpa ada aspek geografis yang membatasi. Dengan social media, siapapun bisa terhubung dengan para pengguna social media lainnya, diseluruh dunia.
Social media marketing adalah salah satu bentuk pemasaran menggunakan media sosial untuk memasarkan suatu produk, jasa, brand atau isu dengan memanfaatkan khalayak yang berpartisipasi di media sosial tersebut. Social media marketing merupakan sistem yang memungkinkan pemasar untuk terlibat, berkolaborasi, berinteraksi, dan memanfaatkan kecerdasan orang-orang yang
16
berpartisipasi didalamnya untuk tujuan pemasaran. Penggunaan Social media sudah mulai sering digunakan dalam pemasaran, komunikasi publik, kantor atau departemen yang berhubungan langsung dengan konsumen atau stakeholder. Pada Aspek bisnis juga Social media adalah salah satu saluran yang mendukung komunikasi dalam memasarkan barang dagangan secara cepat dan menguntungkan dibandingkan dengan menjual langsung ke pasar. Penggabungan Social media dengan pemasaran adalah untuk mendukung kinerja pemasaran seiring perkembangan teknologi dan informasi. Social media marketing adalah proses yang memberdayakan individu dan perusahaan untuk mempromosikan website mereka, produk atau layanan Online dan melalui saluran sosial untuk berkomunikasi dengan sebuah komunitas yang jauh lebih besar yang tidak mungkin tersedia melalui saluran periklanan tradisional (Tsitsi, 2013).
Selain itu, Social media marketing adalah teknik atau taktik marketing yang menggunakan Social media sebagai sarana untuk mempromosikan suatu produk (link halaman website bisnis Online) atau suatu jasa, atau produk lainnya secara lebih spesifik. Social media marketing lebih kepada pembangunan dan pemanfaatan area media sosial sebagai sarana atau tempat untuk membangun target pasar dari bisnis Online. Dalam pembangunan Social media marketing perlu diingat bahwa pebisnis harus membangun kelompok atau target pasar dengan sikap saling menghormati dan selalu berkomunikasi dengan target pasar. Semakin banyak area Social media marketing yang dibangun, maka akan semakin besar pula dampak yang dihasilkan bagi website bisnis tersebut (Fauzi dan Lubis, 2016).
17
Social media telah dijadikan sebagai salah satu sarana yang digunakan untuk melakukan pemasaran produk atau yang biasa juga disebut dengan Social media marketing. Zarella (2011) menyatakan bahwa terdapat 4C (Context, Communication, Collaboration dan Connections) yang menjadi fokusnya. Berdasarkan kutipan tersebut indikator Social media marketing yaitu:
1) Context (konteks)
Context adalah sebuah tata bahasa, bentuk atau kerangka bagaimana kita menyampaikan pesan kepada khalayak dengan format tertentu. Konteks menentukan makna suatu perkataan, apabila konteks berubah maka berubah pula makna suatu perkataan. Ilmu bahasa memandang konteks sebagai pengetahun bersama antara pembicara, pendengar dan pengetahuan tersebut mengarah pada interpretasi suatu tuturan. Konteks bisa diartikan pula sebagai cara atau bentuk kita menyampaikan pesan kepada khalayak dengan format tertentu. Berfokus pada grafik, warna, dan perancangan fitur yang menarik.
2) Communications (Komunikasi)
Communication adalah proses penyampaian pesan kepada orang lain untuk memberitahu, mengubah sikap, pendapat, atau perilaku baik secara lisan (langsung) atau tidak langsung (melalui media) agar sesuai dengan yang diinginkan pemberi pesan yang mengandung unsur apa, dalam saluran mana, untuk siapa, dengan efek seperti apa. Komunikasi dalam media sosial merupakan praktek dalam menyampaikan atau membagikan, mendengarkan, merespon dan mengembangkan pesan kepada khalayak dalam jarak dan waktu yang tidak dibatasi. Komunikasi merupakan praktek dalam menyampaikan atau membagikan
18
(sharing) dan juga mendengarkan, merespon, dan mengembangkan pesan kepada khalayak.
3) Collaboration (Kolaborasi)
Collaboration adalah bekerja bersama-sama antara pemberi dan penerima pesan secara interaktif agar pesan yang disampaikan lebih efektif dan efisien.
Nilai yang mendasari sebuah kolaborasi adalah tujuan yang sama, persepsi yang sama, kesamaan untuk berproses, saling memberikan manfaat, kejujuran, kasih sayang serta berbasis masyarakat atau bisa pula dianggap sebagai bentuk berkerja bersama-sama antara pemberi dan penerima pesan agar pesan yang disampaikan lebih efektif dan efisien.
4) Connections (Koneksi)
Peran terpenting dari jejaring sosial adalah menghubungkan (connecting) dua orang atau lebih. Instagram menekankan hubungan antara pemasar dengan masyarakat luas. Instagram memudahkan konsumen terhubung dengan pemasar.
Connections adalah hubungan yang terjalin dan terbina berkelanjutan antara pemberi dan penerima pesan.
B. Penelitian yang Relevan/Terdahulu
Penelitian terdahulu dalam penelitian ini merupakan kajian empiris yang dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya yang memiliki keterkaitan dengan penelitian ini, keterkaitan tersebut bisa berupa keterkaitan dengan variabel yang digunakan ataupun keterkaitan dengan objek dalam penelitian ini. Adapun penelitian terdahulu yang dipilih dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut:
19
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Peneliti (tahun) Variabel Metode Penelitian Hasil Penelitian 1 Aditya Ayu
Laksin, Farah Oktafani (2016)
Variabel bebas:
Electronic Word Of Mouth (eWOM)
Variabel terikat:
Minat Beli
Teknik sampling yang digunakan adalah
nonprobability sampling dengan metode
pengambilan sampel purposive sampling.
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda
Variabel Electronic Word Of Mouth (eWOM) berpengaruh signifikan terhadap minat beli ulang.
2 Dahmiri (2020) Variabel bebas:
Social Media Marketing, Brand Equity Variabel terikat:
Minat Beli
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda
Variabel social media marketing dan brand equity berpengaruh signifikan baik secara simultan maupun secara parsial terhadap minat beli. Variabel yang dominan mempengaruhi minat beli yaitu social media marketing.
3 Dwi Nuvia Ningsih, Candra Wahyu Hidayat
Variabel bebas:
Strategi Promosi, Social Media Variabel terikat:
Minat Beli
Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Metode analisis yang digunakan yaitu analisis path atau analisis jalur.
Variabel strategi promosi dan social media masing- masing berpengaruh signifikan terhadap minat beli.
4 Suci Fadhilah Rahmi (2018)
Variabel bebas:
Social Media Marketing Variabel terikat:
Minat Beli
Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan Structural Equation Modelling Partial Least Square (SEM).
Variabel Social media Marketing berpengaruh positif terhadap minat beli.
5 Arief, Millianyani (2015)
Variabel bebas:
Social Media Marketing Variabel terikat:
Minat Beli
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda.
Sub variabel context, communication dan connection memiliki pengaruh yang signifikan terhadap minat beli, sedangakan sub variabel collaboration tidak berpengaruh signifikan
20
No Peneliti (tahun) Variabel Metode Penelitian Hasil Penelitian terhadap minat beli.
6 Christian Ponarwan et al., (2020)
Variabel bebas:
Social Media Marketing, Trust Variabel terikat:
Minat Beli
Teknik pemilihan sampel menggunakan metode convenience sampling.
Terdapat pengaruh positif dan signifikan dalam hubungan antara
pemasaran media sosial (X1) dan kepercayaan konsumen (X2) tentang minat menggunakan Gopay (Y).
7 Harnita Putri, Widya sastika (2016)
Variabel bebas:
Electronic Word Of Mouth (eWOM)
Variabel terikat:
Minat Beli
Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah non probability sampling dengan teknik purposive sampling.
Analisis data dalam penelitian ini
menggunakan uji regresi linier sederhana.
Variabel Electronic Word of Mouth (e-WOM) berpengaruh signifikan terhadap minat beli konsumen.
8 Fajar Permadi Variabel bebas:
Social Network Marketing, Electronic Word Of Mouth (eWOM) Variabel terikat:
Minat Beli
Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Alat uji yang digunakan yaitu PLS-SEM.
Variabel Electronic Word Of Mouth (eWOM) dan kepercayaan masing- masing berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat beli
9 Selvi, Carunia Mulya Firdausy (2021)
Variabel bebas:
Citra merek, Electronic Word Of Mouth (eWOM), Penggunaan Media Sosial Variabel terikat:
Minat beli
Teknik pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan dianalisis
menggunakan PLS- SEM.
Variabel citra merek dan penggunaan media sosial berpengaruh positif terhadap minat beli.
Variabel E-WOM tidak berpengaruh positif terhadap minat beli.
21 C. Kerangka Pikir
Kerangka pikir berfungsi untuk mempermudah dalam suatu penelitian.
Berdasarkan penelitian terdahulu yang telah dipaparkan, maka dapat disusun kerangka pikir seperti pada gambar 2.1 berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
Berdasarkan pada kerangka pikir diatas, dapat diketahui pengaruh electronic word of mouth (X1) terhadap minat beli (Y), pengaruh social media marketing (X2) terhadap minat beli (Y) dan kemudian pengaruh kedua variabel bebas yang paling dominan yakni social media marketing (X2) terhadap minat beli (Y).
D. Hipotesis Penelitian
1. Pengaruh electronic word of mouth terhadap minat beli
Elektronic Word of mouth (e-WOM) merupakan bentuk komunikasi pemasaran berisi tentang pernyataan positif maupun negatif yang dilakukan oleh pelanggan potensial, pelanggan maupun mantan pelanggan tentang suatu produk atau perusahaan yang tersedia bagi banyak orang melalui media internet (Hennig- Thurau et al., 2004). Salah satu bentuk e-wom yaitu berupa komentar dan ulasan dari pengguna lain di sebuah situs belanja online. Syafaruddin (2016) menyatakan bahwa informasi positif yang didapat oleh pencari informasi mampu mempengaruhi konsumen untuk melakukan pembelian. Ketika konsumen memperhatikan bahwa ada
Electronic Word of
Mouth
Minat Beli Social
Media Marketing
22
banyak e-wom positif yang terkait dengan produk atau merek yang dijual oleh perusahaan, selanjutnya akan terbentuk citra positif tentang produk atau merek yang akan disediakan oleh perusahaan. Citra positif ini pada akhirnya akan membuat konsumen percaya pada perusahaan yang akhirnya akan dapat memperkuat minat beli konsumen. Dugaan ini sesuai dengan pernyataan Aditya (2016) bahwa Electronic word of mouth berpengaruh secara signifikan terhadap minat beli followers Instagram Warunk Upnormal. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Harnita (2016) yang menghasilkan temuan bahwa Electronic word of mouth (e-WOM) berpengaruh signifikan terhadap minat beli konsumen Steak Ranjang. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Sinaga dan Sulistiono (2020) dengan hasil temuan bahwa secara parsial variabel electronic word of mouth berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat beli. Artinya, jika electronic word of mouth tinggi maka minat beli akan meningkat. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis pada penelitian ini adalah:
H1: Electronic word of mouth berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat beli 2. Pengaruh social media marketing terhadap minat beli
Social media marketing merupakan sistem yang memungkinkan pemasar untuk terlibat, berkolaborasi, berinteraksi, dan memanfaatkan kecerdasan orang-orang yang berpartisipasi didalamnya untuk tujuan pemasaran. Penggunaan Social media sudah mulai sering digunakan dalam pemasaran, komunikasi publik, kantor atau departemen yang berhubungan langsung dengan konsumen atau stakeholder. Pada aspek bisnis juga social media adalah salah satu saluran yang mendukung komunikasi dalam memasarkan barang dagangan secara cepat dan menguntungkan dibandingkan dengan menjual langsung ke pasar. Social media marketing berkontribusi sebagai
23
metode komunikasi pemasaran yang efektif. Dengan meningkatnya minat terhadap barang mewah dalam memberikan nilai-nilai mewah kepada pelanggan dengan segala cara yang memungkinkan, menggunakan media sosial untuk pemasaran tampaknya menjadi media yang tepat untuk menarik minat beli konsumen mewah saat ini.
Dugaan ini sesuai dengan pernyataan Kurniasari dan Budiatmo (2018) bahwa social media marketing berpengaruh positif dan signfikan terhadap minat beli. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Arief dan Millianyani (2015) menyatakan bahwa secara umum sub variabel dalam social media marketing memiliki pengaruh yang signfikan secara bersama-sama terhadap variabel minat beli. Selanjutnyan penelitian yang dilakukan oleh Ningsih dan Hidayat (2016) diketahui menghasilkan temuan bahwa secara parsial dan social media marketing berpengaruh signifikan terhadap minat beli. Artinya, jika social media marketing tinggi maka minat beli akan meningkat. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis pada penelitian ini adalah:
H2: Social Media Marketing berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat beli 3. Variabel yang paling berpengaruh terhadap minat beli
Minat beli adalah perilaku konsumen yang muncul sebagai respon terhadap objek yang menunjukkan keinginan pelanggan untuk melakukan pembelian (Kotler &
Keller, 2012). Ketika seorang konsumen ingin mencari kepuasaan akan suatu produk, maka konsumen akan mencari informasi terlebih dahulu mengenai produk-produk tersebut. Minat beli juga dapat terjadi apabila terdapat pengaruh dari electronic word of mouth maupun social media marketing. Dugaan ini sesuai dengan pernyataan Dahmiri (2020) bahwa variabel yang dominan mempengaruhi minat beli yaitu social media marketing. Selanjutnya penelitian oleh Ningsih dan Hidayat (2016) diketahui
24
bahwa variabel social media marketing juga berpengaruh secara dominan terhadap minat beli. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis pada penelitian ini adalah:
H3: Social media marketing merupakan variabel yang berpengaruh dominan terhadap minat beli.