• Tidak ada hasil yang ditemukan

AKIBAT HUKUM ATAS PERSEROAN TERBATAS YANG PERUBAHAN ANGGARAN DASARNYA TIDAK DIDAFTARKAN PADA KEMENTRIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "AKIBAT HUKUM ATAS PERSEROAN TERBATAS YANG PERUBAHAN ANGGARAN DASARNYA TIDAK DIDAFTARKAN PADA KEMENTRIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

AKIBAT HUKUM ATAS PERSEROAN TERBATAS YANG PERUBAHAN ANGGARAN DASARNYA TIDAK DIDAFTARKAN PADA KEMENTRIAN

HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA (Putusan Mahkamah Agung Nomor 183/Pdt.G/2014/PN.JAKSEL)

SYARIFAH RIZKA

ABSTRACT

A limited liability company is obliged to make amendment deed of articles of association for every amendment made. The amendment of the articles of association of a company is made before a notary. It is in line with what is mentioned in Article 19 of the Law No. 40/2007 on Limited Liability Company stating that “amendment of articles of association is determined by RUPS (Shareholders’ General Meeting) and the events concerning the amendment has to be clearly mentioned in the summon to RUPS.” As the articles of the association of the Limited Liability Company is validated, registered and published, it is not only binding the founders of the company, shareholders and managers, but also all parties intending to make transactions with it.

Keywords: Limited Liability, Article of Association, Notarial Deed

I. PENDAHULUAN

Perseroan Terbatas atau biasa disebut dengan PT sebagaimana sesuai dengan ketentuan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian dan melakukan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-undang serta peraturan pelaksanaan lainnya.

Pasal 8 Undang-undang Perseroan Terbatas Nomor.40 Tahun 2007 menyatakan:

1. Akta pendirian memuat Anggaran Dasar dan keterangan lain berkaitan dengan pendirian perseroan.

2. Keterangan lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat sekurang- kurang:

(2)

a. Nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat tinggal dan kewarganegaraan pendiri perseorangan, atau nama, tempat kedudukan dan alamat lengkap serta nomor dan tanggal keputusan Menteri mengenai pengesahan Badan Hukum dari pendiri persero.

b. Nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat tinggal, kewarganegaraan anggota Direksi dan Dewan Komisaris yang pertama kali diangkat

c. Nama pemegang saham yang telah mengambil bagian saham, rincian jumlah saham, dan nilai nominal saham yang telah ditempatkan dan disetor.

3. Dalam pembuatan Akta Pendirian, pendiri dapat diwakili oleh orang lain berdasarkan surat kuasa.

Perseroan Terbatas wajib membuat akta perubahan anggaran dasar pada setiap perubahan anggaran dasar yang dibuat. Perubahan anggaran dasar perseroan dibuat di hadapan notaris. Seperti halnya pada Pasal 19 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas mengatur bahwa, “perubahan anggaran dasar ditetapkan oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dan acara mengenai perubahan anggaran dasar wajib dicantumkan dengan jelas dalam panggilan RUPS.”

Perseroan Terbatas sendiri memiliki organ Perseroan Terbatas yang berarti organisasi yang menyelenggarakan suatu Perseroan Terbatas, yaitu terdiri dari:

a. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)

Dalam bahasa inggris disebut dengan istilah general shareholders meeting dan dalam bahasa belanda disebut dengan Algemene Vergadering van Andeelhouders merupakan salah satu organ perusahaan (coporate body) dalam suatu perseroan terbatas disamping dua organ lainnya berupa direksi dan komisaris.

Berdasarkan Pasal 1 ayat (4) Rapat Umum Pemegang Saham selanjutnya disebut RUPS adalah Organ Perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam Undang-undang ini dan/atau anggaran dasar.

(3)

Berdasarkan Pasal 78 Undang-undang nomor 40 Tahun 2007, RUPS dibedakan menjadi dua, yakni:

a. RUPS tahunan (annual general meeting)

RUPS tahunan bertujuan memberikan penilaian dan pengambilan keputusan atas laporan Direksi mengenai kegiatan Perseroan Terbatas dan hasil-hasil pada tahun yang lalu dan rencana kegiatan berikutnya.1 b. RUPS lainnya (RUPS luar biasa/extraordinary general meeting)

RUPS luar biasa bertujuan untuk membahas dan mengambil keputusan atau masalah-masalah yang timbul mendadak dan memerlukan penanganan segera.2

b. Direksi

Berdasarkan Pasal 1 ayat (5) Undang-undang nomor 40 Tahun 2007 direksi merupakan salah satu organ Perseroan Terbatas yang berwenang serta bertanggungjawab penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan Persero serta mewakili Perseroan, baik didalam maupun diluar pengadilan sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar.

Tugas direksi dapat diketahui dalam Anggaran Dasar Perseroan Terbatas dan pada umumnya berkisar:3

1) Mengurus segala urusan;

2) Menguasai harta kekayaan Perseroan Terbatas;

3) Melakukan perbuatan-perbuatan seperti yang dimaksud dalam Pasal 1796 KUHPerdata, yaitu:

a) Memindahkan hipotik pada barang-barang tetap;

b) Membebankan hipotik pada barang-barang tetap;

c) Melakukan dading;

d) Melakukan perbuatan lain mengenai hak milik;

1 Munir Fuady, Perlindungan Pemegang Saham Minoritas, CV Utomo, Bandung, 2005, hal.94.

2 Ibid.

3 Salim HS, Hukum Kontrak, Teori dan Tehnik Penyusunan Kontrak, Sinar Grafika, Jakarta, 2003, hal.65.

(4)

e) Mewakili perseroan dimuka pengadilan.

4) Dalam hubungannya dengan pihak ketiga, direksi masing-masing atau bersama-sama mempunyai hak mewakili perseroan mengenai hal-hal dalam bidang usaha yang menjadi tujuan Perseroan Terbatas.

5) Direksi harus mengurus dan menguasai dengan baik, menginvestasikan secara teliti dan cermat. Segala perbuatan hukum mengenai hak dan kewajiban Perseroan Terbatas wajib dicatat dalam pembukuan sedemikian rupa sesuai dengan norma-norma pembukuan yang lazim.

6) Melaksanakan pendaftaran dan pengumuman. Jika akta pendirian Perseroan Terbatas sudah mendapat pengesahan atau persetujua dari KEMENKUMHAM.

c. Dewan Komisaris

Berdasarkan Pasal 1 ayat (6) Undang-undang nomor 40 Tahun 2007 merupakan organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberikan nasihat kepada direksi.4

Hal-hal yang dibahas didalam RUPS adalah apabila ada beberapa anggaran dasar dalam perseroan yang kiranya harus diubah. Sebagai suatu badan hukum, sebuah perseroan terbatas harus mempunyai anggaran dasar. Ketika perubahan anggaran dasar dilakukan, perubahan tersebut haruslah dimuat atau dinyatakan dalam akta notaris dalam bahasa Indonesia. Seperti yang tercantum didalam Pasal 21 ayat (4) dan ayat (5) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas,

“Jika perubahan anggaran dasar tidak dimuat dalam akta berita acara rapat yang dibuat notaris, perubahan anggaran dasar tersebut harus dinyatakan dalam akta notaris paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).”

Pada Pasal 15 Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 menyatakan bahwa, anggaran dasar merupakan bagian dari akta pendirian yang memuat aturan main dalam Perseroan Terbatas yang menentukan setiap hak dan

4 Salim HS, Opcit, hal.110.

(5)

kewajiban dari pihak-pihak dalam anggaran dasar, baik itu Perseroan Terbatas sendiri, pemegang saham, maupun pengurus.5

Perubahan Anggaran Dasar yang memerlukan persetujuan KEMENKUMHAM dan pendaftaran yang sebagaimana dimaksud tadi adalah yang menyangkut pembahasan atas:6

a. Nama perseroan dan/atau tempat kedudukan perseroan;

b. Maksud dan tujuan serta kegiatan usaha perseroan;

c. Jangka waktu berdirinya perseroan;

d. Besarnya modal dasar;

e. Pengurangan modal ditempatkan dan disetor; dan/atau

f. Status perseroan yang tertutup menjadi perseroan terbuka atau sebaliknya.

Perubahan anggaran dasar mulai berlaku sejak tanggal diterbitkannya Keputusan Menteri mengenai persetujuan perubahan anggaran dasar. Perubahan anggaran dasar selain sebagaimana disebut diatas cukup diberitahukan kepada Menteri. Perubahan anggaran dasar mulai berlaku sejak tanggal diterbitkannya surat penerimaan pemberitahuan perubahan anggaran dasar oleh Menteri. Perubahan anggaran dasar yang tidak dimuat dalam akta berita acara rapat yang dibuat notaris harus dinyatakan dalam akta notaris paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal keputusan RUPS (perubahan anggaran dasar tidak boleh dinyatakan dalam akta notaris setelah lewat batas waktu 30 (tiga puluh) hari.

Oleh karena itu penelitian ini akan membahas mengenai “Akibat Hukum Atas Perseroan Terbatas Yang Perubahan Anggaran Dasarnya Tidak Didaftarkan Pada Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Analisis Putusan Mahkamah Agung Nomor 183/Pdt.G/2014/PN.JAKSEL)”

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut, maka yang menjadi pokok permasalahannya adalah :

5 Ibnu Arly, Pendirian Perseroan Terbatas sebagai badan hukum menurut Undang-Undang No.40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Tesis, Program Kenotariatan, UNAIR, 2008, hal.17.

6 Gatot Supramono, Hukum Perseroan Terbatas (Edisi Baru), Jakarta, Djambatan, 2004, hal.25.

(6)

1. Bagaimanakah kekuatan pembuktian akta perubahan anggaran dasar yang tidak didaftarkan setelah dilakukannya perubahan?

2. Bagaimanakah pertanggungjawaban kepada pihak ketiga terhadap perubahan anggaran dasar yang tidak didaftarkan di Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia?

3. Bagaimanakah penyelesaian dan proses hukum serta solusi yang dilakukan dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor 183/Pdt.G/2014/PN.Jaksel?

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui kekuatan pembuktian akta perubahan anggaran dasar yang tidak didaftarkan setelah dilakukannya perubahan.

2. Untuk mengetahui pertanggungjawaban kepada pihak ketiga terhadap perubahan anggaran dasar yang tidak didaftarkan di Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia.

3. Untuk mengetahui penyelesaian dan proses hukum serta solusi yang dilakukan dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor 183/Pdt.G/2014/PN.Jaksel.

II. METODE PENELITIAN

Metode adalah prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu.Sementara itu metodologi adalah suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan dalam metode tersebut. Penelitian merupakan suatu sarana pokok dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran secara sistematis, metodologis dan konsisten karena melalui proses penelitian tersebut dilakukan analisis dan konstruksi terhadap data yang telah dikumpulkan dan diolah.7 Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian hukum yuridis normatif. Penelitian hukum normatif yaitu pendekatan yang dilakukan berdasarkan bahan hukum utama dengan cara menelaah teori-teori, konsep-konsep asas-asas hukum serta peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan penelitian

7 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif : Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta: Penebit Rajawali Pres, 2013), hal 1.

(7)

ini.8 Penelitian hukum secara yuridis maksudnya penelitian yang mengacu pada studi kepustakaan yang ada ataupun terhadap data sekunder yang digunakan, sedangkan normatif maksudnya penelitian hukum yang bertujuan untuk memperoleh pengetahuan normatif tentang hubungan antara satu peraturan dengan peraturan lain dan penerapan dalam prakteknya.

III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Kekuatan Pembuktian Akta Perubahan Anggaran Dasar Yang Tidak Didaftarkan Setelah Dilakukannya Perubahan

1. Perubahan Anggaran Dasar a) Pengertian Akta

Istilah atau perkataan akta dalam bahasa Belanda disebut “acte” atau ”akta”

dan dalam bahasa Inggris disebut “act” atau “deed”. Menurut pendapat umum, mempunyai dua arti yaitu:9

1. Perbuatan (handling) atau perbuatan hukum (rechtshandeling).

2. Suatu tulisan yang dibuat untuk dipakai atau untuk digunakan sebagai perbuatan hukum tertentu yaitu berupa tulisan yang ditunjukkan kepada pembuktian tertentu.

Pada Pasal 165 Staatsblad Tahun 1941 Nomor 84 dijelaskan pengertian tentang akta yaitu sebagai berikut:

Akta adalah surat yang diperbuat demikian oleh atau dihadapan pegawai yang berwenang untuk membuatnya menjadi bukti yang cukup bagi kedua belah pihak dan ahli warisnya maupun berkaitan dengan pihak lainnya sebagai hubungan hukum, tentang segala hal yang disebut didalam surat itu sebagai pemberitahuan hubungan langsung dengan perihal pada akta itu.

Sudikno Mertokusumo juga memberikan pengertian tentang akta yaitu: “surat sebagai alat bukti yang diberi tanda tangan, yang memuat peristiwa-peristiwa yang

8 Ibid,hal 8

9 Habib Adjie, Hukum Notaris Indonesia (Tafsir Tematik Terhadap UU No.30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris), (Bandung: PT. Refika Aditama, 2008), hal. 157.

(8)

menjadi dasar daripada suatu hak atau perikatan, yang dibuat sejak semula dengan sengaja untuk pembuktian”.10 Menurut Subekti yang dimaksud dengan akta adalah

“suatu tulisan yang memang dengan sengaja dibuat untuk dijadikan bukti tentang suatu peristiwa dan ditandatangani".11

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disebutkan bahwa akta adalah suatu surat yang ditandatangani, memuat keterangan tentang kejadian-kejadian atau hal-hal yang merupakan dasar dari suatu perjanjian. Pasal 1867 KUH Perdata menyatakan:

Pembuktian dengan tulisan dilakukan dengan tulisan-tulisan otentik maupun dengan tulisan-tulisan di bawah tangan.

b) Jenis dan Fungsi Akta

Berdasarkan ketentuan tersebut di atas, maka terdapat dua jenis akta yaitu akta otentik dan akta di bawah tangan, yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Akta Otentik

Pengertian akta otentik diatur dalam Pasal 1868 KUH Perdata. Pasal 1868 KUH Perdata berbunyi sebagai berikut: “suatu akta otentik ialah suatu akta yang di dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang, dibuat oleh atau di hadapan pegawai-pegawai umum yang berkuasa untuk itu ditempat dimana akta dibuatnya”.

Undang-undang dengan tegas menyebutkan bahwa suatu akta dinyatakan sebagai akta otentik apabila 3 (tiga) unsur yang bersifat kumulatif. Unsur-unsur tersebut, yaitu:12

1) Bentuk akta ditentukan oleh undang-undang;

2) Akta dibuat oleh dan dihadapan pejabat umum yang diberi kewenangan untuk membuat akta;

3) Akta dibuat oleh pejabat umum dalam daerah (wilayah) kerjanya.

10 Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, (Yogyakarta: Liberty, 2006), (selanjutnya ditulis Sudikno Mertokusumo I), hal.149.

11 R. Subekti, Hukum Pembuktian, (Jakarta: PT. Pradnya Paramitha, 2005), hal. 25.

12 Urip Santoso, Pendaftaran dan Peralihan Hak atas Tanah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2001), hal. 352.

(9)

b. Akta di bawah Tangan

Akta selain bersifat otentik, dapat pula bersifat sebagai akta di bawah tangan.

Pasal 1874 KUH Perdata menyebutkan bahwa: “yang dianggap sebagai tulisan di bawah tangan adalah akta yang ditandatangani di bawah tangan, surat, daftar, surat urusan rumah tangga dan tulisan-tulisan yang lain yang dibuat tanpa perantaraan seorang pejabat umum”. Jadi akta di bawah tangan hanya dapat diterima sebagai permulaan bukti tertulis (Pasal 1871 KUH Perdata) namun menurut pasal tersebut tidak dijelaskan apa yang dimaksud dengan bukti tertulis itu.

Jadi suatu akta di bawah tangan untuk dapat menjadi bukti yang sempurna dan lengkap dari permulaan bukti tertulis itu masih harus dilengkapi dengan alat-alat bukti lainnya. Oleh karena itu dikatakan bahwa akta dibawah tangan merupakan bukti tertulis (begin van schriftelijk bewijs).13

c) Perubahan Anggaran Dasar

Perubahan anggaran dasar ditetapkan oleh RUPS.14 Agenda mengenai perubahan anggaran dasar wajib dicantumkan dengan jelas dalam panggilan RUPS.15 Perubahan anggaran dasar perseroan yang telah dinyatakan pailit tidak dapat dilakukan, kecuali dengan persetujuan kurator.16 Persetujuan kurator sebagaimana dimaksud harus dilampirkan dalam permohonan persetujuan atau pemberitahuan perubahan anggaran dasar kepada menteri hukum dan HAM.17

Perubahan anggaran dasar dimuat atau dinyatakan dalam akta notaris dalam bahasa Indonesia.18 Perubahan anggaran dasar tertentu harus mendapat persetujuan menteri hukum dan HAM.19 Perubahan anggaran dasar tertentu tersebut meliputi hal- hal sebagai berikut:20

1) perubahan nama perseroan dan/atau tempat kedudukan perseroan;

2) maksud dan tujuan serta kegiatan usaha perseroan;

13 Rahmad Rivai, Op.Cit, hal. 1.

14 Pasal 19 ayat (1) UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

15 Pasal 19 ayat (2) UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

16 Pasal 20 ayat (1) UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

17 Pasal 20 ayat (2) UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

18 Pasal 21 ayat (4) UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

19 Pasal 21 ayat (1) UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

20 Pasal 21 ayat (2) UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

(10)

3) jangka waktu berdirinya perseroan;

4) perubahan besarnya modal dasar;

5) pengurangan modal ditempatkan dan disetor, dan/atau

6) perubahan status perseroan yang tertutup menjadi terbuka atau sebaliknya.

Perubahan anggaran dasar selain yang disebutkan di atas, cukup diberitahukan kepada menteri hukum dan HAM.21

2. Anggaran Dasar Perseroan Terbatas

a) Pengertian Anggaran Dasar Perseroan Terbatas

Sesuai dengan UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, akta pendirian memuat anggaran dasar dan keterangan lain berkaitan dengan pendirian perseroan.22 Keterangan lain tersebut memuat sekurang-kurangnya identitas lengkap dari nama pendiri, nama pemegang saham dan nama anggota Direksi dan Dewan Komisaris. Jadi jelas bahwa nama pendiri, nama pemegang saham dan nama anggota Direksi dan Dewan Komisaris bukanlah bagian dari anggaran dasar sehingga berarti juga bahwa perubahan terhadap nama pemegang saham dan anggota Direksi dan Dewan Komisaris bukanlah perubahan anggaran dasar.23

Anggaran dasar adalah bagian dari akta pendirian yang berisikan aturan main yang mengatur hubungan internal antara para pendiri (pemegang saham setelah pengesahan Menteri Hukum dan HAM RI), Direksi dan anggotanya, Dewan Komisaris dan para anggotanya. Jadi anggaran dasar adalah aturan main yang mengikat setiap orang yang berhubungan hukum dengan Perseroan Terbatas tersebut.24

Sesuai dengan ketentuan Pasal 15 UU Nomor 40 Tahun 2007, maka dalam anggaran dasar harus memuat sekurang-kurangnya:

21 Pasal 21 ayat (3) UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

22 Pasal 8 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

23 Pasal 27 ayat (3) Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Pengesahan Badan Hukum Dan Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar Serta Penyampaian Pemberitahuan Perubahan Anggaran Dasar Dan Perubahan Data Perseroan Terbatas

24 Gunawan Wijaya et.al, Seri Hukum Bisnis: Perseroan Terbatas, (Jakarta: PT Radja Grafindo Persada, 2003), hal. 6.

(11)

a. Nama dan tempat kedudukan perseroan;

b. Maksud dan tujuan serta kegiatan usaha;

c. Jangka waktu berdirinya perseroan;

d. Besarnya jumlah modal dasar, modal ditempatkan dan modal disetor;

e. Jumlah saham, klasifikasi saham apabila ada berikut jumlah saham untuk tiap klasifikasi, hak-hak yang melekat pada setiap saham, dan nilai nominal setiap saham;

f. Nama jabatan dan jumlah anggota Direksi dan Dewan Komisaris;

g. Penetapan tempat dan tata cara penyelenggaraan RUPS;

h. Tata cara pengangkatan, penggantian, pemberhentian anggota Direksi dan Dewan Komisaris;

i. Tata cara penggunaan laba dan pembagian dividen;

b) Perubahan Anggaran Dasar Perseroan

Hanya perubahan anggaran dasar tertentu saja yang harus mendapat persetujuan Menteri Hukum & HAM RI, yaitu dalam hal terdapat perubahan pada:25

a. Nama Perseroan dan/atau tempat kedudukan Perseroan;

b. Maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Perseroan;

c. Jangka waktu berdirinya Perseroan;

d. Besarnya modal dasar;

e. Pengurangan modal ditempatkan dan disetor; dan/atau

f. Status Perseroan yang tertutup menjadi Perseroan Terbuka atau sebaliknya.

Perubahan anggaran dasar selain yang disebutkan diatas, termasuk perubahan data perseroan,26 cukup diberitahukan kepada Menteri Hukum & HAM RI. Semua

25 Pasal 21 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

26 Menurut Pasal 27 ayat (3) Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Pengesahan Badan Hukum Dan Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar Serta Penyampaian Pemberitahuan Perubahan Anggaran Dasar Dan Perubahan Data Perseroan Terbatas, perubahan tersebut meliputi susunan pemegang saham karena pengalihan saham dan/atau perubahan jumlah kepemilikan saham yang dimilikinya, nama pemegang saham, susunan nama dan jabatan anggota direksi dan/atau dewan komisaris, alamat lengkap Perseroan, pembubaran Perseroan atau berakhirnya Perseroan karena jangka waktu berakhir, berakhirnya status badan hukum Perseroan setelah pertanggungjawaban likuidator atau Kurator telah

(12)

perubahan anggaran dasar harus dimuat atau dinyatakan dalam akta notaris dalam bahasa Indonesia. Perubahan anggaran dasar yang tidak dimuat dalam akta berita acara rapat yang dibuat oleh notaris harus dinyatakan dalam akta notaris paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal keputusan RUPS. Perubahan anggaran dasar tidak boleh dinyatakan dalam akta notaris setelah lewat batas waktu 30 (tiga puluh) hari.

Permohonan persetujuan perubahan anggaran dasar yang memerlukan persetujuan diajukan kepada Menteri paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal akta notaris yang memuat perubahan anggaran dasar dan jangka waktu ini berlaku juga bagi pemberitahuan perubahan anggaran dasar kepada Menteri.

Setelah lewat batas waktu 30 (tiga puluh) hari tersebut, permohonan persetujuan dan pemberitahuan perubahan anggaran dasar tidak dapat diajukan atau disampaikan kepada Menteri Hukum & HAM RI.27

3. Peran Notaris Dalam Perubahan Anggaran Dasar Perseroan

Memperhatikan uraian Pasal 1 Undang-Undang Jabatan Notaris, dapat dijelaskan bahwa notaris adalah pejabat umum, berwenang membuat akta, otentik, ditentukan oleh undang-undang. Tugas notaris adalah mengkonstantir hubungan hukum antara para pihak dalam bentuk tertulis dan format tertentu, sehingga merupakan suatu akta otentik. Ia adalah pembuat dokumen yang kuat dalam suatu proses hukum.28

Jabatan notaris merupakan jabatan yang keberadaannya dikehendaki guna mewujudkan hubungan hukum diantara subyek-subyek hukum yang bersifat perdata.

Notaris sebagai salah satu pejabat umum mempunyai peranan penting yang dipercaya oleh pemerintah dan masyarakat untuk membantu pemerintah dalam melayani masyarakat dalam menjamin kepastian, ketertiban, ketertiban dan perlindungan hukum melalui akta otentik yang dibuat oleh atau di hadapannya, mengingat akta otentik sebagai alat bukti terkuat dan memiliki nilai yuridis yang esensial dalam diterima oleh RUPS, Pengadilan, atau Hakim Pengawas dan penggabungan, peleburan, pengambilalihan, dan pemisahan yang tidak disertai perubahan anggaran dasar.

27 Pasal 21 ayat (3), (4), (5), (6), (7), (8), dan (9) Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

28 Tan Thong Kie, Studi Notariat, Serba-serbi Praktek Notaris, (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 2007, hal. 159

(13)

setiap hubungan hukum bila terjadi sengketa dalam kehidupan masyarakat.

Demikian juga halnya peran notaris dalam perubahan anggaran dasar perseroan berhubungan erat dengan kewenangannya sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris. Apabila klien datang kepada notaris untuk meminta notaris menjalankan kewenangannya berkenaan dengan permintaan klien mengenai perubahan anggaran dasar perseroan, maka notaris berperan untuk dapat melakukan beberapa tahapan-tahapan dibawah ini:

- Memberikan penyuluhan Hukum - Membuat Akta Otentik

- Melegalisasi, mendaftar, membuat kopi sesuai asli dokumen-dokumen

- Mengajukan persetujuan dan/atau pemberitahuan perubahan anggaran dasar dan/atau data Perseroan Terbatas ke Menteri Hukum & HAM RI

4. Kekuatan Akta Perubahan Anggaran Dasar Perseroan Yang Tidak Didaftarkan Kekuatan akta perubahan anggaran dasar perseroan yang tidak didaftarkan di Kementerian Hukum dan HAM RI maka akta perubahan tersebut tetap merupakan akta otentik selama akta tersebut dibuat memenuhi ketentuan perundang-undangan dan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan. Hanya saja akta perubahan anggaran dasar tersebut tidak dapat diakses di Sistem Administrasi Badan Hukum (SABH) karena perubahan yang belum didaftarkan sehingga akta yang berlaku bagi perseroan tersebut adalah anggaran dasar sebelum perubahan dilakukan.

Artinya hal-hal yang dirubah dalam akta perubahan anggaran dasar suatu perseroan menjadi tidak berlaku dengan tidak didaftarkannya akta perubahan anggaran dasar perseroan di Kementerian Hukum dan HAM RI meskipun sudah diterapkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, sehingga terhadap perseroan tersebut anggaran dasar yang berlaku adalah anggaran dasar yang telah sebelumnya didaftarkan di Kementerian Hukum dan HAM RI.

Apabila ditelaah kekuatan akta perubahan anggaran dasar yang dibuat di depan Notaris maka akta tersebut tetap merupakan akta otentik. Hal ini disebabkan akta perubahan anggaran dasar perseroan tersebut dibuat sesuai dengan bentuk yang

(14)

ditetapkan oleh undang-undang, dibuat oleh atau di hadapan pejabat yang berwenang serta dibuat di wilayah kewenangannya.29

B. Pertanggungjawaban Perseroan Terbatas Kepada Pihak Ketiga Terhadap Perubahan Anggaran Dasar Yang Tidak Didaftarkan Di Kementrian Hukum Dan Hak Asasi Manusia

1. Syarat-syarat Perubahan Anggaran Dasar Perusahaan Terbatas

Dalam sebuah anggaran dasar dicantumkan segala hal terkait kewajiban dan hak, tugas dan tanggung jawab seluruh elemen perseroan terbatas. Dengan demikian bisa dijelaskan bahwa anggaran dasar Perseroan Terbatas menjadi bentuk konkrit dari badan hukum sebuah Perseroan Terbatas.

Terkait perubahan anggaran dasar Perseroan Terbatas, maka sesuai dengan UU No. 40 Tahun 2007, anggaran dasar dari sebuah Perseroan Terbatas harus berisi setidak-tidaknya:

1. Nama dan kedudukan Perseroan Terbatas

2. Tujuan didirikan dan maksud pendirian Perseroan Terbatas 3. Lingkup usaha yang dilakukan oleh Perseroan Terbatas 4. Lama waktu di mana sebuah Perseroan Terbatas didirikan 5. Modal Perseroan Terbatas

6. Segal hal yang terkait dengan saham (Nilai, jumlah, dan klasifikasi berikut hak dari setiap saham)

7. Jajaran Komisaris Perseroan Terbatas beserta anggota direksinya 8. RUPS berikut cara-cara di mana RUPS diselenggarakan

9. Cara untuk mengangkat, mengganti, dan memberhentikan anggota direksi serta dewan komisaris

10. Cara-cara di mana laba digunakan dan dividen dibagikan.30

Dalam melaksanakan lingkup bisnis yang berjalan dengan baik (evolving) biasanya memerlukan penyesuaian disana sini. Mulai dari penambahan modal, perubahan pemegang saham, atau bahkan hanya sekedar perpindahan alamat kantor

29 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek), diterjemahkan oleh R.

Subekti dan R. Tjitrosudibio, (Jakarta: Pradnya Paramita, 2006), Pasal 1868.

30 Ibid.

(15)

karena yang sekarang tidak bisa lagi menampung karyawan yang ada.

Perubahan yang berkaitan dengan identitas atau informasi perusahaan, apapun bentuknya, harus memperhatikan aturan yang berlaku. Informasi yang dimaksud tertulis di anggaran dasar perusahaan. Kalau informasi tersebut berubah artinya harus dilakukan perubahan anggaran dasar. 31

Informasi perusahaan yang ada di anggaran dasar diantaranya nama dan tempat kedudukan perusahaan; jangka waktu berdirinya perusahaan; maksud dan tujuan serta kegiatan usaha; jumlah modal dasar, modal ditempatkan dan modal disetor; nama jabatan dan jumlah anggota direksi dan komisaris; penetapan tempat dan tata cara penyelenggaraan RUPS; dan tata cara penggunaan laba dan pembagian dividen.32 2. Akibat Hukum Tidak Dilaksanakannya Pendaftaran Perubahan Anggaran Dasar Perseroan

Pada dasarnya tidak ada pengaturan yang mengatur secara eksplisit bagaimana status perikatan yang dibuat sebelum akta perubahan anggaran dasar mendapat persetujuan Menteri atau telah diberitahukan kepada Menteri.

Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT), mengenai perubahan anggaran dasar, dikatakan bahwa ada perubahan anggaran dasar yang harus mendapatkan persetujuan Menteri Hukum dan HAM RI,33 dan ada yang hanya perlu diberitahukan kepada Menteri.34 Dari rumusan Pasal 21 Undang-Undang Perseroan Terbatas, dapat dilihat bahwa Undang-Undang Perseroan Terbatas tidak menyebutnya dengan “disahkan”, tetapi “mendapat persetujuan” atau

“diberitahukan”.

Untuk perubahan anggaran dasar yang harus mendapat persetujuan Menteri, perubahan anggaran dasar tersebut berlaku sejak tanggal diterbitkannya Keputusan

31 Rachmadi Usman, Dimensi Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas. (Bandung: Alumni.

2004), hal. 54.

32 Widjaja, IG. Rai. Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas. (Jakarta: egapoint Divisi Kesaint Blanc. 2002), hal. 32.

33 Pasal 21 ayat (1) jo. Pasal 21 ayat (2) Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

34 Pasal 21 ayat (3) Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

(16)

Menteri mengenai persetujuan anggaran dasar35. Sedangkan dalam hal perubahan anggaran dasar hanya perlu diberitahukan kepada Menteri, perubahan anggaran dasar tersebut berlaku sejak tanggal diterbitkannya surat penerimaan pemberitahuan perubahan anggaran dasar oleh Menteri.36

Dalam Pasal 30 ayat (1) Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dikatakan bahwa Menteri mengumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia (TBN) mengenai akta pendirian perseroan serta akta perubahan anggaran dasar (baik perubahan anggaran dasar yang harus mendapat persetujuan Menteri maupun yang hanya perlu diberitahukan kepada Menteri).

3. Pertanggungjawaban Hukum atas Perubahan Anggaran Perseroan Yang Tidak Didaftarkan Terhadap Pihak Ketiga

Seperti yang diketahui di dalam suatu Perseroan Terbatas (“Perseroan”) terdapat organ-organ di dalamnya yang memegang wewenang dan tanggung jawab masing-masing. Organ-organ tersebut terdiri dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Direksi dan Dewan Komisaris. Pasal 1 angka 4, angka 5 dan angka 6 Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT) mengatur definisi yang dimaksud dengan ketiga organ tersebut. RUPS memegang segala wewenang yang tidak diserahkan kepada Direksi dan Dewan Komisaris.37 Sedangkan Direksi adalah organ Perseroan yang bertanggung jawab penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan dan tujuan Perseroan, serta mewakili Perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan, sesuai dengan ketentuan anggaran dasar. Kemudian, yang dimaksud dengan Dewan Komisaris adalah organ Perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasehat kepada Direksi.

Berikut ini adalah tanggung jawab yang harus dipegang oleh setiap Direksi dan

35 Pasal 23 ayat (1) jo. Pasal 21 ayat (2) Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

36 Pasal 23 ayat (1) jo. Pasal 21 ayat (2) Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

37 Sofie Widyana P. "Tanggung Jawab Direksi dan Dewan Komisaris dalam Perseroan Terbatas", melalui http://www.hukumperseroanterbatas.com/pemegang-saham-2/tanggung-jawab- direksi-dan-dewan-komisaris-dalam-perseroan-terbatas/, diakses tanggal 29 September 2017.

(17)

Dewan Komisaris dalam Perseroan:

1. Tanggung Jawab Direksi

Menurut Pasal 97 ayat (2) UUPT, setiap anggota Direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi atas kerugian Perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai dalam menjalankan tugasnya.. Apabila Direksi terdiri dari atas 2 (dua) anggota Direksi atau lebih, tanggung jawab sebagaimana dimaksud diatas, berlaku secara tanggung renteng bagi setiap anggota Direksi. Berdasarkan Pasal 97 ayat (3) UUPT, anggota Direksi tidak dapat dipertanggung jawabkan atas kerugian sebagaimana yang dimaksud diatas, apabila dapat membuktikan:

a. Kerugian tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya;

b. Telah melakukan pengurusan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk kepentingan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan;

c. Tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupun tidak langsung atas tindakan pengurusan yang mengakibatkan kerugian; dan

Telah mengambil tindakan untuk mencagah timbul atau selanjutnya kerugian tersebut.38

2. Tanggung Jawab Dewan Komisaris

Dewan Komisaris bertanggung jawab atas pengawasan Perseroan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 108 ayat (1) UUPT yaitu dalam hal melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya, baik mengenai Perseroan maupun usaha Perseroan, dan memberi nasehat kepada Direksi.

Setiap anggota Dewan Komisaris wajib dengan itikad baik, kehati-hatian, dan bertanggung jawab dalam menjalankan tugas pengawasan dan pemberikan nasehat kepada Direksi untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan. Kemudian setiap anggota Dewan Komisaris ikut bertanggung jawab secara pribadi atas kerugian Perseroan, apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya. Jika Dewan Komisaris terdiri atas 2 (dua) anggota Dewan Komisaris atau lebih, maka tanggung jawab sebagaimana dimaksud diatas, berlaku secara tanggung renteng bagi setiap anggota Dewan Komisaris (Pasal 114 ayat (3)

38 Ibid

(18)

UUPT). Namun, Dewan Komisaris tidak dapat dipertanggung jawabkan atas kerugian sebagaimana dimaksud pada ayat Pasal 114 ayat (3) UUPT apabila dapat membuktikan:

a. Telah melakukan pengawasan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan;

b. Tidak mempunyai kepentingan pribadi baik langsung maupun tidak langsung atas tindakan pengurusan Direksi yang mengakibatkan kerugian; dan

Telah memberikan nasehat kepada Direksi untuk mencegah timbul atau berlanjutnya kerugian tersebut.

C. Penyelesaian Dan Proses Hukum Serta Solusi Yang Dilakukan Dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor 183/Pdt.G/2014/PN.Jaksel

1. Kasus Posisi

Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan No: 183/Pdt.G/2014/PN. Jkt.Sel. adalah perkara antara para pihak yang bersengketa Nico Lieke, Swasta, beralamat di Jalan Pelepah Hijau III TL 2 No. 12A Jakarta Utara, Pemegang Kartu Tanda Penduduk Nomor 09.5106.110875.4036, dalam hal ini bertindpak selaku pemegang 900 (sembilan ratus) saham kelas A dan 100 (seratus) saham kelas B pada PT. True North Birdge Capital, berkedudukan di Jalan Prof. Dr. Satrio Blok C4 Lantai 2 Kav. 23 Jakarta Selatan, berdasarkan Akta Pendirian pada PT. True North Bridge Capital Nomor : 34 yang dibuat dihadapan Stephanie Wilamarta, SH., Notaris di Jakarta Utara yang telah disahkan berdasarkan Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor : AHU-07242.SH.01.01 Tahun 2011 tertanggal 11 Februari 2011, dan berkedudukan sebagai penggugat, melawan:

1. Handi Putranto Wilamarta, swasta, beralamat di Jalan Denpasar Raya Blok C.4 No. 23 Jakarta Selatan, selanjutnya disebut sebagai Tergugat.

2. Stephanie Wilamarta, Notaris, beralamat di Jalan Raya Boulevard Barat Plaza Kelapa Gading Blok G No. 50, Kelapa Gading Jakarta Utara, selanjutnya disebut sebagai Tergugat I.

3. Tonny Chandra,swasta, beralamat di Taman Kebon Jeruk Blok Q III No. 7 Jakarta Barat, selanjutnya disebut sebagai Tergugat II.

(19)

Penggugat dengan surat gugatannya tertanggal 28 Maret 2014 yang telah didaftarkan dikepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada tanggal 28 Maret 2014 dengan Nomor : 183/Pdt.G/ 2014/PN.Jkt.Sel. telah mengajukan gugatan perbuatan melawan hukum yaitu sebagai berikut: "Akta Perubahan Perseroan Yang Tidak Didaftarkan Di Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Oleh Tergugat Dan/Atau Turut Tergugat I Mengakibatkan Secara Hukum Berlakunya Kembali Akta No. 34".

Tergugat bersama-sama dengan Penggugat telah melakukan kerjasama dengan mendirikan suatu perusahaan yang disepakati bernama PT. True North Bridge Capital (Perseroan) berdasarkan Akta Pendirian PT. True North Bridge Capital Nomor 34 tertanggal 14 Januari 2011 yang dibuat dihadapan Turut Tergugat I selaku Notaris di Jakarta Utara.

Komposisi kepemilikan saham dalam Akta No. 34 adalah sebagai berikut:

1. Handi Putranto Wilamarta (Tergugat) 900 (sembilan ratus saham) kelas A dan 100 (seratus) saham kelas B dengan nilai nominal seluruhnya sebesar Rp.

1.000.000.000,- (satu milyar Rupiah);

2. Nico Lieke (Penggugat) 900 (sembilan ratus) saham kelas A dan 100 (seratus) saham kelas B dengan nilai nominal seluruhnya sebesar Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar Rupiah);

3. Tonny Chandra (Turut Tergugat II) 900 (sembilan ratus) saham kelas A dan 100 (seratus) saham kelas B dengan nilai nominal seluruhnya sebesar Rp.

1.000.000.000,- (satu milyar Rupiah);

Sedangkan susunan kepengurusan Perseroan berdasarkan Akta No. 34 adalah sebagai berikut:

1. Direktur Utama : Handi Putranto Wilamarta (Tergugat);

2. Direktur : Nico Lieke (Penggugat);

3. Komisaris : Tonny Chandra (Turut Tergugat II).

Kemudian Akta No. 34 telah diajukan pengesahannya oleh Turut Tergugat I selaku Notaris kepada Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia sehingga akhirnya diterbitkan pengesahannya berdasarkan Keputusan Menteri Hukum dan Hak

(20)

Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor AHU-07242.AH.01.01 Tahun 2011 tertanggal 11 Februari 2011.

2. Pertimbangan Hukum Hakim Dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor 183/Pdt.G/2014/PN.Jaksel

Dalam putusan Pengadlan Negeri Medan Nomor: 392/Pdt.G/2013/PN.Mdn, hakim yang memeriksa perkara ditolaknya klaim asuransi kendaraan bermotor berupa pick up dalam bentuk ganti rugi total loss.

Sebelum mengetahui pertimbangan hukum hakim maka terlebih dahulu diajukan gugatan penggugat yaitu:

- Provisi:

Memerintahkan Tergugat untuk tidak melakukan transaksi apapun dengan menggunakan nama Perseroan dan/ atau perubahan apapun terkait dengan Perseroan.

- Primair:

Dalam Pokok Perkara

1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya;

2. Menyatakan Tergugat dan Turut Tergugat I bersama-sama dengan Turut Tergugat II telah melakukan Perbuatan Melawan Hukum terhadap Penggugat;

3. Menyatakan batal, tidak berlaku dan tidak mengikat secara hukum atas:

a) Akta Risalah Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa Perseroan No. 43 tertanggal 26 September 2011 yang dibuat dihadapan Stephanie Wilamarta, SH/ Turut Tergugat I;

b) Akta Pengoperan Hak Atas Saham PerseroanNo. 44tertanggal 26 September 2011 yang dibuat dihadapan Stephanie Wilamarta, SH/Turut Tergugat I;

c) Akta Pengoperan Hak Atas Saham PerseroanNo. 45tertanggal 26 September 2011 yang dibuat dihadapan Stephanie Wilamarta, SH/Turut Tergugat I;

(21)

4. Menyatakan biaya pesangon atas 76 (tujuh puluh enam) orang mantan karyawan Perseroan yang telah dikeluarkan oleh Penggugat sebesar Rp 2.037.842.500,- (dua milyar tiga puluh tujuh juta delapan ratus empat puluh dua ribu lima ratus Rupiah) dan biaya operasional Perseroan sebesar Rp. 779.000.000,- (tujuhratus tujuhpuluh sembilan juta Rupiah) merupakan Hutang Perseroan yang dapat ditagih dan dibayarkan kepada Penggugat;

5. Memerintahkan Tergugat untuk membayarkan Hutang Perseroan kepada Penggugat sebesar Rp 2.037.842.500,- (dua milyar tiga puluh tujuh juta delapan ratus empat puluh dua ribu lima ratus Rupiah) dan biaya operasional Perseroan sebesar Rp. 779.000.000,- (tujuhratus tujuh puluh sembilan juta Rupiah);

6. Menghukum Tergugat untuk membayar uang paksa kepada Penggugat sebesar Rp 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) setiap harinya sejak Tergugat lalai untuk memenuhi isi putusan, terhitung sejak putusan ini dibacakan;

7. Mengabulkan permohonan Penggugat untuk dapat menjalankan putusan terlebih dahulu;

8. Menghukum Tergugat, Turut Tergugat I dan Turut Tergugat II untuk membayar seluruh biaya perkara ini.

- Subsidair:

Dalam peradilan yang baik dan bila hakim berkeyakinan lain mohon diberikan putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono).

Adapun pertimbangan hukum hakim dalam putusan Pengadlan Negeri Jakarta Selatan Nomor 183/Pdt.G/2014/PN.Jaksel dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Dalam Provisi:

Dalil pokok permohonan Provisi Penggugat adalah mohon agar Majelis Hakim memerintahkan Tergugat untuk tidak melakukan transaksi apapun dengan menggunakan nama Perseroan dan/atau perubahan apapun terkait dengan Perseroan.

(22)

Terhadap permohonan Provisi ini sepanjang pemeriksaan perkara ini, Majelis Hakim tidak pernah mengeluarkan Penetapan maupun Putusan Sela yang berkaitan dengan permohonan Provisi Penggugat ini, oleh karena itu maka terhadap permohonan Provisi Penggugat ini, beralasan hukum untuk dinyatakan ditolak.

2. Dalam Konvensi:

a) Dalam Eksepsi

Dalil pokok gugatan Penggugat adalah mohon kepada Majelis Hakim menyatakan batal, tidak berlaku dan tidak mengikat secara hukum Akta Risalah Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa Perseoan No. 43 tertanggal 26 September 2011 yang dibuat dihadapan Turut Tergugat I, Akta Pengoperan Hak Atas Saham Perseroan No.

44 tertanggal 26 September 2011 yang dibuat dihadapan Turut Tergugat I dan Akta Pengoperan Hak Atas Saham Perseroan No. 45 tertanggal 26 September 2011 yang dibuat dihadapan Turut Tergugat I. Hakim dalam memeriksa perkara ini menjelaskan bahwa Majelis Hakim menilai bahwa eksepsi Tergugat pada angka 139 ini telah memasuki materi pokok perkara sehingga terhadap eksepsi Tergugat pada angka 1 ini akan dipertimbangkan bersama-sama dengan pertimbangan pokok perkara.

3. Analisis Kasus dari Putusan Mahkamah Agung Nomor 183/Pdt.G/2014/PN.Jaksel Mengenai Tidak Dilaporkannya Atas Perubahan Anggaran Dasar Perseroan

Apabila ditelaah Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan No:

183/Pdt.G/2014/PN. Jkt.Sel, maka dapat dilihat bahwa putusan tersebut diperiksa melalui Pengadilan Negeri dalam perkara perdata. Sebagaimana layaknya sebuah kasus perdata maka dapat dilihat juga Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan No:

183/Pdt.G/2014/PN. Jkt.Sel, diajukan dengan dasar pendaftaran gugatan.

Apabila dalam suatu perkara, tidak dapat diselesaikan oleh pihak-pihak secara damai, maka jalan terakhir yang dapat ditempuh ialah meminta penyelesaian melalui hakim. Untuk mendapatkan penyelesaian melalui hakim, penggugat harus

39 Penggugat salah menafsirkan Turut Tergugat I sebagai pihak dalam akta yang dibuatnya (Error In Persona). Gugatan Penggugat mengandung kebingungan atau kekaburan (Obscuur Libel).

(23)

mengajukan permohonan gugatan kepada ketua Pengadilan Negeri. Gugatan yang diajukan kepada ketua Pengadilan Negeri tersebut disebut perkara perdata (burgerlijk vordering, civil suit). Yang mengajukan permohonan disebut penggugat (eischer, plaintiff). Sedangkan pihak yang digugat disebut tergugat (gedaagde, dependant).40

Secara umum, untuk gugatan perdata, pengajuan gugatan didasarkan pada asas Actor Sequitur Forum Rei. Asas tersebut diatur dalam Pasal 118 ayat (1) Herzien Inlandsch Reglement (HIR) yang menentukan bahwa yang berwenang mengadili suatu perkara adalah Pengadilan Negeri tempat tinggal tergugat.41

Dengan dinyatakannya bahwa akta perubahan anggaran dasar dalam Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan No: 183/Pdt.G/2014/PN. Jkt.Sel sebagai akta yang tidak sah maka perubahan anggaran dasar perseroan tersebut tidak dapat dipergunakan sebagaimana tujuannya. Adapun alasan dari ketidaksyahan akta perubahan anggaran dasar tersebut adalah karena tidak didaftarkan di Kementerian Hukum dan HAM.

Hal ini didasarkan pada ketentuan perihal syarat akta Notaris sebagai akta otentik sebagaimana diatur dalam Pasal 1868 KUHPerdata):

1. Akta yang dibuat oleh (door) atau di hadapan (ten overstaan) seorang Pejabat Umum.

a. Pembuatan akta Notaris baik akta relaas maupun akta pihak, yaitu harus ada keinginan atau kehendak (wilsvorming) dan permintaan dari para pihak, jika tidak ada, maka Notaris tidak akan membuat akta yang dimaksud.

b. Saran atau pendapat Notaris yang diikuti oleh para pihak dan dituangkan dalam akta Notaris, dianggap merupakan keinginan dan permintaan para pihak, bukan perbuatan atau tindakan Notaris.

c. Jika suatu akta Notaris dipermasalahkan oleh para pihak, maka:

1) Para pihak datang lagi ke Notaris untuk membuat akta pembatalan 2) Jika para pihak tidak sepakat untuk membatalkan, maka salah satu

40 Abdulkadir Muhammad, Hukum Acara Perdata IndonesiaI, (Bandung: Citra Aditya, 1996), hal. 40.

41 M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), hal. 192.

(24)

pihak dapat menggugat pihak lainnya, dengan gugatan untuk mendegradasikan akta Notaris menjadi akta di bawah tangan.

2. Akta itu harus dibuat dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang 3. Pejabat Umum oleh atau di hadapan siapa akta itu dibuat, harus

mempunyai wewenang untuk membuat akta itu.42

Apabila ditelaah Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan No:

183/Pdt.G/2014/PN. Jkt.Sel, maka dapat dilihat bahwa kasus tersebut diajukan oleh salah satu pihak yang merasa dirugikan haknya dengan adanya akta perubahan anggaran dasar perseroan. Dan tatkala ada pihak-pihak lain sebagai pihak yang berkaitan dengan perseroan tidak sepakat untuk membatalkan akta perubahan anggaran dasar tersebut maka pada kapasitas ini penggugat dalam Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan No: 183/Pdt.G/2014/PN. Jkt.Sel, maka bertindak selaku salah satu pihak yang dapat mengajukan gugatan ke pengadilan.

IV. Kesimpulan dan Saran A. Kesimpulan

1. Perubahan anggaran dasar dilakukan pada saat RUPS, dan perubahan tersebut harus dimuat atau dinyatakan dalam Akta Notaris dalam Bahasa Indonesia.

Kekuatan pembuktian akta perubahan anggaran dasar yang tidak adanya pemberitahuan setelah dilakukannya perubahan maka akta perubahan tersebut tetap merupakan akta otentik selama akta tersebut dibuat memenuhi ketentuan perundang-undangan dan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan. Hanya saja akta perubahan anggaran dasar tersebut tidak dapat diakses di Sistem Administrasi Badan Hukum (SABH) karena perubahan yang belum didaftarkan sehingga akta yang berlaku bagi perseroan tersebut adalah anggaran dasar sebelum perubahan dilakukan.

2. Pertanggungjawaban kepada pihak ketiga terhadap perubahan anggaran dasar yang tidak adanya pemberitahuan pada Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia maka pertanggungjawaban tersebut setiap anggota Dewan Komisaris secara

42 Elly Erawati danHerlien Budiono, Penjelasan Hukum Tentang Kebatalan Perjanjian, (Jakarta: Nasional Legal Reform Program, 2010), hal. 11.

(25)

tanggung renteng ikut bertanggungjawab dengan anggota direksi atas kewajiban yang belum dilunasi. Apabila hubungan tersebut terjadi dengan pihak pengurus perseroan maka pihak komisaris dan direksi bertanggungjawab untuk memberikan ganti kerugian kepada pihak ketiga dengan dasar akta anggaran yang belum diubah.

3. Penyelesaian dan proses hukum serta solusi yang dilakukan dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor 183/Pdt.G/2014/PN.Jaksel sudah tepat dilakukan oleh hakim, karena dalam kasus ini oleh turut tergugat secara nyata telah melakukan perbuatan melawan hukum kepada penggugat dengan menggunakan akta perubahan anggaran dasar perseroan yang tidak berlaku secara hukun dan tidak melakukan kewajibannya untuk membuat laporan pertanggungjawaban keuangan serta kewajiban perseroan dalam membayar pesangon karyawan, hal ini jelas-jelas melanggar peratura dalam KUH Perdata pasal 1365 yaitu: “Tiap perbuatan melangar hukum, yang membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang lain karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian itu.”

B. Saran

1. Kepada para pihak yang bersengketa dalam kaitannya dengan akta perubahan anggaran dasar suatu perseroan hendaknya mengajukan persetujuan dan/atau pemberitahuan perubahan anggaran dasar dan/atau data Perseroan Terbatas ke Menteri Hukum & HAM RI pada akta anggaran dasar sebelumnya, karena pada prinsipnya berdasarkan ketentuan Pasal 19 UUPT anggaran dasar Perseroan Terbatas dapat diubah dan perubahan tersebut hanya dapat dilakukan berdasarkan keputusan RUPS.

2. Peranan Notaris sangat penting dalam membantu menciptakan kepastian dan perlindungan hukum bagi masyarakat, karena Notaris sebagai pejabat umum berwenang untuk membuat akta otentik. Pada dasarnya bentuk dari suatu akta bukanlah masalah, selama para pihak tetap berkomitmen untuk melaksanakan kewajiban dan hak yang tertuang dalam akta tersebut. Maka kesadaran dari pihak untuk menjalankan kewajiban masing-masing penting agar tidak timbul masalah- masalah.

(26)

3. Kebijakan yang dibuat oleh pihak dari Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia dengan organisasi ini dalam penyelesaian masalah akta-akta notaris yang menjadi lewat batas waktu sebagai akibat dari sistem yang bermasalah, maka tindakan yang seharusnya dilakukan Notaris adalah membuatkan akta penegasan berdasarkan hasil keputusan RUPS yang menegaskan kembali segala keputusan-keputusan RUPS yang telah disepakati secara musyawarah dan mufakat pada RUPS sebelumnya.

V. DAFTAR PUSTAKA A. Buku-Buku

Abdulkadir, Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2010.

Abdul R. Saliman, Hukum Bisnis untuk Perusahaan Teori dan Contoh Kasus, Kencana Prenadamedia Group, Jakarta, 2014.

Agus Budiarto, Seri Hukum Perusahaan: Kedudukan Hukum dan Tanggung Jawab Pendiri Perseroan Terbatas, Jakarta, Ghalia Indonesia, 2002.

Ais, Chatamarrasjid, Penerobosan Cadar Perseroan dan Soal-soal Aktual Hukum Perusahaan, Bandung, Citra Aditya Bakti, 2004.

Advendi S, Hukum Dalam Ekonomi, Jakarta, Grasindo, 2008.

Anasitus Amanat, Pembahasan Undang-Undang Perseroan Terbatas 1995 dan Penerapannya Dalam Akta Notaris, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 1996.

Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Rajawali Pers, Jakarta, 1997.

Bernard L. Tanya, Yoan N. Simanjuntak dan Markus Y. Hage, Teori Hukum, Genta Publishing, Yogyakarta, 2013.

Budiarto, Agus, Kedudukan Hukum dan Tanggung Jawab Pendiri Perseroan Terbatas, Jakarta, Ghalia Indonesia, 2002.

Fuady, Munir, Perseroan Terbatas, Jakarta, PT. Citra Aditya Bakti, 2003.

Freddy Haris dan Teddy Anggoro, Hukum Perseroan Terbatas: Kewajiban Pemberitahuan oleh Direksi, Ghalia Indonesia, Bogor, 2010.

Gatot Supramono, Hukum Perseroan Terbatas (Edisi Baru), Jakarta, Djambatan, 2004.

Ginting, Jamin, Hukum Perseroan Terbatas, UU No. 40 Tahun 2007, Bandung, Citra Aditya Bakti, 2007.

Hans Kelsen sebagaimana diterjemahkan oleh Somardi, General Theory Of Law and State, Teori Umum Hukum dan Negara, Dasar-Dasar Ilmu Hukum Normatif Sebagai Ilmu Hukum Deskriptif Empirik, BEE Media Indonesia, Jakarta, 2007.

Hardijan Rusli, Perseroan Terbatas dan Aspek Hukumnya, Jakarta, Pusaka Sinar Harapan, 1997.

Harjono, Dhaniswara K, Pembaharuan Hukum Perseroan Terbatas, Tinjauan Terhadap Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Jakarta, PPHBI, 2008.

(27)

HR.Ridwan, Hukum Administrasi Negara, Raja Grafindo, Jakarta, 2006.

Janus Sidabalok, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2010.

Khairandy, Ridwan, Perseroan Terbatas: Doktrin, Peraturan Perundang-Undangan, dan Yurisprudensi, Yogyakarta, Total Media, 2009.

Kurniawan, Hukum Perusahaan: Karakteristik Badan Usaha Berbadan Hukum dan Tidak Berbadan Hukum di Indonesia, Genta Publishing, Yogyakarta, 2014.

M. Harahap Yahya, Hukum Perseroan Terbatas. Sinar Grafika, Jakarta, 2009.

---, Hukum Perseroan Terbatas. Sinar Grafika, Jakarta, 2015.

M. Udin Silalahi, Badan Hukum Organisasi Perusahaan, Jakarta, IBLAM, 2006.

M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Mandar Maju, Bandung, 1994.

Mulhadi, Hukum Perusahaan, Bentuk-bentuk Badan Usaha di Indonesia,

Munir Fuady, Perlindungan Pemegang Saham Minoritas, Bandung, CV Utomo, 2005 Nadapdap, Binoto, Hukum Perseroan Terbatas, Jakarta, Jala Permata Aksara, 2009.

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Mendia Grup, Jakarta, 2014.

Salim HS, Hukum Kontrak, Teori dan Tehnik Penyusunan Kontrak, Sinar Grafika, Jakarta, 2003

Sanapiah Faisal, Format-format Penelitian Sosial, Grafindo Persada, Jakarta, 1999.

Sentosa Sembiring, Hukum Perusahaan tentang Perseroan Terbatas, Nuansa Aulia, Bandung, Indonesia, 2006.

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat, Rajawali Pers, Jakarta, 1990.

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif : Suatu Tinjauan Singkat, Penebit Rajawali Pres, Jakarta, 2013.

Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum Indonesia pada Akhir Abad ke-20, Bandung : Alumni, 1994.

Sutantyo R. Hadikusuma dan Sumantoro, Pengertian Pokok Hukum Perusahaan, Bentuk-bentuk Perusahaan yang Berlaku di Indonesia, Jakarta, Rajawali Pers, 1991.

Usman, Rachmadi, Dimensi Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas, Jakarta, PT.

Alumni, 2004.

Widjaja, Gunawan, Resiko Hukum Pemilik, Direksi, & Komisaris PT, Jakarta, ForumSahabat, 2008.

---, 150 Tanya Jawab tentang Perseroan Terbatas, Jakarta, ForumSahabat, 2008.

Widjaja, I. G. Rai, Hukum Perseroan, Jakarta, Megapoin, 2002.

(28)

---, Hukum Perusahaan Dan Undang-Undang Dan Peraturan Pelaksanaan di Bidang Usaha, Jakarta, Kesaint Blanc, 2005.

---, Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas, Jakarta, Kesaint Blanc, 2000.

Yani, Ahmad dan Gunawan Widjaja, Perseroan Terbatas, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2009.

Zaeni Asyhadie dan Budi Sutrisno, Hukum Perusahaan & Kepailitan, PT Gelora Aksara Pratama, Mataram, 2012.

B. Undang-Undang

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia No.M.HH-01.01 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Pengesahan Badan Hukum dan Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar Serta Penyampaian Pemberitahuan Perubahan Anggaran Dasar dan Perubahan Data Perseroan Terbatas

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris C. Kamus

M. Marwan dan Jimmy P, Kamus Hukum Dictionary of Law Complete Edition, Reality Publisher, 2009.

Referensi

Dokumen terkait

Tanpa seka kultural apapun (termasuk sekat etnis, ras, agama. geografis, dan strata sosial) individu bebas melalukan aktivítas di ruang cyberpublik. la

Klasifikasi fraktur dengan sistem Le Fort kurang baik untuk mengelompokkan jenis fraktur wajah, karena sebagian besar trauma wajah tidak mengikuti pola simpel dari Le Fort tetapi

Penatausahaan aset tetap sangat terkait erat dengan administrasi atas pengelolaan aset tetap. Masalah administrasi ini yang paling banyak dijumpai di hampir setiap

Berdasar-kan pemetaan penelitian mengenai dukungan data mining pada calon nasabah didapat ada algoritma klasifikasi yang sering digunakan untuk klasifikasi calon

Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 4 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Pengesahan Badan Hukum dan Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar serta

Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 29 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

Tetapi pada tahun 2018, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia menetapkan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2018

Alhamdulillah rabbil‟alamiin, puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, izin, petunjuk, dan bimbingan-Nya, tesis yang berjudul “Pelaksanaan