• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSPEKTIF BIDAN TENTANG PENGEMBANGAN DESA SIAGA DI PUSKESMAS PAGERBARANG KABUPATEN TEGAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERSPEKTIF BIDAN TENTANG PENGEMBANGAN DESA SIAGA DI PUSKESMAS PAGERBARANG KABUPATEN TEGAL"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1

PERSPEKTIF BIDAN TENTANG PENGEMBANGAN DESA SIAGA DI PUSKESMAS PAGERBARANG KABUPATEN TEGAL

Kodijah

1)

, Natiqotul Fatkhiyah

2)

, Siswati

3)

1,2,3Prodi DIII Kebidanan STIKes Bhamada Slawi, Kab. Tegal

ABSTRAK

Desa Siaga perlu dikaji berbagai kegiatan bersumberdaya masyarakat yang ada dewasa ini seperti Posyandu, Polindes, Pos Klinik Desa, Pos Obat Desa, Dana Sehat, Siap Antar Jaga,dan lain-lain sebagai embrio atau titik awal pengembangan menuju Desa Siaga. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana Perspektif Bidan tentang Pelaksanaan Pengembangan Desa Siaga di Puskesmas Pagerbarang Kabupaten Tegal. Desain penelitian adalah pendekatan kualitatif. Pemilihan sampel dilakukan dengan rancangan purposive sampling. Sampel penelitian sejumlah 6 orang Bidan di wilayah Puskesmas Pagerbarang Kabupaten Tegal. Teknik pengumpulan data yang akan digunakan adalah Focus Group Discussion and Indepth Interview. Hasil wawancara responden menyimpulkan bahwa pengertian dan tujuan pengembangan desa siaga adalah masyarakat atau penduduknya mampu memberdayakan dalam mengatasi masalah kesehatan dan bencana serta kegawatdaruratan kesehatan sehingga masyarakat bisa mandiri. Peran dan indikator keluaran serta dampak dalam pengembangan desa siaga adalah Pelayanan kesehatan ibu dan anak serta lansia di posyandu dan PKD, Pelayanan kesehatan keluarga miskin di Pustu.

Adanya kunjungan rumah penyuluhan-penyuluhan, agar masyarakat mau mencegah dan mandiri., diupayakan ada ambulan desa donor darah siap pakai. Adanya PKD, FKD, cakupan pelayanan naik, bersumber daya masyarakat,pembinaan pada masyarakat melatih masyarakat, kunjungan rumah dan dampaknya jumlah balita dengan gizi buruk terdeteksi. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal perlu membuat perencanaan penyediaan dana dan dukungan sumberdaya lain dengan semangat kebersamaan secara terpadu baik lintas program maupun lintas sektoral.

Kata kunci: Desa Siaga, Bidan Desa

ABSTRACT

Alert Village needs to be studied various Community Based activities that exist today such as IHC , Polindes , Village Clinic Pos , Pos Village Drug , Health Fund , Inter Ready to Take , and others as a starting point for the development of the embryo or to the village of Alert . The purpose of this study was to determine how the midwife 's perspective on the Implementation of Rural Development in PHC Pagerbarang Alert Tegal regency . The research design used in the study is a qualitative approach . elections were conducted with a purposive sampling design . The study sample in this study a number of 6 people in the area of the health center midwife Pagerbarang Tegal regency . Data collection techniques that will be used is the Indepth Focus Group Discussion and Interview . The results of the interview respondents concluded that the definition and purpose of rural development is a public alert or able to empower its people in addressing health issues and disasters and health emergencies so that people can be independent . Roles and output and impact indicators in standby village development is maternal and child health services as well as the elderly in the neighborhood health center , PKD , poor health services , in sub health , home visit counseling , so that people want to prevent and independent . , Sought no village ambulance donor the presence of blood ready PKD , FKD , service coverage rose , resourceful people , train people in the community development , home visits and impact the number of infants with malnutrition detected . For Tegal DHO need to plan the provision of funding and other resources to support the spirit of togetherness in an integrated manner both cross- sectoral and cross- program , all health centers and midwives trained midwife Alert Village. Preparation of health centers and hospitals in the framework of disaster management and health emergencies and to provide guidance on an ongoing basis .

Keywords : Idle village , the village midwife’s

(2)

LATAR BELAKANG

Salah satu upaya yang dilakukan Departemen Kesehatan dalam mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) adalah mendekatkan pelayanan kebidanan kepada setiap ibu yang membutuhkannya.Sejak tahun 1990 dan setiap tahun telah ditempatkan bidan di desa, dengan demikian dapat diasumsikan bahwa semua desa diwilayah Indonesia mempunyai akses untuk pelayanan kebidanan.(Departemen Kesehatan RI, 2002)

Desa Siaga adalah memberdayakan masyarakat agar mau dan mampu untuk hidup sehat. Oleh karena itu dalam pengembangannya diperlukan langkah- langkah pendekatan edukatif, yaitu upaya mendampingi (memfasilitasi) masyarakat untuk menjalani proses pembelajaran yang berupa proses pemecahan masalah –masalah kesehatan yang dihadapinya. Menuju Desa Siaga perlu dikaji berbagai kegiatan bersumberdaya masyarakat yang ada dewasa ini seperti Posyandu, Polindes, Pos Klinik Desa, Pos Obat Desa, Dana Sehat, Siap Antar Jaga dan lain-lain sebagai embrio atau titik awal pengembangan menuju Desa Siaga. Dengan demikian, mengubah desa menjadi Desa Siaga akan lebih cepat bila di desa tersebut telah ada berbagai UKBM. (Departemen Kesehatan RI, 2007).

Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) sebagai elemen dasar dari kesejahteraan keluarga juga berperan penting sebagai target untuk mencapai kesejahteraan masyarakat sebagai tujuan Bangsa, dan sangat dibutuhkan dalam upaya meningkatnya cakupan dan jangkauan pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Bentuk pelayanan kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah di Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), Poliklinik Kesehatan Desa (PKD). (Departemen Kesehatan RI , 2006).

Posyandu, Poliklinik Kesehatan Desa (PKD), merupakan bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi (Departemen Kesehatan RI, 2006).

Tenaga kesehatan (perawat, bidan) dibantu oleh para kader kesehatan yang berada di masyarakat. Bidan merupakan sumber daya manusia yang memiliki peran penting dalam upaya meningkatkan mutu

pelayanan kesehatan. Para Bidan sebelumnya telah dibekali dengan pengetahuan dan ketrampilan yang berguna untuk menunjang tugasnya melalui pelatihan pelatihan yang diselenggarakan oleh pemerintah.

Dengan bekal pengetahuan tentang kesehatan diharapkan mereka memiliki sikap yang positif sehingga mereka dapat berperan serta aktif dalam meningkatkan upaya kesehatan melalui kegiatan Posyandu dan PKD

Untuk dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, banyak hal yang perlu diperhatikan, salah satunya yang dianggap mempunyai peranan yang cukup penting adalah meningkatkan pemerataan dengan mendekatkan pelayanan kesehatan pada masyarakat terutama di pedesaan melalui Poliklinik Kesehatan Desa (PKD) dan pengembangan desa siaga diseluruh kabupaten (Profil Kesehatan Jawa Tengah Tahun 2006).

Data dari Kabupaten Tegal tahun 2008 Angka Kematian Ibu (AKI) 147,5 per 100.000 kelahiran hidup, Angka Kematian Bayi (AKB) 3,59 per 1000 kelahiran hidup, Umur Harapan Hidup 64,4 tahun jumlah desa 287 jumlah PKD 94, jumlah desa siaga 277 jumlah posyandu 1445 jumlah bidan 556. (Profil Kesehatan Jawa Tengah Tahun 2008).

Data dari Puskesmas Pagerbarang tahun 2010 Angka Kematian Ibu (AKI) 4 (375,23) per 100.000 kelahiran hidup, Angka Kematian Bayi (AKB) 8 (7.5) per 1000 kelahiran hidup, Umur Harapan Hidup 64,4 tahun jumlah desa 23 jumlah PKD 23, jumlah desa siaga 23 jumlah posyandu 54 jumlah bidan 25. (Laporan Puskesmas Pagerbarang Bulan Januari s/d Nopember Tahun 2010).

METODE PENELITIAN

Desain penelitian yang dipakai dalam penelitian adalah pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2007). Penelitian ini berusaha menggali faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap tingginya angka kematian ibu dan bayi di Desa Siaga.

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan bulan Maret 2011. Lokasi penelitian adalah di Puskesmas Pagerbarang Kabupaten Tegal.

Pemilihan tempat penelitian tersebut dengan

(3)

pertimbangan Angka kematian ibu dan bayi tinggi, semua Desa sudah menjadi Desa Siaga dan semua Desa sudah ada Bidan di Desa.

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah bidan yang ada di Puskesmas Pagerbarang Kabupaten Tegal.

Pemilihan sampel dilakukan dengan rancangan purposive sampling. Sampel penelitian berjumlah 6 orang Bidan di wilayah Puskesmas Pagerbarang Kabupaten Tegal.

Instrumen penelitian Instrumen dalam pe

Metode Pengumpulan Data

Data penelitian yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah berupa data informan yang menggunakan Bidan yang langsung memberikan pelayanan di Puskesmas, Poliklinik Kesehatan Desa dan Posyandu.

Data yang lainnya tentang pengelolaan kegiatan dan Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) .

Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam menggali faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap tingginya angka kematian ibu dan bayi di Desa Siaga adalah wawancara sesuai dengan tujuan penelitian. Wawancara dilakukan oleh peneliti sendiri dengan informan. Wawancara yang digunakan adalah wawancara kualitatif. Artinya peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara lebih bebas dan leluasa, tanpa terikat oleh suatu susunan pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya. Peneliti hanya menyimpan cadangan masalah yang akan ditanyakan kepada informan.

Cadangan masalah tersebut adalah kapan menanyakannya, bagaimana urutannya akan seperti apa rumusan pertanyaannya yang biasanya akan muncul secara spontan sesuai dengan perkembangan situasi wawancara tersebut (Patilima, 2007).

Dengan teknik ini diharapkan wawancara berlangsung lebih luwes, arahnya bisa lebih terbuka, percakapan tidak membuat jenuh kedua belah pihak, sehingga diperoleh informasi yang lebih kaya.

Metode wawancara kualitatif menggunakan panduan wawancara yang berisi butir-butir pertanyaan untuk diajukan pada informan. Hal ini hanya untuk memudahkan dalam melakukan wawancara, penggalian data dan informasi, dan selanjutnya tergantung improvisasi peneliti dilapangan (Patilima, 2007)

Proses wawancara kualitatif, diawali dengan pengantar yang disampaikan oleh peneliti. Pada pengantar ini, peneliti secara terbuka menjelaskan tujuan dari wawancara. Selanjutnya peneliti menyampaikan pertanyaan yang bersifat luas, dan

diakhiri dengan pertanyaan terbuka (Patilima, 2007).

Adapun butir-butir pertanyaan yang diajukan pada informan yaitu :

a. Apakah pengertian dan tujuan Pengembangan Desa Siaga bidan ketahui ?

b. Apakah sasaran dan kliteria Pengembangan Desa Siaga menurut Bidan ?

c. Menurut Bidan pengertian dan jenis kegiatan apa saja yang diketahui pada Poliklinik Kesehatan Desa (PKD) ?

d. Sesuai pengalaman Bidan pelaksanaan kegiatan pengembangan Desa Siaga biasanya bagaimana pelaksanaannya ?.

e. Apakah peran dan indikator kluaran serta dampak dalam Pengembangan Desa Siaga bidan ketahui ?

Sedangkan untuk menggali data perspektif Bidan tentang Pengembangan Desa Siaga melalui in depth interview dan diskusi kelompok terfokus atau Diskusi Kelompok Terfokus (DKT). Metode ini merupakan salah satu teknik yang digunakan peneliti untuk menggali lebih jauh apakah data informasi yang didapat dari in depth interview sama dengan informasi yang diperoleh dari Diskusi Klompok Terfokus (DKT). Diskusi Klompok Terfokus dapat dilaksanakan dengan mensyaratkan paling sedikit empat peserta dan paling banyak dua belas peserta.

Jika peserta sedikit kemungkinan setiap orang berkesempatan dapat berbagi pengalaman dibandingkan jumlah besar (Patilima, 2007).

In depth interview dan Diskusi Kelompok Terfokus menghasilkan data kualitatif yang terkait dengan sikap, perspektif dan opini peserta. Data ini dihasilkan dari jawaban informan atas pertanyaan terbuka dan hasil pengamatan selama proses diskusi (Patilima, 2007). Kualitas jawaban terkait dengan kualitas pertanyaan. Pertanyaan merupakan penentu dalam diskusi kelompok terfokus. Pertanyaan dapat disampaikan secara spontan, tetapi hati-hati memilih dan frase yang digunakan membangkitkan peserta untuk memberikan informasi (Patilima, 2007).

Menurut Moleong (2007), disarankan agar pertanyaan dalam in depth interview dan DKT 6 – 7 pertanyaan saja dengan direkam dalam pita kaset dan catatan penulis. Pengambilan data dengan menggunakan tape recorder, dan pencatatan langsung hasil wawancara dan dan hasil diskusi kelompok terfokus, dan kemudian ditulis ulang dengan mencocokan antara hasil catatan dengan hasil rekaman tape recorder.Penggunaan tape recorder ini menghindari adanya informasi yang mungkin terlewatkan dalam kegiatan pencatatan selama wawancara dan diskusi terfokus. (Patilima, 2007).

(4)

Metode Pengolahan Data dan Analisa Data Data yang telah terkumpul diuji keabsahannya dengan teknik triangulasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 2002).

Validitas dan realibilitas data dengan cara pengumpulan data melalui sumber yang berbeda, alat yang berbeda dan metode yang berbeda. Kombinasi dari beberapa metode untuk mengamati fenomena yang sama (Moleong, 2006). Tujuan triangulasi adalah untuk mengetahui sejauh mana temuan- temuan lapangan benar-benar representatif (Patilima, 2007).

Menurut Patilima (2007), proses pengumpulan data pada analisis data kualitatif dibagi menjadi 4 (empat) tahapan, yaitu :

1. Transkripsi

Trankripsi adalah kegiatan menstranfer hasil rekaman kedalam disket atau bentuk lainnya.

2. Pengorganisasian data.

Setelah menstrankrip, hal lain yang dibutuhkan adalah mengorganisasi data. Dalam pengorganisasian data, perlu dicatat tanggal pengumpulan data dan menandai data setiap informan dengan menggunakan angka atau kode.

3. Pengenalan.

Setelah melalui proses diatas, akan dimulai proses pengenalan, yaitu peneliti mendengarkan rekaman hasil wawancara, serta membaca kembali data, membuat memo dan rangkuman sebelum analisis formal dimulai.

4. Koding.

Setelah mengenal selanjutnya dilakukan pengkodingan. Yaitu proses penentuan tema, data digunakan angka atau kode huruf untuk mengidentifikasi bagian khusus dari data dengan penyesuaian tema yang berbeda.

HASIL PENELITIAN

Dalam menggali perspektif bidan desa tentang pengembangan desa siaga di Puskesmas Pagerbarang Kabupaten Tegal Tahun 2011 pengambilan data dilakukan dengan wawancara oleh peneliti sendiri dengan responden.

Sebelum disajikan hasil penelitian ini, sebelumnya peneliti sampaikan kesulitan dan kelemahan yang dialami selama penelitian. Beberapa kesulitan yang dihadapi selama penelitian berlangsung adalah : 1. Dalam melaksanakan kegiatan DKT (Diskusi

Kelompok Terfokus), karena membutuhkan kesepakatan waktu dan melibatkan orang banyak, kesulitan yang dihadapi adalah menentukan waktu yang tepat agar semua peserta dapat hadir, waktu jam 09.00 tidak bisa

karena bidan memberikan pelayan di PKD, Posyandu maupun di Puskesmas.Akhirnya mencari pengganti dengan melakukan pendekatan dan mengungkapkan betapa pentingnya kegiatan DKT dilaksanakan, kesepakatan waktu penyelenggaraan dapat dicapai.

2. Pada saat pelaksanaan DKT dari 6 bidan desa yang menyatakan kesanggupannya untuk hadir, ternyata ada satu bidan sedang mengikuti pelatihan APN di P2KP-KR Kabupaten Tegal.

Untuk mengatasi ini peneliti mendadak cari pengganti sehingga datangnya terlambat.

Sedangkan yang menjadi kelemahan dalam penelitian ini menurut peneliti adalah, pada saat DKT dilaksanakan, kemungkinan masih ada rasa enggan atau tidak enak pada peserta untuk mengungkapkan pendapatnya yang sebenarnya karena “pekewuh”

untuk mengatasi ini peneliti berusaha meyakinkan bahwa pendapat peserta adalah bukan benar atau salah, tapi semuanya benar.. Bagi peserta yang peneliti nilai masih ingin menyampaikan pendapatnya tapi enggan menyampaikannya pada saat DKT, peneliti datangi untuk melakukan wawancara mendalam.

Hasil Diskusi Kelompok Terfokus (DKT) penyelenggaraan perspektif bidan desa tentang pengembangan desa siaga di Puskesmas Pagerbarang Kabupaten Tegal Tahun 2011 selengkapnya peneliti sajikan dalam Bab IV ini, yang meliputi pengertian dan tujuan, sasaran dan kliteria, pelaksanaan kegiatan, peran, indikator kluaran dan dampak dalam pengembangan desa siaga.

Selanjutnya dari hasil DKT tersebut kemudian dilaksanakan indepth interview untuk menentukan pengertian dan tujuan, sasaran dan kliteria, pelaksanaan kegiatan, peran, indikator kluaran dan dampak dalam pengembangan desa siaga.

1. Pengertian dan tujuan Pengembangan Desa Siaga Hasil wawancara menyimpulkan bahwa sebagian responden 2 orang dari 6 responden mengatakan pengertian dan tujuan pengembangan desa siaga adalah masyarakat atau penduduknya mampu memberdayakan dalam mengatasi masalah kesehatan dan bencana sehingga masyarakat bisa mandiri.

Selanjutnya ada 3 orang dari 6 responden mengatakan adanya bidan di desa dan diharapkan dapat melaksanakan pelayanan pada masyarakat

Ada juga 1 orang dari 6 responden mengatakan pengertian pengembangan desa siaga tidak tahu sudah lupa karena pelatihan sudah lama

(5)

2. Data DKT Tentang Pengertian dan tujuan Pengembangan Desa Siaga

Dari hasil wawancara Diskusi Klompok Terfokus 1 orang dari 6 responden yang menambahi pengertian dan tujuan pengembangan desa siaga adalah desa yang mandiri masyarakatnya mampu mencegah dan menangani kegawat daruratan dan wabah penyakit menular

3. Sasaran dan kliteria Pengembangan Desa Siaga

Hasil wawancara menyimpulkan bahwa sebagian responden 3 orang dari 6 responden mengatakan sasaran pengembangan desa siaga adalah masyarakat dan responden mengatakan 2 orang dari 6 responden kliterianya adalah gizi buruk bayi dan balita.

Selanjutnya ada 2 orang dari 6 responden mengatakan tidak tau dan lupa sudah lama dilatih dan responden mengatakan 2 orang dari 6 responden kliterianya adanya tenaga nakes, tomas, toga, fasilitas , sumber dana dan sarana Ada juga 1 orang dari 6 responden mengatakan sasaran pengembangan desa siaga Individu, masyarakat , seklompok dan responden mengatakan 2 orang dari 6 responden kliterianya adalah masyarakat miskin

Dari hasil wawancara Diskusi Klompok Terfokus 2 orang dari 6 responden yang menambahi sasaran dan kliteria pengembangan desa siaga adalah desa yang mempunyai PKD, ada ambulan desa, donor darah dan adanya tabulin

4. Pengertian dan jenis kegiatan Poliklinik Kesehatan Desa (PKD)

Hasil wawancara menyimpulkan bahwa sebagian responden 4 orang dari 6 responden mengatakan pengertian PKD adalah Pelayanan kesehatan ibu dan anak oleh bidan dan responden mengatakan 3 orang dari 6 responden kegiatannya adalah promkes dan penyuluhan kesehatan.

Selanjutnya ada 1 orang dari 6 responden mengatakan adanya tabulin dan responden mengatakan 2 orang dari 6 responden kegiatannya adanya MMD dan UKBM

Ada juga 1 orang dari 6 responden mengatakan Pelayanan kesehatan dasar dan 1 orang dari 6 responden tidak mengatakan tentang kegiatan PKD

Dari hasil wawancara Diskusi Klompok Terfokus 1 orang dari 6 responden yang menambahi pengertian dan jenis kegiatan PKD

adalah Pelayanan kesehatan pemeriksaan umum,kegiatan pusling

5. Pengalaman bidan tentang pelaksanaan Pengembangan Desa Siaga

Hasil wawancara menyimpulkan bahwa sebagian responden 2 orang dari 6 responden mengatakan pengalaman pelaksanaannya adalah Pelayanan kesehatan ibu dan anak serta lansia di posyandu.

Selanjutnya ada 2 orang dari 6 responden mengatakan PKD melayani masyarakat, dan kluarga miskin.

Ada juga 2 orang dari 6 responden mengatakan masyarakat mau dan mampu melaksanakan desa siaga, membentuk ambulan desa dan bang darah susah sekali

Dari hasil wawancara Diskusi Klompok Terfokus 1 orang dari 6 responden yang menambahi pengalaman dan pelaksanaannya Pelayanan kesehatan dasar, ada kegiatan MMD, ada masalah kesehatan di upayakan pemecahanya bersama masyarakat, ada ambulan desa dari masyarakat yang punya mobil

6. Peran dan indikator keluaran serta dampak dalam Pengembangan Desa Siaga

Hasil wawancara menyimpulkan bahwa sebagian responden 2 orang dari 6 responden mengatakan pengalaman pelaksanaannya adalah Pelayanan kesehatan ibu dan anak serta lansia di posyandu.

Selanjutnya ada 2 orang dari 6 responden mengatakan PKD melayani masyarakat, dan kluarga miskin.

Ada juga 2 orang dari 6 responden mengatakan masyarakat mau dan mampu melaksanakan desa siaga, membentuk ambulan desa dan bang darah susah sekali

Dari hasil wawancara Diskusi Klompok Terfokus 1 orang dari 6 responden yang menambahi pengalaman dan pelaksanaannya Pelayanan kesehatan dasar, ada kegiatan MMD, ada masalah kesehatan di upayakan pemecahanya bersama masyarakat, ada ambulan desa dari masyarakat yang punya mobil

7. Peran dan indikator kluaran serta dampak dalam Pengembangan Desa Siaga

Penelitian ini melaporkan hasil penelitian tentang perspektif bidan desa tentang pengembangan desa siaga di Puskesmas Pagerbarang Kabupaten Tegal tahun 2011, yaitu meliputi :

1. Perspektif bidan desa tentang pengertian dan tujuan pengembangan desa siaga

Sementara dari hasil wawancara responden menyimpulkan bahwa pengertian dan tujuan

(6)

pengembangan desa siaga adalah masyarakat atau penduduknya mampu, memperdayakan untuk mengatasi masalah kesehatan dan bencana serta kegawat daruratan kesehatan sehingga masyarakat bisa mandiri.

2. Sasaran dan kliteria Pengembangan Desa Siaga

Hasil wawancara responden menyimpulkan bahwa sasaran pengembangan desa siaga adalah masyarakat, Individu, keluarga miskin, seklompok, toga,toma, petugas kesehatan dan kliterianya adalah desa yang mempunyai PKD, ada ambulan desa, donor darah dan adanya tabulin.

3. Pengertian dan jenis kegiatan Poliklinik Kesehatan Desa (PKD)

Hasil wawancara responden menyimpulkan bahwa Pengertian dan jenis kegiatan Poliklinik Kesehatan Desa (PKD) adalah Pelayanan kesehatan ibu dan anak oleh bidan, pemeriksaan umum, adanya tabulin dan jenis kegiatannya adalah adanya MMD dan UKBM, kegiatan pusling.

4. Pengalaman bidan pelaksanaan kegiatan Pengembangan Desa Siaga.

Hasil wawancara responden menyimpulkan bahwa pengalaman pelaksanaannya adalah Pelayanan kesehatan ibu dan anak serta lansia di posyandu, PKD melayani masyarakat, dan kluarga miskin. masyarakat mau dan mampu melaksanakan desa siaga, membentuk ambulan desa dan bang darah susah sekali.

5. Peran dan indikator kluaran serta dampak dalam pengembangan desa siaga

Sementara dari hasil wawancara responden menyimpulkan bahwa Peran dan indikator kluaran serta dampak dalam pengembangan desa siaga adalah Pelayanan kesehatan ibu dan anak serta lansia di posyandu, PKD, pelayanan kesehatan kluarga miskin,di Pustu, kunjungan rumah penyuluhan- penyuluhan, agar masyarakat mau mencegah dan mandiri., diupayakan ada ambulan desa donor darah siap pakai adanya PKD, FKD, cakupan pelayanan naik, bersumber daya masyarakat,pembinaan pada masyarakat melatih masyarakat, kunjungan rumah dan dampaknya jumlah balita dengan gizi buruk terdeteksi.

Saran

1. Bagi Dinas Kesehatan

Hendaknya Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal perlu membuat perencanaan penyediaan dana dan dukungan sumberdaya lain dengan semangat kebersamaan secara terpadu baik lintas program maupun lintas sektoral, semua bidan puskesmas serta bidan desa terlatih Desa Siaga. Penyiapan Puskesmas dan Rumah Sakit dalam rangka penanggulangan bencana dan kegawatdaruratan kesehatan serta melakukan pembinaan secara berkesinambungan.

2. Bagi Bidan

Hendaknya bidan selalu meningkatkan pengetahuan. Karena perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

3. Bagi Peneliti selanjutnya.

Hendaknya peneliti selanjutnya dapat melanjutkan penelitian dengan responden yang lebih variatif baik kategori maupun frekwensikunjungan sehingga dapat memperkecil bias terhadap hasil penelitian.

Daftar Pustaka

Dep.Kes RI Dirjen Bina Kesehatan Keluarga.(1989).

Buku Panduan Bidan di Tingkat Desa.

Jakarta

Dep.Kes RI. (2006). Buku Saku Bidan POSKESDES untuk mewujudkan Desa Siaga. Jakarta Dep.Kes RI (2007). Pedoman Pelaksanaan

Pengembangan Desa Siaga. Jakarta

Per.Men.Kes No.363/MenKes/Per/IX/1980 (19800).Tentang Kewenangan Bidan.Jakarta Dep.Kes RI (2002).Standar Pelayanan

Kebidanan.Jakarta

Helen,Varney. (2001). Buku Saku Bidan .Jakarta

Dep.Kes RI (2002).Standar Profesi Kebidanan.Jakarta

Kementerian Kesehatan RI, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 369 /Menkes/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Bidan.

Kementerian Kesehatan RI, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1464/MenKes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktek Bidan.

Ikatan Bidan Indonesia, Kompetensi Bidan Indonesia.

Jakarta. 2006.

Ikatan Bidan Indonesia, Bidan Menyongsong Masa Depan-IBI 50 tahun. Depkes RI. Jakarta.

2006

Referensi

Dokumen terkait

Dalam tujuh ajaran Sunan Drajat, terdapat beberapa nilai yang menujukkan bahwa sisi kemanusiaan dapat dilihat dari sudut pandang manusia sebagai makhluk sosial..

"diarahkan untuk menghasilkan produk hukum nasional yang mampu mengatur tugas umum pemerintahan dan penyelenggaraan pembangunan nasional, didukung oleh aparatur

Form Laporan Jurnal produksi barang ½ jadi berisikan data laporan akhir jurnal produksi barang ½ jadi Rolen Outwear secara terperinci yang terjadi selama satu

Memori merupakan tempat penyimpanan data sementara dan menyimpan program yang harus dijalankan, dimana program tersebut merupakan hasil terjemahan dari ladder diagram yang dibuat

TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH Resiko sosial adalah kejadian atau peristiwa yang dapat

Cara lain yang dapat dilakukan untuk proses daur ulang limbah plastik menjadi alternatif bahan baku anyaman adalah dengan memotong-motong lembaran plastik menjadi lembaran kecil

Beban mati dan beban hidup seringkali selama konstruksi dari satu lantai melampaui kemampuan pikul dari lantai pendukung perancah dibawahnya, maka perlu dibutuhkan

Pengukuran untuk pembayaran pekerjaan timbunan adalah sesuai dengan material dilokasi yang telah dipadatkan, memenuhi spesifikasi teknik, garis, lereng serta tebal seperti