• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Komitmen Organisasi 1. Pengertian Komitmen Organisasi - HUBUNGAN ANTARA PENGALAMAN KERJA DENGAN KOMITMEN ORGANISASI PADA PEGAWAI DI BADAN KELUARGA BERENCANA DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN (BKB & PP) DI KABUPATEN SIDRAP - UMBY reposi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Komitmen Organisasi 1. Pengertian Komitmen Organisasi - HUBUNGAN ANTARA PENGALAMAN KERJA DENGAN KOMITMEN ORGANISASI PADA PEGAWAI DI BADAN KELUARGA BERENCANA DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN (BKB & PP) DI KABUPATEN SIDRAP - UMBY reposi"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Komitmen Organisasi 1. Pengertian Komitmen Organisasi

Menurut Robbins (2009) komitmen organisasi adalah sebagai suatu

keadaan di mana seorang karyawan memihak organisasi tertentu serta

tujuan-tujuan dan keinginannya untuk mempertahankan keanggotaan dalam

organisasi tersebut. Sopiah (2008) memberikan definisi komitmen organisasi

adalah derajat yang mana pegawai percaya dan menerima tujuan-tujuan

organisasi dan akan tetap tinggal atau tidak meninggalkan organisasi. Luthans

(dalam Sutrisno, 2010) mengemukakan bahwa komitmen organisasi

merupakan keinginan yang kuat untuk menjadi anggota dalam suatu organisasi,

kemauan usaha yang tinggi untuk organisasi, suatu keyakinan tertentu dan

penerimaan terhadap nilai-nilai dan tujuan organisasi.

Durkin (dalam Sopiah 2008) komitmen organisasi merupakan perasaan

yang kuat dan erat dari seseorang terhadap tujuan dan nilai suatu organisasi

dalam hubungannya dengan peran mereka terhadap upaya pencapaian tujuan

dan nilai-nilai tersebut. Menurut Suwardi (2011) komitmen organisasi

ditunjukkan dalam sikap penerimaan, keyakinan yang kuat terhadap nilai-nilai

dan tujuan sebuah organisasi, begitu juga adanya dorongan yang kuat untuk

(2)

organisasi. Selain itu, Winner (dalam Tranggono, 2008) mengatakan bahwa

komitmen organisasi merupakan dorongan dalam diri individu untuk berbuat

sesuatu agar dapat menunjang keberhasilan organisasi dengan tujuan dan lebih

mengutamakan kepentingan organisasi.

Berdasarkan beberapa uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa

komitmen oganisasi merupakan keinginan kuat seorang karyawan untuk tetap

menjadi anggota dalam organisasi. Selain itu karyawan berusaha

mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi, memberikan kemampuan

terbaiknya dalam melaksanakan tugas dalam hubungannya dengan peran

karyawan terhadap upaya pencapaian nilai-nilai dan tujuan organisasi.

2. Aspek-aspek Komitmen Organisasi

Komitmen organisasi memiliki tiga aspek utama, yaitu : identifikasi,

keterlibatan dan loyalitas karyawan terhadap organisasi (Steers & Porter,

1996).

a. Aspek identifikasi, adalah penerimaan dan kepercayaan karyawan yang

kuat terhadap nilai-nilai dan tujuan organisasi. Karyawan yang

mengidentifikasikan dirinya pada organisasi menilai adanya kongruensi

antara nilai dan tujuan organisasi dengan nilai dan tujuan pribadinya.

Sehingga karyawan akan rela menyumbangkan sesuatu bagi tercapainya

tujuan organisasi karena dengan demikian secara tidak langsung

kebutuhan atau tujuan pribadinya akan terpenuhi pula. Kepercayaan

karyawan terhadap organisasi dapat ditumbuhkan dengan turut

(3)

organisasi sehingga karyawan dengan rela berusaha mencapai tujuan

organisasi.

b. Aspek keterlibatan atau partisipasi karyawan adalah kesediaan karyawan

untuk berusaha sebaik mungkin demi kepentingan organisasi dengan

melibatkan diri dalam aktivitas-aktivitas kerja organisasi. Adanya

keterlibatan akan menyebabkan karyawan mau dan senang bekerja sama

baik dengan atasan ataupun dengan sesama teman kerja. Keterlibatan

karyawan dapat dirangsang dengan melibatkan karyawan dalam proses

pembuatan keputusan. Hal ini dapat membuat karyawan merasa diterima

sebagai bagian dari organisasi dan menumbuhkan keyakinan bahwa apa

yang telah diputuskan adalah merupakan keputusan bersama, sehingga

karyawan merasa bertanggung jawab untuk melaksanakan keputusan yang

telah disepakati.

c. Aspek loyalitas atau kesetiaan terhadap organisasi adalah keinginan yang

kuat untuk menjadi anggota organisasi tempat karyawan bekerja.

Karyawan akan mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi

karena karyawan merasa bahwa dirinya adalah bagian dari organisasi yang

tidak terpisahkan. Hal ini dapat diupayakan bila karyawan merasakan

adanya keamanan dan kepuasan dalam organisasi tempat karyawan

(4)

Kanter (dalam Sopiah, 2008) mengemukakan adanya tiga bentuk

komitmen organisasi, yaitu:

a. Komitmen berkesinambungan (continuance commitment), yaitu komitmen

yang berhubungan dengan dedikasi anggota dalam melangsungkan

kehidupan organisasi dan menghasilkan orang yang mau berkorban dan

berinvestasi pada organisasi.

b. Komitmen terpadu (cohesion commitment) yaitu komitmen anggota

terhadap organisasi sebagai akibat adanya hubungan sosial dengan

anggota lain di dalam organisasi. Ini terjadi karena karyawan percaya

bahwa norma-norma yang dianut organisasi merupakan norma-norma

yang bermanfaat.

c. Komitmen terkontrol (control commitment), yaitu komitmen anggota pada

norma organisasi yang memberikan perilaku ke arah yang diinginkannya.

Norma-norma terhadap perilaku yang diinginkan.

Berdasarkan uraian di atas, terdapat beberapa macam aspek yang dapat

mengungkapkan komitmen organisasi yang dikemukakan oleh Steers & Porter

(1996) yaitu aspek identifikasi, keterlibatan, dan loyalitas dan Kanter (dalam

Sopiah, 2008) yaitu aspek komitmen berkesinambungan (continuance

commitment), komitmen terpadu (cohesion commitment) dan komitmen

terkontrol (control commitment). Berdasarkan analisis tersebut penulis

memilih aspek dari Steers & Porter (1996) yang terdiri dari tiga aspek yaitu

aspek identifikasi, keterlibatan dan loyalitas karena merupakan aspek yang

(5)

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komitmen Organisasi

Menurut Retno dan Djamaluddin (2006), faktor-faktor yang

mempengaruhi komitmen organisasi adalah sebagai berikut :

a. Usia, seorang karyawan yang telah memasuki dewasa usia 21 tahun stabil

sehingga akan membuat karyawan lebih bertanggung jawab terhadap

pekerjaannya.

b. Pengalaman kerja, pengalaman kerja merupakan berapa lama seseorang

bekerja dalam organisasi. Semakin lama masa kerja seseorang dalam suatu

perusahaan maka akan semakin tinggi pula tingkat komitmennya terhadap

perusahaan. Pengalaman kerja yang berkaitan dengan komitmen terhadap

organisasi adalah menyangkut seberapa percaya bahwa organisasi

memperhatikan minatnya, merasakan ada kepatuhan dan seberapa besar

harapan karyawan dapat terpenuhi dalam pekerjaan. Berdasarkan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Purnamasasi (2014) menyatakan bahwa

memang benar ada pengaruh pengalaman kerja terhadap komitmen

organisasi.

c. Ukuran, semakin besar ukuran suatu kelompok yang mengacu pada jumlah

anggota akan berpengaruh terhadap sumber daya yang ada untuk

melakukan tugas.

d. Struktur organisasi, struktur organisasi yang jelas akan membuat karyawan

(6)

e. Efikasi diri, efikasi diri adalah keyakinan-keyakinan seseorang tentang

kemampuannya untuk melakukan suatu tugas atau pekerjaan. Jika seorang

karyawan telah diberi keyakinan akan kemampuannya karyawan akan

menunjukan kinerja yang lebih baik lagi.

f. Harga diri, sejauhmana seseorang percaya bahwa karyawan berguna bagi

orang lain dan berhak mendapatkan penghargaan. Jika seorang dianggap

bermanfaat bagi organisasi, maka karyawan akan segera dihargai,

sehingga akan membuat karyawan lebih komitmen terhadap organisasi.

g. Kebutuhan sosioemosional, perubahan sosial pada individu dengan orang

lain akan berpengaruh pada perubahan emosi dan perubahan pada

kepribadian. Perubahan sangat dinginkan oleh karyawan untuk membuat

karyawan lebih mengidentifikasikan dirinya pada organisasi.

David (dalam Sopiah, 2008) mengemukakan empat faktor yang

mempengaruhi komitmen karyawan pada organisasi, yaitu:

a. Faktor personal, misalnya usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan,

pengalaman kerja, kepribadian, dll.

b. Karakteristik pekerjaan, misalnya lingkup jabatan, tantangan, konflik

peran, tingkat kesulitan dalam pekerjaan, dll.

c. Karakteristik struktur, misalnya besar/kecilnya organisasi, bentuk

organisasi (sentralisasi/desentralisasi), kehadiran serikat pekerja.

d. Pengalaman kerja. Pengalaman kerja karyawan sangat berpengaruh

(7)

Berdasarkan uraian di atas, terdapat beberapa macam faktor yang

dapat mempengaruhi komitmen terhadap organisasi yang dikemukakan

oleh Retno dan Djamaluddin (2006) yaitu usia, pengalaman kerja, ukuran,

struktur organisasi, efikasi diri, harga diri, dan kebutuhan sosioemosional.

Selanjutnya David (dalam Sopiah, 2008) yaitu faktor personal (usia, jenis

kelamin, tingkat pendidikan, pengalaman kerja, kepribadian),

karakteristik pekerjaan (lingkup jabatan, tantangan, konflik peran, tingkat

kesulitan dalam pekerjaan), karakteristik struktur (besar/kecilnya

organisasi, bentuk organisasi (sentralisasi/desentralisasi), kehadiran

serikat pekerja), dan pengalaman kerja. Pada penelitian ini, penulis

memilih pengalaman kerja sebagai variabel yang dapat mempengaruhi

komitmen organisasi karena semakin banyak pengalaman kerja seseorang

akan semakin membuat karyawan komitmen (Dyne & Graham, dalam

Aidiyah, 2015).

B. Pengalaman Kerja

1. Pengertian Pengalaman Kerja

Handoko (2009) menyatakan bahwa pengalaman kerja seseorang

menunjukkan jenis-jenis pekerjaan yang telah dilakukan seseorang yang

memberikan peluang besar bagi seseorang untuk melakukan pekerjaan yang

lebih baik selama jangka waktu tertentu, sehingga semakin luas pengalaman

(8)

tujuan yang telah ditetapkan. Sutrisno (2009) mengungkapkan pengalaman

kerja adalah suatu dasar atau acuan seorang karyawan dapat menempatkan diri

secara tepat kondisi, berani mengambil resiko, mampu menghadapi tantangan

dengan penuh tanggung jawab serta mampu berkomunukasi dengan baik

terhadap berbagai pihak untuk tetap menjaga produktivitas, kinerja dan

.menghasilkan individu yang kompeten dalam bidangnya.

Menurut Ranupandojo (2004) pengalaman kerja adalah ukuran tentang

lama waktu atau masa kerja yang telah ditempuh seseorang dapat memahami

tugas-tugas suatu pekerjaan dan telah melaksanakan dengan baik. Sudarmanto

(2009) mendefinisikan pengalaman kerja sebagi suatu elemen penting dalam

membentuk penguasan kompetensi seseorang terhadap tugas. Akumulasi

pengetahuan dan pengalaman yang menyatu dalam dirinya akan terbentuk

dalam sikap dan perilaku seseorang.

Menurut Sulaeman (2014) pengalaman kerja menunjukkan sejauh

mana penguasaan seseorang terhadap bidang pekerjaan yang selama ini

ditekuninya yang diukur dengan melihat seberapa lama waktu yang dihabiskan

tenaga kerja pada suatu bidang pekerjaan tertentu. Martoyo (2007) menyatakan

bahwa pengalaman kerja didasarkan pada masa kerja atau jangka waktu

pegawai dalam bekerja. Hariandja (2002) menyatakan bahwa pengalaman

kerja didasarkan pada jenis pekerjaan yang pernah dikerjakan selama periode

tertentu.

Berdasarkan berbagai macam uraian di atas maka dapat disimpulkan

(9)

keterampilan yang telah diketahui dan dikuasai seseorang dari perbuatan atau

pekerjaan yang telah dilakukan selama beberapa waktu tertentu dan

keterampilan seseorang dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan dalam organisasi.

2. Aspek-aspek Pengalaman Kerja

Pengalaman kerja memiliki empat aspek pengalaman kerja yaitu lama

waktu atau masa kerja, tingkat pengetahuan yang dimiliki & keterampilan yang

dimiliki, dan penguasaan terhadap pekerjaan dan peralatan (Foster, 2001).

a. Lama waktu atau masa kerja

Ukuran tentang lama waktu atau masa kerja yang telah ditempuh

seseorang dapat memahami tugas-tugas suatu pekerjaan dan telah

melaksanakannya dengan baik.

b. Tingkat pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki

Pengetahuan merujuk pada konsep, prinsip, prosedur, kebijakan atau

informasi lain yang dibutuhkan oleh karyawan. Pengetahuan juga

mencakup kemampuan untuk memahami dan menerapkan informasi pada

tanggung jawab pekerjaan. Sedangkan keterampilan merujuk pada

kemampuan fisik yang dibutuhkan untuk mencapai atau menjalankan

suatu tugas atau pekerjaan.

c. Penguasaan terhadap pekerjaan dan peralatan

Tingkat penguasaan seseorang dalam pelaksanaan aspek-aspek tekhnik

(10)

Menurut Asri (1986), pengukuran pengalaman kerja sebagai sarana

untuk menganalisa dan mendorong efisiensi dalam pelaksanaan tugas

pekerjaan yaitu :

a. Geraknya lancar dan mantap

Setiap karyawan yang berpengalaman akan melakukan gerakan yang

mantap dalam bekerja tanpa disertai keraguan.

b. Gerakannya berirama

Artinya tercipta dari kebiasaan dalam melakukan pekerjaan sehari-hari.

c. Lebih cepat menanggapi tanda-tanda

Artinya tanda-tanda seperti akan terjadi kecelakaan kerja.

d. Dapat menduga akan timbulnya kesulitan sehingga lebih siap

menghadapinya. Karena didukung oleh pengalaman kerja dimilikinya

maka seseorang yang berpengalaman dapat menduga akan adanya

kesulitan dan siap menghadapinya.

e. Bekerja dengan tenang

Seorang pegawai yang memiliki pengalaman akan memiliki rasa percaya

diri yang cukup besar.

Berdasarkan uraian di atas, terdapat beberapa macam aspek yang dapat

mengungkap pengalaman kerja yang dikemukakan oleh Foster (2001) yaitu,

lama waktu atau masa kerja, tingkat pengetahuan dan keterampilan yang

dimiliki, dan penguasaan terhadap pekerjaan dan peralatan. Selanjutnya Asri

(1986) yaitu geraknya lancar dan mantap, gerakannya berirama, lebih cepat

(11)

dengan tenang. Berdasarkan analisis, penulis memilih aspek dari Foster (2001)

yang terdiri dari aspek lama waktu atau masa kerja, tingkat pengetahuan dan

keterampilan yang dimiliki, dan penguasaan terhadap pekerjaan dan peralatan.

Ketiga aspek tersebut digunakan oleh peneliti sebagai acuan untuk

mengungkap pengalaman kerja pegawai di BKB & PP Kabupaten Sidrap.

C. Hubungan antara Pengalaman Kerja dengan Komitmen Organisasi pada Pegawai di Badan Keluarga Berencana & Pemberdayaan

Perempuan (BKB & PP) Kabupaten Sidrap

Sebagai salah satu upaya meningkatkan komitmen karyawan terhadap

organisasi, pengalaman kerja sangat diperlukan. Pengalaman kerja karyawan

mencerminkan tingkat penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang

dimiliki seorang karyawan dalam bekerja yang dapat diukur dari masa kerja

dan jenis pekerjaan yang pernah dikerjakan karyawan. Salah satu upaya

penting dalam perkembangan tingkah laku dan sikap seorang karyawan

sebagaimana diungkapkan oleh ahli psikologis, bahwa perkembangan adalah

bertambahnya potensi untuk bertingkah laku. Selain itu suatu perkembangan

juga dapat dilukiskan sebagai suatu proses yang membawa seseorang kepada

suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi (Knoers & Haditono, 1999).

Pengalaman kerja adalah suatu dasar atau acuan seorang karyawan

dapat menempatkan diri secara tepat kondisi, berani mengambil resiko, mampu

menghadapi tantangan dengan penuh tanggung jawab serta mampu

(12)

produktivitas, kinerja dan menghasilkan individu yang kompeten dalam

bidangnya (Sutrisno, 2009). Aspek-aspek pengalaman kerja menurut Foster

(2001) yaitu lama waktu atau masa kerja, tingkat pengetahuan dan

keterampilan yang dimiliki dan penguasaan terhadap pekerjaan dan peralatan.

Berdasarkan penelitian tentang Pengalaman Kerja yang telah di

lakukan oleh Purnamasari (2014) menunjukan bahwa ada pengaruh positif dan

signifikan pengalaman kerja terhadap komitmen organisasi karyawan.

Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Anggarkusuma (2015) juga

menunjukkan bahwa pengalaman kerja berpengaruh positif dan signifikan

secara parsial tehadap komitmen organisasi. Hasil tersebut sesuai dengan hasil

wawancara di Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan

Kabupaten Sidrap (BKB & PP) yang memperoleh hasil bahwa pengalaman

kerja sebagian pegawai di BKB & PP Kabupaten Sidrap dirasa kurang karena

masih saja ada beberapa pegawai yang belum dapat mengoperasikan internet,

dan peralatan peralatan kerja lainnya.

Lama waktu atau masa kerja adalah ukuran tentang lama atau masa

kerja yang telah ditempuh seseorang dapat memahami tugas-tugas suatu

pekerjaan dan telah melaksanakannya dengan baik. Tingkat pengetahuan dan

keterampilan yang dimiliki yaitu pengetahuan merujuk pada konsep, prinsip,

prosedur, kebijakan atau informasi lain yang dibutuhkan oleh karyawan.

Pengetahuan juga mencakup kemampuan untuk memahami dan menerapkan

informasi pada tanggung jawab pekerjaan. Sedangkan keterampilan merujuk

(13)

suatu tugas atau pekerjaan. Penguasaan terhadap pekerjaan dan peralatan yaitu

tingkat penguasaan seseorang dalam pelaksanaan aspek-aspek tekhnik

peralatan dan teknik pekerjaan. Penguasaan terhadap pekerjaan dan peralatan

yaitu tingkat penguasaan seseorang dalam pelaksanaan aspek-aspek teknik

peralatan dan teknik pekerjaan (Foster, 2001).

Menurut Angle & Perry (1981) karyawan yang memiliki masa yang

pendek menyebabkan keterlibatan yang dibangun masih rapuh, sehingga

komitmen organisasi yang dimiliki oleh karyawan dengan masa kerja yang

pendek cenderung lebih rendah. Masa kerja yang belum berlangsung lama

menyebabkan peluang investasi pribadi yang dikeluarkan oleh karyawan

belum besar, sehingga keputusan untuk meninggalkan organisasi tidaklah sulit

dilakukan. Sedangkan menurut Robbins (2009) masa kerja yang lama sangat

identik dengan senioritas dalam suatu organisasi. Semakin lama karyawan

bekerja dalam suatu organisasi maka semakin kecil kemungkinan karyawan

tersebut akan mengundurkan diri.

Selain itu Pratama dan Utama (2013) dari hasil penelitiannya terdahulu

mengungkapkan bahwa karyawan dengan masa atau lama kerja yang panjang

akan loyal kepada organisasi karena merasa nyaman dengan pekerjaannya,

tidak merasa terbebani oleh pekerjaanya sehingga tidak ingin bekerja di tempat

lain. Sebaliknya masa kerja yang pendek akan membuat karyawan belum

memiliki loyalitas. Masa kerja yang panjang juga akan membentuk identifikasi

karyawan terhadap organisasi hal tersebut berbeda dengan masa kerja yang

(14)

nilai-nilai organisasi atau identifikasi belum akan terbentuk. Selanjutnya karyawan

yang memiliki masa kerja yang panjang akan lebih terlibat banyak dalam

organisasi jika dibandingkan dengan karyawan yang memiliki masa kerja yang

pendek.

Selanjutnya, karyawan yang memiliki tingkat pengetahuan atau

keterampilan yang banyak akan membentuk keterlibatan karyawan dalam

pelaksanaan tugas dan pekerjaanya, sebaliknya apabila karyawan memiliki

tingkat pengetahuan atau keterampilan yang sedikit keterlibatan karyawan

terhadap organisasi tidak akan terbentuk (Manulang, 1984). Selain itu keahlian

dan keterampilan yang dimilikinya juga akan membentuk perasaan loyal

karyawan terhadap organisasi semakin tinggi dan identifikasi terhadap

organisasi akan semakin kuat (Rofi, 2012)..

Apabila karyawan menguasai pekerjaan dan peralatan yang berkaitan

dengan pekerjaanya maka karyawan tersebut akan lebih senang untuk terlibat

dalam organisasi. Selain itu karyawan juga akan loyal karena baik pemimpin

maupun rekan kerja mengakui kemampuan yang dimilikinya. Apabila dua hal

tersebut sudah terbentuk maka kepercayaan terhadap organisasi atau

identifikasi akan mulai terbentuk karena karyawan merasa dihargai dan

diapresiasi kemampuan yang dimiliknya (Simanjuntak, 2005).

Purnamasari (dalam Asih, 2006) mempunyai kesimpulan bahwa

seorang karyawan yang punya pengalaman kerja yang tinggi akan memiliki

keunggulan dalam beberapa hal, di antaranya : mendeteksi kesalahan,

(15)

tersebut bermanfaat bagi pengembangan keahlian. Berbagai macam

pengalaman yang dimiliki individu akan mempengaruhi pelaksanaan suatu

tugas. Seseorang yang berpengalaman memiliki cara berfikir yang lebih

terperinci dan lengkap dibandingkan seseorang yang belum berpengalaman

(Taylor & Todd, dalam Asih, 1995).

Hal demikian memperlihatkan bahwa pengalaman kerja seseorang

menunjukkan jenis-jenis pekerjaan yang pernah dilakukan seseorang dan

memberikan peluang yang besar bagi seseorang untuk melakukan

pekerjaannya lebih baik. Semakin luas pengalaman kerja seseorang, semakin

terampil dalam melakukan pekerjaannya, dan semakin sempurna pula pola

berfikir dan sikap dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan (Puspaningsih dalam Asih, 2006). Dyne dan Graham (dalam

Soekidjan, 2009) menjelaskan bahwa pengalaman kerja lama akan semakin

membuat karyawan berkomitmen, hal ini disebabkan karena semakin memberi

peluang karyawan untuk menerima tugas menantang, otonomi semakin besar,

serta peluang promosi yang lebih tinggi. Selain peluang investasi pribadi

berupa pikiran, tenaga dan waktu yang semakin besar, hubungan sosial lebih

bermakna, serta akses untuk mendapat informasi pekerjaan baru makin

berkurang.

Pengalaman kerja yang sesuai dengan nilai-nilai personal individu atau

dapat memenuhi kebutuhan dan preferensi individu akan menjadi penguat bagi

individu tersebut yang kemudian akan mempengaruhi komitmen terhadap

(16)

2008) menegaskan bahwa komitmen organisasi dikembangkan dari sikap

positif terhadap organisasi. Sikap ini merupakan hasil kombinasi dari

pengalaman kerja, persepsi terhadap organisasi, dan karakteristik personal.

Karyawan dengan komitmen yang tinggi memiliki intensi untuk berkontribusi

secara profesional dan melakukan lebih dari apa yang diharapkan oleh

organisasi dalam mengimplementasikan setiap perencanaan dan kebijakan.

Perkembangan pengalaman yang dimiliki karyawan berdasarkan teori,

menunjukkan dampak yang positif kepada penambahan tingkah laku yang

dapat diwujudkan dalam keahlian yang lebih tinggi dalam memperoleh

kecakapan yang lebih matang. Pengalaman-pengalaman yang diperoleh

karyawan memungkinkan berkembangnya potensi yang dimiliki oleh

karyawan melalui proses yang dipelajari sehingga dapat meningkatkan

kelekatan atau komitmen terhadap organisasi.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan sementara

bahwa ada hubungan positif antara pengalaman kerja dengan komitmen

organisasi pada pegawai Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan

Perempuan di Kabupaten Sidrap. Artinya semakin banyak pengalaman kerja

pegawai maka akan semakin tinggi pula komitmen terhadap organisasi,

sebaliknya semakin sedikit pengalaman kerja pengalaman kerja pegawai maka

(17)

D. Hipotesis

Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam

penelitian ini adalah terdapat hubungan positif antara pengalaman kerja dengan

komitmen organisasi pada pegawai Badan Keluarga Berencana dan

Pemberdayaan Perempuan (BKB & PP) di Kabupaten Sidrap. Jika semakin

banyak pengalaman kerja pegawai maka akan semakin tinggi pula komitmen

terhadap organisasi, sebaliknya semakin sedikit pengalaman kerja pegawai

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian yang dilakukan di Cina menunjukan bahwa faktor ibu merupakan faktor risiko untuk anak pendek antara lain ibu dengan anemia dan kurang gizi saat hamil

Hasil asuhan kebidanan secara komprehensif pada Ny “Z” selama kehamilan trimester II dengan keluhan pusing, persalinan secara spontan tidak ada penyulit, pada masa nifas dengan

Dengan iru menyatakan dengan sebenarnya ballwa karya ilmiab ini telah diperiksaldivalidasi dan basilnya telab memenuhi kaidab iImiab, norma akademik dan norma hukum

sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir ini dengan

mengajukan gugatan ganti kerugian kepada pemerintah dan/atau pemegang izin apabila kegiatan pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang.

pranikah dan 85% remaja wanita melakukan hubungan seks pertama pada usia 13-.. 15 tahun di rumah dengan pacar (dalam KTI

Alat bantu forklift 10 ton untuk pemindah coil ini telah melewati berbagai proses, yaitu analisis secara teori (morfologi) maupun perhitungan, dengan berlandaskan

Banyak cara dan metode yang digunakan oleh pembuat keputusan untuk mencapai tujuan tersebut, antara lain pengaturan tugas dari beberapa pekerja untuk memproduksi