• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLICY BRIEF PEMANFAATAN IKPS DALAM PENGAMBILAN KEBIJAKAN PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING EXECUTIVE SUMMARY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "POLICY BRIEF PEMANFAATAN IKPS DALAM PENGAMBILAN KEBIJAKAN PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING EXECUTIVE SUMMARY"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

1 POLICY BRIEF

PEMANFAATAN IKPS DALAM PENGAMBILAN KEBIJAKAN PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING

Koko Haryono, Sekretariat Wakil Presiden Nurchasanah, Sekretariat Negara Indira Oktoviani, Sekretariat Wakil Presiden

EXECUTIVE SUMMARY

Prevalensi stunting di Indonesia pada tahun 2021 menunjukan nilai sebesar 24,4% dan termasuk dalam kategori tinggi berdasarkan WHO. Dalam rangka percepatan pencapaian target penurunan stunting, diperlukan strategi kebijakan yang komprehensif dan berfokus pada program/intervensi yang dijalankan sehingga efektifitas program dapat terus ditingkatkan.

Dalam rangka pemantauan kemajuan penanganan stunting, Pemerintah mempublikasikan Indeks Khusus Penanganan Stunting (IKPS), sebagai instrumen yang mengukur sejauhmana rumah tangga sasaran telah menerima berbagai intervensi. Namun, pemanfaatan IKPS untuk pengambilan kebijakan terkait stunting masih minim, padahal IKPS dapat dimanfaatkan dalam penentuan target program, alokasi anggaran dan sumber daya, analisis stakeholder, kerjasama dengan pihak lain, dan analisis lanjutan. Sehingga sosialisasi dan implementasi pemanfaatan IKPS untuk penurunan stunting penting untuk dilaksanakan.

A. Pendahuluan

Pemerintah Indonesia telah menetapkan target penurunan stunting pada level 14%

pada tahun 2024. Dana yang dianggarkan Pemerintah untuk penanganan stunting juga meningkat dari tahun ke tahun. Berbagai program telah dilakukan oleh Pemerintah pusat dan daerah baik berupa intervensi gizi spesifik maupun sensitif. Namun demikian prevalensi stunting di Indonesia pada tahun 2021 masih menunjukan nilai yang tinggi yaitu sebesar 24,4 (Humas Litbangkes, 2021) dan masuk dalam kategori tinggi berdasarkan WHO. Selain itu masih terdapat gap antara target penurunan stunting dengan tren capaian penurunan stunting (grafik 1), sehingga diperlukan kebijakan yang efektif untuk mengatasi hal tersebut.

Dalam rangka percepatan pencapaian target tersebut, diperlukan strategi kebijakan yang komprehensif dan berfokus pada program yang dijalankan sehingga efektifitas program dapat terus ditingkatkan.

24.10

21.10 18.40

16.00 14.00 37.72

30.8 27.7 26.90 24.40

0 10 20 30 40

2013 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024

% Penurunan stunting

Grafik 1

Target dan Capaian Penurunan Stunting

Target Capaian

(2)

2

Sumber: RPJMN 2020-2024, Riskesdas 2013, Riskesdas 2018, Laporan Pelaksanaan Integrasi Susenas Maret 2019 dan SSGBI 2019, Buku Saku SSGI 2021, Prediksi Angka Stunting Tahun 2020.

IKPS adalah sebuah indeks yang disusun untuk mengukur kinerja Pemerintah dan Pemerintah daerah dalam melakukan intervensi percepatan penurunan stunting terhadap rumah tangga 1.000 HPK (Laporan 2021).

IKPS merupakan indikator proxy yang mencakup berbagai dimensi. Dimensi penyusun IKPS disempurnakan pada tahun 2020 adalah dimensi, kesehatan, gizi, perumahan, pangan, pendidikan, dan dimensi perlindungan sosial.

Penyusunan indeks tersebut dilakukan setiap tahun dengan menggunakan data Susenas, dilakukan BPS bekerjasama dengan Setwapres, dengan tujuan agar dapat digunakan untuk membandingkan bagaimana perkembangan cakupan- cakupan intervensi terhadap rumah tangga sasaran, baik di tingkat nasional, provinsi, hingga kabupaten/kota.

IKPS menyajikan 6 dimensi yang terdiri dari 12 indikator yang menggambarkan capaian intervensi penanganan stunting.

Dimensi Indikator 1. Kesehatan 1. Imunisasi

2. Penolong Persalinan oleh Tenaga

Kesehatan di

Fasilitas Kesehatan 3. Keluarga Berecana

(KB Modern) 2. Gizi 4. ASI Eksekutif

5. Makanan

Pendamping ASI (MPASI)

3. Perumahan 6. Air Minum Layak

7. Sanitasi Layak 4. Pangan 8. Mengalami

Kerawanan Pangan 9. Ketidakcukupan

Konsumsi Pangan 5. Pendidikan 10. PAUD

6. Perlindungan Sosial

11. Pemanfaatan

Jaminan Kesehatan 12. Penerima KKS/

KPS

Sumber : Laporan IKPS 2021

Dimensi dan variabel yang digunakan dalam perhitungan IKPS ditentukan dengan menggunakan beberapa pertimbangan dan melalui diskusi dengan kementerian dan lembaga serta melibatkan para pakar.

Dimensi dan variable dipilih dengan mengacu pada kerangka konsep penyebab dan pencegahan stunting di Indonesia dan juga mempertimbangkan ketersediaan data yang ada dalam Susenas setiap tahunnya.

IKPS diharapkan berkontribusi terhadap efektifitas kebijakan yang diambil oleh pemerintah baik pusat maupun daerah.

Dengan IKPS diharapkan dapat mengetahui sejauhmana kebijakan yang telah dilakukan dan menangkap skenario yang bisa dilakukan untuk menurunkan prevalensi stunting.

B. Deskripsi Masalah

Publikasi IKPS yang telah dilakukan sejak tahun 2020 belum dimanfaatkan secara optimal dalam pengambilan kebijakan terkait stunting baik di tingkat pusat maupun daerah.

Kebijakan yang diambil cenderung didasarkan pada program rutin dan kurang komprehensif sehingga efektifitas belum optimal. Sebagai contoh, studi yang dilakukan oleh Kurnia (2021) menunjukan bahwa proses konvergensi pendanaan di bidang air minum dan sanitasi dalam rangka penanggulangan stunting belum optimal.

(3)

3 Selama ini kebijakan Pemerintah Daerah

belum sepenuhnya mendukung program percepatan penurunan stunting, khususnya yang mengacu pada indikator-indikator IKPS.

Padahal Indikator-indikator pada dimensi dalam IKPS mewakili hal terkait penanganan masalah stunting. Dengan fokus pada indikator tersebut diharapkan penanganan stunting menjadi lebih efektif.

Sekitar 2,5 tahun kedepan Indonesia menargetkan penurunan stunting menjadi 14% ditahun 2024. Jika IKPS dapat dimanfaatkan oleh Pemerintah Daerah diharapkan dapat mendorong pencapaian target tersebut.

Oleh karena itu pemanfaatan IKPS sangat penting dalam pengambilan kebijakan untuk memastikan semua intervensi yang akan dilakukan efektif dan tepat sasaran.

C. Rekomendasi Kebijakan

Target penurunan prevalensi stunting yang semakin mendekati batas waktu pencapaian pada tahun 2024 memerlukan strategi yang komprehensif dan fokus pada program yang dijalankan. Jika strategi yang diambil bersifat umum dikhawatirkan pencapaian target akan terhambat.

Kebijakan yang diambil dengan menggunakan IKPS akan fokus pada permasalahan yang ada di lapangan. Selain itu banyaknya indikator dalam IKPS diharapkan mampu memberikan informasi yang cukup komprehensif terkait intervensi program yang bersifat spesifik maupun sensitif.

IKPS dapat dimanfaatkan untuk membantu pengambil kebijakan baik di level nasional (oleh kementerian/Lembaga) maupun di level provinsi/kabupaten/kota. Manfaat IKPS sebagai berikut (gambar 1):

Gambar 1: Pemanfaatan IKPS dalam pengambilan kebijakan (sumber penulis)

1. Perencanaan program

Dengan menggunakan indikator yang ada pada IKPS, pengambil kebijakan dapat menentukan program yang akan dilaksanakan dan fokus pada program tersebut. Misalnya jika capaian nilai IKPS rendah memberi informasi bahwa program tersebut memiliki progress lambat dan perlu perbaikan program di tahun berikutnya.

2. Menentukan target pencapaian program Pencapaian IKPS pada tahun sebelumnya dapat digunakan sebagai acuan penetapan target program tahun berikutnya. Misalnya, pencapaian IKPS pada indikator 3 pada tahun bersangkutan 75,5% maka pengambil kebijakan dapat menjadikan capaian tersebut sebagai referensi target tahun berikutnya.

3. Alokasi anggaran

Pencapaian per indikator pada IKPS dapat digunakan sebagai acuan dalam mengalokasikan anggaran. Indikator IKPS dengan pencapaian rendah dapat

IKPS

Perencana an jenis

dan lingkup

program Menentuk

an target pencapaia n program

Alokasi anggaran

Alokasi sumber Analisa daya

stakehol der

Penentuan kerjasama program dengan

pihak lain

Monitori ng dan evaluasi

Analisa lanjutan

(4)

4 digunakan sebagai referensi untuk

alokasi anggaran yang relatif lebih besar.

4. Alokasi sumber daya

Alokasi sumber daya juga dapat dilakukan dengan melihat pada pencapaian IKPS. Rendahnya IKPS pada suatu indikator menjadi referensi untuk alokasi sumber daya yang lebih banyak.

5. Analisis stakeholder

IKPS juga dapat digunakan sebagai alat bantu dalam melakukan analisis stakeholder. Dengan melihat pada suatu indikator IKPS, stakeholder mana saja yang terkait erat dengan hal tersebut dapat diidentifikasi dan analisis apa yang harus dilakukan terhadap stakeholder tersebut dapat dilakukan.

6. Sinergi kerjasama

Dengan melihat pada pencapaian IKPS dapat membantu sinergi antara pusat, provinsi dan kabupaten/kota, misalnya dalam hal pembagian program yang akan dijalankan oleh masing-masing pihak.

Penanganan stunting juga mungkin akan terkait dengan pihak lain misalnya NGO atau lembaga lain yang ingin berpartisipasi. Dengan IKPS, pengambil kebijakan dapat bernegosisasi dengan pihak luar terkait program yang akan mereka jalankan agar dapat bersinergi dengan target yang akan dicapai.

7. Monitoring dan evaluasi

Pencapaian IKPS pada level indikator juga dapat digunakan sebagai acuan dalam pengendalian (penilaian dan evaluasi capaian kinerja). Sehingga dengan menggunakan IKPS sebagai referensi, monitoring dan evaluasi tidak hanya terkait dengan anggaran namun juga pada informasi lain terkait kualitas/efetifitas program. Hal ini dapat mendorong perencanaan program yang lebih baik pada periode berikutnya.

Dengan penyajian IKPS secara kontinu sampai level kabupaten/kota maka perbandingan antar waktu dan atar daerah dapat dilakukan.

8. Analisis lanjutan

IKPS dapat digunakan dalam analisis lanjutan seperti pembuatan policy brief, policy papers dan penelitian-penelitian.

Dengan fokus pada indikator dan dimensi dalam IKPS, K/L dan Pemda dapat mendorong kreatifitas ide pada program yang bersifat bottom-up guna meningkatkan efektifitas program yang dijalankan. Selain itu, dengan IKPS dapat pula mendorong

sinergi program antara

Kementerian/Lembaga, provinsi, kabupaten/kota dan pihak lain.

Terkait dengan hal diatas yang perlu dilakukan adalah:

Setwapres dan BPS, perlu melakukan sosialisasi tentang pemanfaatan IKPS dalam pengambilan kebijakan kepada pemangku kepentingan.

Diharapkan Kementerian/Lembaga seperti:

- Kementerian Kesehatan dapat memanfaatkan IKPS untuk meningkatkan capaian intervensi pada indikator:

imunisasi, ASI Ekslusif, Makanan Pendamping ASI dan indikator penolong persalinan oleh tenaga kesehatan.

- BKKBN dapat memanfaatkan IKPS untuk meningkatkan capaian intervensi pada indikator Keluarga Berencana

- Kementerian Pekerjaan Umum dapat memanfaatkan IKPS untuk meningkatkan capaian intervensi pada indikator air minum dan sanitasi layak

- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dapat memanfaatkan IKPS untuk meningkatkan capaian intervensi pada indikator PAUD

(5)

5 - Kementerian Pertanian dan Badan

Pangan Nasional dapat memanfaatkan IKPS untuk meningkatkan capaian intervensi pada indikator kerawanan pangan dan ketidakcukupan konsumsi pangan

- Kementerian Sosial dapat memanfaatkan IKPS untuk meningkatkan capaian intervensi, pada indikator penerimaan KPS/KKS, bantuan pangan dan kepemilikan dan pemanfaatan JKN.

Diharapkan Pemerintah Daerah memanfaatkan IKPS sebagai rujukan bagi Organisasi Perangkat Daerah dalam melaksanakan program terkait stunting.

Diharapkan akademisi dapat menggunakan IKPS untuk melakukan kajian terkait stunting.

Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Masyarakat dan Mitra Pembangunan menggunakan IKPS dalam kolaborasi program dan sumber daya untuk percepatan penurunan stunting.

Daftar Pustaka

Badan Pusat Statistik, 2020.

Laporan IKPS 2018-2019. Badan Pusat Statistik. Jakarta.

Badan Pusat Statistik, 2021

Laporan IKPS 2019-2020. Badan Pusat Statistik. Jakarta.

Badan Pusat Statistik, 2019. Laporan Pelaksanaan Intergrasi Susenas Maret 2019 dan SSGBI Tahun 2019. Badan Pusat Statistik. Jakarta

Humas Litbangkes, 2021. Angka Stunting

Turun di Tahun

2021. https://www.litbang.kemkes.go.id/angk a-stunting-turun-di-tahun-2021/.

Kementerian Kesehatan, 2021. Prediksi Angka Stunting Tahun 2020. Kementerian Kesehatan. Jakarta.

Kementerian Kesehaan, 2021. Buku Saku Hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) Tingkat Nasional, Provinsi dan Kabupaten/Kota Tahun 2021. Kementerian Kesehatan. Jakarta.

Kementerian Kesehatan, 2013. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013.

Kementerian Kesehatan. Jakarta.

Kementerian Kesehatan, 2018. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018.

Kementerian Kesehatan. Jakarta.

Kurnia, 2021. Evaluasi Pelaksanaan Konvergensi Pendanaan di Bidang Air Minum dan Sanitasi dalam rangka Penanggulangan Stunting. Jurnal Desentralisasi Fiskal, Ekonomi dan Keuangan Daerah. Vol.8 No.8 pp.15-44.

Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-2024.

Referensi

Dokumen terkait

(4) Dalam melaksanakkan Percepatan Penurunan Dan Pencegahan Stunting Terintegrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Pemerintah Desa berkoordinasi dengan Perangkat Daerah

Tambahan beberapa zat gizi mikro pada produk pangan atau makanan kandungan gizi pada makanan yang sering di konsumsi untuk meningkatkan kelengkapan zat gizi.

Tim Pendamping Keluarga adalah sekelompok tenaga yang dibentuk dan terdiri dari Bidan, Kader TP PKK dan Kader KB untuk melaksanakan pendampingan meliputi penyuluhan,

sebagian tugas tim Percepatan penurunan stunting kabupaten kampar dalam melakukan upaya Percepatan penurunan stunting di bidang pemberdayaan dan partisipasi masyarakat

7) pendayagunaan lahan pekarangan keluarga dan tanah kas Desa untuk pembangunan Kandang, Kolam dan Kebun (3K) dalam rangka penyediaan makanan yang sehat dan bergizi untuk ibu

Persentase Pemerintah Daerah provinsi dan kabupaten/kota yang memiliki kinerja baik dalam konvergensi Percepatan Penurunan Stunting. Mengembangkan sistem

bahwa untuk mendukung target percepatan penurunan stunting di Kabupaten Wonogiri serta menggali potensi dan peran kepedulian Masyarakat untuk menanggulangi/mencegah

Cadangan Pangan dalam bentuk Lumbung Pangan dapat difungsikan sebagai TERMINAL Pangan di tingkat masyarakat... HASIL EVALUASI LUMBUNG PANGAN MASYARAKAT (PER MINGGU IV